tugas tehnik evaluasi ifa ati

24
Mohammad Zaimul Umam Blog belajar mengenal dunia dan menuliskannya Cari Menu utama Langsung ke konten utama Langsung ke konten sekunder Beranda Open Source #GuruNdeso Pendidikan Organisasi Tentang Saya Navigasi tulisan ← Sebelumnya Selanjutnya → Pengembangan Instrumen Non-Tes Posted on September 17, 2011 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola sekolah, lingkungan,kualitas pengajaran, kurikulum dan sebagainya (Suhartoyo, 2005). Usaha peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan sistem

Upload: oazis-unknown

Post on 23-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gbrfgb

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

Mohammad Zaimul Umam Blog

belajar mengenal dunia dan menuliskannya

Cari

Menu utamaLangsung ke konten utamaLangsung ke konten sekunder

Beranda Open Source #GuruNdeso Pendidikan Organisasi Tentang Saya

Navigasi tulisan

← Sebelumnya Selanjutnya →

Pengembangan Instrumen Non-TesPosted on September 17, 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola sekolah, lingkungan,kualitas pengajaran, kurikulum dan sebagainya (Suhartoyo, 2005). Usaha peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik (Mardapi, 2003).

Sehubungan dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya

Page 2: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas proses pembelajaran itu sendiri.

Penilaian hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan cara tes, tetapi dapat juga dilakukan dengan teknik non-tes seperti pedoman observasi, skala sikap, daftar cek, dan catatan anecdotal. Pedoman onservasi baik digunakan untuk mengukur hasil belajar yang menutamakan penampilan atau keterampilan dalam pendidikan professional. Karena pada umumnya hasil belajar yang bersifat keterampilan sukar diukur dengan tes, maka digunakan teknik pengukuran lain yang dapat memberikan hasil yang lebih akurat.

Dalam makalah ini, akan disajikan beberapa hal tentang teknik evaluasi yang dapat digunakan dalam penilaian terhadap anak didik, baik itu tentang kemampuan belajar, sikap, keterampilan, sifat, bakat, minat dan kepribadian. Adapun teknik yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah teknik non-tes. Salah satu teknik yang sangat membantu dalam penilaian terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan siswa.

BAB II

NON-TES SEBAGAI INSTRUMEN PENILAIAN

1. Pengertian Teknik Non-tes

Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Teknik evaluasi non-tes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan tes. Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.

Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.

Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.

2. Penggolongan Teknik Non-tes

1. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

Page 3: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.

Dari penelitian berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton televise, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai reaksi tersebut, sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.

Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.

1. Cara dan Tujuan Observasi

Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:

1. Observasi partisipatif dan nonpartisipatif

Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.

Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

2. Observasi sistematis dan observasi nonsitematis

Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati.

Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.

Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.

Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.

3. Observasi Eksperimental

Page 4: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:

1. Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.2. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.3. Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat

menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data

2. Sifat Observasi

Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:

1. Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran2. Direncanakan secara sistematis3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan4. Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.

3. Kelebihan dan Kelemahan Observasi

Observasi sebagai alat penilai non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu

gejala atau kejadian yang penting3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik

lain, misalnya wawancara atau angket4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang

diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

1. Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.

2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.

3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.

Page 5: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

4. Langkah-langkah menyusun observasi :

1. Merumuskan tujuan2. Merumuskan kegiatan3. Menyusun langkah-langkah4. Menyusun kisi-kisi5. Menyusun panduan observasi6. Menyusun alat penilaian

2. Wawancara (Interview)

Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.

Wawancara adalah suatu teknik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :

o Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai

o Keterampilan pewawancara

Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.

o Pedoman wawancara

Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

1. Langkah-langkah penyusunan wawancara :

1. Perumusan tujuan2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai3. Penyusunan kisi-kisi4. Penyusunan pedoman wawancara5. Lembaran penilaian

Page 6: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

2. Kelebihan dan kelemahan wawancara

Kelebihan wawancara yaitu :

1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek.

2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi.4. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan

dengan observasi dan angket.5. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan

objek.

Sedangkan kelemahan wawancara:

1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai.

2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksanaan wawancara.3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara.4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara 

3. Jenis-jenis wawancara

Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:

1. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview).

2. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas.

3. Angket (Questionaire)

Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.

Angket sebagai alat penilaian non-tes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila nagket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.

Page 7: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Pembagiannya dibedakan menjadi dua, yaitu pembagian kuesioner berdasarkan siapa yang menjawab, dan pembagian berdasarkan cara menjawab.

1. Jenis-jenis angket

1. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, kuesioner/angket dibagi menjadi dua yaitu:

1. Kuesioner langsung

Suatu kuesioner dikatakan sebagai kuesioner langsung adalah apabila kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawabann tentang dirinya

2. Kuesioner tidak langsung

Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan oleh orang yang diminta keterangannya. Kuesioner jenis ini biasanya digunakan untuk mencari data tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.

