laporan pendahuluan meningioma dewa ayu eka 11 47
Post on 13-Jul-2016
94 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN DAN KRITIS PADA KLIEN DENGAN
MENINGIOMA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUP SANGLAH DENPASAR
oleh:Dewa Ayu Eka Chandra M. S, S.Kep
NIM 11231101047
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2016
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN DAN KRITIS PADA KLIEN DENGAN
MENINGIOMA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUP SANGLAH DENPASAR
Oleh : Dewa Ayu Eka Chandra Merta Sari S. Kep
1. Kasus (Masalah Utama)
Meningioma
2. Penyelesaian Masalah
a. Pengertian
Istilah meningioma pertama kali dipopulerkan oleh Harvey Cushing pada
tahun 1922. Meningioma merupakan tumor jinak ekstra-aksial atau tumor yang
terjadi di luar jaringan parenkim otak yaitu berasal dari meninges otak.
Meningioma tumbuh dari sel-sel arachnoid cap dengan pertumbuhan yang lambat
(Al-Hadidy, 2007)
b. Klasifikasi Meningioma
Meningioma dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi tumor, pola
pertumbuhan dan histopatologi. Berdasarkan lokasi tumor dan urutan paling
sering adalah konveksitas, parasagital, tuberkulum sella, falks, sphenoid rigde,
cerebellopontine angle, frontal base, petroclival, fosa posterior, tentorium, middle
fossa, intraventricular dan foramen magnum. Meningioma juga dapat timbul
secara ekstrakranial walaupun sangat jarang, yaitu pada medula spinalis, orbita ,
cavum nasi, glandula parotis, mediastinum dan paru-paru
Gambar 1. Variasi lokasi timbulnya meningioma
Pola pertumbuhan meningioma terbagi dalam bentuk massa (en masse)
dan pertumbuhan memanjang seperti karpet (en plaque). Bentuk en masse adalah
meningioma globular klasik sedangkan bentuk en plaque adalah tumor dengan
adanya abnormalitas tulang dan perlekatan dura yang luas (Talacchi, 2011).
Pembagian meningioma secara histopatologi berdasarkan WHO 2007 terdiri dari
3 grading dengan resiko rekuren yang meningkat seiring dengan pertambahan
grading (Fischer & Bronkikel, 2012).
Beberapa subtipe meningioma antara lain:
Grade I:
a. Meningothelial meningioma
b. Fibrous (fibroblastic) meningioma
c. Transitional (mixed) meningioma
d. Psammomatous meningioma
e. Angiomatous meningioma
f. Mycrocystic meningioma
g. Lymphoplasmacyte-rich meningioma
h. Metaplastic meningioma − Secretory meningioma
Grade II:
a. Atypical meningioma
b. Clear cell meningioma
c. Chordoid meningioma
Grade III:
a. Rhabdoid meningioma
b. Papillary meningioma
c. Anaplastic (malignant) meningioma
c. Etiologi
Faktor-faktor terpenting sebagai penyebab meningioma adalah trauma,
kehamilan, dan virus. Pada penyelidikan dilaporkan 1/3 dari meningioma
mengalami trauma. Pada beberapa kasus ada hubungan langsung antara
tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya tumor. Sehingga
disimpulkan bahwa penyebab timbulnya meningioma adalah trauma.
Beberapa penyelidikan berpendapat hanya sedikit bukti yang menunjukkan
adanya hubungan antara meningioma dengan trauma. Dilaporkan juga
bahwa meningioma ini sering timbul pada akhir kehamilan, mungkin hal
ini dapat dijelaskan atas dasar adanya hidrasi otak yang meningkat pada
saat itu.Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga sebagai
penyebabnya. Pada penyelidikan dengan light microscope ditemukan virus
like inclusion bodies dalam nuclei dari meningioma. Tetapi penyelidikan
ini kemudian dibantah bahwa pemeriksaan electron misroscope inclusion
bodies ini adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran inti.
d. Manifesttasi Klinis
Meningioma tumbuhnya perlahan-lahan dan tanpa memberikan gejala-
gejala dalam waktu yang lama, bahkan sampai bertahun-tahun. Ini khas untuk
meningioma tetapi tidak pathognomonis. Diperkirakan meningioma intrakranial
yang merupakan 1,44% dari seluruh otopsi sebagian besar tidak menunjukkan
gejala-gejala dan didapatkan secara kebetulan. Dari permulaan sampai timbulnya
gejala-gejala rata-rata ± 26 bulan, dilaporkan juga gejala-gejala yang lama
timbulnya yaitu antara 20 — 30 tahun. Walaupun demikian gejala-gejala yang
cepat tidak menyingkir kan adanya meningoma.
