mjafareffendi.files.wordpress.com · web viewpeningkatan kompetensi supervisi akademik pada aspek...
Post on 09-Feb-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IIIRENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN
A. Pelaksanaan Rencana Tindak Kepemimpinan
1. Peningkatan Kompetensi Supervisi Akademik Pada Aspek Tehnik-Tehnik Dalam Melakukan Supervisi Akademik
a. Persiapan
Sebagaimana hasil AKPK, maka Rencana Tindak Kepemimpinan
(RTK) yang penulis lakukan dalam pelaksanaan OJL ini adalah
Peningkatan Kompetensi supervisi akademik pada aspek meningkatkan
pemahaman teknik-teknik supervisi akademik.
Langkah awal yang penulis lakukan adalah membuat perencanaan/
jadwal kegiatan belajar mandiri, diantaranya adalah mengkaji ulang
modul tentang Supervisi Akademik, mencari artikel yang terkait dengan
supervisi akademik di internet.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penulis awali dengan mengkaji ulang modul
tentang Supervisi Akademik Diklat Cakep In-1 dan mencari literatur
tambahan dari internet, konsultasi dengan rekan sejawat, baik rekan satu
sekolah maupun sesama peserta OJL, Kepala Sekolah, terkait dengan
supervisi akademik, khususnya aspek teknik-teknik supervisi akademik.
Konsultasi dengan Pengawas mata pelajaran , dari pertemuan awal
disepakati, penulis diperkenankan untuk ikut kegiatan supervisi akademik
salah satu guru, yakni Halida L, S.Pd, mapel IPS pada tanggal 6 Maret
2013. Meskipun kegiatan ini dikatagorikan terlambat, namun masukan
10
11
yang diberikan pengawas menambah wawasan penulis terhadap
pemahaman supervisi akademik.
Masukan yang diberikan pengawas, saat penulis ikut kegiatan
supervisi akademik pada Ibu Halida L, S.Pd, 6 Maret 2013, lebih
menambah pemahaman supervisi akademik.
c. Monev
Kegiatan RTK – AKPK dengan pokok kajian “Peningkatan
Kompetensi supervisi akademik pada aspek meningkatkan pemahaman
teknik-teknik supervisi akademik secara garis besar dapat dikatakan
berjalan sebagaimana yang direncanakan.
d. Refleksi
Dari kegiatan RTK – AKPK ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kelemahan/ kekurangan pemahaman pada diri penulis, khususnya
kompetensi supervisi akademik pada aspek teknik-teknik supervisi
akademik.
e. Hasil
Hasil kegiatan ini penulis fokuskan pada rangkuman materi tentang
tehnik-tehnik supervisi akademik.
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
pencapaian tujuan pembelajaran. Serangkaian kegiatan dalam hal ini
dimaksudkan upaya membantu guru-guru mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran.
12
Kegiatan supervisi akademik, meliputi perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian proses pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi
akademik guru adalah:
1) Kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran,
2) Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
mencakup aspek menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan
mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, teknik)
yang tepat,
3) Menilai hasil pembelajaran, memanfaatkan hasil penilaian untuk
peningkatan layanan pembelajaran.
Prinsip-prinsip Supervisi Akademik
1) Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
2) Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program
supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.
3) Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
4) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.
5) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang
mungkin akan terjadi.
6) Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru
dalam mengembangkan proses pembelajaran.
7) Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan
guru dalam mengembangkan pembelajaran.
13
8) Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh
dalam mengembangkan pembelajaran.
9) Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan
supervisi akademik.
10) Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
11) Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.
12) Berkesinambungan , supervisi akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh Kepala sekolah.
13) Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
14) Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di
atas
Dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik
1) Kompetensi kepribadian.
2) Kompetensi pedagogik.
3) Kompotensi profesional.
4) Kompetensi sosial.
Model supervisi tradisional
1) Observasi Langsung
Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung
kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: pra-observasi
dan post-observasi.
14
a) Pra-Observasi
Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan
wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi
diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum,
pendekatan, metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan
analisis.
b) Observasi
Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan
dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian
supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi
pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup.
c) Post-Observasi
Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan
wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap
penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru,
identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu
ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan.
2) Supervisi Akademik dengan Cara Tidak Langsung
a) Tes Dadakan
Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah
diketahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat
kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah
dipelajari peserta didik waktu itu.
15
b) Diskusi Kasus
Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada
observasi proses pembelajaran, laporan-laporan atau hasil studi
dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi
kasus, mencari akar permasalahan dan mencari berbagai alternatif
jalan keluarnya.
c) Metode Angket
Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan
mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan
guru dengan siswanya dan sebagainya.
Model Kontemporer (Masa Kini)
Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan
pendekatan klinis sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi
klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis, merupakan
supervisi akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis
sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu: dengan observasi kelas.
namun pendekatannya berbeda.
16
Teknik Supervisi Akademik
Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu teknik supervisi individual, dan teknik supervisi
kelompok. 1
1) Teknik Supervisi Individual
a) Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas ini bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar
undangan dari guru itu sendiri. Ada empat tahap kunjungan kelas:
1. Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan
waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan
kelas.
2. Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini,
supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran
berlangsung.
1Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu, Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Metode Dan Teknik Supervisi, hal 22
17
3. Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama
guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil
observasi,
4. Tahap tindak lanjut.
Ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu: (1)
memiliki tujuan-tujuan tertentu; (2) mengungkapkan aspek-aspek
yang dapat memperbaiki kemampuan guru; (3) menggunakan
instrumen observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang
obyektif; (4) terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina
sehingga menimbulkan sikap saling pengertian; (5) pelaksanaan
kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar; (6)
pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut
b) Observasi Kelas
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan
memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Secara
umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran
yang sedang berlangsung adalah:
1. usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses
pembelajaran
2. cara penggunaan media pengajaran
3. reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar
4. keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.
18
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap,
yaitu: (1) persiapan observasi kelas; (2) pelaksanaan observasi
kelas; (3) penutupan pelaksanaan observasi kelas; (4) penilaian
hasil observasi; dan (5) tindak lanjut. Dalam melaksanakan
observasi kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan instrumen
observasi tertentu, antara lain berupa evaluative check-list, activity
check-list.
c) Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog,
dan tukar pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru
dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan
profesional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan
kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan
kesulitan yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang
lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan
pada diri guru; dan (4) menghilangkan atau menghindari segala
prasangka yang bukan-bukan.
Hal yang dilakukan Supervisor dalam pertemuan individu : (1)
berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, (2) mendorong
guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, (3) memberikan
pengarahan, dan menyepakati berbagai solusi permasalahan, (4)
menindaklanjutinya.
19
d) Kunjungan Antar Kelas
Guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan
sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antar kelas ini, guru
akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya
mengenai pelaksanaan proses pembelajaran pengelolaan kelas, dan
sebagainya.
