bahan ajar kbjj - perencanaan tebal lapis perkerasan lentur - bina marga (repaired)
Post on 07-Jul-2016
293 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 1
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran Umum
1. mahasiswa dapat melakukan identifikasi (identify) metoda-metoda yang digunakan
dalam perencanaan tebal lapis perkerasan lentur;
2. mahasiswa dapat membandingan (Combine) metoda-metoda yang digunakan
dalam perencanaan tebal lapis perkerasan lentur;
3. mahasiswa dapat mendiskusikan (discuss) metoda-metoda yang digunakan dalam
perencanaan tebal lapis perkerasan lentur.
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. mahasiswa dapat membuat algorithma (Do algorithms) proses perhitungan tebal
lapis perkerasan lentur metoda Bina Marga;
2. mahasiswa dapat menjelaskan (Explain) parameter-parameter yang diperlukan
untuk mendisain tebal lapis perkerasan lentur metoda Bina Marga;
3. mahasiswa dapat merencanakan (Design) tebal lapis perkerasan lentur metoda
Bina Marga.
Aprianto dan Basuki (2001) menjelaskan bahwa jalan merupakan sarana
transportasi darat yang berperan penting dalam pengembangan potensi suatu wilayah,
sehingga tercapai tingkat perkembangan yang merata bagi semua wilayah. Lebih jauh
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 2
Aprianto dan Basuki (2001) menjelaskan bahwa tujuan dari pembangunan jalan adalah
untuk mempermudah hubungan dari satu daerah ke daerah lainnya. Salah satu tahapan
didalam pembangunan jalan tersebut adalah tahapan perencanaan tebal lapis perkerasan
dengan tujuan utama untuk dapat memberikan kenyamanan dan keamanan kepada
pengguna jalan selama masa pelayanan jalan yang telah direncanakan.
Perencanaan tebal lapis perkerasan harus mempertimbangkan beberapa
faktor antara lain: faktor ekonomi, kondisi lingkungan, sifat tanah dasar, beban lalu-
lintas, fungsi jalan dan sebagainya. Perencanaan tebal lapis perkerasan yang tidak tepat
dapat menyebabkan jalan cepat rusak atau dapat menyebabkan pelaksanaan konstruksi
jalan yang tidak ekonomis. Lebih jauh, akurasi perencanaan juga sangat berpengaruh
pada manajemen pemeliharaan jalan, terutama berkaitan dengan rencana konstruksi
bertahap sebagai konsekuensi dari ketersediaan dana untuk jalan yang terbatas
(Suaryana dan Anggodo, 2006).
Mengingat pentingnya akurasi perencanaan tebal lapis perkerasan tersebut,
disamping perencanaan yang cepat, maka penggunaan komputer sudah merupakan suatu
keharusan. Penggunaan komputer pada perencanaan tebal lapis perkerasan akan sangat
membantu bagi para perencana dan praktisi struktur perkerasan lentur. Metoda yang
digunakan dalam perhitungan cepat perencanaan tebal perkerasan lentur ini adalah
sesuai dengan metoda analisis komponen, SKBI: 2.3.26.1987/SNI 03 – 1732 – 1989.
1.1. DASAR TEORI
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) yang dimaksud dengan
perkerasan lentur adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 3
beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya.
Bagian perkerasan umumnya terdiri dari lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis
permukaan. Fungsi dari lapis perkerasan tersebut adalah untuk dapat menerima dan
menyebarkan beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada
konstruksi jalan itu sendiri (Sukirman, 1993). Sedangkan menurut Aly (2000) fungsi
dari lapis perkerasan adalah menyediakan dan memberikan pelayanan kepada lalu-lintas
yang lewat diatasnya sedemikian rupa sehingga lalu-lintas dapat bergerak dengan cepat,
aman dan nyaman sesuai tuntutan dan klasifikasi lalu-lintas yang ada. Untuk itu
konstruksi lapis perkerasan paling tidak harus memenuhi kriteria kuat, awet, rata,
mudah dikerjakan dan dipelihara, tidak mahal dan sesuai dengan klasifikasinya.
Perkerasan lentur memiliki kelebihan sebagai berikut :
a. memiliki sifat elastis jika menerima beban sehingga memberikan kenyaman kepada
pengguna jalan;
b. mendistribusikan beban ke semua lapisan sehingga lapisan permukaan tidak
menerima beban seluruhnya, seperti diperlihatkan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Distribusi beban pada perkerasan lentur
P
Lapisan Permukaan
Lapisan Pondasi bawah
Lapisan Tanah Dasar
Distribusi Beban
Lapisan Pondasi atas
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 4
Lapisan permukaan adalah bagian konstruksi perkerasan lentur yang terletak
paling atas dan berfungsi sebagai:
a. bahan perkerasan penahan beban roda, lapisan mempunyai stabilitas tinggi untuk
menahan beban roda selama masa pelayanan;
b. lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap ke
lapisan dibawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut;
c. lapisan aus, lapisan yang langsung menerima gesekan akibat rem kendaraan
sehingga mudah menjadi aus;
d. lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebih jelek;
e. memberikan suatu bagian permukaan yang rata;
f. menahan gaya geser dari beban roda.
Lapisan pondasi adalah bagian konstruksi perkerasan lentur yang terletak
diantara lapisan pondasi bawah dan lapisan permukaan dan berfungsi sebagai:
a. bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya;
b. perletakan terhadap lapisan permukaan.
Lapisan pondasi bawah adalah bagian konstruksi perkerasan lentur yang
terletak diantara lapisan pondasi dan tanah dasar yang berfungsi sebagai:
a. bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda
ke tanah dasar;
b. lapisan peresapan agar air tanah tidak berkumpul di lapisan pondasi;
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 5
c. lapisan pertama agar pekerjaan dapat berjalan lancar, sehubungan dengan kondisi
lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca
atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda-roda alat berat.
Oglesby dan Hicks (1982) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
perencanaan tebal lapis perkerasan adalah memilih kombinasi material dan tebal lapisan
yang memenuhi syarat pelayanan dengan biaya termurah dan dalam jangka panjang
yang umumnya memperhitungkan biaya konstruksi pemeliharaan dan pelapisan ulang.
Perencanaan tebal lapis perkerasan meliputi kegiatan-kegiatan pengukuran kekuatan dan
sifat penting lainnya dari lapisan permukaan perkerasan dan masing-masing lapisan
dibawahnya serta menetapkan ketebalan lapisan permukaan, lapis pondasi dan lapis
pondasi bawah.
Secara umum metoda yang digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan letur untuk jalan baru dapat dikelompokan kedalam tiga (3) metoda yaitu:
a. Metoda empiris yaitu metoda yang pada dasarnya dikembangkan berdasarkan
pengalaman dan penelitian dari jalan-jalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau
dari jalan yang sudah ada. Contoh metoda empiris yang penggunaannya sangat luas
adalah metoda AASHTO. Metoda ini telah beberapa kali mengalami perubahan
yang disesuaikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Perubahan terakhir
dilakukan pada edisi 1993 yang dikenal dengan metoda AASHTO 1993. Contoh
metoda empiris lainnya adalah metoda Bina Marga. Metoda Bina Marga
dikembangkan berdasarkan kepada metoda AASHTO yang telah dimodifikasi untuk
menyesuaikan dengan kondisi alam, lingkungan, sifat tanah dasar, dan jenis lapis
perkerasan yang umum dipergunakan di Indonesia. Metoda NAASRA, Road Note
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 6
29 dan 31 serta metoda Asphalt Institute merupakan metoda yang menggunakan
prinsip dasar metoda empiris.
b. Metoda mekanis didasarkan kepada teori elastis (elastic layered theory), dimana
metoda ini membutuhkan data nilai modulus elastisitas dan poisson ratio dari setiap
lapisan perkerasan yang digunakan.
c. Metoda mekanis empiris merupakan metoda yang menggabungkan kedua metoda
sebelumnya, metoda empiris dan metoda mekanis. Metoda AASHTO terbaru yaitu
dikenal dengan metoda AASHTO 2002 merupakan metoda yang didasarkan kepada
prinsip empiris dan mekanis.
Dalam modul ini akan dijelaskan metoda Bina Marga atau dikenal pula
dengan metoda analisis komponen, SKBI: 2.3.26.1987/SNI 03 – 1732 – 1989. Metoda
ini merupakan metoda yang bersumber dari metoda AASHTO’72 dan dimodifikasi
sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia dan merupakan penyempurnaan dari Buku
Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya No. 01/PD/B/1983 (Sukirman,
1992). Metoda Bina Marga sebagai metoda empiris menetapkan kriteria keruntuhan
struktur perkerasan dengan menggunakan Indeks Permukaan (IP) dengan skala 0 – 5.
Nilai 0 menyatakan kondisi jalan yang telah rusak dan nilai 5 untuk jalan dengan
kondisi baik seperti pada saat jalan baru dioperasikan. Nilai antara 0 – 5 menyatakan
kondisi diantaranya. Indeks permukaan ini menyatakan nilai kerataan serta kekokohan
permukaan sehubungan dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat
(Prasetyanto, 2005). Langkah-langkah perencanaan tebal perkerasan lentur dengan
menggunakan metoda Bina Marga adalah (Aprianto dan Basuki, 2001, Hendarsin,
2000):
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 7
a. Menentukan daya dukung tanah dasar (DDT)
Stabilisasi tanah dasar dapat diperoleh dari beberapa percobaan di lapangan dan
dilaboratorium seperti California Bearing Ratio (CBR), plate bearing, Dynamic
Cone Penetrometer (DCP) dal lainnya, karena itu untuk penyederhanaan ditetapkan
parameter Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) yang dikorelasikan secara empiris
dengan nilai stabilisasi tanah dasar (Prasetyanto, 2005). Untuk mengetahui nilai dari
stabilisasi tanah, maka dapat dilakukan percobaan dengan mempergunakan
pemeriksaan California Bearing Ratio (CBR). Nilai DDT diperoleh dari konversi
nilai CBR tanah dasar dengan menggunakan persamaan 1.1 (Aprianto dan Basuki,
2001) atau dengan menggunakan korelasi antara nilai DDT dan CBR dalam metoda
analisis komponen dalam bentuk diagram atau persamaan 1.2 (LPM ITB, 1987).
