kti muklisin
Post on 10-Feb-2018
240 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 1/23
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar belakang ....................................................................................... 1
1.2. RumusanMasalah.................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4
2.1. Kandungan Senyawa Kunyit (Curcuma domestica Val.) .......................... 4
2.2. Kandungan Senyawa Bawang Putih (Allium sativum Linn.) . .................. 5
2.3. Antibakteri ..................................................................................................... 6
2.4.Mekanisme Kerja Antibakteri ...................................................................... 7
2.5. Salmonella typhimurim ................................................................................ 8
2.5. Tetrasiklin ...................................................................................................... 9
BAB III. BAHAN DAN METODE ............................................................................... 10
3.1. Sifat penelitian.......................................................................................................... 10
3.2. Tempat dan waktu Penelitian...................................................................... 10
3.3. Bahan dan Alat ............................................................................................. 10
3.4.Cara kerja ...................................................................................................... 11
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 2/23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 12
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 3/23
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, untaian pujian penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan
semesta alam, berkat nikmat dan karunia yang tak pernah putus mengalir di setiap helaan nafas.
Dengan izin dan kehendak-Nya yang telah melancarkan langkah penulis dalam menyelesaikan
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “aktivitas antibakteri ekstrak tunggal bawang putih
( Allium sativum Linn.) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val .) terhadap Salmnonella
typhimurium”. Salawat dan salam penulis persembahkan untuk Baginda Rasul Muhammad
SAW, lewat tangan beliaulah kita dapat mereguk nikmatnya ilmu pengetahuan yang tak pernah
habisnya, sungguh dialah suri tauladan yang sempurna.
Dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan terima kasih
yang tiada terhingga kepada yang terhormat :
1. Ibu Silvia Wagustina SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Aceh.
2. Ibu Munira selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam
penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Rasidah selaku coordinator kependidikan yang telah member motivasi kepada penulis dalam
menyelesai kan proposal ini.
4. Seluruh dosen pengajar dan staf pendidikan di Prodi Farmasi yang telah membina dan
membimbing penulis selama masa pendidikan.
5. Kepada oang tua ku yang memberikan dorongan baik moril maupun materil sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Teman-teman dan adik-adik seperjuangan jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Aceh yang juga
telah banyak membantu dalam penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Atas segala kekurangan dan kesilapan
dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya
dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang, semoga a kan lebih sempurna, Amin ya rabbal alamin.
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 4/23
Banda Aceh, juni 2013
Penulis
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 5/23
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 6/23
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 7/23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan flora dan fauna. Bahkan kekayaan
alam Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Di antara kekayaan flora (tumbuh-
tumbuhan) tersebut, banyak di antaranya yang termasuk kategori tanaman obat dan ini sudah
dimanfaatkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lalu. Pemanfaatan tanaman untuk
mengobati suatu penyakit sudah bukan menjadi rahasia lagi. Ramuan tradisional, termasuk jamu
adalah salah satu bukti konkritnya, selain itu banyak ramuan tradisional yang sudah dihasilkan
dan dimanfaatkan. Penggunaan obat tradisional sudah semakin meningkat dan bukan lagi
menjadi obat alternatif. Saat ini telah diketahui bahwa tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat
tersebut mengandung zat-zat kimia aktif yang memiliki potensi besar, salah satunya adalah untuk
menghambat aktivitas bakteri. Namun, produksi obat-obatan tradisional, memiliki beberapa
kelemahan salah satunya adalah belum banyaknya pengetahuan dan penelitian mengenai
kandungan kimia dan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas biologisnya. Oleh
karena itu, hal tersebut membutuhkan pengetahuan dan penelitian lebih mendalam. Seperti
contohnya, tata cara pengolahan yang tepat, proses dan mekanisme untuk dapat menghasilkan
produk yang lebih berkualitas tinggi. Hal tersebut membutuhkan banyak kajian tentang
pengolahan simplisia menjadi obat tradisional yang bermutu tinggi. Pengembangan yang lebih
lanjut dilakukan agar dapat dihasilkan suatu produk fitofarmaka. Salah satu tanaman obat yang
dapat dimanfaatkan untuk pengobatan salmonellosis adalah bawang putih dan rimpang kunyit.
Salmonellosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella. Salmonellosis
menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Pada peternakan ayam, salmonellosis
menyebabkan penurunan produktivitas ayam dan kematian. Salmonellosis juga sangat merugikan
ditinjau dari kesehatan masyarakat, karena salmonellosis bersifat zoonosis yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia, sehingga pengendalian salmonellosis perlu dilakukan
(Dirjen Peternakan 1982).
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 8/23
Bawang putih (Allium sativum Linn.) mengandung senyawa antimikrob yang telah banyak
digunakan oleh masyarat. Bawang flavonoid, dan triterpenoid (Safithri 2004).
Menurut Lawson et al. (1990), bawang putih mengandung komponen alisin yang berfungsi
sebagai antibakteri. Rustama dkk.(2005) telah membuktikan bahwa bawang putih sangat
potensial sebagai antibakteri baik terhadap bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif.
Penelitian lain menemukan bahwa filtrat bawang putih dengan konsentrasi 10% memiliki
aktivitas antibakteri terhadap S. typhimurium yang lebih besar daripada antibiotik tetrasiklin 100
μg/mL (Suharti 2004).
Sifat antibakteri dalam rimpang kunyit disebabkan oleh kandungan kimia utamanya, yaitu
kurkuminoid dan minyak atsiri. Kurkuminoid berkhasiat menetralkan racun, menghilangkan rasa
nyeri sendi, menurunkan kadar kolesterol dan triasilgliseril darah, antibakteri, dan sebagai
antioksidan penangkal senyawa-senyawa radikal bebas yang berbahaya. Minyak atsiri pada
rimpang kunyit berkhasiat sebagai cholagogum, yaitu bahan yang dapat merangsang pengeluaran
cairan empedu yang berfungsi sebagai penambah nafsu makan dan anti spasmodicum, yaitu
menenangkan dan mengembalikan kekejangan otot (Liang et al. 1985).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“aktivitas antibakteri ekstrak tunggal bawang putih ( Allium sativum Linn.) dan rimpang kunyit
(Curcuma domestica Val .) terhadap Salmnonella typhimurium”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak tunggal
bawang putih ( Allium sativum Linn.) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val .) terhadap
Salmnonella typhimurium.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai aktivitas antibakteri
filtrat bawang putih dan ekstrak rimpang kunyit S. typhimurium, sehingga dapat meningkatkan
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 9/23
nilai guna bagi tanaman tersebut dan dapat mengganti antibiotik yang selama ini dipakai
peternak. Selain itu diharapkan dapat memberikan informasi penyimpanan maksimum dari filtrat
bawang putih.
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 10/23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kandungan Senyawa Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Tanaman kunyit pada mulanya diperkenalkan ke dunia ilmu pengetahuan dengan nama
Curcuma longo koen. Valenton (1918) mengusulkan nama baru, yaitu Curcuma domestica,
karena ternyata nama tersebut telah digunakan untuk jenis rempah lainnya. Awalnya tanaman
kunyit berasal dari India kemudian kunyit diperkenalkan ke negara Asia lainnya seperti Asia
Tenggara dan Selatan. Tanaman ini juga menyebar dengan cepat dari Asia Tenggara ke wilayah-
wilayah lain, seperti Cina, Kepulauan Salomon, Haiti, Pakistan, Taiwan, dan Jamaika. Di
Indonesia sendiri tanaman kunyit menyebar secara merata diseluruh wilayah. Karena itu, kunyit
dikenal dengan nama yang berbeda disetiap daerah, seperti: kunyet (Aceh); kunyit (Melayu);
kunir, kunir bentis, temukuning (Jawa); kunyir, koneng, konengtemen (Sunda); dan kunit, janar
(Kalimantan) (Winarto 2003).
Diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae (tumbuh-tumbuhan), divisi (divisio)
Spermatophyta (tumbuhan berbiji), anak divisi (sub-divisio) Angiospermae (berbiji tertutup),
kelas (class) Monocotyledonae (biji berkeping satu), bangsa (ordo) Zingiberales, suku (family)
Zingiberaceae (temu-temua), marga (genus) Curcuma, dan jenis (species) Curcuma domestica
Val (Winarto 2003).
