case malaria
Post on 04-Dec-2015
227 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intra selular
dari genus Plasmodium yang ditularkan melalui nyamuk Anopheles sp betina. Selain gigitan
nyamuk, malaria dapat ditularkan secara langsung melalui transfuse darah atau jarum suntik
serta ibu hamil kepada bayinya dengan karakteristik utama infeksi dari malaria iyalah demam
periodic, anemia dan splenomegali dengan manifestasi klinis tergantung dari jenis
Plasmodium yang menyebabkan infeksi, dan plasmodium falcifarum adalah yang peling
berbahaya.1
1.2. Epidemiologi Penyakit Malaria
Malaria merupakan penyakit endemis di daerah tropis maupun subtropis dan
menyerang negara dengan penduduk padat. Pada negara yang beriklim dingin sudah tidak
ditemukan lagi daerah endemik malaria. Namun demikian, malaria masih merupakan
persoalan kesehatan yang besar di daerah tropis dan sub tropis seperti di Brasil, Asia
Tenggara dan seluruh sub-tropis Afrika.2Plasmodium vivax tersebar di daerah tropis dan
subtropis dan beriklim panas seperti daerah Timur Tengah, Iran, Pakistan, Bangladesh, India,
Sri Langka, Myanmar, Thailand, Malaysia, Indonesia, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan, Afrika bagian tengah dan timur. Plasmodium falciparum umumnya terdapat di
daerah beriklim panas dan lembab. Di daerah barat yang beriklim tropis, Afrika Tengah dan
beberapa daerah di Afrika Timur, di beberapa daerah di Timur Tengah, India bagian Utara,
Tengah dan Selatan. Beberapa daerah di Bangladesh, Pakistan, Myanmar, Thailand, Laos,
Malaysia dan Indonesia. Plasmodium malaria terdapat terutama di daerah tropis Afrika,
Amerika Selatan, India, Sri Langka, dan Malaysia.2
Menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 2001, terdapat 15 juta kasus malaria
dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di
daerah yang beresiko tertular malaria. Dari 484 Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia, 338
Kabupaten/Kota merupakan wilayah endemis malaria.3
Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua wilayah. Pada tahun 1996
ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401 orang,
menurut laporan di provinsi Jawa Tengah 1999, Annual Paracitic index (API) sebanyak
0,35‰ sebagian besar disebabkan oleh Plasmodium falcifarum dan Plasmodium vivax.
Angka prevalensi malaria di provinsi Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun mulai
dari 0,51 pada tahun 2003, menurun menjadi 0,15 dan berkurang lagi menjadi 0,07 pada
tahun 2005.2
Gambar 1 : daerah endemic malaria di dunia
1.3. Penyebab penyakit Malaria
Penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini ada 4 spesien yang diketahui1 :
1. Plasmodium falcifarum menyebabkan malaria tropika yang sering menyebabkan
malaria yang berat sehingga menyebabkan kematian.
2. Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertian.
3. Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria kuartana
4. Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale.
Tabel 1 : karakteristik spesies plasmodium
No Karakteristik P.falciparum(Hari)
P. vivax(Hari)
P. ovale(Hari)
P. malariae(Hari)
1 Siklus eksoeritrositik primer
5-7 8 9 14-15
2 Siklus aseksual dalam darah
48 48 50 72
3 Masa preaten 6-25 8-27 12-20 18-594 Masa inkubasi 7-27 13-17 14 23-695 Keluarnya gametosit 8-15 5 5 5-236 Siklus sporogoni dalam
nyamuk9-22 8-16 12-14 16-23
1.4. Siklus Hidup Plasmodium
Untuk kelangsungan hidupnya, parasit malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan
yaitu siklus dalam tubuh manusia dan siklus dalam tubuh nyamuk.
1.4.1. Siklus Aseksual Didalam Tubuh Manusia3
1.4.1.1. Siklus diluar sel darah merah
Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang
berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih
kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi
tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000
sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung
selama lebih kurang 2 minggu. Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati.
