bab 2 draft akhir
Post on 16-Dec-2015
54 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB
Draft Laporan Akhir
Studi Kelayakan Pembangunan
Kawasan Industri Baru Kota Medan
BAB
KAJIAN AKADEMIS
DAN GAMBARAN UMUM
2.1. Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole)
Pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada pola interaksi antara usaha-usaha tersebut.
Suatu kota dikatakan sebagai pusat pertumbuhan harus bercirikan: (1) adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, (2) adanya unsur pengganda (multiplier effect), (3) adanya konsentrasi geografis, (4) bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya (Tarigan, 2004). Ciri-ciri pusat pertumbuhan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Adanya hubungan intern dari berbagai macam kegiatan hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait. Dengan demikian kehidupan kota menciptakan sinergi untuk saling mendukung terciptanya pertumbuhan.
2. Adanya unsur pengganda (multiplier effect) keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda. Maknanya bila ada permintaan satu sektor dari luar wilayah, peningkatan produksi sektor tersebut akan berpengaruh pada peningkatan sektor lain. Peningkatan ini akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga total kenaikan produksi dapat beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan di luar untuk sektor tersebut. Unsur efek pengganda memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan kota belakangnya.
Hal ini terjadi karena peningkatan berbagai sektor di kota pusat pertumbuhan akan membutuhkan berbagai pasokan baik tenaga kerja maupun bahan baku dari kota belakangnya.
3. Adanya konsentrasi geografis konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attraciveness) dari kota tersebut. Orang yang datang ke kota tersebut bisa mendapatkan berbagai kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Jadi kebutuhan dapat diperoleh dengan lebih hemat waktu, biaya, dan tenaga. Hal ini membuat kota tersebut menarik untuk dikunjungi dan karena volume transaksi yang makin meningkat akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta efisiensi lebih lanjut.
4. Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya sepanjang terdapat hubungan yang harmonis di antara kota sebagai pusat pertumbuhan dengan kota belakangnya maka pertumbuhan kota pusat akan mendorong pertumbuhan kota belakangnya. Kota membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai fasilitas atau kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri.
Pusat-pusat yang pada umumnya merupakan kotakota besar tidak hanya berkembang sangat pesat, akan tetapi mereka bertindak sebagai pompa-pompa pengisap dan memiliki daya penarik yang kuat bagi wilayah-wilayah belakangnya yang relatif statis. Wilayah-wilayah pinggiran di sekitar pusat secara berangsur-angsur berkembang menjadi masyarakat dinamis. Terdapat arus penduduk, modal, dan sumber daya ke luar wilayah belakang yang dimanfaatkan untuk menunjang perkembangan pusat-pusat dimana pertumbuhan ekonominya sangat cepat dan bersifat kumulatif. Sebagai akibatnya, perbedaan pendapatan antara pusat dan wilayah pinggiran cenderung lebih besar (Rahardjo Adisasmito, 2005).
Teori Kutub Pertumbuhan pertama kali diperkenalkan oleh Ekonom Prancis yaitu Perroux pada tahun 1950 dengan teorinya mengenai kutub pertumbuhan (pole de croisanse atau pole de development) (Sihotang, 2001:96). Pemikiran dasar dari konsep titik pertumbuhan ini adalah bahwa kegiatan ekonomi di dalam suatu daerah cenderung beraglomerasi di sekitar sejumlah kecil titik fokal (pusat). Di dalam suatu daerah arus polarisasi akan bergravitasi kearah titik-titik fokal ini, yang walaupun karena jarak arus tersebut akan berkurang. Di sekitar titik fokal ini dapat ditentukan garis perbatasan dimana kepadatan arus turun sampai suatu tingkat kritis minimum, pusat tersebut dapat dikatakan titik pertumbuhan sedangkan daerah di dalam garis perbatasan adalah daerah pengaruhnya.
MenurutPerroux dalam Sihotang (2001:98) telah mendefinisikan kutub pertumbuhan regional sebagai seperangkat industri-industri sedang mengembang yang berlokasi di suatu daerah perkotaan dan mendorong perkembangan lanjutan dari kegiatan ekonomi daerah pengaruhnya. Kutub pertumbuhan regional terdiri dari suatu kumpulan industri-industri yang mengalami kemajuan dan saling berhubungan, serta cenderung menimbulkan aglomerasi yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor ekonomi eksternal itu seperti turunnya biaya produksi, pembangunan pasar bagi pekerja urban dan akses pasar yang lebih besar. Inti dari teori Perroux ini adalah sebagai berikut :
1. Dalam proses pembangunan akan muncul industri unggulan yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah karena keterkaitan antar industri (forward linkage and backward linkage), maka perkembangan industri unggulan akan mempengaruhi perkembangan industri lainnya yang berhubungan erat dengan industri unggulan tersebut.2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan ekonomi, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di daerah akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainnya.
3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif (industri unggulan) dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri unggulan atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif. Diharapkan dari ide ini adalah munculnya trickle down effect and spread effect.
2.2. Teori Lokasi
Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (activity). Secara umum pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti bahan baku lokal (local input), permintaan lokal (local demand), bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input), dan permintaan luar (outside demand). (Hoover dan Giarratani, 2007)
2.2.1. Teori Lokasi Industri (Theory of industrial location)
Teori ini menganalisis tentang lokasi kegiatan industri. Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan asumsi sebagai berikut:
1. Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen.2. Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.3. Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR).4. Hanya ada satu jenis alat transportasi.5. Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.6. Terdapat persaingan antar kegiatan industri.7. Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang dinamakan isodapan (isodapane).
Keterangan :
M = Pasar.
P = Lokasi biaya terendah.
R1, R2 = Bahan baku.
Gambar :
(a) Apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.
(b) Apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari hasil industri.
(c) Apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari hasil industri.
2.2.2. Teori Lokasi Industri Optimal (Theory Of Optimal Industrial Location) Teori ini didasarkan pada permintaan (demand), sehingga dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri yaitu apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat dihasilkan pendapatan paling besar. Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat (industri) volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos transportasi. Berdasarkan teori ini, setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak menghendaki wilayah pasarannya akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah pemasaran milik pabrik lain yang menghasilkan barang yang sama, sebab dapat mengurangi pendapatannya. Karena itu, pendirian pabrik-pabrik dilakukan secara merata dan saling bersambungan sehingga berbentuk heksagonal.
2.2.3. Teori Susut dan Ongkos Transport (Theory Of Weight Loss And Transport Cost)
Teori ini didasarkan pada hubungan antara faktor susut dalam proses pengangkutan dan ongkos transport yang harus dikeluarkan, yaitu dengan cara mengkaji kemungkinan penempatan industri di tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi. Suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya transport yang paling murah. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa:
1. Makin besar angka rasio susut akibat pengolahan maka makin besar kemungkinan untuk penempatan industri di daerah sumber bahan mentah (bahan baku), dengan catatan faktor yang lainnya sama.
2. Makin besar perbedaan ongkos transport antara bahan mentah dan barang jadi maka makin besar kemungkinan untuk menempatkan industri di daerah pemasaran.
2.3. Daya Dukung Lingkungan
Dalam Undang-Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidupdisebutkan bahwa daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sedangkan menurut Soerjani,dkk (1987), daya dukung lingkungan adalah batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi dimana jumlah populasi tidak dapat didukung lagi oleh sarana,sumberdaya dan lingkungan yang ada. Sedangkan daya tampung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk menyerap zat, energi, dan/ atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan kedalamnya. Dalam penataan ruang, tidak adanya informasi mengenai daya dukung dan daya tampung lingkungan, membuka kemungkinan terjadinya penggunaan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Penyalahgunaan tataruang ini dalam prakteknya didorong oleh kekuatan pasar (Hadi dalam Khadiyanto, 2005).