Bagian terpenting dalam pemanfaatan kunyit adalah rimpangnya. Senyawa aktif yang
terkandung dalam rimpang kunyit adalah Curcuminoid (zat pewarna kuning). Curcuminoid
dalam kunyit adalah curcumin (75%), demethoxycurcumin (15-20%) dan
bisdemethoxycurcumin (±3%). Curcumin merupakan senyawa fenolik yang dapat mengubah
permeabilitas membran sitoplasma yang menyebabkan kebocoran nutrisi dari sel sehingga sel
bakteri mati atau terhambat pertumbuhannya (Marwati dkk. 1996).
Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung senyawa kimia yang memiliki
aktivitas fisioiogi yaitu minyak atsiri (mengandung senyawa-senyawa kimia seskuiterpen
alcohol, turmeron, dan dan kurkuminoid (mengandung senyawa kurkumin dan turunnya
berwarna kuning yang meliputi desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin). Rimpang
kunyit mengandung pati atau amilum, gom dan getah. Minyak atsiri juga memberi aroma harum
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 11/23
dan rasa khas pada umbinya. Kunyit mengandung curcumin (zat berwarna kuning), turmeron,
zingiberen, minyak volatil, turmerol (minyak turmerin, yang menyebabkan rasa aromatis dan
wangi kunyit), fellandren, kamfer, curcumon, lemak, pati, damardamaran. Berdasarkan
percobaan telah ditemukan bahwa minyak volatilnya mengurangi kematian tikus besar yang
telah diinfeksi dengan virus influensa (Achyad dan Rasyidah 2000). Kemampuan minyak atsiri
sebagai antibakteri juga diperkuat oleh hasil penelitian Rahayu dkk (1996) yang menyatakan
bahwa minyak atsiri mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
Salmonella typosa, Streptococcus, Staphylococcus epidermidis, E. coli, dan Klebseilla.
Berdasarkan percobaan Wahjoedi dkk. (2003) telah ditemukan bahwa perasan kunyit dapat
menurunkan suhu tubuh tikus yang didemamkan dengan vaksin kotipa buatan Kimia Farma.
Kunyit juga dipakai sebagai anti gatal dan anti kejang dan sebagai obat ginvitis (pembengkakan
selaput lendir mulut).
Berdasarkan Farmakope Cina, rimpang kunyit dipakai sebagai obat sakit dada dan perut,
sakit pada haid, luka-luka, dan borok (Achyad dan Rasyidah 2000).Selain sebagai anti bakteri,
kunyit juga dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan cendawan. Dharmaputra dkk.
(1999) melaporkan ekstrak aseton dan ekstrak air kunyit mampu menghambat pertumbuhan
Aspergillus candidus, A. flavus, dan Penicillium citinum. Selain itu, dilaporkan bahwa
penambahan tepung kunyit pada ransum ayam dapat menambah berat badan ayam (Retnaningati
2003).
2.2. Kandungan Senyawa Bawang putih (Alli um sativum Linn.)
Bawang putih adalah herba semusim berumpun yang memiliki ketinggian sekitar 60 cm.
Bawang putih diduga berasal dari Asia Tenggara, diantaranya Cina dan Jepang, namun bawang
putih sudah tergambar jelas di piramida Mesir sejak 2780-2100 SM dan di India digunakan
sebagai bahan pengobatan hipertensi (Yamaguchi 1983).
Bawang putih menyebar keseluruh daerah di Lautan Tengah dan oleh pedagang Cina
dibawa ke Indonesia (Wibowo 1988).
Bawang putih mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah seperti bawang putih
(Melayu), lasun (Aceh), dasun (Minangkabau), lasuna (Batak), bacong landak (Lampung),
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 12/23
bawang bodas (Sunda), bawang (Jawa), babang pole (Madura), bawang kasihong (Dayak),
lasuna kebo (Makasar), lasuna pote (Bugis), pia moputi (Gorontalo), incuna (Nusa Tenggara).
