laporan inspeksi sanitasi sumur
Post on 31-Jan-2016
1.477 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN INSPEKSI SANITASISUMUR DANGKAL & SUMUR POMPA
Dosen pengampu : M. Mirza Fauzie, SST, M.Kes
Disusun oleh :
1. Christi Rosmaria P (P07133213042)
2. Ketut Ema Ari W (P07133213055)
3. Silviana Dwi K (P07133213074)
4. Veronica Dwi R (P07133213076)
5. Wulan Febriani A (P07133213077)
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada
kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi
sumber penyakit bila tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta
memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih, tidak bewarna, tawar dan tidak
berbau. Konsekuensi dari penggunaan air yang tidak bersih dan hygiene akan
mengganggu kesehatan bagi yang mengonsumsinya. Air yang berkualitas
meliputi kualitas fisik, kimia, dan bebas dari mikroorganisme (Soemirat, 2001).
Air minum berasal dari beberapa sumber, di Indonesia masyarakat
biasanya menggunakan sumur gali sebagai sumber air minum dan sumber air
bersih. Menurut Permenkes no.736 tahun 2010 tentang tata laksana
pengawasan kualitas air minum, air minum bukan jaringan perpipaan adalah air
minum berasal dari sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air
hujan, terminal air, mobil tangki air, atau bangunan/perlindungan mata air untuk
itu perlu dilakukan pengawasan untuk mengurangi resiko pencemaran sebuah
sumber air bersih.
Penggunaan air bersih yang merata pada seluruh penduduk di Indonesia
merupakan bagian integral dari program penyehatan air. Menurut Depkes RI
(2008) program penyehatan air tersebut meliputi perencanaan kebutuhan air
bersih, cakupan Program penyehatan air merupakan salah satu program prioritas
dalam agenda Millenium Development Goals (MDGs) dengan sasarannya adalah
penurunan sebesar separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses
terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi
dasar pada tahun 2015, dan diperkirakan 1,1 milyar penduduk di dunia yang
tinggal di desa maupun di kota hidup tanpa air bersih (WHO, 2008).
B. Tujuan
1. Untuk melakukan survei sanitasi pada sumber air bersih
2. Untuk mengetahui kualitas fisik air
3. Untuk mengetahui tingkat resiko pencemaran sebuah sumber air bersih
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat melakukan survei sanitasi pada sumber air bersih
2. Mahasiswa dapat menilai dan mengetahui kualitas air bersih
3. Mahasiswa dapat menguraikan diagnosa tingkat risiko pencemaran pada
sumber air bersih
4. Pemilik sumur dapat mengetahui sumber air bersih yang digunakan sudah
memenuhi syarat atau belum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai
batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem
penyediaan airminum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah
persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi
dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek
samping (Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990).
Persyaratan tersebut juga memperhatikan pengamanan terhadap
system distribusi air bersih dari instalasi air bersih sampai pada konsumen.
B. Macam dan Sumber Air
Secara umum, keperluan air minum, rumah tangga dan industri, dapat
digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur,
dan air hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas racun, atau
kuman-kuman yang berbahaya bagi kesehatan. Sumber air yang dapat
kita manfaatkan pada dasarnya digolongkan sebagai berikut :
1. Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni
yang ketika turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang
terdapat di udara, diantara benda-benda yang terlarut dari udara
tersebut adalah: gas O2, CO2, N2, juga zat-zat renik dan debu. Air hujan
bersifat lunak karena tidak mengandung larutan dan zat-zat mineral.
Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah
mencapai permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada
pengotoran udara yang disebabkan oleh pengotoran industri/debu dan
lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air
minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada
saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran
(Sutrisno, 1996).
Air hujan merupakan pemakaian sumber air yang terakhir kalinya
dipergunakan apabila tidak terdapat sumber asal air lainnya atau untuk
mendapatkannya memerlukan biaya yang sangat mahal. Dari segi
kuantitas, air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan sehingga
air hujan tidak mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya
berfluktuasi. Begitu pula dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak dapat
diambil secara terus menerus karena tergantung pada musim.