Pada P. vivax dan P. ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati yang
disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari siklus hidup parasite yang
nantinya dapat menyebabkan kambuh atau rekurensi (long term relapse). P. vivax dapat
kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3–4 tahun. Sedangkan untuk P. ovale
dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak dilakukan dengan
baik. Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit yang masuk ke eritrosit(fase eritrositer).
Gambar 2 : siklus diluar sel darah
1.4.1.2. Siklus di dalam sel darah manusia
Fase hidup dalam sel darah merah/eritrositer terbagi dalam :
1) Fase sisogoni merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke
dalam peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah,
parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit).
2) Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan penyakit
bagi nyamuk vector malaria. Kambuh pada Plasmodium falciparum disebut rekrudensi
(short term relapse), karena siklus didalam sel darah merah masih berlangsung sebagai
akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk ke eritrosit dan
sebagian kecil siap untuk diisap oleh nyamuk vektor malaria. Setelah masuk tubuh
nyamuk vektor malaria, mengalami siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu
bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia
1.4.2. Siklus pada nyamuk anopheles sp betina 4
Fase seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan sporozoit,
yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada manusia.
Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi ekstrinsik, yang sangat
dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip pengendalian malaria, antara lain
didasarkan pada fase ini yaitu dengan mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek
dari masa inkubasi ekstrinsik, sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung. Dengan
demikian rantai penularan akan terputus.
Fase-fase yang berlangsung dalam siklus hidup nyamuk dalam badan manusia dan
dalam tubuh nyamuk adalah sebagai berikut:
a) Fase 1 : Fase Sporozoit
Pada saat nyamuk menggigit manusia, bersamaan dengan air liur nyamuk, masuk
sporozoit yaitu bentuk infektif Plasmodium ke dalam darah manusia. Jumlah
sporozoit dalam kelenjar liur nyamuk ratusan sampai ribuan. Sporozoit berada dalam
darah hanya 30 menit kemudian masuk ke dalam hati dan menjalani fase
eksoerirositer.
b) Fase II: Fase Eksoeritrositer
Sporozoit menjalani fase sisogoni yang menghasilkan merozoit eksoeritrositer.
Sebagian dari merozoit masuk ke dalam sel darah merah dan sebagian lagi tetap
dalam sel hati dan disebut hipnosoit untuk Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale.
c) Fase III: Terjadinya Hipnosoit
WHO pada tahun 1981 meragukan adanya siklus eritrositer sekunder dalam jaringan
hati, dikatakan bahawa relapse pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale
disebabkan oleh bentuk jaringan yang dapat bertahan lama dalam sel hati.
d) Fase IV: Fase Eritrositer
Fase Eritrositer ini terbagi menjadi tiga yaitu tropozoit darah, sizon dan merozoit
yang meliputi:
1) Tropozoit darah
Merozoit yang berasal dari sel hati yang telah pecah dan masuk ke dalam sel
darah merah, tropozoit ini lambat laun membesar dan gerakannya banyak. Jika
besarnya sudah mencapai separuh sel darah merah gerakannya akan berkurang.
Selanjutnya intinya membelah menjadi dua, empat dan seterusnya. Setelah terjadi
pembentukan itu tropozoit berubah menjadi sizon.
2) Sizon
Sizon bertambah besar, demikian juga intinya hingga sebagian mengisi sel darah
merah dan disebut sizon dewasa. Bagian-bagian dari inti bertambah jelas dan
dikelilingi oleh plasma. Akhirnya sel darah merah pecah dan bagian-bagian dari
sizon tadi berada dalam plasma darah. Tiap bagian ini disebut merozoit.
3) Merozoit
Merozoit akan menyerang lagi sel darah merah lain dan mengulangi fase sisogoni.
