jurnal penetasan dewa

Upload: wisatrio-pradana

Post on 06-Jul-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    1/13

    ANALISIS PERSENTASE KEBERHASILAN PENETASAN TELUR 

    PENYU HIJAU (Chelonia mydas) BERDASARKAN VARIASI

    KEDALAMAN SARANG SEMI ALAMI DI UPTD KONSERVASI PENYU

    PANGUMBAHAN SUKABUMI JAWA BARAT

    Toufan Gifari! M "#i$ T$a% Sa&i%! Ta$'a S#an*! D#+i E%fi,a$ari

     Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Al Azhar 

     Indonesia. Komp. Masjid Agung Al Azhar !l. Sisingamangaraja Ke"a#oran

     Baru !akarta Selatan $%$$&

    Telp '&%$( )%) *%)+, Fa- '&%$( )% )/) 

     0mail 1 2i3ari&/4gmail.5om

    ABSTRAK 

    Penyu hijau (6helonia m#das) merupakan reptil ordo Testudines (memilkikarapas/tempurung) dan tergabung dalam famili Cheloniidae yang masuk dalam

    zona merah CITES ppendiks I plus zero 7uota o3 8ild 5apture 3or 5ommer5ial 

    trade! sehingga keberadaannya dilindungi "" #o$ %& Tahun '& tentang

     perikanan dan Permenhut #o$ tahun ' melalui upaya konser*asi$

    Pelestarian penyu hijau dimulai dari akti*itas peneluran! penetasan dan

     pera+atan/pelepasan tukik$ Penelitian ini terfokus pada tahap penetasan dengan

    memberikan *ariasi kedalaman sarang semi alami$ Tujuan utama dari penelitian

    ini adalah untuk membuktikan adanya perbedaan persentase penetasan terhadap

    *ariasi kedalaman untuk men,ari kedalaman sarang optimal$ -edalaman sarang

    dimulai dari .,m! 0.&,m dan C.%,m! dengan pengulangan sebanyak %

    kali menggunakan metode 12 (1an,angan ,ak 2engkap)$ Sedangkan telur 

    yang digunakan merupakan telur dari satu induk yang dibagi menjadi 3 sarang

    dengan 4 telur ditiap sarang$ Persentase rata5rata hasil penetasan telur penyu

    hijau di sarang dengan kedalaman ,m . 6$78! &,m . 68 dan %,m .

    %$%%8$ nalisis uji non parametrik (uji -ruskal59allis) memberikan nilai symp

    sig$ $6 : $ sehingga dapat dinyatakan ; ditolak atau ada perbedaan nyata

    antara kedalaman sarang dengan persentase penetasan$ ;asil ini juga didukung

    dengan data fluktuasi suhu telur selama masa inkubasi$ -edalaman ,m

    memiliki suhu paling stabil mulai dari '⁰C < %$6⁰C yang merupakan suhuoptimal untuk perkembangan embrio telur penyu hijau$

    Kaa Kun-i . fluktuasi suhu! kedalaman sarang! penyu hijau! persentase

     penetasan$

    ABSTRA/T (un,#r ran$%a#,)

    Penyu hijau (6helonia m#das) merupakan reptil ordo Testudines (memilki

    karapas/tempurung) dan tergabung dalam famili Cheloniidae yang masuk dalam

    zona merah CITES ppendiks I plus zero 7uota o3 8ild 5apture 3or 5ommer5ial 

    trade! sehingga keberadaannya dilindungi "" #o$ %& Tahun '& tentang

     perikanan dan Permenhut #o$ tahun ' melalui upaya konser*asi$

    Pelestarian penyu hijau dimulai dari akti*itas peneluran! penetasan dan

     pera+atan/pelepasan tukik$ Penelitian ini terfokus pada tahap penetasan dengan

    1

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    2/13

    memberikan *ariasi kedalaman sarang semi alami$ Tujuan utama dari penelitian

    ini adalah untuk membuktikan adanya perbedaan persentase penetasan terhadap

    *ariasi kedalaman untuk men,ari kedalaman sarang optimal$ -edalaman sarang

    dimulai dari .,m! 0.&,m dan C.%,m! dengan pengulangan sebanyak %

    kali menggunakan metode 12 (1an,angan ,ak 2engkap)$ Sedangkan telur yang digunakan merupakan telur dari satu induk yang dibagi menjadi 3 sarang

    dengan 4 telur ditiap sarang$ Persentase rata5rata hasil penetasan telur penyu

    hijau di sarang dengan kedalaman ,m . 6$78! &,m . 68 dan %,m .