Dalam kegiatan industri, limbah yang dikeluarkan dapat menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia. Menumpuknya limbah juga karena limbah itu dikeluarkan dari sistem yang menghasilkannya sehingga menimbulkan tragedi milik umum, yakni air sungai yang dikotori, udara yang tercemar, timbunan limbah di pinggir jalan, dan sebagainya (Soerjani, dkk, 1987). Seharusnya diusahakan agar sistem itu mampu untuk menyerap limbah itu sebagai sumberdaya, baik langsung maupun melalui teknologi. Upaya menambahkan nilai sumberdaya melalui teknologi atau industrialisasi memangmungkin, tetapi harus diingat bahwa upaya itu juga akan menghasilkan limbah yang padaakhirnya akan menurunkan kualitas lingkungan. Memang benar bahwa dengan menggunakan teknologi dalam proses industrialisasi baik industri primer, sekunder, serta tersier, daya dukung dapat dinaikkan. Tetapi perlu diingat bahwa dengan teknologi yang canggih seperti apapun, daya dukung itu pada suatu tingkat akan mencapai batas maksimum.
Sumber : Soerjani,dkk, 1987
Dari gambar diatas bahwa daya dukung lingkungan yang dikelola di antara 30- 70% memberikan kualitas lingkungan yang cukup baik. Angka-angka dalam kurung menunjukkan skala (indeks) kualitas lingkungan. Suatu kawasan industri tanpapengolahan limbah (IPAL) akan menggambarkan suatu pengelolaan yang tidak seimbang, jadi kualitas lingkungan dalam skala buruk (1). Semakin banyak pabrik yang memiliki IPAL berangsur-angsur menuju keadaan kurang (2), sedang (3), cukup (4), danbaik (5). Keadaan cukup dan baik ini tercapai pada batas daya dukung 30-70%, karena
makin tinggi daya dukung dimanfaatkan, makin menurun kualitas lingkungan, sampai akhirnya pada daya dukung 100% keadaan menjadi buruk kembali. Dengan mengelola daya dukung mendekati kemampuan 100% akan ada resiko bahwa pada suatu saat timbul pencemaran, pendangkalan sungai, buruknya saluran drainase, banjir/rob, dan sebagainya. Jadi lingkungan akan berada dalam keadaan yang buruk.
2.3.1. Daya Dukung Lahan
Salah satu komponen dari daya dukung lingkungan adalah lahan. Batasan pengertian daya dukung lahan yaitu kemampuan sebidang lahan dalam mendukung kehidupan manusia (Soemarwoto, 2000). Sedangkan menurut Hadi (2005), Appropriated carrying capacity adalah lahan yang dibutuhkan untuk dapat menyediakan sumber daya alam dan mengabsorbsi limbah yang dibuang. Konsep daya dukung lahan ini menjadi alat untuk menguji lahan yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas ekonomi kita.
Konsep daya dukung lahan akan membawa pengaruh dalam perencanaan, diantaranya :
1. Penerapan tata ruang perencanaan yang tepat, dalam arti bahwa pengembangan sumber daya alam harus memperhitungkan daya dukungnya.
2. Penempatan berbagai macam aktivitas yang mendayagunakan sumber daya alam harus memperhatikan kapasitasnya dalam mengabsorbsi perubahan yang diakibatkan oleh aktivitas tersebut.
3. SDA di suatu wilayah hendaknya dialokasikan ke dalam beberapa zone diantaranya hutan lindung, wilayah industri, perkebunan, daerah aliran sungai dan sebagainya.
4. Perlunya standar kualitas lingkungan seperti standar ambient untuk air permukaan, air tanah dan air laut, dan kualitas udara.
Ada beberapa alasan mengapa pembangunan berkelanjutan salah satunya diukur dari lahan yang tersedia, yaitu :
1. Lahan adalah terbatas
2. Lahan yang mendukung aktivitas ekonomi kita menggambarkan potensi produktivitas dimasa yang akan datang.
Aspek-Aspek Yang Dikaji Dalam Analisis Daya Dukung Lahan
1. Pengertian Lahan
Lahan merupakan sebidang permukaan bumi yang meliputi parameter-parameter geologi, endapan permukaan, topografi, hidrologi, tanah, flora dan fauna, yang secara bersama-sama dengan hasil kegiatan manusia baik masa lampau maupun masa sekarang, yang akan mempengaruhi terhadap penggunaan saat kini maupun yang akan datang (Widiyanto, dkk, 1991). Lahan (tanah) merupakan SDA yang dapat diperbaharui. Namun pemulihan lahan yang mengalami kerusakan memerlukan waktu ratusan atau ribuan tahun. Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air, vegetasi, dan benda yang ada diatasnya sepanjang berpengaruh terhadap penggunaannya. Dengan pengertian tersebut, lahan juga mengandung makna ruang atau tempat. Menurut Manik (2003), istilah tanah memiliki pengertian sebagai berikut :
(1) Tanah merupakan benda alami sebagai tempat tumbuhnya berbagai tumbuh-tumbuhan.
(2) Tanah merupakan bahan hancuran iklim, yang berasal dari batuan atau bahan organik, yang dimanfaatkan untuk bahan galian, tambang, dan bahan bangunan.
(3) Tanah merupakan ruangan atau tempat di permukaan bumi yang digunakan manusia untuk melakukan berbagai macam kegiatan.
Dalam penggunaan lahan itu sendiri, diperlukan pengetahuan tentang kemampuan lahan, kesesuaian lahan, dan degradasi lahan.
2. Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan (land capability) adalah penilaian lahan secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Kemampuan lahan didasarkan pada pertimbangan faktor biofisik lahan dalam pengelolaannya sehingga tidak terjadi degradasi lahan selama digunakan. Makin rumit pengelolaan yang diperlukan, makin rendah kemampuan lahan untuk jenis penggunaan yang direncanakan. Menurut Notohadiprawiro (1991), kemampuan lahan menyiratkan daya dukung lahan, sedangkan kesesuaian lahan menyiratkan kemanfaatan. Sehingga yang mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu :
- Jenis tanah/ geomorfologi
Pengertian tanah secara umum adalah lapisan dari muka/ kulit bumi sampai ke bawah dengan batas aktivitas biologis, yaitu kedalaman dimana masih dapat dicapai oleh kegiatan organisme. Tanah sebagai salah satu faktor penting di dalam aktivitas industry memiliki jenis yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Perbedaan jenis tanah ini dipengaruhi oleh proses pembentukannya. Sedangkan dari proses pembentukannya dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: iklim (terutama suhu dan hujan); organisme hidup (terutama vegetasi); sifat dari bahan induk. (tekstur, struktur, susunan kimia dan mineral) ; topografi; dan waktu selama bahan induk diubah
menjadi tanah. Dalam analisis pembobotan yang akan dilakukan menggunakan kriteria jenis tanah dan aspek geomorfologi (Khadiyanto, 2005) sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Pembagian Skor Penilaian Jenis Tanah
NoJenis TanahSkorTafsiran
1Aluvial, Gley, Planosol, Hidromorf Kelabu5Sangat baik
2Latosol4Baik
3Tanah hutan coklat, Coklat tak bergamping, Mediteran3Sedang
4Andosol, Laterit, Grumosol, Podsol, Podsolik2Buruk
5Regosol, Litosol, Organosol, Renzina1Sangat buruk
Dalam satuan geomorfologi, dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Kelompok Satuan Medan Bentukan Asal Marin (M)
Kelompok satuan ini merupakan jalur darat yang memanjang sepanjang pantai.
Merupakan kawasan yang seringkali berubah bentuk, akibat proses geomorfologi yang dinamik dan pengaruh aktivitas manusia.
Perubahan bentuk muka bumi dipengaruhi oleh :
- Angin
- Gelombang laut
- Pasang surut air laut
- Arus pantai
Pada kawasan ini terbentuk satuan lahan Rataan Pasang (M-1), yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Memiliki relief datar (0-3%)
2. Dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga sering tergenang air
3. Berbahan induk Alluvium
4. Jenis tanah Aluvial Hidromorf, dengan sifat fisik bertekstur lempung berat, struktur gumpal hingga pejal, konsistensi dalam keadaan kering teguh sekali dan lekat dalam keadaan basah.
5. Daya dukung tanah sangat jelek, kurang dari 1,25 kg/cm2
6. Kedalaman air tanah bekisar 0-1 meter dpt.
7. Daya hantar tanah lambat (0,125 0,5 cm/jam)
8. Penggunaan rataan pasang pada umumnya untuk tambak
2. Kelompok Satuan Medan Bentukan Asal Fluvio Marin (MF) Merupakan bentukan peralihan dari proses marin ke proses fluvial.