Setelah beberapa generasi, maka sebagian dari merozoit tidak masuk dalam fase
sisogoni tetapi mengalami fase gametogoni yaitu fase untuk pembentukan sel
kelamin jantan dan betina.
e) Fase V: Fase Gametogoni
Hasil dari fase gametogoni adalah mikrogametozit dan makrogametozit. Gametozit
pada infeksi Plasmodium vivax timbul pada hari ke 2-3 sesudah terjadinya
parasitemia. Pada Plasmodium falciparum setelah delapan hari dan pada Plasmodium
malariae beberapa bulan kemudian. Pada relapse, gametozit timbul lebih cepat bila
tidak disertai demam. Apabila darah manusia dihisap oleh nyamuk, semua bentuk
parasit malaria seperti tropozoit, sizon dan gametozit akan masuk ke dalam lambung
nyamuk. Tropozoit dan sizon akan hancur sedangkan gametosit akan meneruskan
siklussporogoni.
f) Fase Siklus Sporogoni
Mikrogametosit dan makrogametosit berubah menjadi mikrogamet dan makrogamet
sebelum terjadi siklus sporogoni. Makrogamet terbentuk setelah makrogametosit
melepaskan sebutir kromatin. Mikrogamet akan memasuki badan makrogamet untuk
menjadi satu dalam proses yang disebut pembuahan. Makrogamet yang telah dibuahi
ini disebut zigot.
Gambar 3 : siklus dalam tubuh nyamuk
1.5. Gejala klinis dan masa inkubasi malaria
Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria.
Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/strain Plasmodium , imunitas tubuh dan jumlah
parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis
dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepate.5
Gejala umum malaria
Gejala malaria terdiri dari beberapa serangan demam dengan interval tertentu
(disebut parokisme), diselingi oleh suatu periode yang penderitanya bebas sama sekali
dari demam disebut periode laten. Gejala yang khas tersebut biasanya ditemukan pada
penderita non imun. Sebelum timbulnya demam, biasanya penderita merasa lemah,
mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual, di ulu hati, atau muntah
semua gejala awal ini disebut gejala prodormal.
Masa tunas malaria sangat tergantung pada spesies Plasmodium yang
menginfeksi. Masa tunas paling pendek dijumpai pada malaria falciparum, dan
terpanjang pada malaria kuartana (P.malariae). Pada malaria yang alami, yang
penularannya melalui gigitan nyamuk, masa tunas adalah 12 hari (9-14) untuk malaria
falciparum, 14 hari (8-17 hari) untuk malaria vivax, 28 hari (18-40 hari) untuk malaria
kuartana dan 17 hari (16-18 hari) untuk malaria ovale. Malaria yang disebabkan oleh
beberapa strain P.vivax tertentu mempunyai masa tunas yang lebih lama dari strain
P.vivax lainnya. Selain pengaruh spesies dan strain, masa tunas bisa menjadi lebih lama
karena pemakaian obat anti malaria untuk pencegahan (kemoprofilaksis).
Pola demam malaria
Demam pada malaria ditandai dengan adanya parokisme, yang berhubungan
dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan panas
terjadi berbarengan dengan lepasnya merozit – merozit ke dalam peredaran darah
(proses sporulasi). Untuk beberapa hari pertama, pola panas tidak beraturan, baru
kemudian polanya yang klasik tampak sesuai spesiesnya. Pada malaria falciparum pola
panas yang ireguler itu mungkin berlanjut sepanjang perjalanan penyakitnya sehingga
tahapan – tahapan yang klasik tidak begitu nyata terlihat. Suatu parokisme demam
biasanya mempunyai tiga stadium yang berurutan, terdiri dari :5
o Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi
penderita cepat, tetapi lemah. Bibir dan jari – jari pucat kebiru – biruan
(sianotik). Kulitnya kering dan pucat, penderita mungkin muntah dan pada
penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung selama 15
menit – 60 menit.
o Stadium demam
Setelah menggigil/merasa dingin, pada stadium ini penderita mengalami
serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering dan
dirasakan sangat panas seperi terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan
sering disertai dengan rasa mual atau muntah-muntah. Nadi penderita
menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu
badan bisa meningkat sampai 410C. Stadium ini berlangsung selama 2–4
jam.
o Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai membasahi
tempat tidur. Namun suhu badan pada fase ini turun dengan cepat,
kadang–kadang sampai di bawah normal. Biasanya penderita tertidur
nyenyak dan pada saat terjaga, ia merasa lemah, tetapi tanpa gejala lain.
