laporan praktikum fistum
Post on 20-Jun-2015
2.601 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
“Tekanan Osmosis ”
KELOMPOK 2 / SHIF III
1. Aini Maskuro (0910211107)
2. Arizal irawan (0910211082)
3. Efriyanti Nilasari (0910211100)
4. Corina oktavia (
5. Nur imamah (0910211088)
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan :
Setelah menyelesaikan acara praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menghitung
tekanan osmosis cairan sel .
1.2 Dasar Teori
Komponen potensial tumbuhan terutama terdiri dari atas potensial osmosis (solute) dan
potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel,air murni cenderung
memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel.
Untuk mengatur potensial osmosis , potensial turgor nol . potensial turgor sama dengan nol jika
sel mengalami plasmolisis. Plasmolisis adalah peristiwa keluarnya cairan sel karena adanya
tekanan osmosa,bilamana sel tersebut berada dalam larutan yang hipertonis dalam keadaan
“inspien plasmolysa”, tekanan osmosa cairan sel sama dengan tekanan osmosa larutan dimana
sel tersebut direndam. Jika sel dalam larutan yang encer (hipotonis) maka cairan yang untuk
merendam sel tersebut akan mengalir masuk kedalam sel , sel menggembung.
Inspien plasmolysa dapat dikenali apabila dalam suatu larutan dijumpai sekumpulan
sel yang 50% tidak berplasmolisis.dalam hal ini digunakan nilai rata-rata karena potensial
osmosis sel-sel tersebut tidak sama .
Pada waktu terjadi plasmolisis inspien , sel berada dalam keadaan tanpa tekanan.
Potensial osmosis larutan eksternal memiliki nilai sama dengan potensial osmosis ciran sel.dalam
keadaan seperti ini larutan eksternal dikatakan isotonic terhadap cairan sel.
Gambar perbedaan konsentrasi yang menyebabkan perubahan pada dinding sel
Dengan menghitung nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang isotonic terhadap
cairan sel,maka nilai potensial osmosis sel dapat diketahui. Nilai potensial osmosis cairan sel
tumbuhan berkisar -10 dan -20 atm .
Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air
dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai
potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu
potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992). Sel tumbuhan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor, sedangkan
konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan adalah 0 M; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22 M; 0,24
M dan 0,26 M.
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu
tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi
molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula
tekanan osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika
kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi.
Sistem osmotik,alat ukur osmosis disebut osmometer.umunya osmometer adalah
perkakas laboratorium,tapi sel hidup dapat pula di anggap sebagai sistem osmotik. Pada
keduanya ,biasanya terdapat 2 hal yang penting pertama ,2 larutan atau lebih atau air
murni ,dipisahkan satu sama lain oleh membran yang lebih membatasi pergerakan unsur terlarut
daripada molekul pelarut.kedua,biasanya terdapat sarana untuk membangun membrannya
bersifat semi permiable yang melakukan pelarut air dengan mudah tapi tidak melarutkan larutan.
Larutan demikian kuat terbatasi sehingga pergerakan air kedalam osmometer tidak banyak
menaikkan volume larutan.osmometer yang ha,pir sempurna dapat dibuat di laboratorium namun
sel tidak pernah berfungsi sebagai sistem osmotik yang sempurna.(Frank B salisbury,1995;47)
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak
air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika
potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih
rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu
cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya
sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo
discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi
konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses
plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang
terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka
dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air
murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-
benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang
tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul
tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis (solut) dan
potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung
memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel.
Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang
terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di
dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial
osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh
terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya
semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka
nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952).
Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel,
sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung
meninggalkan sel. Saat pengaturan potensial osmosis maka potensial turgor harus sama dengan
0. Agar potensial turgor sama dengan 0 maka haruslah terjadi plasmolisis. Plasmolisis adalah
suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari
vakuola (Salisbury and Ross, 1992). Menurut Winduwati (2000), karakteristik permeasi air pada
membran osmosis balik telah dipelajari dengan menggunakan membran komposit modul modul
sopitral wound dan larutan klorida dalam air dalam larutan umpan.