Pada kawasan ini terbentuk satuan lahan Dataran Fluvio Marin Muda (MF-1) dan Dataran Fluvio Marin Tua (MF-2)
Tabel 2. 2 Kelompok Satuan Medan Bentukan Asal Fluvio Marin
NoSatuan Bentukan AsalCiri-ciri
TopografiPerbedaan ketinggianJenis tanahDaya dukung tanahDaya hantar tanah
1Dataran Fluvio Marin Muda (MF-1)Datar (0-3%)Kurang dari 15 mAluvial kelabu dan coklat kekelabuanSangat jelekLambat (0,5-2 cm/jam)
2Dataran Fluvio Marin Tua (MF-2)Datar (0-3%)2-4 m dptAluvial kelabu dan coklat kekelabuanLambat (0,5-2 cm/jam)
3. Kelompok Satuan Medan Bentukan Asal Fluvial (F)
Kelompok satuan ini terbagi menjadi 4, yaitu :
Tabel 2. 3 Kelompok Satuan Medan Bentukan Asal Fluvial
NoSatuan Bentukan AsalCiri-ciri
TopografiKedalaman air tanahJenis tanahDaya dukung tanahDaya hantar tanah
1Dataran Alluvial (F-1)Datar(0-3%)2,25-10 m dari permukaan tanahAluvial kelabuSangat jelek (kurang dari 1,75kg/cm2)Sedang
2Daerah Banjir (F-2)Berombak (3-8%)Alluvial coklat1,25-1,75 kg/cm2Lambat
3Lembah isian (F-3)Datar (0-3%) hingga berombak (3-8%)19 m dari permukaan tanahMediteran coklat tua1,25-1,75 kg/cm2Sedang
4Lembah sungai (F-4)Kemiringan lereng agak curam Latosol coklat tua kemerahan1,8 kg/cm2sedang
4. Kelompok Satuan Medan Bentukan Asal Denudasional
Bentukan ini merupakan suatu bentukan yang dicirikan oleh adanya proses denusasi, yang meliputi pelapukan, erosi, dan gerakan massa.
Satuan Bentukan ini meliputi 7 bentukan
- Curah Hujan / iklim
Curah hujan juga mempengaruhi daya dukung lahan, karena hal ini terkait dengan kondisi tanah dan erosi yang akan berpengaruh terhadap aktivitas penggunaan lahan. Dalam analisis pembobotan yang akan dilakukan menggunakan kriteria curah hujan sesuai dengan standar klasifikasi SK Menteri Pertanian No.683/KPTS/UM/8/1981 sebagai berikut :
Tabel 2. 4 Penilaian Intensitas Curah Hujan
NoIntensitas Hujan (mm/th)DeskripsiSkorTafsiran
10-1500Sangat rendah5Sangat baik
21500-2000Rendah4Baik
32000-2500Sedang3Sedang
42500-3000Tinggi2Buruk
5 3000Sangat tinggi1Sangat buruk
Sumber: SK Menteri PertanianNo 683/KPTS/UM/1981
- Kemiringan Lahan
Kemiringan lahan adalah perbedaan ketinggian tertentu pada relief yang ada pada suatu bentuk lahan. Penentuan kemiringan lahan rata-rata pada tiap kelompok pemetaan dapat dilakukan dengan membuat hubungan antara titik-titik. Panjang satu garis menunjukkan kelerengan yang sama. Kemiringan lahan ini akan menunjukkan karakter daerah yang dipertimbangkan dalam arahan penggunaan lahan. Penggunaan lahan tiap daerah berbeda, tetapi secara umum digoloingkan menjadi beberapakarakter. Kemiringan lahan dipengaruhi oleh ketinggian lahan terhadap laut karena semakin dekat dengan laut semakin rendah kemiringannya dan cenderung rata. Dalam analisis pembobotan yang akan dilakukan menggunakan kriteria kelas lereng sesuai dengan SK Menteri Pertanian No.683/KPTS/UM/8/1981 sebagai berikut :
Tabel 2. 5 Pembagian skor Penilaian Kelerengan LahanNoInterval (%)DeskripsiSkorTafsiran
10-8Datar 5Sangat baik
28-15Landai4Baik
315-25Agak curam3Sedang
425-45Curam2Buruk
5 45Sangat curam1Sangat buruk
- Bahaya Areal
Dalam bahaya areal terdapat tingkat kerentanan lahan terhadap erosi air dan angin, terhadap penggenangan dan banjir. Banjir dan penggenangan mempengaruhi daya dukung lahan karena kedua hal tersebut merupakan dampak dari kondisi fisik yang ada.
Semakin datar suatu daerah dan semakin dekat dengan laut maka semakin berpeluang terjadi banjir dan genangan, sehingga dapat mengganggu aktivitas penggunaan lahan. Dibawah ini adalah urutan prioritas penyebab banjir dan genangan yang terjadi di suatu lokasi (Kodoatie, 2002) :
Tabel 2. 6 Prioritas Penyebab Banjir
NoPenyebab banjirFaktor penyebab
1Perubahan tata guna lahanmanusia
2SampahManusia
3Erosi dan sedimentasiManusia dan alam
4Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainaseManusia
5Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepatManusia
6Curah hujanAlam
7Pengaruh fisiografi/geofisik sungaiManusia dan alam
8Kapasitas sungaiManusia dan alam
9Kapasitas drainase yang tidak memadaiManusia
10Drainase lahanManusia
11Bendung dan bangunan airManusia
12Kerusakan bangunan pengendali banjirManusia dan alam
13Pengaruh air pasangAlam
Sumber: Kodoatie, 2003
3. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kualitas lahan dianalisis dan dibandingkan dengan persyaratan penggunaan lahan untuk tanaman tertentu. Persyaratan ini pada dasarnya merupakan kualitas lahan yang akan menentukan produktivitas lahan dan cara pengelolaannya.
Kemampuan dipandang sebagai kapasitas lahan itu sendiri untuk suatu macam penggunaan umum, sedangkan kesesuaian dipandang sebagai kenyataan kemungkinan penyesuaian sebidang lahan bagi satu macam penggunaan tertentu.
4. Degradasi Lahan
Degradasi lahan (land degradation) adalah hasil dari suatu proses yang mengakibatkan turunnya kualitas dan produktivitas lahan. Pada dasarnya degradasi lahan terjadi karena pemanfaatan lahan yang tidak diikuti dengan tindakan konservasi tanah dan air. Penyebab degradasi lahan dapat dibagi dalam lima kelompok, yaitu :
1. Erosi dan sedimentasi
2. Penggaraman (salinisasi)
3. Residu pestisida, pencemaran limbah anorganik dan logam berat oleh kegiatan industri
4. Penggunaan pupuk
5. Pencemaran limbah organik
2.4. Pengertian Industri
Dewasa ini pembangunan sektor industri harus disertai dengan pembangunan sektor lingkungan hidup yang bertujuan untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan yang dapat menggunakan dan memperbaharui sumberdaya yang ada untuk digunakan saat ini dan menyediakan sumberdaya untuk digunakan di masa yang akan datang. Aspek industri dan lingkungan hidup harus dapat berjalan dan dikembangkan baik secara sinergis maupun secara sinkronis karena kedua aspek
tersebut mempunyai keterkaitan yang sangat erat satu dengan lainnya dan dapat memberikan pengaruh bagi aspek-aspek pembangunan lainnya.
Pengertian industri menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang yang mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan rekayasa industri. Sedangkan menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996, kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola
oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri.
Dengan demikian ciri-ciri dari kawasan industri adalah :
1. Lahan sudah dilengkapi sarana dan prasarana
2. Ada suatu badan (manajemen) pengelola yang memiliki izin usaha kawasan industri
3. Biasanya diisi oleh industri manufaktur (pengolahan beragam jenis)
Dalam Keppres tersebut juga dijelaskan bahwa Perusahaan Kawasan Industri wajib melakukan kegiatan:
a. penyediaan/penguasaan tanah
b. penyusunan rencana tapak tanah
c. rencana teknis kawasan
d. penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
e. penyusunan Tata Tertib Kawasan Industri
f. pematangan tanah
g. pemasaran kapling industri
h. pembangunan serta pengadaan prasarana dan sarana penunjang termasuk
pemasangan instalasi/ peralatan yang diperlukan.