Stadium ini berlangsung selama 2-4 jam. Sesudah serangan panas pertama
terlewati, terjadi interval bebas panas selama antara 48-72 jam, lalu diikuti
dengan serangan panas berikutnya seperti yang pertama; dan demikian
selanjutnya. Gejala–gejala malaria “klasik” seperti diuraikan di atasa tidak
selalu ditemukan pada setiap penderita, dan ini tergantung pada spesies
parasit, umur, dan tingkat imunitas penderita.
1.6. Cara penularan6
a. Penularan secara alamiah (natural infection) terjadi pada nyamuk anopheles.
b. Penularan tidak alamiah
1) Malaria bawaan (kongenital), terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya
menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
2) Secara Mekanik, penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik
yang tidak steril. Penularan lewat jarum suntik juga banyak terjadi pada pecandu
obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Malaria lewat transfusi
hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang
memerlukan siklus hati sehingga dapat di obati dengan mudah
3) Secara Oral, cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam
(P.gallinasium), burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi) yang akhir-
akhir ini dilaporkan menginfeksi manusia.
1.7. Diagnosis dari malaria
1.7.1. Anamnesis
1.7.1.1. Pada anamnesis sangat penting diperhatikan :7
a. Keluhan utama : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal – pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemic malaria
c. Riwayat tinggal di daerah endemic malaria
d. Riwayat sakit malaria
e. Riwayat minum obat malaria sebulan terakhir
f. Riwayat mendapat transfusi darah
1.7.1.2. Selain hal di atas pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan
keadaan di bawah ini :7
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk atau berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Mata kuning
f. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaaan
g. Nafas cepat
h. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan atau minum
i. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
j. Jumlah air seni kurang
k. Telapak tangan sangat pucat
1.7.2. Pemeriksaan fisik
1.7.2.1. Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada malaria:7
a. Demam ( > 37,5oC )
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa ( splenomegali )
d. Pembesaran hati ( hepatomegali )
1.7.2.2. Pada tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis :7
a. Temperature rektal > 40oC
b. Nadi cepat dan lemah
c. Tekanan darah sistolik < 70mmHg pada orang dewasa dan pada anak-anak <50
mmHg.
d. Frekuensi nafas > 35x permenit pada orang dewasa atau > 40x permenit pada balita,
anak dibawah I than > 50x permenit
e. Penurunan kesadaran dengan GCS < 11
f. Manifestasi perdarahan (ptekie, purpura, hematom)
g. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering,
produksi air seni berkurang)
h. Tanda anemia berat ( konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah pucat dan lain-
lain)
i. Terlihat mata kuning/ikterik
j. Adanya ronkhi pada kedua paru
k. Pembesaran limpa dan atau hepar
l. Gagal ginjal yang ditandai dengan oliguria sampai dengn anuria
m. Gejala neurologic (kaku kuduk, reflek patologik)
1.7.3. Pemeriksaan penunjang7
1.7.3.1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis untuk menentukan :
a. Ada tidaknya parasite malaria (positif atau negatif)
b. Spesies dan stadium plasmodium
c. Keadaan parasite
a. Semi kuantitatif
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/ lapangan pandang besar
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam LPB
(+++) : ditemukan 1-10 dalam 1 LPB
(++++) : ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
b. Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikro liter darah pada sediaan darah tebal
(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit)
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam
sampai 3 hari berturut-turut.
b. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan
parasite maka diagnosis malaria dapat disingkirkan.
