bab iii pengembangan kawasan heritage di kecamatan ... · sate tambak segaran rw 07, kelurahan...
Post on 26-Aug-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
41
BAB III
PENGEMBANGAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN
BANJARSARI SEBAGAI DESTINASI WISATA HERITAGE
A. Perkembangan Kawasan Heritage di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta
Kecamatan Banjarsari berkembang dengan sangat pesat karena adanya
pertumbuhan ekonomi yang pesat pula. Sehingga, tempat-tempat yang dahulu
menjadi tempat tinggal bagi para petinggi, sekarang dapat dijadikan sebagai salah
satu obyek wisata heritage yang dapat dinikmati oleh wisatawan.Berbagai macam
keunikan dan keragaman dapat dari tempat tersebut dapat menarik wisatawan
yang berkunjung terutama di Kecamatan Banjarsari yang sekarang sudah
berkembang dengan cepat dari tahun ke tahun, mulai dengan jalur transportasi
yang lawas hingga obyek-obyek wisata yang masih berdiri kokoh dari awal
tempat tersebut berdiri.
Kecamatan Banjarsari memiliki banyak sekali kawasan heritage dari yang
masih masih seperti aslinya, hingga direvitalisasi secara bertahap agar lebih
menarik dan indah untuk dikunjungi. Oleh karena itu, bangunan-bangunan atau
obyek wisata heritage memiliki hak paten mengenai cagar budaya, sehingga
bangunan-bangunan tersebut dapat dipelihara dan dilestarikan dengan baik dan
benar oleh masyarakat Kota Surakarta.
B. Potensi Kawasan Heritage di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta memiliki potensi wisata heritage
tangible dan heritage intangible. Heritage tangible adalah tinggalan fisik yang
berupa bangunan atau toponimi yang sebenarnya merupakan data arkeologi
perkotaan. Sedangkan heritage intangible yang ditegaskan oleh UNESCO,
meliputi tradisi oral bahasa, proses kreasi kemampuan dan pengetahuan, seni
pertunjukkan, festival, religi dan kepercayaan, kosmologi, serta sistem
pembelajaran dan kepercayaan, serta praktik-praktik kepercayaan, yang di
dalamnya termasuk musik dan lagu, seni pertunjukkan, kuliner tradisional
42
(Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Tahun 2016-2026 Kota Surakarta,
2016).
Kecamatan Banjarsari memiliki banyak potensi heritage tangible dan
heritage intangible dimana saat ini masih dijumpai oleh masyarakat, seperti
banguanan cagar budaya dan atraksi wisata yang terdapat pada obyek-obyek
tersebut. Seperti halnya bangunan cagar budaya yang memiliki potensi wisata
heritage tentu harus memiliki syarat atau kategori agar dapat dikatakan sebagai
bangunan cagar budaya. Berikut tabel yang menjelaskan bangunan heritage
merupakan cagar budaya.
Tabel 3. Kategori Obyek Heritage yang Merupakan Bangunan Cagar Budaya di Kecamatan
Banjarsari Kota Surkarta
No. Nama Obyek Jenis Obyek
Lama
Berdirinya
Bangunan
Arti Khusus
1. Stasiun Solo
Balapan
Bangunan
Fasilitas
Transportasi
±143
Tahun
Merupakan stasiun tua di
Kota Surakarta.
2. Stasiun Radio
Republik
Indonesia (RRI)
Bangunan
Kolonial
±80 Tahun Stasiun radio pertama di
Kota Surakarta.
3. Ponten Bangunan ±80 Tahun MCK tertua di Kota
Surakarta.
4. Villa Park
Banjarsari
Taman ±90 Tahun Kawasan elite Kota
Surkarta pada eranya.
5. Monumen „45 Tugu /
Monumen
±67 Tahun Tugu untuk memperingati
peristiwa Serangan Umum
Empat Hari di Kota
Surkarta.
6. Pasar Antik
Windujenar
Triwindu
Kawasan
Tradisional
±77 Tahun Sebagai salah satu
peninggalan sejarah Istana
Pura Mangkunegaran.
7. Istana Pura Kawasan ±259 Merupakan bangunan
43
Mangkunegaran Tradisional Tahun bersejarah berupa
kadipaten (kantor
pemerintahan) pada
eranya.
8. Masjid Al-
Wustho
Bangunan
Ibadah
±138
Tahun
Tempat ibadah tertua
selain Masjid Agung.
9. Monumen Pers Inventarisasi
Balai
Pelestarian
Peninggalan
Purbakala
(BP3)
±98 Tahun Sebagai sumber tentang
jurnalistik atau berita-
berita pada eranya.
10. Taman
Balekambang
Taman ±95 Tahun Merupakan peninggalan
sejarah milik Istana Pura
Mangkunegaran
Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Tahun 2016-2026, 2016
dengan beberapa tambahan
Sedangkan untuk heritage intangible dari Kecamatan Banjarsari adalah
sebagai berikut.
Tabel 4. Heritage Intangible Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
Jenis Macam Alamat
Adat Pawiyatan Jawi
Mawar
Pringgading
RW 07, Kelurahan Setabelan, Kecamatan
Banjarsari
Kuliner
Wedang Dongo RW 01, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Serabi RW 01, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Nasi Pecel Bu
Hadi
RW 01, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Soto Bu Yoso RW 01, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
44
Nasi Liwet Bu
Wongso Lemu
RW 02, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Nasi Gudeg
Mangkunegaran
RW 02, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Sate Pak Bejo RW 04, Kelurahan Timuran, Kecamatan
Banjarsari
Wedangan
Singat
RW 04, Kelurahan Setabelan, Kecamatan
Banjarsari
Ganep‟s Snack RW 05, Kelurahan Setabelan, Kecamatan
Banjarsari
Lenjongan
Tenong
Jogobayan
RW 05, Kelurahan Setabelan, Kecamatan
Banjarsari
Soto Sumur RW 05, Kelurahan Setabelan, Kecamatan
Banjarsari
Es Kutir RW 06, Kelurahan Setabelan, Kecamatan
Banjarsari
Soto Mbah Jarot RW 07, Kelurahan Setabelan, Kecamatan
Banjarsari
Sate Tambak
Segaran
RW 07, Kelurahan Setabelan, Kecamatan
Banjarsari
Intip
Pringgading
RW 08, Kelurahan Setabelan, Kecamatan
Banjarsari
Soto Pak Man RW 09, Kelurahan Setabelan, Kecamatan
Banjarsari
Gudeg RW 01, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari
Kue Gembukan RW 04, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari
Jenang Ayu RW 04, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari
Sate Pak Kardi RW 05, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
45
Banjarsari
Swe Ke
Makanan
RW 01, Kelurahan Ketelan, Kecamatan
Banjarsari
Gudeg Ayu RW 01, Kelurahan Ketelan, Kecamatan
Banjarsari
Musik
Keroncong
“Puspa Prabu”
RW 01, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Paguyuban
Karawitan
“Kusuma Laras”
RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Karawitan
“Langen Praja”
RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Kesenian
Hadrah
RW 01, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari
Keroncong RW 03, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari
Keroncong
“Gita Puspa”
RW 04, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari
Kerajinan
Sanggar Lukis RW 04, Kelurahan Timuran, Kecamatan
Banjarsari
Produksi Busana
Jawi
RW 02, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Sepatu Sadinoe RW 05, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Kerajinan Kaca
Risang Aji
Glass
RW 01, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari
Mebel RW 04, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari
Lukis Kanvas RW 05, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari
Blangkon RW 06, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
46
Banjarsari
Pertunjukkan
Paguyuban
Wayang Bocah
“Surya
Kusuma”
RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Sanggar Tari
“Soeryo
Soemirat”
RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Sanggar Tari
dan Karawitan
“Pakarti”
RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Tari Tradisi RW 06, Kelurahan Keprabon, Kecamatan
Banjarsari
Wayang Orang RW 04, Kelurahan Kestalan, Kecamatan
Banjarsari
Festival
Wiyosan
Jumenengan
Wayang Bocah
Mangkunegaran
Performing Art
Mangkunegaran
Art Festival
Kirab Pusaka
Istana Pura Mangkunegaran
Festival Jenang Ngarsopuro
Sumber : Data Lapangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2014,
Dinas Tata Ruang Kota Surakarta, 2014
Dari data di atas, sudah dapat disimpulkan, bahwa Kecamatan Banjarsari
memiliki banyak kawasan heritage yang keberadaannya sampai sekarang masih
kokoh dan dijadikan salah satu tujuan wisata di Kota Surakarta. Maka dari itu,
tentu saja bangunan-bangunan heritage tersebut berpotensi sebagai slaah satu
destinasi wisata heritage yang berlokasi di Kecamtan Banjarsari. Berikut
47
penjelasan mengenai potensi wisata dari masing-masing obyek heritage tersebut
dengan berdasarkan observasi secara langsung maupun tidak langsung.
1. Stasiun Solo Balapan – Kelurahan Kestalan
Stasiun Solo Balapan adalah stasiun tua dan terbesar yang ada di Kota
Surakarta. Stasiun ini terletak di Jalan Mongonsidi Nomor 112, Kestalan,
Surakarta. Stasiun ini terletak pada ketinggian +93 meter dan termasuk dalam
Daerah Operasi VI Yogyakarta. Nama Balapan diambil dari nama kampung
sebelah utara komplek stasiun. Stasiun ini terletak di jalur kereta api yang
menghubungkan Kota Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Pembangunan
stasiun dilakukan oleh jaringan kereta api masa kolonial Nederlandsch Indische
Spoorweg Maatschappij (NIS) pada abad ke-19 (tepatnya 1873). Pembangunan
dilakukan pada masa pemerintahan Mangkunegara IV dan merupakan stasiun
untuk wilayah Kadipaten Praja Mangkunegaran
(https://id.www.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Solo_Balapan).
Gambar 5. Stasiun Solo Balapan
Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri
Stasiun Balapan merupakan bangunan bergaya kolonial yang berfungsi
sebagai stasiun kereta api. Saat ini masih berfungsi secara baik dan merupakan
stasiun terbesar dibandingkan dengan dua stasiun lainnya, yaitu Stasiun Purwosari
48
dan Stasiun Jebres. Bangunan ini dirancang oleh Ir. Thomas Karsten dengan
desain atap „teritisan bersusun‟ yang memperhatikan karakter iklim tropis dan
berfungsi secara optimal pada fisika bangunannya (pencahayaan dan penghawaan
alami). Secara fungsi dan fisik bangunan Stasiun Balapan merupakan salah satu
monumen sejarah perkeretaapian baik di Surakarta maupun Indonesia (Dinas Tata
Ruang Kota Surakarta, 2013).