DDT = 1,6649 + 4,3592 x log (CBR) ………………………………………..(1.1)
DDT = 4,3 x log CBR + 1,7 ……………………………………………………..(1.2)
Dimana:
DDT adalah nilai daya dukung tanah dasar
CBR adalah nilai CBR tanah dasar
b. Menentukan umur rencana (UR) perkerasan yang akan direncanakan
Pada perencanaan jalan baru umumnya menggunakan umur rencana 20 tahun.
c. Menentukan faktor pertumbuhan lalu lintas selama masa pelaksanaan ( r dalam %)
dan selama umur rencana (g dalam %).
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 8
d. Menentukan faktor regional (FR)
Hal-hal yang mempengaruhi nilai FR antara lain: prosentasi kendaraan berat,
kondisi iklim dan curah hujan setempat, kondisi persimpangan yang ramai, keadaan
medan, kondisi drainase yang ada, dan pertimbangan teknis lainnya. Nilai FR dapat
ditentukan dengan menggunakan Tabel 1.1.
Tabel 1.1: Faktor regional
Curah hujuan
Kelandaian I ( <6 %) Kelandaian II ( 6 – 10 %) Kelandaian III (> 10%)
% kendaraan berat
≤ 30 % >30 % ≤ 30 % >30 % ≤ 30 % >30 %
Iklim I < 900
mm/th 0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5
Iklim I ≥900
mm/th 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5
Catatan: pada bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian atau
tikungan tajam (jari-jari 30 m) nilai FR ditambah dengan 0,5. Pada daerah
rawa-rawa nilai FR ditambah 1,0.
Sumber:
Petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metoda analisis
komponen SKBI-2.3.26.1987.
e. Menentukan lintas ekuivalen
Jumlah repetisi beban yang akan menggunakan jalan tersebut dinyatakan dalam
lintasan sumbu standar atau lintas ekuivalen. Lintas ekuivalen yang diperhitungkan
hanya untuk lajur tersibuk atau lajur dengan volume tertinggi. Sebelum melakukan
perhitungan lintas ekuivalen, maka terlebih dahulu menentukan koefisien distribusi
kendaraan (C) dan angka ekuivalen untuk masing-masing golongan sumbu (E).
Besarnya nilai C dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel 1.2 sedangkan
besarnya nilai E untuk masing-masing golongan sumbu dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan 1.3 dan 1.4.
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 9
4
160.8
kgdalamtungalsumbubebanE
………………………….(1.3)
4
160.8
kgdalamgandasumbusatubeban086,0E
………………………….(1.4)
Tabel 1.2: Koefisien distribusi kendaraan (c) untuk kendaraan ringan dan berat yang
lewat pada lajur rencana
Jumlah lajur Kendaraan ringan
*) Kendaraan berat
**)
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 1,00 1,00 1,00 1,00
2 0,60 0,50 0,70 0,50
3 0,40 0,40 0,50 0,475
4 - 0,30 - 0,45
5 - 0,25 - 0,425
6 - 0,20 - 0,40 *)
berat total < 5 ton, misalnya: mobil penumpang, pick up, mobil hantaran. **)
berat total ≥ 5 ton, misalnya: bus, truk, traktor, semi trailer, trailer.
Sumber:
Petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metoda analisis
komponen SKBI-2.3.26.1987.
1. Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP)
Lintas ekuivalen pada saat jalan tersebut dibuka atau pada awal umur rencana
disebut Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP), yang diperoleh dari persamaan 1.5.
UKii
n
1i
i r1xxCxELHRLEP
…………………………………………….(1.5)
Apabila faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan sampai jalan dibuka tidak
disertakan dalam menentukan besarnya nilai LEP, maka persamaan 1.5 menjadi:
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 10
ii
n
ii xCxELHRLEP
1……………………………………………………….(1.6)
2. Lintas Ekuivalen Akhir (LEA)
Besarnya lintas ekuivalen pada saat jalan tersebut membutuhkan perbaikan
struktural disebut Lintas Ekuivalen Akhir (LEA), yang diperoleh dari
persamaan:
URii
n
ii gxxCxELHRLEA
1
1………………………………………..…...(1.7)
URgLEPxLEA 1 ………………………………………….………..…...(1.8)
dimana:
LHRi adalah lalu lintas harian rata rata untuk jenis kendaraan i
Ei adalah angka ekuivalen beban sumbu untuk jenis kendaraan i
Ci adalah koefisien distribusi kendaraan untuk jenis kendaraan i
r adalah faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan sampai jalan dibuka
g adalah faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana
n adalah jumlah kendaraan
i adalah jenis kendaraan
UR adalah umur rencana jalan
3. Lintas Ekuivalen Tengah (LET)
Lintas ekuivalen Tengah diperoleh dengan menggunakan persamaan 1.9.
2
LEALEPLET
……………………………………………………..…...(1.9)
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 11
4. Lintas Ekuivalen Rencana (LER)
Besarnya lintas ekuivalen yang akan melintasi jalan tersebut selama masa
pelayanan, dari saat dibuka sampai akhir umur rencana disebut Lintas Ekuivalen
Rencana (LER), yang diperoleh dengan menggunakan persamaan 1.10.
LETxFPLER ……………………..……………………………………...(1.10)
Dimana FP adalah faktor penyesuaian yang dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 1.11.
10
URFP …………………..……………………………..……..………...(1.11)
f. Menentukan Indeks Permukaan (IP)
1. Indeks Permukaan Awal (IPo) yang ditentukan sesuai dengan jenis lapis
permukaan yang akan dipakai atau dengan menggunakan Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2: Indeks permukaan pada awal umur rencana
Jenis lapis perkerasan IPo Roughness *)
(mm/km)
Laston ≥ 4,0
3,9 – 3,5
≤ 1.000
> 1.000
Lasbutag 3,9 – 3,5
3,4 – 3,0
≤ 2.000
> 2.000
HRA 3,9 – 3,5
3,4 – 3,0
≤ 2.000
> 2.000
Burda 3,9 – 3,5 < 2.000
Burtu 3,4 – 3,0 < 2.000
Lapen 3,4 – 3,0
2,9 – 2,5
≤ 3.000
> 3.000
Latasbum 2,9 – 2,5 -
Buras 2,9 – 2,5 -
Latasir 2,9 – 2,5 -
Jalan tanah ≤ 2,4 -
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 12
Jalan kerikil ≤ 2,4 -
Sumber:
Petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metoda analisis
komponen SKBI-2.3.26.1987.
2. Indeks Permukaan Akhir (IPt) berdasarkan besarnya nilai LER dan klasifikasi
jalan tersebut seperti diperlihatkan pada Tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3: Indeks permukaan pada akhir umur rencana
Lintas Ekuivalen Rencana -
LER
Klasifikasi jalan
Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
100 – 1.000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 -
>1.000 - 2,0 – 2,5 2,5 2,5
Sumber:
Petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metoda analisis
komponen SKBI-2.3.26.1987.
g. Menentukan Indeks Tebal Perkerasan ITP
Besarnya nilai ITP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis perkerasan lentur metoda AASHTO 1993
dengan menyertakan faktor regional (FR) yang terkait dengan kondisi lingkungan,
dan faktor daya dukung tanah dasar (DDT) yang terkait dengan dengan perbedaan
kondisi tanah dasar.
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 13
0,3372,01
log
1
094.14,0
5,10
log
20,0)1log(36,9356
19,5
DDTFR
ITP
IP
IPtIPo
ITPxURLERxLog
…………(1.12)
Untuk mendapatkan besarnya nilai ITP , seperti yang diperlihatkan dalam
persamaan 1.12, hanya dapat diselesaikan melalui proses iterasi atau pengulangan.
Proses iterasi ini dapat dimulai dengan memberikan nilai tertentu terhadap ITP
yang kemudian dihitung apakah besarnya nilai bagian kiri dan kanan dari persamaan
1.12 sudah sama. Apabila besarnya bagian kiri dan kanan persamaan 1.12 belum
memberikan hasil yang sama, maka besarnya nilai ITP harus diubah dengan suatu
nilai tertentu yang diharapkan akan memberikan nilai yang sama untuk bagian kiri
dan kanan persamaan 1.12 tersebut. Proses pengulangan tersebut dilakukan sampai
diperoleh nilai yang sama untuk bagian kiri dan kanan dari persamaan 1.12.
h. Menentukan koefisien kekuatan relatif (a)
Sesuai dengan fungsinya, maka perkerasan jalan harus dibangun dengan kualitas
bahan perkerasan yang baik dari pada tanah dasar. Kualitas bahan untuk masing-
masing lapisan akan berbeda, semakin ke atas permukaan jalan mempunyai kualitas
yang semakin baik dan juga semakin mahal. Dalam metoda Bina Marga, kualitas
bahan perkerasan dinyatakan dengan nilai Stabilitas Marshal (MS) untuk material
beraspal, niali kuat tekan (Kt) untuk material yang distabilisasi dan nilai CBR untuk
material tanpa bahan pengikat. Untuk keperluan proses perencanaan, kekuatan dari
masing-masing lapisan perkerasan dinyatakan dengan koefisien kekuatan relatif (a).