1.7.3.2. Pemeriksaan dengan Rapid diagnostik test
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasite malaria, dengan
menggunakan metode imunokromatografi, dalam bentuk dipstick. Tes ini bermanfaat
pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang
tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.
Kemampuan rapid test yang beredar pda umumnya ada 2 jenis yaitu :
a. Single yang mampu mendiagnosis hanya infeksi P.falcifarum.
b. Combo yang mampu mendiagnosis infeksi P.falcifarum dan non falcifarum
Oleh karna teknologi baru sangat perlu untuk memperhatikan kemampuan sensitivity dan
specificity dari alat ini. Di anjurkan untuk mengguanakan rapid test dengan kemampuan
minimal sensitifity 95% dan specificity 95%. Hal yang penting lainnya adalah
penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam frezzer pendingin.
1.7.3.3. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat
a. Hemoglobin dan hematocrit
b. Hitung jumlah leukosit, trombosit
c. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah)
d. EKG
e. Foto toraks
f. Analissi cairan serebrospinalis
g. Biakan darah dan uji serologi
h. Urinalisis
1.8. Diagnosis banding7
1.8.1. Malaria tanpa komplikasi
a. Demam tifoid
b. Demam dengue
c. ISPA
d. Leptospirosis ringan
e. Infeksi firus akut lainnya
1.8.2. Malaria dengan komplikasi
a. Meningitis/ ensefalitis
b. Stroke (gangguan serebrovaskuler)
c. Tifoid ensefalopati
d. Hepatitis
e. Leptospirosis berat
f. Glomerulonephritis akut atau kronik
g. Sepsis
h. Dengue syok sindrom
1.9. Tatalaksana8
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk stadium gametosit. Adapun
tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta
memutuskan rantai penularan.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan
minum obat anti malaria. Dosis pemberian obat sebaiknya berdasarkan berat badan.
Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria (OAM) kombinasi.
Yang dimaksud dengan pengobatan kombinasi malaria adalah penggunaan dua atau lebih
obat anti malaria yang farmakodinamik dan farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan
berbeda cara terjadinya resistensi.
Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan mencegah
terjadinya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria. Pengobatan kombinasi malaria
harus:
a. aman dan toleran untuk semua umur;
b. efektif dan cepat kerjanya;
c. resisten dan/atau resistensi silang belum terjadi; dan
d. harga murah dan terjangkau.
Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan golongan
aminokuinolin, yaitu:
1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination = FDC) yang terdiri atas Dihydroartemisinin
dan Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC mengandung 40 mg dihydroartemisinin dan
320 mg piperakuin. Obat ini diberikan per – oral selama tiga hari dengan range dosis
tunggal harian sebagai berikut: Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis
16-32mg/kgBB
2. Artesunat – Amodiakuin Kemasan artesunat – amodiakuin yang ada pada program
pengendalian malaria dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @50
mg dan 4 tablet amodiakuin 150 mg.
a. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
Obati anak secara rawat jalan dengan obat anti malaria lini pertama, seperti yang
direkomendasikan pada panduan nasional. Terapi yang direkomendasikan WHO saat ini
adalah kombinasi artemisinin sebagai obat lini pertama (lihat rejimen yang dapat
digunakan di halaman berikut). Klorokuin dan Sulfadoksin-pirimetamin tidak lagi
menjadi obat anti malaria lini pertama maupun kedua karena tingginya angka resistensi
terhadap obat ini di banyak negara untuk Malaria falsiparum.
Berikan pengobatan selama 3 hari dengan memberikan rejimen yang dapat dipilih
di bawah ini :
Artesunat ditambah amodiakuin. Tablet terpisah 50 mg artesunat dan 153 mg
amodiakuin basa (saat ini digunakan dalam program nasional)
Artesunat : 4 mg/kgBB/dosis tunggal selama 3 hari
Amodiakuin : 10 mg-basa/kgBB/dosis tunggal selama 3 hari;
Dehidroartemisinin ditambah piperakuin (fixed dose combination).