2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan
bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran
selama pengaliran. Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan
merupakan sumber air yang tercemar berat. Keadaan ini terutama
berlaku bagi tempat-tempat yang dekat dengan tempat tinggal penduduk.
Hampir semua air buangan dan sisa kegiatan manusia dilimpahkan
kepada air atau dicuci dengan air, dan pada waktunya akan dibuang ke
dalam badan air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna juga
turut mengambil bagian dalam mengotori air permukaan, misalnya
batang-batang kayu, daun-daun, tinja dan lain-lain.
Oleh karena itu, mutu air permukaan perlu mendapat perhatian
yang seksama kalau air permukaan akan dipakai sebagai bahan baku air
bersih. Air permukaan yang akan dijadikan air bersih harus melakukan
pengolahan terlebih dahulu.
3. Air Tanah
Air tanah banyak mengandung garam dan mineral terlarut pada
waktu air melalui lapisan-lapisan tanah. Secara praktis, air tanah bebas
dari polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak
menutup kemungkinan air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang
menganggu kesehatan seperti kandungan Fe, Mn, kesadahan yang
terbawa oleh aliran permukaan tanah. Bila ditinjau dari kedalam air tanah,
maka air tanah dibedakan menjadi:
a. Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah,
lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri,
sehingga air tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada
kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber
air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak baik
sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim.
b. Air Tanah Dalam
Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-
300 meter. Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik
dari air tanah dangkal, sedangkan kuantitasnya mencukupi
tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi oleh
perubahan musim.
Dari segi kuantitas, apabila air tanah dipakai sebagai sumber air
baku air bersih relative cukup. Tetapii bila dilihat dari segi kontinuitasnya
maka pengambilan air tanah harus dibatasi, karena dikhawatirkan akan
menyebabkan penurunan muka tanah bila diambil secara terus-menerus.
4. Mata Air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan
tanah, keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di
lereng-lereng gunung atau sepanjang tepi sungai. Kualitas mata air
sangat baik bila dipakai sebagai air baku karena berasal dari dalam tanah
yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum
terkontaminasi oleh zat-zat pencemar.
C. Persyaratan Kualitas Air Bersih
Standard kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-
ketentuan berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang
biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang
menunjukkan persyaratan–persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut
tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta
gangguan dalam segi estetika. Persyaratan kualitas menggambarkan mutu
atau kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan
fisik, persyaratan kimia, persyaratan biologis dan persyaratan radiologis.
Persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut :
1. Syarat Fisik
Dalam kehidupan sehari- hari adalah air yang mempunyai kualitas
yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku (air bersih), antara
lain harus memenuhi persyaratan secara fisik yaitu tidak berbau, tidak
berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat fisik ini
diperhatikan untuk estetika air. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya
sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi
perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 30oC.
Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor diantaranya sebagai berikut :
a. Suhu
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat
akan air tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia
dalam pengolahannya terutama apabila temperature sangat tinggi.
Temperatur yang diinginkan adalah ± 30C suhu udara disekitarnya
yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis
dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air.
Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung
toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan
mikroorganisme, dan virus. Temperature atau suhu air diukur dengan
menggunakan termometer air.
b. Bau dan Rasa
Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan
biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang
membusuk, tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik, serta
persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan–bahan
yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber.
Intensitas bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi.
Karena pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi individu
maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak.
c. Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung
begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga
memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan
yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-
bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang
tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus
dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa
kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan
dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha
desinfeksi (Sutrisno, 1991).
2. Syarat Kimia
Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain
Air raksa (Hg), Aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe),
Flourida (F), Calsium (Ca), Mangan (Mn), Derajat keasaman (pH),
Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air
bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI
416/MENKES/PER/IX/1990.
Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-
zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat
tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia.
3. Syarat Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri,
baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis
bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang
mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal
material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoa.
Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus
bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak
merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri patogen (Soemirat, 2000).
4. Syarat Radiologis
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh
mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung
radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
D. Sumur Gali
Sumur gali adalah salah satu jenis sarana air bersih yang paling
sederhana yang dibuat dengan menggali tanah sampai pada kedalaman
lapisan air tanah pertama. (Djasio SAnropie, 1984). Sumur gali adalah satu
konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk
mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan
sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah.
Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang
relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena
kontaminasi melalui rembesan.
Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia
kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena
lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan
konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber
kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air
dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi
yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di
dalam sumur (Depkes RI, 1985).
Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang
baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan
pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan
syarat-syarat fisik dari sumur tersebut, adapun persyaratannya adalah:
1. Syarat Lokasi atau Jarak
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus
diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk
air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran
lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.
a. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.
b. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber
pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan
sebagainya (Chandra, 2007).
2. Dinding Sumur Gali
Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan
tanah. Hal ini untuk mencegah rembesan air dari permukaan atau
pencemaran oleh bakteri.
Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen.
Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur
gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah
pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Namun,
dinding sumur dengan pasangan batu bata atau batu kali dapat dibuat
dengan pasanga batu kosong dari dasar sumur sampai pada dinding
kedap air diatasnya, yaitu pada kedalam 3 meter di bawa permukaan
tanah, guna mengalirkan air tanah ke dalam sumur.
3. Bibir sumur gali
Bibir sumur harus kedap air setinggi 70 cm dari permukaan tanah
untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur. Selain
itu, keberadaan bibir sumur dapat mencegah kecelakaan seperti terjatuh
ke dalam sumur.
4. Lantai Sumur Gali
Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya
dari dinding sumur. Lantai dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di
atas permukaan tanah agar air tidak merembes kembali ke sumur.
Bentuknya dapat dibuat bulat atau segi empat dan terdapat saluran
pembuangan air limbah.
5. Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran Pembuangan Air Limbah dibuat kedap air sekurang-kurangnya
sepanjang 10 m dihitung dari tepi lantai sumur.
6. Sumur di tutup untuk meminimalisir terjadinya pencemaran.
Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut:
1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air
dalam tanah 3 meter/hari.
2. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical sedalam 3
meter.
3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh
1 meter.
4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan
maupun sedang tidak digunakan.
5. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.
Sumur gali seharusnya dilakukan pemeliharaan agar sumur tersebut dapat
digunakan dalam waktu yang relative lama. Adapun cara pemeliharaan sumur
gali adalah sebagai berikut:
1. Lantai disekitar sumur gali harus selalu bersih
2. Lantai digosok/disikat secara berkala agar tidak licin
3. Timba dan tali selalu bersih dan tidak terkena kotoran
4. Jika terdapat banyak kotoran dan lumut pada dinding sumur dan air
sumur kelihatan kotor, maka dilakukan pemberian kaporit sebagai
desinfektan.
5. SPAL harus berfungsi dengan baik dan tidak terdapat penyumbatan
(Depkes RI, 1989).
E. Sumur Pompa Tangan
Sumur Pompa Tangan merupakan salah satu sarana air bersih yang
dibangun untuk menaikkan air dalam tanah ke permukaan secara sehat.
Pompa tangan merupakan yang digunakan untuk menaikan air dari dalam
tanah. Sumur pompa ini dipasang melalui pengeboran tanah sampai
kedalaman tertentu, atau dipasang pada sumur gali dan lubang sumur harus
ditutup. Pompanya dapat dipasang di atas atau jauh dari sumur, tahan lama,
karena silinder pompa terletak di atas tanah.