BAB II
METODOLOGI
1. Timbang glukosa 342 g . setelah itu larutan stok glukosa 1 M ,dengan cara melarutkan
342 gr glukosa tersebut ke dalam 500 ml aquades.selanjutnya selanjutnya dibuat larutan
sukrosa dengan konsentrasa 0M ; 0,16 M ; 0,18 M ; 0,20 M ; 0,22 M ; 0,24 M ; dan 0,26
M dengan cara mengencerkan larutan stok glukosa 1 M . misalnya akan dibuat larutan
glukosa 0,16 M dari stok 1 M dengan volume sebanyak 100 cc.
VIMI = V2M2
Keterangan :
V1 = Volume larutan sukrosa stok (1M)
M1 = Molaritas larutan sukrosa (1M)
V2 = Volume larutan sukrosa yang akan dibuat (100ml)
M2 = Molaritas larutan sukrosa yang akan dibuat (0,16M)
Contoh :
V1.M1 = V2.M2
V1.1 = 100.0,16
V1 = 16
Jadi diambil larutan stok glukosas 1 M sebanyak 16 ml,kemudian ditambah aquades 84 ml
sehingga volume akhir menjadi 100ml. dengan cara yang sama dibuat larutan glukosa lain .
2. Dalm botol vial diisi 5ml larutan glukosa.tiap botol digunakan untuk 1 konsentrasi
larutan.
3. Dengan menggunakan pisau silet ,dibuat sayatan membujur tipis epidermis bawah daun
Rhoeo discolor yang berwarna ungu. Paling sedikit sayatan tersebut mengandung 25 buah
sel epidermis yang berwarna ungu (mengandung antosianin).
4. 2 atau 3 sayatan epidermis dimasukkan kedalam botol yang sudah berisi larutan.
5. Biarkan sayatan berada dalam larutan sukrosa selama 15 menit.
6. Setelah 15 menit syatan epidermis tadi diletakkan di atas gelas obyek . gelas obyek ini
sebelumnya telah ditetesi larutan glukosa dengan konsentrasi larutan glukosa pada
masing-masing botol. Dengan pertolongan ujung jarum ,gelas obyek ditutup dengan gelas
penutup.periksa sayatan epidermis tadi dibawah mikroskop.
7. Tentukan 25 sel epidermis yang tampak dibawah mikroskop. Hitunglah jumlah sel yang
berplasmolisis dan yang tidak berplasmolisis.catat hasil perhitungan ini dalam suatu
table.kemudian dihitung jumlah sel yang mengalami plasmolisis.
8. mencari konsentrasi larutan sukrosa 50 % jumlah epidermisnya mengalami plasmolisis.
Untuk menentukan konsentrasi larutan yang menyebabkan plasmolisis inspient.
9. Sel epidermis pada keadaan plasmolisis inspient memiliki potensial osmosis larutan yang
digunakan.
Menghitung nilai potensial osmosis cairan sel dengan menggunakan rumus :
ψ =
−22 , 4 MT273
atm
BAB III
HASIL PENGAMATAN
VIMI = V2M2
Keterangan :
V1 = Volume larutan sukrosa stok (1M)
M1 = Molaritas larutan sukrosa (1M)
V2 = Volume larutan sukrosa yang akan dibuat (100ml)
M2 = Molaritas larutan sukrosa yang akan dibuat (0,16M)
Pada saat praktikum tidak menggunakan sukrosa tapi menggunakan glukosa .