Potensi wisata heritage yang dimiliki Stasiun Solo Balapan dan dapat
menarik pengunjung atau wisatawan adalah sebagai berikut.
a. Letak yang strategis;
b. Merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kota Surakarta;
c. Sebagai salah satu fasilitas moda transportasi tertua di Kota Surakarta;
d. Memiliki desain „terititsan bersusun‟ yang menjadi ciri khas dari obyek
ini;
e. Memiliki nilai sejarah.
2. Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) – Kelurahan Kestalan
Gambar 6. Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri
Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) pertama terletak di Jalan Abdul
Rachman Saleh No. 51, Kestalan, Surakarta. Awal mulanya muncul radio di
Indonesia, yaitu pada tahun 1930. Badan Pemerintah yang mengelola siaran radio
49
saat itu adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij).
Dengan berdirinya NIROM, lalu pihak Istana Pura Mangkunegaran juga
menyiarkan klenengan dan wayang orang secara tetap pada tahun 1932. Lalu,
selanjutnya karena sender tersebut rusak termakan usia, maka di belilah sender
baru pada tanggal 1 April 1933 dengan didirikannya Solosche Radio Vereneging
(SRV) yang merupakan seperangkat alat siaran baru dan selanjutnya pada tahun
1936 pindah menjadi Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) hingga sekarang
(www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1599135).
Potensi yang dimiliki dari obyek ini adalah :
a. Merupakan stasiun radio pertama di Kota Surakarta dan di Indonesia;
b. Merupakan bangunan cagar budaya;
c. Berlokasi strategis.
Dari potensi yang disebutkan tersebut, dapat disimpulkan, bahwa obyek ini
memiliki potensi wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Tentu, wisata ini
termasuk kategori wisata minat khusus, karena daya tarik yang diinformasikan
menonjolkan nilai-nilai sejarah yang ada pada obyek ini.
3. Ponten – Kelurahan Kestalan
Ponten adalah bangunan yang dibangun pada masa pemerintahan
Magkunegara VII pada tahun 1936 yang didesain oleh arsitek Belanda, Thomas
Karsten. Berlokasi di antara Jalan Kalimantan, Kestalan, Surakarta. Berfungsi
sebagai tempat mandi cuci kakus (MCK). Ponten terdiri dari tiga ruang, di sebelah
timur digunakan untuk laki-laki, di sebelah barat untuk wanita, dan di tengah-
tengah terdapat pancuran untuk mandi anak-anak. Di bagian depan terdapat taman
sebagai tempat bermain atau bersantai. pada awalnya bangunan ini sudah
menggunakan sistem aliran air mandiri (bukan dari sumur). Kondisi tersebut
berlangsung hingga tahun 1959, namun setelah itu Ponten menggunakan air
sumur. Sanitasinya sudah dirancang dengan baik dan dialirkan langsung ke Kali
Pepe yang berseberangan langsung dengan Ponten. Pada tahun 2007, Ponten
dipugar (KRT. H. Kistuboko) (www.surakarta.go.id).
50
Gambar 7. Ponten
Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri
Potensi wisata heritage yang dimiliki dari Ponten ini adalah :
a. Merupakan bangunan yang memiliki nilai sejarah;
b. Termasuk dalam bangunan cagar budaya;
c. Memiliki bentuk bangunan yang unik;
d. Sebagai salah satu peninggalan sejarah Istana Pura Mangkunegaran;
e. Merupakan tempat sumber kehidupan bagi masyarakat zaman dulu.
Potensi wisata yang diperoleh dari Ponten tersebut, merupakan daya tarik
bagi wisatawan yang berkunjung. Karena, Ponten ini hanya dapat ditemukan di
Kota Surakarta. Selain itu, wisatawan ynag berkunjung juga dapat mengetahui
bagaimana zaman dahulu masyarakat mendapat sumber air untuk kehidupan
sehari-harinya.
51
4. Villa Park Banjarsari – Kelurahan Setabelan
Di sisi sebelah selatan Monumen ‟45 yang juga menjadi gerbang pintu masuk
Taman Banjarsari terdapat tulisan Villa Park Banjarsari. Gerbang ini diapit oleh
dua tugu lilin dan sebuah gazebo di sisi barat. Villa Park Banjarsari terletak di
Jalan Setabelan, Surakarta. Taman ini sangat dekat dengan Pasar Legi merupakan
salah satu pasar tradisional yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari. Ke arah
barat monumen dekat dengan Stasiun Solo Balapan, sedangkan ke arah selatan
menuju ke kawasan Mangkunegaran dan ke arah utara menuju Terminal Tirtonadi
(solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1).
Gambar 8. Villa Park Banjarsari
Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri
Potensi yang dimiliki obyek ini adalah :
a. Letak yang strategis;
b. Merupakan salah satu aset bagunan cagar budaya;
c. Mempunyai nilai sejarah.
52
Dari potensi tersebut, obyek ini memiliki daya tarik yang dapat
dikembangakan untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung. Dengan cara
menambahkan fasilitas pendukung dan menjelaskan sejarah asal-muasal tempat
ini kepada wisatawan. Sehingga, wisatawan yang berkunjung dapat berwisata dan
belajar sekaligus.
5. Monumen ‟45 – Kelurahan Setabelan
Monumen ‟45 merupakan sebuah monumen yang dibangun untuk
memperingati peristiwa bersejarah di Kota Solo, yaitu Serangan Umum Empat
Hari yang terjadi pada tanggal 7 sampai 10 Agustus 1949. Monumen ini didirikan
di Taman Banjarsari dimana serangan tersebut terjadi. Penggagas serangan
tersebut adalah Letkol Slamet Riyadi dan rekannya Mayor Ahmadi yang
kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional. Jasa Letkol Slamet Riyadi di
abadikan dalam tugu yang ada di Rumah Sakit Slamet Riyadi dan patung raksasa
di bundaran Gladag. Sedangkan Mayor Ahmadi jasadnya dikenang lewat patung
yang didirikan di Poroliman yang lokasinya tidak jauh dari Monumen ‟45
(solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1).
Monumen ‟45 Banjarsari dibangun Pemerintah Kota Surakarta pada tanggal
31 Oktober 1973 guna mengenang perjuangan rakyat Solo pada peristiwa
melawan tentara Belanda. Setelah 3 tahun pembangunan, Monumen ‟45
Banjarsari di resmikan oleh Gubernur Jawa Tengah (masa itu) Soepardjo Roestam
pada tanggal 10 November 1976 bertepatan dengan Hari Pahlawan
(solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1).
Banyak hal di setiap sudut dari Monumen ‟45 yang bisa diulas. Sebelum
melihat dari dekat Monumen ‟45, ada gerbang yang dibangun menyerupai
gerbang Keraton Kasunanan. Gerbang ini adalah pintu masuk Taman Banjarsari
dimana monumen ini dibangun di tengah-tengahnya. Monumen ‟45 dibangun
dengan patung dua pejuang, yaitu ulama pejuang dengan membawa keris dan
pejuang rakyat jelata yang membawa bambu runcing, pemandangan ini tampak
dari sisi sebelah utara (solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-menilik-
sejarah.html?m=1).
Tugu Monumen ‟45 berbentuk seperti atap rumah Joglo dan berketinggian 17
meter, melambangkan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Sedangkan di sisi
53
sebelah selatan dibangun tiga patung pejuang, yaitu prajurit, pemuda pejuang, dan
wanita yang membawa bakul (tempat nasi) dan obat-obatan. Di atasnya terdapat
simbol Garuda Pancasila di dalam tugu. Selain itu, di sisi ini juga dibangun tangga
naik dimana bisa melihat deretan relief yang dibuat melingkari dinding tugu.
Relief-relief ini menceritakan rangkaian kejadian penting perjuangan rakyat Solo
sejak perang kemerdekaan hingga Orde Baru. Monumen ‟45 ini terletak di Jalan
Setabelan, Setabelan, Surakarta (solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-
banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1).
Gambar 9. Monumen ‘45
Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri
Potensi yang ada dalam obyek ini, adalah sebagai berikut.
a. Merupakan tugu peringatan untuk mengenang jasa para pahlawan yang pada
masa itu membela negara;
b. Merupakan cagar budaya;
c. Memiliki nilai sejarah.
54
Potensi wisata dari obyek ini merupakan potensi yang berpeluang sebagai
pengembangan kawasan wisata heritage karena memiliki nilai-nilai sejarah yang
di kota-kota lain belum tentu ada.
6. Pasar Antik Windujenar Triwindu – Kelurahan Keprabon
Pasar Antik Windujenar Triwindu terletak di Jalan Pangeran Diponegoro,
Keprabon, Surakarta. Pasar ini berdiri sejak tahun 1939 dengan nama Triwindu
yang berasal dari peristiwsa ulang tahun ke-24 istri Mangkunegara VII, dengan
arti „tri‟ yaitu tiga dan „windu‟ yang berarti delapan, lalu angka 3 dan 8 menjadi
24 yang berarti Triwindu. Lalu pada tahun 2011 pasar ini diresmikan kembali oleh
pemerintah kota dengan nama Pasar Windujenar. Pasar ini memiliki 257 kios.
Pada awal berdiri hingga tahun 1966 barang dagangan masih bercampur dengan
onderdil motor / mobil, alat pertukangan, alat-alat rumah tangga serta warung
makan. Sejak tahun 1970 barang dagangan berubah menjadi barang antik (barang
yang memiliki umur lebih dari 50 tahun) tetapi kondisinya masih bagus. Pasar ini
buka pada pukul 09.00 – 17.30 (pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-windujenar-
triwindu/).
Gambar 10. Pasar Antik Windujenar Triwindu
55
Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri
Potensi dari pasar antik ini adalah :
a. Merupakan pasar antik yang keberadaannya masih eksis sampai sekarang;
b. Memiliki berbagai macam barang antik yang legal untuk dijual;
c. Dapat difungsikan sebagai media terselenggaranya event kota;
d. Merupakan bangunan bersejarah.
