ai-islam modul 2 shalat

36
AL- ISLAM 1 Tahun Ajaran 2014 Laporan Modul 2 Kelompok 6 Valdiano Zamri (2014730094) Lucky Sendikamas (2014730050) M. Izzatul Islam Yunus (2014730052) Ravena M. (2014730081) Nursyafitriani S. (2014730078) Hasanah Suci (2014730040) Urwatul Wutsqo (2014730092) Yasmin Kamila Manan (2014730100) Hera Dania Pancarani (2014730041) Fernita Cahyaningrum (2014730031) Tutor: Drs. Nurhadi, MA Program Studi Pendidikan Dokter 1

Upload: fernita-cahya

Post on 27-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Al-Islam Modul 2 Shalat FKK UMJ

TRANSCRIPT

AL- ISLAM 1

Tahun Ajaran 2014

Laporan Modul 2

Kelompok 6

Valdiano Zamri (2014730094)

Lucky Sendikamas (2014730050)

M. Izzatul Islam Yunus (2014730052)

Ravena M. (2014730081)

Nursyafitriani S. (2014730078)

Hasanah Suci (2014730040)

Urwatul Wutsqo (2014730092)

Yasmin Kamila Manan (2014730100)

Hera Dania Pancarani (2014730041)

Fernita Cahyaningrum (2014730031)

Tutor: Drs. Nurhadi, MA

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

1

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas nikmat dan kesempatan yang Allah berikan kami dapat menyelesaikan laporan PBL Modul 2 megenai ‘Shalat bagi Musafir’ yang dilakukannya sesuai dengan waktu yang telah disediakan.

Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘Aalaihi Wassalam. Kepada para keluarga, para sahabat, serta para ummat pengikut beliau hingga yaumil qiyamah nanti. Amin ya robbal’alamin.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi ketentuan sistem pembelajaran terutama dalam kegiatan PBL, dengan laporan ini diharapkan para pembaca dan khususnya kami selaku kami selaku penyusun dapat mengetahui apa dan bagaimana tata cara shalat ketika bepergian.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan, baik dari segi kami selaku penyusunan, maupun dari segi pembahasan. Karena itu, kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan laporan ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyediakan sarana dan prasarana untuk keperluan pembuatan laporan ini. Kami juga berterima kasih kepada Tutor kelompok kami yang telah memberikan materi yang kami butuhkan untuk menjadi pengetahuan tambahan untuk keperluan dalam proses pembuatan laporan ini.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi kami selaku penyusun.

Jakarta, Desember 2014

Kelompok 6

2

Daftar IsiKata Pengantar......................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................5

Skenario.................................................................................................................................................5

Kata Sulit................................................................................................................................................5

Kata Kunci..............................................................................................................................................5

Pertanyaan............................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................7

Rukhshoh yang diberikan kepada musafir.............................................................................................7

Jarak Yang Dianggap Safar...................................................................................................................12

Lama Menetap Yang Dianggap Safar...................................................................................................12

Shalat Bagi Musafir..............................................................................................................................13

Yang Mendapatkan Shalat Jum’at.......................................................................................................14

Pelaksanaan shalat jumat bagi musafir...............................................................................................14

Qashar (meringkas shalat)...................................................................................................................15

Jamak (mengumpulkan)......................................................................................................................16

Syarat-syarat sholat Jamak..................................................................................................................16

ketentuan khusus untuk jamak taqdim...............................................................................................18

Ketentuan khusus jamak taqhir...........................................................................................................19

Adab bepergian...................................................................................................................................19

Tata Cara Shalat di Kendaraan.............................................................................................................19

BAB III Simpulan..................................................................................................................................21

Daftar Pustaka.....................................................................................................................................22

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 SkenarioAli dan Umar baru melakukan perjalanan dinas pada hari jumat. Perjalanan dimulai pukul 09.00 dan sampai di tujuan pukul 16.00. setelah tiba di tujuan langsung melakukan aktifitas kedinasan sebagaimana yang ditugaskan.