Agar kunjungan antar kelas ini betul-betul bermanfaat bagi
pengembangan kemampuan guru, maka sebelumnya harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan teknik
ini dalam melaksanakan supervisi bagi guru-guru.
1. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan
sebaik-baiknya. Upayakan mencari guru yang memang mampu
memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan
mengunjungi.
2. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
3. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan
kelas.
4. Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat.
Amatilah apa-apa yang ditampilkan secara cermat, dan
mencatatnya pada format-format tertentu.
20
5. Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai.
Misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan
pemberian tugas-tugas tertentu.
6. Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru
bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi
yang dihadapi.
7. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan
antar kelas berikutnya.
2) Teknik Supervisi Kelompok,
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan
program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-
guru yang yang akan disupervisi berdasarkan hasil analisis kebutuhan,
dan analisis kemampuan kinerja guru, kemudian dikelompokan
berdasarkan kebutuhan guru. Kemudian guru diberikan layanan
supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang
diperlukan.
Teknik supervisi kelompok dapat dilakukan dengan cara (1)
pertemuan/ rapat, (2) diskusi kelompok, (3) diklat.
Teknik supervisi kelompok dengan cara pertemuan/ rapat,
Seorang kepala sekolah menjalankan tugasnya berdasarkan rencana
yang telah disusun. Rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru,
dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan
21
supervisi. Rapat tersebut antara lain melibatkan KKG, MGMP, dan
rapat dengan pihak luar sekolah.
Teknik supervisi kelompok dengan cara diskusi kelompok
dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang
studi sejenis. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah
memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat dan saran yang
diperlukan.
Teknik supervisi kelompok dengan cara diklat/ penataran-
penataran, misalnya penataran untuk guru bidang studi tertentu, maka
peran Kepala Sekolah mengelola dan membimbing pelaksanaan tidak
lanjut penataran
2. Penilaian Dilakukan Secara Terpadu Pada Aspek Penggunaan Hasil Penilaian Untuk Memperbaiki Proses Belajar Mengajar
Rasionalisasi
Penilaian hasil belajar dilakukan secara terpadu sebagaimana
dijelaskan di Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan, bahwa maksud terpadu, berarti penilaian oleh pendidik
merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran.
Secara garis besar, Fungsi Penilaian hasil belajar, diantaranya adalah:
a. Alat untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Dengan fungsi
ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan tujuan pembelajaran
sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran
22
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin
dilakukan antara lain : dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau
pengalaman belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru,
media pembelajaran.
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para
orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan
kecakapan pelajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran
dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
Melihat fungsi hasil penilaian pada poin (b), menunjukkan bahwa
peran hasil penilaian strategisnya, maka data yang diperoleh harus falid.
Karena data yang salah mengakibatkan kita salah diaknosa dan salah
melakukan tindakan. Dengan demikian, untuk memperoleh data hasil
penilaian yang falid dibutuhkan alat evaluasi yang falid pula, dengan kata lain
bahwa soal yang digunakan telah melalui bebagai tahapan penyusunan soal,
yakni analisis kualitatif dan analisis kuantitatif (uji statistik).
Pada EDS SMP Negeri 3 Tarakan, nilai skor sub indikator 8.1.4.2
hasil penilaian digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
adalah 1. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak guru yang belum
memanfaatkan hasil penilaian untuk bahan acuan proses belajar mengajar
berikutnya. (penulis berasumsi data EDS falid)
Guna menggali data lebih lanjut, penulis mengawali kegiatan RTK ini
dengan mengedarkan angket “pemanfaatan penilaian hasil belajar siswa”
kepada teman-teman guru di SMP Negeri 3 Tarakan. Data angket telah
23
mewakili 11 mapel, dan penulis berasumsi data yang diberikan rekan-rekan
guru falid.
Dari analisis data angket, secara garis besar dapat dipaparkan bahwa
para pendidik di SMP Negeri 3 Tarakan telah melakukan sebagai berikut:
a. penilaian aspek afektif, kognitif, psikomotor.
b. soal pada UH adalah soal yang dikaji saat KBM atau soal sejenis,
c. ketuntasan UH secara klasikal ≥ 50%,
d. sebagian guru telah melakukan analisis UH, namun belum rutin,
e. analisis butir soal/ nilai UTS digunakan sebagai salah satu acuan KBM
berikutnya.
Pada kajian OJL ini, penulis fokus pada masalah “sebagian guru telah
melakukan analisis UH, namun belum rutin” dengan kata lain “belum semua
guru melakukan analisis UH”. Sedangkan analisis penilaian merupakan hal
yang tak terpisahkan dari proses penilaian. Penyebab yang paling rasional
mengapa rekan-rekan guru belum semua melakukan analisis UH adalah
kurangnya kompetensi rekan-rekan guru tentang analisis UH, karena jarang
dilakukan, sebab analisis soal, khususnya UTS/ US di SMP Negeri 3 Tarakan
langsung dilakukan oleh tim “pengolah data”. UTS/ US menggunakan LJK.
Jika kita runut dari awal, karena kurangnya kompetensi analisis soal
maka belum semua guru melakukan analisis UH, akibatnya belum semua
guru melakukan remidi/ pengayaan sesuai kondisi siswa. Remidial dilakukan
secara klasikal, dengan kata lain “perlakuan sama untuk seluruh siswa
remidi”.
24
Dengan demikian, langkah awal untuk “Penggunaan Hasil Penilaian
Untuk Memperbaiki Proses Belajar Mengajar” adalah meningkatkan
kompetensi guru dalam menganalisis soal UH. Analisis soal UH
menggunakan aplikasi Anates, karena penggunaan aplikasi ini simpel.
a. Pelaksanaan siklus I
1) Persiapan
a) menghubungi/ koordinasi dengan guru peserta pelatihan/
responden (guru-guru yang sudah familiar dengan penggunaan
komputer)
b) menyiapkan panduan dan program aplikasi anates,
c) koordinasi dengan guru TIK untuk membantu kegiatan ini,
d) koordinasi dengan waka sarpras dan petugas ruang multimedia,
sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.
2) Pelaksanaan
Pelatihan dilaksanakan tanggal 15 Maret 2013. Kegiatan dimulai jam
09.00, dibuka oleh Kepala Sekolah. Kegiatan ini terdiri dari 2 agenda,
yakni (1) sosialisasi oleh H. Sofa, S.IP, M.Pd, (2) Pelatihan analisis
soal UH dengan anates, oleh M. Jafar Effendi, M.Pd. Penulis
mendapat giliran ke dua untuk paparan/ mendemontrasikan analisis
soal dengan anates. Karena hari Jumat, kegiatan diakhir tepat jam
11.00.