    %$%%8$ nalisis uji non parametrik (uji -ruskal59allis) memberikan nilai symp

    sig$ $6 : $ sehingga dapat dinyatakan ; ditolak atau ada perbedaan nyata

    antara kedalaman sarang dengan persentase penetasan$ ;asil ini juga didukung

    dengan data fluktuasi suhu telur selama masa inkubasi$ -edalaman ,m

    memiliki suhu paling stabil mulai dari '⁰C < %$6⁰C yang merupakan suhuoptimal untuk perkembangan embrio telur penyu hijau$

    K#*+or,$ . depth of nest!  green turtle! hat,hing per,entage! temperatureflu,tuation$

    PENDAHULUAN

    Penyu hijau merupakan nimalia yang tergabung dalam filum Chordata!

    kelas 1eptilia! ordo Testudines! famili Cheloniidae! genus Chelonia dengan nama

    spe,ies 6helonia m#das (2innaeus! 47)$ =rdo Testudines memiliki ,iri khusus

     berupa karapas (tempurung) dengan lapisan zat tanduk! sedangkan penyu hijau

    memiliki karakter karapas ber+arna ,oklat kehitaman dengan pola bintik hijau tua

    dan ,orak ,oklat hingga kuning5putih (9yneken! '4)$ Penyu hijau adalah satu

    dari tujuh spesies penyu di dunia! dengan 6 diantaranya berada di perairan

    Indonesia! seperti penyu lekang ( 9epido5hel#s oliva5ea)! penyu tempayan

    (6aretta 5aretta)! penyu sisik ( 0retmo5hel#s im"ri5ata)! penyu belimbing

    ( :ermo5hel#s 5oria5ea) dan penyu pipih ( ;atator depressus) (-arnan! ')$

    Penyu hijau memiliki kemampuan berenang untuk bermigrasi jarak jauh di

    sepanjang ka+asan Samudera ;india! Samudra Pasifik dan sia Tenggara$

    >igrasi jarak jauh ini menurut 1osadi ('4&) dilakukan pada periode 54 tahun

    setelah menetas sebagai tukik! sedangkan dalam periode 54 tahun tersebut tukik 

     bersembunyi dan men,ari makan di daerah sargassum$ -etika men,apai usia '5

    ' tahun penyu siap dan matang untuk bereproduksi dan bermigrasi kembali ke

    daerah pantai tempat penetasannya$ 0erdasarkan masa reproduksinya yang

    men,apai puluhan tahun! dapat dikatakan populasi indi*idu ini berjalan lambat

    (1osadi! '4&)$ -eadaan yang demikian diperburuk dengan nilai komersial yang

    tinggi untuk mengeksploitasi telur maupun pemanfaatan penyu hijau de+asa

    sebagai ,inderamata! mengakibatkan penurunan populasi yang ,ukup signifikan

    (Spotila! '&)$ Sehingga keberadaan penyu hijau terdaftar dalam CITES

    ppendiks I  plus zero 7uota o3 8ild 5apture 3or 5ommer5ial trade! ke dalam

    indi*idu paling teran,am punah dalam skala global (I"C#! '4)$

    2

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    3/13

    -eadaan ini sebenarnya tidak terlepas dari ketegasan pemerintah dalam

    upaya melakukan konser*asi$ 0erdasarkan hasil +a+an,ara dengan (0aban!

    '46)! Pantai Pangumbahan Sukabumi5?a+a 0arat sudah menjadi area konser*asi

    sejak tahun 437% namun masih dikelola oleh s+asta dengan sistem pembagian

    hasil telur! '8 untuk konser*asi dan 78 untuk diperjual5belikan! hal ini

    didasari perda di Sukabumi yang memperbolehkan pemanfaatan telur penyu untuk 

    kepentingan komersil$ kan tetapi! menurut "" #o$ %& Tahun '& tentang

     perikanan! perda Sukabumi tersebut bertentangan! sehingga pada tahun '