Berdasarkan Tjitrosoepoemo (1994), bawang putih diklasifikasikan ke dalam kingdom
plantea, divisi (divisio) spermatophyta, anak divisi (sub-divisio) Angiospermae, kelas (class)
Monocotyledonae, bangsa (ordo) Liliflorae, suku (family) Liliceae, marga (genus) Allium, dan
jenis (species) Allium sativum Linn. Bawang putih mengandung munyak atsiri, alliin, kalium,
saltivine, diallylsulfide (PDII LIPI 2007).
Bawang putih mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dan antifungi. Kemampuan bawang
putih sebagai antibakteri didukung penelitian Rustama dkk. (2005) yang menyatakan bahwa
bawang putih mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Kemampuan bawang putih ini berasal dari zat kimia yang terkandung di dalam umbi. Zat kimia
tersebut adalah alil sulfida (biasa disebut alisin) yang diduga merusak dinding sel dan
menghambat sintesis protein. Berdasarkan penelitian Bidura (1999), adanya alil sulfida sebagai
antibakteri akan dapat menekan pertumbuhan bakteri coliform atau bakteri yang merugikan, dan
hal ini akan memberikan peluang pertumbuhan mikroorganisme yang menguntungkan di dalam
saluran pencernaan itik, sehingga pemanfaatan zat-zat makanan untuk pertumbuhan dapat
maksimum. Alisin tidak terbentuk pada tanaman utuh bawang putih, karena pada bawang putih
utuh mengandung aliin dan enzim alinase. Apabila bawang putih diiris atau dihancurkan, maka
aliin akan bereaksi dengan enzim alinase membentuk alisin (Ankri & Mirelman 1999).
Berdasarkan penelitian Suharti dkk.(2005), penambahan bawang putih pada ransum ayam
broiler selain sebagai antibakteri juga mampu meningkatkan pertambahan bobot badan ayam
yang terinfeksi S. typhimurium. Ekstrak bawang putih juga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Salmonella enteritidis, Staphylococcos aureus, danSalmonella typosa (Poeloengan 2001).
Selain itu, bawang putih juga dapat menurunkan gejala aflotoksin (Maryam dkk. 2003).
2.3. Antibakteri
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya dan kerusakan. Hal ini nampak dari
kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit yang
berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme dapat disingkirkan,
dihambat atau dibunuh secara fisik maupun kimia. Bahan antimikrob merupakan salah satu
penghambatan mikroorganisme secara kimia yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 13/23
mikrob. Antimikrob meliputi antibakteri, antiprotozoa, antifungal, dan antivirus. Antibakteri
termasuk ke dalam antimikrob yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
(Schunack et al 1990).
Antibakteri adalah zat yang menghambat pertumbuhan bakteri dan digunakan secara
khusus untuk mengobati infeksi (Pelczar & Chan 1988). Berdasarkan cara kerjanya antibakteri
dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakterisidik (Schunack et al 1990). Antibakteri
bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan antibakteri
bakterisidik bekerja dengan cara mematikan bentuk-bentuk vegetatif bakteri. Bakteristatik dapat
bertindak sebagai bakterisidik dalam konsentrasi tinggi (Pelczar & Chan 1988). Kerja antibakteri
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: konsentrasi atau intensitas zat antibakteri, jumlah
mikroorganisme, suhu, spesies mikroorganisme, adanya bahan organik, dan keasaman atau
kebasaan (pH). Senyawa kimia utama yang memiliki sifat antibakteri adalah fenol dan
persenyawaan fenolat, alkohol, halogen, logam berat, deterjen, dan aldehida. Fenol bekerja
terutama dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel. Persenyawaan
fenolat dapat bersifat bakterisidik atau bakteriostatik tergantung kepada konsentrasi yang
digunakan. Alkohol bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel, selain itu alkohol merupakan
pelarut lipid sehingga dapat juga merusak membran sel (Pelczar & Chan 1988).
Kadar minimun yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Tumbuh Minimal (KHTM) dan
Kadar Bunuh Minimal (KBM). Sifat antibakteri dapat berbeda satu dengan yang lainnya,
berdasarkan perbedaan sifat ini antibakteri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu berspektrum
sempit dan berspektrum luas (Ganiswarna 1995). Menurut Dwijoseputro (1990), antibakteri
berspektrum luas efektif terhadap berbagai jenis mikroba, sedangkan antibakteri berspektrum
sempit, hanya efektif terhadap mikroorganisme tertentu.