25
3) Monev
Karena padatnya kegiatan di SMP Negeri 3 Tarakan, diantaranya UTS
dan persiapan UAS, maka sosialisasi kegiatan peningkatan
kompetensi menganalisis soal UH baru terlaksana tanggal 11 Maret
2013. Kegiatan agak mundur dari jadwal yang ditetapkan, yakni
minggu pertama Maret 2013. Hal ini berkaitan dengan beban
pekerjaan sekolah yang harus segera diselesaikan oleh rekan-rekan
guru.
4) Refleksi
Dari pendekatan personal yang penulis lakukan, secara umum dapat
dinyatakan tidak ada masalah bagi peserta pelatihan berkaitan dengan
memasukkan data/ entry data. Namun saat menginterpretasikan/
menterjemah hasil analisis soal, dari 11 peserta, hanya 5 peserta yang
belum paham. Untuk rekan yang belum paham, hal ini akan
dipertajam pada siklus ke dua. Adapun rekan-rekan yang telah paham
menginterpretasikan/ menterjemah hasil analisis soal diberdayakan
untuk membantu mensosialisasikan aplikasi anates .
5) Hasil
Contoh analisis soal UH dan interpretasinya.
Perhitungan analisis yang dihasilkan adalah: reliabilitas, kelompok
unggul & asor (atas – bawah), daya pembeda, tingkat kesukaran,
validitas soal, kualitas pengecoh.
26
Reliabilitas : adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu
menunjukkan konsisten hasil pengukurannya. (ke-ajek-an,
berhubungan dengan ketetapan hasil tes)
Kriteria reliabilitas 0,81 < r 1,00 sangat tinggi0,61 < r 0,80 tinggi0,41 < r 0,60 cukup0,21 < r 0,40 rendah0,00 < r 0,21 sangat rendah
Kelompok atas – bawah
Responden akan dipilah menjadi 3 kelompok, (1) kelompok atas, (2)
kelompok tengah, (3)kelompok bawah.
Daya Beda : adalah kemampuan suatu item soal untuk membedakan
antara testee yang kurang pandai (kel bawah) dengan testee yang lebih
menguasai materi (kel atas)
Kualitas daya beda :0,00 – 0,20 : Jelek0,21 – 0,40 : cukup0,41 – 0,70 : baik0,71 – 1,00 : baik sekali
Taraf KesukaranKualitas taraf kesukaran :0,00 – 0,30 : sukar0,31 – 0,70 : sedang0,71 – 1,00 : mudah
VALIDITAS (korelasi) (mengukur apa yang hendak diukur)Nilai Validitas Instrumen Tes 0,81 – 1,00 Sangat tinggi0,61 – 0,80 Tinggi0,41 – 0,60 Cukup0,21 – 0,40 Rendah0,00 – 0,20 Sangat rendah
27
b. Pelaksanaan siklus II
1) Persiapan
Penulis membuat kesepatan pertemuan, terutama dengan 5 rekan guru
yang belum paham menginterpretasikan hasil analisis soal. Kepada 6
rekan guru yang telah paham, untuk membantu mensosialisasikan
kepada teman lain
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus II, dilakukan dengan cara pendekatan personal,
agar lebih efektif dan sesuai dengan kendala yang dihadapi. Kegiatan
konsultasi dilakukan saat jam istirahat/ jam kosong.
3) Monev
Pelaksanaan siklus II, umpan balik, terutama kepada 5 rekan guru
yang belum paham menginterpretasikan hasil analisis soal, dapat
dilaksanakan sebagaimana kesepakatan.
4) Refleksi
Secara umum, respon rekan-rekan guru baik. Dari kegiatan analisis
soal yang dilakukan sendiri, dalam hal ini soal UH, akhirnya kami
menyadari, bahwa tidak mudah membuat soal dengan katagori “baik”.
Menurut kita soal sudah layak menurut “analisis kualitatif”, namun
ternyata saat di analisis secara “kuantitatif” soal (menggunakan
anates), soal tersebut dalam katagori “belum baik”.
Pada siklus II, 5 rekan yang “dilayani” secara personal menyatakan
paham.
28
5) Hasil
Contoh interpretasi analisis soal dari Dra. Aminah,
Dengan berakhirnya siklus II, dapat dinyatakan bahwa seluruh peserta
(11 orang perwakilan guru) telah dapat menggunakan analisis soal anates beserta
interpretasi hasilnya. Dari rekan-rekan ini diharapkan dapat mengimbaskan
kepada rekan yang lain, minimal rekan guru satu mata pelajaran.
B. Observasi Guru Junior
Observasi guru junior, dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Pada tiap
pertemuan, memuat 3 tahapan, sebagai berikut:
1. Pra-observasi (Pertemuan awal)
a. Menciptakan suasana akrab dengan guru
b. Membahas persiapan yang dibuat oleh guru (perangkat pembelajaran)
dan membuat kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus
pengamatan
c. Menyepakati instrumen observasi yang akan digunakan
2. Observasi (Pengamatan pembelajaran)
Pengamatan difokuskan pada aspek yang telah disepakati dengan
menggunakan instrumen observasi/ catatan (fieldnotes). Guru junior juga
melakukan penilaian diri, hal ini dimaksudkan untuk menumbuh
kembangkan semangat intropeksi/ reflektif, selain juga sebagai
penyeimbang.
29
3. Pasca-observasi (Pertemuan balikan)
a. Dilaksanakan segera setelah observasi, ditanyakan bagaimana pendapat
guru mengenai proses pembelajaran yang baru berlangsung
b. menunjukkan data hasil observasi (instrumen dan catatan) , namun guru
diberi kesempatan untuk membandingkan dengan “penilaian diri” yang
dilakukan
c. Diskusi secara terbuka hasil observasi, terutama pada aspek yang telah
disepakati. Diusahakan guru menemukan sendiri kekuatan dan
kekurangannya dan berusaha memperbaikinya.
d. Penguatan terhadap penampilan guru / segala sesuatu yang sudah baik,
penulis hindari kesan menyalahkan dan menggurui
e. Menentukan jadwal supervisi berikutnya.
Hasil supervisi akademik terhadap guru junior secara umum penulis
paparkan sebagai berikut:
Guru junior 11. Nama Guru : Siti Jubaidah, S.Pd2. Sekolah : SMP Negeri 3 Tarakan3. Kelas/Semester : 7-5 / genap4. Mata pelajaran : Matematika5. Kompetensi Dasar : (1) melukis sudut, (2) Mengidentifikasi sifat-sifat
segitiga berdasarkan sisiTabel 2.