Prinsip kerja sumur pompa tangan yaitu menghisap air di dalam
tanah. Kekuatan atau daya hisap pompa tangan sesuai dengan tekanan
udara normal yang ada. Bagian silinder pompa tangan sumur dangkal berada
di bagian atas permukaan tanah, dengan begitu, naiknya air ke permukaan
disebabkan adanya hisapan yang dilakukan oleh klep di dalam silinder ini.
Agar kondisi pompa dapat bertahan lama, kedalaman air hendaknya
mencapai titik optimal, yaitu sekitar 7 meter (untuk sumur pompa dangkal).
Sumur pompa tangan tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dibandingkan dengan sumur gali, pompa tangan memiliki kemungkinan untuk
terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu
tertutup. Namun hal itu bukan patokan baiknya sarana penyedia air bersih,
masih ada kemungkinan pencemaran yang terjadi pada sumur pompa
tangan. Adapun persyaratan sumur pompa tangan, yaitu:
a. Sumur pompa tangan tidak boleh dibangun di lokasi bekas
pembuangan sampah
b. Jangan di daerah banjir atau terkena pengaruh banjir.
c. Lokasi penempatan pompa tangan harus lebih tinggi dari permukaan
tanah.
d. Jarak antara sumur pompa tangan dengan sumber air kotor (septick
tank, resapan, dan lain-lain) minimal 10 meter.
e. Jika sumur pompa tangan berada lebih rendah dari sumber air kotor
(septick tank, resapan, dan lain-lain) maka jaraknya minimal 15 meter.
f. Saringan atau pipa-pipa yang berlubang berada di dalam lapisan tanah
yang mengandung air.
g. Lapisan yang kedap air antara permukaan tanah dan pipa saringan
sekurang-kurang 3 m.
h. Kemiringan lantai antara 1-3%.
i. Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah
dan lebarnya ± 1½ m sekeliling pompa.
j. Kemiringan aluran pembuangan minimal 2%.
k. Saluran pembuangan air limbah harus ditembok kedap air, minimal 10
m panjangnya.
BAB III
PELAKSANAAN
A. Sumur Gali
1. Tanggal dan tempat pelaksanaan
Hari, tanggal : Senin, 05 Oktober 2015
Pukul : 16.00 - selesai
Lokasi : Rumah Bapak Ranto, Kwarasan, RT 07 RW 06 Nogotirto,
Gamping, Sleman, Yogyakarta
2. Alat dan Bahan
a. Sumur gali katrol
b. Meteran
c. Formulir inspeksi
d. Alat tulis
3. Langkah kerja
a. Menentukan lokasi sumur gali yang akan diinspeksi
b. Mahasiswa mendatangi lokasi sumur gali tersebut
c. Perwakilan mahasiswa meminta izin kepada pemilik sumur
d. Setelah diberi izin, memulai inspeksi dengan mengisi formulir
inspeksi
e. Salah satu mahasiswa mendokumentasi
f. Menyusun laporan hasil inspeksi
4. Gambaran umum lokasi
Sumur gali milik Bapak Ranto yang berlokasi di Kwarasan, RT 07 RW
06 Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta merupakan sumur gali yang
masih menggunakan katrol untuk mengambil air. Letaknya di daerah
perkampungan rumah warga.
Rumah Bapak Ranto menjorok ke belakang. Lokasi sumurnya berada di
samping rumah dikelilingi oleh pagar tembok yang tinggi namun tidak
beratap. Sebelah timur berbatasan dengan rumah Bapak Ranto kurang lebih
berjarak 2 meter. Sebelah selatan terdapat tempat untuk mencuci serta bak
penghancuran limbah yang berjarak 6 meter. Sebelah barat terdapat
bangunan kosong dan juga kamar mandi. Sebelah utara berbatasan
langsung dengan dinding rumah yang terbuat dari batako dan berukuran
tinggi.