Pasar Antik Windujenar Triwindu ini memang memiliki daya tarik tersendiri.
Karena, hadirnya barang-barang antik di pasar ini. Barang-barang antik di sini
sangat menarik minat wisatawan, karena belum tentu ditemukan di kota lain.
Selain itu, barang-barang antik yang dijual di sini juga memiliki legalitas,
sehingga tidak akan menyalahi aturan hukum yang berlaku.
7. Istana Pura Mangkunegaran – Kelurahan Keprabon
Istana Pura Mangkunegaran berada di Jalan Ronggowarsito, Keprabon,
Surakarta. Dibangun oleh Raden Mas Said, atau Mangkunegara I yang dikenal
sebagai Pangeran Sambernyawa pada tahun 1757. Dahulu kawasan ini merupakan
kawasan kadipaten atau pemerintahan Kota Surakarta, dan sekarang dijadikan
tempat wisata dan memiliki barang-barang peninggalan kerajaan Mangkunegaran
yang masih disimpan hingga saat ini (melalui penjelasan guide dari Istana Pura
Mangkunegaran).
56
Gambar 11. Istana Pura Mangkunegaran
Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri
Potensi wisata yang di dapat dari obyek ini, antara lain :
a. Merupakan kadipaten yang saat ini masih berdiri kokoh keberadaannya;
b. Merupakan bangunan cagar budaya;
c. Sebagai peninggalan sejarah mengenai pemerintahan kota pada zaman
penjajahan;
d. Terletak di lokasi yang strategis untuk dikunjungi.
Dari potensi wisata tersebut, dapat dijadikan sebagai salah satu obyek yang
dikembangkan lebih maju lagi bagi wisatawan. Karena, obyek ini merupakan
salah satu destinasi wisata bagi wisatawan yang berkunjung di Kota Surakarta.
Selain itu, fasilitas di obyek ini juga sudah baik, namun perlu peningkatan karena
terdapatnya guide untuk menjelaskan semua informasi mengenai obyek ini.
Namun, tidak ada salahnya apabila obyek ini dekembangkan menjadi wisata yang
lebih baik dan menarik lagi untuk wisatawan.
8. Masjid Al-Wustho – Kelurahan Ketelan
Masjid Al-Wustho terletak di Jalan Kartini, Ketelan, Surakarta. Masjid ini
sudah ada sejak tahun 1878 untuk pembukaan tanah dan selesai pada tahun 1918.
Nama Wustho diberikan pada tahun 1949 oleh kepala takmir Istana Pura
Mangkunegaran Raden Tumenggung K. H. Imam Rosidi
(https://id.www.wikipedia.org/wiki/Masjid_Wustho_Mangkunegaran).
Gambar 12. Masjid Al-Wustho
Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri
57
Potensi wisata yang terdapat dari bangunan ini adalah :
a. Merupakan saah satu bangunan cagar budaya;
b. Letak masjid yang strategis;
c. Merupakan salah satu tempat peribadatan tertua di Kota Surakarta;
d. memiliki beberapa fasilitas lain di dalamnya.
Potensi wisata kawsan heritage ini dapat dikembangkan dengan baik dan
benar, apabila semua lapisan masyarakat sekitar membantu pengembangan
kawasan wisata heritage ini sebagai salah satu minat wisatawan berkunjung ke
Kota Surakarta.
9. Monumen Pers – Kelurahan Timuran
Monumen Pers merupakan gedung bersejarah yang dikenal dengan nama
Societeit Sasana Soeka yang dibangun pada tahun 1918 atas prakarsa KGPAA. Sri
Mangkunegara VII. Monumen ini berlokasi di Jalan Gajah Mada 59, Timuran,
Surakarta (https://id.www.wikipedia.org/wiki/Museum_Pers_Nasional).
Gambar 13. Monumen Pers
Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri
Potensi yang dimiliki monumen ini, antara lain :
a. Lokasi yang strategis;
58
b. Merupakan sumber informasi ter-up date di Kota Surakarta, bagi masyarakat
luas;
c. Merupakan monumen satu-satunya di Kota Surakarta yang menyimpan
berita-berita lawas;
d. Salah satu bangunan cagar budaya.
Dari potensi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, sebenarnya Monumen
Pers ini merupakan bangunan heritage yang perlu dikembangkan lebih baik lagi,
agar wisatawan minat untuk mengunjungi monumen ini.
10. Taman Balekambang – Kelurahan Manahan
Taman ini dibangun oleh KGPAA Mangkunegara VII untuk kedua putrinya
yaitu GRAy Partini dan GRAy Partinah pada tanggal 26 Oktober 1921. Pada
tahun 2008 dilakukan revitalisasi oleh pemerintah kota. Dan sampai sekarang
taman ini banyak dikunjungi, karena difungsikan sebagai taman seni dan budaya,
taman botani, taman edukasi, dan taman rekreasi. Taman ini berlokasi di Jalan
Ahmad Yani, Manahan, Kota Surakarta
(https://id.www.wikipedia.org/wiki/Taman_Balekambang).
Gambar 14. Taman Balekambang
Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri
59
Potensi wisata yang dapat diambil dari obyek ini adalah :
a. Merupakan kawasan cagar budaya;
b. Memiliki gedung pertunjukkan in door dan out door;
c. Sering digunakan sebagai terselenggaranya event kota;
d. Terletak di kawasan strategis.
Bangunan ini merupakan bangunan yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai salah satu destinasi wisata yang cukup unik, karena di dalamnya memiliki
berbagai fungsi yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung.
Potensi wisata dari bangunan-bangunan heritage tersebut tidak cukup apabila
hanya dilaksanakan dengan cara observasi, oleh karena itu dibuatlah kuesioner
untuk membantu tanggapan masyarakat sekitar mengenai potensi wisata yang ada
pada obyek tersebut. Responden untuk menjawab pertanyaan dari kuesioner ini
adalah Kelompok Sadar Wisata dari masing-masing kelurahan yang memiliki
obyek-obyek heritage tersebut. Berikut merupakan tanggapan dari masing-masing
responden dengan menggunakan data kuantitatif.
1) Kelurahan Kestalan (5 Respoden)
Dengan pertanyaan sebagai berikut.
Untuk 1 (satu) responden menjawab sangat baik dan 1 (satu) responden menjawab
cukup. Sedangkan 2 (dua) responden menjawab kurang dengan alasan karena
masih banyak kekurangan baik dalam daya tarik, perawatan, dan promosi.
60
2) Kelurahan Setabelan (2 Responden)
Dengan pertanyaan sebagai berikut.
Dari 2 (dua) responden tersebut memilih baik dengan alasan sangat prospek di
tengah destinasi wisata dan bagus sekali namun perlu pembenahan.
3) Kelurahan Keprabon (1 Responden)
Dengan pertanyaan sebagai berikut.
Dari 1 (satu) responden tersebut menjawab baik, dengan alasan untuk di Pasar
Antik Windujenar Triwindu menjadi kurang menarik minat pengunjung karena
bangunannya sudah direvitalsiasi tidak seperti aslinya dan untuk Istana Pura
Mangkunegaran sudah baik.
61
4) Kelurahan Ketelan (7 Responden)
Dengan pertanyaan sebagai berikut.
Dari kuesioner tersebut, 1 (satu) responden menjawab sangat baik, 1 (satu)
rsponden menjawab kurang, dan 5 (lima) responden menjawab baik dengan alasan
karena merupakan amsjid tertua dan merupakan sumber pengetahuan.
5) Kelurahan Timuran (3 Responden)
Dengan pertanyaan sebagai berikut.
Dari pertanyaan tersebut, didapatkan data bahwa 1 (satu) responden menjawab
cukup, 1 (satu) responden menjawab kurang, dan 2 (dua) responden menjawab
baik dengan alasan karena monumen tersebut merupakan gedung bersejarah yang
perlu dilestarikan keberadaannya.
62
6) Kelurahan Manahan (3 Responden)
Dengan pertanyaan sebagai berikut.
Hasil dari tanggapan responden pada kelurahan ini adalah imbang, yaitu 1 (satu)
responden menjawab sangat baik, 1 (satu) responden menjawab baik, dan 1 (satu)
responden menjawab cukup dengan alasan merupakan tempat untuk berekreasi
dan menjadi media kesseian tradisional berlangsung.
Sedangkan untuk data kualitatif dari masing-masing responden adalah
sebagai berikut.
1. Berdasarkan dari data yang diperoleh dari 5 (lima) respoden yang menjawab
mengenai obyek wisata yang ada di Kelurahan Kestalaan (Stasiun Solo Balapan,
Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI), Ponten) memberikan pendapat sebagai
berikut.
a. Potensi wisata dari obyek-obyek tersebut, sangat baik karena stasiun, RRI,
dan Ponten, semua merupakan heritage yang harus dilestarikan, karena
sebagai pusat perhatian masyarakat secara luas.
b. Potensi wisata dari ketiga obyek tersebut, kurang karena kurang menarik bagi
wisatawan domestik maupun mancanegara, alasan : Ponten hanya sekedar
sebagai monomentre saja bahwa bangunan tersebut merupakan peninggalan
Mangkunegara ke VII. RRI kurang terawat barang / dokumen kuno, yang
sebenarnya perlu untuk dilestarikan.
c. Potensi wisata di sini menurut saya kurang, karena sangat jarang dikunjungi
wisatawan dan kurang direkomendasikan sebagai tempat wisata atau promosi
63
kurang. Bahkan untuk studi wisata dalam kota juga belum pernah
direkomendasikan.
d. Potensi wisata di sini, cukup siap tempat / heritage-nya, karena sudah tertata
walau masih banyak yang harus dibenahi, mulai dari promosi, penyiapan
SDM masyarakatnya, jaringan transportasinya.
2. Berdasarkan dari data yang di dapat dari kuesioner (2) responden di
Kelurahan Setabelan, mengemukakan pendapat bahwa potensi dari kedua obyek
wisata tersebut (Villa Park Banjarsari dan Monumen ‟45) adalah sebagai berikut.
a. Potensi wisata dari obyek tersebut baik, karena sangat prospek di tengah
destinasi wisata lain di Kota Solo.
b. Potensi wisata dari kedua obyek tersebut baik, karena sangat bagus sekali tapi
ada beberapa yang perlu dibenahi.
