pengaruh jenis binder terhadap
Post on 07-Jul-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap
1/6
E09-1
Pengaruh Jenis Binder Terhadap
Komposisi dan Kandungan Energi Biobriket Sekam Padi
Anton IrawanJurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik-Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Jendral Soedirman Km 3, Cilegon-Banten 42135
Telp. 0254-395502 ext 18, Faks. 0254-395440
Email : anton@ft-untirta.ac.id
Abstract
Indonesia has an abundant potential of agricultural waste to be used as an alternative fuel. Rice husk has the
potential to be used as fuel. Although rice husk as a fuel has the potential but the rice husk contains a high
volatile matter and ash so that it needed to be mixed with other components such as coal. Mixed rice husk, coal and binder become an alternative form of bio fuel briquettes. The goal of this study was to determine the effect of
ratio of rice husk : coal: binder on the quality bio briquette by looking at the energy content, composition and
sulfur content.
The process of making bio-briquettes from rice husk was started by carbonization of rice husks. Then the husk charcoal carbonization diminished in size and mixed with coal and a binder. Then, the mixture was pressed to
form bio-briquettes. The bio briquettes were analyzed by proximate analysis using TGA (Thermo Gravity Analyzer) to determine moisture content, ash, volatile matter and fixed carbon. Sulfur analyzer was used to
determine the sulfur content of bio-briquettes, and the bomb calorimeter was used to determine the calorific
content of bio-briquettes. The results showed that the bio-briquettes were optimum mixture at ratio of 30:30:40.
The tar binder provided high energy content and highest sulfur of bio-briquettes. Keywords: Rice husk, Bio-briquette, Binder, Tar, Sulfur
Pendahuluan
Kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat
disebabkan oleh aktivitas industri yang memerlukan
energi meningkat tajam di beberapa negara
khususnya China dan India. Peningkatan kebutuhan
energi dunia tersebut harus diimbangi dengan persediaan energi dari beberapa sumber energi. Saat
ini smber energi utama dunia yaitu minyak bumi,
gas alam dan batubara yang merupakan sumber-
sumber dengan karakter lama untuk diperbaharui
kembali sedangkan laju pertumbuhan kebutuhanenergi diatas dari proses produksi dari sumber-
sumber energi tersebut. Kondisi ini memberikan
dorongan untuk mencari sumber-sumber energialternatif yang melimpah serta dapat diperbaharui
dibandingkan minyak bumi, gas alam atau batubara.
Biomassa merupakan salah satu sumber energi yangmelimpah serta dapat diperbarui. Biomassa
umumnya berasal dari hasil sisa pengolahan
pertanian seperti sekam padi, tongkol jagung, ampastebu, serbuk kayu, dan lain-lain. Biomassa ini dapat
digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti
minyak bumi yang cocok dikembangkan diIndonesia karena jumlahnya yang melimpah. Salah
satu sumber biomassa yang melimpah adalah sekam
padi yang berada di wilayah pedesaan. Pemilihan
sekam padi sebagai biomassa pada penelitian ini
didasarkan atas belum optimalnya pemanfaatansekam padi dan dibiarkan sebagai limbah pertanian.
Salah satu pengolahan biomassa menjadi energi
alternatif dengan metode pembriketan yang
dinamakan sebagai biobriket. Biobriket diharapkan
mampu menggantikan peran bahan bakar rumah
tangga khususnya di wilayah yang melimpah limbah
pertanian seperti pedesaan. Penambahan nilai kalor dari biobriket dilakukan dengan menambahkan
batubara. Sekam padi tersebut harus dipadatkan
menjadi bentuk yang lebih sederhana, praktis dan
tidak besar volumenya berupa briket arang sekam.
Briket arang sekam dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang tidak berasap dengan nilai kalor
yang cukup tinggi. Selain sebagai energi, briket
arang sekam padi mempunyai manfaat yang lebihluas yaitu sebagai media tumbuh tanaman
hortikultura khususnya tanaman.
Briket dengan kualitas baik memerlukankomposisi yang tepat sehingga panas yang
dihasilkan baik dan sesuai dengan kebutuhan.