Pengertian industri secara luas meliputi industri primer (terutama pertambangan dan pertanian), industri sekunder (terutama konstruksi dan manufaktur), serta industry tersier (transportasi, komunikasi serta industri jasa lainnya). Teknologi yang dikembangkan dalam menunjang industri di Indonesia diharapkan akan menunjang pertumbuhan ekonomi (Soerjani,l987). Sebaliknya dengan adanya industrialisasi selain terjadinya peningkatan ekonomi akan pula menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan pengaruh ikutan lainnya. Oleh karena itu proses industrialisasi harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan pendukungnya agar keberlangsungan proses industrialisasi bisa berjalan lancar dan berlanjut (Yakin,1991).
Kawasan industri adalah kawasan yang direncanakan dengan cara komprehensif,sehingga kegiatan industri dapat sejalan dengan kegiatan lain pada lokasi tersebut.
Rencana komprehensif tersebut harus mencakup rencana jaringan jalan untuk kendaraan angkutan, garis sempadan bangunan yang sesuai, ukuran kapling yang minimum, ratio tata guna tanah minimum, kelengkapan arsitektur, kebutuhan landscap, yang semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan keterbukaan ruang dan kemampuan tanah yang memberikan hubungan yang harmonis terhadap lingkungan sekeliling. Kawasan industris haruslah mempunyai luas yang cukup dan diletakkan pada zona yang sesuai untuk menghindari lingkungan sekeliling menjadi lebih buruk. Manajemen bertanggung jawab seterusnya untuk menjaga hubungan yang sesuai antara kawasan industri dengan masyarakat sekeliling dan sekaligus melindungi investasi yang telah dibuat (Hartshon dalam Lisdiyono, 2006). Menurut National Industrial Zoning Committees (USA) 1967, yang dimaksud dengan Kawasan Industri atau Industrial Estate atau sering juga disebut sebagai Industrial Park adalah sebuah kawasan industri di atas tanah yang cukup luas, yang secara administrasi dikontrol oleh seorang atau lembaga yang cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya, topografinya, zoning yang tepat, ketersediaan semua infrastrukturnya (utilitas), dan kemudahan aksesibilitas transportasi. Menurut RDTRK, persyaratan untuk kawasan industri adalah sebagai berikut:
1. Cenderung pada areal yang relatif datar.
2. Bebas genangan dan memiliki daya dukung tanah yang tinggi. Indikator dalam penentuan daya dukung tanah yang tinggi yang dimaksud adalah melihat kondisi topografi, geologi, dan hidrologi (mampu menahan beban yang cukup baik sebagai daerah terbangun)
3. Dekat dengan akses ke jalan utama.
4. Dekat dan mudah mendapatkan bahan baku dan tenaga kerja.
5. Tidak dekat dengan daerah perumahan kecuali industri kecil/kerajinan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kawasan peruntukan industri meliputi tanah yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II yang bersangkutan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan industri serta tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup.b. Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan industri secara ruang dapat memberikan manfaat dalam:
Meningkatkan produksi hasil industri dan meningkatkan daya guna investasi yang ada di daerah sekitarnya
Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya
Tidak mengganggu fungsi lindung
Tidak mengganggu upaya pelestarian sumber daya alam
Meningkatkan pendapatan masyarakat
Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah
Meningkatkan kesempatan kerja
Meningkatkan ekspor
Meningkatkan perkembangan masyarakat
2.4.1. Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan
Hingga awal tahun 1970, dampak kehadiran industri di berbagai daerah dirasakan sebagai peningkatan kesejahteraan dalam arti ekonomi. Usaha industrialisasi tampak sebagai usaha untuk menyebarkan kemakmuran di daerah yang masih tertinggal. Dengan makin majunya industrialisasi tersebut, maka pengaruh sampingnya makin dirasakan, baik secara langsung seperti pencemaran air dan udara, maupun yang tidak langsung seperti banjir (Djojodipuro, 2000).
Dewasa ini industrialisasi sedang mengalami perkembangan, hal ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar melainkan telah mengalami pergeseran pula ke kota pinggiran. Peningkatan suatu aktivitas tentunya memberikan pengaruh bagi lingkungan sekitarnya. Pencemaran lingkungan merupakan pengaruh lingkungan yang bersifat negatif dan diakibatkan karena proses alam maupun aktivitas manusia. Pencemaran lingkungan terdiri dari pencemaran udara, air dan tanah. Tidak setiap industri menyebabkan terjadinya ketiga pencemaran tersebut. Hal ini tergantung pada jenis industrinya, misal industri tekstil memiliki kontribusi besar terhadap terjadinya pencemaran air.
Pada zaman teknologi maju sekarang ini, masalah pencemaran lingkungan yang terjadi salah satunya disebabkan oleh aktivitas industri, dimana pada zaman ini bayak terjadi perubahan lingkungan binaan, salah satunya kawasan industri yang menimbulkan pengaruh adanya asap, bau, cairan limbah, reaksi kimia dan kebisingan yang mulai menurunkan kualias lingkungan. Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian telah diatur bahwa :
Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber
daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya.
Pemerintah mengadakan pengaturan dan pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan mengenai pelaksanaan pencegahan kerusakan dan penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri.
2.4.2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Industri
Menurut Sutanto (1991), permasalahan industri tidak dapat dipisahkan dengan lahan, oleh karena itu untuk menilai suatu lahan yang dapat dipergunakan oleh industri, tidak dapat langsung mengadakan suatu batasan wilayah yang selanjutnya didirikan suatu industri atau dijadikan daerah industri. Namun perlu diperhatikan beberapa faktoryang mencakup faktor fisik dan faktor non fisik.
Faktor-faktor yang mencakup fisik antara lain :
Geologi & geomorfologi
Jenis tanah/ bentuk lahan
Hidrologi
Iklim
Penggunaan Lahan
Faktor-faktor yang mencakup non fisik antara lain :
Penduduk
Mata Pencaharian
Pemerintahan (adat istiadat)
Selain itu, faktor lokasi juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan industry sehubungan dengan faktor lahan di suatu daerah. Faktor lokasi tersebut meliputi :
1. Lahan (land)
2. Pasar (market)
3. Transportasi (transportation)
Lahan (land)
Faktor lahan mencakup permasalahan tanah, mineral-mineral (sumberdaya), dan iklim setempat. Terdapat hubungan positif antara teknologi yang digunakan dengan bentuk lahan yang ada. Fungsi dari lahan mencakup antara lain :
a. Letak industri; lahan dipergunakan oleh banyak macam industri, dimana disatu pihak ada yang membutuhkan wilayah yang luas, di lain pihak ada yang hanya beberapa meter persegi tergantung jenis industri yang dikembangkan.
b. Faktor lingkungan; dimana perlu diperhatikan letak penimbunan bahan bakar, limbah gas, dan lain-lain dan pengaruhnya terhadap penduduk sekitarnya (daerah
pertanian/perkampungan).
c. Lahan sebagai sumber kekayaan alam.
d. Lahan sebagai sumber tenaga; yang meliputi :
1. Air, merupakan sumber energi yang penting yang menunjang munculnya industri.
2. Batubara, bahan baku utama penggerak mesin.
3. Minyak, disamping sebagai bahan bakar juga sebagai bahan pelicin mesin.
e. Iklim sebagai faktor lingkungan alami; yang jelas faktor-faktor iklim mempengaruhi permasalahan aktivitas kerja setiap harinya, temperatur, kelembaban angin, dan lainlain.
Pasar (market)
Pemasaran merupakan faktor penting yang dapat menjamin kelangsungan dari pabrik. Untuk itui perlu diadakan pembuatan peta tentang pemasaran hasil produksi, dari daerah-daerah penerima (pasar) untuk mengamati tentang fluktuasi hanya dari situasi (iklim) musiman hasil produksi sehingga produksi dapat diatur sedemikian rupa hingga tidak mengguncangkan situasi harga pasar.
