laporan praktikum alat bantu dan statistika pengukuran diameter poros
Post on 19-Oct-2015
333 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
LAPORAN PRAKTIKUM ALAT BANTU DAN STATISTIKA
PENGUKURAN DIAMETER POROS DAN LUBANG,
TOLERANSI DAN SUAIAN
Disusun oleh:
Hanif Arkan Nurdiansyah
12/333263/TK/39681
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
-
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 3
2.1 Toleransi ............................................................................................. 3
2.2 Cara Penulisan Toleransi .................................................................... 3
2.3 Suaian .................................................................................................. 4
2.4 Penulisan Simbol Toleransi, Penyimpangan, dan Suaian Menurut
ISO ...................................................................................................... 6
2.5 Mistar .................................................................................................. 7
2.6 Vernier Caliper Manual ...................................................................... 7
2.7 Vernier Caliper Dial ............................................................................ 9
2.8 Vernier Caliper Digital ....................................................................... 10
2.9 Mikrometer 0-25 mm .......................................................................... 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................ 12
-
ii
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ......................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 12
3.3 Prosedur Praktikum ............................................................................. 13
3.4 Metode Pengambilan Data .................................................................. 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 16
4.1 Hasil .................................................................................................... 16
4.2 Pembahasan......................................................................................... 21
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 25
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 25
5.2 Saran ................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 26
LAMPIRAN ............................................................................................................ 27
-
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5.1 Mistar ............................................................................................... 7
Gambar 2.6.1 Vernier caliper manual ..................................................................... 8
Gambar 2.7.1 Vernier caliper dial ........................................................................... 9
Gambar 2.8.1 Vernier caliper digital....................................................................... 10
Gambar 2.9.1 Mikrometer sekrup ........................................................................... 11
-
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3.1 Tabel klasifikasi suaian ........................................................................ 4
Tabel 4.1.1 Hasil pengukuran praktikan 1 (Hanif) ................................................. 16
Tabel 4.1.2 Hasil pengukuran praktikan 2 (Putri) ................................................... 16
Tabel 4.1.3 Hasil pengukuran praktikan 3 (Dian) ................................................... 17
Tabel 4.1.4 Hasil pengukuran praktikan 4 (Shabrina) ............................................ 17
Tabel 4.1.5 Hasil pengukuran praktikan 5 (Ayu) .................................................... 18
Tabel 4.1.6 Hasil pengukuran hole praktikan 1 (Hanif).......................................... 19
Tabel 4.1.7 Hasil pengukuran hole praktikan 2 (Putri) ........................................... 19
Tabel 4.1.8 Hasil pengukuran hole praktikan 3 (Dian) ........................................... 20
Tabel 4.1.9 Hasil pengukuran hole praktikan 1 (Shabrina) .................................... 20
Tabel 4.1.10 Hasil pengukuran hole praktikan 1 (Ayu) .......................................... 21
Tabel 4.2.1 Jenis suaian untuk tiap diameter .......................................................... 23
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam melakukan suatu produksi barang, terdapat beberapa keterbatasan,
baik dari raw material, mesin, maupun tujuan pembuatan barang tersebut. Sifat
bahan merupakan salah satu keterbatasan dari raw material untuk dapat
diproses sesuai dengan dimensi atau kondisi yang telah ditetapkan dalam proses
mendesain barang. Kemampuan mesin yang digunakan untuk memproduksi
barang tersebut juga menjadi salah satu keterbatasan dalam memproduksi suatu
barang, karena setiap mesin memiliki kemampuan dan spesifikasi yang
berbeda-beda. Adapun tujuan pembuatan barang tersebut juga menimbulkan
keterbatasan, misalnya saja seperti dalam pembuatan poros.
Maka dari itu dalam setiap pembuatan barang dibutuhkan suatu toleransi
ukuran benda. Toleransi ukuran adalah perbedaan ukuran antara kedua harga
batas dimana ukuran atau jarak permukaan/batas geometri komponen harus
terletak (ISO Recommendation R.286, 1962, ISO System of Limits and Fits).
Dengan adanya toleransi maka barang dapat diproduksi dan digunakan dengan
baik, karena dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang telah disebutkan
di atas, dan dapat meminimalisir benda kerja yang terbuang. Kemampuan
menggunakan alat ukur juga sangat diperlukan dalam melakukan pengukuran.
Bila kemampuan penggunaan alat ukur yang dimiliki pengendali kualitas itu
buruk, hasil pengukuran dapat menjadi tidak valid dan merugikan perusahaan.
-
2
Berdasarkan uraian tersebut maka diharapkan setelah melaksanakan
praktikum ini praktikan dapat menguasai penggunaan alat ukur yang tepat serta
dapat mengetahui dan menggunakan berbagai jenis toleransi dengan tepat.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Bekerja dengan menggunakan alat ukur sederhana (mistar) dan mistar
ingsut, berbagai jenis mistar ingsut (vernier caliper manual, vernier caliper
dial, dan vernier caliper digital), dan mikrometer.
b. Mahasiswa mampu menentukan alat ukur yang paling tepat untuk
mengendalikan suatu jenis besaran diameter pada proses pengendalian
kualitas produksi.
-
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Toleransi
Toleransi ukuran adalah perbedaan ukuran antara kedua harga batas
dimana ukuran atau jarak permukaan/batas geometri komponen harus terletak
(ISO Recommendation R.286, 1962, ISO System of Limits and Fits). Setiap
komponen perlu ditentukan ukuran dasarnya (basic size) sehingga kedua harga
batas maksimum dan minimum yang membatasi daerah toleransi dapat
dinyatakan dengan suatu penyimpangan terhadap ukuran dasar. Besar dan tanda
(positif atau negatif) penyimpangan diketahui dengan cara menjumlahkan atau
mengurangi ukuran dasar terhadap harga batas.