2.4. Mekanisme Kerja Antibakteri
Menurut Pelczar & Chan (1988) mekanisme kerja antibakteri dapat terjadi melalui lima
cara, yaitu hambatatan sintesis dinding sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul dan
asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.
Hambatan sintesis dinding sel. Struktur dinding sel dirusak dengan cara menghambat
pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk. Perubahan permeabilitas sel.
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 14/23
Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran
keluar-masuknya bahan-bahan lain. Membran memelihara integritas komponen-komponen
selular. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau
matinya sel. Perubahan molekul dan asam nukleat. Hidupnya suatu sel bergantung pada
terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu
kondisi atau substansi yang mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasi protein dan asam-asam
nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat
beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversibel (tak dapat balik)
komponenkomponen selular yang vital ini.
Penghambatan kerja enzim. Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada
di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat kimia
telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia. Penghambatan ini dapat mengakibatkan
terganggunya metabolisme atau matinya sel. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.
DNA, RNA, dan protein memegang peranan yang sangat penting di dalam proses kehidupan
normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada
fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.
2.5. Salmonella typhimurium
Pada penelitian ini digunakan bakteri uji Mikroba Salmonella termasuk ke dalam
kelompok enterobakteriaceae. S. typhimuriumdikalsifikasikan ke dalam kingdom Plante
Kingdom, divisi (divisio) Protophyta, kelas (class) Schizomycetes, bangsa (ordo) Eubacteriales,
suku (family) Enterobacteriaceae, marga (genus) Salmonella, dan jenis (species) S.typhimurium.
Bakteri Salmonella merupakan bakteri berbentuk batang pendek dengan ukuran 0.5 µm x 3.0
µm, bersifat Gram negatif, anaerob fakultatif, oksidase negatif, katalase positif, tidak berspora,
fermentatif dan motil (Lay dan Hastowo 1992).
Umumnya Salmonella dapat hidup pada kisaran suhu antara 5ºC-47ºC dengan suhu
optimum untuk pertumbuhan 35ºC-37ºC. Kisaran pH untuk pertumbuhan Salmonella antara 4.5-
9.0 dengan pH optimum sekitar 6.5-7.5 dan dapat mati dalam kondisi ekstrim (Doyle 1989,
dalam Kardiyanto 2003).
Banyak tipe Salmonella yang hidup dalam usus hewan dan burung dan menularkan ke
manusia dari makanan yang terkontaminasi oleh hewan. Menurut Nugroho (2006), Salmonella
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 15/23
tidak hanya mencemari pada tingkat peternak saja tetapi dapat juga mencemari telur ayam.
Cemaran Salmonella pada tingkat peternak sebesar 11.40% dan pada tingkat telur sebesar 1.40%.
2.6. Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah golongan antibiotik yang secara kimia berkerabat dekat. Anggota yang
pertama, klortetrasiklin yang diisolasi dari Streptomyces aureofaciens (Actinomycete) (Schunack
et al 1990).
Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin dapat dibuat
secara semisintetik dari klortertrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces
lainnya. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin
bersifat relatif stabil, tetapi dalam larutan kebanyakan tetrasiklin sangat labil jadi cepat
berkurang potensinya (Ganiswarna 1995).
Dalam sel bakteri, tetrasiklin bekerja dengan menghambat biosintesis protein (translasi)
pada ribosom. Proses translasi yang berlangsung di ribosom ini dapat digolongkan menjadi
pengawalan pembentukan rantai (intiation), pemanjangan rantai (elongation), dan penutupan
rantai (termination). Pada fase pemanjangan terjadi pemasukan asam amino satu persatu secara
berurutan ke dalam rantai yang tengah tumbuh. Asam amino yang terikat pada transfer t-RNA
yang sesuai (aminoasil-tRNA), mula-mula terikat pada tempat akseptor ribosom dan kemudian
direalisasi pada rantai. Tetrasiklin bekerja secara bakteriostatik karena penimbunan aminoasil-
tRNA pada tempat akseptor dihambat. Namun, untuk ini sebenarnya diperlukan konsentrasi yang
lebih tinggi (Schunack et al 1990).