Gejala-gejala umum, seperti juga pada tumor intracranial yang lain
misalnya sakit kepala, muntah-muntah, perubahan mental atau gejala-gejala fokal
seperti kejang-kejang, kelumpuhan, atau hemiplegia. Gejala umum ini sering
sudah ada sejak lama bahkan ada yang bertahun-tahun sebelum penderita
mendapat perawatan dan sebelum diagnosa ditegakkan.
Gejala-gejala yang paling sering didapatkan adalah sakit kepala. Gejala
klinis lain yang paling sering adalah berturut-turut sebagai berikut :
kejang-kejang (±48%)
gangguan visus (± 29%)
gangguan mental (± 13%)
gangguan fokal (± 10%)
Tetapi timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala ini tergantung pada letak
tumor dan tingginya tekanan intrakranial. Tanda-tanda fokal sangat tergantung
dari letak tumor, gejala-gejala bermacam-macam sesuai dengan fungsi jaringan
otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Gejala-gejala ini
timbul akibat hemodynamic steal dalam satu hemisfer otak, antara hemisfer atau
dari otak kedalam tumor.
1. Sakit KepalaMerupakan gejala yang paling sering, sakit kepala ini tidak khas, dapat umum atau terlokalisir ada daerah yang berlainan. Hal ini sudah lazim walaupun tidak dikaitkan dengan meningkatnya tekanan intracranial. Meningioma Intra Ventrikuler seringkali mengalami sakit kepala dan peningkatan tekanan intrakranial, karena meningioma di tempat tersebut dapat bergerak dan dapat mengadakan penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis. Sakit kepala tersebut bersifat unilateral dan gejala-gejala ini mungkin hilang timbul. Selain sakit kepala juga disertai mual dan muntah-muntah
2. KejangDidapati 48% dari kasus meningioma mengalami kejang-kejang terutama pada meningioma parasagittal dan lobus temporalis, Adanya kejang-kejang ini akan memperkuat diagnosa.
3. Gangguan MataGangguan mata yang terjadi pada meningioma dapat berupa :a. penurunan visusb. papil oedemac. nystagmusd. gangguan yojana penglihatane. gangguan gerakan bola mataf. exophthalmus.
4. HemipareseLebih sering didapatkan pada meningioma dibandingkan dengan tumor-tumor intrakranial yang lain. 10% dari kasus meningiomadidapati kelumpuhan fokal, Crose dkk mendapatkan tiga dari 13 kasusnya dengan hemi parese disertai gangguan sensoris dari N V.
5. Gangguan mentalSering juga didapatkan gangguan mental, tentunya berhubungan pula dengan lokalisasi dari tumor.Dilaporkan 13% dari kasus-kasus RAAF (29) dengan gangguan mental. Gejala mental seperti: dullness, confusion stupor merupakan gejala-gejala yang paling sering
e. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas.
Kaskade eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan
perkembangan edema peritumoral. Dari lokalisasinya Sebagian besar meningioma
terletak di daerah supratentorial. Insidens ini meningkat terutama ada daerah yang
mengandung granulatio Pacchioni. Lokalisasi terbanyak pada daerah parasagital
dan yang paling sedikit pada fossa posterior. Etiologi tumor ini diduga
berhubungan dengan genetik, terapi radiasi, hormon sex, infeksi virus dan riwayat
cedera kepala. Sekitar 40-80% tumor ini mengalami kehilangan material genetik
dari lengan panjang kromosom 22, pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2).
NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40%
meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom
familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering
terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan
dengan pertumbuhan meningioma. Terapi radiasi juga dianggap turut berperan
dalam genesis meningioma. Bagaimana peranan radiasi dalam menimbulkan
meningioma masih belum jelas. Pasien yang mendapatkan terapi radiasi dosis
rendah untuk tinea kapitis dapat berkembang menjadi meningioma multipel di
tempat yang terkena radiasi pada dekade berikutnya. Radiasi kranial dosis tinggi
dapat menginduksi terjadinya meningioma setelah periode laten yang pendek.
Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor
etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma hingga saat
ini masih menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan
reseptor progesterone. Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain juga
ditemukan pada tumor ini termasuk estrogen, androgen, dopamine, dan reseptor
untuk platelet derived growth factor.Beberapa reseptor hormon sex
diekspressikan oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik
dan teknik biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam
konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari
meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten pada meningioma.
ada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan pada
meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma
sama dengan yang ditemukan pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (10)
melaporkan meningioma secara bermakna tidak berhubungan dengan
karsinoma mammae, tapi beberapa penelitian lainnya melaporkan hubungan
karsinoma mammae dengan meningioma. Meningioma merupakan tumor otak
yang pertumbuhannya lambat dan tidak menginvasi otak maupun medulla
spinalis. Stimulus hormon merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan
meningioma. Pertumbuhan meningioma dapat menjadi cepat selama periode
peningkatan hormon, fase luteal pada siklus menstruasi dan kehamilan. Trauma
dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma telah diteliti, tapi belum
didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan virus sebagai penyebab
meningioma.
f. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa meningioma dapat ditentukan atas beberapa pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Elektroensefalografi (E.E.G.).