1.2 Kata SulitTidak ditemukan kata sulit

1.3 Kata Kunci• Perjalanan

• Shalat Jama’

• Hari Jum’at

• Shalat Qashar

• Adab Bepergian

1.4 Pertanyaan1. Apa definisi dari kata kunci di atas?

2. Apa saja dalil tentang shalat bagi musafir?

3. Apa saja syarat-syarat shalat Jama?

4. Apa saja syarat-syarat shalat qashar?

5. Apa saja jenis-jenis jama?

6. Apa saja sebab hukum diperbolehkannya jama?

7. Jelaskan dispensasi-dispensasi (rukhshah) yang diberikan pada musafir?

8. Bagaimana tolak ukur seseorang bisa dikatakan sebagai musafir?

9. Bagaimana tata cara menjama shalat?

4

10. Bagaimana tata cara menjama shalat?

11. Bagaimana tata cara shalat di kendaraan?

12. Bagaimana adab bepergian bagi seorang muslim?

13. Bagaimana pelaksanaan shalat jumat bagi orang yang bepergian?

5

BAB II PEMBAHASAN

Pertanyaan: Apa dalil tentang shalat bagi musafir?

Nama: Valdiano Zamri

NIM: 2014730094

Referensi: Al-Qur’an dan Terjemahannya

�ة� الص�ال م�ن� � وا �ق�ص ر ت �ن أ �اح� ن ج م� �ك �ي ع�ل �س� �ي ف�ل ر�ض�� األ ف�ي م� �ت ب ض�ر� �ذ�ا  و�إ

Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menq-qashar shalat .(QS. An-Nisa : 110)

Jadi dari dalil ini di jelaskan bahwa seorang musafir di perbolehkan meng-qashar shalatnya sebagai bentuk keringanan dari allah swt.

6

Pertanyaan: Jelaskan dispensasi-dispensasi (rukhshah) yang diberikan pada musafir?

Nama: Urwatul Wutsqo

NIM: 2014730093

Referensi: Kewajiban dan Adab Musafir oleh Abdul Aziz Salim Basyarahil, Wiwik Sugiarji

Rukhshoh yang diberikan kepada musafir1. Mengqoshor Shalat Yang Empat Rakaat

Mengqoshor shalat artinya membuat yang empat rakaat menjadi dua rakaat saja. Adapun shalat maghrib tetap tiga rakaat dan shalat shubuh tetap dua rakaat.Qoshor disyariatkan oleh Al-Qur’an dan sunnah. Firman Allah mengenai hal ini :

Ayat diatas adalah dalil dibolehkannya mengqashar shalat saat safar. Meski secara literal ayat tersebut mengaitkan safar dengan takut terhadap serangan orang kafir, namun kebolehan qashar saat safar berlaku umum karena ia merupakan rukshah dari Allah. Imam Muslim meriwayatkan bahwa Ya’la bin Umayyah pernah menanyakan ayat tersebut kepada Amirul Mu’minin Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu. “maka tidaklah mengapa kamu men-qashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir”. Saat ini orang-orang telah merasa aman. Umar berkata, ‘Aku juga pernah heran seperti kamu. Tapi saya pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu. Rasul menjawab;

�ه ص�د�ق�ت �ل وا ف�اق�ب م� �ك �ي ع�ل بها الله �ص�د�ق� ت ص�د�ق�ة�

“Itu adalah sedekah yang diberikan Allah kepadaa kalian, maka terimalah sedekahnya” (HR. Muslim).

Oleh karena itu, meskipun safar yang dilakukan penuh dengan kemudahan dan kenyamanan, keringanan tersebut tetap berlaku. Bahkan hendaknya seseorang tetap mengambil keringanan itu. Karena itulah yang lebih afdhal dan lebih dicintai oleh Allah. Namun jika shalat (berma’mum) di belakang Imam muqim yang shalat sempurna (4 raka’at)

7

Musafir wajib mengikuti Imam, sehingga ia tetap shalat sempurna. Hal ini berdasar pada dalil tentang kewajiban mengikuti Imam.

2. Menjama’ Shalat

Selain qashar shalat, musafir juga mendapat keringanan dalam shalat berupa jama’. Yakni menggabungkan dua shalat menjadi satu yang dikerjakan pada satu waktu di awal atau di akhir. Shalat yang dijamak adalah shalat yang 3 dan 4 raka’at, yakni dzuhur-ashar dan magrib-isya.