Transportasi (transportation)
Dalam kegiatan industri, aspek transportasi sangat menentukan aktivitas pabrik. Oleh karena itu dalam menunjang kelancaran, perlu diperhitungkan jalur-jalur transportasi yang akan digunakan, tanpa harus mengganggu kelancaran lalu-lintas umum. Suatu kawasan industri biasanya terletak pada jalur transportasi yang dekat dengan akses ke jalan utama penghubung antar kota, dekat dengan bandara, pelabuhan, maupun terminal untuk mempermudah dalam penyaluran bahan baku maupun hasil produksi antar kota/ propinsi/ pulau.
2.5. Kebijakan Tata Ruang
Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, tata ruang didefinisikan sebagai wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang atau wadah, baik direncanakan maupun tidak. Untuk memberikan manfaat yang luas dan berkelanjutan terhadap suatu ruang atau wilayah diperlukan perencanaan terhadap penataan ruang, yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara. Perencanaan tata ruang sendiri lebih terfokus pada pemanfaatan ruang daratan itu sendiri, karena di wilayah inilah tempat manusia dan makhluk hidup lainnya berinterkasi menjaga keseimbangan ekosistem. Tata ruang pantai misalnya, harus disesuaikan dengan daya dukung lahan, yaitu kondisi lahan, dan daya
tampung, yakni beban pencemaran. Daya dukung disini termasuk mempertimbangkan amblesan tanah jika daerah pantai didirikan bangunan (Hadiyanto, KOMPAS 25 April 2005). Artinya perencanaan tata ruang tidak dapat dipisahkan dari usaha-usaha menjaga kelestarian lingkungan, keseimbangan ekosistem dan bermuara pada tercapainya kenyamanan hidup bagi segenap penghuninya. Dalam penataan ruang, selain mempertimbangkan aspek kesesuaian dan kemampuan/daya dukung, juga memperhatikan saling keterkaitan antar fungsi lingkungan dan pembangunan. Dengan demikian tata ruang adalah wujud struktural pemanfaatan ruang suatu wilayah, yang direncanakan dan menunjukkan hirarki dalam rangka keserasian tata guna tanah, air,
angkasa, dan tata sumberdaya lainnya, untuk menyangga dan memenuhi kebutuhan kebutuhan kehidupan biologis , sosio cultural, dan politis, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat tempat ia bergabung (Khadiyanto, 2005)
2.5.1 Pemanfaatan Ruang Kawasan Industri
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, pemanfaatan ruang pada kawasan industri terdiri dari :
a. Kawasan industri yang mendekati bahan baku : industri kimia dasar (ammonia, semen, clinker, kaca, pulp dan kertas, industri organik dan anorganik), industri mesin dan logam dasar (besi baja, aluminimum, tembaga, timah, kereta api, pesawat terbang, kapal, alat-alat berat lainnya).
b. Kawasan industri yang mendekati pasar : industri aneka pangan, industri aneka tekstil dan kimia, industri aneka alat listrik dan logam, industri aneka bahan bangunan dan umum
Sedangkan kriteria ruang untuk kawasan industri adalah sebagai berikut :
1. Memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti kawasan pertanian, pertambangan, perikanan, peternakan
2. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan pasar lokal regional, nasional, dan internasional (pelabuhan laut, terminal kargo, angkutan sungai, bandar udara, jalan raya, kereta api)
3. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan konsumen dan bahan baku
4. Memiliki akses yang tinggi dengan jaringan jalan regional atau sekitar jalan regional untuk menampung angkutan berat (klasifikasi Jalan Kelas A 10.000 ton)
5. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan ketersediaan tenaga kerja Di luar wilayah permukiman penduduk/permukiman perkotaan dan hutan lindung minimal jarak 3 20 km dengan batas yang jelas, dapat dipisahkan oleh hutan dan atau perkebunan Antara kawasan industri dengan kawasan perumahan perlu dikembangkan suatu kawasan penyangga (buffer zone)
6. Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas sumberdaya air (sungai, mata air, air tanah, waduk dan udara).
2.5.2 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Kawasan Industri
A. Kawasan Industri yang Mendekati Bahan Baku
a. Topografi : dengan lereng 0 8 % , ketinggian tidak lebih dari 1000 m dpl.
b. Hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase baik sampai sedang.
c. Klimatologi : berada pada lokasi dengan tingkat arah angin minimum yang menuju permukiman penduduk.
d. Geologi : dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di daerah rawan bencana longsor.
e. Lahan : area cukup luas minimal 10 ha; karakteristik tanah bertekstur sedang sampai kasar, berada pada tanah marginal untuk pertanian.
B. Kawasan Industri yang Mendekati Pasar
a. Topografi : dengan lereng 0 % 8 %
b. Hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air.
c. Klimatologi : berada pada lokasi dengan tingkat arah angin minimum yang menuju permukiman penduduk.
d. Geologi : dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di daerah rawan bencana longsor.
e. Lahan : area cukup luas minimal 10 ha; karakteristik tanah bertekstur bertekstur sedang sampai kasar, berada pada tanah marginal untuk pertanian.
2.5.3 Standar Teknis
Standar Teknis untuk jalan arteri pada Kawasan Industri adalah sebagai berikut :
a. Penetapan batas lahan dawasja sesuai dengan dimensi lebar jalan yang ada atau minimum 20 meter
b. Penyediaan lahan untuk penempatan rambu-rambu lalu lintas, dan rambu rambu peringatan yang berkaitan dengan karakteristik kawasan
c. Penetapan ketentuan tempat pemberhentian dan tempat parkir kendaraan di sepanjang kawasan
d. Pembatasan jalan akses ke lingkungan industri minimal setiap 500 meter
e. Pembatasan pemanfaatan lahan pada ruang persimpangan jalan dari kegiatan fungsional
f. Penetapan larangan pembangunan fisik di sepanjang koridor jalan arteri primer dalam radius jarak 500 meter.
2.6. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pendukung
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dibagi dua, yaitu untuk keperluan internal kawasan dan eksternal kawasan. Dalam pembahasan ini sarana prasarana yang dibutuhkan dilihat dari kesesuaian lahan untku penempatannya, karena kesesuaian lahan prasarana akan mempengaruhi keksesuaian lahan secara keseluruhan, sehingga tiap prasarana harus ditempatkan sebagai berikut :
1. Untuk keperluan internal kawasan industri :
Penyediaan prasarana tersebut ada yang bersifat wajib dilengkapi, yaitu meliputi (Keputusan Menteri Perindustrian No.291/M/SK/10/1989 Tentang Cara Perizinan dan Standar Teknis Kawasan Industri :
a. Jaringan jalan lingkungan dalam kawasan industri.
Kegiatan industria pada umumnya memerlukan alat transportasi yang mempunyai katergori sebagai angkutan berat, disamping angkutan penumpang (tenaga kerja). Yang perlu diperhatikan adalah kendala fisik lahan cenderung labil, sehingga memerlukan konstruksi jalan yang kuat agar dapat menampungkapasitas muatan yang melewati jalan. Tetapi apabila kapasitas melebihi kekuatan jalan akan mengakibatkan kerusakan jalan. Konstuksi jalan memiliki bagian-bagian sebagai berikut (Soedarsono, 1979) :
1. Lapisan penutup
2. Lapisan perkerasan atas
3. Lapisan perkerasan bawah
4. Lapisan tanah dasar
Gambar 2.3 Lapisan Konstruksi
Sumber : Soedarsono, 1979Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indosnesia 1997, jalan dibagi atas 3 jenis, yaitu jalan luar kota, jalan perkotaan dan jalan bebas hambatan. Pembagian jenis ini berdasarkan pada perkembangannya, karakteristik arus lalu lintas dan ada tidaknya kerb. Untuk lebih jelasnya jalan tersebut diuraikan sebagai berikut (Kodoatie, 2003) :
1. Jalan antar kota, yaitu jalan yang tanpa perkembangan yang menerus pada sisi manapun, meskipun mungkin terdapat perkembangan permanen yang setempat-setempat, seperti rumah makan, pabrik, atau permukiman. Karakteristik arus lalu lintas hampir merata setiap harinya (baik pagi maupun sore), prosentase truk lebih besar pada arus lalu lintas dan umumnya tidak dilengkapi kerb/pembatas
2. Jalan perkotaan, yaitu jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruhnya, minimal pada satu sisi jalan tersebut. Selain itu karakteristik arus lalu lintaspuncak pada pagi hari dan sore hari secara umum lebih tinggi dalam
3. komposisi lalu lintasnya (kendaraan pribadi dan sepeda motor lebih banyak), dan umumnya pada jalan perkotaan terdapat kerb/pembatas.