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 14
Untuk menentukan koefisien kekuatan relatif dari jenis lapis perkerasan yang akan
digunakan dalam perencanaan tebal lapis perkerasan dapat menggunakan Tabel 1.4
berikut ini.
Tabel 1.4: Koefisien kekuatan relatif
Koefisien kekuatan
relatif Kekuatan bahan
Jenis bahan
a1 a2 a3 MS
kg
Kt
Kg/cm2
CBR
%
0,40 744
0,35 590
0,32 454 Laston
0,30 340
0,35 744
0,31 590
0,28 454 Asbuton
0,26 340
0,30 340 HRA
0,26 340 Aspal Macadam
0,25 Lapen (mekanis)
0,20 Lapen (manual)
0,28 590
0,26 454 Laston Atas
0,24 340
0,23 Lapen (mekanis)
0,19 Lapen (manual)
0,15 22 Stabilisasi tanah dengan semen
0,13 18
0,15 22 Stabilisasi tanah dengan kapur
0,13 18
0,14 100 Batu pecah (kelas A)
0,13 80 Batu pecah (kelas B)
0,12 60 Batu pecah (kelas C)
0,13 70 Batu pecah (kelas A)
0,12 50 Batu pecah (kelas B)
0,11 30 Batu pecah (kelas C)
0,10 20 Tanah/lempung kepasiran
Catatan:
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 15
Kuat tekan stabilisasi tanah dengan semen diperiksa pada hari ketujuh.
Kuat tekan stabilisasi tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke duapuluh satu.
Sumber:
Petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metoda analisis
komponen SKBI-2.3.26.1987.
i. Menentukan masing-masing tebal lapis perkerasan lentur (Di)
Langkah terakhir proses perhitungan tebal lapis perkerasan lentur metoda Bina
Marga adalah menentukan tebal dari masing-masing lapisan perkerasan. Tebal dari
masing-masing lapisan tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
1.13 berikut ini.
332211 xDaxDaxDaITP ……………………..…………………………..(1.13)
dimana:
a1, a2, a3 adalah koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan untuk masing-masing
lapisan dan D1, D2, D3 adalah tebal masing-masing lapis perkerasan dalam cm.
Angka 1, 2 dan 3 yang terdapat pada persamaan 1.13 diatas adalah menjelaskan
masing-masing untuk lapis permukaan, lapis pondasi, dan lapis pondasi bawah.
Perkiraan tebal masing-masing lapis perkerasan tergantung dari ketebalan minimum
yang ditentukan oleh Bina Marga dan disajikan pada Tabel 1.5 berikut ini.
Tabel 1.5: Batas-batas minimum tebal lapis perkerasan
ITP Tebal minimum (cm) Bahan
Lapis permukaan
< 3,00 5,0 Lapis pelindung: (Buras/Burtu/Burda)
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 16
3,00 – 6,70 5,0 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag,
Laston
6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag,
Laston
7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston
≥ 10,00 10,0 Laston
Lapis pondasi
< 3,00 15,0 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur.
3,00 – 7,49
20,0 *)
10,0
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur.
Laston atas
7,50 – 9,99
20,0
15,0
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi
Macadam.
Laston atas.
10 – 12,14 20,0
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi
Macadam, Lapen, Laston atas
≥ 12,25 25,0
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi
Macadam, Lapen, Laston atas
Lapis pondasi bawah
Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah
10,0 cm *) batas 20 cm tersebut dapat ditentukan menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah
digunakan material kasar.
Sumber:
Petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metoda analisis
komponen SKBI-2.3.26.1987.
Dengan menggunakan persamaan 1.13 akan ditentukan tebal dari masing-masing
tebal lapis perkerasan, setelah besarnya nilai a1, a2, a3 dan ITP diperoleh dari
tahapan sebelumnya. Oleh karena dalam persamaan 1.13 terdapat tiga parameter
yang harus ditentukan, yaitu D1, D2 dan D3, maka besarnya nilai D1 dan D2
ditentukan terlebih dahulu yaitu dengan mengambil nilai tebal minimum yang
disyaratkan seperti yang ditentukan pada Tabel 1.5 setelah itu dapat ditentukan
besarnya nilai D3.
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 17
1.2. DIAGRAM PERHITUNGAN
Diagram perhitungan tebal lapis perkerasan lentur metoda Bina Marga
diperlihatkan pada Gambar 1.2 dibawah ini. Diagram perhitungan tersebut
memperlihatkan jenis data masukkan yang diperlukan yang kemudian masing-masing
jenis data masukkan tersebut dijelaskan dalam bentuk parameter. Setelah itu, jenis data
masukkan yang relevan digunakan dalam proses perhitung untuk mendapatkan suatu
parameter yang diperlukan dalam perencanaan. Penjelaskan diagram perhitungan secara
terperinci sebagai berikut:
Data masukkan yang berisikan volume lalu-lintas, umur pelayanan,
perkembangan lalu-lintas dan koefisien distribusi kendaraan dengan parameter E untuk
angka ekivalen kendaraan masing-masing kendaraan, C untuk koefisien distribusi
kendaraan, LHR untuk volume lalu-lintas harian rata-rata, UR untuk umur rencana dan
g untuk perkembangan lalu-lintas digunakan untuk menghitung Lintas Ekivalen
Rencana (LER). Sedangkan daya dukung tanah dasar (CBR) akan digunakan untuk
menghitung besarnya nilai parameter Daya Dukung Tanah dasar (DDT). Berikutnya
adalah data masukkan klasifikasi jalan dan jenis lapis perkerasan digunakan untuk
menentukan parameter Ip yang terdiri atas indek permukaan awal (Ipo), indek
permukaan akhir (Ipt) dan indek permukaan failure (Ipf). Faktor regional dan jenis
material perkerasan sebagai data masukkan yang akan digunakan untuk menentukan
besarnya nilai dari koefisien kekuatan relatif masing-masing lapis perkerasan (ai) dan
faktor regional (FR). Terakhir data masukkan jenis material perkerasan dengan hasil
proses perhitungan sebelumnya digunakan untuk menentukan besarnya indek tebal
perkerasan (ITP) dan tebal lapis perkerasan (D1).
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 18
Gambar 1.2: Diagram Perhitungan Metoda Bina Marga
1.3. RUMUS DASAR
Rumus dasar yang digunakan untuk perencanaan tebal lapis perkerasan
lentur metoda Bina Marga diperlihatkan pada Gambar 1.3 dibawah ini. Rumus dasar
pertama digunakan untuk menghitung besarnya nilai Indek Tebal Perkerasan (ITP).
Sedangkan rumus dasar kedua digunakan untuk menghitung tebal lapis perkerasan
permukaan (D1). Seperti diperlihatkan pada rumus dasar pertama, besarnya nilai ITP
merupakan fungsi dari lintas ekivalen rencana (LER), umur rencana (UR), faktor
regional (FR), daya dukung tanah dasar (DDT), dan indek permukaan (Ip, Ipo, Ipf).
Melihat rumus dasar pertama tersebut, maka besarnya nilai ITP hanya dapat dihasilkan
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 19
melalui proses perhitungan secara iterasi. Setelah diperoleh besarnya nilai ITP, maka
tebal dari lapis permukaan (D1) perkerasan dapat dihitung, tebal lapis pondasi atas (D2)
dan tebal lapis pondasi bawah (D3) harus diberikan untuk mendapatkan nilai D1
tersebut.
Gambar 1.3: Rumus dasar metoda Bina Marga
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 20
BAB II
TAHAPAN PERENCANAAN
Perhitungan tebal lapis perkerasan dapat dilakukan melalui beberapa
tahapan. Tahapan-tahapan tersebut diuraikan secara terperinci pada bagian-bagian
berikut ini.
2.1. DATA MASUKKAN
Untuk memasukkan data yang akan digunakan dalam proses perhitungan
tebal lapis perkerasan lentur metoda Bina Marga, maka dirancang lembar masukkan
data seperti yang disajikan pada Gambar 2.1 dibawah ini. Dari Gambar 2.1 terlihat lima
jenis data masukkan, yaitu data masukkan kendaraan yang terdiri dari tahun
pengambilan data, mobil penumpang, bus, truk ringan, truk sedang dan truk berat. Data
masukkan CBR berisikan nilai CBR segmen dalam persen. Untuk data masukkan
pertumbuhan lalu-lintas terdiri dari pertumbuhan lalu-lintas selama pelaksanaan dan
pertumbuhan lalu-lintas selama umur rencana dalam persen. Data masukkan penunjang
terdiri atas tahun jalan dibuka, umur rencana dalam tahun, jumlah jalur rencana, jumlah
arah dan klasifikasi jalan. Terakhir data masukkan koefisien kekuatan relatif terdiri dari
koefisien kekuatan relatif untuk lapis permukaan, lapis pondasi dan lapis pondasi bawah
masing-masing untuk jenis bahan dan kekuatan bahan dalam persen. Disamping data
masukkan tersebut juga dapat dimasukkan informasi nama proyek, nama perencana dan
tanggal.
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 21
Gambar 2.1: Masukkan Data
Disamping data masukkan tersebut diatas juga telah disiapkan lembar data
masukkan yang kedua seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2 dibawah ini. Beberapa
data masukkan yang terdapat pada Gambar 2.2 tersebut sama dengan data masukkan
yang terdapat pada Gambar 2.1, dengan demikian tidak diperlukan untuk
memasukkannya kembali. Data tersebut secara otomatis akan terisi setelah data tersebut
diberikan pada Gambar 2.1. Data yang masih diperlukan pada lembar kedua ini adalah
data masukkan penunjang yaitu penggunaan tabel, kelandaian dan iklim. Kemudian
setelah itu secara otomatis nilai faktor regional sesuai Tabel 2.1 akan terisi nilainya.