B. Sumur Pompa Tangan
1. Tanggal dan tempat pelaksanaan
Hari, tanggal : Senin, 05 Oktober 2015
Pukul : 15.00- selesai
Lokasi : Rumah Mbah Mujo, Dusun Semarangan RT 03 RW 09
Desa Sidokarto, Godean, Sleman, Yogyakarta
2. Alat dan bahan
a. Sumur pompa tangan
b. Meteran
c. Formulir inspeksi
d. Alat tulis
3. Langkah kerja
a. Mencari lokasi sumur pompa tangan
b. Mahasiswa mendatangi lokasi sumur pompa tangan
c. Meminta izin kepada pemilik sumur
d. Setelah diberi izin, mahasiswa melakukan inspeksi dengan mengisi
formulir yang tersedia
e. Salah satu mahasiswa mendokumentasi kegiatan inspeksi
f. Menyusun laporan hasil inspeksi
4. Gambaran umum lokasi
Lokasi sumur pompa tangan yang kami ambil yaitu milik Mbah Mojo
yang berada di Dusun Semarangan RT 03 RW 09 Desa Sidokarto, Godean,
Sleman, Yogyakarta. Lokasi sumur berada di belakang rumah Mbah Mojo
sekitar 3 meter dari rumah. Sebelah utara terdapat parit atau selokan kecil
sekitar 1 meter dari titik lokasi sumur. Sebelah timur dan selatan berbatasan
dengan pekarangan rumah. Dan sebelah barat terdapat lubang agak besar
untuk membuang sampah. Sumur milik Mbah Mojo ini tidak dilengkapi lantai
semen yang beradius 1 meter. Kondisi sumur juga sudah cukup tua karena
dilihat dari fisiknya sudah berkarat.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Sarana Sumur Dangkal
1. Data Umum
a. Lokasi Puskesmas : Puskesmas Patran
b. Desa : Desa Kwarasan
c. Kode Sarana :
d. Pemilik Sarana : Bapak Ranto
e. Alamat : RT 07, RW 06, Kwarasan, Gamping
f. Tanggal Kunjungan : 5 Oktober 2015
2. Kualitas Fisik Air
Dari hasil inspeksi sanitasi air sumur gali yang dilakukan di rumah Bapak
Ranto, dinyatakan bahwa kualitas fisik air tersebut normal dan layak
digunakan sebagai sarana air bersih, yaitu sebagai berikut :
No Kualitas Fisik AirKeterangan
YA TIDAK1 Keruh 2 Berbau 3 Berasa 4 Berwarna
Keterangan:
Skor risiko : Tidak = 4 Baik (B)
3. Hasil Diagnosa Tingkat Risiko Pencemaran
Dari hasil inspeksi sanitasi air sumur gali yang dilakukan di rumah Bapak
Ranto, tingkat risiko pencemaran dinyatakan sebagai berikut :
No Tingkat Risiko PencemaranKeterangan
YA TIDAK
1 Apakah ada jamban dalam jarak 10 m sekitar sumur yang dapat menjadi sumber pencemar?
2 Apakah ada sumber pencemar lain datum jarak 10 m sekitar sumur (misal kotoran binatang, sampah, genangan air)?
3 Apakah sewaktu-waktu ada genangan air dalam jarak 2 m sekitar sumur?
4 Apakah saluran pembuangan air rusak/tidak ada?
5 Apakah lantai semen sekitar sumur mempunyai radius kurang dari 1 m?
6 Apakah ada/sewaktu-waktu genangan air di atas lantai semen sekeliling sumur?
7 Apakah ada keretakan pada lantai sekitar sumur yang memungkinkan air merembes ke dalam sumur?
8 Apakah ember dan tali timba sewaktu-waktu diletakkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pencemaran?
9 Apakah bibir sumur (cincin) tidak sempurna sehingga memungkinkan air merembes ke dalam sumur?
10 Apakah dinding semen sepanjang ke dalam 3 m dari atas permukaan tanah tidak diplester cukup kuat/rapat?
Jumlah skor risiko
Tingkat risiko sarana : 3
Penggolongan tingkat risiko sarana : Tingkat risiko sedang (S)
4. Hasil Inspeksi Sanitasi
Nomor-nomor penting dari risiko pencemaran dan pemilik telah diberi
petunjuk untuk tindakan perbaikan, yaitu nomor 1, 9, 10.
a. Tingkat risiko kualitas fisik air : tidak ada
b. Tingkat risiko pencemaran :
1) Jarak antara sumur dengan sumber pencemar <10 m, yaitu 7.6 m, 9
m dan <10 m.