1. V1.M1 = V2.M2
V1.1 = 100.0 M 0 ml larutan stok gula + 100 ml aquades
V = 0 ml
2. V1.M1 = V2.M2
V1.1 = 100.0,16 M 16 ml larutan stok gula + 84 ml aquades
V = 16 ml
3. V1.M1 = V2.M2
V1.1 = 100.0,18 M 18 ml larutan stok gula + 82 ml aquades
V = 18 ml
4. V1.M1 = V2.M2
V1.1 = 100.0,20 M 20 ml larutan stok gula + 80 ml aquades
V = 20 ml
5. V1.M1 = V2.M2
V1.1 = 100.0,22 M 22 ml larutan stok gula + 78 ml aquades
V = 22 ml
6. V1.M1 = V2.M2
V1.1 = 100.0,24 M 24 ml larutan stok gula + 76 ml aquades
V = 24 ml
7. V1.M1 = V2.M2
V1.1 = 100.0,26 M 26 ml larutan stok gula + 74 ml aquades
V = 26 ml
PERBESARAN 10 X HASIL PENGAMATAN KELOMPOK KONSENTRASI 0.22 M
a. Sel yang tidak berplasmolisis
b. Sel yang berplasmolisis
Sel berplasmolisis Sel tidak berplasmolisis
Perbandingan dari literature
Sel berplasmolisis Sel tidak berplasmolisis
Tabel Pengamatan sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang berplasmolisis dan
yang tidak berplasmolisis :
Konsentrasi
(M)
Jumlah Sel
Rata –
Rata
Tidak
berplasmolisisBerplasmolisis
0 M
0,16 M
0,18 M
0,20 M
0,22 M
0,24 M
0,26 M
0
12
14
20
25
30
50
40
30
26
24
20
16
10
20
21
20
22
22,5
23
30
1. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0 M
Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK
Perhitungan Potensial Osmosis :
ψ =
−22 , 4 MT273
atm
=
−22 ,4×0×298273
atm
=
0273
atm = 0 atm
2. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,16 M
Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK
Perhitungan Potensial Osmosis :
ψ =
−22 ,4 MT273
atm
=
−22 , 4×0 ,16×298273
atm
= - 3,91 atm
3. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,18M
Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK
Perhitungan Potensial Osmosis :
ψ =
−22 ,4 MT273
atm
=
−22 , 4×0 ,18×298273
atm
= -4,401atm
4. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,20M
Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK
Perhitungan Potensial Osmosis :
ψ =
−22 , 4 MT273
atm
=
−22 ,4×0 , 20×298273
atm
= -4,89 atm
5. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,22 M
Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK
Perhitungan Potensial Osmosis :
ψ =
−22 , 4 MT273
atm
=
−22 ,4×0 , 22×298273
atm
= - 5,38 atm
6. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,24 M
Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK
Perhitungan Potensial Osmosis :
ψ =
−22 , 4 MT273
atm
=
−22 ,4×0 , 24×298273
atm
= - 5,87 atm
7. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,26 M
Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK
Perhitungan Potensial Osmosis :
ψ =
−22 , 4 MT273
atm
=
−22 ,4×0 , 26×298273
atm
= - 6,36 atm
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Konsep Dasar Tujuan Praktikum
Percobaan yang memiliki judul Tekanan Osmosis dengan sub judul Plasmolisis ini
bertujuan untuk menemukan fakta tentang gejala plasmolisis, menunjukkan factor penyebab
plasmolisis, mendeskripsikan peristiwa plasmolisis, serta menunjukkan hubungan antara
plasmolisis dengan status potensial osmotic antara cairan selnya dengan larutan di
lingkungannya. Berdasarkan literatur disebutkan bahwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya
membran sel dari dinding sel sebagai dampak hipertonisnya larutan di luar sel, sehingga cairan
yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi 0. Efek
selanjutnya yang ditimbulkan adalah karena potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar sel,
maka air di luara sel bergerak ke dinding sel mendesak membran sel yang mengakibatkan
membran sel terlepas dari dinding sel. Objek percobaan kali ini adalah daun Rhoe discolor.
4.2 Klasifikasi dan Deskripsi Rhoe discolor
Berdasarkan litelatur yang didapatkan, deskripsi dari daun Rhoe discolor adalah sebagai
berikut:
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Commelinales
Famili : Commelinaceae
Genus : Rhoeo
Spesies : Rhoeo discolor
Nama daerah : Tanaman Adam dan Hawa
Deskripsi
Habitus : Semak, tinggi 40-60 cm.
Batang : Kasar, pendek, lurus, coklat.