Dosis dehidroartemisin: 2-4 mg/kgBB, dan piperakuin: 16-32
mg/kgBB/dosis tunggal. Obat kombinasi ini diberikan selama tiga hari.
Artesunat ditambah sulfadoksin/pirimetamin (SP). Tablet terpisah 50 mg artesunat
dan 500 mg sulfadoksin/25 mg pirimetamin:
Artesunat : 4 mg/kgBB/dosis tunggal selama 3 hari
SP : 25 mg (Sulfadoksin)/kgBB/dosis tunggal
Artemeter/lumefantrin. Tablet kombinasi yang mengandung 20 mg artemeter dan
120 mg lumefantrin:
Artemeter : 3.2 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis
Lumefantrin : 20 mg/kgBB
Tablet kombinasi ini dibagi dalam dua dosis dan diberikan selama 3 hari.
Amodiakuin ditambah SP. Tablet terpisah 153 mg amodiakuin basa dan 500 mg
sulfadoksin/25 mg pirimetamin
Amodiakuin : 10 mg-basa/kgBB/dosis tunggal
SP : 25 mg (Sulfadoksin)/kgBB/dosis tunggal
Untuk Malaria falsiparum khusus untuk anak usia > 1 tahun tambahkan
primakuin 0.75 mg-basa/kgBB/dosis tunggal selama 1 hari. Untuk vivax, ovale dan
malariae tambahkan primakuin basa 0.25 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 14 hari.
b. Tatalaksana malaria dengan komplikasi
Tindakan gawat darurat – harus dilakukan dalam waktu satu jam pertama:
Bila terdapat hipoglikemia atasi sesuai dengan tatalaksana hipoglikemia
Atasi kejang sesuai dengan tatalaksana kejang
Perbaiki gangguan sirkulasi darah
Jika anak tidak sadar, pasang pipa nasogastrik dan isap isi lambung secara teratur
untuk mencegah risiko pneumonia aspirasi
Atasi anemia berat
Mulai pengobatan dengan obat anti malaria yang efektif.
Pengobatan Antimalaria
Jika konfirmasi apusan darah untuk malaria membutuhkan waktu lebih dari satu
jam, mulai berikan pengobatan antimalaria sebelum diagnosis dapat dipastikan atau
sementara gunakan RDT.
Artesunat intravena. Berikan 2.4 mg/kgBB intravena atau intramuskular, yang
diikuti dengan 2.4 mg/kg IV atau IM setelah 12 jam, selanjutnya setiap hari 2.4
mg/kgBB/hari selama minimum 3 hari sampai anak bisa minum obat anti malaria per
oral. Bila artesunat tidak tersedia bisa diberikan alternatif pengobatan dengan:
Artemeter intramuskular. Berikan 3.2 mg/kg IM pada hari pertama, diikuti dengan
1.6 mg/kg IM per harinya selama paling sedikit 3 hari hingga anak bisa minum obat.
Gunakan semprit 1 ml untuk memberikan volume suntikan yang kecil.
Kina-dehidroklorida intravena. Berikan dosis awal (20 mg/kgBB) dalam cairan
NaCl 0.9% 10 ml/kgBB selama 4 jam. Delapan jam setelah dosis awal, berikan 10
mg/kgBB dalam cairan IV selama 2 jam dan ulangi tiap 8 jam sampai anak bisa
minum obat. Kemudian, berikan dosis oral untuk menyelesaikan 7 hari pengobatan
atau berikan satu dosis SP bila tidak ada resistensi terhadap SP tersebut. Jika ada
resistensi SP, berikan dosis penuh terapi kombinasi artemisinin. Dosis awal kina
diberikan hanya bila ada pengawasan ketat dari perawat terhadap pemberian infus
dan pengaturan tetesan infus. Jika ini tidak memungkinkan, lebih aman untuk
memberi obat kina intramuskular.