Dalil tentang jama’ diterangkan dalam hadits-hadits nabawi, diantaranya hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata :

“Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika terburu-buru dalam perjalan, maka beliau mengakhirkan shalat maghrib dan menjama’ dengan shalat ‘isya” (Terj. HR. Bukhari & Muslim).

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa :

“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai perjalanan sebelum matahari tergelincir, beliau mengakhirkan shalat dzuhur pada waktu ‘ashar dan menjama’nya. Dan jika berangkat setelah tergelincir matahari, beliau shalat dzuhur terlebih dahulu kemudian berangkat” (Terj. HR. Bukhari & Muslim)

Dalam hadits yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, beliau menuturkan :

“Kami keluar bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam –perjalanan- perang Tabuk. Saat itu beliau shalat dzuhur dan ‘ashr secara jama’ serta maghrib dan ‘ashr secara jama’ pula”. (Terj. HR. Muslim).

3. Tidak berpuasa Ramadhan

Jika seseorang melakukan safar pda bulan Ramadhan, maka ia memperoleh keringanan untuk tidak berpuasa. Sebagai gantinya, ia mengqadha puasa yang ditinggalkan tersebut pada hari lain di luar Ramadhan sejumlah hari yang ditinggalkannya. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam surah al-Baqarah ayat 184;

ا ك�ان� و�م�ن ر�يض� و م�� ر� ع�ل�ى� أ ف� ع�د�ة� س� ن ف� �ي�ام� م

� ر� أ خ�ر� ب�ك�م� الل�ه� ي�ر�يد� أ� ب�ك�م� ي�ر�يد� و�ال� ال ي�س

ر� ل�وا ال ع�س ل�ت�ك م� وا ال ع�د�ة� و� ل�ت�ك�ب�ر� ا ع�ل�ى� الل�ه� و� د�اك�م م� ل�ع�ل�ك�م ه� ون� و� ك�ر� [٢:١٨٥ ]ت�ش

“Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”

8

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma tentang berbukanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat safar. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan;

�اس الن �ف�ط�ر� ف�أ �ف�ط�ر� أ �د�يد� �ك ال �غ� �ل ب �ى ت ح� ف�ص�ام� م�ض�ان� ر� ف�ي �ة� م�ك �ل�ى إ ج� خ�ر� �م� ل و�س� �ه� الل س ول� ر� �ن� أ

“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi menuju Makkah pada bulan Ramadhan dalam keadaan berpuasa. Ketika sampai di daerah Kadid, Beliau berbuka yang kemudian orang-orang turut pula berbuka. (HR. Bukhari)

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap, “memaksakan diri” tidak termasuk kebaikan (al-birr). Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada dalam suatu perjalanan. Lalu beliau melihat orang-orang berdesak-desakan. Di sana ada seorang pria dinaungi orang-orang karena kelihatan lemah. “Ada apa dengannya?” tanya Rasul. “Ia sedang puasa”, jawab para sahabat. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

وم�وا أ�ن ال ب�ر� من ليس ر� في ت�ص� ف� الس�

“Tidak termasuk kebaikan puasa saat safar” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain;

ة� ع�ل�ي ك�م ص� خ خ�ص� الذي الل�ه� ب�ر� ل�ك�م ر�

“Hendaknya kalian mengambil rukhshah yang diberikan Allah kepada kalian”

Namun jika musafir berpuasa, maka puasanya tetap sah, dan tidak berkewajiban mengqadha. Bahkan sebagian Ulama berpendapat bahwa jika seseorang memperoleh kemudahan dalam safarnya, maka yang afdhal baginya adalah tetap berpuasa. Karena hal itu lebih cepat melepaskan bebannya. Selain itu hadits lain dijelaskan bahwa Rasulullah kadang berpuasa saat safar, dan kadang pula tidak berpuasa. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma;

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat safar terkadang berpuasa dan kadang berbuka. Maka siapa yang ingin tetap berpuasa, dipersilahkan. Dan siapa yang ingin berbuka juga dipersilahkan”. (HR. Bukhari)

4. Tidak Wajib Menunaikan Shalat Jum’at

Musafir mendapat keringanan meninggalkan shalat jum’at. Namun tetap wajib menunaikan shalat dzuhur Karena shalat Jum’at hanya diwajibkan kepada laki-laki dewasa dan muqim. Segaimana dalam hadits

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:

“Tidak ada kewajiban shalat Jum’at bagi musafir”.