Uraian KBM I KBM II1. Pra-
ObservasiJumlah skor yang dicapai = 34 (77,3%),Revisi KBM, evaluasi, LKS,
Jumlah skor yang dicapai = 36 (81,8%),Edit LKS,
2. Observasi PenulisSkor = 46 = 68% = CPenilaian diriSkor = 45 = 66% = C
PenulisSkor = 53 = 78% = BPenilaian diriSkor = 50 = 74% = B
3. Pasca-Observasi
Refleksi, diskusi hasil observasi
Refleksi, diskusi hasil observasi
30
Pra-Observasi KBM I, membahas persiapan yang dibuat oleh guru
(perangkat pembelajaran) dan membuat kesepakatan mengenai aspek yang
menjadi fokus pengamatan sebagaimana instrumen observasi kelas. Dari hasil
tukar pendapat, guru junior sepakat merevisi: RPP pada kegiatan inti, evaluasi,
LKS.
Gambaran observasi KBM I saudari Siti Jubaidah, S.Pd sebagai berikut:
pertemuan diawali dengan berdoa, dilanjutkan mengabsen siswa. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru mendemontrasikan bagaimana cara
menggunakan busur derajat. Siswa terlihat fokus ke guru. Guru meminta 3 siswa
siswa untuk tampil mempraktekkan cara melukis sudut dengan busur derajat
secara bergiliran. Membagikan LKS untuk dikerjakan secara berpasangan (2
siswa). Guru keliling kelas mengecek hasil kerja siswa, sekaligus memberikan
bantuan bagi yang kesulitan.
Pada refleksi KBM I, hal-hal yang didiskusikan adalah:
a. Kekuatan proses pembelajaran antara lain:
1) guru menguasai materi pembelajaran.
b. Kelemahan proses pembelajaran antara lain:
1) siswa pasif/ kurang berani,
2) guru mendominasi pembelajaran.
c. Alternatif solusi perbaikan proses pembelajaran:
1) beri kesempatan/ manfaatkan siswa yang telah dapat menggunakan busur
derajat sebagai “model”. (awal pembelajaran),
31
2) pertanyaan pembuka untuk eksplorasi kemampuan siswa perlu
diperbanyak,
3) beri kesempatan siswa untuk menanggapi pertanyaan/ jawaban teman,
guru berperan memberi klarifikasi dan penguatan,
4) penggunaan media pembelajaran (berbasis TIK),
5) ice breaking, perlu disisipkan.
Pra-Observasi KBM II, sebagaimana pertemuan I, guru junior sepakat
untuk merevisi LKS.
Gambaran observasi KBM II saudari Siti Jubaidah, S.Pd sebagai berikut:
pertemuan diawali dengan berdoa, dilanjutkan mengabsen siswa. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan materi tentang klasifikasi
segitiga berdasarkan sisi dan besar sudut. Siswa terlihat fokus ke guru. Guru
membentuk kelompok (mak. 5 siswa), kemudian membagikan LKS untuk
dikerjakan. Guru keliling kelas mengecek hasil kerja siswa, sekaligus
memberikan bantuan bagi yang kesulitan. Semua kelompok diberi kesempatan
untuk presentasi hasil kerjanya, dan guru memberikan penguatan.
Pada refleksi KBM II, hal-hal yang didiskusikan adalah:
a. Kekuatan proses pembelajaran antara lain:
1) guru menguasai materi pembelajaran,
2) kelas dinamis.
b. Kelemahan proses pembelajaran antara lain:
1) guru mendominasi pembelajaran.
c. Alternatif solusi perbaikan proses pembelajaran:
32
1) Kegiatan inti pembelajaran dibuka dengan pertanyaan yang menjajagi/
mengeksploitasi kemampuan siswa,
2) guru memberi kesempatan/ memanfaatkan siswa yang telah paham
klasifikasi segitiga sebagai “model”. (jika ada),
3) pertanyaan atau jawaban dari siswa jangan langsung ditanggapi oleh
guru, namun lempar kembali ke forum kelas, agar yang lain terpancing
dan meningkatkan teknik bertanya. Misal, dengan bertanya: “siapa yang
setuju dengan jawaban/ pendapat Ali? Apa alasanmu? Mengapa bisa
seperti itu?” atau “Siapa yang berbeda pendapat dengan Ali? Apa
alasanmu? Mengapa bisa seperti itu?”
Dari tabel 1, nampak proses KBM saudari Siti Jubaidah, S.Pd terjadi
peningkatan dari C menjadi B, diantaranya aspek pengelolaan kelas.
Guru junior 21. Nama Guru : Dwi Damayanti2. Sekolah : SMP Negeri 3 Tarakan3. Kelas/Semester : 8-6 / genap4. Mata pelajaran : IPS5. Standar Kompetensi : 7. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia6. Kompetensi Dasar : 7.1 Mendiskripsikan permasalahan angkatan kerja
dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya.
Tabel 3Uraian KBM I KBM II
1. Pra-Observasi
Jumlah skor yang dicapai = 34 (77,3%),Revisi KBM, LKS, Penilaian
Jumlah skor yang dicapai = 37 (84,1%),Edit LKS,
2. Observasi PenulisSkor = 46 = 68% = CPenilaian diriSkor = 45 = 66% = C
PenulisSkor = 54 = 79% = BPenilaian diriSkor = 51 = 75% = B
3. Pasca-Observasi
Refleksi, diskusi hasil observasi
Refleksi, diskusi hasil observasi
33
Pra-Observasi KBM I, sebagaimana guru junior I, pada tahap ini penulis
melakukan telaah perangkat pembelajaran dan membuat kesepakatan mengenai
aspek yang menjadi fokus pengamatan sebagaimana instrumen observasi kelas.
Gambaran observasi KBM I dari saudari Dwi Damayanti, S.Pd sebagai
berikut: pertemuan diawali dengan berdoa, dilanjutkan mengabsen siswa. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menuliskan di papan tulis, kemudian
dijelaskan secara sekilas. Pembelajaran dengan model klasikal. Guru langsung
menjelaskan materi tentang “ketenagakerjaan”. Siswa nampak tegang ± 30 menit
pertama, kemudian baru nampak cair. Guru berusaha mengaktifkan siswa dengan
melemparkan pertanyaan terkait dengan “ketenagakerjaan”, sambil keliling kelas.
Pada sesi akhir KBM, guru meminta salah satu siswa ke depan kelas, untuk
menjelaskan ulang materi yang tertulis di papan. Guru menyimpulkan materi
pembelajaran, dan memberi kesempatan bertanya bagi siswa yang belum jelas.
KBM diakhiri dengan post test.
Pada refleksi KBM I saudari Dwi Damayanti, S.Pd, hal – hal yang
didiskusikan sebagai berikut:
a. Kekuatan proses pembelajaran antara lain:
1) Tujuan pembelajaran ditulis dan dijelaskan secara sekilas.
2) Guru telah berkeliling kelas.