2.2. Cara Penulisan Toleransi
Adapun cara penulisan toleransi ukuran adalah sebagai berikut:
1. Ukuran maksimum ditulisakan di atas ukuran minimum.
2. Menuliskan nilai nominal beserta harga-harga penyimpangannya.
Penyimpangan atas dituliskan di atas penyimpangan bawah, dengan
jumlah angka desimal yang sama. Harga penyimpangan yang lebih besar
(dalam tanda yang sama maupun berbeda) berada di atas dari harga
penyimpangan yang lebih kecil.
3. Untuk toleransi yang simetrik terhadap ukuran dasar, harga
penyimpangan haruslah dituliskan sekali saja dengan didahului tanda .
-
4
4. Cara penulisan ukuran nominal yang menjadi ukuran dasar bagi toleransi
dimensi yang dinyatakan dengan kode/simbol anjuran ISO.
2.3. Suaian
Suaian adalah perbedaan ukuran bagi pasangan benda kerja sebelum
mereka disatukan. Suaian memiliki 3 jenis, yaitu:
1. Suaian longgar (Clearance fits), merupakan suaian yang akan selalu
menghasilkan kelonggaran.
2. Suaian pas (Transition fits), merupakan suaian yang dapat menghasilkan
kelonggaran maupun kerapatan.
3. Suaian paksa (Interference fits), merupakan suaian yang akan selalu
menghasilkan kerapatan pada kedua komponen benda kerja yang saling
berhubungan.
Menurut aturan ISO, terdapat dua buah sistem suaian yang dapat dipilih,
yaitu sistem berbasis poros dan sistem suaian berbasis lubang. Pada sistem
suaian berbasis poros, penyimpangan atas toleransi poros selalu berharga nol
dan penyimpangan lubang akan menyesuaikan dengan poros. Sebaliknya,
untuk sistem suaian berbasis lubang, penyimpangan bawah toleransi lubang
akan selalu bernilai nol, dan penyimpangan poros akan menyesuaikan dengan
lubang. Contoh tabel klasifikasi suaian:
Tabel 2.3.1 Tabel klasifikasi suaian
ISO Symbols
Description Hole
Basis
Shaft
Basis
-
5
Clearance
Fits
H11/c11 C11/h11
Loose running fit for wide commercial
tolerances or allowances on external
members.
H9/d9 D9/h9
Free running fit not for use where
accuracy is essential, but good for large
temperature variations, high running
speeds, or heavy journal pressures.
H8/f7 F8/h7
Close running fit for running on
accurate machines and for accurate
location at moderate speeds and journal
pressures.
H7/g6 G7/h6
Sliding fit not intended to run freely, but
to move and turn freely and locate
accurately.
H7/h6 H7/h6
Locational clearance fit provides snug
fit for locating stationary parts; but can
be freely assembled and disassembled.
Transition
Fits
H7/k6 K7/h6
Locational transition fit for accurate
location, a compromise between
clearance and interference.
H7/n6 N7/h6
Locational transition fit for more
accurate location where greater
interference is permissible.
Interference
Fits H7/p6 P7/h6
Locational interference fit for parts
requiring rigidity and alignment with
prime accuracy of location but without
special bore pressure requirements.
-
6
2.4. Penulisan Simbol Toleransi, Penyimpangan, dan Suaian Menurut ISO
Penulisan simbol menurut ISO memudahkan pembacaan ukuran yang
dimaksud pada suatu benda kerja. Dalam menentukan toleransi ukuran untuk
suatu ukuran dasar, ada dua hal yang harus ditetapkan, yaitu posisi daerah
toleransi terhadap garis nol dan besarnya daerah toleransi itu sendiri.
Posisi daerah toleransi terhadap garis nol ditetapkan sebagai suatu fungsi
ukuran dasar. Penyimpangan dinyatakan dengan simbol huruf. Huruf kapital
merupakan simbol dari penyimpangan pada hole, sedangkan huruf biasa
merupakan simbol bagi poros. Besarnya toleransi ditetapkan sebagai suatu
fungsi ukuran dasar. Simbol yang digunakan untuk menyatakan besarnya
toleransi adalah suatu angka, yang biasa disebut angka kualitas.
Posisi daerah toleransi terhadap garis nol dan angka kualitas toleransi untuk
hole maupun poros akan menentukan jenis suaian pada pasangan komponen
tersebut saat disatukan. Penulisan suatu suaian dilakukan dengan menyatakan
ukuran nominalnya yang kemudian diikuti dengan penulisan simbol toleransi
sesuai dengan jenis komponennya. Adapun simbol untuk hole harus dituliskan
terlebih dahulu, misalnya 20H7/g7. Artinya, untuk ukuran dasar 20 mm, lubang
dengan penyimpangan H berkualitas toleransi 7 berpasangan dengan poros
dengan penyimpangan g berkualitas toleransi 7.
H7/s6 S7/h6
Medium drive fit for ordinary steel parts
or shrink fits on light sections, the
tightest fit usable with cast iron.
H7/u6 U7/h6
Force fit suitable for parts which can be
highly stressed or for shrink fits where
the heavy pressing forces required are
impractical.
-
7
2.5. Mistar
Mistar atau penggaris adalah salah satu alat ukur dimensi panjang yang
memiliki kecermatan sebesar 0,5 mm. pada umumnya mistar berukuran 30 cm.