3. Berdasarkan dari hasil kuesioner dari 1 (satu) responden di Kelurahan
Keprabon mengemukakan pendapat, bahwa potensi wisata dari kedua obyek
tersebut adalah baik, karena para pedagang di Pasar Antik Windujenar Triwindu
pendapatannya tidak seperti dulu, saat pasar ini berwujud seperti aslinya, karena
sekarang pasar antik ini sudah mengalami perombakan maka kurang menarik
minat daya tarik wisatawan. Sedangkan untuk di Istana Pura Mangkunegaran
sudah baik, karena di sana sudah banyak guide yang ahli dalam beberapa bahasa,
sehingga menarik wisatawan yang berkunjung.
4. Berdasarkan hasil dari kuesioner mengenai potensi wisata dengan obyek yang
terkait (Masjid Al-Wustho), ada 7 (tujuh) responden yang memberikan pendapat,
berikut hasil yang diperoleh dari responden tersebut :
a. Potensi wisata di obyek ini, baik karena merupakan masjid tertua dan
merupakan masjid peninggalan kerajaan dan masuk cagar budaya.
b. Potensi wisata dari obyek ini, baik karena selain bis sholat di masjid, kita juga
bisa mengetahui sejarah dari masjid Al-Wustho.
c. Potensi wisata di destinasi ini, kurang karena tidak adanya atau kurangnya
sosialisasi dan pengenalan masjid Al-Wustho ke luar daerah, harus adanya
pemasaran dan pengenalan melalui Pokdarwis Kelurahan / Kecamatan / Dinas
Pariwisata ke masyarakat kota / luar kota / antar provinsi dan ke
mancanegara.
64
d. Potensi wisata di sini, sangat baik karena perkembangan potensi dan daya
tarik wisata di Solo sangat baik, banyak event-event yang sudah dikerjakan
dan menarik wisatawan seperti SBC, festival gethuk, selikuran, dan lain-lain.
Di Ketelan sendiri banyak potensi budaya baik peninggalan maupun aktivitas.
e. Potensi wisata di masjid Al-Wustho, baik karena bila ada wisata di Solo
khususnya di Ketelan bisa menambah penghasilan di wilayah sekiar.
f. Potensi wisata untuk obyek ini, baik karena kemajuan Kelurahan Ketelan
sangat bagus karena kemajuan nomor 1 untuk nomor 1. Good job.
5. Berdasarkan hasil kuesioner mengenai potensi wisata dari obyek ini
(Monumen Pers) didapati (3) responden, antara lain sebagai berikut.
a. Potensi wisata di obyek ini, baik dan kurang. Baik, karena semenjak Joko
Widodo menjabat Walikota, adanya batik carnival, munculnya potensi wisata
di sebagian kelurahan dengan masing-masing acara gerebegnya. Sedangkan
kurang karena (Monumen Pers)? Sekarang untuk apa tidak tahu?!
b. Potensi wisata di obyek ini, cukup karena Monumen Pers merupakan gedung
bersejarah (khususnya untuk jurnalistik) tetapi tidak adanya informasi dari
pihak terkait sehingga masyarakat tidak mengetahui keunikan dari gedung
tersebut.
c. Potensi wisata dari Monumen Pers, baik karena gedung itu bersejarah
(khususnya untuk jurnalisme), tempat itu menarik, semua gedung / bangunan
tua supaya dilestarikan.
6. Berdasarkan hasil kuesioner mengenai potensi wisata dari obyek Taman
Balekambang didapati (3) responden, antara lain sebagai berikut.
a. Potensi wisata dari obyek ini, cukup baik karena sebagai taman rekreasi dan
tempat bermain anak-anak, sebagai hutan kota, wadah seni.
b. Potensi wisata yang diperoleh dari obyek ini, baik karena Taman
Balekambang merupakan taman bermain bagi anak-anak di Kelurahan
Manahan, ada wisata hewan-hewan langka, tempatnya sejuk dan masih asri,
ada tempat keseniannya juga seperti kethoprak dan tempat terbuka untuk
drama dan musik.
c. Potensi wisata dari Taman Balekambang, sangat baik karena taman rekreasi,
taman budaya, kesenian tradisional.
65
Dari ke sepuluh obyek wisata heritage yang ada di Kecamatan Banjarsari
dapat disimpulkan bahwa tanggapan masyarakat dari Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) pada setiap kelurahan (Kelurahan Kestalan, Kelurahan Setabelan,
Kelurahan Keprabon, Kelurahan Ketelan, Kelurahan Timuran, Kelurahan
Manahan) menjawab baik dengan jumlah 11 responden yang berpendapat bahwa
kawasan heritage tersebut memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan
sebagi destinasi wisata heritage.
Untuk mengetahui hasil kuesioner dari masing-masing responden, maka
dibuatlah data kuantitatif sebagai berikut.
Tabel 5. Hasil Jawaban Kuesioner dari Masing-masing Responden
No. Pertanyaan Jawaban
Nam
a K
elura
han
A B C D E
1. Menurut
Anda,
bagaimana
perkembanga
n potensi
dan daya
tarik wisata
di
Kota Solo?
Khususnya di
Kelurahan
….?
a. Sangat
Baik
b. Baik
c. Cukup
d. Kurang
e. Tidak
Baik
*masing-
masing
jawaban
diberi alasan :
1
0
1
2
0
Kelu
rahan
Kestalan
0
2
0
0
0
Kelu
rahan
Setab
elan
0
1
0
0
0
Kelu
rahan
Kep
rabon
1
5
0
1
0
Kelu
rahan
Ketelan
0
2
1
1
0
Kelu
rahan
Tim
uran
1 1 1 0 0 Kelu
rahan
Man
ahan
Jumlah 3 11 2 4 0 Total 20
66
No. Pertanyaan Jawaban N
am
a K
elura
han
a b c
2. Bagaimana
menurut
pendapat Anda,
apabila di Kota
Surakarta
dibentuk wisata
dengan
mengunjungi
kawasan
heritage di
Kecamatan
Banjarsari,
melalui titik-
titik di
kelurahan yang
berpotensi
sebagai
bangunan cagar
budaya?
a. Sangat
Setuju
b. Setuju
c. Tidak
Setuju
*masing-masing
jawaban diberi
alasan :
3 2 0 Kelu
rahan
Kestalan
1 1 0 Kelu
rahan
Setab
elan
1 0 0 Kelu
rahan
Kep
rabon
2 5 0 Kelu
rahan
Ketelan
0 3 0 Kelu
rahan
Tim
uran
0 3 0 Kelu
rahan
Man
ahan
Jumlah 7 14 0 Total 21
67
No. Pertanyaan Jawaban N
am
a K
elura
han
a b c
3. Selanjutnya,
agar obyek-
obyek wisata
tersebut dapat
menarik
wisatawan yang
berkunjung,
bagaimana
menurut Anda
bila
ditambahkan
konsep sejarah,
budaya, dan
adat-istiadat
„tempo dulu‟?
a. Sangat
Setuju
b. Setuju
c. Tidak
Setuju
*masing-masing
jawaban diberi
alasan :
2 3 0 Kelu
rahan
Kestalan
0 2 0 Kelu
rahan
Setab
elan
1 0 0 Kelu
rahan
Kep
rabon
3 4 0 Kelu
rahan
Ketelan
0 3 1 Kelu
rahan
Tim
uran
0 3 0 Kelu
rahan
Man
ahan
Jumlah 6 15 1 Total 22
68
No. Pertanyaan Jawaban N
am
a K
elura
han
A B C D E
4. Konsep
„tempo dulu‟
dimaksudkan
agar
wisatawan
yang
berkunjung
akan merasa
sensasi yang
berbeda
dengan
berkunjung
ke obyek
wisata
lainnya,
dimana
diajak masuk
ke dunia
tempo dulu
dan bisa
melihat
aktivitas
sehari-hari
3
2
0
0
1
Kelu
rahan
Kestalan
0
2
0
0
0
Kelu
rahan
Setab
elan
1
0
0
0
0
Kelu
rahan
Kep
rabon
2
3
2
0
0
Kelu
rahan
Ketelan
0
2
1
0
0
Kelu
rahan
Tim
uran
69
penduduk
sekitar tentu
disertai
dengan
bahasa Jawa
di sekitar
obyek wisata
tersebut.
Apakah
menurut
Anda, hal
tersebut dapat
berjalan baik
dan lancar
apabila
dikerjakan
secara
perlahan
dengan
bantuan
sumber daya
manusia yang
aktif dalam
pelestarian
wisata
heritage di
kawasan
Kecamatan
Banjarsari,
khususnya di
Kelurahan
…?
a. Sangat
Baik
b. Baik
c. Cukup
d. Kurang
e. Tidak
Baik
*masing-
masing
jawaban
diberi alasan :
0 3 0 0 0 Kelu
rahan
Man
ahan
Jumlah 3 11 2 4 0 Total 20
70
No. Pertanyaan Jawaban N
am
a K
elura
han
1 2
5. Konsep „tempo
dulu‟ tersebut
terdiri dari
berbagai macam
komponen,
seperti
masyarakat
yang
beraktivitas saat
masa sebelum
dan pasca
kemerdekaan,
jajanan khas
tradisional pada
zaman tersebut,
souvenir atau
cenderamata
yang dijual pada
masa itu, dan
atraksi wisata
yang disajikan
kepada
wisatawan,
selain itu
wisatawan yang
berkunjung juga
dapat mencoba
hal tersebut.
Apakah konsep
tersebut dapat
diterapkan
dengan baik
dalam
pengembangan
kawasan
heritage di
Kecamatan
Banjarsari ini?
a. Ya
b. Tidak
*masing-masing
jawaban diberi
alasan :
5 0 Kelu
rahan
Kestalan
2 0 Kelu
rahan
Setab
elan
1 0 Kelu
rahan
Kep
rabon
6 1 Kelu
rahan
Ketelan
2 0 Kelu
rahan
Tim
uran
3 0 Kelu
rahan
Man
ahan
Jumlah 19 3 22
71
No. Pertanyaan Jawaban N
am
a K
elura
han
a b c
6. Apabila hal
tersebut kurang
mendukung
daya tarik
wisata pada
obyek wisata
ini, dapat
ditambahkan
miniatur
mengenai
kegiatan
masyarakat
tersebut
dituangkan
dalam bentuk
gambar, video,
atau patung
serta aksesoris
pendukung
lainnya seperti
papan nama
kegiatan dengan
berbagai bahasa
(bahasa Jawa,
bahasa
Indonesia,
bahasa Belanda,
bahasa Inggris).