Masalah utama dalam pembuatan briket adalahmenentukan komposisi yang tepat sehingga nilai
kalor briket semakin tinggi dan penggunaannya
semakin meningkat. Selain itu tipe batubara yangdigunakan dalam pembuatan biobriket harus
diperhatikan agar dapat diketahui ketahanan
panasnya pada saat pembakaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perekat atau binder yang tepat dalam pembuatan biobriket dengan kandungan sulfur yang masih
dibawah batas yang telah ditentukan serta memiliki
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693 – 4393
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia
Yogyakarta, 22 Februari 2011
-
8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap
2/6
E09-2
kalor yang cukup untuk pemanfaatan dalam skala
rumah tangga.
Landasan Teori
Sekam padi (Gambar 1) adalah hasil samping dari
penggilingan padi dengan kandungan sekitar
20-25% dari total berat padi (Jenkins, B. M., 1989)
Sekam padi memiliki karakteristik berupa densitascurah yang rendah dan kandungan abu yang tinggi
(18-20% dari berat sekam padi). Sekam padi dapat
dikonversikan dalam bentuk energi untuk
pemanasan dan energi mekanik yang dibutuhkan
untuk penggilingan. Selain sebagai energi , sekam
padi dapat dipergunakan sebagai aditif semen, pemumpukan dalam pertanian serta inkubasi ayam.
Menurut (Gaur & Reed, 1998) dari analisis ultimate
dan analisis proximate pada sekam padi (Tabel 1)
bahwa sebagian besar sekam padi terdiri dari
komponen yang mudah menguap (volatille matter).
Kadar karbon dan kadar oksigen dalam sekam padi juga hampir berimbang sekitar 35-38%. Kandungan
belerang dalam sekam padi adalah nol sehingga hasil
pembakaran dari sekam padi akan lebih ramah
lingkungan dibandingkan hasil pembakaran
batubara. Nilai kalor dari sekam padi adalah sekitar 14,8 MJ/kg dan sedikit dibawah nilai kalor kayu
(~17-20 MJ/kg).
Tabel 1. Hasil analisa proksimat dan ultimate sekam
padi [Grover, 1996].Analisa Kandungan
(%)
Analisa Proksimat (dry base)
Fixed CarbonVolatile Matter
Ash
19.960.619.5
Analisa UltimatCarbonHydrogenOksigenNitrogenSulfur Moisture
Ash
38.14.729.31.50.18.917.4
Binder atau pengikat merupakan bahan yang
digunakan untuk memberikan daya rekat pada biobriket sebagai bahan bakar padat. Penggunaan
bahan pengikat harus diatur sehingga bahan pengikat
tersebut dapat aktif dalam penggunaanya. Binder
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung
tapioka, tar batubara dan molasses.
1. Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dariumbi tanaman ubi kayu (Manihot utilissima
pohl). Pati merupakan polisakarida yang tersusun
oleh molekul glukosa yang terdiri dari molekul
amilosa dan amilo pektin. Pati berbentuk
makromolekul, tidak bermuatan, berbentuk
granula yang padat dan tidak larut dalam air dingin, jika dipanaskan akan mengalami
gelatinasi dalam keadaan kering berwarna putih.
Pati tapioka juga dipergunakan untuk keperluanindustri kertas sebagai sizing agent (bahan
penghalus kertas), industri kayu sebagai perekat
dan lem, industri kimia sebagai alkohol dandekstrin industri tekstil sebagai sizing agen
(bahan penghalus kain) (Hasbullah. 2000)
2. Tar batubara merupakan cairan kental
berwarna hitam pekat hasil karbonisasi dan
gasifikasi batubara. Selain dari batubara, tar dapat diperoleh dari distilasi minyak bumi atau
tumbuhan, seperti batang pohon pinus (pine tar
oil). Tar dapat digunakan sebagai bahan lapisan
anti air pada beberapa komponen kapal kayu
tradisional. Tar terdiri atas campuran yang sangat
komplek dari senyawa-senyawa hidrokarbon,yaitu senyawa yang mengandung hidrogen dan
karbon, berupa cairan kental berwarna hitam dan
memiliki berat jenis yang lebih besar dari air.