Daun : Tunggal, lonjong,ujung runcing, pangkal memeluk batang, tepi rata, panjang 25-
30 cm, lebar 3-6 cm, permukaan atas hijau, permukaan lainnya merah kecoklatan.
Bunga : Majemuk, bentuk mangkok, di ketiak daun, terbungkus, kelopak seperti kerang,
benang sari silindris, banyak, putih, kepala putik kuning, mahkota bentuk segitiga, tiga lembar,
putih
Akar : Serabut, kecoklatan.
4.3 Analisa hasil Pengamatan
Pada percobaan ini, yang dipakai sebagai preparat adalah sayatan tipis epidermis daun
Rhoe discolor bagian bawah. Dalam membuat preparat segar dari daun tersebut harus
memperhatikan ketentuan dalam membuat preparat yang telah diajarkan sebelumnya. Sedangkan
syarat objek dapat diamati di bawah mikroskop adalah tembus cahaya.
Setelah preparat segar selesai dibuat, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
kecil kemudian perbesaran yang semakin besar. Pada pengamatan tersebut akan telihat sel-sel
yang berwarna ungu yang terbentuk karena adanya pigmen warna anthocian pada daun Rhoe
discolor tersebut. Setelah itu pada tepi gelas penutupnya ditetesi dengan larutan gula (glukosa),
diamati, dan dicatat kapan saja terjadi perubahan sel-sel beranthosian tadi terus-menerus selama
15 menit. Sukrosa yangg digunakan pada percobaan ini memiliki berbagai konsentrasi yaitu 0
M; 0,16 M ; 0,18 M ; 0,22 M ; 0,24M dan 0,26 M.
1. Glukosa 0 M
Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki
pigmen warna ungu yang disebut pigmen antosian.larutan yang digunakan adalah
aquades murni sebanyak 100 ml dengan konsentrasi glukosa 0 M yang kemudian di
ambil menggunakan gelas ukur sebanyak 5ml untuk diletakkan di cawan
petridish,sayatan Rhoe discolor diletakkan pada cawan petridish tersebut slema 15 menit
setelah itu diamati dibawah mikroskop,hasil yang didapatkan adalah tidak ada sel yang
berplasmolisis karena tidak faktor konsentrasi zat terlarut yaitu glukosa akibatnya inti
dinding sel tidak mengalami perubahan jadi pada konsentrasi glukosa 0 M tidak ada sel
yang berplasmolisis . Kondisi larutan di luar sel dalam keadaan hypotonic .
2. Glukosa 0,16 M
Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki
pigmen warna ungu yang disebut pigmen antosian. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah proses pengamatan. Selain itu digunakan larutan glukosa dengan
konsentrsai 0,16 M larutan glukosa tersebut yang berperan sebagai larutan hipertonis
terhadap sel pada percobaan ini. Dalam membuat preparat segar, perlu memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan sebelumnya, baik dalam menyayat preparat
maupun saat meletakkannya pada gelas benda. Hasil sayatan dari preparat tersebut harus
tembus cahaya, karena hal tersebut merupakan syarat objek dapat diamati di bawah
mikroskop.
Sebelum larutan sukrosa diteteskan pada daun Rhoe discolor yang diamati dibawah
mikroskop, jumlah total sel yang berwarna ungu adalah 42 buah. Selain sel-sel yang
berwarna ungu maupun yang berwarna putih, juga ditemukan stomata sel. Sel-sel yang
berwarna ungu pada sel terlihat lebih jelas dibandingkan kloroplas yang berwarna hijau.
Hal ini terjadi karena pada saat normal pigmen antosianin berada vakuola tumbuhan yang
cukup besar, sedangkan kloroplas cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma.
Kemudian, setelah sel berwarna ungu selesai dihitung lalu menetesinya dengan larutan
glukosa 0,16 M pada tepi gelas penutup. Setelah itu, mengamati perubahan yang terjadi
selama 15 menit. Akan tetapi, setelah 15 menit sel yang berwarna ungu seolah
menghilang karena pecah. Sehingga tinggal 30 sel yang berwarna ungu . Jadi sebanyak
28,6% sel telah terplasmolisis dan sebanyak 71,4% sel tak terplasmolisis.