Bagaimana
menurut Anda?
a. Sangat
Setuju
b. Setuju
c. Tidak
Setuju
*masing-masing
jawaban diberi
alasan :
3 2 0 Kelu
rahan
Kestalan
1 1 0 Kelu
rahan
Setab
elan
1 0 0 Kelu
rahan
Kep
rabon
3 4 0 Kelu
rahan
Ketelan
0 3 0 Kelu
rahan
Tim
uran
1 2 0 Kelu
rahan
Man
ahan
Jumlah 9 12 0 Total 21
72
No. Pertanyaan Jawaban N
am
a K
elura
han
A B C D E
7. Selain itu,
ditambahi
pula dengan
jalur atau rute
yang saling
keterkaitan
antar satu
obyek ke
obyek wisata
lain di
Kecamatan
Banjarsari,
khusunya di
kawasan
heritage ini.
Melalui
trasnportasi
tradisional
seperti pada
zaman
dahulu,
dengan
mengendarai
3
1
0
1
1
Kelu
rahan
Kestalan
1
1
0
0
0
Kelu
rahan
Setab
elan
0
1
0
0
0
Kelu
rahan
Kep
rabon
2
4
1
0
0
Kelu
rahan
Ketelan
0
0
2
1
0
Kelu
rahan
Tim
uran
73
andong,
apabila
wisatawan
ingin sedikit
modern, bisa
dengan
menggunakan
transportasi
becak.
Bagaimana
menurut
Anda dengan
hal tersebut,
dalam upaya
meningkat-
kan
daya tarik
wisatawan?
a. Sangat
Baik
b. Baik
c. Cukup
d. Kurang
e. Tidak
Baik
*masing-
masing
jawaban
diberi alasan :
0 3 0 0 0 Kelu
rahan
Man
ahan
Jumlah 6 10 3 2 1 Total 22
74
No. Pertanyaan Jawaban
Nam
a K
elura
han
1 2
8. Dengan adanya
konsep „tempo
dulu‟ dalam
titik-titik obyek
wisata ini,
menurut Anda
apakah hal
tersebut dapat
meningkatkan
kesejahteraan
ekonomi
masyarakat
sekitar, baik
secara langsung
ataupun secara
tidak langsung?
a. Ya
b. Tidak
*masing-masing
jawaban diberi
alasan :
4 1 Kelu
rahan
Kestalan
2 0 Kelu
rahan
Setab
elan
1 0 Kelu
rahan
Kep
rabon
6 1 Kelu
rahan
Ketelan
3 0 Kelu
rahan
Tim
uran
3 0 Kelu
rahan
Man
ahan
Jumlah 19 2 21
Keterangan :
A B C D E a b C 1 2
Sangat
Baik
Baik Cukup Kurang Tidak
Baik
Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Ya Tidak
Kesimpulan, dari data kuesioner tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden sejumlah 11 responden menjawab Baik pada pertanyaan pertama, dan
untuk pertanyaan kedua mayoritas responden menjawab Setuju sejumlah 14
75
responden. Untuk pertanyaan ketiga sejumlah 15 responden menjawab Setuju.
Sedangkan pertanyaan keempat responden menjawab Baik dengan jumlah 12
responden. Pertanyaan kelima dijawab oleh 19 responden dengan memilih Ya.
Pertanyaan keenam 12 responden menyatakan Setuju. Untuk pertanyaan ketujuh
10 responden menjawab Baik dan untuk pertanyaan kedelapan sejumlah 19
responden menjawab Ya. Untuk pertanyaan nomor 10 hingga 12 merupakan
pertanyaan kalimat jawab, maka tidak dicantumkan dalam tabel tersebut. Namun,
banyak pula responden yang menjawab lebih dari satu jawaban tersebut, bahkan
ada pula yang tidak menjawab. Jadi, dapat diketahui bahwa pengembangan
potensi wisata heritage di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta sebenarnya dapat
dibentuk dengan baik oleh masyarakat dengan bantuan pihak-pihak yang terkait
dan dengan dibentuklah strategi-strategi malalui analisis SWOT (Strengths,
Weakness, Opportunities, Threats) dan analisis 4A (Atraksi, Aksesibilitas,
Amenitas, dan Ancillary) yang menjadi acuan strategi dalam menagmbangkan
potensi wisata heritage di kawasan ini.
C. Pengembangan Destinasi Wisata Heritage Melalui Analisis SWOT dan
Analisis 4A
Berdasarkan dari data yang dapat diambil dalam kuesioner dan observasi,
dengan jumlah responden sebanyak kurang lebih 20 responden, melalui analisis
SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) serta analisis 4A (Atraksi,
Aksesibilitas, Amenitas, dan Ancillary) untuk menganalisis dan mengetahui
strategi pengembangan potensi wisata heritage yang terkait.
1. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)
a. Kelurahan Kestalan (Stasiun Solo Balapan, Stasiun Radio Republik
Indonesia (RRI), dan Ponten).
Tabel 6. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Stasiun Solo Balapan,
Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI), dan Ponten)
Strengths Weakness
Faktor
Internal
a) Masih terawatnya bangunan
bersejarah tersebut.
b) Sudah diakui sebagai cagar
budaya di Kota Surakarta.
c) Terletak di lokasi yang
a) Kurang sadarnya masyarakat
sekitar terhadap potensi
wisata yang dimiliki dari
kawasan heritage tersebut.
b) Kurangnya informasi kepada
76
strategis.
d) Memiliki arsitektur yang
menarik.
e) Adanya akomodasi di sekitar
tersebut.
f) Memiliki nilai sejarah yang
sangat lama dan sampai
sekarang masih dilestarikan
keberadaannya.
g) Memiliki sarana komunikasi
dan teknologi yang memadai.
h) Banyaknya pengunjung
(Stasiun Solo Balapan dan
Monumen Pers).
i) Memiliki potensi wisata yang
sangat menarik karena
merupakan wisata minat
khusus.
j) Memiliki jam berkunjung
setiap hari dan gratis.
masyarakat sekitar.
c) Belum mengetahui letak
potensi wisata yang
menguntungkan berbagai
pihak.
d) Masih rendahnya
pengetahuan masyarakat
mengenai obyek tersebut.
e) Kurangnya sosialisasi kepada
masyarakat.
f) Banyaknya masyarakat yang
kurang peduli dengan sadar
wisata di lingkungan sendiri.
g) Bertambah banyaknya
bangunan-bangunan lain,
sehingga kurang diminati.
h) Lokasi yang kurang strategis
(Ponten) karena masuk di
dalam kampung.
i) Sudah dirubahnya bangunan
tidak seperti aslinya
(Ponten).
j) Masyarakat yang belum
mengerti manfaat dari
kawasan heritage tersebut.
Opportunities Threats
Faktor
Eksternal
a) Dapat dijadikan obyek wisata
alternatif di Kota Surakarta.
b) Menjadi salah satu obyek
dengan cagar budaya.
c) Merupakan salah bangunan
bersejarah yang dapat
dijadikan sebagai daya tarik
wisatawan (wisata minat
khusus).
d) Potensi wisata yang cukup
banyak.
e) Dapat menambah
penghasilan masyarakat
sekitar, apabila dikelola
dengan baik dan benar.
f) Dijadikan peluang bagi
stakeholders yang ingin
bekerjasama.
g) Berfungsi sebagai tempat
atau obyek wisata yang bisa
dimanfaatkan dengan baik,
apabila mengetahui potensi
a) Adanya masyarakat yang
kontra.
b) Belum sadarnya masyarakat
sekitar mengenai potensi
wisata yang ada dari obyek
ini.
c) Banyak yang sudah dikelola
oleh pihak swasta, sehingga
masyarakat segan untuk
bekerjasama.
d) Kurangnya tingkat
keamanan.
e) Banyak masyarakat yang
malas dan bosan untuk
datang.
77
wisata apa yang perlu
dijalankan.
h) Kawasan heritage yang
bersejarah dan bermanfaat
sebagai media promosi dan
pengenal terhadap kampung
sekitar di Kecamatan
Banjarsari.
i) Adanya kelompok sadar
wisata di kelurahan ini, dapat
menjembatani dalam
pengembangan destinasi
wisata.
j) Dapat memperkenalkan
obyek wisata ini secara luas,
sehingga dikenal.
b. Kelurahan Setabelan (Villa Park Banjarsari dan Monumen „45).
Tabel 7. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Villa Park Banjarsari
dan Monumen ‘45)
Strengths Weakness
Faktor
Internal
a) Terletak di jalan yang
strategis
b) Merupakan cagar budaya.
c) Masih dilestarikannya
peninggalan sejarah tersebut
sampai sekarang.
d) Memiliki daya tarik sebagai
taman yang asri untuk
dikunjungi.
e) Memiliki halaman yang
cukup luas apabila digunakan
sebagai kegiatan.
f) Adanya taman bermain untuk
anak-anak.
g) Sebagai saksi sejarah dari
Serangan Umum Empat Hari
di Kota Surakarta pada tahun
1949.
h) Memiliki sarana umum
seperti toilet.
i) Adanya jajanan pedagang
kaki lima di sekitar obyek.
j) Memiliki empat pintu untuk
akses di taman dan monumen
tersebut.
a) Masih banyak masyarakat
yang kurang peduli dengan
kebersihan taman, sehingga
membuang sampah tidak
pada tempatnya.
b) Masih banyak masyarakat
yang belum mengetahui
manfaat dibentuknya taman
tersebut.
c) Banyaknya bangunan-
bangunan kuno di sekitar
obyek, namun tidak
difungsikan dengan baik
(rumah kosong).
d) Kurangnya sistem
penjagaan dan keamanan
yang baik.
e) Belum difungsikan dengan
baik.
f) Masih kurangnya minat
masyarakat untuk
berkunjung ke taman,
apabila tidak ada atraksi apa
yang harus dilakukan.
g) Kurangnya atraksi wisata.
78
h) Perlu ditambahkannya
papan penunjuk arah di
sekitar obyek.
i) Perlu adanya promosi dan
pemasaran mengenai obyek
wisata ini.
j) Banyak pedagang kaki lima,
yang kadang merusak
pemandangan taman.