Gambar 2.5.1 Mistar
2.6. Vernier Caliper Manual
Vernier caliper manual atau yang biasanya disebut sebagai jangka sorong
merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi
luar dan dimensi dalam suatu benda kerja. Vernier Caliper Manual memiliki
kecermatan sebesar 0,05 mm. Adapun bagian-bagian dari vernier caliper
manual adalah sebagai berikut:
a. Internal Jaws, digunakan untuk mengukur diameter dalam suatu benda kerja
b. External Jaws, digunakan untuk mengukur dimensi luar suatu benda kerja
c. Locking Screw, digunakan untuk mengencangkan penunjuk skala
d. Imperial Scale
e. Metric Scale
f. Depth Measuring Blade, digunakan untuk mengukur kedalaman suatu benda
kerja
-
8
Adapun cara melakukan pengukuran dengan menggunakan vernier caliper
manual adalah sebagai berikut:
a. Pertama-tama, bersihkan benda kerja yang akan diukur dari berbagai kotoran
yang dapat mengganggu keakuratan pengukuran
b. Buka jaws, baik external jaws maupun internal jaws, dan tempatkan pada kedua
sisi bagian benda kerja yang akan diukur sehingga jaws tepat menyentuh kedua
permukaan benda kerja
c. Kemudian tekan sedikit jaws pada permukaan benda kerja sehingga jaws
sedikit mencengkram permukaan benda kerja tersebut
d. Kunci jaws dengan menggunakan locking screw sehingga jaws tidak dapat
bergerak
e. Kemudian amati garis angka 0 pada skala vernier segaris dengan skala utama,
lalu lihat berapa angka pada skala utama yang telah terlewati oleh garis 0 skala
vernier. Itu menunjukkan panjang utama (sebelum koma) dari dimensi benda
kerja yang diukur. Lalu lihat pada bagian bawah skala vernier, amati garis
angka 0 tepat mengenai bagian bawah skala utama. Itu menunjukkan panjang
desimal dari dimensi benda kerja yang diukur. Kemudian jumlahkan keduanya
maka akan diperoleh dimensi benda kerja tersebut
Gambar 2.6.1 Vernier caliper manual
-
9
2.7. Vernier Caliper Dial
Vernier caliper dial memiliki fungsi yang sama seperti vernier caliper jenis
lainnya, yaitu untuk mengukur dimensi benda bagian luar, diameter dalam
benda, dan kedalaman benda. Vernier caliper dial memiliki dial indicator yang
menggantikan skala vernier pada vernier caliper manual. Vernier caliper dial
memiliki kecermatan 0,01 mm atau 0,02 mm. Adapun cara melakukan
pengukuran dengan menggunakan vernier caliper dial adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan permukaan benda kerja yang akan diukur
2. Rapatkan jaws dan cek apakah penunjuk skala dial berada pada titik 0. Jika
belum, longgarkan bezel clamp screw dan putar bezel pada posisi 0.
Kencangkan kembali bezel clamp screw untuk memperbaiki posisi 0
3. Buka jaws kemudian tempelkan pada permukaan benda kerja yang akan diukur,
sesuaikan bukaan jaws hingga tepat menempel pada permukaan benda kerja
4. Kencangkan jaws dengan menggunakan lock screw sehingga jaws tidak dapat
bergerak
5. Baca bagian skala utama yang telah terlewati, angka itulah yang menjadi
panjang utama (sebelum koma) dari permukaan benda kerja yang diukur.
Kemudian perhatikan pada bagian dial, untuk yang memiliki kecermatan 0,01
mm maka skala yang ditunjukkan oleh jarum indikator dikalikan dengan 0,01
mm (apabila kecermatan 0,02 mm maka dikalikan dengan 0,02 mm), itulah
yang menjadi angka desimal. Kemudian jumlahkan keduanya sehingga dapat
diketahui panjang permukaan benda yang diukur
Gambar 2.7.1 Vernier caliper dial
-
10
2.8. Vernier Caliper Digital
Vernier caliper digital memiliki fungsi yang sama seperti vernier caliper
jenis lainnya, yaitu untuk mengukur dimensi benda bagian luar, diameter dalam
benda, dan kedalaman benda. Vernier caliper digital memiliki digital display
yang menggantikan skala vernier pada vernier caliper manual. Vernier caliper
digital memiliki kecermatan 0,001 mm. Adapun cara melakukan pengukuran
dengan menggunakan vernier caliper digital adalah sebagai berikut:
a. Bersihkan permukaan benda kerja yang akan diukur
b. Nyalakan digital display dengan menekan tombol on
c. Rapatkan jaws sehingga digital display menampilkan angka 0
d. Gerakkan jaws sesuai dengan panjang benda kerja yang akan diukur hingga
jaws tepat menyentuh permukaan benda kerja tersebut
e. Kunci jaws dengan menggunakan lock screw agar jaws tidak dapat bergerak
f. Tekan tombol hold agar angka yang tertera pada digital display tidak
berubah-ubah ketika terjadi gerakan pada vernier caliper digital. Angka tersebut
merupakan hasil pengukuran dari permukaan benda kerja
Gambar 2.8.1 Vernier caliper digital
-
11
2.9. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan salah satu alat ukur yang memiliki
kecermatan sebesar 0,01 mm. Adapun bagian-bagian dari mikrometer sekrup
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.9.1 Mikrometer sekrup
1. Anvil face
2. Spindle face
3. Spindle, bagian dari mikrometer sekrup yang dapat bergerak maju dan
mundur menyesuaikan benda kerja yang akan diukur
4. Lock nut, berfungsi untuk mengunci gerakan sleeve
5. Sleeve, menampilkan skala utama hasil pengukuran benda kerja
6. Thimble, menampilkan skala desimal bagi skala utama, hasil pembacaannya
dikalikan dengan 0,01 mm kemudian dijumlahkan dengan skala utama yang
ditampilkan pada sleeve, sehingga didapatkan besar dimensi benda kerja
yang diukur
7. Rachet, berguna untuk mencengkeram benda kerja dengan spindle. Caranya
adalah rachet diputar searah jarum jam sampai terdengar bunyi klik,
artinya rachet tidak dapat dikencangkan lagi dan hasil pengukuran sudah
dapat dibaca
8. Frame
-
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan dari praktikum pengukuran
diameter poros dan lubang, toleransi dan suaian adalah sebagai berikut:
Hari, tanggal : Senin, 10 Maret 2014
Pukul : 07.00 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Proses dan Sistem Produksi JTMI FT-UGM
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat alat yang digunakan pada praktikum pengukuran dimensi
panjang dan diameter serta kalibrasi mistar ingsut dan mikrometer ini adalah
sebagai berikut:
1. Model benda kerja
Terdapat dua benda kerja yang harus diukur oleh setiap praktikan dalam satu
kelompok, yaitu benda kerja berbentuk poros dan lubang.