4. Jalan bebas hambatan (jalan tol), yaitu jalan untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, baik merupakan jalan terbagi ataupun tak terbagi.
b. Saluran pembuangan air hujan (drainase)
Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu dialirkan atau dibuang. Caranya yaitu dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran diatas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan dengan saluran rumah tangga dan sistem bangunan infrastruktur lainnya. Sehingga apabila cukup banyak limbah cair berada dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Pengaturan jaringan drainase perlu diperhatikan, melihat kondisi topografi kawasan studi yang datar dan landai, sehingga mempunyai potensi untuk terjadi genangan akibat tidak ada perbedaan ketinggian untuk pengaliran. Air cenderung mengalir dengan lambat, bahkan timbul aliran balik akibat pengaruh pasang, sehingga memungkinkan terjadinya sedimentasi.. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya genangan air di suatu lokasi antara lain (Kodoatie, 2003) :
Dimensi saluran yang tidak sesuai
Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan peningkatan debit banjir di suatu daerah aliran sistem drainase
Elevasi saluran tidak memadai
Lokasi merupakan daerah cekungan
Lahan yang tadinya sebagai tampungan air hujan diubah menjadi industri/permukiman.
Tanggul kurang tinggi
Kapasitas tampungan kurang besar
Dimensi gorong-gorong terlalu kecil sehingga terjadi aliran balik
Adanya penyempitan saluran
Tersumbatnya saluran oleh endapan, sedimentasi atau timbunan sampah
Untuk mengantisipasi hal ini dengan menggunakan pola gravitasi yang mempertimbangkan faktor curah hujan, resapan air, dan perkiraan volume pembuangan limbah cair industri. Keseluruhan pola jaringan drainase industry terbagi dalam 3 kategori yaitu : jaringan primer, sekunder, dan tersier sesuai dengan fungsinya. Sebagai saluran primer industri dengan cara memanfaatkan sungai-sungai periodik yang dekat dengan kawasan industri.
c. IPAL industri termasuk saluran pengumpulnya
Limbah merupakan bahan-bahan pencemaran yang dibuang dan masuk ke lingkungan suatu masyarakat yang potensial mengganggu/ mengancam kehidupan manusia sekitarnya. Khusus limbah dari industri, disamping berasal dari buangan yang memang pada awalnya adalah berbentuk padat, maka banyak pula yan berasal dari lumpur hasil pengolahan limbah cairnya. Bila dalam limbah cair tersebut terkandung buangan berbahaya dan beracun (B3), dan dalam proses unit pengolah limbah cair tersebut tidak terdapat usaha untuk menjadikan komponen tersebut tidak berbahaya dan beracun (missal reduksi/netralisasi), maka otomatis limbah Lumpur yang harus dikelola itu akan menjadi limbah B3. Limbah padat yang berbahaya (B3) dapat tercampur dengan mudah ke dalam limbah yang kurang berbahaya (misalnya sampah kota) seperti batere bekas (toksik), sisa amunis (eksplosif), limbah dari rumah sakit (patogen) ataupun limbah yang bersifat korosif. Khusus instalasi pengolahan air limbah industri, sifat penyediaannya tergantung pada
kebutuhan jenis-jenis industri yang ada di kawasan. Sedangkan sistem penanganan limbah cair industri-industri yang ada di zona tersebut dilakukansecara terpusat maupun secara individu, dengan membangun instalasi pengolahan limbah cair dan jaringan penyaluran limbah cair yang terolah diharuskan sudah dapat memenuhi baku mutu air sebelum masuk pada badan air penerima. Badan air penerima ini biasanya berupa sungai yang paling dekat dengan kawasan industri.
d. Jaringan air bersih
Jaringan air bersih didistribusikan oleh PDAM dengan menggunakan saluran bawah tanah. Sehingga polanya dapat disesuaikan dengan pola jaringan jalan.Apabila dalam penyediaan air bersih dari PDAM masih kurang, maka dapat dibuat sumur artesis yang biasanya disediakan oleh pengeloa kawasan industria. Sehingga sesuai dengan aturan yang berlaku apabila sumur artesis sudah disediakan oleh pengelola, maka tidak boleh membuat sumur artesissendiri tanpa seijin pengelola dan pemerintah. Hal ini untuk menghindari banyaknya pembuatan sumur artesis ilegal yang akan berpengaruh terhadap kondisi tanah yang ada. Untuk penempatan jaringannya dengan menggunakan sistem jaringan bawah tanah yang menanam pipa pada tanah dengan
kedalaman 20-5065-70Maks 10Maks 10Sesuai kebutuhanMin 10
>50-10060-70Maks12,5Maks 15Sesuai kebutuhanMin 10
>100-20050-70Maks 15Maks 20Sesuai kebutuhanMin 10
>200-50045-70Maks 17,510-25Sesuai kebutuhanMin 10
>50040-70Maks 2010-30Sesuai kebutuhanMin 10
Keterangan:
1. Kaveling komersial adalah kaveling yang disediakan oleh perusahaan kawasan industri untuk sarana penunjang seperti perkantoran, bank, pertokoan/tempat belanja, tempat tinggal sementara, kantin, dsb.
2. Kaveling perumahan adalah kaveling yang disediakan oleh perusahaan kawasan industri untuk perumahan pekerja termasuk fasilitas penunjangnya, seperti tempat olahrga dan sarana ibadah.
3. Fasilitas yang termasuk sarana penunjang lainnya, antara lain pusat kesegaran jasmani (fitness centre), pos pelayanan telekomunikasi, saluran pembuangan air hujan,instalasi pengolahan air limbah industri, instalasi penyediaan air bersih, instalasi penyediaan tenaga listrik, instalasi telekomunikasi, unit pemadam kebarakan.
4. Persentase mengenai penggunaan tanah untuk jalan dan sarana penunjang lainnya disesuaikan menurut kebutuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
5. Presentasi ruang terbuka hijau ditetapkan minimal 10% sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota bersangkutan.
2.9. Perkembangan Industri di Sumatera Utara
Kawasan industri pertama yang dibangun di Provinsi Sumatera Utara adalah Kawasan Industri Medan (KIM) yang berdiri pada 7 Oktober tahun 1988 dengan komposisi sahamnya terdiri dari Pemerintah Pusat (60%), Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (30%) dan Pemerintah Kota Medan (10%). Hingga saat ini luas total dari Kawasan Industri Medan adalah 780 Ha. Areal Kawasan Industri Medan (Tahap I) dengan luas 200 Ha terletak di sebelah barat jalan tol dan area di sebelah timur jalan tol disebut Kawasan Industri Medan tahap II dengan luas 325 Ha.
Dalam kawasan yang terbesar di Sumatera Utara ini telah bergabung 600 pengusaha mulai dari skala UKM, menengah hingga industri-industri multinasional dan internasional. Terdapat berbagai hasil produksi yang diproduksi dengan mengandalkan potensi dan sumber daya alam unggulan di Sumatera Utara seperti industri pengolahan kelapa sawit (CPO) dan turunannya seperti Fatty Acid, Steric Acid, Palmitat Acid, Isopropil Palmiat, Gliserin dan jenis oleochemical lainnya, karet, coklat, kopi, teh dan hasil-hasil pertanian dari dataran tinggi Sumatera Utara berupa sayur mayur dan buah-buahan. Industri Hasil Laut, Goldstorage, pengalengan ikan, makanan dan minuman, industri hasil hutan, furniture, rotan, meubel, industri bangunan (baja) dan lain-lain. Adapun jenis industri yang teradapat di Kawasan Industri Medan adalah sebagai berikut :
Hasil laut
Permen
Cocoa Powder
Biscuite
Industri Plastik
Industri Furniture
Industri Pakan Ternak
Industri Baja
Industri Bahan Bangunan (seng, paku, concreate,dll)
Industri Keramik (Tile)
Industri Pembungkus
Industri Berbasis CPO
Industri Sarung Tangan
Industri Paper Over Lay
Industri Percetakan
Industri Es
Industri Pupuk
Kemudian dibangun lagi kawasan industri di Tanjong Morawa Kabupaten Deli Serdang yang bernama Kawasan Industri Medan Star. Jenis-jenis industri yang terdapat di kawasan industri ini antara lain industri perakitan barang-barang elektronik, makanan, rokok dan lain-lain. Kemudian dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei yang berlokasi di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun.Seperti diketahui KEK Sei Mangkei merupakan bagian strategis dari program Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). KEK Sei Mangkei mempunyai luas 2002 Ha dan dikembangkan untuk industri hilir kelapa sawit, aneka industri Logistik, pariwisata serta UMKM. Saat ini KEK Sei Mangkei sudah memasuki tahap pembangunan, dengan mulai dibangunnya pabrik Oleochemical Plant, pabrik Fatty Acid, pabrik Fatty Alcohol, pabrik Refinery, pabrik pupuk NPK Fertilizer, Pabrik energi Bioma.