Kina intramuskular. Jika obat kina melalui infus tidak dapat diberikan, quinine
dihydrochloride dapat diberikan dalam dosis yang sama melalui suntikan
intramuskular. Berikan garam kina 10 mg/kgBB IM dan ulangi setiap 8 jam. Larutan
parenteral harus diencerkan sebelum digunakan, karena akan lebih mudah untuk
diserap dan tidak begitu nyeri.
1.10. Komplikasi 8
1.10.1. malaria serebral (koma)
Nilailah derajat kesadaran sesuai dengan AVPU atau PGCS.
Berikan perawatan seksama dan beri perhatian khusus pada jalan napas, mata,
mukosa, kulit dan kebutuhan cairan.
Singkirkan penyebab lain koma yang dapat diobati (misalnya hipoglikemia,
meningitis bakteri).
Kejang umumnya terjadi sebelum dan sesudah koma. Jika timbul kejang, berikan
antikonvulsan.
Bila terdapat syok segera lakukan tatalaksana syok.
Bila dicurigai adanya sepsis, berikan antibiotik yang sesuai.
1.10.2. anemia berat
Anemia berat ditandai dengan kepucatan yang sangat pada telapak tangan, sering
diikuti dengan denyut nadi cepat, kesulitan bernapas, kebingungan atau gelisah. Tanda
gagal jantung seperti irama derap, pembesaran hati dan, terkadang, edema paru (napas
cepat, fine basal crackles dalam pemeriksaan auskultasi) bisa ditemukan.
Berikan transfusi darah sesegera mungkin kepada:
o semua anak dengan hematokrit ≤ 15% atau Hb ≤ 5 g/dl
o anak yang aneminya tidak berat (hematokrit >15%; Hb > 5 g/dl) dengan tanda
berikut:
dehidrasi
syok
penurunan kesadaran
pernapasan Kusmaull
gagal jantung
parasitamia yang sangat tinggi (>10% sel darah merah mengandung
parasit).
Berikan packed red cells (10 ml/kgBB), jika tersedia, selama 3–4 jam. Jika tidak tersedia,
berikan darah utuh segar (fresh whole blood) 20 ml/kgBB selama 3–4 jam.
Periksa frekuensi napas dan denyut nadi setiap 15 menit. Jika salah satunya mengalami
kenaikan, berikan transfusi dengan lebih lambat. Jika ada bukti kelebihan cairan karena
transfusi darah, berikan furosemid intravena (1–2 mg/kgBB) hingga jumlah maksimal 20
mg/kgBB.
Setelah transfusi, jika Hb tetap rendah, ulangi transfusi.
Pada anak dengan gizi buruk, kelebihan cairan merupakan komplikasi yang umum dan
serius. Berikan fresh whole blood 10 ml/kgBB hanya sekali.
1.10.3. hipoglikemia
Hipoglikemia (gula darah: < 2.5 mmol/liter atau < 45 mg/dl) lebih sering terjadi
pada pasien umur < 3 tahun, yang mengalami kejang dan/atau hiperparasitemia, dan
pasien koma.
Berikan 5 ml/kgBB glukosa 10% IV secara cepat. Periksa kembali glukosa
darah dalam waktu 30 menit dan ulangi pemberian glukosa (5 ml/kgBB) jika
kadar glukosa rendah (< 2.5 mmol/litre atau < 45 mg/dl).
Cegah agar hipoglikemia tidak sampai parah pada anak yang tidak sadar dengan
memberikan glukosa 10% intravena. Jangan melebihi kebutuhan cairan rumatan untuk
berat badan anak Jika anak menunjukkan tanda kelebihan cairan, batasi cairan parenteral;
ulangi pemberian glukosa 10% (5 ml/kgBB) dengan interval yang teratur.