     bersama dengan --P dibantu 2S>52S> terkait perda tersebut di,abut sekaligus

    menetapkan pantai Pangumbahan sebagai area konser*asi 48 yang dikelola

    langsung diba+ah -ementrian -elautan dan Perikanan$

    >enurut ?ana+i ('3)! penyu singgah ke darat untuk melakukan aktifitas

     biologi yakni bersarang dan bertelur memanfaatkan pantai berpasir$ -etika penyu

     berada di darat untuk bertelur! beberapa predator seperti anjing! musang! babi!monyet! bia+ak! kepiting hantu! sampai semut merah hingga serangan jamur dan

     bakteri serta keserakahan manusia sendiri dapat menjadi an,aman proses

     peneluran penyu hijau de+asa dan proses penetasan telurnya (-arnan! ')$

    -eadaan inilah yang menjadi pendorong kembalinya ide pertama manusia

    mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    4/13

    Penelitian ini fokus pada tahap kedua yakni penetasan dengan melakukan

     perbedaan kedalaman sarang terhadap presentase keberhasilan penetasan$ Proses

    a+al penetasan dimulai dari akti*itas peneluran$ Telur ditande langsung dari

    sarang alami dilokasi peneluran (pesisir pantai) ke area penetasan semi alami$

    Pada tahap pertama ini yakni pemindahan telur! terdapat hal penting yang harus

    diperhatikan menurut Soedono (43)! yaitu inter*al +aktu penguburan telur dari

    sarang alami ke semi alami tidak boleh melebihi ' jam$ Selama ' jam! mata tunas

    embrio masih bersifat fleksibel dan mampu beradaptasi terhadap perubahan posisi

    telur$ Sebaliknya ketika telur dipindahkan lebih dari ' jam! mata tunas sudah

    men,apai titik permukaan telur yang menyebabkan posisi embrio menjadi

     permanen! dan kesalahan saat peletakan posisi telur pada saat pemindahan ke

    sarang semi alami akan berdampak pada kegagalan perkembangan embrio!

    kematian dan infertil (;arless! >urlo,k! 4373)$ 2angkah selanjutnya adalah

     pembuatan/penggalian sarang semi alami! penguburan telur dan peletakan ka+at pengaman$ Pembuatan sarang semi alami yang dilakukan petugas "PT@ biasanya

    menyerupai sarang alami buatan induk penyu hijau! dengan diameter bagian atas

    lebih ke,il berkisar '5',m dan bagian ba+ahnya lebih lebar sekitar %5&,m

    (bentuk kendi)! serta pengurukan pasir dilakukan se,ara perlahan (dibiarkan

    gembur)$ Tujuan perbedaan ukuran diameter adalah untuk menampung proses

     perkembangan embrio$ Sedangkan membiarkan tanah gembur akan berdampak 

     pada distribusi suhu dan kelembaban yang merata! selain itu pasir yang gembur 

    akan memudahkan tukik yang menetas men,ari / menggali jalan keluar keatas

    sehingga tukik tetap aman terkurung dalam sangkar ka+at pelindung (0aban!'46)$ kan tetapi untuk penggalian kedalaman! biasanya hanya menggunakan

     perkiraan petugas berdasarkan jumlah telur yang akan dikubur$

    Bambar '$ Ilustrasi masa inkubasi hingga penetasan telur penyu hijau$

    Terakhir adalah proses penetasan telur menjadi tukik yang ditandai dengan

    runtuhnya pasir keba+ah$ >enurut 0aban ('46)! sarang yang sudah berumur 

    hampir ' bulan perlu dibongkar +alaupun belum ada tukik yang keluar$ -arena

    dikha+atirkan tukik tidak dapat menggali keatas lantaran pasir yang terlalu padat

    4

    Semua tukik

    yang berhasil

    menetas keluar

    dari sarang.

    Biasanya

    memakan

    Setelahselaput

    embrio

    terlepas, tukik

    begerak

    menggali ke

     

     Tukik yang siapmenetas akan

    memecahkan

    cangkang

    Masainkubasi

    telur penyu

    hiau di

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    5/13

    sehingga menyebabkan tukik mati tertimbun$ 9alaupun menurut 2impus (433)!