Tugas pengisian berikutnya adalah harus memasukkan nilai faktor regional yang
besarnya harus dipilih dalam interval informasi yang diberikan sebelumnya. Data
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 22
masukkan berikutnya adalah indeks permukaan. Pertama harus menjawab pertanyaan
mengenai penggunaan tabel. Berikutnya adalah data masukkan indek permukaan awal
untuk jenis lapisan permukaan dan nilai dari roughness dalam m/km. Secara otomatis
akan tampil informasi nilai indeks permukaan awal yang disarankan, setelah
memasukkan data diatas. Oleh karena harus dipilih nilai indeks permukaan awal dan
besarnya diantara nilai indeks permukaan awal yang disarankan. Setelah itu harus
memilih nilai indeks permukaan akhir yang besarnya harus dipilih diantara nilai indeks
permukaan akhir yang disarankan.
Gambar 2.2: Masukkan Data
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 23
2.2. MENGHITUNG LER
Proses untuk mendapatkan besarnya nilai lintas ekivalen rencana (LER)
dapat dilihat pada Gambar 2.3. Seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3 untuk
mendapatkan nilai LER dilakukan perhitungan melalui beberapa tahapan perhitungan
yaitu pertama menentukan koefisien distribusi kendaraan (C). Koefisien distribusi
kendaraan ditentukan berdasarkan jumlah lajur, arah, persentase kendaraan ringan atau
berat pada lajur rencana. Kendaraan ringan merupakan kendaraan dengan berat lebih
kecil dari 5 ton, misalnya mobil penumpang, pick up dan mobil hantaran, dan
sebaliknya untuk kendaraan berat mempunyai berat lebih besar atau sama dengan 5 ton,
misalnya bus, truk, semi trailer dan sebagainya. Sebagai contoh koefisien distribusi
kendaraan untuk bus dengan jumlah lajur 2 dan 2 arah, maka nilai koefisien
distribusinya adalah 0,50.
Angka ekivalen beban sumbu kendaraan dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan yang terdapat pada Gambar 2.3 tersebut. Angka ekivalen
beban sumbu standar untuk beban sumbu tunggal dalam ton dapat digunakan persamaan
pertama, sedang apabila beban satu sumbu ganda dalan ton, maka digunakan persamaan
kedua. Setelah kedua besaran diatas ditentukan ataupun dihitung, maka tahapan
berikutnya adalah perhitungan lalu lintas. Perhitungan lalu-lintas tersebut terdiri atas
perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP). LEP diperoleh sebagai perjumlahan
hasil kali dari volume kendaraan dengan koefisien distribusi kendaraan serta angka
ekivalen beban sumbu kendaraan untuk masing-masing jenis kendaraan. Setelah itu
dapat dilakukan perhitungan besarnya nilai dari Lintas Ekivalen Akhir (LEA). LEA
merupakan fungsi dari volume lalu-lintas harian rata untuk masing-masing jenis
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 24
kendaraan, perkembangan lalu-lintas, umur rencana, koefisien distribusi kendaraan serta
angka ekivalen beban sumbu kendaraaan. Berikutnya adalah melakukan perhitungan
Lintas Ekivalen Tengah (LET) yaitu dengan menjumlahkan LEP dan LEA kemudian
dibagi dua. Akhirnya besarnya nilai LER diperoleh yaitu besarnya nilai LET dikalikan
faktor penyesuaian (FP). Faktor penyesuaian adalah suatu besaran yang diperoleh dari
pembagian umur rencana dengan bilangan 10.
Gambar 2.3: Menghitung LER
Gambar 2.4 memperlihatkan lembar kerja untuk menghitung besarnya nilai
dari LER. Terdapat beberapa tabel pada Gambar 2.4 tersebut diataranya adalah tabel
untuk menampilkan volume lalu-lintas yang telah dimasukkan, lihat data masukkan.
Artinya telah tersedia data volume lalu-lintas untuk masing-masing jenis kendaraan,
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 25
umur rencana serta perkembangan lalu-lintas. Data lain yang telah tersedia adalah data
ruas jalan yaitu jumlah lajur dan jumlah arah. Langkah berikutnya adalah menghitung
besarnya koefisen distribusi kendaraan, angka ekivalen beban sumbu kendaraan, LEP
perhari, LEA perhari, LET, LER dan akhirnya menentukan besarnya
log(LERx365xUR) serta log(1/FR).
Gambar 2.4: Menghitung LER
Perhitungan parameter-parameter tersebut dijelaskan sebagai berikut. Logika
yang digunakan untuk menentukan nilai koefisen distribusi kendaraan adalah:
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 26
=IF(AND(Q$52=1,R$52=1),1,IF(AND(Q$52=1,R$52=2),1,IF(AND(Q$52=2,R$52=1),
0.7,IF(AND(Q$52=2,R$52=2),0.5,IF(AND(Q$52=3,R$52=1),0.5,IF(AND(Q$52=3,R$
52=2),0.475))))))
Dimana Q52 adalah jumlah lajur, R52 adalah jumlah arah. Sedangkan untuk
menentukan besarnya nilai angka ekivalen beban sumbu kendaraan adalah dengan
menggunakan persamaan-persamaan yang dijelaskan diatas. Begitu pula untuk
menentukan besarnya nilai LEP perhari, LEA perhari, LET pertahun, LER dan
sebagainya.
2.3. MENGHITUNG FR
Seperti yang dijelaskan dalam buku Penuntun Praktis Perencanaan Teknik
Jalan Raya (Hendarsin, 1987) faktor regional adalah faktor koreksi sehubungan dengan
adanya perbedaan kondisi dengan kondisi percobaan AASHTO Road Test dan
disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Lebih lanjut dijelaskan oleh Hendarsin (1987)
bahwa faktor regional dipengaruhi oleh bentuk alineman, persentase kendaraan berat
dan yang berhenti serta iklim. Faktor regional dapat ditentukan dengan menggunakan
Tabel 2.1 seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.5. Namun demikian karena
penentuan nilai dari faktor regional akan ditentukan secara otomatis, setelah parameter-
parameter yang diperlukan dimasukkan, maka pada Gambar 2.5 terlihat logika untuk
penentuan nilai dari faktor regional tersebut. Data yang diperlukan untuk penentuan
faktor regional tersebut adalah data kelandaian, data persen kendaraan berat dan data
iklim, dapat dilihat pada Gambar 2.5. Hasil yang diperoleh adalah nilai faktor regional
dalam bentuk nilai interval. Oleh karena itu, dengan informasi yang telah diperoleh
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 27
tersebut, maka tentukan pilihan dari nilai faktor regional dengan memperhatian range
nilai faktor regional yang disarankan.
Gambar 2.5: Menghitung FR
2.4. MENGHITUNG Ip
Dalam pedoman perencanaan tebal perkerasan lentur – Pt T-01-2002-B
tahun 2002 dijelaskan bahwa indek permukaan (Ip) merupakan nilai ketidakrataan dan
kekuatan perkerasan yang berhubungan dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang
lewat. Gambar 2.6 berikut ini menjelaskan antara lain nilai indeks permukaan pada awal
umur perkerasan untuk beberapa jenis lapis perkerasan beserta nilai International
Roughness Index (IRI) dalam m/km. Sebagai contoh untuk jenis lapis perkerasan HRA
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 28
dengan nilai IRI lebih kecil atau sama dengan 2.0 m/km, maka nilai indek permukaan
pada awal umur perkerasan adalah antara 3,9 sampai dengan 3,5. Informasi berikutnya
yang tersedia dalam Gambar 2.6 tersebut adalah nilai indeks permukaan pada akhir
umur rencana. Nilai indeks permukaan pada akhir umur rencana tersebut ditentukan
berdasarkan nilai dari LER serta klasifikasi jalan. Sebagai contoh untuk nilai LER lebih
besar dari 1.000 dengan klasifikasi jalan arteri, maka nilai indeks permukaan pada akhir
umur rencana adalah 2,5.
Dengan menggunakan informasi yang diberikan yaitu data lapis permukaan
dan IRI, kemudian data klasifikasi jalan dan LER, maka dapat ditentukan nilai dari
indek permukaan. Logika yang digunakan untuk menentukan indek permukaan pada
awal umur perkerasan adalah:
IF(AND(E55="Laston",E56<=1),">=4,0",IF(AND(E55="Laston",E56>1),"3,9-
3,5",IF(AND(E55="Lasbutag",E56<=2),"3,9-
3,5",IF(AND(E55="Lasbutag",E56>2),"3,4-3,0",IF(AND(E55="Lapen",E56<=3),"3,4-
3,0",IF(AND(E55="Lapen",E56>3),"2,9-2,5",IF(AND(E55="HRA",E56<=2),"3,9-
3,5",IF(AND(E55="HRA",E56>2),"3,4-3,0",IF(AND(E55="Burda",E56<2),"3,9-
3,5",IF(AND(E55="Burtu",E56<2),"3,4-3,0",IF(E55="Latasbum","2,9-
2,5",IF(E55="Buras","2,9-2,5",IF(E55="Latasir","2,9-2,5",0)))))))))))))
Dimana E55 adalah data lapis perkerasan dan E56 adalah data IRI. Hasil yang diperoleh
adalah range nilai dari indek permukaan pada awal umur perkerasan. Dengan demikian
perlu dilakukan pemilihan. Contoh yang diperlihatkan pada Gambar 2.6 adalah
dihasilkan interval indeks permukaan pada awal umur perkerasan antara 3,9 sampai
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 29
dengan 3,5. Oleh karena perlu dipilih nilai indeks permukaan yang akan digunakan
dalam proses penentuan tebal lapis perkerasan. Dalam contoh tersebut dipilih 3,9.
Gambar 2.6: Menghitung Ip
Berikutnya adalah penentuan nilai indek permukaan pada akhir umur
perkerasan. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan logika berikut ini.