3) 80% siswa fokus.
4) Ada siswa sebagai model pada sesi akhir proses pembelajaran.
b. Kelemahan proses pembelajaran antara lain:
1) ± 30 menit pertama suasana kelas tegang/ “beku”
34
2) guru mendominasi proses pembelajaran.
3) Tidak ada reward/ pujian bagi anak yang sudah mencoba menjawab
pertanyaan guru.
c. Alternatif solusi perbaikan proses pembelajaran:
1) Awali/ buka kegiatan pembelajaran dengan mengkaitkan/ memberi
contoh nyata terkait materi “ketenagakerjaan”, libatkan siswa untuk
memberi contoh.
2) Memberi kesempatan/ manfaatkan siswa yang telah paham materi
“ketenagakerjaan”, untuk dilibatkan sebagai “model”, baik langsung
maupun tidak langsung.
3) Beri kesempatan/ arahan agar siswa dapat ikut memberi contoh.
4) Penggunaan media pembelajaran, jika memungkinkan berbasis TIK
Pra-Observasi KBM II, guru junior sepakat untuk merombat RPP,
menerima tawaran penulis untuk menggunakan internet dalam proses
pembelajaran. Secara garis besar, disepakati setting KBM (3 jam pelajaran)
adalah: satu jam pertama pembelajaran model langsung, 1 jam ke dua siswa
memanfaatkan internet untuk mencari data terkait permasalahan/ tugas
kelompok, 1 jam ke tiga, presentasi.
Gambaran observasi KBM II dari saudari Dwi Damayanti, S.Pd sebagai
berikut: pembelajaran dilakukan pada 3 jam terakhir pada hari Senin, pertemuan
diawali dengan berdoa, dilanjutkan mengabsen siswa. Guru mengulas sekilas
post test pertemuan sebelumnya, dengan hasil masih ada beberapa anak yang
mendapat nilai kurang memuaskan. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan
35
pembelajaran dengan slide LCD, kemudian dijelaskan secara sekilas.
Pembelajaran dengan model klasikal. Guru menjelaskan / berdialog tentang
permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja serta peranan pemerintah dalam
upaya penanggulangannya.
Bel pergantian jam, guru membentuk 5 kelompok siswa, dan memberikan
tugas yang harus dipresentasikan pada jam ke tiga. Siswa diberi kesempatan
selama 1 jam pelajaran untuk mencari data terkait soal yang menjadi tugas
kelompok dengan menggunakan internet. Dua anggota dari masing-masing
kelompok, mencari jawaban dari buku, untuk dibandingkan dengan artikel di
internet.
Bel pergantian jam, semua kelompok merangkum materi sesuai dengan
tugas yang harus dipresentasikan. Setelah kelompok melakukan presentasi, hanya
1 orang yang diperkenankan bertanya/ menanggapi. Karena keterbatasan waktu,
hanya 3 kelompok yang sempat mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Sebelum menutup pelajaran, guru menugaskan siswa mencari “iklan
lowongan kerja” di media cetak, terkait materi pertemuan berikutnya.
Pada refleksi KBM II saudari Dwi Damayanti, S.Pd, hal – hal yang
didiskusikan sebagai berikut:
d. Kekuatan proses pembelajaran antara lain:
1) Penggunaan media pembelajaran berbasis TIK
2) Siswa sudah familiar dengan internet
e. Kelemahan proses pembelajaran antara lain:
1) Ada beberapa siswa membuka jejaring sosial (melanggar kesepakatan)
36
2) Alokasi Waktu untuk presentasi kurang, 2 kelompok belum presentasi.
f. Alternatif solusi perbaikan proses pembelajaran:
1) Memberikan arahan/ motivasi berkaitan dengan internet sehat dan fokus
pada apa yang harus di cari
2) Kurangi waktu untuk pembelajaran klasikal. Karena siswa telah familiar
dengan internet, sangat dimungkinkan siswa dapat mencari sendiri apa
yang diminta pada soal yang harus diselesaikan. Maka dalam hal ini,
guru cukup mengklarifikasi dan memberikan penguatan terhadap apa
yang dipresentasikan dan menjadi penengah jika terjadi debat pendapat
terkait dengan apa yang dipresentasikan.
Dari tabel 2, nampak proses KBM saudari Dwi Damayanti, S.Pd telah ada
peningkatan dari C menjadi B.
C. Penyusunan Perangkat Pembelajaran
1. Silabus
Silabus mengadaptasi dari silabus MGMP Kota Tarakan, penulis revisi/
kembangkan pada contoh instrumen penilaian.
2. RPP
RPP mengacu pada Permendiknas 41 tahun 2007 tentang standart proses.
RPP penulis kembangkan di MGMP sekolah (secara kelompok) dan mandiri.
3. Bahan Ajar
Bahan ajar berbasis TIK, penulis menggunakan aplikasi geogebra (free),
dengan alasan media ini lebih interaktif.
37
Materi garis singgung persekutuan dalam lingkaran
Materi garis singgung persekutuan dalam lingkaran
4. Instrumen Evaluasi
Intrumen evaluasi bentuk PG dan uraian
D. Kajian Kegiatan Manajerial
Kajian manajerial secara rinci, kami paparkan pada tabel kajian
(lampiran). Pada sub bab ini, penulis akan paparkan secara garis besar berkaitan
dengan kajian manajerial saat kegiatan OJL, dengan lokasi SMP Negeri 3
Tarakan dan SMP Negeri 10 Tarakan.
1. Kajian RKS, RKJM
Hasil kajian RKS dari kedua sekolah relatif sama, yakni dalam
penyusunan RKJM, RKT, RKAS mengacu pada EDS, dan berusaha
memenuhi 8 SNP. Penyusunan RKS telah melibatkan warga sekolah.
38
Dari hasil EDS, di SMP Negeri 3 Tarakan, hanya standart Sarpras
yang mendapat skor lebih dari 2, standart yang lain kurang dari 2. Adapun
SMP Negeri 10 Tarakan standart pembiayaan mendapat skor 2, standart
yang lain kurang dari 2.
Dari kesenjangan yang terinventarisir, solusi untuk kedua sekolah
tersebut yang mungkin adalah mengoptimalkan: MGMP sekolah, supervisi
akademik, pemberdayaan guru dan warga sekolah.
2. Kajian Pengelolaan Kurikulum
Hasil kajian pengelolaan kurikulum dari kedua sekolah relatif sama,
yakni: Penyusunan KTSP telah mengikuti panduan BSNP, dengan kriteria
Dok I dan II amat baik, Silabus dalam proses pengembangan, mengadobsi
dari MGMP Kota, RPP dalam proses pengembangan di MGMP sekolah dan
mandiri, RPP diselesaikan pada awal semester, penilaian hasil belajar,
khususnya UTS dan US, ketercapaian ketuntasan rendah.