    tukik dapat bertahan '5% hari tanpa makanan apapun karena masih terdapat yolk 

    (,airan / ,adangan makanan) yang tersisa dalam tubuh tukik$ khir dari penetasan

    tidak selamanya menghasilkan tukik yang sempurna dan siap dilepas ke laut$ da

     beberapa kemungkinan hasil akhir penetasan berupa tukik mati tertimbun! telur 

    terlalu kering! telur menjadi busuk! tukik infertil dan telur yang tidak berkembang

    sama sekali$

    2impus (433) menyatakan! pemindahan telur ke sarang semi alami

     bertujan untuk mengurangi resiko kegagalan telur menetas akibat faktor 

    lingkungan yang seharusnya dapat dikendalikan seperti air laut yang pasang! suhu!

    kelembaban! ph! kepadatan pasir! dll$ 0ahkan penelitian yang dilakukan

    9i,aksono et al. ('4%) menemukan ada faktor mikroba yang dapat memberikan

    dampak pada proses inkubasi$ Tentunya kondisi umum seperti suhu dan

    kelembaban pada lingkungan telur dapat terbentuk karena pengaruh kedalamansarang$

    TUJUAN

    4$ >embuktikan dugaan adanya perbedaan nyata antara *ariasi kedalaman

    sarang semi alami dengan presentasi penetasan telur penyu hijau$

    '$ >enentukan perlakuan kedalaman sarang semi alami yang paling optimal

    terhadap presentase penetasan$

    %$ >embuktikan pengaruh *ariasi kedalaman sarang semi alami terhadap

    suhu telur selama masa inkubasi$&$ Penelitian ini nantinya dapat menjadi a,uan petugas "PT@ bagian

     penetasan untuk pembuatan sarang semi alami$

    METODE PENELITIAN

    Lo0a$i P#n#%iian

    Penelitian dilakukan di "PT@ -onser*asi Penyu Pangumbahan!

    Sukabumi! ?a+a 0arat yang berjarak sekitar 4 km dari pusat kota Sukabumi$

    Se,ara geografis! letak ka+asan konser*asi ini berada pada 46⁰ 43D%7 < 46⁰'D7 2S! 7⁰ 43D < 7⁰ 'D' 0T yang memiliki luas sekitar F4$774 ha dan

    terbagi atas daratan seluas F44 ha dengan fasilitas bangunan berupa kantor! aula!

     perpustakaan! rumah dinas! musholla! lahan parkir! kolam sentuh dan area sarang

    relokasi serta panjang pantai F'$% m yang terbagi menjadi 6 pos$ Sisanya seluas

    F4$66 ha merupakan perairan (laut)$ rea sarang relokasi atau area penetasan

    sarang semi alami sendiri memiliki luas F m' dan terbagi menjadi tiga area$

    !

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    6/13

    Bambar %$ 2okasi "PT@ -onser*asi Penyu Pangumbahan$

    Wa0u ,an O&1#0 P#n#%iian

    Penelitian dilakukan dimulai dari tanggal '' ?anuari '46 hingga '7 >aret

    '46$ >onitoring akti*itas peneluran dilakukan pukul 43A5A 9I0! kontrol

    harian penetasan dilakukan pukul 7A5''A 9I0! dan pelepasan tukik 

    dlakukan mulai pukul 46A%54A$ =bjek penelitian adalah telur penyu hijau

    (6helonia m#das) dan tukik penyu hijau$

    M#o,# P#n#%iian ,an Ana%i$i$ Daa

    Perbedaan kedalaman sarang semi alami dikategorikan menjadi % yakni

    untuk kedalaman ,m! 0 untuk & ,m dan C untuk % ,m$ -etiga kategori

    tersebut dilakukan pengulangan sebanyak % kali$ Telur didapat dari 4 induk yang

    mendarat pada tanggal %4 ?anuari '46 berjumlah 3& butir dengan & butir telur 

    ,a,at! sehingga masing5masing sarang diisi 4 butir telur$ >etode yang digunakan

     pada penelitian kali ini adalah 1an,angan ,ak 2engkap (12)$ Setiap deret

    sarang terdapat kategori ! 0 dan C yang kemudian dia,ak se,ara bebas dengan

    tujuan mengurangi resiko pengaruh lingkungan yang tidak dapat dikontrol$

    Gariabel bebas pada penelitian ini adalah kedalaman! sedangkan *ariabel

    terikatnya adalah presentase penetasan! rata5rata suhu$ @ata yang diperoleh

    dianalisis se,ara statistik menggunakan program SPSS$ Pengujian yang dilakukanadalah uji normalitas! homogenitas dan uji ano*a satu arah$ ?ika data tidak 

    terdistribusi normal! maka dilakukan uji non parametrik$

    A%a ,an Ba'an

    Peralatan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah headlamp mantel

    hujan! kamera @S21! ph meter! termometer! sekop! gergaji dan ember$ Sedangkan

     bahan yang digunakan adalah pipa p*, meter dan air laut$

      Bambar &$ Ilustrasi sarang semi alami$ Bambar $ Ilustrasi 12$

    "

    #$S "#$S !