KEK Sei Mangkei dirancang untuk mengakomodir 200 unit industri berkelas dunia. KEK Sei Mangkei adalah satu-satunya KEK yang memiliki akses ke Selat Malaka yang juga akan terintegrasi dengan kawasan Kuala Tanjung. Dengan keunggulan geografis yang sangat strategis tersebut, KEK Sei Mangkei akan berkembang pesat dan menjadi simpul ekonomi dunia. Hadirnya KEK Sei Mangkei, diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor dalam memenuhi berbagai kebutuhan bagi masyarakat.
Gambar 2.5Pengembangan Kawasan Industri Di Koridor Ekonomi Sumatera
Untuk melihat perkembangan industri di Kota Medan, dapat dilihat tabel-tabel berikut ini. Pada tabel 2.11 dapat dilihat bahwa perusahaan terbanyak di Kota Medan adalah perusahaan yang bergerak di bidang kimia, barang dari bahan kimia, karet dan plastik yaitu sebanyak 32 perusahaan. Sementara itu, industri yang paling banyak di Sumatera Utara adalah industri makanan, minuman dan tembakau yaitu sebanyak 447 perusahaan.
Tabel 2.11. Perbandingan Banyaknya Perusahaan dan Tenaga kerja Industri Besar, Sedang Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2008-2010NoKlasifikasi
MedanSumatera Utara
PerusahaanTenaga KerjaPerusahaanTenaga Kerja
1Makanan, Minuman dan tembakau / Food, Beverages & Tobacco296 93544758 978
2Tekstil, Pakaian Jadi dan kulit / Textile, Garments and Laethers132 842545 801
3Kayu dan Barang dari Kayu
Manufacture of Wood and Wood Priduct42 65711516 119
4Kertas, Barang dari Kertas Percetakan dan Penerbitan
Paper and Paper Product, Printing and Publishing102 002274 629
5Kimia, Barang dari Bahan Kimia, Karet & Plastik
Manufacture of Chemical, Chemical Products, Rubber & Plastic Products327 50418940 287
6Barang Galian Bukan Logam
Manufacture of Non Metalic Mineral Product4290574 903
7Logam Dasar Basic Metal Industries62804186 432
8Barang dari Logam, Mesin & Peralatannya Fabricated Metall Product12828827 117
9Lain-lain Others2326881316 119
Jumlah/Total
201013333 4971 002 145 549
200916625 7311 079141 348
200819337 5141 145149 171
Sumber : BPS-Provinsi Sumatera Utara
Dari 133 perusahaan yang ada di Kota Medan, sebanyak 45 perusahaan berada di Kecamatan Medan Deli, kemudian sebanyak 22 perusahaan di Kecamatan Medan Johor dan sebanyak 16 perusahaan di Kecamatan Medan Amplas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.12. Penyerapan tenaga kerja terbanyak ada di Medan Deli, yaitu sebanyak 21.230 orang, kemudian Medan Amplas sebanyak 5.296 dan kemudian Medan Johor sebanyak 1.628 orang.
Tabel 2.12 Banyaknya Perusahaan, Tenaga Kerja, pengeluaran untuk Tenaga Kerja Industri Besar-Sedang Kota Medan Menurut Kecamatan tahun 2008-2010NoTahun/KecamatanBanyaknya PerusahaanBanyaknya Tenaga KerjaPengeluaran Tenaga Kerja
1Medan Tuntungan1842 173 282
2Medan Johor22162832 933 094
3Medan Amplas16529698 704 536
4Medan Denai13935 660
5Medan Area3931 775 200
6Medan Kota000
7Medan Maimun123662 363
8Medan Polonia42123 324 312
9Medan Baru000
10Medan Selayang210385 600
11Medan Sunggal54637 688 556
12Medan Helvetia41642 492 486
13Medan Petisah643310 789 323
14Medan Barat439713 012 579
15Medan Timur31161 459 60
16Medan Perjuangan41902 603 240
17Medan Tembung2881 159 466
18Medan Deli4521230718 534 035
19Medan Labuhan279631 954 120
20Medan Marelan000
21Medan Belawan8214266 141 420
Kota Medan
201013333 497996 652 131
200916625 731923 065 455
Sumber : BPS-Provinsi Sumatera Utara
Dilihat dari nilai inputnya, maka nilai input berupa bahan baku terbanyak terdapat di Medan Deli yaitu sebanyak 12.789.902.949, kemudian Medan Belawan sebanyak 3.936.672.271, kemudian Medan Amplas sebanyak 2.937.617.881. Nilai sewa gedung terbesar terdapat di Medan Belawan dengan jumlah 11.319.151, kemudian Medan Labuhan sebesar 2.691.038, dan kemudian Medan Deli sebesar 2.052.360. Data ini menunjukkan bahwa walaupun perusahaan di Belawan sedikit, tetapi nilai bahan bakunya dan sewa gedungnya besar. Tabel 2.13. Nilai Input Industri Besar Sedang Kota Medan Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2008 - 2010
NoTahun/KecamatanBahan BakuBahan Bakar, Listrik & GasSewa Gedung, MesinBarang Lainnya
1Medan Tuntungan12 800 00084155 0001 181 000
2Medan Johor312 353 3711628198 70049 935 815
3Medan Amplas2 937 617 88152961 746 63941 621 811
4Medan Denai67 9393903 300
5Medan Area1 562 25993066 760
6Medan Kota0000
7Medan Maimun02337 50024 100
8Medan Polonia6 150 84921223 000431 869
9Medan Baru0000
10Medan Selayang2 325 3951030179 298
11Medan Sunggal40 331 0354630620 590
12Medan Helvetia10 916 27616401 181 930
13Medan Petisah54 540 41743389 9993 338 445
14Medan Barat33 463 1823978 9604 708 829
15Medan Timur1 612 6071160170 316
16Medan Perjuangan4 631 39819050 000743 788
17Medan Tembung814 591880103 251
18Medan Deli12 789 902 949212302 052 360628 604 286
19Medan Labuhan300 381 1337962 691 03884 074 377
20Medan Marelan0000
21Medan Belawan3 936 672 271214211 319 151114 522 365
Kota Medan
201020 446 143 553848 710 33118.372.347931.512.133
200919 017 463 0571 004 483 47526 591 272862 772 106
200811 737 699 010583 674 22919 627 886599 448 864
Sumber : BPS-Provinsi Sumatera Utara
Nilai output industri terbesar terdapat di Medan Deli dengan jumlah 26.664.554.854, kemudian di Medan Belawan dengan jumlah 4.954.501.453 dan kemudian Medan Amplas dengan jumlah 4.057.485.472. Data ini menunjukkan bahwa jumlah output hasil industri terbesar di Kota Medan terdapat di Medan Deli.Tabel 2.14. Nilai Output Industri Besar Sedang Kota Medan Dirinci Menurut Kecamatan 2008-2010NoTahun/Kecamatan
Nilai Barang Yang DihasilkanNilai Tenaga Listrik Yang Dijual Pendapatan Jasa Industri Pendapatan LainnyaSelisih Nilai Stok Barang Setengah JadiJumlah
1Medan Tuntungan19 787 0000002 042 00021 829 000
2Medan Johor472 565 21702 119 52315 00015 964 676492 798 939
3Medan Amplas3 877 172 602020 248 2782 944 981133 926 3524 057 485 472
4Medan Denai514 0080000514 008
5Medan Area2 049 89601 380 00098 0005 0005 010 896
6Medan Kota000000
7Medan Maimun001 060 00036 00002 192 000
8Medan Polonia17 376 91700016 20717 545 124
9Medan Baru000000
10Medan selayang5 993 44701 493 447109 960750 5469 950 807
11Medan sunggal61 734 68902 000 0001 000 000344 58368 079 272
12Medan Helvetia24 880 9670018 400516 79725 434 564
13Medan Petisah80 385 19500549 084252 88681 736 249
14Medan Barat63 913 4120439 037168 1826 394 61671 522 466
15Medan Timur5 545 00300052 1005 597 103
16Medan Perjuangan2 908 706 6570628 8455 420334 4292 910 309 616
17Medan Tembung2 995 97100053 6353 049 606
18Medan Deli25 335 110 6130105 495 187135 317 786847 818 29526 664 554 854
19Medan Labuhan433 627 635033 940 53052 312 35396 136 102702 269 503
20Medan Marelan000000
21Medan Belawan4 673 881 301021 498 750648 007236 326 6384 954 501 453
Kota Medan
201037 986 240 5300190 303 597193 223 1731 341 086 86240 094 380 932
200930 501 814 0387 812229 798 763182 817 26919 270 62530 895 167 257
200816 984 279 25086 983562 662 509258 9842 698 8275 095 610 051
Sumber : BPS-Provinsi Sumatera Utara, 20142.10. Gambaran Umum Kecamatan Medan LabuhanKecamatan Medan Labuhan berbatasan langsung dengan kecamatan Medan Deli di sebelah selatan, kecamatan Medan Belawan di sebelah utara, Kecamatan Medan Marelan di sebelah barat, dan kabupaten Deli Serdang di sebelah timur. Kecamatan Medan Labuhan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 40,68 km2. Jarak kantor kecamatan ke kantor walikota Medan yaitu sekitar 18 km.