Opportunities Threats
Faktor
Eksternal
a) Dapat difungsikan sebagai
taman bermain, edukasi, dan
rekreasi bagi masyarakat.
b) Adanya kelompok sadar
wisata di kelurahan ini, dapat
menjadi fasilitator dalam
pengembangan destinasi
wisata.
c) Dapat digunakan sebagai
penyelenggaraan event sekitar
obyek.
d) Dapat difungsikan sebagai
sarana edukasi bagi pelajar
untuk outing class.
e) Dapat ditambahkan
penerangan yang lebih baik
dari sebelumnya.
f) Bisa ditambahkan fasilitas
pendukung lainnya, seperti
arena outbound.
g) Bisa digunakan kegiatan bagi
masyarakat kampung sekitar
untuk menarik pengunjung.
h) Dapat mempercantik taman
tersebut dengan bantuan
pihak dari luar, supaya
menarik pengunjung.
i) Memberikan kesempatan
kepada masyarakat luas untuk
menikmati keindahan taman
ini secara gratis.
j) Dapat ditambahkan jenis-
jenis tanaman yang beragam
agar lebih menarik.
a) Apabila kurangnya sistem
penjagaan dan keamanan
dapat menyebabkan
rusaknya kembali taman ini.
b) Bisa dilalui dengan empat
pintu, tanpa adanya
penjagaan.
c) Adanya masyarakat yang
pro dan kontra.
d) Banyak masyarakat yang
tidak sadar mengenai buang
sampah pada tempatnya.
e) Dapat terbengkalai kembali
apabila tidak dikelola
dengan baik dan benar.
79
c. Kelurahan Keprabon (Pasar Antik Windujenar Triwindu dan Istana Pura
Mangkunegaran).
Tabel 8. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Pasar Antik
Windujenar Triwindu dan Istaana Pura Mangkunegaran)
Strengths Weakness
Faktor
Internal
a) Terletak di jantung kota.
b) Memiliki cagar budaya.
c) Sebagai salah satu ikon Kota
Surakarta.
d) Memiliki nilai sejarah, seni,
dan budaya yang masih
dijaga dan dilestarikan.
e) Pengunjung atau wisatawan
yang datang dari berbagai
daerah dan negara.
f) Adanya promosi untuk
meningkatkan kunjungan
wisatawan.
g) Memiliki sistem keamanan
yang cukup baik.
h) Adanya local guide di Istana
Pura Mangkunegaran.
i) Mudah dilalui akses
transportasi.
j) Memiliki ciri khas dari
masing-masing obyek.
a) Kurangnya minat
pengunjung untuk datang
ke Pasar Antik Windujenar
Triwindu, karena bentuk
pasar sudah mengalami
perombakan tidak seperti
aslinya.
b) Kurangnya kesadaran
masyarakat dalam
membuang sampah pada
tempatnya.
c) Banyak obyek wisata
pilihan lain bagi
masyarakat.
d) Kurangnya lahan parkir
(Pasar Antik Windujenar
Triwindu)
e) Harga souvenir yang terlalu
mahal (Istana Pura
Mangkunegaran.
f) Direvitalisasinya Pasar
Antik Windujenar
Triwindu, sehingga
mengurangi jumlah
wisatawan yang
berkunjung.
g) Belum adanya local guide
di kawasan Pasar Antik
Windujenar Triwindu.
h) Kurangnya promosi dan
pemasaran yang luas.
i) Banyak para pedagang
Pasar Antik Windujenar
Triwindu yang mulai
pesimis untuk berdagang.
j) Perlu ditambahnya
aksesoris untuk menarik
minat wisatawan, seperti
lampu (penerangan), dan
sebagainya (Pasar Antik
Windujenar Triwindu).
80
Opportunities Threats
Faktor
Eksternal
a) Sebagai media promosi yang
baik mengenai barang antik
yang ada di Kota Surakarta.
(Pasar Antik Windujenar
Triwindu).
b) Menambah penghasilan
masyarakat sekitar.
c) Pertumbuhan ekonomi
semakin baik.
d) Dapat dikemas menjadi paket
wisata yang menarik.
e) Menjadikan obyek wisata
yang unggul, khususnya di
Kecamatan Banjarsari.
f) Mengurangi pengangguran di
sekitar obyek.
g) Mempertahankan obyek
wisata cagar budaya.
h) Melestarikan warisan sejarah
yang masih terjaga hingga
sekarang.
i) Promosi yang lebih menarik
minat wisatawan.
j) Adanya konsep dan strategi
dalam mengembangkan
obyek heritage yang
memiliki potensi wisata.
a) Lama kelamaan Pasar Antik
Windujenar Triwindu,
dapat terancam
keberadaannya apabia tidak
dikelola dengan benar dan
baik.
b) Daya saing antar obyek di
Kota Surakarta semakin
tinggi.
c) Kurangnya kesadaran
dalam kebersihan.
d) Banyak wisatawan yang
tidak mematuhi peraturan
(Istana Pura
Mangkunegaran) seperti
memfoto di Dalem Ageng.
e) Toilet yang kurang bersih,
dapat menimbulkan bibit
penyakit.
d. Kelurahan Ketelan (Masjid Al-Wustho).
Tabel 9. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Masjid Al-Wustho)
Strengths Weakness
Faktor
Internal
a) Letak yang strategis.
b) Merupakan masjid yang
bersejarah.
c) Sebagai salah satu bangunan
cagar budaya di Kota
Surakarta.
d) Masih terdapatnya bedug.
e) Adanya sarana pendukung di
sekitar masjid, seperti klinik,
dan sebagainya.
f) Adanya ciri khas dari masjid
tersebut, yaitu dari bentuk
dan warna.
g) Dibuka untuk umum setiap
a) Masjid yang seharusnya
dijadikan tempat ibadah,
namun dapat dijadikan
tempat tidur sementara bagi
para jamaah yang datang.
b) Banyaknya transportasi
umum yang memenuhi
arena masjid, pada hari
Minggu.
c) Kurang luasnya halaman
parkir masjid.
d) Kurangnya sistem
penjagaan dan keamanan di
sekitar masjid.
81
hari.
h) Berseberangan dengan Istana
Pura Mangkunegaran.
i) Dekat dengan rumah sakit,
restoran, dan hotel.
j) Memiliki jarak yang cukup
dekat dengan pusat kota.
e) Kurangnya promosi secara
luas, baik melalui media
cetak ataupun internet.
f) Kurangnya sosilisasi dan
pengenalan terhadap masjid
Al-Wustho.
g) Tidak banyak masyarakat
yang mengetahui akan
masjid ini.
h) Bangunan yang perlu dijaga
dan dilestarikan dengan
baik, sehingga apabila
parkir, diharap lebih tertib
dan rapi.
i) Banyak masyarakat yang
belum mengetahui manfaat
dari potensi wisata di obyek
ini.
j) Perlunya informasi secara
luas dari masjid ini.
Opportunities Threats
Faktor
Eksternal
a) Menarik minat masyarakat
luas.
b) Menyadarkan semangat dan
membangkitkan minat
masyarakat sekitar terhadap
obyek heritage.
c) Memberikan peluang bagi
masyarakat sekitar, untuk
mendapatkan pekerjaan.
d) Menambah penghasilan
masyarakat sekitar.
e) Nama kampung dan nama
kelurahan akan lebih dikenal
masyarakat luas.
f) Mempertahankan obyek
sebagai cagar budaya.
g) Sudah memiliki label cagar
budaya, sehingga merupakan
kawasan yang benar-benar
bersejarah untuk dikunjungi.
h) Perlu adanya fasilitas
pendukung untuk
mempercantik kawasan
heritage ini.
i) Bisa disediakan local guide
di kawasan sekitar.
a) Masih terbatasnya
pengetahuan masyarakat
megenai masjid ini.
b) Di Kota Surakarta banyak
masjid yang bersejarah
pula.
c) Tempat parkir yang perlu
dikaji kembali.
d) Kurangnya keamanan,
menyebabkan was-was
pengunjung.
e) Adanya masyarakat yang
pro dan kontra.
82
j) Menjaga nama baik daerah
kampung sekitar melalui
wisata.
e. Kelurahan Timuran (Monumen Pers).
Tabel 10. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Monumen Pers)
Strengths Weakness
Faktor
Internal
a) Letak lokasi yang strategis.
b) Merupakan kawasan cagar
budaya.
c) Sebagai sumber informasi
bagi masyarakat Kota
Surakarta.
d) Dapat difungsikan sebagai
ruang pameran.
e) Adanya fasilitas
perpustakaan dan media
center.
f) Memiliki sistem keamanan
yang baik.
g) Dapat dikunjungi setiap hari
dan tanpa tiket masuk
(gratis).
h) Memiliki koleksi yang
bersejarah, yang berkaitan
dengan berita.
i) Adanya struktur organisasi.
j) Dapat difungsikan sebagai
seminar.
a) Perlu adanya local guide di
kawasan tersebut.
b) Tidak adanya penjaga loket
yang tetap.
c) Kurangnya informasi
kepada masyarakat
mengenai obyek ini.
d) Kurangnya lahan untuk
parkir.
e) Sistem kunjungan yang
masih manual.
f) Kurangnya pencahayaan di
dalam monumen.
g) Banyak masyarakat yang
kurang minat dengan
monumen ini.
h) Banyaknya pilihan obyek
wisata lain di Kota
Surakarta.
i) Kurang menariknya
monumen ini untuk
dikunjungi wisatawan.
j) Terlalu luas bangunan,
namun koleksi kurang
banyak.
Opportunities Threats
Faktor
Eksternal
a) Bisa dijadikan tempat untuk
edukasi.
b) Sebagai sarana dalam
pembuatan pameran.
c) Sebagai monumen yang
dikelola secara terstruktur
sehingga lebih mudah untuk
dipelajari.
d) Memberikan kesempatan
bagi masyarakat yang gemar
membaca.
e) Memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk
a) Tidak adanya penjaga loket
tetap.
b) Dikelola oleh pemerintah,
sehingga susah untuk
bekerjasama dengan pihak
luar.
c) Kurangnya penjagaan di
dalam monumen.
d) Koleksi yang sedikit,
membuat wisatawan yang
berkunjung berkurang.
e) Kurang menarik apabila
dibandingkan dengan
83
mengetahui informasi yang
ada di koran setiap harinya.
f) Memiliki jam buka yang
baik, sehingga pengunjung
yang datang bisa setiap hari.
g) Memberikan kesempatan
bagi masyarakat yang ingin
melakukan riset dan
kunjungan ilmiah di
monumen ini.
h) Memberikan peluang bagi
masyarakat sekitar untuk
membantu mengelola obyek.
i) Memiliki visi dan misi yang
jelas.
j) Memiliki tugas pokok dan
fungsi yang jelas.
monumen yang ada di luar
Kota Surakarta.
f. Kelurahan Manahan (Taman Balekambang).