    #$S 4

    #$S 3

    #$S 2

    #$S 1

    %$&'S(#)*)T'S'*

    B

    '

    +

    +

    B

    '

    '

    B

    +

    3!

    2-2!

    ' / !! cm

    B / 4! cm

    + / 3! cm

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    7/13

    Lan20a' K#r1a

    4$ Pemantauan dan monitoring akti*itas penyu hijau mendarat dan bertelur 

    dilakukan pukul 43A5A 9I0$ Penyu hijau yang di,ari adalah yang

     bertelur diatas 3 butir$

    '$ Persiapan sarang$

    a$ Pipa paralon digunakan sebagai sarana penghubung telur dengan

    alat pengukur lingkungan telur$ Pipa paralon dipotong menjadi %

    dan diulang % kali dengan panjang berbeda yakni 6,m! ,m dan

    &,m$ Pipa ini diberikan lubang *entilasi pada bagian ba+ahnya

    menggunakan paku bor se,ukupnya$

     b$ Sebanyak 3 sarang diukur dan diberikan jarak antar sarang sekitar 

    ,m$,$ -emudian lokasi sarang disiram air laut se,ukupnya$

    d$ Sarang digali dengan kedalaman ber*ariasi yakni % sarang sedalam

    ,m! % sarang sedalam &,m dan % sarang sedalam %,m (2etak 

    tiap sarang yang berbeda kedalaman dia,ak)$ @iameter atas selebar 

    ' ,m dan diameter ba+ah selebar % ,m$ Sarang ini digali ketika

    telur sudah didapatkan$

    %$ Pengambilan Telur$

    a$ Telur ditande langsung dari lokasi peneluran di area pesisir pantai

    dan segera dikuburkan sebelum ' jam$

     b$ Telur yang ditande berasal dari satu Induk yang menelurkan lebihdari 3 butir telur$

    ,$ Suhu! ph dan kelembaban sarang buatan induk diukur 

    &$ Penguburan Telur$

    a$ Tiap sarang diisi oleh 4 telur dan bagian tengah sarang ditanam

     pipa p*, yang sesuai ukurannya dengan kedalaman sarang$

     b$ Suhu! ph dan kelembaban sarang semi alami diukur$

    ,$ Tiap sarang yang telah selesai! diberikan label identifikasi dan

    keterangan serta ditanam ka+at pelindung$

    d$ >etode yang digunakan adalah 1an,angan ,ak 2engkap (12)$

    0

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    8/13

    $ -ontrol ;arian$

    a$ Suhu harian diukur tiap jam 7A! 4'A! 47A dan ''A 9I0$

     b$ ?ika suhu dalam telur sudah mele+at %DC atau terlalu banyak 

    semut! dilakukan penyiraman air laut$

    ,$ Edukasi dan pemahaman seputar penyu dan telur penyudiinformasikan kepada pengunjung dan +isata+an$

    6$ Penetasan Telur$

    a$ Tukik yang menetas ditiap sarang dihitung jumlahnya$

     b$ Panjang dan lebar karapas diukur$

    ,$ Penge,ekan tukik yang prematur! atau infertil dan penyerahan

    tukik ke bagian kolam sentuh untuk dilepaskan$

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    @ata yang diperoleh adalah data presentase penetasan telur penyu hijau!data harian fluktuasi suhu selama masa inkubasi! serta data kondisi fisik tukik 

    hasil penetasan$ Semua data yang diperoleh merupakan data langsung baik 

    kulitatif dan kuantitatif$ Telur penyu hijau dikuburkan pada tanggal %5%4 ?anuari

    '46 dan menetas pada tanggal '5'6 >aret '46! sehingga masa inkubasi

    diperkirakan berlangsung F hari$ Sedangkan telur yang dijadikan objek 

     penelitian merupakan telur yang berasal dari satu induk kemudian dibagi menjadi

    3 sarang dengan masing5masing sarang berjumlah 4 butir$ Tujuannya adalah

    untuk menyeragamkan kondisi embrio baik dari se,ara fisik maupun molekuler!

    sehingga hasil dari penelitian ini hanya dipengaruhi oleh faktor5faktor eksternal

    seperti kedalaman dan suhu$

    Bambar 6$ @iagram pengaruh kedalaman sarang terhadap presentase penetasan$

    !!