Kecamatan Medan Labuhan dihuni oleh 112.642 orang penduduk dimana penduduk terbanyak berada di kelurahan Besar yakni sebanyak 34.228 orang dan jumlah penduduk terkecil di kelurahan Nelayan Indah yakni sebanyak 7.939 orang.
Tabel 2.15. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan Kepadatan Penduduk Per Km Dirinci Menurut Kelurahan Di Kecamayan Medan Labuhan Tahun 2012KelurahanJumlah Penduduk (Jiwa)Luas Wilayah
(Km2)Kepadatan Penduduk per Km2
1. Besar34 22865 704
2. Tangkahan20 4146,0053 399
3. Martubung16 26553 253
4. Sei Mati14 38012,7801 117
5. Pekan Labuhan19 4163,6055 385
6. Nelayan Indah7 9394,2001 890
Medan Labuhan 112 64240,6802 768
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014Tabel 2.16 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur & Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Labuhan
KelurahanJenis KelaminJumlah (jiwa)
Laki-laki
(Jiwa) Perempuan
(Jiwa)
0-46 5575 99012 547
5-1412 36812 40224 770
15-4429 11627 77356 889
45-647 9647 63615 600
>=651 2861 5502 836
Medan Labuhan57 29155 351112 642
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014
Tabel 2.17 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012
KelurahanPegawaiPetani (jiwa)Nelayan (jiwa)Pedagang (jiwa)Pensiun (jiwa)Lainnya (jiwa)
Negeri
(Jiwa)Swasta
(Jiwa)ABRI
(Jiwa)
Besar1 8278 0211505171402 0955309 526
Tangkahan1312 274411 468184967491 757
Martubung8732 5601455431851 2421743 531
Sei Mati134191581 1282 1847342 3562 761
Pekan Labuhan43313921801 4161 5042779 723
Nelayan Indah671 096501 080729282 515
Medan Labuhan 346514109717365651897271341429813
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014
A. Jumlah Sekolah Negeri dan swasta di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012
Tercatat ada sejumlah fasilitas pendidikan di kecamatanMedan labuhan yaitu sebanyak 1TK, 21 SD Negeri dan 28 SD Swasta, 19 SLTP Negeri dan 4 SLTP Swasta, 12 SLTA Negeri dan 4 SMK Negeri, 1 SMK Swasta serta 5 SLTA Swasta.Tabel 2.18 Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri dan Swasta diperinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012
KelurahanNegeriSwastaJumlah
KejuruanUmumKejuruanUmum
1. Besar01012
2. Tangkahan00011
3. Martubung00011
4. Sei Mati03025
5. Pekan Labuhan00000
6. Nelayan Indah10001
Medan Labuhan 140510
Sumber : Kantor Depdikbud Kecamatan Medan Labuhan.
B. Banyaknya Perusahaan Industri Besar, Sedang, Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012
Perusahaan industri di Kecamatan Medan Labuhan mulai banyak bermunculan, terutama industri rumah tangga.Perusahaan industri di Kelurahan Medan Labuhan lebih didominasi oleh industri rumah tangga. Tercatat pada tahun 2012 terdapat hanya 6 industri besar sedang, 92 industri kecil dan 173 industri rumah tangga di kecamatan Medan Labuhan.
Tabel 2.19 Banyaknya Perusahaan Industri Besar, Sedang, Kecil dan Kerajianaan Rumah Tangga Menurut Kelurahan di Kecamataan Medan Labuhan Tahun 2012KelurahanBesar/
SedangKecilRumah Tangga
1. Besar13818
2. Tangkahan0824
3. Martubung21147
4. Sei Mati11522
5. Pekan Labuhan21633
6. Nelayan Indah0429
Medan Labuahan 692173
Sumber : Kantor Lurah se Kecamatan Medan Labuhan.
C. Ekonomi di Kecamatan Medan Labuhan
Sejumlah pasar dan pertokoan sudah mulai ramai mendukung kegiatan perekonomian di kecamatan Medan Labuhan, diantaranya terdapat 5 pasar, 26 pertokoan dan 11 supermarket. Ketersediaan BBM di kecamatan ini sudah cukup memadai.Terdapat 5 SPBU di kecamatan Medan Labuhan.Untuk fasilitas bengkel kendaraan bermotor, sudah banyak bengkel yang ada di kecamatan ini yaitu sebanyak 77 bengkel sepeda motor dan 76 bengkel mobil.
Tabel 2.20 Banyaknya Pasar dan Pertokoan per Kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012
KelurahanPasarKlompok PertokoanSwalayan/
MinimarketMall/Plaza
1. Besar11640
2. Tangkahan1010
3. Martubung1830
4. Sei Mati1000
5. Pekan Labuhan1220
6. Nelayan Indah0010
Medan Labuhan 526110
Sumber : Kantor Lurah se Kecamatan Medan Labuhan.
Tabel 2.21 Jumlah Pasar yang Dikelola Pemerintah, Swasta dan Tanpa Pengolahan di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012KelurahanPasar dikelola
PemerintahPasar dikelola
SwastaPasar Tanpa Pengelola
1. Besar100
2. Tangkahan000
3. Martubung100
4. Sei Mati001
5. Pekan Labuhan001
6. Nelayan Indah000
Medan Labuhan 202
Sumber : Kantor Lurah se Kecamatan Medan Labuhan.
D. Banyaknya Lembaga Keuangan menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012
Ketersediaan fasilitas keuangan untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat di Kecamatan medan Labuhan sudah cukup banyak. Terdapat 3 bank, 7 koperasi dan 1 pegadaian di Kecamatan Medan Labuhan 2012.
Tabel 2.22 Banyaknya Lembaga Keuangan menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012KelurahanBANKLeasing/
FinanceValuta Asing
1. Besar100
2. Tangkahan000
3. Martubung200
4. Sei Mati000
5. Pekan Labuhan000
6. Nelayan Indah000
Medan Labuhan 300
Sumber : Kantor Lurah se Kecamatan Medan Labuhan.
Gambar 2.6 Peta Kota Medan
Gambar 2.7 Peta Kecamatan Medan Labuhan
Keterangan: Perumahan
Perdagangan
Industri
RTH
Gambar 2.8 Kawasan Peruntukan Industri di Kecamatan Medan Timur2
(c)
(a)
(b)
Gambar 2.1
Segitiga Lokasional Weber
Gambar 2. 2
Daya dukung lingkungan
Gambar 2.4 Denah
47
top related