2) Bibir sumur (cincin) tidak sempurna sehingga memungkinkan air
merembes ke dalam sumur, tinggi bibir sumur di lokasi yaitu 48 cm,
sedangkan menurut syarat ketentuan sumur air gali tinggi bibir sumur
yaitu 60-70 cm.
3) Dinding semen sepanjang ke dalam 3 m dari atas permukaan tanah
tidak diplester cukup kuat/rapat.
5. Pembahasan
Inspeksi sanitasi air sumur gali dilaksanakan pada hari Senin, 5 Oktober
2015 yang bertempat di rumah Bapak Ranto, yaitu berada di RT 07, RW 06
Kwarasan, Gamping. Setelah dilakukan inspeksi sanitasi didapatkan hasil
kualitas fisik air yaitu tidak keruh, tidak berbau, tidak berasa dan tidak
berwarna. Menurut penilaian skor risiko kualitas fisik air pada air sumur gali
rumah Bapak Rinto dinyatakan Baik yaitu memiliki skor 4.
Pada diagnosa tingkat resiko pencemaran air sumur gali di rumah
Bapak Ranto, berikut adalah penjabarannya : jarak antara sumur dengan
sumber pencemar (jamban, bak septic tank, dan lain-lain) <10 m, yaitu bak
septic tank berada pada jarak 7.6 m, 9 m dan >10 m. Sumber pencemar lain
(misal kotoran binatang, sampah, genangan air) berada >10 m dari air
sumur gali. Tidak terdapat genangan air dalam jarak 2 m di sekitar sumur.
Saluran pembuangan air tidak rusak dan masih berfungsi dengan baik.
Lantai semen sekitar sumur mempunyai radius tepat 1 m. Tidak terdapat
genangan air di atas lantai semen sekeliling sumur. Tidak terdapat keretakan
pada lantai sekitar sumur yang memungkinkan air merembes ke dalam
sumur. Ember dan tali timba selalu menggantung pada katrol timba sehingga
tidak memungkinkan pencemaran. Bibir sumur (cincin) tidak sempurna
sehingga memungkinkan air merembes ke dalam sumur, bibir sumur pada
lokasi memiliki tinggi 48 cm, sedangkan pada kriteria sumur yang memenuhi
syarat kesehatan yaitu bibir sumur seharusnya memiliki tinggi ± 1 m dari
lantai. Dinding semen sepanjang ke dalam 3 m dari atas permukaan tanah
tidak diplester cukup kuat/rapat, pada lokasi sumur dinding semen tidak
diplester dengan rapi.
B. Sarana Sumur Pompa Tangan
1. Data Umum
a. Lokasi Puskesmas : Puskesmas Godean II
b. Desa : Desa Sidokarto
c. Pemilik Sarana : Simbah Mujo
d. Alamat : RT 03, RW 09 Dusun Semarangan,
Godean, Sleman
e. Tanggal Kunjungan : 5 Oktober 2015
2. Kualitas Fisik Air
Dari hasil inspeksi sanitasi sumur pompa tangan yang dilakukan di rumah
Simbah Mujo, kualitas fisik air dinyatakan sebagai berikut :
No Kualitas Fisik AirKeterangan
YA TIDAK1 Keruh 2 Berbau 3 Berasa 4 Berwarna
Keterangan:
Skor risiko : Tidak < 4 Tidak Baik (TB)
3. Hasil Diagnosa Tingkat Risiko Pencemaran
Dari hasil inspeksi sanitasi sumur pompa tangan yang dilakukan di rumah
Simbah, tingkat risiko pencemaran dinyatakan sebagai berikut :
No Tingkat Risiko PencemaranKeteranganYA TIDAK
1 Apakah ada jamban dalam jarak 10 m sekitar sumur pompa tangan yang dapat menjadi sumber pencemar?
2 Apakah ada sumber pencemar lain dalam jarak 10 m sekitar sumur pompa tangan (misal kotoran binatang, sampah, genangan air)?