Solusi yang mungkin untuk temuan diatas adalah guru dapat membuat
catatan tambahan pada RPP sebagai rujukan pengembangan RPP (karena
RPP dibuat pada awal semester), kisi-kisi UTS dan US di sosialisasikan
minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan.
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMP Negeri 3
Tarakan adalah:
a. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH),
b. Sejarah Budaya Tarakan dan Tidung
39
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMP Negeri 10
Tarakan adalah:
a. sejarah Tarakan Pearl Habour Indonesia (integrasi dengan IPS),
b. budaya Iraw Tengkayu Tarakan (integrasi dengan seni budaya),
c. kerajinan tangan kerang dan tempurung kelapa (mulok)
d. pengolahan hasil laut (mulok)
e. PTD sablon cetak dengan desain panorama Pantai Amal Tarakan dan
budaya Iraw Tengkayu Tarakan (mulok)
3. Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Hasil kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)
pada kedua sekolah relatif sama.
Pengelolaan PTK SMP Negeri 3 Tarakan, jumlah pendidik 44 orang,
PNS = 38 orang, GTT = 6 orang, tenaga kependidikan 33 orang, PNS = 4
orang, PTT = 29 orang. Kualifikasi Kepala Sekolah S-2. Belum ada guru
dengan latar belakang pendidikan senibudaya dan mulok. Namun mata
pelajaran ini diampu oleh guru yang memiliki bakat dan kompetensi yang
memadai, meskipun kualifikasi dan sertifikasinya tidak sesuai.
Kualifikasi pimpinan TAS, adalah SMA, namun dalam hal
administrasi, khususnya pengelolaan keuangan sangat berpengalaman.
Sebelum di SMP Negeri 3 Tarakan, beliau 15 tahun sebagai TU di SMAN 1
Tarakan, dan 5 tahun terakhirnya sebagai bendahara. Pengalaman inilah yang
menjadi salah satu rujukan, sehingga beliau ditunjuk sebagai pimpinan TAS
di SMP Negeri 3 Tarakan. Masa kerja di SMP Negeri 3 Tarakan baru 2 tahun.
40
Salah satu kelebihan SMP Negeri 3 Tarakan adalah 2 orang TAS
merupakan tenaga teknisi (Bp. Sutikno, mantan teknisi salah satu suplayer
fotocopy di Tarakan dan Bp. Rujito, mekanik bengkel mobil), sehingga
keberadaan beliau berdua sangat membantu kelancaran kegiatan sekolah.
Pengelolaan PTK SMP Negeri 10 Tarakan, jumlah pendidik 25 orang,
PNS = 23 orang , GTT = 2orang , tenaga kependidikan 1 orang PNS, 11
orang PTT. Kualifikasi Kepala Sekolah S-1. Ada guru dengan latar belakang
pendidikan tataboga, yang mengampu mata pelajaran mulok. Mulok
pengolahan hasil laut, menjadi kelebihan SMP Negeri 10 Tarakan
dibandingkan dengan sekolah lain.
Kualifikasi pimpinan TAS, adalah S-2, dengan pengalaman 4 tahun
sebagai TU di SMP Negeri 4 Tarakan. Masa kerja di SMP Negeri 10
Tarakan 8 tahun.
Untuk GTT/ PTT, pada kedua sekolah ini menerapkan sistem kontrak
kerja tahunan. Hal ini dimaksudkan untuk tetap menjaga semangat kinerja
dari rekan-rekan GTT/PTT.
4. Kajian Pengelolaan Sarana Prasarana Sekolah
SMP Negeri 3 Tarakan menempati gedung baru 3 lantai, karena tahun
2006 mengalami kebakaran total. Sampai saat ini, pembangunan gapura,
pagar depan dan tempat parkir yang belum terselesaikan.
Secara umum, prasarana minimal di ke dua sekolah sebagai berikut:
41
Tabel 4.Kondisi sarana prasarana
SMP Negeri 3 Tarakan dan SMP Negeri 10 Tarakan
Prasarana Standart SMPN 3 SMPN 10Jml Ket Jml Ket
Ruang kelas, 30 m2 25 3 11 3Ruang perpustakaan, 1,5 kelas 1 3 1 3Ruang laboratorium IPA, 48 m2 2 3 1 3
Ruang pimpinan, 12 m2 1 3 1 1Ruang guru, 40 m2 1 3 1 3Ruang tata usaha, 14 m2 1 3 1 3Tempat beribadah, 12 m2 1 3 1 3Ruang konseling, 9 m2 1 3 1 1Ruang UKS, 12 m2 1 3 1 2Ruang organisasi kesiswaan, 9 m2 1 3 1 1
Jamban, 1/40 pa, 1/30 pi
Pa=24Pispot=24Pi=36
3 Pa=2Pi=2 1
Gudang, 21 m2 1 3 1 1Ruang sirkulasi, 1,8 m 3 3Tempat bermain/berolahraga. 30x20 3 3
ket:1 = dibawah standart; 2 = sesuai standart; 3 = diatas standart
a. Perencanaan
Sekolah telah membuat usulan/ perencanaan tentang: jenis ruang yang
dibutuhkan, alat/ media pembelajaran, kepada Dinas Pendidikan Kota
Tarakan
b. Pengadaan
Sekolah melakukan langkah-langkah diantaranya:
1) Usulan bantuan sarpras (barang) melalui Dinas Pendidikan Kota
Tarakan (telah diterima)
42
2) bantuan barang blog grand pusat baik langsung maupun melalui
Diknas Prop
3) pembelian sekolah (alokasi dana BOS + BOP)
c. Perbaikan
Perbaikan gedung, dilakukan secara berkesinambungan, sesuai prioritas
dan kemampuan keuangan. Perbaikan peralatan, dilakukan oleh teknisi
internal / eksternal
d. Perawatan
Perawatan/ pemeliharaan dilakukan secara berkelanjutan oleh teknisi dari
internal (perbaikan mebeler dg las listrik, mesin foto copy, riso, CPU)/
eksternal (printer, LCD, AC)
e. Pemberdayaan
Fasilitas sekolah (sarpras) dimanfaatkan secara optimal:
• semua warga sekolah dapat memanfaatkan fasilitas yang ada,
• ada beberapa fasilitas sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk umum,
diantaranya: lap. olah raga,
f. Penghapusan
Kedua sekolah ini relatif baru, jadi belum pernah mengusulkan
penghapusan barang.
g. Inventarisasi & Pelaporan
Pada kedua sekolah ini, Inventarisasi & Pelaporan dilakukan dengan
menggunakan SIMDA online.