9

Bahkan Ibnu Abdil barr menukil ijma’ tentang hal itu dalam kitabnya al-Istidzkar. Syakhul Islam Ibn Taimiyah mengatakan :

“ . . .Yang tepat adalah madzhab jumhurus Salaf dari kalangan Imam Madzhab yang empat dan yang lainnya, bahwa musafir tidak wajib shalat Jum’at “(Majmu’ Fatawa 17/480).

Namun jika musafir menunaikan shalat jum’at, maka shalatnya sah. Tetapi tidak menjama’ jum’at dengan asar. Ia harus menunaikan shalat asar pada waktunya secara qashar (dua raka’at). Karena asar dijama’ dengan dzhur. Sebab lainnya karena shalat jum’at merupakan shalat tersendiri dan terpisah serta berbeda dengan dzuhur. Shalat jum’at memiliki hukum-hukum khusus yang berbeda dengan dzuhur seperti bacaan jahriyah, jumlah raka’at dua, serta didahului dua khutbah. Sementara dzuhur empat raka’at, bacaan sirriyah, dan tanpa khutbah. (Lihat: Syarhul Mum’thi’ 17/480).

5. Boleh Melakukan Shalat Sunnah Di Atas Kendaraan

Musafir boleh melakukan shalat sunnah semisal qiyamul Lail, witir, dhuha, dan sunnah-sunnah lainnya dalam kendaraan kemanapun kendaraan tersebut mengarah dan menghadap. Ini berdasarkan hadits Sa’id bin Yasar. Beliau menuturkan, aku pernah bepergian pada waktu malam Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menuju Makkah. Tatkala aku khawatir waktu subuh akan masuk, akun turun dari kendaraan menunaikan shalat witir. Lalu aku menyusul Ibnu Umar. “Kamu dari mana saja?”, tanya Ibnu Umar. “Aku khawatir waktu subuh akan masuk, sehingga aku turun menunaikan shalat witir”. “Bukankah pada dirimu terdapat teladan yang baik pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” tanya Ibnu Umar lagi. “Tentu”, jawabku. Ibnu Umar mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam pernah shalat witir di atas Onta”. (Terj. HR Bukhari & Muslim).

Ibnu Umar juga meriwayatkan bahwa “Rasulullah shallalhu ‘alaihi wa sallam shalat saat safar di atas kendaraannya. Beliau shalat lail dan shalat witir. Kecuali shalat fardhu (beliau tidak lakukan diatas kendaraan).

Shalat di atas kendaraan dapat dilakukan dengan menghadap sesuai arah kendaraan. Namun lebih afdhal lagi kalau awalnya menghadap arah kiblat, walaupun setelah itu berubah arah. Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata;

ول� ك�ان� س� ل�ى – وسلم عليه الله صلى – الل�ه� ر� ل�ت�ه� ع�ل�ى ي�ص� اح� ي ث� ر� ت ح� ه� إ�ذ�ا ، ت�و�ج� ف� اد� ر�

ة� أ� ر�يض� ل� ال ف� ب�ل� ن�ز� ت�ق اس ب ل�ة� ف� ال ق�

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan shalat sunnah di atas kendaraannya dengan menghadap searah kendaraannya. Namun jika ingin melaksanakan shalat fardhu, beliau turun dari kendaraan dan menghadap kiblat”. (HR. Bukhari).

Oleh karena itu, meskipun safar yang dilakukan penuh dengan kemudahan dan kenyamanan, keringanan tersebut tetap berlaku. Bahkan hendaknya seseorang tetap

10

mengambil keringanan itu. Karena itulah yang lebih afdhal dan lebih dicintai oleh Allah. Namun jika shalat (berma’mum) di belakang Imam muqim yang shalat sempurna (4 raka’at) Musafir wajib mengikuti Imam, sehingga ia tetap shalat sempurna. Hal ini berdasar pada dalil tentang kewajiban mengikuti Imam.