Sebagian besar molekulnya merupakan zat
terdispersi yang koloid, dan memiliki bau
aromatik yang khas fenol dan napthalena..Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tar
batubara ini mengandung banyak komponen
senyawa organik baik alifatis ataupun
aromatis(Lappas,et.all,1990). Kendala yang
dihadapi dalam pengolahan tar adalahkompleksitas senyawanya, sehingga perlu
dilakukan proses pemisahan awal agar
memudahkan dalam pemanfaatan lebih lanjut
(Hessley.et.all, 1986)
3. Tetes tebu (molase) adalah hasil samping proses
pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum).Tetes tebu berwujud cairan kental yang diperoleh
dari tahap pemisahan kristal gula. Tetes tebu
tidak dapat dibentuk lagi menjadi sukrosa, tetapimasih mengandung gula dengan kadar tinggi
(50-60%), asam amino, dan mineral. Tingginya
kandungan gula dalam tetes tebu berpotensiuntuk dimanfaatkan sebagai bahan perekat pada
biobriket. Molases dapat berfungsi sebagai pellet
binder yang dapat meningkatkan kualitas pelet.
Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut
menjadi bentuk briket (penampilan dan kemasan
Gambar 1. Butiran sekam padi
-
8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap
3/6
E09-3
yang lebih menarik) yang dapat digunakan untuk
keperluan energi sehari-hari. Pembuatan briket arangdari limbah industri penggilingan padi dilakukan
dengan cara penambahan perekat dengan bahan
baku diarangkan terlebih dahulu kemudian
ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem
hidraulik manual selanjutnya dikeringkan. Hasil
penelitian Hartoyo and Roliadi (1978)menyimpulkan bahwa kualitas briket arang yang
dihasilkan setaraf dengan briket arang buatan Inggris
dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang
karena menghasilkan kadar abu dan zat mudah
menguap yang rendah serta tingginya kadar karbon
terikat dan nilai kalor. Selain itu hasil penelitianSudrajat (1983) yang membuat briket arang dari 8
jenis kayu dengan perekat campuran pati dan molase
menyimpulkan bahwa makin tinggi berat jenis kayu,karapatan briket arangnya makin tinggi pula.
Kerapatan yang dihasilkan antara 0,45 – 1,03 g/cm3
dan nilai kalor antara 7290 – 7456 kal/g.Biobriket didefinisikan sebagai bahan bakar
yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan
organik yang telah mengalami proses pemampatan
dengan daya tekan tertentu. Biobriket dapat
menggantikan penggunaan kayu bakar yang mulaimeningkat konsumsinya dan berpotensi merusak
ekologi hutan. Selain itu, harga biobriket relatif
murah dan terjangkau oleh masyarakat, terutama
yang berdomisili didaerah terpencil, dan
pengusahaan biobriket dapat menyerap tenaga kerja,
baik dipabrik briketnya, distributor, industri tungku,dan mesin briket.
Pembuatan biobriket tergolong mudah,
karena teknologinya sangat sederhana. Proses
pembuatan biobriket meliputi empat tahap, yaitu
pengeringan, penggerusan, pencampuran, dan
pembentukan campuran menjadi biobriket.Pembuatan biobriket dapat memanfaatkan sekam,
bungkil jarak pagar, dan tempurung kelapa sebagai
bahan bakunya. Tahapan awal adalah pengarangan
biomassa. Pembuatan arang sekam dimaksudkan
untuk memperbaiki sifat fisik arang sekam. Jikasekam digunakan langsung sebagai sumber energi
panas, akan menimbulkan asap pada saat dibakar.
Metodologi
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Analisakandungan biobriket yang dihasilkan dilakukan
dengan bekerja sama dengan PT. Indonesia Power.