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 16/23
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental yaitu aktivitas antibakteri ekstrak tunggal bawang
putih ( Allium sativum Linn.) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val .) terhadap
Salmnonella typhimurium.
3.2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Mai sampai juni 2014 di
laboratorium farmasi poltekkes aceh.
3.3. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian untuk ekstraksi adalah rimpang kunyit yang
berasal dari pasar Jambu Dua, heksana 70 %, dan es, sedangkan bahan-bahan yang digunakan
untuk uji aktivitas antibakteri adalah filtrat bawang putih, ekstrak metanol rimpang kunyit,
ekstrak etanol rimpang kunyit, bakteri Salmonella typhimurium, nutrient agar, nutrient broth,
etanol 70%, spirtus, air destilasta. Bahan-bahan yang digunakan untuk uji fitokimia adalah
ekstrak metanol rimpang kunyit, kloroform, amoniak, H2SO4 2M, pereaksi Dragendorf, Wagner,
Meyer, metanol 30 %, pereaksi Liebermen Burchard, FeCl3 1%, dan akuades.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian untuk ekstraksi adalah Erlenemeyer 500 mL,
labu bulat, corong, kertas saring, pengaduk, vaccum rotary evaporator, neraca analitik, inkubator
bergoyang. Alat-alat yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri adalah laminar air flow,
spektrofotometer, magnetic strirrer, oven, inkubator bergoyang, otoklaf, pemanas, lemari es, pH
meter, cawan petri, jarum ose, pembakar spirtus, autopipet, neraca analitik, aluminium foil,
kapas, mortar, dan peralatan gelas, sedangkan alat-alat yang digunakan untuk uji fitokimia
adalah Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet Morh, dan papan uji.
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 17/23
3.4. Cara kerja
3.4. Cara kerja
3.4.1. Pembuatan Media
3.4.1.1. Nutrient Broth (NB).
Sebanyak 13 gram nutrient broth dilarutkan dalam 1 liter akuades dan dipanaskan sambil
diaduk sampai homogen. Kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer sebanyak 10 mL dan
ditutup dengan kapas dan aluminium foil. Kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf
dengan suhu 121 ºC pada tekanan 2 atm selama 15 menit.
3.4.1.2. Nutrient Agar (NA).
Sebanyak 28 gram nutrient agar dilarutkan dalam 1 liter akuades dan dipanaskan sambil
diaduk sampai homogen. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 20 mL dan
ditutup dengan kapas dan aluminium foil. Kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf
dengan suhu 121 ºC pada tekanan 2 atm selama 15 menit.
3.4.2. Persiapan Sampel
3.4.2.1. Bawang putih.
Bawang putih dikupas, kemudian ditimbang sebanyak X gram, lalu dipotong kecil-kecil
dan dihaluskan dengan mortar kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring.
3.4.2.2. Ekstraksi Kunyit.
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Harborne (1987) yang
dimodifikasi. Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan pelarut metanol. Rimpang kunyit
dikupas dan dibersihkan kemudian dipotong kecil-kecil dan dihaluskan. Kemudian sebanyak
kurang lebih 200 gram dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan direndam dalam pelarut etanol,
metanol, dan heksana dengan masingmasing rasio bahan: pelarut 1: 2, ditutup dengan alumunium
foil dan disimpan pada suhu ruang dalam shaker bergoyang selama 24 jam. Kemudian filtrat
dipisahkan. Ekstrak yang diperoleh dievaporasi menggunakan rotavapor vakum pada suhu 40 °C
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 18/23
untuk menguapkan dan memekatkan ekstrak. Ekstrak pekat ditimbang dan didapatkan
rendemennya.
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 19/23
DAFTAR PUSTAKA
Achyad DE, Rasyidah R. 2000. Kunyit (Curcuma Domestica Val.). [terhubung berkala].
http://www.asiamaya.com/jamu/isi/kunyit_curcumaedomstica.htm. [15 mei 2013].