Tabel 11. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Taman
Balekambang)
Strengths Weakness
Faktor
Internal
a) Sebagai cagar budaya.
b) Memiliki tempat yang luas
sebagai taman.
c) Melestarikan hewan-kewan
yang hampir punah, seperti
rusa.
d) Dapat mengenal hewan-
hewan reptil.
e) Dapat dijadikan tempat
menyelenggarakan event
kota, seperti festival dan
sendratari.
f) Adanya papan penunjuk
arah.
g) Dapat digunakan sebagai
outbound.
h) Memiliki fasilitas umum,
seperti toilet.
i) Dapat digunakan sebagai
tempat pemancingan.
j) Dapat digunakan sebagai
tempat rekreasi keluarga.
a) Lebih berfungsinya pintu
belakang, di banding
dengan pintu utama obyek.
b) Kurang terawatnya papan
nama pada pohon, banyak
yang sudah lepas.
c) Kurangnya kebersihan akan
membuang sampah pada
tempatnya.
d) Kurangnya penataan taman
yang rapi.
e) Banyak masyarakat sekitar
yang sudah bosan.
f) Perlu update mengenai
wisata, sehingga menambah
daya tarik yang lebih untuk
wisatawan.
g) Kurangnya sistem
keamanan dan penjagaan di
taman ini.
h) Di dalam papan informasi,
kurang mnarik untuk dibaca
para pengunjung.
i) Kurang ramainya kawasan
84
sekitar obyek, seperti rumah
makan yang sepi
pengunjung.
j) Tingkat kesadaran
masyarakat akan wisata
belum merata.
Opportunities Threats
Faktor
Eksternal
a) Sebagai media edukasi.
b) Sebagai tempat untuk sarana
seni dan budaya.
c) Dapat digunakan sebagai
venue event yang
diselenggarakan oleh Kota
Surakarta.
d) Di bawah kelembagaan
Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Surakarta.
e) Dekat dengan jantung kota.
f) Bisa membantu penghasilan
masyarakat sekitar.
g) Dapat menyadarkan
masyarakat akan pelestarian
lingkungan hidup.
h) Diberinya tempat photo
booth, untuk menambah daya
tarik wisatawan.
i) Bisa digunakan sebagai
tempat terselenggaranya
sendratari, baik out door atau
pun in door.
j) Buka setiap hari, sehingga
pengunjung bisa datang
sewaktu-waktu dan gratis.
a) Kurang adanya sistem
keamanan dan penjagaan,
dapat menyebabkan
mudahnya akses bagi
orang-orang yang tidak
bertanggung jawab untuk
masuk ke obyek ini.
b) Banyak hewan-hewan yang
meminta makanan kepada
pengunjung dapat
mengganggu aktivitas
wisatawan.
c) Belum adanya kesadaran
untuk memelihara fasilitas
dengan baik.
d) Dapat mengurangi jumlah
wisatawan, apabila banyak
fasilitas yang belum
diperbaiki.
e) Wisatawan lokal yang
sudah mulai bosan dengan
keberadaan taman ini.
Dari data analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) di
atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari dibentuknya strategi SWOT (Strengths,
Weakness, Opportunities, Threats) ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
kekuatan dan peluang potensi wisata pada obyek-obyek heritage ini apabila
dibentuknya destinasi wisata heritage dengan kekuatan dan peluang heritage yang
dimiliki dari tiap-tiap obyek yang dikaji.
Selanjutnya, data-data dari analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities,
Threats) tersebut diringkas sebagai berikut.
a. Strengths (Kekuatan) :
85
Dari masing-masing obyek yang dianalisis, semua merupakan bangunan
cagar budaya yang memiliki nilai sejarah yang menarik untuk dikembangkan
menjadi destinasi wisata heritage di Kota Surakarta khususnya di Kecamatan
Banjarsari. Memiliki lokasi yang strategis dan memiliki heritage intangible di
sekitar obyek merupakan modal utama untuk terlaksananya pengembangan
destinasi wiata heritage ini. Selain atraksi wisata, sarana dan prasarana yang ada
di obyek ini juga sudah memadai seperti dengan adanya akomodasi dan restoran
di sekitar kawasan obyek heritage.
b. Weakness (Kelemahan) :
Kelemahan dari masing-masing obyek adalah, kurangnya pemanfaatan
potensi wisata yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke tempat-
tempat heritage tersebut. Bangunan-bangunan terebut masih belum dikelola
dengan baik, hanya sebagian bangunan saja yang ramai dikunjungi wisatawan.
Oleh karena itu, dari analisis ini dapat diketahui bahwa kelemahan yang ada
dalam masing-masing obyek perlu dibenahi untuk menjadi kekuatan yang ada
pada obyek ini.
c. Opportunities (Kesempatan atau Peluang) :
Masing-masing obyek heritage memiliki potensi wisata yang dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik dan destinasi wisata heritage
dengan bantuan dari berbagai pihak yang terkait dalam memajukan kawasan ini
untuk alternatif wisata di Kota Surakarta, khususnya Kecamatan Banjarsari. Tidak
hanya menguntungkan masyarakat sekitar, namun juga akan mengangkat nama
kampung dan daerah yang memiliki kawasan heritage tersebut. Potensi wisata
yang dimiliki dari masing-masing obyek memang sangat besar peluangnya untuk
dikembangkan menjadi destinasi wisata heritage di Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta. Dengan data dari analisis ini dapat diketahui bahwa kesempatan yang
ada pada obyek-obyek ini merupakan salah satu cara atau strategi dalam
mengembangkan suatu kawasan wisata heritage di sebuah kota dengan tujuan
untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung dan menginformasikan kepada
masyarakat luas, bahwa obyek-obyek ini masih berdiri dengan kokoh dan perlu
dilestarikan serta dilindungi bersama dalam menjaga bangunan bangunan ini
supaya tetap terawatt keaslian dan keunikan dari masing-masing obyek.
86
d. Threats (Ancaman) :
Ancaman yang dimiliki dari masing-masing obyek adalah mengenai
keamanan. Tidak banyak dari obyek-obyek tersebutyang sudah dijaga dengan
aman keberadaannya. Namun, banyak pula masing-masing dari obyek tersebut
memilki penjagaan yang baik. Masih kurangnya penjagaan yang ketat dari
masing-masing obyek, sehingga kurang aman dan nyamannya wisatawan apabila
berkunjung ke tempat tersebut. Penjagaan tersebut, sebenarnya bisa dilakukan
oleh siapa saja. Tidak perlu menunggu pemerintah daerah untuk menjaga kawasan
tersebut. Untuk penjagaan, bisa dilakukan oleh masyarakat sekitar secara
bergiliran. Namun, hal tersebut nampaknya masih belum bisa diterapkan dalam
kobyek-obyek heritage yang ada di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Oleh
karena itu, dari berbagai ancaman yang perlu dikaji kembali agar menemukan
solusi yang baik dan tepat dalam penanganan potensi wisata heritage di kawasan
ini.
2. Analisis 4A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, Ancillary)
a. Atraksi
Atraksi yang ada pada obyek ini kebanyakan merupakan atraksi event
tahunan kota atau event yang diselenggarakan kampung itu sendiri. Event tahuna
kota seperti adanya festival di lingkungan obyek ini yang dilaksanakan pada satu
tahun sekali contohnya Festival Jenang di Ngarsopuro, lalu ada event dari
kampung itu sendiri dengan menyelenggarakannya pentas seni untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kebudayaan di lingkungan sendiri
seperti yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahana Keprabon. Tentu atraksi-
atraksi ini masih merupakan atraksi sederhana yang apabila ditampilkan di
hadapan wisatawan mungkin kurang menarik. Oleh karena itu, dari analisis ini
maka dibentuklah konsep semenarik mungkin untuk menciptakan kawasan
heritage ini sebagai destinasi wisata.
b. Aksesibilitas
Letak obyek-obyek wisata heritage yang cukup strategis, dan jarak antar
obyek juga tidak terlalu jauh, sehingga mempermudah jalannya pengoperasiaan
konsep ini.
87
Transportasi yang digunakan terjangkau dalam menelusuri jalan-jalan yang
akan dilewati selama perjalanan.
Aksesibilitas yang dilalui juga cukup memadai, karena sering digunakan
masyarakat umum.
Papan petunjuk arah juga banyak ditemui di jalan untuk menuju ke obyek-
obyek wisata tersebut.
c. Amenitas
Banyaknya fasilitas umum dan pendukung yang cukup memadai di kawasan
obyek ini, seperti adanya akomodasi, restoran, money changer, rumah sakit,
pertokoan, pusat informasi, dan lain sebagainya yang masuk dalam kategori ini.
d. Ancillary
Dapat terlaksana dengan baik, apabila pihak masyarakat bekerjasama dengan
stakeholders baik pemerintah maupun swasta, sehingga dapat dijadikan sebagai
salah satu destinasi wisata heritage yang sangat diminati pengunjung.
D. Konsep Kampung Tempo Dulu di Kawasan Heritage
Di Kecamatan Banjarsari ini banyak nama-nama kampung yang dari nama-
nama tersebut memiliki pengertian tersendiri. Mulai dari kampung yang lama
hingga kampung yang baru, memiliki nama dan asal-usul yang sangat menarik,
apabila ditelusuri dengan cara berwisata. Asal-usul nama tersebut terbentuk sejak
zaman penjajajahan dan sampa sekarang masih ada.
Hal ini tentu akan menarik apabila direalisasikan dalam beriwisata,
khususnya wisata heritage. Di dalam terlaksananya wisata heritage tersebut,
dikombinasikan dengan heritage tangible dan heritage intangible yang mana akan
lebih menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ko obyek-obyek
ini. Lokasi obyek heritage ini sangat strategis dan berada di kampung tengah Kota
Surakarta yang dapat dijangkau oleh aksesibilitas mudah perkotaan.