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan(Gambar 1), tahapan pertama adalah pengarangan
bahan baku yaitu sekam padi, tahapan kedua
adalah proses penghalusan dan penyeragamanukuran partikel, tahapan ketiga adalah proses
pencampuran antara batubara, sekam padi dan
binder, tahapan keempat adalah proses pengeringan dan tahapan kelima adalah proses
analisa proksimat, sulfur dan heating value.
Tahap awal yaitu proses pengarangan sekam padi
yang dilakukan dengan cara mengarangkannya
diatas bara api. Setelah proses pengarangan selesai
kemudian arang sekam padi tersebut dihaluskan,
setelah itu diayak untuk menyeragamkan ukuranserbuk arang sekam padi ukuran 60 mesh.
Kemudian, bahan campuran yaitu batubara
dihaluskan dan diayak untuk menyeragamkan
ukuran serbuk batubara sebesar 60 mesh. Sekam
padi dan batubara tersebut dicampur dengan
perbandingan 20:40, 30:30, dan 45:15. Campuransekam padi dan bubuk batubara ditambahkan
perekat yaitu mollase, tar dan larutan tepung kanji.
Biobriket yang telah jadi diambil dengan beratsekitar 80 gram akan dianalisa proksimat dengan
menggunakan alat TGA (Thermogravimetric
Analyzer) yang bertujuan untuk mengetahuikandungan fixed carbon, moisture, ash dan vollatile
matter, selain itu analyzer sulfur digunakan untuk
mengetahui kandungan sulfur pada tiap briket dan bomb kalorimeter untuk mengetahui nilai kalor.
Larutan
kanji, tar
batubara atau
mollase
Pencetakan
Pencampuran bahan
(20:40, 30:30, dan 45:15)
Biobriket
Pengayakan
Pengarangan
Penghalusan
Pengayakan
Penghalusan
Sekam
padi Batubara
Analisa proksimat,
heating value dan
kandungan sulfur
Gambar 2.Diagram alir proses pembuatan briket
sekam padi
-
8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap
4/6
E09-4
Hasil dan Pembahasan
Bahan baku yang dipergunakan dalam percobaan iniadalah sekam padi, batubara dan tar. Adapun
komposisi dari bahan baku pada ukuran 60 mesh
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi Bahan Baku Biobriket
Tabel 2 memperlihatkan bahwa kandungan volatile
matter dari batubara yang dipergunakan cukup tinggi
(36,8 %) sehingga batubara berpotensi untuk
memberikan kemudahan dalam pembakaran.Sedangkan sekam padi saat awal memiliki
kandungan volatille matter yang juga tinggi tetapikandungan fixed karbon rendah dan abu yang tinggi.
Setalah dilakukan proses pengarangan (karbonisasi)
maka kandungan volatille matter menurun dan fixed
karbon meningkat serta peningkatan kandungan
kalor dari sekam padi. Hilangnya zat terbang
(volatille matter, VM) dari sekam padi akanmembuka pori-pori dari sekam padi untuk dapat diisi
oleh pengikat.
Tabel 3. Komposisi Tar Batubara
KomponenKandungan
(% berat)MC 6,55
Ash 0,19
Carbon 58,8
Hidrogen 6,11
Nitrogen 0,02
Total Sulfur 0,18
Perekat tar diperoleh dari produk samping proses
gasifikasi batubara memiliki komposisi seperti
Tabel 3. Teryata tar batubara memiliki kandungan
karbon yang tinggi sehingga tar merupakan salah
satu perekat yang akan meningkatan kandungankalor.
Percobaan pembuatan biobriket dari campuran
sekam padi, batubara dengan memvariasikan pengikat telah dilakukan. Gambar 3
memperlihatkan bentuk fisik dari biobriket yang
dihasilkan dari campuran tersebut. Secara fisik
briket tersebut layak dipergunakan sebagai bahan bakar untuk rumah tangga.
Hasil biobriket tersebut kemudian dianalisa untuk mengetahui kandungan kalor (kcal/kg), kandungan
air (Moisture Conten,MC), karbon tetap (Fixed
carbon, FC), Abu dan Sulfur. Gambar 4,5,6,7, 8
memperlihatkan kandungan biobriket untuk 3
sampel yaitu Sampel 1 dengan kandungan sekam padi 20
%, batubara 40%, pengikat 40 %.