Bila anak sudah sadar dan tidak ada muntah atau sesak, stop infus dan berikan
makanan/minuman per oral sesuai umur. Teruskan pengawasan kadar glukosa darah dan
obati sebagaimana mestinya.
1.10.4. distres pernafasan
Distres pernapasan ditandai dengan pernapasan yang cepat dan dalam (Kusmaull)
– kadang disertai dengan tarikan dinding dada bagian bawah. Hal ini disebabkan oleh
asidosis metabolik (sering lactic acidosis) dan sering terjadi pada pasien malaria serebral
atau anemia berat. Atasi penyebab reversibel asidosis, terutama dehidrasi dan anemia.
Pemantauan
Anak dengan kondisi ini harus berada dalam observasi yang sangat ketat.
Pantau dan laporkan segera bila ada perubahan derajat kesadaran, kejang, atau
perubahan perilaku anak.
Pantau suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah setiap 6 jam, selama
setidaknya dalam 48 jam pertama.
Pantau kadar gula darah setiap 3 jam hingga anak sadar sepenuhnya.
Periksa tetesan infus secara rutin.
Catat semua cairan masuk (termasuk cairan intravena) dan cairan keluar
1.11. Pencegahan penyakit malaria
Pencegahan malaria secara umum meliputi9:
1. Edukasi tentang penularan, gejala dan tanda, dampak, serta pencegahan malaria
2. Menggunakan kelambu dan penggunaan berbagai macam obat nyamuk untuk
menghindari gigitan nyamuk.
3. Kemoprofilaksis
Tabel 2. Obat kemoprofilaksis malaria9
Regimen Indikasi Dosis dewasaKlorokuin digunakan di daerah
plasmodium falciparum sensitive klorokuin
500 mg basa per oral sekali seminggu dimulai 2 minggu sebelum berangkat dan dilanjutkan sampai 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemis
Meflokuin digunakan di daerah plasmodium falciparum yang resisiten klorokuin
250 mg per oral, sekali seminggu, dimulai 2 minggu sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah pulang.
Doksisiklin alternatif terhadap meflokuin, Digunakan di daerah resisten klorokuin
100 mg per oral, sekali sehari, dimulai 2hari sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah pulang.
Atovakuon-proguanil
alternatif terhadap meflokuin dan doksisiklin untuk daerah dengan plasmodium resisten klorokuin
1 tablet dewasa (250 mg atovakuon / 100 mg proguanil) per oral, sekali sehari dimulai 1 atau 2 hari sebelum berangkat ddilanjut sampai 1 minggu setelah pulang.
Primakuin profilaksis terminal untuk P.vivax dan P.ovale
30 mg basa (2 tablet), per oral, sekali sehari, diberi sesegera mungkin sesudah terpapar nyamuk sampai total 14 hari atau jika paparan tidak jelas dapat diberikan 14 hari setelah meninggalkan endemis vivax
DAFTAR PUSTAKA
1. Harijanto. (2006). Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 1754-
1766
2. Widiyono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Semarang: Erlangga. Hal. 111-15.
3. Menteri Kesehatan RI. 2008. Pedoman Penatalaksana Kasus Malaria di Indonesia.
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Pedoman_Penatalaksana_Kasus_Malaria_di
_Indonesia.pdf. Hal: 1,2, 20-22 dan 36. (Diakses tanggal 05 April 2015).
4. Achmad, Umar, Fahmi,. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Buku Kompas,
Jakarta
5. Harijanto, Nugroho dan Gunawan Carta A. 2009. Malaria Dari Molekuler Ke Klinis. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
6. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
7. Departemen kesehatan RI, 2008. Pedoman Penatalaksana Kasus Malaria di Indonesia.
Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
8. WHO. 2009. Buku saku : pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, Jakarta : WHO Indonesia
9. Nugroho, Agung. 2009. Gejala Klinis Malaria Ringan dalam Malaria: dari molekuler ke
klinis.Jakarta: EGC. Hal: 328
top related