Selanjutnya, dari kampung-kampung tersebut, maka terciptalah ide dengan
konsep „tempo dulu‟ yang berpacu pada teknik perencanaan Carrying Capacity,
Recreational Carrying Capacity (RCC), Recreational Opportunity Spectrum
(ROS), Limits of Acceptable Change (LAC), Visitor Impact Management Model
(VIMM), Visitor Experience and Resource Protection Model (VERP), Visitor
88
Activity Management Program (VAMP), Tourism Opportunity Spectrum (TOS)
melalui analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats dan analisis
4A (Atraksi, Aksseibilitas, Amenitas, dan Ancillary) dengan tujuan untuk
menambah kunjungan wisatawan atau pengunjung untuk datang ke Kota
Surakarta dengan wisata sejarah dan budaya, yang belum pernah ada di kota ini
dan untuk membentuk inovasi baru di dunia pariwisata agar masyarakat atau
wisatawan yang berkunjung tidak merasa jenuh apalagi bosan untuk datang ke
kota ini. Konsep inin mengembangkan heritage tangible dan heritage intangible
yang dibentuk saling mengimbangi satu sama lain dalam konsep ini. Sehingga,
wisatawan yang berkunjung dapat berwisata lengkap. Maka, untuk
menrealisasikan konsep „tempo dulu‟ ini dibentuklah kerja sama kepada berbagai
pihak yang terkait, supaya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Berikut
keterangan lebih lanjut mengenai konsep „tempo dulu‟ di Kecamatan Banjarsari :
1. Kecamatan Banjarsari merupakan kawasan kecamatan paling luas di Kota
Surakarta dengan memiliki berbagai macam kawasan heritage, baik berupa
tangible maupun intangible yang mana sangat berpotensi di aspek wisata, apabila
dikemas secara baik dan benar.
2. Konsep „tempo dulu‟ tersebut terdiri dari berbagai macam komponen, seperti
masyarakat yang beraktivitas saat masa sebelum dan pasca kemerdekaan, jajanan
khas tradisional pada zaman tersebut, souvenir atau cenderamata yang dijual pada
masa itu, dan atraksi wisata yang disajikan kepada wisatawan, selain itu
wisatawan yang berkunjung juga dapat mencoba hal tersebut.
3. Agar konsep „tempo dulu‟ lebih menarik, bisa ditambahkan miniatur atau
diorama mengenai kegiatan masyarakat tersebut yang dituangkan dalam bentuk
gambar, video, atau patung serta aksesori pendukung lainnya, seperti papan nama
kegiatan dengan berbagai bahasa (bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris,
bahasa Belanda).
4. Selanjutnya, agar wisata tersebut cukup menyenangkan, bisa ditambahkan
dengan transportasi tradisional seperti andong, dan bila wisatawan ingin sedikit
modern bisa menggunakan becak.
89
5. Tentu di titik-titik kawasan heritage tersebut perlu dibenahi terlebih dahulu,
sehingga kampung sekitar dapat dijadikan kampung kuno dengan konsep „tempo
dulu‟ seperti ini.
Apabila konsep tersebut sudah terlaksana dengan baik, maka jumlah
kunjungan wisatawan akan meningkat. Sebab, wisata seperti ini merupakan wisata
yang langka dan merupakan wisata yang mahal, karena belum tentu semua
masyarakat mengetahui sejarah sebenarnya yang ada pada obyek-obyek ini.
E. Setting Kampung Heritage
Membuat obyek wisata alternatif melelui kampung kawasan heritage di
Kecamatan Banjarsari Surakarta memang sangat menarik apabila dapat terealisasi,
karena di kecamatan ini, memiliki banyak nilai sejarah, baik berwujud atau pun
tidak, sejarah yang berwujud termasuk di dalam bangunan-bangunan peninggalan
zaman kerjaan yang sampai saat ini masih dilestarikan keberadaannya. Selain itu,
kampung-kampung di Kecamatan Banjarsari juga banyak yang merupakan
kawasan cagar budaya, sehingga bila dikemas dengan baik bisa dilaksanakannya
wisata heritage antar kampung dalam wilayah Kecamatan Banjarsari, sehingga
menarik minat wisatawan yang berkunjung dan dapat dijadikan sebagai wisata
alternatif yang cukup menarik dan menyenangkan, sehingga wisatawan atau pun
pengunjung tidak merasa bosan dan jenuh dengan obyek-obyek wisata lain yang
dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan.
Namun, untuk mengatur kampung-kampung tersebut, perlu adanya kerja
sama dari berbagai pihak yang terkait, sehingga dapat terwujud dengan baik dan
lancar. Oleh karena itu, dibuatlah kuesioner agar terjawab permasalahan seperti
apa yang harus dihadapi dalam rangka bekerjasama dalam pembuatan penataan
kampung heritage yang menarik. Kesimpulan dari beberapa responden di
berbagai wilayah Kecamatan Banjarsari, mengatakan bahwa pihak yang dapat
diajak untuk bekerja sama adalah dengan masyarakat dan pemerintah Kota
Surakarta.
Apabila kerjasama tersebut sudah berjalan dengan lancar dan baik, maka
perlu adanya fasilitas yang mendukung setting kampung heritage ini, antara lain :
1. Adanya sosialisasi terhadap masyarakat sekitar.
90
2. Fasilitas utama bagi para wisatawan, bisa dengan dibentuknya home stay,
mini market, restoran, toilet, dan sebagainya. Sehingga, meskipun konsep
„tempo dulu‟ itu terbentuk di kawasan heritage, namun untuk fasilitas modern
juga perlu dibentuk, karena tidak semua wisatawan bisa hidup tanpa adanya
kehidupan modern.
3. Selanjutnya fasilitas pendukung seperti adanya atraksi wisata di dalam
kawasan heritage tersebut juga sangat dibutuhkan untuk menambah daya
tarik bagi wisatawan yang berkunjung.
4. Adanya guide beberapa bahasa.
5. Memberikan gambaran mengenai kampung konsep „tempo dulu‟ melalui
gambar, video, photo booth, dan sejenisnya.
Selanjutnya, apabila fasilitas tersebut sudah terpenuhi, maka kampung yang
berkawasan heritage ini akan sangat diminati oleh pengunjung yang datang dari
berbagai daerah bahkan negara.
Selain fasilitas dan sarana pendukung lainnya, dibentuklah rute perjalanan
dari destinasi satu ke destinasi lainnya secara sambung menyambung yang akan
menciptakan setting kampung itu sendiri.
F. Faktor-faktor Permasalahan
Permasalahan yang diperoleh dari pengembangan kawasan heritage di
Kecamatan Banjarsari sebagai destinasi wisata, cukup banyak dan beragam. Oleh
karena itu, dibentuklah kuesioner dalam memperoleh jawaban dari responden
yang terkait. Sehingga, mempermudah dalam mendapatkan informasi mengenai
masalah-masalah yang timbul dari pengembangan obyek wisata kawasan heritage
ini.
Berikut ini adalah masalah-masalah yang terkait dengan judul tugas akhir,
berdasarkan jawaban responden dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di
masing-masing kelurahan yang memiliki obyek heritage di Kecamatan Banjarsari,
yaitu :
1. Stasiun Solo Balapan – Kelurahan Kestalan
2. Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) – Kelurahan Kestalan
3. Ponten – Kelurahan Kestalan
91
4. Villa Park Banjarsari – Kelurahan Setabelan
5. Monumen ‟45 – Kelurahan Setabelan
6. Pasar Antik Windujenar Triwindu – Kelurahan Keprabon
7. Istana Pura Mangkunegaran – Kelurahan Keprabon
8. Masjid Al-Wustho – Kelurahan Ketelan
9. Monumen Pers – Kelurahan Timuran
10. Taman Balekambang – Kelurahan Manahan
Kendala yang dihadapi dari obyek-obyek wisata tersebut, antara lain :
a. Kurang sadarnya sumber daya manusia sekitar mengenai potensi wisata dari
obyek-obyek yang ada di kawasan heritage.
b. Kurangnya informasi, edukasi, dan promosi.
c. Terhambatnya masalah dana.
d. Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui tentang obyek-obyek
tersebut, sehingga perlu diadakannya sosialisasi.
e. Kurangnya perhatian masyarakat dengan obyek-obyek yang memiliki nilai
sejarah dan budaya, apabila sudah diklaim pihak lain, maka masyarakat mulai
akan peduli.
G. Prospek Kecamatan Banjarsari sebagai Kawasan Heritage di Kota
Surakarta
Sebagai salah satu wisata alternatif dengan bertambahnya daftar obyek wisata
minat khusus, dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar, apabila
dikemas dan dilaksanakan secara baik dan tepat. Sehingga, untuk ke depannya,
Kota Surkarta akan jauh dikenal masyarakat luas berdasarkan dengan banyaknya
obyek wisata heritage yang sampai sekarang masih dirawat dan dilestarikan.
Tidak hanya Kota Surakarta dan Kecamatan Banjarsari yang terkenal, namun
seluruh komponen dan lapisan masyarakat yang andil dalam memprakarsa
kawasan heritage ini, tentu juga akan bangga apabila dikenal olah masyarakat
luas, baik nusantara maupun mancanegara.
Destinasi wisata heritage yang ada di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
ini merupakan salah satu cara dalam mengembangkan dan memanfaatkan potensi
wisata yang ada pada obyek-obyek ini. Karena, potensi wisata disini cukup
92
menarik dan memiliki ciri khas masing-masing. Sehingga, masing-masing obyek
memilki keunikan sendiri dan dari keunikan itulah yang menyebabkan
menariknya obyek-obyek tersebut untuk dikunjungi. Tentu saja, dengan konsep
yang indah dan menarik. Seperti dengan dibentuknya konsep „tempo dulu‟ yang
merupakan pemanfaatan dan pengembangan potensi wisata di kawasan heritage
ini dan untuk ke depannya dapat direalisasikan dengan baik, sehingga di Kota
Surakarta memiliki destinasi wisata lain untuk dikunjungi dan dapat mengangkat
nama-nama daerah atau lokasi obyek tersebut kepada masyarakat luas untuk
dikenal.
top related