    -

    2-

    4-

    "-

    -

    1--

    #engulangan 1

    #engulangan 2

    #engulangan 3

    Variasi Kedalaman Sarang (cm)

    Persentase Penetasan (%)

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    9/13

    0erdasarkan diagram batang diatas diperoleh perbedaan presentase tukik 

    yang menetas di kedalaman ,m! &,m dan %,m$ -edalaman ,m ternyata

    memiliki presentase keberhasilan penetasan lebih besar dibandingkan kedalaman

    &,m dan %,m dengan rata5rata men,apai 6$78$

    Tabel 4$ ;asil uji -ruskal59allis$

    Ran0$ T#$ Sai$i-$a!&

    -edalaman # >ean 1ank    >enetas

    Chi5SHuare 4$4%6

    >enetas

    ,m 6 4&$%% df '

    &,m 6 3$%%symp$Sig$

    $6

    %,m 6 &$% a$ -ruskal 9allis Test

    Total 4  b$ Brouping GariableA -edalaman

    Sebelum dilakukan pengujian! data ditransformasikan! sehinnga # menjadi

    4! dengan nilai maksimal yang semula 4 menjadi $ ;al ini perlu dilakukan

    karena kelompok data yang diuji sangat sedikit$ Setelah itu dilakukan "ji

    normalitas pada data hasil penetasan! ternyata data tidak terdistribusi se,ara

    normal$ -arenanya dilakukan uji non parametrik yaitu uji -ruskal59allis$ @ari

     pengujian ini diperoleh nilai Chi5SHuare dan nilai signifikan sebesar $6 : $

    menandakan ; ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara *ariasi

    sarang terhadap presentase keberhasilan tukik yang menetas$ Sedangkan dalam

    hasil ranks kedaalaman srang ,m memiliki peringkat diatas kedalaman &,m

    dan %,m$ ;asil ini ternyata sesuai dengan pernyataan @irektorat -onser*asi dan

    Taman 2aut ('3)! mengenai kedalaman sarang yang efektif berkisar 56,m$

    Pengaruh *ariasi kedalaman terhadap persentase keberhasilan penetasan diduga

     berasal dari fluktuasi suhu yang terjadi akibat tingkat a"sor"ansi  pasir yang

    terinduksi langsung oleh suhu lingkungan baik panas maupun dingin$ @ugaan ini

    diperkuat oleh pernyataan #uitja (433') bah+a suhu menjadi salah satu faktor 

     penentu selama masa inkubasi telur penyu$ Pengukuran suhu yang dilakukan baik 

    suhu permukaan sarang maupun suhu telur selama masa inkubasi! disajikan dalam

     bentuk grafik diba+ah ini$

    Bambar 7$ Brafik rata5rata fluktuasi suhu sarang semi alami selama masa

    inkubasi$

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    10/13

    -.-

    !.-

    1-.-

    1!.-

    2-.-

    2!.-

    3-.-

    3!.-

    4-.-

    20.

    30.-

    3-.220.1 20.

    3".

    3-.1

    20.1

    20.

    3".

    3-.4

    20.-2.-

    3-." 3-.4 2.1

    2".33-.4

    3-.3 2.1

    2!.2

    33.-

    3-.2 2.2

    1.-  2.-

      3.-  4.-

      !.-  ".-

      0.-  .-

      .-  1-.-

     11.- 12.-

    #ermukaan Telur

    Kedalaman (cm)

    Suhu (⁰C)

    0erdasarkan grafik diatas! terlihat rata5rata fluktuasi suhu permukaan dan

    suhu telur ditiap sarang mulai dari pukul 7A hingga ''A$ Se,ara umum! suhu

     permukaan ,enderung lebih fluktuatif dibandingkan dengan suhu telur$ -emudian

     jika melihat dari hasil pengukuran suhu ditiap kedalaman! akan terlihat hubungan

    antara suhu! kedalaman sarang! dan persentase penetasan$ Pada kedalaman ,m!