Sampel 2 dengan kandungan sekam padi 30%, batubara 30%, pengikat 40 %.
Sampel 3 dengan kandungan sekam padi
45 %, batubara 15%, pengikat 40 %.
Gambar 4 menunjukkan nilai kalor dari biobriket
yang dihasilkan dengan mencampur sekam padi:
batubara: pengikat pada perbandingan tertentu. Jenis
pengikat divariasikan serta ukuran sekam padi dan batubara adalah 60 mesh. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa pengikat tar memiliki kandungan
kalor yang tinggi diatas 4000 kcal/kg. Hal ini
disebabkan tar merupakan komponen pengikat
sekaligus pemberi kandungan kalor pada batubara.
Selain itu biobriket dengan kandungan sekam padiyang besar yaitu sampel 3 dengan kandungan sekam
padi 45 % akan memberikan kandungan kalor yang
rendah. Hal ini disebabkan nilai kalor dari batubara
Bahan
Baku%MC %VM %ASH %FC
Nilai
kalor (kcal/kg)
Batubara 13,63 36,82 24,26 25,29 4354,3
Sekam
padi
karbonisasi
5,97 23,28 48,35 22,40 2977,7
Sekam
padi non
karbonisasi
9,18 43,40 36,42 11,00 2472,5 Gambar 3. biobriket sekam padi hasil percobaan
Gambar 4. Kandungan kalor (kcal/kg) dari biobriket
untuk variasi perbandingan massa sekam
padi:batubara:pengikat dengan 3 macam pengikat.
-
8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap
5/6
E09-5
lebih tinggi dibandingkan dengan sekam padi seperti
terlihat pada Tabel 2.
Adapun kandungan air dari biobriket yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5. Komposisi
variasi sekam padi:batubara: pengikat tidak mempengaruhi kandungan air. Tetapi jenis pengikat
berpengaruh terhadap kandungan biobriket yang
dihasilkan. Jenis pengikat larutan kanji dan mollase
memberikan kandungan air yang cukup tinggi diatas
10 %-berat sedangkan pengikat tar memberikan
kandungan air yang rendah (dibawah 5%-berat).
Dengan kandungan air yang rendah pada biobriketdengan pengikat tar maka kandungan energi pada
biobriket dengan pengikat tar akan tinggi.
Fixed karbon merupakan komponen dari biobriket
yang akan memberikan kandungan energi yangtinggi. Biobriket dengan komposisi sekam padi yang
rendah akan memberikan kandungan fixed karbon
yang rendah seperti terlihat pada Gambar 6.
Sedangkan pengikat tar memberikan kandungan
fixed karbon yang lebih tinggi dibandingkan denganmolasse atau larutan kanji.
Pembakaran biobriket akan menyisahkan
komponen abu pada bagian bawah dari kompor
biobriket. Abu merupakan komponen yang akanmenurunkan kandungan kalor yang dimiliki oleh
biobriket. Variasi jenis pengikat tidak terlalu besar
memberikan perubahan kandungan abu seperti
terlihat pada Gambar 7. Tetapi biobriket yang
memiliki kandungan sekam padi yang tinggi akan
memberikan kandungan abu yang tinggi karenasekam padi yang telah mengalami pengarangan akan
memiliki kandungan abu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan batubara seperti terlihat pada
Tabel 2. Hal ini berakibat turunnya kandungan kalor
pada biobriket dengan variasi sekam padi yang
tinggi.
Biobriket dengan kandungan sekam padi yangkecil serta pengikat tar akan memberikan kandungan
kalor yang tinggi seperti dijelaskan pada
Gambar 4. Seperti diperlihatkan pada Tabel 3 bahwa
pengikat tar merupakan bahan baku yang memiliki
kandungan karbon lebih tinggi dibandingkan sekam
Gambar 5. Kandungan air (%-berat) dari biobriket untuk variasi perbandingan massa sekam padi:batubara:pengikat
dengan 3 macam pengikat.