43
5. Kajian Pengelolaan Peserta Didik
Secara ringkas, kajian pengelolaan peserta didik di SMP Negeri 3 Tarakan
dan SMP Negeri 10 Tarakan sebagai berikut:
a. Perencanaan / Penerimaan peserta didik
Dalam proses perencanaan dan penerimaan peserta didik, mengacu pada
POS yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kota Tarakan. Kebijakan
yang dilakukan berkaitan dengan penerimaan peserta didik baru,
dikomunikasikan/ dikonsultasikan dengan Dinas Pendidikan Kota
Tarakan.
b. Orientasi peserta didik baru
Pelaksanaan kegiatan orientasi peserta didik baru mengacu pada POS,
satu paket dengan PSB.
c. Mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik di sekolah
Untuk mengontrol kehadiran siswa, walikelas melibatkan guru BK. Home
visit berkoordinasi dengan kesiswaan, mengetahui Kepala Sekolah.
d. Mengatur kode etik dan peningkatan disiplin peserta didik
Tata tertib siswa telah ada pada kedua sekolah. Namun Peraturan
Akademik Sekolah belum ada.
Di SMP Negeri 3 Tarakan Peraturan Akademik Sekolah sedang proses
penyusunan (RTK H. Sofa). Peningkatan disiplin peserta didik dimotori
oleh Tim Tatib, dengan memberdayakan OSIS, melibatkan walikelas dan
guru BK.
44
Di SMP Negeri 10 Tarakan, peningkatan disiplin peserta didik dimotori
oleh kesiswaan, dengan memberdayakan OSIS, melibatkan walikelas dan
guru BK.
e. Bimbingan dan konseling, di SMP Negeri 3 Tarakan diampu oleh 3 guru
(2 BK, 1 Psikologi), 1 PNS. Bimbingan dan konseling 1 jam/ minggu
(masuk kelas), 1 guru / jenjang kelas. Adapun di SMP Negeri 10 Tarakan,
Bimbingan dan konseling diampu 1 guru (PNS).
f. Pembinaan prestasi, baik akademik maupun non akademik telah
dilakukan di kedua sekolah ini. Khusus prestasi non akademik, unggulan
SMP Negeri 3 Tarakan adalah takraw dan bola volly , keduanya pernah
meraih juara I tingkat kota. Adapun unggulan di SMP Negeri 10 Tarakan,
atletik (emas Popprop), takraw (perunggu Popprop)
6. Kajian Pengelolaan Keuangan Sekolah
Secara umum, pengelolaan keuangan pada kedua sekolah telah
mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kota Tarakan.
Pengelolaan keuangan sekolah yang bersumber pada BOS (pusat) dan BOP
(daerah) telah mengikuti aturan/ instrumen yang ditetapkan. Pemantauan
langsung dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Tarakan, Inspektorat, Tim
manajemen BOS Kota Tarakan, Tim manajemen BOS Pusat. Pelaksanaan
monitoring secara berkala dan insidentil.
Dana blog grand, laporan pertanggungjawaban mengikuti aturan yang
diberikan. Sekolah memiliki dana swadaya, berupa koperasi siswa/ guru,
45
kantin sekolah. Koperasi siswa/ guru dikelola sendiri oleh sekolah,
sedangkan kantin sekolah dikelola oleh pihak ketiga.
Tabel 5.RKAS Tahun Anggaran 2013
SMP Negeri 3 TarakanUraian Pemasukan Pengeluaran
1. saldo2. dana BOS3. dana BOP
Jumlah
Rp 4.488Rp 499.130.000Rp 1.160.467.600Rp 1.659.602.088
Dana BOS1. belanja pegawai2. belanja barang&jasa3. belanja modalDana BOP1. belanja pegawai2. belanja barang&jasa3. belanja modalDana Bantuan1. belanja pegawai2. belanja barang&jasa3. belanja modal
Jumlah
Rp 99.808.000Rp 294.276.488Rp 105.050.000
Rp 340.500.000Rp 620.402.100Rp 199.565.500
Rp -Rp -Rp - .
Rp 1.659.602.088
Keterangan: Dana BOS digunakan untuk belanja pegawai (gaji GTT), belanja barang/ jasa, belanja modal. Dana BOP digunakan untuk belanja pegawai (PTT), belanja barang/ jasa, belanja modal. Rincian anggaran 8 SNP dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 6.RKAS Tahun Pembelajaran 2013-2013 s/d 2014-2015
SMP Negeri 10 Tarakan
Uraian Pemasukan Pengeluaran1. saldo
a. BOSb. BOP
2. Bantuan Operasional Sekolaha. BOS Pusatb. BOS Prop
Rp 18.263Rp -
Rp 324.470.000Rp -
46
Uraian Pemasukan Pengeluaranc. BOS Kab (BOP)Jumlah
Rp 397.000.000Rp 721.470.000
Program sekolah1. Pengembangan
Kompetensi lulusan2. Pengembangan
KTSP3. Pengembangan
Proses pembelajaran4. Pengembangan PTK5. Pengembangan
sarpras6. Pengembangan
manajemen sekolah7. Pengembangan /
penggalian sumber dana pendidikan
8. Pengembangan sistem penilaian
JumlahSaldo
Rp 8.615.000
Rp 2.850.000
Rp 164.178.786
Rp 213.008.000Rp 112.518.294
Rp 8.862.000
Rp 133.002.920
Rp 78.435.000
Rp 721.488.263Rp 18.263
ket:Dana BOS digunakan untuk belanja pegawai (gaji PTT), belanja barang/ jasa, belanja modal. Dana BOP digunakan untuk belanja pegawai (gajiPTT+GTT), belanja barang/ jasa, belanja modal.
7. Kajian Pembinaan Tenaga Administrasi Sekolah
Dalam Permendiknas 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah, ditetapkan bahwa Tenaga Administrasi Sekolah perlu
memiliki 4 kompetensi, yaitu: (1) Kompetensi Kepribadian, (2) Kompetensi
Sosial, (3) Kompetensi Teknis Administrasi Sekolah, dan (4) Kompetensi
Manajerial Ketatausahaan Sekolah.
Pembinaan berkelanjutan kepada tenaga administrasi sekolah melalui
berbagai kesempatan, dan cara-cara yang simpatik telah dilakukan oleh
Kepala Sekolah maupun pimpinan TAS di kedua sekolah ini.
47
Sekolah memberi kesempatan dan mengusahakan peningkatan
kompetensi TAS, diantaranya dengan mengikutsertakan Diklat sesuai
tupoksinya.
8. Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
Dalam kajian ini, yang dimaksud TIK adalah teknologi yang digunakan
untuk berkomunikasi dan menciptakan, mengelola dan mendistribusikan
informasi. Defenisi umum TIK adalah komputer, internet, telepon, televise,
radio, dan peralatan audiovisual.