2. Alat ukur linear dan diameter dalam
Terdapat 6 alat ukur linear dan diameter dalam yang digunakan dalam
praktikum kali ini, yaitu:
a. Alat ukur linear sederhana (mistar) dengan kecermatan 0,5 mm
-
13
b. Mistar ingsut dengan kecermatan 0,05 mm
c. Mistar ingsut dial indicator dengan kecermatan 0,01 mm dan 0,02 mm
d. Mistar ingsut digital dengan kecermatan 0,001 mm.
e. Mikrometer 0-25 mm
f. Mikrometer 25-50 mm
3.3. Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Praktikan menyiapkan alat-alat ukur linear dan diameter dalam yang akan
digunakan.
2. Praktikan melakukan pengukuran berbagai dimensi yang telah ditentukan
dari sebuah poros dalam posisi awal, yang kemudian disebut sebagai posisi
1, dengan menggunakan mistar dengan kecermatan 0,5 mm. Kemudian
praktikan mencatat setiap hasilnya.
3. Praktikan melakukan pengukuran berbagai dimensi yang telah ditentukan
dari sebuah poros dalam posisi 1 dengan menggunakan mistar ingsut dengan
kecermatan 0,05 mm. Kemudian praktikan mencatat hasilnya.
4. Praktikan melakukan pengukuran berbagai dimensi yang telah ditentukan
dari sebuah poros dalam posisi 1 dengan menggunakan mistar ingsut dial
dengan kecermatan 0,02 mm. Kemudian praktikan mencatat hasilnya.
5. Praktikan melakukan pengukuran berbagai dimensi yang telah ditentukan
dari sebuah poros dalam posisi 1 dengan menggunakan mistar ingsut digital
dengan kecermatan 0,001 mm. Kemudian praktikan mencatat hasilnya.
6. Praktikan melakukan pengukuran berbagai dimensi yang telah ditentukan
dari sebuah poros dalam posisi 1 dengan menggunakan mikrometer 0-25
mm. Kemudian praktikan mencatat hasilnya.
-
14
7. Praktikan memutar benda kerja sebesar 90o yang kemudian disebut sebagai
posisi 2, dengan menggunakan alat ukur yang sama pada tahap ke 2 sampai
6, kemudian mencatat hasilnya.
8. Praktikan melakukan pengukuran pada benda kerja yang berbeda, yaitu hole.
Pada pengukuran pertama, praktikan menandai ujung atas hole dengan
marker agar memudahkan dalam pengukuran-pengukuran berikutnya. Posisi
tersebut kemudian disebut sebagai posisi L1. Kemudian praktikan
menggunakan mistar dengan kecermatan 0,5 mm untuk mengukur diameter
dalam dari hole tersebut. Kemudian praktikan mencatat hasilnya.
9. Praktikan melakukan pengukuran diameter dalam pada posisi L1 dengan
menggunakan mistar ingsut dengan kecermatan 0,05 mm. Kemudian
praktikan mencatat hasilnya.
10. Praktikan melakukan pengukuran diameter dalam pada posisi L1 dengan
menggunakan mistar ingsut dial dengan kecermatan 0,02 mm. Kemudian
praktikan mencatat hasilnya.
11. Praktikan melakukan pengukuran diameter dalam pada posisi L1 dengan
menggunakan mistar ingsut digital dengan kecermatan 0,001 mm.
Kemudian praktikan mencatat hasilnya.
12. Praktikan melakukan pengukuran diameter dalam pada posisi L1 dengan
menggunakan mikrometer sekrup 25-50 mm. Kemudian praktikan mencatat
hasilnya.
13. Kemudian praktikan merotasi hole 90o dari titik marker, yang disebut
sebagai posisi L3, dengan menggunakan alat ukur pada tahap 8 sampai 12,
lalu mencatat hasilnya.
14. Kemudian praktikan membalikkan hole pada posisi seperti marker di sisi
sebelumnya, yang kemudian disebut dengan posisi R2, lalu diukur dengan
menggunakan alat ukur pada tahap 8 sampai 12, dan mencatat hasilnya pada
worksheet yang telah disediakan.