2. Ditinjau dari segi cara menjawab atau strukturnya, kuesioner dibagi menjadi dua yaitu:

1. Kuesioner tertutup (berstruktur)

Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda centang pada jawaban yang dipilih.

Jawaban yang dipilih adalah perguruan tinggi apabila sedang mengenyam pendidikan di tingkat perguruan tinggi.

2. Kuesioner terbuka (tidak berstruktur)

Kuesioner terbuka adalahKuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusunapabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Dengan kata lain, kuesioner ini adalah angket/kuesioner yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka.

2. Kelebihan dan kelemahan angket

Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan angket antara lain:

1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.

Page 8: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

 Sedangkan kelemahan angket, antara lain:

1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali

2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.

3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya

1. Langkah-langkah menyusun angket :

1. Merumuskan tujuan2. Merumuskan kegiatan3. Menyusun langkah-langkah4. Menyusun kisi-kisi5. Menyusun panduan angket6. Menyusun alat penilaian

4. Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography).

Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai.

Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.

5.  Sosiometri

Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Sehnggga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau kelas.

Page 9: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

1. Langkah dalam sosiometri

Adapun langkah-langkah yang dilakukan guru dalam sosiometri adalah:

1. Langkah pemilihan teman

Disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan mengapa harus memilih teman itu.

2. Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)

Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atau sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak dipilih.

Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasi sosial dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini dapat dibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam kelompok.

2. Manfaat sosiometri

Sosiometri sebagai alat penilaian non-tes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara lain:

1. Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)2. Untuk pengarahan dinamika kelompok3. Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan kepada

setiap anak.

Dari uraian tersebut diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka hasil evaluasi hasil belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan denan mengunakan alat berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku atau sikapnya, dan sebagainya, yang kesemuannya itu tidak mungkin dievaluasi dengan mengunakan tes sebagai alat pengukurnya.

6. Rating scale atau skala bertingkat

Rating scale adalah instrument pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi yang menyatakan posisi tertentu dalam hubungannya dengan yang lain (Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution. 2005: 112).

Page 10: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angka diberikan secara bertingkat dari angka terendah hingga angka paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.

Rating scale terdiri dari dua bagian, yaitu:

1. Pernyataan tentang kualitas keberadaan sesuatu.2. Petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut.

1. Tipe-tipe rating scale

Rating scale terdiri dari empat tipe, yaitu numerical rating scale, descriptive graphic rating scale, ranking method rating scale, dan paired comparisons rating scale. Dari keempat tipe tersebut, yang paling banyak digunakan adalah numerical rating scale, descriptive graphic rating scale.

1. Numerical rating scale

Tipe ini dianggap paling sederhana baik dari segi bentuk maupun dan pengadministrasiannya. Komponen numerical rating scale adalah pernyataan tentang kualitas tertentu dari sesuatu yang akan diukur,yang diikuti oleh angka yang menunjukkan kualitas sesuatu yang diukur.untuk setiap numerical rating scale, petunjuk pengerjaannya harus jelas, terutama bila pengadministrasian rating scale itu dilakukan oleh peserta didik yang akan diukur hasil belajarnya.

2. Descriptive graphic rating scale

descriptive graphic rating scale hampir sama dengan numerical rating scale. Perbedaannya terletak pada alternatif skala penilaian. Pada numerical rating scale penilaian mengunakan angka sebagai tanda kualitas sesuatu yang diukur, sedangkan pada descriptive graphic rating scale penilaian dengan memberi tanda tertentu pada suatu kontinum baris. Tipe ini baik digunakan untuk mendeskripsikan profil suatu kegiatan, prosedur atau hasil kegiatan tertentu.

7. Daftar cocok

Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.

8. Riwayat hidup

Evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.

9. Bagan partisipasi

Page 11: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran adalah keikutsertaan peserta didik secara sukarela dalam kegiatan pembelajaran. Partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran harus diukur, karena ia memiliki informasi yang sangat kaya tentang hasil belajar yang bersifat nonkognitif. Keterlibatan dalam siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu indikasi tentang kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan kelompoknya atau penerimaan peserta didik terrentu dalam kelompok tertentu. Participation charts ini terutama berguna untuk mengamati keiatan diskusi di kelas.

10. Skala sikap

Sikap adalah tendensi mental yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan atau pemahaman, perasaan dan tindakan atau tingkah laku kearah positif maupun negative terhadap suatu obyek. Definisi tersebut memuat tiga komponen sikap, yaitu kognisi (pengetahuan, pemahaman, keyakinan terhadap suatu obyek), afeksi (perasaan dalam menghadapi obyek), dan konasi (kecenderungan berbuat atau bertingkah laku sehubungan dengan obyek).