    terlihat fluktuasi suhu telur berjalan sangat stabil seakan tidak terpengaruh suhu

     permukaan yang memiliki dinamika ,ukup ekstrim! seperti saat suhu permukaan

     pukul 4'A mengalami lonjakan drastis dan saat pukul ''A mengalami

     penurunan drastis$ Sementara kedalaman sarang &,m memiliki dinamika suhu

    yang ,enderung sama dengan kedalaman ,m! hanya saja fluktuasi suhu dimulai

    dari suhu '6$%⁰C$ Sedangkan yang terakhir adalah kedalaman %,m dengan suhu

    telur yang memiliki dinamika naik turun ,ukup signifikan mengikuti dinamika

    suhu permukaanya$

    >aterial penyusun pasir menurut Primasatya ('4%) terdiri dari fraksi

    kasar pada permukaan hingga fraksi halus dikedalaman! dengan beberapa

    kandungan logam seperti Co! e! >n! Cr dan TI$ Permukaan pasir yang terkenaradiasi matahari se,ara langsung menyebabkan suhu permukaan meningkat$

    kibatnya terjadi peristi+a konduksi! yaitu proses perpindahan kalor dari

     permukaan pasir (suhu tinggi) ke pasir diba+ahnya (suhu rendah)! begitupula

    sebaliknya (;olman! 433)$ Sehingga! fluktuasi suhu pada sarang yang lebih

    dalam ,enderung stabil karena proses perpindahan kalor akan berjalan lebih

    lambat$ ;al inilah yang terjadi pada kedalaman sarang ,m yang memiliki range

    suhu inkubasi rata5rata '⁰C 5 %$6⁰C$ Sementara #uitja (433') menyatakan

     bah+a suhu optimum untuk proses perkembangan embrio telur penyu adalah

    '⁰C 5 %⁰C$ -emungkinan! hubungan antara kedalaman sarang dan suhu inilah

    1-

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    11/13

    yang menyebabkan persentase penetasan di sarang dengan kedalaman ,m lebih

     baik$

    ;asil dari penetasan telur penyu hijau tidak semuanya berhasil menjadi

    tukik$ -eadaan ini dapat disebabkan oleh berbagai ma,am faktor$ Selain

    kedalaman sarang dan suhu! masih terdapat beberapa parameter yang menentukan

    keberhasilan penetasan$

    Pengamatan terhadap kondisi telur dan tukik setelah penetasan

    menghasilkan beberapa kemungkinan$ Pada gambar foto 4 merupakan kondisi

    telur yang gagal berkembang$ Sedangkan pada foto '! merupakan tukik yang mati

    dalam ,angkang$ -emudian foto % menunjukkan tukik yang menetas prematur 

    dan terjebak di ,angkang$ Terakhir foto & merupakan tukik yang sehat dan

     berkembang sempurna saat bergerak keluar sarang$ -ondisi seperti foto diatas

    menurut ;atasura ('&) dapat disebebkan oleh beberapa hal seperti! gagal berkembang akibat terhimpit telur lain (terlalu banyak telur)! tingkat kepadatan

     pasir! kekurangan oksigen (jika sudah menetas dan tidak dapat keluar sarang)!

     bahkan kematian tukik dalam ,angkang yang dapat menyebabkan kematian

    lanjutan bagi tukik5tukik lain$ kan tetapi pada penelitian ini! setiap sarang hanya

     berisi 4 telur! sehingga terdapat ruang ,ukup luas bagi embrio untuk 

     berkembang$ -emungkinan kegagalan penetasan atau gagalnya perkembangan

    embrio disebabkan oleh keadaan lingkungan sarang terutama suhu$ -eadaan

    fluktuatif suhu pada sarang dengan kedalaman % ,m misalnya! suhu yang

     berubah terlalu drastis dalam +aktu singkat diduga dapat menggangu proses

    metabolisme embrio untuk berkembang$ -emudian penelitian ini dilakukan pada

    11

    Bambar $ oto kondisi telur dan tukik setelah roses enetasan$

    1 2

    43

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    12/13

     periode musim barat sehingga ,urah hujan ,ukup tinggi$ ir hujan yang se,ara

     berlebih mengakibatkan kadar air pada sarang menjadi lebih tinggi! akibatnya bisa