2. X ray foto tengkorak.
3. Angiografi
4. Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi.
5. Brain Scan
6. Computerized Tomography Scan (CT scan)
7. Histopatologik.
8. Tissue Culture
A. Pengkajian
Data Subjektif
Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Nama
Jenis kelamin
Usia
Status
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Bahasa
Suku bangsa
Dx Medis
Sumber biaya
Riwayat keluarga
Genogram
Keterangan genogram
Status kesehatan
Status kesehatan saat ini
- Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
- Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Status kesehatan masa lalu
- Penyakit yang pernah dialami
- Pernah dirawat
- Alergi
- Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan
kesehatan)
Riwayat penyakit keluarga
Diagnosa Medis dan Therapi
Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :
Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta
ukur respirasi rate.
Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah
pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
Eliminasi (BAB / BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya
saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami
alergi) atau saat menjalani perawatan di RS.
Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,
misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan PQRST :
faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri)
Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.
Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan
sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan
terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima
penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
Data Objektif
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Tingkat kesadaran CCS
Tanda-tanda vital
Keadaan fisik
Kepala dan leher
Dada
Payudara dan ketiak
Abdomen
Genitalia
Integument
Ekstremitas
Pemeriksaan neurologist
Pengkajian saraf cranial
Olfaktori(penciuman )
Optic (penglihatan )
Okulomotor(gerak ekstraokular mata,dilatasi pupil)
Troklear(gerak bola mata ke atas ke bawah)
Trigeminal(sensori kulit wajah,pergerakan otot rahang)
Abdusens(gerakan bola mata menyamping)
Fasial(ekspresi fasial dan pengecapan)
Auditori(pendengaran)
Glosofaringeal(pengecapan,kemampuan menelan,gerak lidah)
Vagus(sensasi faring,gerakan pita suara)
Aksesori(gerakan kepala dan bahu)
Hipoglosal(posisi lidah)
Pemeriksaan ROM Aktif & Pasif
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan
proses pertumbuhan sel-sel
kanker
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ...x24 jam nyeri
hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
Pain Management
a. Kaji karakteristik pasien secara
PQRST
b. Lakukan manajemen nyeri sesuai
skala nyeri misalnya pengaturan
posisi fisiologis
c. Ajarkan teknik relaksasi seperti
nafas dalam pada saat rasa nyeri
datang
d. Ajarkan metode distraksi
e. Beri manajemen sentuhan berupa
pemijatan ringat pada area sekitar
nyeri
f. Beri kompres hangat pada area
nyeri
g. Kolaborasi dengan pemberian
analgesik secara periodik
a. Membantu dalam menentukan status nyeri
pasien dan menjadi data dasar untuk intervensi
dan monitoring keberhasilan intervensi
b. Meningkatkan rasa nyaman dengan mengurangi
sensasi tekan pada area yang sakit
c. Peningkatan suplai oksigen pada area nyeri
dapat membantu menurunkan rasa nyeri
d. Pengalihan rasa nyeri dengan cara distraksi
dapat meningkatkan respon pengeluaran
endorphin untuk memutus reseptor rasa nyeri
e. Meningkatkan respon aliran darah pada area
nyeri dan merupakan salah satu metode
pengalihan perhatian
f. Meningkatkan respon aliran darah pada area
nyeri
g. Mempertahankan kadar obat dan menghindari
puncak periode nyeri
2. 2 Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,
muntah dan tidak nafsu
makan.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ...x24 jam
nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil:
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan
hilang
- Makanan habis sesuai porsi
- BB meningkat
1. Hidangkan makanan dalam
porsi kecil tapi sering dan
hangat
2. Kaji kebiasaan makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu
tarik napas dalam
4. Timbang berat badan bila
memungkinkan
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian vitamin
1. Makanan yang hangat menambah nafsu makan
2. Jenis makanan yang disukai akan membantu
meningkatkan nafsu makan klien
3. Tarik nafas dalam membantu untuk
merelaksasikan dan mengurangi mual
4. Untuk mengetahui kehilangan berat badan
5. Mencegah kekurangan karena penurunan
absorsi vitamin larut dalam lemak
top related