Sel-sel yang berwarna ungu terlihat lebih sedikit dan kloroplas lebih jelas terlihat. Hal ini
terjadi karena pada saat sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya,
maka air keluar dari vakuola sehingga membran sitoplasma akan mengerut begitu pula
sitoplasma, dan secara otomatis juga ukuran vakuola. Sehingga pigmen antosianin dari
dalam vakuola tidak terlalu jelas terlihat. Saat sitoplasma mengkerut , kloroplas yang
tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga dapat terlihat jelas. Pernyataan ini
sesuai dengan buku karangan Wildan Yatim yang berjudul Biologi Modern Biologi Sel
dalam Novi Utami 2011 (on line)
3. glukosa 0,18 M
Pada percobaan plasmolisis, Di dalam pengamatan dan percobaan ini yang menjadi objek
pengamatan adalah epidermis bawah daun Rhoe discolor. Pada epidermis bawah daun
Rhoe discolor ini di buat preparat dahulu sebelum melakukan pengamatan pada
mikroskop dengan perbesaran 10X10. Dalam pengamatan ini diperoleh data bahwa sel-
sel yang penuh dengan warna ungu (anthocian) berjumlah 11 sel dari 40 sel yang terlihat
di mikroskop dengan perbesaran 10X10. Hal ini berarti ada 29 sel berwarna putih.
Kemudian setelah sel terhitung jumlahnya, disekitar cover glass memberinya beberapa
tetes larutan sukrosa (gula) dengan konsentrasi 0,18 M dan mengamati perubahanya.
Dalam hal ini perubahan yang terjadi pada sel tersebut langsung terjadi pada menit ke 15.
Selama pengamatan tersebut pada 14 sel yang berplasmolisis sedangkan yang tidak
berplasmolisis sebanyak 26 sel jadi total rata-rata antara keduanya yaitu 20 sel . jadi 35 %
sel berplasmolisis sedangkan yang tidak berplasmolisis sebanyak 65 % . penyebab sel
berplasmolisis pada konsentrasi 0,18M bertambah 2 sel dari konsentrasi sebelumnya 12
sel dikarenakan terjadi penambahan konsentrasi gula sebesar 0,02 M . sedangkan sel
yang tidak berplasmolisis berkurang 4 sel dari konsentrasi sebelumnya . keadaan
konsentrasi sel bertujuan untuk mencapai keadaan yang isotonic.
4. glukosa 0,20 M
Percobaan ini dilakukan dengan membuat sayatan epidermis bawah daun Rhoe discolor,
dan meletakkan sayatan tersebut pada gelas benda, menetesi dengan sedikit air, kemudian
menutupnya dengan kaca penutup,konsentrasi gula yang digunakan 0,20 M di dapatkan
hasil pengamatan sel yang berplasmolisis sebanyak 20 sel dan yang 24 sel yang tidak
berplasmolisis . terjadi penambahan jumlah sel yang berplasmolisis sebanyak 6 sel dari
konsentrasi sebelumnya sedangkan jumlah sel yang tidak berplasmolisis mengalami
penurunan sebesar 2 sel , hal ini dikarenakan karena penambahan konsentrasi gula
sebesar 0,02 M . penambahan konsentrasi zat terlarut(glukosa) sangat mempengaruhi
jumlah sel yang berplasmolisis untuk mencapai konsentrasi isotonic . persentase
perbandingan sel yang berplasmolisis 45,5% dan yang tidak berplasmolisis 54,5%.
5.glukosa 0,22 M
Percobaan ini dilakukan dengan membuat sayatan epidermis bawah daun Rhoe discolor,
dan meletakkan sayatan tersebut pada gelas benda, menetesi dengan sedikit air, kemudian
menutupnya dengan kaca penutup. Preparat epidermis bawah daun Rhoe discolor tersebut
kemudian diletakkan di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 hingga preparat tampak
jelas dari lensa pengamat. Kegiatan selanjutnya yaitu menghitung jumlah sel yang penuh
dengan warna ungu (anthocian) yang terdapat dalam bidang pengamatan. Setelah
terhitung, selanjutnya memberikan tetesan larutan gula 0,22 M ke tepi gelas penutupnya,
lalu mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi selama 15 menit, dan menghitung
kembali jumlah sel beranthocian yang mengalami pemudaran warna ungu, atau bahkan
menjadi transparan(terplasmolisis).