Pemanfaatan TIK di sekolah dapat dipisahkan dalam 2 katagori, yaitu:
(1) TIK sebagai sarana penunjang manajemen sekolah, (2) TIK yang
digunakan secara langsung dalam proses pembelajaran.
Secara umum, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran diantaranya pada
ke dua sekolah dapat disampaikan sebagai berikut:
Tabel 7. Pemanfaatan TIK secara langsung dalam proses pembelajaran di
SMP Negeri 3 Tarakan dan SMP Negeri 10 Tarakan
Uraian SMP Negeri 3 SMP Negeri 101. komputer &
internet, digunakan sebagai media pembelajaran
lab komputer =33 unit,
multi media 22 unit
lab komputer =30 unit
2. lab bahasa lab bahasa, digital -3. PC PC, di beberapa RKB,
UKS, OSIS, piketPerpustakaan
4. TV TV, di perpustakaan TV, di perpustakaan5. CD pembelajaran,
audio visualAda CD pembelajaran,Pada R. Multimedia dan guru mata pelajaran
CD pembelajaran, padaguru mata pelajaran
9. Kajian Sistem Monitoring dan Evaluasi
48
Secara umum, pelaksanaan program monev di dua sekolah dapat dikatakan
sama, yakni sebagai berikut:
a. Telah ada program dan jadwal monev
b. Monev dilakukan oleh:
1) Ekstern : (pengawas, Bawaskot, BPKP)
2) Intern : Kepala Sekolah, pimpinan TAS, tim monev
c. Cara monev: pengamatan langsung, wawancara, laporan tertulis
d. Sasaran monev : kesiswaan, sarpras, kurikulum, pendidikan dan tenaga
kependidikan (PTK), Keuangan
e. Proses MONEV
Proses MONEV dilakukan dengan menggunakan instrumen MONEV
yang telah ada, yakni: BOS/ BOP, Dana dekonsentrasi, EDS,Sarpras,
LKIS (lembar kerja individu sekolah)
Langkah-langkah monev:
1) Persiapan, diantaranya adalah: a) menetapkan tujuan; b) membagi
tugas dan tanggung jawab tim, serta sumber daya yang tersedia; c)
mengidentifikasi dan mengembangkan instrumen/alat monev yang
dibutuhkan; d) berlatih menggunakan instrumen; e) menyusun
rencana/ jadwal
2) Pelaksanaan, diantaranya adalah: a) mengorganisasikan penggunaan
intrumen; b) mengumpulkan dan mendapatkan data; c) berkoordinasi
dan bekerjasama antar tim monev; d) memonitoring perkembangan
kegiatan; e) memodifikasi/ penyesuaian monev jika perlu; f)
49
mengidentifikasi masalah –masalah yang penting, peluang, dan hasil;
g) pertemuan tim monev untuk monitoring perkembangan kegiatan.
3) Pelaporan, yakni berbagi hasil monev dengan warga sekolah guna
mendapatkan masukan/ umpan balik
f. Tindak lanjut hasil monev
Tindak lanjut dari kegiatan monev diantaranya adalah:
1) Perbaikan kinerja
2) Usulan bantuan sarpras
3) Pengadaan buku, media pembelajaran
4) Penyaluran Bantuan langsung ke siswa (transport, perlengkapan
sekolah)
5) Usulan beasiswa miskin
E. Upaya Peningkatan Kompetensi Di Sekolah Magang
Sebagaimana yang penulis tuangkan pada Analisis Kebutuhan
Pengembangan Keprofesian (AKPK), penulis merasa masih kurang dalam
kompetensi kewirausahaan, khususnya aspek meningkatkan keingintahuan warga
sekolah dalam pengetahuan dan ketrampilan melalui kerja keras dan semangat
pantang menyerah.
Kerja keras dan semangat pantang menyerah, merupakan bagian karakter
yang ditanamkan di SMP Negeri 10 Tarakan, dimana hal ini untuk mendukung
misi sekolah yang ke lima, yakni mewujudkan hasil lulusan dengan semangat
kemandirian dan jiwa kewirausahaan yang tinggi. Adapun warga sekolah secara
50
umum, cara meningkatkan keingintahuan warga sekolah dalam pengetahuan dan
ketrampilan melalui kerja keras dan semangat pantang menyerah adalah dengan
1) keteladanan, 2) motivasi/ ulasan pada saat rapat/ pertemuan, 3) reward bagi
warga sekolah yang berprestasi.
Adapun kompetensi kewirausahaan, dalam hal ini nilai-nilai semangat
kemandirian dan jiwa kewirausahaan, sekolah telah mengintegrasikannya dalam
mata pelajaran, khususnya mulok. Hal ini dapat berjalan dengan baik karena
didukung dengan adanya SDM yang relevan, yakni guru dengan kualifikasi S-1
Tataboga.
Dalam struktur kurikulum KTSP SMP Negeri 10 Tarakan, Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) yang berkaitan dengan kewirausahaan
nampak dalam :
a. kerajinan tangan kerang dan tempurung kelapa (mulok)
b. pengolahan hasil laut (mulok)
c. PTD sablon cetak dengan desain panorama Pantai Amal Tarakan dan budaya
Iraw Tengkayu Tarakan (mulok)
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan kemampuannya, khususnya keterampilan dasar (life skill)
sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan,
minimal untuk dirinya sendiri.
Karena anak berasal dari lingkungan sekitar pantai, mereka harus bisa
membaca/ menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk dikelola menjadi
“sesuatu” yang memiliki nilai tambah. Lingkungan pantai identik dengan lokasi
51
wisata. Adapun Pantai Amal, merupakan salah satu tempat wisata di Kota
Tarakan2. Hal ini diperkuat lagi dengan digunakannya sebagai lokasi kegiatan
tahunan yang sudah menjadi ikon wisata nasional, yakni budaya Iraw Tengkayu
Tarakan.3 Dengan kehadiran wisatawan, maka akan dibutuhkan souvenir/ buah
tangan.
Saat kegiatan pameran pendidikan yang di adakan oleh Dinas Pendidikan
Tarakan, 3 – 9 Mei 2010, masing-masing sekolah menampilkan berbagai karya
serta kreatifitas dari para siswa. SMP Negeri 10 Tarakan menampilkan produk
olah makanan ringan/ krupuk dari bahan dasar hasil laut dan souvenir sablon
cetak dengan desain panorama Pantai Amal Tarakan dan budaya Iraw Tengkayu
Tarakan dalam bentuk pin, kaos, piring, cangkir. Alhamdulillah, mendapat
respon positif dari pengunjung pameran, terutama pembuatan souvenir kebanjiran
order. 4
2 http://tarakantourism.com/obyek.php?obyek=Alam3 http://tarakantourism.com/obyek.php?obyek=Budaya4 http://fandy-trk.blogspot.com/2010/05/dinas-pendidikan-tarakan-pameran.html
top related