1. Bentuk-bentuk skala sikap

1. Skala Likert

Prnsip pokok skala Likert adalah kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap obyek sikap, mulai dari yang sangat negative sampai dengan yang sangat positif. Penentuan lokasi tersebut dilakukan dengan kuatifikasi pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan yang disediakan.

Untuk skala Likert digunakan lima angka, 1-5. Skala 1 berarti sangat negative dan skala 5 berarti sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan tingkatan.

2. Skala Thrustone

Skala ini mirip dengan descriptive graphic rating scale, hanya saja pada descriptive graphic rating, skala terdiri dari 5 tingkatan sedangkan pada skala Thurstone jumlah sdkala yang digunakan berkisar antara 7 sampai 11.

3. Skala Guttman

Skala Guttman merupakan sederetan pernyataan opini tentang sesuatu obyek secara berurutan. Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan dengan nomor urut tertentu, maka berarti ia setuju dengan pernyatan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan sesudahnya.

4. Semantic differensial

Instrumen ini mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur dalam kategori menyenangkan-membosankan, sulit-mudah, baik-tidak baik, dan sebagainya.

Page 12: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

Skala ini digunakan untuk mengukur minat atau pendapat siswa mengenai suatu kegiatan atau topic suatu pelajaran maupun mata pelajaran itu sendiri.

11. Penilaian Berbasis Portofolio

Portofolio merupakan folder atau dokumen yang berisi contoh hasil karya siswa yang menuru siswa, sangat berarti, merupakan karya terbaik, merupakan karya favorit, sangat sulit dikerjakan tetapi berhasil, dan sangat menyentuh perasaan ataumemiliki nilai kenangan.

Portofolio seorang siswa biasanya memuat:

Hasil ulangan harian atau tes formatif, hasil ulangan umum atau tes sumatif, yang biasanya ditulis dalam buku nilai siswa.

Tugas-tugas terstruktur Catatan perilaku haarian siswa. Laporan kegiatan siswa diluar sekolah yang menunjang kegiatan belajar.

1. Prinsip dasar penilaian berbasis portofolio

1. Prinsip penilaian proses dan akhir

Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian proses dan hasil sekaligus. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian atau catatan anekdot mengenai sikap-sikap siswa dalam belajar, antusias dalam mengikuti pelajaran, dan sebagainya.

2. Prinsip penilaian berkala dan berkelanjutan

Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian berkala. Misalnya dalam menilai hasil, secara berkala setiap selesai satu satuan pelajaran ataupun satu kompetensi dasar, diadakan ulangan atau tes.

Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian berkelanjutan. Hal ini terlihat dari adanya kontinuitas penilaian, baik penilaian hasil maupun proses tidak ada yang boleh tertutup.

3. Prinsip penilaian yang adil

Penilaian yang baik hendaknya memerhatikan kondisi dan perbedaan-perbedaan individual, karena kedua hal tersebut berkaitan dengan masalah keadilan.

2. Jenis-jenis portofolio

1. Portofolio untuk beberapa atau semua pelajaran

Jenis ini menggambarkan profil kemampuan siswa yang memuat berbagai hasil karya siswa siswa dari berbagai mata pelajaran. Jenis ini dapat dibuat dengan bimbingan wali kelas atau guru di kelas.

Page 13: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

2. Portofolio untuk satu mata pelajaran

Isi portofolio terdiri dari hasil karya siswa yang menggambarkan ketercapaian kompetensi dasar dari mata pelajaran tertentu. Hasil pengukuran portofolio dijadikan dasar untuk menentukan apakah siswa terseburt masuk program akselerasi, pengayaan, atau remidiasi.

3. Kelebihan dan kekurangan portofolio

1. Kelebihan

1. Perubahan paradigma penilaian2. Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan)3. Keterlibatan orang tua4. Penilaian diri sendiri5. Penilaian yang fleksibel

2. Kekurangan

1. Membutuhkan waktu yang relative lama2. Reliabilitas rendah3. Guru berorientasi pada pencapaian hasil akhir4. Belum tersedianya criteria penilaian yang baku5. Memerlukan tempat penyimpanan yang memadai

3. Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Instrumen Non Tes

Menurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus mengikuti langkah-langkah pengembangan instrumen, yaitu: 1). Mendefinisikan variabel; 2). Menjabarkan variabel ke dalam indikator yang lebih rinci; 3). Menyusun butir-butir; 4). Melakukan uji coba; 5). Menganalisis kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability).