Gambar 6. Kandungan fixed carbon (%-berat) dari
biobriket untuk variasi perbandingan massa sekam
padi:batubara:pengikat dengan 3 macam pengikat.
Gambar 7. Kandungan abu (%-berat) dari biobriket untuk
variasi perbandingan massa sekam padi:batubara:pengikat
dengan 3 macam pengikat.
Gambar 8. Kandungan sulfur (%-berat) dari biobriket
untuk variasi perbandingan massa sekam padi:batubara:pengikat dengan 3 macam pengikat.
-
8/18/2019 Pengaruh Jenis Binder Terhadap
6/6
E09-6
padi serta pengikat yang lainnya. Gambar 8
memperlihatkan kandungan sulfur yang dimilikioleh biobriket. Terlihat bahwa sampel 1 yang
memiliki kandungan batubara yang tinggi memiliki
kandungan sulfur yang tinggi dibandingkan dengan
sampel 2 dan 3 yang memiliki kandungan sekam
padi yang tinggi. Kemudian pengikat tar juga
memberikan kontribusi dalam peningkatankandungan sulfur seperti terlihat pada Gambar 8.
Dengan demikian bahwa batubara dan tar sebagai
pengikat dapat berkontribusi terhadap gas sulfur
yang dihasilkan saat biobriket tersebut dibakar
sebagai bahan bakar rumah tangga. Dengan kondisi
ini perlu maka pembuatan biobriket dapatmenggunakan sekam padi semaksimal mungkin
karena sekam padi memiliki kandungan sulfur yang
kecil dan lebih ramah terhadap lingkungan saat biobriket dimanfaatkan.
Kesimpulan
Biobriket dapat dihasilkan dari campuran sekam
padi, batubara serta pengikat dilihat dari bentuk fisik
yang dihasilkan. Biobriket dengan kandungan
batubara yang tinggi serta pengikat tar akanmemberikan kandungan energi yang tinggi hingga
5500 kcal/kg. Tetapi kandungan sulfur pada
biobriket dengan kandungan batubara tinggi serta
pengikat tar juga tinggi yang berakibat pada saat
penggunaan di rumah tangga. Komposisi sekam padi
: batubara: pengikat 30:30:40 dengan pengikat tar memberikan energi yang optimal (5100 kcal/kg)
dengan kandungan sulfur yang rendah (0,48%).
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Pabrik Kapur PT Krakatau Steel serta PT Indonesia Power
Unit Bisnis Suralaya yang telah memberikan
fasilitas dalam penelitian ini.
Daftar Pustaka
Felfli.F.F.,et all,2011, Biomass briquetting and its
perspectives in Brazil, Biomass and Bioenergy
Journal, 35,236-242
Gaur, S., & Reed, T.,1998. Thermal Data for Natural and Synthetic Fuels. Marcel Dekker
Grover, P.D. and Mishra, S.K., 1996, Biomass Briquetting: Technology and Practices; RWEDP
Field Document no. 46, Food and Agricultural
Organization of the United Nations, Bangkok
Hartoyo,J dan Roliadi, H., 1978, Percobaan
Pembuatan Briket Arang dari 5 Jenis Kayu
Indonesia, Laporan Penelitian Hasil Hutan, Bogor.
Hasbullah., 2000. Teknologi Tepat Guna dan Agroindustri Kecil Sumatera Barat . Sumatera Barat: Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri
Hessley, R.K., Reasoner, J.W., and Riley, J.T., 1986,Coal Science, An Introduction to Chemistry,
Technology and Utilization, Mc Graw Hill
Publishing Company Limited, London.
Jenkins, B. M.,1989, Physical Properties of
Biomass, Gordon and Breach, New York
Lappas, A.A., Papavasiliou, D., Batos, K., and
Vasalos, I.A., 1990, Product Distribution and Kinetic Predicitions on Greek Lignite Pyrolysis, J.Fuel. Chem., 69, 1304-1308
S.V Loo and J.Koppejan, 2008, Biomass
Combustion and Co-Firing , 1st
edition, EarthScan,
London
top related