-
15
15. Setelah melakukan pengukuran pada posisi R2, praktikan melakukan
pengukuran pada posisi 90o dari titik marker R2, yang kemudian disebut
sebagai posisi R4, dengan menggunakan alat ukur pada tahap 8 sampai 12,
dan mencatat hasilnya pada worksheet yang telah disediakan.
16. Praktikan melakukan perhitungan mencari nilai rata-rata dari keempat
pengukuran pada setiap alat ukur, kemudian menghitung nilai standar
deviasinya, dan mencatat kedua nilai tersebut pada worksheet yang telah
disediakan.
17. Setelah melakukan pengukuran dengan semua alat ukur pada kedua benda
kerja dan menuliskan hasil pengukurannya ke dalam worksheet, praktikan
meminta asisten laboratorium untuk memeriksa dan memberi paraf pada
worksheet tersebut.
18. Praktikan membereskan semua peralatan yang telah selesai digunakan dan
meletakkannya pada tempat semula.
3.4. Metode Pengambilan Data
Adapun metode pengambilan data selama praktikum dan pembuatan
laporan adalah sebagai berikut:
1. Observasi, praktikan melakukan pengambilan data secara langsung pada saat
melaksankan praktikum, yaitu dengan cara melakukan pengukuran dimensi
benda kerja dengan alat ukur yang telah disediakan.
2. Studi pustaka, praktikan melakukan studi pustaka yang berasal dari website
resmi, jurnal ilmiah, maupun buku materi yang tersedia.
-
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil pengukuran benda kerja 1 (poros)
Tabel 4.1.1 Hasil pengukuran praktikan 1 (Hanif)
Diameter
Toleransi
Teoritis
Mistar Ingsut
(0,05 mm)
Mistar Ingsut
(0,01 mm)
Mistar Ingsut
(0,001 mm) Mikrometer
Maks Min
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
M16 16,1 15,9 15.15 14.65 14.48 14.6 14.36 14.52 15.27 15.25
M16 16,1 15,9 14.4 14.45 14.4 14.5 14.39 14.37 15.32 15.28
19.9h5 19.9 19.891 20 20 20.12 20.4 19.93 19.94 19.39 19.44
19.9h5 19.9 19.891 19.95 20 19.92 20.2 19.96 19.98 19.41 19.42
39.5h7 39.5 39.475 40 40 40.02 40.18 40 39.99 - -
39.5h7 39.5 39.475 40 40 39.98 40 40 39.98 - -
20h5 20 19.991 20 20 19.96 20.02 20.2 19.98 19.44 19.47
20h5 20 19.991 20 20 20.04 20.02 19.97 19.97 19.43 19.45
M10
10.1 9.9
8.95 9.3 9.28 9.32 9.26 9.28 9.35 9.33
M10
10.1 9.9
9.15 9.15 9.14 9.24 9.41 9.22 9.37 9.35
Tabel 4.1.2 Hasil pengukuran praktikan 2 (Putri)
Diameter
Toleransi
Teoritis
Mistar Ingsut
(0,05mm)
Mistar Ingsut
(0,01mm)
Mistar Ingsut
(0,001mm0 Mikrometer
Mak
s Min
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
M16 16,1 15,9
15,95 15,9 16,84 16,90 15,9 15,8 15,25
5 15,27
-
17
M16 16,1 15,9
16 16 16,90 16,86 15,97 16,61 15,35
5
15,34
5
19,9h5 19,9 19,89
1 20 20 20,94 20,92 19,97 19,98 20,36
20,36
5
19,9h5 19,9 19,89
1 20,4 20 20,04 20,94 20,16 20,13 20,45
20,37
5
39,5h7 39,5 39,47
5 40,05 40 40,04 40,02 40,06 40,14 - -
39,5h7 39,5 39,47
5 40 40,05 40,18 40 40,02 40 - -
20h5 20 19,99
1 20,05 20 20 20,20 20,03 20,02 20,42 20,43
20h5 20 19,99
1 20 20 19,98 20,02 20,02 19,98 20,43 20,43
M10 10.1 9.9 10 10 10 9,93 9,93 10 10,36 9,33
M10 10.1 9.9 10 10,05 10,92 9,90 9,90 10,02 10,31 9,34
Tabel 4.1.3 Hasil pengukuran praktikan 3 (Dian)
Diameter
Toleransi
Teoritis
Mistar Ingsut
(0,05mm)
Mistar Ingsut
(0,02 mm)
Mistar Ingsut
(0,001mm) Mikrometer
Maks Min
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
M16 16,1 15,9 16.5 16.15 15.64 14.34 15.68 15.77 15.745 16.15
M16 16,1 15,9 16.75 15.9 15.82 15.2 15.4 15.32 15.785 16.3
19,9h5 19.9 19.891 20.9 19.95 20.84 20.84 20.12 19.92 21.33 21.315
19,9h5 19.9 19.891 20.7 20.2 20.88 20.86 20.08 19.95 20.34 21.345
39,5h7 39.5 39.475 40.3 40.1 40.94 40.92 40 40 - -
39,9h7 39.5 39.475 40.85 40.3 40.94 40.94 40.12 39.96 - -
20h5 20 19.991 20.8 19.95 20.9 20.9 19.93 19.94 21.4 21.385
20h5 20 19.991 20.9 20.3 20.9 20.88 19.95 19.96 21.39 21.39
M10
10.1 9.9
10.9 10.4 10.66 10.82 9.9 9.9 11.315 11.28
M10
10.1 9.9
10.55 10.45 10.02 10.06 9.88 9.92 11.265 11.245
Tabel 4.1.4 Hasil pengukuran praktikum 4 (Shabrina)
-
18
Diamete
r
Toleransi
Teoritis
Mistar
Ingsut
(0.05mm)
Mistar Ingsut
(0.01mm)
Mistar Ingsut
(0.001mm) Mikrometer
M16 16,1 15,9
16.4
0
15.9
0
16.4
5 15.50 15.62
15.6
4 15.24 15.26
M16 16,1 15,9
16.9
0 16
16.3
0 15.72 15.84
15.2
0 15.32 15.38
19.9h5 19.