=IF(AND(J45="lokal",J46<10),"1,0-
1,5",IF(AND(J45="Lokal",J46>=10,J46<100),1.5,IF(AND(J45="Lokal",J46>=100,J46
<=1000)
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 30
Dimana J45 adalah data klasifikasi jalan dan J46 adalah data LER. Hasil yang diperoleh
adalah nilai indek permukaan pada akhir umur rencana diantara 2,0 sampai dengan 2,5.
Untuk itu dipilih nilai 2.5.
2.5. MENGHITUNG ai
Lembar informasi yang diperlihatkan pada Gambar 2.7 adalah koefisien
kekuatan relatif, kekuatan bahan untuk masing-masing lapis perkerasan dan jenis bahan.
Sebagai contoh jenis bahan laston dengan nilai kekuatan bahan sebesar 590 MS (kg),
maka nilai koefisien kekuatan relatif untuk jenis bahan tersebut adalah 0,40. Sebagian
data koefisien kekuatan relatif terdapat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7: Menghitung ai
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 31
Berikutnya adalah menentukan besarnya nilai koefisien kekuatan relatif
tersebut dan diperlihatkan pada Gambar 2.8. Untuk penentuan nilai koefisien kekuatan
relatif lapis permukaan dapat ditentukan dengan menggunakan logika berikut ini.
=IF(AND(R76="LASTON",R77=744),0.4,IF(AND(R76="LASTON",R77=590),
0.35,IF(AND(R76="LASTON",R77=454),0.32,IF(AND(R76="LASTON",R77=340),0.
3,IF(AND(R76="LASBUTAG",R77=744),0.35,IF(AND(R76="LASBUTAG",R77=59
0),0.31,IF(AND(R76="LASBUTAG",R77=454),0.28,IF(AND(R76="LASBUTAG",R7
7=340),0.26,IF(AND(R76="HRA",R77=340),0.3,IF(AND(R76="ASPAL
MAKADAM",R77=340),0.26,IF(R76="LAPEN MEKANIS",0.25,0.2)))))))))))
Dimana R76 adalah data jenis bahan dan R77 adalah data kekuatan bahan. Berikutnya
adalah logika penentuan nilai koefisien kekuatan relatif untuk lapis pondasi atas.
Gambar 2.8: Menghitung ai
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 32
2.6. MENGHITUNG ITP dan D1
Sebelum dijelaskan perhitungan indek tebal perkerasan (ITP) dan tebal lapis
permukaan (D1), maka terlebih dahulu diuraikan batas-batas minimum tebal lapisan
perkerasan. Batas-batas minimum tebal lapisan perkerasan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.9. Sebagai contoh untuk lapis permukaan dengan ITP lebih besar atau sama
dengan 10,00, maka lapis permukaan berupa bahan dari laston harus mempunyai tebal
minimum 10 cm. Untuk nilai ITP diantara 7,50 sampai dengan 9,99, maka dapat
digunakan lasbutag atau laston sebagai lapis permukaan dengan tebal minimum 7,5 cm.
Apabila digunakan bahan lapis pelindung berupa buras atau burtu atau burda sebagai
lapis permukaan dengan tebal minimum 5 cm, maka hanya dapat diterapkan apabila
nilai ITP lebih kecil atau sama dengan 5. Untuk penggunaan bahan lainnya sebagai lapis
permukaan dengan nilai ITP tertentu, maka tebal minimum dapat dilihat pada Gambar
11.
Penentuan tebal minimum untuk lapis pondasi dapat diuraikan sebagai
berikut. Penggunaan batu pecah atau stabilisasi tanah dengan semen atau stabilisasi
tanah dengan kapur dengan tebal minimum 15 cm dapat digunakan apabila nilai dari
ITP lebih kecil dari 3,0. Bahan lain seperti laston atas dengan tebal minimum 10 cm
dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas apabila nilai ITP diantara 7,50 sampai
dengan 9,99. Batas-batas minimum tebal lapis pondasi atas berbagai bahan yang
digunakan dengan nilai ITP tertentu dapat dilihat pada Gambar 2.9 tersebut. Untuk lapis
pondasi bawah tebal minimum adalah 10 cm untuk setiap nilai ITP.
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 33
Gambar 2.9: Menghitung ITPi dan Di
Pada Gambar 2.9 disajikan pula hasil perhitungan minimum tebal lapis
permukaan, lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah. Perhitungan tebal lapisan
perkerasan tersebut disajikan pada Gambar 2.10 berikut ini. Nilai yang mengisi kolom 1
merupakan hasil perhitungan LER yang dijelaskan pada bagian 2.5. Nilai pada kolom 2
merupakan hasil perhitungan yang dijelaskan pada bagian 2.4. Sedangkan nilai pada
kolom 3 dihasilkan dari bagian 2.3. Kolom 4 memberikan informasi tentang data yang
dihasilkan dari bagian 2.5. Perhitungan nilai ITP yang dikendalikan pada lembar
keluaran, lihat bagian 2.7, merupakan proses iterasi sampai diperoleh besarnya nilai
pada kolom 8 dan kolom 9 memberikan nilai yang sama. Setelah diperoleh nilai ITP,
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 34
maka dilakukan perhitungan lapis permukaan (D1), terlebih dahulu diberikan nilai
minimum untuk lapis pondasi bawah (D3), dan lapis pondasi atas (D2). Nilai yang
diperoleh yaitu tebal lapis permukaan perlu dilakukan pengecekan dengan batas-batas
minimum tebal lapis permukaan tersebut.
Gambar 2.10: Menghitung ITPi dan Di
2.7. DATA KELUARAN
Untuk melihat hasil perhitungan dan melakukan pengendalian proses iterasi,
maka dapat digunakan lembar tampilan yang disajikan pada Gambar 2.11 Bagian-
bagian yang disajikan pada Gambar 2.11 tersebut adalah data perencanaan yang terdiri
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 35
dari data CBR segmen dalam persen, daya dukung tanah (DDT), indeks permukaan
awal, indeks permukaan akhir, lintas ekivalen rencana, dan indeks tebal perkerasan.
Informasi yang berhubungan dengan tebal perkerasan adalah proses iterasi, data lapis
permukaan, data lapis pondasi atas dan data lapis pondasi bawah.
Gambar 2.11: Keluaran lapis perkerasan dan ITP
Proses iterasi dilakukan dengan memberikan nilai tertentu untuk pertama
kali pada kotak yang terletak pada kotak tebal perkerasan. Apabila belum didapatkan
nilai yang sama, maka lakukan pemberian nilai lainnya sampai diperoleh nilai yang
sama.
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 36
2.8. RINGKASAN
Masalah utama yang sering dihadapi dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur suatu jalan adalah pada tahapan-tahapan perhitungan yang cukup
panjang serta pembacaan nomogram-nomogram yang memerlukan ketelitian dan
kesabaran agar tidak terjadi kesalahan, sehingga proses perencanaan tebal perkerasan
lentur membutuhkan waktu yang cukup panjang. Manfaat penggunaan komputer telah
banyak dirasakan disetiap bidang pekerjaan termasuk dalam bidang teknik jalan raya.
Penggunaan komputer pada perencaanaan tebal lapis perkerasan lentur akan sangat
membantu, karena proses perencanaan menjadi lebih cepat, mudah dan memperkecil
kesalahan yang terjadi. Selain itu juga akan memudahkan dalam perencanaan ulang
untuk mendapatkan tebal lapis perkerasan yang efisien. Penulisan “MODUL KBJJ
2142/01 – PERENCANAAN TEBAL LAPIS PEREKARASAN LENTUR
METODA BINA MARGA” ini merupakan bagian dari materi perkuliahan
Perencanaan Konstruksi Perkerasan 1 yang diberikan kepada mahasiswa Politeknik
Negeri Bandung dengan tujuan untuk dapat melakukan perhitungan cepat perencanaan
tebal perkerasan lentur yang didasarkan kepada metoda Bina Marga.
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 37
BAB III
SOAL LATIHAN
Berikut ini diberikan beberapa soal latihan, modifikasi dari Aprianto dan Basuki
(2001) serta Hendarsin (2000), perencanaan tebal lapis perkerasan lentur yang harus
diselesaikan dengan menggunakan metoda Bina Marga, dihitung dengan menggunakan
bantuan komputer dan kemudian dibandingkan terhadap hasil perhitungan yang
dilakukan dengan cara manual.
a. Suatu ruas jalan baru berkualifikasi jalan arteri akan dibangun dengan tipe jalan 2
lajur 2 arah. Jalan baru tersebut dibangun pada daerah dengan kelandaian 6,0%
dengan rata-rata curah hujan 800 mm/tahun. Jalan tersebut dibangun untuk umur
rencana selama 10 tahun. Data parameter perencanaan yang tersedia lainnya adalah
nilai CBR tanah dasar ratar-rata sebesar 3,00%, volume lalu-lintas harias rata-rata
pada awal rencana, tahun 2013, seperti diperlihatkan pada Tabel 3.1 dengan tingkat
pertumbuhan lalu lintas selama umur perencanaan sebesar 8%.