3 Apakah sewaktu-waktu ada genangan air dalam jarak 2 m sekitar sumur pompa tangan?
4 Apakah saluran pembuangan air rusak/tidak ada? 5 Apakah lantai semen sekitar sumur pompa tangan
mempunyai radius kurang dari 1 m?
6 Apakah ada/sewaktu-waktu genangan air di atas lantai semen sekeliling sumur pompa tangan?
7 Apakah ada keretakan pada lantai sekitar sumur pompa tangan yang memungkinkan air merembes ke dalam sumur pompa tangan?
8 Apakah dudukan pompa tangan yang berbatasan dengan lantai kurang rapat/lepas memungkinkan air merembes masuk ke dalam sumur pompa tangan?
Jumlah skor risiko
Tingkat risiko sarana : 6
Penggolongan tingkat risiko sarana : Tingkat risiko tinggi (T)
4. Hasil Inspeksi Sanitasi
Nomor-nomor penting dari risiko pencemaran dan pemilik telah diberi
petunjuk untuk tindakan perbaikan, yaitu nomor 1, 2, 3, 5, 6, 8
a. Tingkat risiko kualitas fisik air :
Air yang keluar dari sumur pompa tangan tersebut dinyatakan
berbau.
b. Tingkat risiko pencemaran :
1) Jarak antara sumur dengan sumber pencemar <10 m.
2) Terdapat sumber pencemar lain dalam jarak 10 m sekitar sumur
pompa tangan (misal kotoran binatang, sampah, genangan air).
3) Dalam jarak 2 m pada sekitar sumur pompa tangan sewaktu-
waktu terdapat genangan air.
4) Pada lantai semen sekitar sumur pompa tangan mempunyai
radius kurang dari 1 m.
5) Sewaktu-waktu terdapat genangan air di atas lantai semen
sekeliling sumur pompa tangan.
6) Dudukan pompa tangan yang berbatasan dengan lantai kurang
rapat/lepas, sehingga memungkinkan air merembes masuk ke
dalam sumur pompa tangan.
c. Pembahasan
Inspeksi sanitasi air sumur pompa tangan dilaksanakan pada hari
Senin, 5 Oktober 2015 yang bertempat di rumah Simbah Mujo, yaitu
berada di RT 03, RW 09 Dusun Semarangan, Godean, Sleman. Setelah
dilakukan inspeksi sanitasi didapatkan hasil kualitas fisik air yaitu tidak
keruh, tidak berasa dan tidak berwarna, namun air tersebut berbau, hal
ini mungkin disebabkan karena mesin pompa sudah berkarat dan jarang
digunakan. Menurut penilaian skor risiko kualitas fisik air pada sumur
pompa tangan rumah Simbah Mujo dinyatakan Tidak Baik yaitu memiliki
skor <4.