Percobaan ini menghasilkan data jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada larutan
gula 0,22 M yaitu sebanyak 25 sel dan tidak terplasmolisis sebanyak 20 sel. Sehingga jika
dilakukan perhitungan, dapat diketahui persentase sel yang terplasmolisis maupun
tidak,yaitu sebagai berikut:
Sel terplasmolisis : 25/45 x 100% = 55,56%
Sel tidak terplasmolisis: 20/45 x 100% = 44,44%
Waktu mulai terjadi plasmolisis tercatat lebih dari 15 menit. Ada suatu bentuk hubungan
yang terjadi antara besar potensial osmotic (PO) sel terhadap molaritas atau konsentrasi
larutan sukrosa disekitar sel, yaitu semakin tinggi molaritas larutan sukrosa, maka
semakin rendah besar potensial osmotik sel tersebut. Hal ini menyebabkan semakin cepat
proses terjadinya plasmolisis. Bila tekanan osmotik larutan diluar sel sama dengan
tekanan osmotik cairan sel (isotonik) maka tidak akan terjadi peristiwa plasmolisis.
Plasmolisis terjadi karena larutan diluar sel memiliki konsentrasi yang lebih tinggi
daripada konsentrasi cairan sel.
6. Glukosa 0,24 M
Percobaan ini dilakukan dengan membuat sayatan epidermis bawah daun Rhoe discolor,
dan meletakkan sayatan tersebut pada gelas benda, menetesi dengan sedikit air, kemudian
menutupnya dengan kaca penutup,konsentrasi gula yang digunakan 0,24 M di dapatkan
hasil pengamatan sel yang berplasmolisis sebanyak 30 sel dan yang 16 sel yang tidak
berplasmolisis . terjadi penambahan jumlah sel yang berplasmolisis sebanyak 5 sel dari
konsentrasi sebelumnya sedangkan jumlah sel yang tidak berplasmolisis mengalami
penurunan sebesar 4 sel , hal ini dikarenakan karena penambahan konsentrasi gula
sebesar 0,02 M . penambahan konsentrasi zat terlarut(glukosa) sangat mempengaruhi
jumlah sel yang berplasmolisis untuk mencapai konsentrasi isotonic . persentase
perbandingan sel yang berplasmolisis 65,2% dan yang tidak berplasmolisis 34,8%.
7.glukosa 0,26 M
Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki
pigmen warna ungu. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pengamatan.
Selain itu digunakan larutan sukrosa 0,26 M yang berperan sebagai larutan hipertonic
terhadap sel.
Sebelum larutan sukrosa diteteskan pada daun Rhoe discolor yang diamati dibawah
mikroskop, jumlah sel yang berwarna ungu adalah 60 buah. Sel-sel yang berwarna ungu
ini terlihat lebih jelas dibandingkan kloroplas yang berwarna hijau. Hal ini terjadi karena
pada saat normal pigmen antosianin berada vakuola tumbuhan yang cukup besar,
sedangkan kloroplas cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma. Kemudian,
setelah sel berwarna ungu selesai dihitung lalu menetesinya dengan larutan sukrosa 0,26
M pada tepi gelas penutup. Setelah itu, mengamati perubahan yang terjadi selama 15
menit. Akan tetapai, setelah 5 menit sel yang berwarna ungu seolah menghilang karena
pecah. Sehingga tinggal 50 sel yang berwarna ungu . jadi sebanyak 83,3 % sel telah
terplasmolisis dan sebanyak 16,67 % sel tak terplasmolisis.