Tabel 3.1: Volume lalu lintas harian rata rata
Jenis kendaraan Volume
(buah kendaraan)
Beban sumbu (ton)
Depan Belakang
Kendaraan ringan 2 ton 10.657 1 1
Bus 8 ton 465 3 5
Truk ringan 10 ton 324 4 6
Truk sedang 13 ton 230 5 8
Truk berat 2 as 15 ton 1.514 5 10
Bahan perkerasan yang digunakan dalam perencanaan tersebut adalah Laston
dengan kekuatan bahan 744 kg dan roughness 1,000 m/km untuk lapisan
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 38
permukaan, batu pecah kelas A dengan CBR 100% untuk lapisan pondasi atas dan
sirtu kelas B untuk lapisan pondasi bawah.
b. Rencanakan tebal lapis perkerasan lentur suatu ruas jalan yang berperan sebagai
jalan kolektor. Jalan kolektor tersebut akan dibangun dengan tipe jalan 4 lajur 2 arah
terbagi dengan nilai CBR tanah dasar sebesar 3,4% dengan faktor regional 1,0 dan
indeks permukaan awal (IPo) diantara 3,9 sampai dengan 3,5. Jalan tersebut
dibangun untuk umur rencana selama 10 tahun. Data volume lalu-lintas harias rata-
rata pada awal rencana, tahun 2010, seperti diperlihatkan pada Tabel 3.2 dengan
tingkat pertumbuhan lalu lintas selama umur perencanaan sebesar 8%.
Tabel 3.2: Volume lalu lintas harian rata rata
Jenis kendaraan Volume
(buah kendaraan)
Beban sumbu (ton)
Depan Belakang
Kendaraan ringan 2 ton 1.216 1 1
Bus 8 ton 365 3 5
Truk 2 as 13 ton 61 5 8
Truk 3 as 20 ton 36 6 2x7
Truk 5 as 30 ton 12
Bahan perkerasan yang digunakan dalam perencanaan tersebut adalah lasbutag (MS
744, a1 = 0,35) untuk lapisan permukaan, batu pecah (CBR 100, a2 = 0,14) untuk
lapisan pondasi atas dan sirtu ( CBR 50, a3 = 0,12) untuk lapisan pondasi bawah.
c. Tebal lapis perkerasan lentur akan direncanakan untuk suatu ruas jalan baru yang
berperan sebagai jalan arteri. Jalan arteri tersebut akan dibangun dengan tipe jalan 6
lajur 2 arah terbagi dengan nilai CBR tanah dasar rata rata sebesar 2,4%. Ruas jalan
tersebut berada pada lokasi dengan kelandaian rata-rata 6% dengan curah hujan rata
rata 750 mm per tahun. Jalan tersebut dibangun untuk umur rencana selama 20
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 39
tahun. Data volume lalu-lintas harias rata-rata pada awal rencana, tahun 2010,
seperti diperlihatkan pada Tabel 3.3 dengan tingkat pertumbuhan lalu lintas selama
umur perencanaan sebesar 6%.
Tabel 3.2: Volume lalu lintas harian rata rata
Jenis kendaraan Volume
(buah kendaraan)
Beban sumbu (ton)
Depan Belakang
Kendaraan ringan 2 ton 1.400 1 1
Bus 8 ton 450 3 5
Truk 2 as 13 ton 90 5 8
Truk 3 as 20 ton 45 6 2x7
Truk 5 as 30 ton 0
Bahan perkerasan yang digunakan dalam perencanaan tersebut adalah laston
(roughness ≤ 1,0 m/km) dengan a1 = 0,40 untuk lapisan permukaan, laston atas
dengan a2 = 0,28 untuk lapisan pondasi atas dan batu pecah kelas A dengan a3 =
0,13 untuk lapisan pondasi bawah.
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 40
DAFTAR PUSTAKA
……… (undated), “Chapter 4 Thickness Design”
Aprianto A.E dan Basuki I, (2001), “Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan dengan
Microsoft Visual Basic 6.0”, Jurnal Teknik Sipil, Volume 1 No.2
C-SHRP (2003), “Pavement Structural Desing Practices Across Canada”, Canadian
Strategic Highway Research Program.
Delage K (1999), “AASHTO 1993”, Lecture Notes
Departemen Pemukiman Dan Prasarana Wilayah (2002), “Pedoman Konstruksi dan
Bangunan – Pedoman perencanaan Tebal Perkerasan Lentur – Pt T – 01 – 2002-B.
Hendarsin S.L (2000), “Perencanaan Teknik Jalan Raya”, Politeknik Negeri Bandung,
Jurusan Teknik Sipil.
Hiep D.V dan Tsunokawa (2005),”Optimal Maintenance Strategies for Bituminous
Pavement: A Case Study in Vietnam Using HDM-4 with Gradient Methods”,
Journal of the Eastern Asia Sociaty for Transportation Studies, Vol. 6
Kim H.B dan Kim N.H (2007), “Application of Reliability-Based Safety Factors to
Mechanistic-Empirical Flexible Pavement Design”, Journal of the Eastern Asia
Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Prasetyanto D (2005), “Pengaruh Penyimpangan Tebal Lapis Permukaan Jalan
Terhadap Umur Perkerasan Lentur Jalan”, Jurnal ITENAs, No.3 Vol. 9 September
– November 2005
Prasetyanto D.S. (2001), “Perbandingan Perhitungan Tebal Perkerasan lentur Jalan
Raya Metoda Cawangan Jalan J.K.R. Malaysia 85 Dengan Metoda Komponen
Indonesia 87”, Jurnal ITENAS, No. 2 Vol.5, Juni 2001 – Agustus 2001.
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 41
Setiadji B.H (2005), “Use of Waste Materials for Pavement Construction in Indonesia”,
Journal of the Institution of Engineers, Singapore
Siegfried dan Rosyidi S.A.P (2007), “Deskripsi Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan
Menggunakan Metoda AASHTO 1993”, Puslitbang Jalan PU.
Suaryana N dan Anggodo Y. R. P (2007), “Kajian Metoda Perencanaan Tebal Lapis
tambah Perkerasan Lentur”, e-Jurnal Balitbang PU.
Subagio B. S, Siswosoebrotho B.S. dan Wibowo A. (2007), “Development of
Mechanistic Design Procedure Flexible Pavement fo Tropical Condition”, Journal
of the Eastern Asia Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Subagio B.B, Cahyanto H.T, Rachman A dan Mardiyah S (2005), “Multi-Layer
Pavement Structural Analysis Using Method of Equivalent Thickness Case Study:
Jakarta – Cikampek Toll Road”, Journal of the Eastern Asia Sociaty for
Transportation Studies, Vol. 6
Subagio B.S, Karsaman R.H dan Nurwaida I.W (2003), “Analisa Struktur Perkerasan
Multi-Layer Menggunakan Program Komputer ELMOD Studi Kasus: Jalan Tol
Jakarta – Cikampek”, Jurnal Teknik Sipil ITB Vol.10 No.3
Tatsumi Y dan Takahashi D (2007), “Strength Evaluation for Subgrade and Subbase
Using Historical Time Data of Portable FWD”, Journal of the Eastern Asia
Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Wu Z., Chen X, Gaspard K dan Zhang Z (2008), “Structural Overlay Design of Flexible
Pavement By Non Destructive Test Methods in Louisiana”, 87th
Transportation
Research Board Annual Metting
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 42
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM
PENGAJARAN
Judul Mata Kuliah : Perencanaan Konstruksi Perkerasan 1
Nomor Kode / SKS : KBJJ 2142/ 3 SKS
Semester / Tingkat : 4/2
Prasyarat : -
Jumlah Jam / Minggu : 4
Ringkasan Topil / Silabus :
Bab 1 menjelaskan tentang dasar
teori perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur. Dikenalkan tiga
jenis metoda dalam perencanaan
tebal lapis perkerasan lentur. Bab ini
berikutnya menjelaskan parameter-
parameter yang digunakan dalam
perencanaan tebal lapis perkerasan
lentur. Akhir bab ini menjelaskan
diagram perhitungan dan rumus dasar
yang digunakan dalam perhitungan.
Tahapan-tahapan dalam perencanaan
tebal lapis perkerasan lentur dibahas
pada Bab 2. Penjelasan diawali
dengan membahas tentang data
masukkan sebagai data parameter
dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur dan kemudian
dilanjutkan dengan menjelaskan
perhitungan LER, menghitung FR,
menghitung Ip, menghitung ai, dan
diakhiri dengan menghitung ITP dan
D1. Hasil dari perhitungan diatas
ditampilkan pada data keluaran. Bab
ini diakhiri dengan ringkasan. Bab 3
berisikan soal latihan untuk
perhitungan tebal lapis perkerasan
lentur.
Kompetensi yang ditunjang :
Perencanaan tepal lapis perkerasan
lentur dalam rangka pengelolaan
jaringan jalan yang efisien dan
efektif.
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : mahasiswa dapat melakukan
identifikasi (identify) metoda-
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 43
metoda yang digunakan dalam
perencanaan tebal lapis perkerasan
lentur;
mahasiswa data membandingkan
(combine) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan
tebal lapis perkerasan lentur;
mahasiswa dapat mendiskusikan
(discuss) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan
tabal lapis perkerasan lentur.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
mahasiswa dapat membuat
algorithma (do algorithms) proses
perhitungan tebal lapis perkerasan
lentur metoda Bina Marga;
mahasiswa dapat menjelaskan
(explain) parameter-parameter
yang diperlukan untuk mendisain
tebal lapis perkerasan lentur
metoda Bina Marga;
mahasiswa dapat merencanakan
(design) tebal lapis perkerasan
lentur metoda Bina Marga.
No. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Total Jam Referensi
1. PENDAHULUAN
1.1. Dasar teori
1.2. Diagram perhitungan
1.3. Rumus dasar
4
2. TAHAPAN
PERENCANAAN
2.1. Data masukkan
2.2. Menghitung LER
2.3. Menghitung FR
2.4. Menghitung Ip
2.5. Menghitung ai
2.6. Menghitung ITP dan D1
2.7. Data keluaran
2.8. Ringkasan
4
3. SOAL LATIHAN 3.1. Soal latihan 4
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 44
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Jurusan: Teknik Sipil Program Studi: Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung
Judul Mata Kuliah : Perencanaan Konstruksi Perkerasan 1
Nomor Kode / SKS : KBJJ 2142/ 3 SKS
Pertemuan ke : 1
Waktu pertemuan : 4 jam Teori
A. Pokok Bahasan : PENDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran Umum :
mahasiswa dapat melakukan identifikasi
(identify) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa data membandingkan
(combine) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa dapat mendiskusikan
(discuss) metoda-metoda yang digunakan
dalam perencanaan tabal lapis perkerasan
lentur.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
mahasiswa dapat membuat algorithma
(do algorithms) proses perhitungan tebal
lapis perkerasan lentur metoda Bina
Marga;
mahasiswa dapat menjelaskan (explain)
parameter-parameter yang diperlukan
untuk mendisain tebal lapis perkerasan
lentur metoda Bina Marga;
mahasiswa dapat merencanakan
(design) tebal lapis perkerasan lentur
metoda Bina Marga.