Pada diagnosa tingkat resiko pencemaran sumur pompa tangan di
rumah Simbah Mujo, berikut adalah penjabarannya : antara sumur
pompa tangan dengan sumber pencemar (jamban, bak septic tank, dan
lain-lain) berada dalam jarak 10 m. Antara sumur pompa tangan dengan
sumber pencemar lain (misal: kotoran binatang, sampah, genangan air)
berada dalam jarak 10 m. Pada sumur pompa tangan di lokasi, sewaktu-
waktu terdapat genangan air dalam jarak 2 m dekat sumur. Saluran
pembuangan air di lokasi dekat sumur pompa air tidak rusak dan masih
berfungsi dengan baik. Lantai semen sekitar sumur pompa tangan
mempunyai radius kurang dari 1 m dari sumur. Sewaktu-waktu terdapat
genangan air di atas lantai semen sekeliling sumur pompa tangan. Tidak
terdapat keretakan pada lantai sekitar sumur pompa tangan yang
memungkinkan air merembes ke dalam sumur pompa tangan, lantai
semen tersebut masih kuat dan layak. Pada sumur pompa tangan,
dudukan pompa tangan yang berbatasan dengan lantai kurang
rapat/lepas, sehingga memungkinkan air merembes masuk ke dalam
sumur pompa tangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari inspeksi sanitasi sumur gali dan sumur
pompa tangan adalah :
1. Kualitas fisik sumur gali milik Bapak Ranto sudah memenuhi syarat
(baik/B) menurut Permenkes No. 416 tahun 1990
2. Kualitas fisik sumur pompa tangan milik Mbah Mujo masih belum
memenuhi syarat (tidak baik/TS) menurut Permenkes No. 416 tahun 1990
3. Tingkat risiko pencemaran sumur gali milik Bapak Ranto sedang (S)
4. Tingkat risiko pencemaran sumur pompa tangan milik Mbah Mujo sangat
tinggi (ST)
B. Saran
1. Sebaiknya jarak sumber pencemar dibuat minimal 10 m dari bibir sumur.
2. Usahakan jangan ada genangan air disekitar sumur dalam jarak 2 m
yang memungkinkan genangan air meresap kedalam sumur.
3. Buatlah lantai semen disekitar sumur dalam radius 1 meter untuk
mencegah kontaminasi dari bakteri.
4. Tinggi bibir sumur dibuat sesuai syarat ketentuan sumur air gali yaitu 60-
70 cm untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.
5. Dudukan pompa tangan yang berbatasan dengan lantai dibuat rapat,
sehingga air tidak bisa merembes masuk ke dalam sumur pompa
tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2004. Keputusan Kementerian Kesehatan RI
No.1240/MENKES/SK /X/2004 tentang Pesyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Direktorat penyehatan air, Ditjen PPM& PLP Depkes RI. 1998. Pedoman Upaya
penyehatan Air bagi Petugas Sanitasi Puskesmas.
http://inspeksisanitasi.blogspot.co.id/2009/08/sumur-sehat.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34137/4/Chapter%20II.pdf pada
tanggal 10 Oktobr 2015
Nugroho, Hermawan Adi. 2012. Pengertian Sumur Pompa Tangan. Diakses dari http://hermawankesling.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-sumur-pompa-tangan.html pada tanggal 9 Oktober 2015.
Permenkes No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air
Permenkes No. 736 tahun 2010
Putra, B. 2010. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/19496/4/Chapter%20II.pdf pada tanggal 8 Oktobr 2015
Sanropie, Djasio, dkk. 1983. Pedoman Bidang Studi: Penyediaan Air Bersih
Sekolah Pembantu Penilik Hygiene (S.P.P.H). Proyek Pengembangan
Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Pusat Pendidikan dan Latihan
Pegawai Departemen Kesehatan R.I
Sinulingga, S. 2013. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/38270/4/Chapter%20II.pdf pada tanggal 10 Oktobr 2015
Soemirat, Juli. 20000. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University
Press.
Sugiharto. 1983. Penyediaan Air Bersih Bagi Masyarakat. Proyek
Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Pusat Pendidikan
dan Latihan Pegawai Departemen Kesehatan R.I
Unknown. 2013. Sumur Pompa Tangan Untuk Sumur Dangkal. Diakses dari http://www.bor-indonesia.com/2013/04/sumur-pompa-tangan-untuk-sumur-dangkal.html pada tanggal 9 Oktober 2015
WHO. 1999. Safe Management of Waste Management In Rural Areas. India:
Departement of drinking water supply
LAMPIRAN
Sumur Pompa Tangan Sumur Gali
Sumur gali Bibir sumur gali
top related