Ankri S, Mirelman D. 1999. Antimicrobial properties of allicin from garlic. Microbes and
Infection. 1: 25-129.
Bidura GNG. 1999. Penggunaan tepung jerami bawang putih (Allium sativum) dalam ransum
terhadap penampilan itik bali. Majalah Ilmiah Peternakan. 2: 48-53.
Bintang M. 1993. Studi Antimikroba dari Streptococcus lactis BCC 2259 [disertasi]. Bandung:
Program Doktor, Institut Teknologi Bandung.
Darwis SN, Hiyah S, Indo ABDM. 1991. Tumbuhan Obat Famili Zingerberaceae. Bogor: Pusat
Pengembangan Tanaman Industri.
Dharmaputra OS, Ina R, Hilman A, Rusliniar MTS. Hambatan pertumbuhan Aspergillus
candidus, A. Flavus, dan Penicillium citrinum pada ekstrak kunyit dan lada hitam. Hayati.
6: 103-105.
Dwijoseputro. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Ed. Ke-2. Jakarta: Djambtan. Feldberg RS et
al. 1988. In vitromechanism of inhibition of bacterial cell growth by allicin. Antimicrob
Agents Chemother. 32: 1763-1768.
Ganiswarna S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-IV. Jakarta: Gaya Baru Pr.
Gultom AM. 2003. Penambahan tepung kunyit (Curcuma domestica Val.) dalam ransum untuk
meningkatkan bobot badan tikus putih (Rattus norvegicus) [skripsi]. Bogor: Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Ed ke-2. Bandung: ITB.
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 20/23
Hudayanti M . 2004. Aktivitas antibakteri rimpang temulawak (Curcumaxanthorhiza Roxb.).
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Jouvenaz DP, Blum MS, Macconnell JG. 1972. Antibacterial Activity of Venom Alkaloids from
the Imported Fire Ant, Solenopsis invicta Buren. American Society for Microbiology. 2:
291-293.
Kardiyanto E. 2003. Jumlah Leukosit pada ayam boiler yang diinfeksi Salmonellatyphimurium
setelah pemberian probiotik Bacillus apiarius dan Bacillus coagulans pada air minum
[skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Karou D et al. 2006. Antibacterial activity of alkaloids from Sida acuta. African J of
Biotechnology. 5:195-200.
Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptoraharjo A, penerjemah. Jakarta: UI Pr.
Terjemahan dari: Basic Concepts of Analytical Chemistry.
Kosalec I, Stjepan P, Marina B, Sanda VK. 2005. Flavonoid analysis and antimicrobial activity
of commercially avalaible propolis poduct. Acta pharm.. 55: 423-430.
Lawson LD, De Graves F, Tyler J. 1990. HPLC Analysis of allicin and other thiosulfinates in
garlic cloves homogenate. Planta medica.
Lay W, Hastowo S. 1992. Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali.
Liang OB, Widjaja Y, Puspa S. 1985. Beberapa aspek isolasi, identifikasi, dan penggunaan
komponen-komponen Curcuma xanthorrhiza Roxb. dan Curcuma domestica Val. Prosiding
simposium nasional temulawak. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran.
Lukman AAS. 1984. Pengaruh bubuk rimpang kunyit (Curcuma domestica) dan bubuk residu
ekstraknya terhadap pertumbuhan beberapa basili gram positif [skripsi]. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Marwati T, Winarti C, Djajeng S. 1996. Aktivitas antibakteri pada rimpang kunyit. Prosiding
Simposium Nasional 1 Tumbuhan Obat dan Aromatik APINMAP. 37-43.
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 21/23
Maryam R, Yulvian S, Siti R, Rachmat F, Miharja. 2003. Efektivitas ekstrak bawang putih
(Allium sativum Linn.) dalam penanggulangan aflotoksin pada ayam petelur. Media
Peternakan. 8: 239-246.
Moyler DA. 1995. Oleoresins, tinctures and extract di dalam PR Ashurst. Food Flavouring. New
York: Blackie Academic & Profesional.