9
19.89
1
20.9
0 20
20.8
0 20.32 20.84
20.3
3 20.36 20.36
19.9h5 19.
9
19.89
1
20.8
0 20
20.9
0 20.86 20.88
19.4
4 20.40 20.40
39.5h7 39.
5
39.47
5
40.9
0 40
40.7
0 40.14 40.98
40.1
3 - -
39.5h7 39.
5
39.47
5
40.1
0
40.0
5
40.8
0 40.92 40.94
40.0
0 - -
20h5 20 19.99
1
20.8
0 20
20.7
0 20.90 20.90
19.8
8 19.88 20.44
20h5 20 19.99
1
20.8
0 20
20.9
0 20.94 20.98
19.3
4 19.95 20.45
M10 10.
1
9.9 10.9
0 10 10.7 10.68 10.88 9.86 9.90 10.37
M10 10.
1
9.9 9.40
10.0
5
10.4
5 10.22 10.28 9.77 9.78 10.36
Tabel 4.1.5 Hasil pengukuran praktikan 5 (Ayu)
Diameter Toleransi
Teoritis
Mistar Ingsut
(0,05 mm)
Mistar Ingsut
(0,01 mm)
Mistar Ingsut
(0,001 mm)
Mikrometer
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
Posisi
1
Posisi
2
M16 16.1 15.9 15.90 16.00 16.08 16.08 15.84 15.77 15.25
5
15.27
M16 16.1 15.9 16.00 16.00 16.02 16.08 15.93 16.01
3
15.35
5
15.34
5
19.9h5 19.9 19.89
1
20.00 20.00 20.04 20.05 19.95 20.01
1
20.36 20.36
5
19.9h5 19.9 19 20.00 20.10 20.06 20.04 19.93 19.98 20.45 20.37
5
39.5h7 39.5 39.47
5
40.00 40.00 40.02 40.02 39.99 40.03 - -
-
19
39.5h7 39.5 39.47
5
40.00 40.00 40.02
5
40.01 40.03 40.03 - -
20h5 20 19.99
1
20.00 20.00 20.00 20.02 20.00 20.00 20.42 20.43
20h5 20 19.99
1
20.00 20.00 20.00 20.00 19.97 19.97 20.43 20.43
M10 10.1 9.9 10.00 10.00 10.25 10.07 9.88 9.93 9.34 9.35
M10 10.1 9.9 10.00 10.00 9.925 10.08 9.91 9.97 9.27 9.34
b. Hasil pengukuran benda kerja 2 (hole)
Tabel 4.1.6 Hasil pengukuran hole praktikan 1 (Hanif)
Alat Ukur (satuan
mm)
Pengamat A
L R
Mistar
1 20.1 3 20.1
2 20.1 4 20.15
X= 20.1125 S= 0.025
Mistar Ingsut
1 20.8 3 20.6
2 20.55 4 20.7
X= 20.6625 S= 0.110868
Mistar Ingsut Dial
1 20.72 3 20.92
2 20.68 4 20.82
X= 20.785 S= 0.107548
Mistar Ingsut Digital
1 19.66 3 19.64
2 19.84 4 19.85
X= 19.7475 S= 0.112953
Mikrometer
1 20.09 3 20.09
2 20.1 4 20.11
X= 20.0975 S= 0.009574
Tabel 4.1.7 Hasil pengukuran hole praktikan 2 (Putri)
Alat Ukur (satuan
mm)
Pengamat A
L R
Mistar 1. 20 2. 20
3. 20 4. 20
X = 20 S = 0,00
Mistar Ingsut 1. 19,60 2. 19,70
-
20
3. 19,40 4. 19,50
X = 19,55 S = 0,129
Mistar Ingsut Dial 1. 20,76 2. 20,88
3. 20,88 4. 20,58
X = 20,775 S = 0,1417
Mistar Ingsut Digital
1. 19,93 2. 19,42
3. 19,86 4. 19,97
X = 19,795 S = 0,254
Mikrometer 1. 20,055 2. 20,04
3. 20,44 4. 20,11
X = 20,16 S = 0,18825
Tabel 4.1.8 Hasil pengukuran hole praktikan 3 (Dian)
Alat Ukur Pengamat A
L R
Mistar
1 19.5 2 19.5
3 20 4 19.5
X= 19.625 S= 0.25
Mistar Ingsut
1 20.14 2 19.98
3 20.76 4 20.66
X= 20.385 S= 0.3831
Mistar Ingsut Dial
1 20.4 2 20.02
3 20 4 20.5
X= 20.23 S= 0.25742
Mistar Ingsut Digital
1 19.98 2 19.98
3 19.88 4 19.98
X= 19.955 S= 0.05
Mikrometer
1 20.28 2 20.28
3 20.36 4 20.23
X= 20.2875 S= 0.05377
Tabel 4.1.9 Hasil pengukuran hole praktikan 4 (Shabrina)
Alat Ukur (satuan
mm)
Pengamat A
L R
Mistar 1. 19.95 2. 19.95
-
21
3. 19.95 4. 20
X = 19.9625 S = 0.025
Mistar Ingsut 1. 19.75 2. 19.8
3. 19.75 4. 19.75
X = 19.7625 S= 0.025
Mistar Ingsut Dial 1. 19.68 2. 19.68
3. 19.7 4. 19.72
X = 19.695 S= 0.019149
Mistar Ingsut Digital
1. 19.68 2. 19.72
3. 19.7 4. 19.72
X = 19.705 S = 0.019149
Mikrometer 1. 20.20 2. 20.16
3. 20.09 4. 20.18
X = 20.1575 S = 0.04
Tabel 4.1.10 Hasil pengukuran hole praktikan 5 (Ayu)
Alat Ukur (satuan
mm)
Pengamat A
L R
Mistar 1. 20 2. 20
3. 20 4. 20
X = 20 S = 0
Mistar Ingsut 1. 19.90 2. 19.90
3. 19.80 4. 19.90
X = 19.875 S = 0.05
Mistar Ingsut Dial 1. 20.50 2. 20.55
3. 20.42 4. 20.53
X = 20.50 S = 0.057
Mistar Ingsut
Digital
1. 19.29 2. 19.40
3. 19.39 4. 19.42
X = 19.375 S = 0.058
Mikrometer 1. 20.075 2. 20.05
