amiotrofik lateral sclerosis

2
Amiotrofik lateral sclerosis Sklerosis lateral amiotrofik (amyotrophic lateral sclerosis, ALS) ditandai oleh otot atorfi otot neuronal (amiotrofi) dan hiperrefleksia, masing-masing akibat hilangnya lower motor neuron di kornu anterior medulla spinalis dan upper motor neuron yang berproyeksi di traktus kortikospinal. Penyakit mengenai pria sedikit lebih sering dibandingkan dengan wanita, dan mulai muncul klinis pada decade ke-5 atau lebih. Sekitar 5% sampai 10% bersifat familial, terutama dengan pewarisan dominan-autosomal. Pathogenesis. Etiologi dan pathogenesis sklerosis lateral amiotrofik tidak diketahui. Pada sebagian kasus familial, lokus genetik diketahui terletak di gen superoksida dismutase (SOD1) tembaga-seng di kromosom 21. Diketahui beragam mutasi missense yang tampaknya mengahasilkan fenotipe dengan fungsi baru yang menyimpang. Di antara berbagai mutasi, mutasi A4V merupakan yang tersering (mendekati 50% kasus), menyebabkan perjalanan penyakit yang cepat , dan jarang memperlihatkan gejala-gejala upper motor nueuron. Diketahui terdapat sebuah gen yang terletak di lokus resesif kromosom 2 mengode sebuah protein-protein yang berperan dalam pengendalian GTPase. Lokus genetic lain untuk ALS telah berhasil diketahui letaknya, tetapi belum berhasil diklon. Juga terdapat bukti bahwa toksisitas glutamat dan nitrasi protin bereperan dalam pembentukan patologi ALS. Penyebab keterlibatan neuron motorik yang bersifat selektif ini belum diketahui. Morfologi. Pada pemeriksaan makroskopik, radiks anterior medulla spinalis menipis; girus prasentral dapat mengalami atrofi,terutama pada kasus berat. Pemeriksaan mikroskopik memperlihatkan berkurangnya jumlah neuron kornu anterior disepanjang medulla spinalis disertai gliosis reaktif dan hilangnya serat bermielin radiks anterior. Temuan serupa dijumpai pada keterlibatan nucleus saraf kranialis trigeminus motorik, ambiguus dan hipoglossus. Neuron-neuron yang tersisa sering mengandung badan Bunina: badan inklusi sitoplasma yang positif-PAS dan otot rangka yang dipersarafi oleh lower motor neuron yang mengalami degenerasi memperlihatkan atrofi neurogenik. Kerusakan upper motor neuron menyebabkan degenerasi myelin di traktus kortikospinalis

Upload: geovani-anggasta-lidyawati

Post on 24-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

Page 1: Amiotrofik Lateral Sclerosis

Amiotrofik lateral sclerosis

Sklerosis lateral amiotrofik (amyotrophic lateral sclerosis, ALS) ditandai oleh otot atorfi otot neuronal (amiotrofi) dan hiperrefleksia, masing-masing akibat hilangnya lower motor neuron di kornu anterior medulla spinalis dan upper motor neuron yang berproyeksi di traktus kortikospinal. Penyakit mengenai pria sedikit lebih sering dibandingkan dengan wanita, dan mulai muncul klinis pada decade ke-5 atau lebih. Sekitar 5% sampai 10% bersifat familial, terutama dengan pewarisan dominan-autosomal.

Pathogenesis. Etiologi dan pathogenesis sklerosis lateral amiotrofik tidak diketahui. Pada sebagian kasus familial, lokus genetik diketahui terletak di gen superoksida dismutase (SOD1) tembaga-seng di kromosom 21. Diketahui beragam mutasi missense yang tampaknya mengahasilkan fenotipe dengan fungsi baru yang menyimpang. Di antara berbagai mutasi, mutasi A4V merupakan yang tersering (mendekati 50% kasus), menyebabkan perjalanan penyakit yang cepat , dan jarang memperlihatkan gejala-gejala upper motor nueuron. Diketahui terdapat sebuah gen yang terletak di lokus resesif kromosom 2 mengode sebuah protein-protein yang berperan dalam pengendalian GTPase. Lokus genetic lain untuk ALS telah berhasil diketahui letaknya, tetapi belum berhasil diklon. Juga terdapat bukti bahwa toksisitas glutamat dan nitrasi protin bereperan dalam pembentukan patologi ALS. Penyebab keterlibatan neuron motorik yang bersifat selektif ini belum diketahui.

Morfologi. Pada pemeriksaan makroskopik, radiks anterior medulla spinalis menipis; girus prasentral dapat mengalami atrofi,terutama pada kasus berat. Pemeriksaan mikroskopik memperlihatkan berkurangnya jumlah neuron kornu anterior disepanjang medulla spinalis disertai gliosis reaktif dan hilangnya serat bermielin radiks anterior. Temuan serupa dijumpai pada keterlibatan nucleus saraf kranialis trigeminus motorik, ambiguus dan hipoglossus. Neuron-neuron yang tersisa sering mengandung badan Bunina: badan inklusi sitoplasma yang positif-PAS dan otot rangka yang dipersarafi oleh lower motor neuron yang mengalami degenerasi memperlihatkan atrofi neurogenik. Kerusakan upper motor neuron menyebabkan degenerasi myelin di traktus kortikospinalis sehingga warnanya menjadi pucat, terutama di segmen bahwa, tetapi dengan pemeriksaa khusus dapat ditelusuri hingga keseluruh sistem kortikospinal.

Gambaran klinis. Gejala awal berupa kelemahan asimetrik tangan, yang bermanifestasi sebagai jatuhnya benda yang dipegang dan kesulitan melakukan tugas motorik halus serta kram dan spastisitas lengan dan tungai. Seiring perkembangan penyakit, kekuatan dan massa otot berkurang serta terjadi kontraksi involunter masig-masing unit motorik yang disebut fasikulasi. Penyakit akhirnya mengenai otot-otot pernapasan sehingga pasien mengalami infeksi paru berulang keparahan kelainan di upper dan lower motor neuron bervariasi; istilah atrofi oto progresif berlaku bagi kasus-kasus yang relative jarang dengan kelainan lower motor neuron yang predominan. Pada beberapa pasien, degenerasi nucleus motorik kranialis batang otak terjadi secara dini dan berkembang cepa, menunjukan suatu pola yang disebut sebagai kelumpuhan bulbar progesif atau sklerosis lateral amiotrofik bulbar. Pada pasien ini, didominasi kelainan menelan dan fonasi serta perjalanan penyakit berlangsung terus selama 1-2 tshun. Pada kasus familial, gejala timbul lebih dani dibandingkan dengan kasus sporadic, tetapi perjalanan penyakitnya setara.

Page 2: Amiotrofik Lateral Sclerosis

Robbin & Cottran. 2010. Dasar patologis penyakit, edisi 7. Jakarta: EGC