B. Sub Pokok Bahasan :
Teori dasar dari perencanan tebal lapis
perkerasan lentur, metoda-metoda
perencanaan tebal lapis perkerasan lentur,
menjelaskan parameter-parameter yang
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 45
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur metoda Bina Marga.
Tujuan Pembelajaran Umum :
mahasiswa dapat melakukan identifikasi
(identify) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa data membandingkan
(combine) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa dapat mendiskusikan
(discuss) metoda-metoda yang digunakan
dalam perencanaan tabal lapis perkerasan
lentur.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
1.
2.
3.
K
K
K
S
S
S
A
A
A
C. Kegiatan Belajar Mengajar : Kuliah
Tahap Kegiatan
Pembukaan
Menjelaskan ruang lingkup pokok bahasan dan sub
pokok bahasan, kriteria unjuk kerja, sistem
perkuliahaan dan evaluasi.
Pembahasan
1. menjelaskan tentang metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
2. menjelaskan dasar teori perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur metoda Bina Marga;
3. menjelaskan tentang parameter-parameter yang
digunakan dalam perencanan tebal lapis
perkerasan lentur metoda Bina Marga;
4. menjelaskan tentang diagram perhitungan
perencanaan tebal lapis perkerasan lentur
metoda Bina Marga,
5. menjelaskan tentang rumus dasar perencanaan
tebal lapis perkerasan lentur metoda Bina
Marga.
Penutup
Evaluasi/penilaian, tugas, diskusi, test dan
memberikan soal-soal yang termaktub dalam sub
pokok bahasan.
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, menjawab
pertanyaan dan melakukan diskusi.
Metoda Pembelajaran Ceramah, tanya jawab, diskusi
Media / Alat Bantu Papan tulis, handout, laptop dan infocus
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 46
K = Knowledge S = Skill A = Attitude
REREFENSI:
……… (undated), “Chapter 4 Thickness Design”
Aprianto A.E dan Basuki I, (2001), “Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan dengan
Microsoft Visual Basic 6.0”, Jurnal Teknik Sipil, Volume 1 No.2
C-SHRP (2003), “Pavement Structural Desing Practices Across Canada”, Canadian
Strategic Highway Research Program.
Delage K (1999), “AASHTO 1993”, Lecture Notes
Departemen Pemukiman Dan Prasarana Wilayah (2002), “Pedoman Konstruksi dan
Bangunan – Pedoman perencanaan Tebal Perkerasan Lentur – Pt T – 01 – 2002-B.
Hendarsin S.L (2000), “Perencanaan Teknik Jalan Raya”, Politeknik Negeri Bandung,
Jurusan Teknik Sipil.
Hiep D.V dan Tsunokawa (2005),”Optimal Maintenance Strategies for Bituminous
Pavement: A Case Study in Vietnam Using HDM-4 with Gradient Methods”,
Journal of the Eastern Asia Sociaty for Transportation Studies, Vol. 6
Kim H.B dan Kim N.H (2007), “Application of Reliability-Based Safety Factors to
Mechanistic-Empirical Flexible Pavement Design”, Journal of the Eastern Asia
Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Prasetyanto D (2005), “Pengaruh Penyimpangan Tebal Lapis Permukaan Jalan
Terhadap Umur Perkerasan Lentur Jalan”, Jurnal ITENAs, No.3 Vol. 9 September
– November 2005
Prasetyanto D.S. (2001), “Perbandingan Perhitungan Tebal Perkerasan lentur Jalan
Raya Metoda Cawangan Jalan J.K.R. Malaysia 85 Dengan Metoda Komponen
Indonesia 87”, Jurnal ITENAS, No. 2 Vol.5, Juni 2001 – Agustus 2001.
Setiadji B.H (2005), “Use of Waste Materials for Pavement Construction in Indonesia”,
Journal of the Institution of Engineers, Singapore
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 47
Siegfried dan Rosyidi S.A.P (2007), “Deskripsi Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan
Menggunakan Metoda AASHTO 1993”, Puslitbang Jalan PU.
Suaryana N dan Anggodo Y. R. P (2007), “Kajian Metoda Perencanaan Tebal Lapis
tambah Perkerasan Lentur”, e-Jurnal Balitbang PU.
Subagio B. S, Siswosoebrotho B.S. dan Wibowo A. (2007), “Development of
Mechanistic Design Procedure Flexible Pavement fo Tropical Condition”, Journal
of the Eastern Asia Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Subagio B.B, Cahyanto H.T, Rachman A dan Mardiyah S (2005), “Multi-Layer
Pavement Structural Analysis Using Method of Equivalent Thickness Case Study:
Jakarta – Cikampek Toll Road”, Journal of the Eastern Asia Sociaty for
Transportation Studies, Vol. 6
Subagio B.S, Karsaman R.H dan Nurwaida I.W (2003), “Analisa Struktur Perkerasan
Multi-Layer Menggunakan Program Komputer ELMOD Studi Kasus: Jalan Tol
Jakarta – Cikampek”, Jurnal Teknik Sipil ITB Vol.10 No.3
Tatsumi Y dan Takahashi D (2007), “Strength Evaluation for Subgrade and Subbase
Using Historical Time Data of Portable FWD”, Journal of the Eastern Asia
Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Wu Z., Chen X, Gaspard K dan Zhang Z (2008), “Structural Overlay Design of Flexible
Pavement By Non Destructive Test Methods in Louisiana”, 87th
Transportation
Research Board Annual Metting
Departemen Pekerjaan Umum (2005),”Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan
Lentur Dengan Metoda Landutan” Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Pd T-05-
2005 B
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 48
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Jurusan: Teknik Sipil Program Studi: Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung
Judul Mata Kuliah : Perencanaan Konstruksi Perkerasan 1
Nomor Kode / SKS : KBJJ 2142/ 3 SKS
Pertemuan ke : 2
Waktu pertemuan : 4 jam Teori
D. Pokok Bahasan : TAHAPAN PERENCANAAN
Tujuan Pembelajaran Umum :
mahasiswa dapat melakukan identifikasi
(identify) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa data membandingkan
(combine) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa dapat mendiskusikan
(discuss) metoda-metoda yang digunakan
dalam perencanaan tabal lapis perkerasan
lentur.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
mahasiswa dapat membuat algorithma
(do algorithms) proses perhitungan tebal
lapis perkerasan lentur metoda Bina
Marga;
mahasiswa dapat menjelaskan (explain)
parameter-parameter yang diperlukan
untuk mendisain tebal lapis perkerasan
lentur metoda Bina Marga;
mahasiswa dapat merencanakan
(design) tebal lapis perkerasan lentur
metoda Bina Marga.
E. Sub Pokok Bahasan :
Menjelaskan tahapan-tahapan yang dapat
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur metoda Bina Marga.
Penjelasan diawali dengan data parameter
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 49
masukkan dan kemudian menjelaskan
perhitungan LER, FR, Ip, ai, dan
menghitung ITP serta D1. Penjelasan
diakhiri dengan ringkasan
Tujuan Pembelajaran Umum :
mahasiswa dapat melakukan identifikasi
(identify) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa data membandingkan
(combine) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa dapat mendiskusikan
(discuss) metoda-metoda yang digunakan
dalam perencanaan tabal lapis perkerasan
lentur.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
1.
2.
3.
K
K
K
S
S
S
A
A
A
F. Kegiatan Belajar Mengajar : Kuliah
Tahap Kegiatan
Pembukaan
Menjelaskan ruang lingkup pokok bahasan dan sub
pokok bahasan, kriteria unjuk kerja, sistem
perkuliahaan dan evaluasi.
Pembahasan
1. menjelaskan tentang data masukkan yang
diperlukan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur metoda Bina Marga;
2. menjelaskan tentang perhitungan LER;
3. menjelaskan tentang perhitungan FR;
4. menjelaskan tentang perhitungan Ip;
5. menjelaskan tentang perhitungan ai;
6. menjelaskan tentang perhitungan ITP dan D1;
7. menjelaskan tentang data keluaran;
8. ringkasan.
Penutup
Evaluasi/penilaian, tugas, diskusi, test dan
memberikan soal-soal yang termaktub dalam sub
pokok bahasan.
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, menjawab
pertanyaan dan melakukan diskusi.
Metoda Pembelajaran Ceramah, tanya jawab, diskusi
Media / Alat Bantu Papan tulis, handout, laptop dan infocus
K = Knowledge S = Skill A = Attitude
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 50
REFERENSI:
……… (undated), “Chapter 4 Thickness Design”
Aprianto A.E dan Basuki I, (2001), “Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan dengan
Microsoft Visual Basic 6.0”, Jurnal Teknik Sipil, Volume 1 No.2
C-SHRP (2003), “Pavement Structural Desing Practices Across Canada”, Canadian
Strategic Highway Research Program.
Delage K (1999), “AASHTO 1993”, Lecture Notes
Departemen Pemukiman Dan Prasarana Wilayah (2002), “Pedoman Konstruksi dan
Bangunan – Pedoman perencanaan Tebal Perkerasan Lentur – Pt T – 01 – 2002-B.