     berupa tumbuhnya jamur pada ,angkang telur dan memungkinkan masuknya

     bakteri patogen sehigga menyebabkan kematian pada embrio yang sedang

     berkembang (;atasura! '&)$

    KESIMPULAN

    4$ ;asil uji -ruskal59allis memberikan nilai symp sig$ $6 : $ yang

    membuktikan ada perbedaan nyata antara *ariasi kedalaman sarang semi

    alami dengan persentase penetasan telur penyu hijau$

    '$ -edalaman sarang semi alami paling optimal adalah ,m dengan

     persentase penetasan men,apai 6$78$

    %$ Gariasi kedalaman sarang semi alami memberikan dampak pada fluktuasisuhu$ Semakin dalam sarang! suhu telur akan semakin stabil yang

    ditunjukkan oleh sarang yang memiliki kalaman ,m dengan range suhu

    telur '⁰C 5 %$6⁰C$ ;al ini dapat terjadi karena proses konduksi$&$ Sebagai bahan a,uan pembuatan sarang semi alami! penelitian ini

     bermanfaat untuk menentukan kedalaman sarang! tetapi perlu dilakukan

     penelitian lanjutan dengan berbagai parameter$

    U/APAN TERIMAKASIH

    Puji syukur kehadirat Tuhan >E$ karena penulis telah diberikan

    kesehatan untuk menyelesaikan artikel ilmiah ini$ Terimakasih kepada dosen

     pembimbing ibu @r$ @e+i Elfidasari! S$Si$! >$Si$ yang telah membantu dan

    memberikan masukan kepada penulis serta kepada >$ 1eza Saputro! >$ Jeis T$

    yang membantu penulis saat melakukan riset di "PT@ Pangumbahan Sukabumi$

    Penulis juga mengu,apkan banyak terimakasih kepada pak hman -urnia+an

    selaku kepala "PT@! pak 0aban! pak 0eben! pak =,os! pak "jan! dan seluruh

     petugas "PT@ yang berkontribusi langsung saat melakukan riset$ Terakhir penulis

     berterima kasih kepada @ikti karena telah memberikan kesempatan kepada

     penulis untuk mengembangkan minat dan kemampuan menulis artikel ilmiah$

    DA3TAR PUSTAKA

    0aban$ ('46! ebuari %)$ kti*itas Pelestarian Penyu ;ijau di "PT@ -onser*asi

    Penyu Pangumbahan$ (T$ Bifari! Pe+a+an,ara)$

    @irektorat -onser*asi dan Taman 2aut$ '3$ Pedoman Teknis Pengelolaan

    -onser*asi Penyu dan ;abitatnya$  ?akarta A @epartemen -elautan dan

    Perikanan$

    12

  • 8/18/2019 Jurnal Penetasan Dewa

    13/13

    ;arless >! >urlo,k ;$ 4373$ Turtle 1espe,ti*es and 1esear,h$ #e+ ork A ?ohn

    9iley K Sons$

    ;atasura I#$ '&$  Pengaruh Karakteristik Media Pasir Sarang Terhadap

     Ke"erhasilan Penetasan Telur Pen#u =ijau  (6helonia m#das)$  LskripsiM$

    0ogor A Institut Pertanian 0ogor (IP0)$

    ;olman ?P$ 433$ Perpindahan Panas. Edisi ke 6. ?akarta A Erlangga$

    I"C#$ '4$ 6helonia m#das. http1arine Turtle 0iology$ >arines Turtles of Indonesia A Population

    Giability and Conser*ation ssessment and >anagement 9orkshop$

    Collaborati*e 9orkshop A P;P! Taman Safari Indonesia$ P-#SI$

    Cisarua! Indonesia$

    2innaeus C$ 47$ Systema #aturae per regna tria naturae! se,undum ,lasses!

    ordines! genera! spe,ies! ,um ,hara,teribus! differentiis! synonymis! lo,is!

    tomus l! Editio @e,ima! reformata$ ! Elfidasari @ dan -urnia+an $ '4%$  Aktivitas Pelestarian

     Pen#u =ijau '6helonia m#das( di Taman Pesisir Pen#u Pangum"ahan

    Suka"umi !a8a Barat. ?akarta A "ni*erstas l5zhar Indonesia$

    9yneken ?$ '4$ The natomy of Sea Turtles$ "$S @epartment of Commer,e

     #= Te,hni,al >emorandum #>S5SESC5&7$

    13