Sel-sel yang berwarna ungu terlihat lebih sedikit dan kloroplas lebih jelas terlihat. Hal ini
terjadi karena pada saat sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka
air keluar dari vakuola sehingga membrane sitoplasma akan mengerut begitu pula
sitoplasma, dan secara otomatis juga ukuran vakuola. Sehingga pigmen antosianin dari
dalam vakuolatidak terlalu jelas terlihat. Saat sitoplasma mengkerut , kloroplas yang
tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga dapat terlihat jelas. Pernyataan ini
sesuai dengan buku karangan Wildan Yatim yang berjudul Biologi Modern Biologi Sel.
Dari seluruh variable bebas yaitu berbagai konsentrasi larutan sukrosa (0,16M ;0,18M ;
0,22M dan 0,26M), variable kontrol waktu, dan variable terikat adalah banyaknya sel
yang terplasmolisis, maka diperoleh persen sel yang terplasmolisis ataupun yang tidak
terplasmolisis. Selanjutnya dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan
sukrosa dengan sel yang terplasmolisis sebagai berikut:
Dari grafik diatas terlihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan glukosa, sel yang
terplasmolisis lebih banyak. Hal ini terjadi karena perbedaan konsentrasi zat semakin
besar, mengakibatkan air semakin cepat berpindah dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi. Waktu mulai terplasmolisis juga akan lebih cepat terlihat pada konsentrasi larutan
sukrosa yanga lebih tinggi. Dari hasil persentase sel yamg terplasmolisis yang mendekati
50 % adalah ketika glukosa yang digunakan 0,20 M yaitu sebesar 45.5 % Hal ini berarti
bahwa Inscipient Plasmolisis terjadi saat konsentrasi sukrosa yang diberikan sebesar 0,20
M.
Menurut Tjitrosomo (1987) dalam Novi Utami 2011 (on line) , jika sel dimasukan ke
dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan
dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke
dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan
kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel
akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk
oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Sel epidermis daun
Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin
tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Apabila dibandingkan menurut literatur ternyata hasil percobaan yang dilakukan justru
berbeda dengan literature, hanya perlakuan dengan larutan sukrosa0,26 M yang sesuai dengan
literature. Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah tetesan larutan sukrosa yang diteteskan
pada sel epidermis Rhoe discolor dan ada sebagian larutan sukrosa yang diteteskan tidak
mengenai sel epidermis tersebut. Sel epidermis yang diamati sangat kecil dan dan celah antara
gelas penutup dan sel episermis sangatlah sempit, sehingga latutan sukrosa sulit mengenai sel
epidermis. Selain itu, pada percobaan ini waktu pengamatan terhadap sel-sel anthosianin yang
mulai terplasmolisis tidak dilakukan tepat selama 2 menit serta terjadi kesalahan penghitungan
jumlah sel yang terplasmolisis karena sel-sel epidermis dari Rhoe discolor sangat banyak dan
letaknya saling berdekatan satu sama lain.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel sebagai dampak
dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel
dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi nol.
2.Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan glukosa akan mengalami plasmolisis, dan
semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis .
3.Inciepient plasmolysis adalah suatu keadaan dimana setengah sel dari seluruh jumlah sel
menunjukkan tanda-tanda plasmolisis.
4. Inciepient plasmolysis (IP) pada percobaan ini terjadi pada konsentrasi 0,20 M
5. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang berplasmolisis karena
konsentrasi larutan semakin pekat dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin sedikit
jumlah sel yang tidak berplasmolisis .
DAFTAR PUSTAKA
Tim Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. 2011. Petunjuk praktikum fisiologi
tumbuhan.Jember:Universitas Muhammadiyah Jember
(http : //id.wikipedia.org/wiki/plasmolisis) diacces tanggal 19 Desember 2011
Novie utami.2011.laporan praktikum plasmolisis. (online)
http://novieutami.blogspot.com/2011/03/plasmolisis.html diacces tanggal 19 Desember
2011
http://googlebooks/nanas-kerang diacces tanggal 19 Desember 2011
Frank B Salisbury,dkk.1995.Fisiologi Tumbuhan jilid I.Bandung.ITB
top related