Nugroho WS. 2006. Tingkat cemaran Salmonella pada telur ayam ras di tingkat peternakan
kabupaten Sleman Yogyakarta [abstrak]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Hewan, UGM.
PDD II-LIPI. 2007. Bawang putih (Allium sativum). [terhubung berkala] www.google.com. 23
mei 2013.
Pelczar MJ, Chan ECS. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Hadioetomo RS et al.. Penerjemah.
Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Poeloengan M. 2001. Pengaruh bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan S.
enteritidis, S. typosa, dan S. aureus. Media Peternakan. 24: 42-44
Rahayu RD, Harapini M, Chairul. 1996. Uji efektivitas beberapa minyak atsiri pada beberapa
bakteri pathogen secara invitro. Prosiding Simposium Nasional 1 Tumbuhan Obat dan
Aromatik APINMAP. 249-259.
Retnaningati T. 2006. Potensi tepung jahe, kunyit, dan temulawak sebagai pakan tambahan
terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan pada ayam
pedaging. [tesis] Surabaya: Sekolah pascasarjana, Universitas Airlangga.
Rosalyn EM. 2005. Pengaruh pemberian kunyit (Curcuma domestica Val.) atau temulawak
(Curcuma xanthorrizaRoxb.) dalam ransum terhadap performan broiler [skripsi]. Bogor:
Fakultas Peternakan, Insitut Pertanian Bogor.
Rustama MM, Sri RR, Joko K, Ratu S. 2005. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak air dan etanol
bawang putih (Allium sativum L.) terhadap bakteri Gram negatif dan Gram positif.
Biotika. 2: 1-8.
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 22/23
Safithri M. 2004. Aktivitas antibakteri bawang putih (Allium sativum) terhadap bakteri mastitis
subklinis secara in vitro dan in vivo pada ambing tikus putih (Rattus novergicus) [tesis].
Bogor: Sekolah pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sari DA. 1998. Mempelajari sifat fisiko kimia dan analisis profil deskriptif flavor minyak atsiri
daun kunyit (Curcuma domestica Val.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pangan,
Institut Pertanian Bogor.
Schunack WK, Mayer, Haake M. 1990. Senyawa Obat. Ed ke-2. J. R. Wattimenna & S. Subito.
Yogyakarta: Gajah Mada University Pr.
Suharti S. 2004. Kajian antibakti temulawak, jahe, bawang putih terhadap bakteri Salmonella
typhimurium serta pengaruh bawang putih terhadap performans dan respon imun ayam
pedaging [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Suharti S, Bintang M, Wiryaman KG. 2005. Kajian antibakteri temulawak, jahe, dan bawang
putih terhadap Salmonella typhimurium serta pengaruh bawang putih terhadap
performans dan respon imun ayam pedaging. Media Peternakan. 28: 52-62
Sukarso, Irda F, Yoanne EN. 2000. Pengaruh penyimpanan rimpang jahe terhadap kandungan
dan kualitas minyak jahe (Zingiber officinalis R. Var Amarum). Acta pharmaceutica Indonesia.
25: 93-100.
Sundari D, Winarno MW. 2001. Informasi tumbuhan obat sebagai anti jamur. Cermin dunia
kedokteran.130: 28-31.
Tjitrosoepomo G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta: UGM pr.
Wahjoedi B, Hurip P, Sinaga P, Usman S. 1989. Pengaruh penurunan demam perasan rimpang
kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap tikus putih yang didemamkan [skripsi].
Jakarta: Fakultas Biologi, Universitas Nasional
Winarto WP. 2003. Khasiat & Manfaat Kunyit. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Wiradisatra DH. 2001. Pengaruh tingkat metionin dalam ransum terhadap prestasi ayam broiler
umur 3-6 minggu. Bionatura. 3: 27-34.
7/22/2019 kti muklisin
http://slidepdf.com/reader/full/kti-muklisin 23/23
Yuharmen, Yun E, Nur B. 2002. Uji aktivitas antimikroba minyak atsiri dan ekstrak metanol
lengkuas (Alpinia galanga). Riau: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Riau.
Yamaguchi M. 1983. Worl Vegetables: Principles, Production, and Nutritive Values. Westport:
AVI.
top related