6. Menjama’ Shalat

Selain qashar shalat, musafir juga mendapat keringanan dalam shalat berupa jama’. Yakni menggabungkan dua shalat menjadi satu yang dikerjakan pada satu waktu di awal atau di akhir. Shalat yang dijamak adalah shalat yang 3 dan 4 raka’at, yakni dzuhur-ashar dan magrib-isya.

Dalil tentang jama’ diterangkan dalam hadits-hadits nabawi, diantaranya hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata :

“Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika terburu-buru dalam perjalan, maka beliau mengakhirkan shalat maghrib dan menjama’ dengan shalat ‘isya” (Terj. HR. Bukhari & Muslim).

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa :

“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai perjalanan sebelum matahari tergelincir, beliau mengakhirkan shalat dzuhur pada waktu ‘ashar dan menjama’nya. Dan jika berangkat setelah tergelincir matahari, beliau shalat dzuhur terlebih dahulu kemudian berangkat” (Terj. HR. Bukhari & Muslim)

Dalam hadits yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, beliau menuturkan :

“Kami keluar bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam –perjalanan- perang Tabuk. Saat itu beliau shalat dzuhur dan ‘ashr secara jama’ serta maghrib dan ‘ashr secara jama’ pula”. (Terj. HR. Muslim).

11

Pertanyaan: Bagaimana tolak ukur seseorang bisa dikatakan sebagai musafir?

Nama: Lukcy Sendikamas

Nim: 2104730050

Referensi: Ahsin W.Alhafldz.2007.Fikih Kesehatan.Jakarta : AMZAH

Musafir itu adalah isim fail dari kata dasar yang berkentuk kata kerja : safar. Safar adalah melakukan perjalanan, sedangkan musafir adalah orang yang menjadi pelaku atau orang yang melakukan safar. Dalam hukum Islam, musafir adalah orang yang meninggalkan tempat tinggalnya dalam jarak tertentu dan berniat tinggal di tempat yang dituju dalam waktu tertentu

Rukhsah adalah semacam dispensasi atau keringanan yang Allah berikan dalam beberapa bentuk ibadah karena alasan tertentu, di antaranya karena alasan safar. Bahkan Allah Ta‟ala senang jika rukhsah yang Dia sediakan digunakan oleh hamba-Nya. Rasulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya Allah senang jika keringanan-keringanan-Nya (rukhsahNya) digunakan sebagaimana senangnya Dia jika ajaran-ajaran- Nya yang lengkap digunakan.” 1)

Batasan safar dalam syariat

Untuk menentukan kapan berlaku rukhsah dalam safar, penting bagi kita untuk mengetahui apa batasan safar dalam tinjauan syariat.

12

Pertanyaan: Apa saja sebab hukum diperbolehkannya jama?

Nama: M. Izzatul Islam Yunus

NIM: 2014730052

Referensi: Ahsin W.Alhafldz.2007.Fikih Kesehatan.Jakarta : AMZAH

Jarak Yang Dianggap SafarJumhur ulama berpendapat bahwa jarak yang dianggap safar dalam pandangan syar‟i adalah perjalanan sehari semalam, atau 4 burd (barid), atau 16 farsakh, atau sekitar 48 mil, atau sekitar 76,8 km. 1) Berdasarkan riwayat dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa mereka berdua melakukan qashar shalat dan buka puasa pada jarak empat burd; yaitu enam belas farsakh. Dasar ketentuan minimal empat burud ini ada banyak, di antaranya adalah sabda Rasulullah SAW berikut ini :

ف�ان ع س� �لى� إ �ة� م�ك م�ن� د@ �ر� ب �ع�ة� ب ر�� أ م�ن� Cق�ل� أ في� وا �ق�ص ر ت � ال �ة� م�ك �ه�ل� �اأ ي

Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Wahai penduduk Mekkah, janganlah kalian mengqashar shalat bila kurang dari 4 burud, dari Mekkah ke Usfan". (HR. Ad-Daruquthuny)

Jarak minimal diperbolehkannya mengwashar shalat adalah 1 faarsakh = 5541 meter/5,541 km. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Yahya bin Yazid.