Hendarsin S.L (2000), “Perencanaan Teknik Jalan Raya”, Politeknik Negeri Bandung,
Jurusan Teknik Sipil.
Hiep D.V dan Tsunokawa (2005),”Optimal Maintenance Strategies for Bituminous
Pavement: A Case Study in Vietnam Using HDM-4 with Gradient Methods”,
Journal of the Eastern Asia Sociaty for Transportation Studies, Vol. 6
Kim H.B dan Kim N.H (2007), “Application of Reliability-Based Safety Factors to
Mechanistic-Empirical Flexible Pavement Design”, Journal of the Eastern Asia
Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Prasetyanto D (2005), “Pengaruh Penyimpangan Tebal Lapis Permukaan Jalan
Terhadap Umur Perkerasan Lentur Jalan”, Jurnal ITENAs, No.3 Vol. 9 September
– November 2005
Prasetyanto D.S. (2001), “Perbandingan Perhitungan Tebal Perkerasan lentur Jalan
Raya Metoda Cawangan Jalan J.K.R. Malaysia 85 Dengan Metoda Komponen
Indonesia 87”, Jurnal ITENAS, No. 2 Vol.5, Juni 2001 – Agustus 2001.
Setiadji B.H (2005), “Use of Waste Materials for Pavement Construction in Indonesia”,
Journal of the Institution of Engineers, Singapore
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 51
Siegfried dan Rosyidi S.A.P (2007), “Deskripsi Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan
Menggunakan Metoda AASHTO 1993”, Puslitbang Jalan PU.
Suaryana N dan Anggodo Y. R. P (2007), “Kajian Metoda Perencanaan Tebal Lapis
tambah Perkerasan Lentur”, e-Jurnal Balitbang PU.
Subagio B. S, Siswosoebrotho B.S. dan Wibowo A. (2007), “Development of
Mechanistic Design Procedure Flexible Pavement fo Tropical Condition”, Journal
of the Eastern Asia Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Subagio B.B, Cahyanto H.T, Rachman A dan Mardiyah S (2005), “Multi-Layer
Pavement Structural Analysis Using Method of Equivalent Thickness Case Study:
Jakarta – Cikampek Toll Road”, Journal of the Eastern Asia Sociaty for
Transportation Studies, Vol. 6
Subagio B.S, Karsaman R.H dan Nurwaida I.W (2003), “Analisa Struktur Perkerasan
Multi-Layer Menggunakan Program Komputer ELMOD Studi Kasus: Jalan Tol
Jakarta – Cikampek”, Jurnal Teknik Sipil ITB Vol.10 No.3
Tatsumi Y dan Takahashi D (2007), “Strength Evaluation for Subgrade and Subbase
Using Historical Time Data of Portable FWD”, Journal of the Eastern Asia
Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Wu Z., Chen X, Gaspard K dan Zhang Z (2008), “Structural Overlay Design of Flexible
Pavement By Non Destructive Test Methods in Louisiana”, 87th
Transportation
Research Board Annual Metting
Departemen Pekerjaan Umum (2005),”Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan
Lentur Dengan Metoda Landutan” Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Pd T-05-
2005 B
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 52
SATUAN ACARA PENGAJARAN
Jurusan: Teknik Sipil Program Studi: Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung
Judul Mata Kuliah : Perencanaan Konstruksi Perkerasan 1
Nomor Kode / SKS : KBJJ 2142/ 3 SKS
Pertemuan ke : 3
Waktu pertemuan : 4 jam praktek hitungan
G. Pokok Bahasan : SOAL LATIHAN
Tujuan Pembelajaran Umum :
mahasiswa dapat melakukan identifikasi
(identify) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa data membandingkan
(combine) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa dapat mendiskusikan
(discuss) metoda-metoda yang digunakan
dalam perencanaan tabal lapis perkerasan
lentur.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
mahasiswa dapat membuat algorithma
(do algorithms) proses perhitungan tebal
lapis perkerasan lentur metoda Bina
Marga;
mahasiswa dapat menjelaskan (explain)
parameter-parameter yang diperlukan
untuk mendisain tebal lapis perkerasan
lentur metoda Bina Marga;
mahasiswa dapat merencanakan
(design) tebal lapis perkerasan lentur
metoda Bina Marga.
H. Sub Pokok Bahasan : Latihan perhitungan tebal lapis perkerasan
lentur metoda Bina Marga.
Tujuan Pembelajaran Umum : mahasiswa dapat melakukan identifikasi
(identify) metoda-metoda yang
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 53
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa data membandingkan
(combine) metoda-metoda yang
digunakan dalam perencanaan tebal lapis
perkerasan lentur;
mahasiswa dapat mendiskusikan
(discuss) metoda-metoda yang digunakan
dalam perencanaan tabal lapis perkerasan
lentur.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
1.
2.
3.
K
K
K
S
S
S
A
A
A
I. Kegiatan Belajar Mengajar : Kuliah dan praktek hitungan
Tahap Kegiatan
Pembukaan
Menjelaskan ruang lingkup pokok bahasan dan sub
pokok bahasan, kriteria unjuk kerja, sistem
perkuliahaan dan evaluasi.
Pembahasan
1. melakukan perhitungan tebal lapis perkerasan
lentur metoda Bina Marga secara manual;
2. melakukan perhitungan tebal lapis perkerasan
lentur metoda Bina Marga dengan bantuan
komputer;
3. melakukan analisis perbandingan hasil tebal
lapis perkerasan lentur yang diperoleh dengan
kedua cara diatas.
Penutup
Evaluasi/penilaian, tugas, diskusi, test dan
memberikan soal-soal yang termaktub dalam sub
pokok bahasan.
Kegiatan Mahasiswa Memperhatikan, mencatat, bertanya, menjawab
pertanyaan dan melakukan diskusi.
Metoda Pembelajaran Ceramah, tanya jawab, diskusi
Media / Alat Bantu Papan tulis, handout, laptop dan infocus
K = Knowledge S = Skill A = Attitude
REFERENSI:
……… (undated), “Chapter 4 Thickness Design”
Aprianto A.E dan Basuki I, (2001), “Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan dengan
Microsoft Visual Basic 6.0”, Jurnal Teknik Sipil, Volume 1 No.2
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 54
C-SHRP (2003), “Pavement Structural Desing Practices Across Canada”, Canadian
Strategic Highway Research Program.
Delage K (1999), “AASHTO 1993”, Lecture Notes
Departemen Pemukiman Dan Prasarana Wilayah (2002), “Pedoman Konstruksi dan
Bangunan – Pedoman perencanaan Tebal Perkerasan Lentur – Pt T – 01 – 2002-B.
Hendarsin S.L (2000), “Perencanaan Teknik Jalan Raya”, Politeknik Negeri Bandung,
Jurusan Teknik Sipil.
Hiep D.V dan Tsunokawa (2005),”Optimal Maintenance Strategies for Bituminous
Pavement: A Case Study in Vietnam Using HDM-4 with Gradient Methods”,
Journal of the Eastern Asia Sociaty for Transportation Studies, Vol. 6
Kim H.B dan Kim N.H (2007), “Application of Reliability-Based Safety Factors to
Mechanistic-Empirical Flexible Pavement Design”, Journal of the Eastern Asia
Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Prasetyanto D (2005), “Pengaruh Penyimpangan Tebal Lapis Permukaan Jalan
Terhadap Umur Perkerasan Lentur Jalan”, Jurnal ITENAs, No.3 Vol. 9 September
– November 2005
Prasetyanto D.S. (2001), “Perbandingan Perhitungan Tebal Perkerasan lentur Jalan
Raya Metoda Cawangan Jalan J.K.R. Malaysia 85 Dengan Metoda Komponen
Indonesia 87”, Jurnal ITENAS, No. 2 Vol.5, Juni 2001 – Agustus 2001.
Setiadji B.H (2005), “Use of Waste Materials for Pavement Construction in Indonesia”,
Journal of the Institution of Engineers, Singapore
Siegfried dan Rosyidi S.A.P (2007), “Deskripsi Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan
Menggunakan Metoda AASHTO 1993”, Puslitbang Jalan PU.
Suaryana N dan Anggodo Y. R. P (2007), “Kajian Metoda Perencanaan Tebal Lapis
tambah Perkerasan Lentur”, e-Jurnal Balitbang PU.
Modul KBJJ 2142/01 – Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan – BM Halaman 55
Subagio B. S, Siswosoebrotho B.S. dan Wibowo A. (2007), “Development of
Mechanistic Design Procedure Flexible Pavement fo Tropical Condition”, Journal
of the Eastern Asia Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Subagio B.B, Cahyanto H.T, Rachman A dan Mardiyah S (2005), “Multi-Layer
Pavement Structural Analysis Using Method of Equivalent Thickness Case Study:
Jakarta – Cikampek Toll Road”, Journal of the Eastern Asia Sociaty for
Transportation Studies, Vol. 6
Subagio B.S, Karsaman R.H dan Nurwaida I.W (2003), “Analisa Struktur Perkerasan
Multi-Layer Menggunakan Program Komputer ELMOD Studi Kasus: Jalan Tol
Jakarta – Cikampek”, Jurnal Teknik Sipil ITB Vol.10 No.3
Tatsumi Y dan Takahashi D (2007), “Strength Evaluation for Subgrade and Subbase
Using Historical Time Data of Portable FWD”, Journal of the Eastern Asia
Sociaty for Transportation Studies, Vol. 7
Wu Z., Chen X, Gaspard K dan Zhang Z (2008), “Structural Overlay Design of Flexible
Pavement By Non Destructive Test Methods in Louisiana”, 87th
Transportation
Research Board Annual Metting
Departemen Pekerjaan Umum (2005),”Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan
Lentur Dengan Metoda Landutan” Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Pd T-05-
2005 B
top related