 Suryabrata berpendapat bahwa langkah-langkah pengembangan alat ukur khususnya atribut non-kognitif adalah: 1). Pengembangan spesifikasi alat ukur; 2). Penulisan pernyataan atau pertanyaan; 3). Penelaahan pernyataan atau pertanyaan; 4). Perakitan instrumen (untuk keperluan uji-coba); 5). Uji-coba; 6). Analisis hasil uji-coba; 7). Seleksi dan perakitan instrumen; 8). Administrasi instrumen; 9). Penyusunan skala dan norma.[7]

Secara lebih rinci, Djaali dan Muljono menjelaskan langkah-langkah penyusunan dan pengembangan instrumen yaitu:

1)      Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur dan buat konstruk variabel

2)      Kembangkan dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk variabel

Page 14: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

3)      Buat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator

4)      Tetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan

5)      Tulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Biasanya butir instrumen digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pernyataan atau pertanyaan positif dan kelompok pernyataan atau pertanyaan negatif

6)      Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empirik

7)      Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis yang menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator sebagai jabaran dimensi dan butir sebagai jabaran indikator

8)      Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis

9)      Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba

10)   Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses validasi empirik. Instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel yang mempunyai karakteritik sama dengan populasi yang ingin diukur. Jawaban responden adalah data empiris yang kemudian dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan

11)   Pengujian validitas krtieria atau validitas empiris dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria internal maupun kriteria eksternal

12)   Berdasarakn kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid dan    butir yang tidak valid

13)   Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang tidak  valid dikeluarkan atau direvisi untuk diujicobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir valid.

14)   Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien reliabilitas instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen

15)   Rakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final

Terkait dengan penilaian kinerja, Gronlund menjelaskan langkah-langkah penyusunan performance assessmentyaitu :

1)      Spesifikasi kinerja yang ingin dicapai

Page 15: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

2)      Tentukan fokus penilaian (proses atau hasil)

3)      Tentukan derajat (tingkat) kesesuaian dengan kenyataan

4)      Tentukan situasi performance

5)      Tentukan metode observasi, menyimpan dan menskor [9]

Dari beberapa teori langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1)      Merumuskan definisi konseptual dan operasional

Langkah yang pertama kali harus dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah merumuskan konstruk variabel yang akan diukur sesuai dengan landasan teoritik yang dikembangkan secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai dengan sifat instrumen yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator dari variabel yang akan diukur.

2)      Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan

Pengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan pernyataan. Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang digunakan. Dari setiap pernyataan dicantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan indikator yang akan diukur. Format yang telah dirumuskan dalam spesifikasi perlu diikuti secara tertib.

3)      Penelaahan pernyataan

Butir-butir pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik.

Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat untuk konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.[10] Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual maka dilakukan validasi empirik melaui uji coba.

4)      Uji coba

Uji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon

Page 16: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

dari sampel uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria yang dikembangkan.

5)      Analisis

Berdasarkan data hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui koefisien validitas butir dan reliabilitas instrumen.

6)      Revisi Instrumen

Revisi instrumen dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-butir yang tidak valid atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi dirakit kembali dan dihitung kembali validitas dan reliabilitasnya.

7)      Perakitan instrumen menjadi Instrumen final

Terkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang validitas dan reliabilitas instrumen.

BAB III

KESIMPULAN

Teknik evaluasi non-tes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan tes. Teknik evaluasi ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara  menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap social, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidkan baik individual maupun secara kelompok.

Teknik non-tes terdiri atas:

1. Observasi2. Wawancara (Interview)3. Angket (Questionaire)4. Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)5.  Sosiometri6. Rating scale atau skala bertingkat7. Daftar cocok8. Riwayat hidup9. Bagan partisipasi10. Penilaian Berbasis Portofolio

DAFTAR PUSTAKA

Widoyoko, S. Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 17: Tugas Tehnik Evaluasi Ifa Ati

Arikunto, Suharsimi. 1987. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Pedoman Penilaian dengan Portofolio. DEPDIKNAS. DIRJEN Pendidikan Dasar dan Menengah. 2004.

http://www.fai.umj.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=54

Entri ini ditulis dalam Makalah dan di-tag makalah, Pengembangan Instrumen Non-Tes, penilaian pendidikan matematika oleh Mohammad Zaimul Umam. Buat penanda ke permalink.

3 pemikiran pada “Pengembangan Instrumen Non-Tes”

1. Ruth Megawati Mokere Moguncu pada Januari 30, 2013 pada 10:31 pm berkata:

sgt bgus…sy mau share dgn yg pux blok… bs minta emailx???

Balas ↓

o Mohammad Zaimul Umam pada Januari 30, 2013 pada 11:29 pm berkata:

Terimakasih telah berkunjung. Salam kenal. Bisa, untk sharing lebih lanjut, silahkan kontak ke [email protected]

Balas ↓

darma simai pada April 14, 2013 pada 7:31 am berkata:

terima kasih atas tulisannya. bisa minta penjelasan tentang langkah2 pengembangan instrumen suryabrata pa