3. 20.07 4. 20.075
X = 20.0675 S = 0.0119
4.2. Pembahasan
-
22
Dalam pengukuran menggunakan 5 alat ukur yang berbeda, yaitu mistar,
mistar ingsut manual, mistar ingsut dial, mistar ingsut digital, dan mikrometer
praktikan memperoleh hasil pengukuran yang berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan terdapat perbedaan nilai kecermatan dari setiap alat ukur. Sebagai
contoh, saat praktikan mengukur diameter dalam hole dengan menggunakan
mistar, praktikan memperoleh hasil pengukuran sebesar 20,1 mm. Sedangkan
saat menggunakan mistar ingsut dial praktikan memperoleh hasil pengukuran
sebesar 20,72 mm. Perbedaan hasil pengukuran tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya adalah perbedaan nilai kecermatan antara mistar
dengan mistar ingsut dial. Mistar memiliki nilai kecermatan sebesar 0,5 mm
sedangkan mistar ingsut dial memiliki nilai kecermatan sebesar 0,02 mm
sehingga dalam pembacaan hasil pengukuran, saat menggunakan mistar
praktikan memiliki keterbatasan kecermatan, sehingga praktikan hanya
memperoleh hasil pengukuran sebesar 20,1 mm, dan kalaupun menghasilkan
angka lainnya, praktikan hanya akan menjumpai angka desimal puluhan (10,
20, 30, dan seterusnya) atau angka desimal limaan (5, 15, 25, dan seterusnya).
Selain dikarenakan perbedaan kecermatan alat ukur yang digunakan, penyebab
lainnya adalah cara praktikan melakukan pengukuran dan pembacaan hasil
ukur. Cara pengukuran yang tidak tepat akan menghasilkan hasil ukur yang
tidak tepat. Begitu pula apabila cara pembacaan hasil ukurnya tidak tepat maka
hasil ukurnya pun tidak sesuai dengan hasil ukur yang sebenarnya, meskipun
jika praktikan melakukan pengukuran dengan benar. Kemudian usia alat ukur
juga dapat mempengaruhi hasil pengukuran dari benda kerja. Semakin tua usia
alat ukur tersebut maka akan semakin sulit untuk melakukan kalibrasi bahkan
dapat tidak bisa melakukan kalibrasi lagi. Usia alat ukur juga dapat
mempengaruhi kecermatan alat ukur tersebut karena seiring berjalannya waktu
alat ukur akan mengalami perubahan yang diakibatkan oleh lingkungan
pengukuran, cara pengukuran, maupun cara penyimpanan alat ukur.
-
23
Pada tabel hasil pengukuran tiap praktikan terlihat bahwa terdapat
perbedaan hasil pengukuran setiap dimensi dari kedua benda kerja, yang juga
ditunjukkan pada nilai standar deviasi dari setiap pengukuran menggunakan
alat ukur pada benda kerja 2 (hole). Nilai standar deviasi menunjukkan seberapa
besar penyimpangan hasil pengukuran dari setiap praktikan pada setiap alat
ukur. Kedua hal tersebut dikarenakan oleh perbedaan kemampuan penggunaan
alat ukur dari masing-masing praktikan. Apabila seorang praktikan dapat
menggunakan alat ukur dengan baik maka hasil pengukurannya akan lebih
akurat jika dibandingkan dengan hasil pengukuran dari praktikan yang tidak
mampu menggunaan alat ukur dengan tepat. Selain itu, perbedaan pembacaan
hasil ukur dari masing-masing alat ukur juga menjadi penyebab berbedanya
hasil pengukuran dari setiap praktikan. Meskipun jika seluruh praktikan dapat
melakukan pengukuran dengan baik dan benar namun cara pembacaan hasil
ukurnya tidak tepat maka hasil pengukuran yang tercatat dalam worksheet
masing-masing praktikan juga akan berbeda-beda. Posisi dari praktikan saat
melakukan pengukuran maupun posisi dari benda kerja saat diukur juga
menjadi penyebab lain dari berbedanya hasil pengukuran setiap praktikan.
Posisi yang baik dan benar akan memberikan kenyamanan bagi praktikan serta
meminimalisir kelelahan sehingga pembacaan hasil ukur dapat lebih tepat.
Posisi benda yang tidak sesuai dengan prosedur pengukuran juga akan
menghasilkan perbedaan hasil pengukuran dari benda kerja.
Penentuan jenis suaian pada poros dapat dilakukan dengan membaca tabel
suaian berbasis poros. Berikut ini adalah hasil dari pembacaan tabel suaian
poros untuk diameter dari benda kerja 1:
Tabel 4.2.1 Jenis suaian untuk tiap diameter
Diameter Jenis Suaian
19.5h5 Interference Fits
39.5h7 Clearance Fits
-
24
20h5 Interference Fits
Dalam sudut pandang proses permesinan, pengukuran dimensi yang sama
dilakukan dua kali dikarenakan beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Cara penggunaan mesin, apabila cara penggunaan mesinnya tidak
benar maka dapat terjadi perbedaan ukuran pada benda kerja.
Contohnya adalah ketika menggunkan mesin bubut, apabila pekerja
tidak memutar benda kerja dengan lancar (tersendat-sendat, ada jeda
dalam memutar benda kerja) maka ukuran benda kerja diukur dari sisi
yang berlawanan dapat berbeda. Maka dari itu diperlukan pengukuran
dimensi yang sama sebanyak dua kali agar memastikan apakah ukuran
dimensi tersebut sudah tepat atau belum
2. Kondisi mesin dan komponen mesin, apabila kondisi mesin dalam
keadaan yang sudah tidak baik akibat usianya yang sudah tua dan/atau
tidak dilakukan maintenance secara rutin, maka dapat mempengaruhi
ketepatan nilai dimensi benda kerja karena kondisi tersebut membuat
mesin tidak dapat bekerja sesuai spesifikasinya. Selain itu, kondisi
komponen mesin juga dapat mempengaruhi hasil permesinan benda
kerja. Contohnya adalah mata pahat pada mesin bubut, apabila mata
pahat tersebut sudah tumpul maka pemakanan benda kerja pun tidak
dapat berjalan dengan stabil, yang dapat berakibat pada tidak
konsistennya ukuran dimensi benda kerja. Maka dari itu pengukuran
sebanyak dua kali pada bagian yang sama diperlukan untuk mengetahui
apakah hasil permesinan benda kerja sudah sesuai dengan yang
direncanakan.
3. Kalibrasi yang tidak tepat, apabila mesin-mesin produksi tidak
dikalibrasi dengan tepat sebelum melakukan permesinan pada benda
kerja, maka dimensi benda kerja dapat berbeda dengan dimensi
-
25
desainnya. Maka dari itu pengukuran dimensi yang sama sebanyak dua
kali dapat menjadi salah satu cara untuk mengetahui apakah mesin-
mesin tersebut sudah dikalibrasi dengan tepat atau belum.
-
26
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengukuran berguna untuk mengetahui nilai dimensi dari suatu benda
kerja, apakah sudah tepat sesuai toleransinya atau belum.
2. Hasil pengukuran dapat berbeda-beda, tergantung pada jenis alat ukur dan
kecermatannya, keahlian penggunanya, cara pengukurannya, dan proses
permesinannya.
3. Setiap benda kerja memiliki nilai toleransi dan suaian yang berbeda-beda,
tergantung pada ukuran dimensi benda kerja pasangannya.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Sebaiknya praktikan berkonsentrasi penuh dalam melakukan pengukuran
serta sesuai dengan cara pengukuran yang baik dan benar sehingga hasil
pengukurannya akurat.
2. Sebaiknya satu benda kerja diukur oleh satu orang praktikan, tidak diukur
bersama-sama, sehingga tidak akan mengganggu proses pengukuran yang
dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
-
27
DAFTAR PUSTAKA
Anyi Instrument Co., Ltd., 2009, How to Read a Dial Caliper,
http://www.aylj.com/en/expertise_dialcaliper.htm, online accessed on 10
Maret 2014.
Coban Engineering, 2013, ANSI Standard Limits and Fits (ANSI B4.1-1967,R1974),
http://www.cobanengineering.com/Tolerances/ANSILimitsAndFits.asp,
online accessed on 12 Maret 2014.
International Organization for Standardization, 1999, ISO Standards Handbook -
Limits, fits and surface properties, 2nd ed., International Organization for
Standardization, Genewa.
Long Island Indicator Service Inc., 2013, Dial Calipers Digital Calipers Vernier Calipers For What Its Worth, http://www.longislandindicator.com/p11.html online accessed on 10 Maret 2014.
MITCalc, 2003, Tolerances and Fits, http://www.mitcalc.com/doc/tolerances/help/en
/tolerancestxt.htm, online accessed on 11 Maret 2014.
Oberg, E., Jones, F.D., Horton, H.L., Ryffel, H.H., 1991, Machinerys Handbook, 24th ed., Industrial Press Inc., New York.
Pedhazur, E.J., Pedhazur, S.L., 1991. Measurement, Design, and Analysis: An
Integrated Approach, 1st ed., Lawrence Erlbaum Associates, New Jersey.
Rochim, T., 2001, Spesifikasi Geometris Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas, ITB,
Bandung.
Ryan, V., 2004, The Micrometer, http://www.technologystudent.com/equip1
/microm1.htm, online accessed on 10 Maret 2014.
Ryan, V., 2004, The Vernier Caliper Manual Version, http://www.technologystudent.com/equip1/vernier3.htm, online accessed on
10 Maret 2014.
-
28
LAMPIRAN
-
29
-
30
-
31
-
32
-
33
-
34
-
35
-
36
-
37
top related