"Aku bertanya kepada Anas bin Malik mengenai mengqashar shalat. Ia menjawab, "Rasulullah SAW. Mengerjakan shalat dua raka'at kalau sudah berjalan sejauh tiga mil atau satu farsakh". (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Baihaqi).

Lama Menetap Yang Dianggap Safar Seseorang yang dalam safarnya tinggal di sebuah tempat, apakah berlaku baginya hukum safar ? Jika dia tidak dapat memastikan berapa lama masa tinggalnya di tempat tesebut,

13

maka berlaku baginya hukum safar, walaupun berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Adapun jika dia dapat memastikan masa tinggalnya di sebuah tempat dalam safarnya, maka pendapat yang lebih kuat dan lebih hati-hati adalah tidak lebih dari empat hari. Maksudnya, jika seseorang menetap di suatu tempat dalam safarnya selama empat hari atau kurang, maka selama itu berlaku baginya hukum safar, dia boleh qashar shalat. Namun jika lebih dari itu, tidak berlaku lagi hukum safar baginya, dia harus shalat dengan lengkap. Dalil dari ketetapan ini adalah perbuatan Rasulullah SAW ketika beliau menetap di Mekah dalam Haji Wada‟, selama empat hari. Maka selama itu belia melakukan shalat dengan cara qashar.

Kapan rukhsah dalam safar mulai dapat dilakukan?

Meskipun safar dalam penilaian syar‟i baru dianggap jika perjalanan yang ditempuh berjarak minimal 76,8 km, namun itu bukan berarti kita harus sampai pada jarak tersebut untuk dapat mengambil rukhsah yang terdapat dalam safar. Kita sudah boleh mengambil rukhsah tersebut jika kita telah keluar dari negeri (kota) atau wilayah pemukiman di kota tempat kita menetap, walaupun belum sampai jarak minimal dalam safar yang mendapatkan rukhsah, selama safar yang akan kita tuju diperkirakan melampaui jarak tersebut.

�ة� الص�ال م�ن� � وا �ق�ص ر ت �ن أ �اح� ن ج م� �ك �ي ع�ل �س� �ي ف�ل ر�ض�� األ ف�ي م� �ت ب ض�ر� �ذ�ا  و�إ

Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menq-qashar shalat .(QS. An-Nisa : 110)

Jadi dari dalil ini di jelaskan bahwa seorang musafir di perbolehkan meng-qashar shalatnya sebagai bentuk keringanan dari allah swt.

14

Shalat Bagi MusafirShalat dalam bahasa artinya do’a dan dalam ilmu fiqih ialah semua perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir (Allahu Akbar) dan diakhiri dengan taslim (assalamu a’alikum). Shalat merupakan ibadah yang paling mulia diwajibkan lima waktu sehari semalam atas umat Nabi Muhammad saw pada malam isra’ dan mi’raj.

-Shalat berjama’ah hukumnya fardhu kifayah bagi laki-laki merdeka, menetap (tidak musafir) dan mempunyai pakaian. Hal ini merupakan suatu pemandangan indah yang mencerminkan syi’ar Islam dan ukhuwah islamiyah (persaudaraan), sesungguhnya orang islam itu bersaudara.

-Shalat jum’at wajib bagi setiap laki-laki merdeka, Muslim, berakal, baligh, penduduk negeri, mempunyai pakaian dan tidak berhalangan (sakit). Shalat ini sebagai pengganti sholat Dhuhur yang dilakukan dua raka’at di masjid jami’.

Allah berfirman

ال ب�ي ع� وا ذ�ر� و� الل�ه� ذ�ك ر� إ�ل�ى ا ع�و اس ف� ع�ة� م� ال ج� ي�و م� م�ن ال�ة� ل�لص� ن�ود�ي� إ�ذ�ا ن�وا آم� ال�ذ�ين� ا يQه� يأ�

ت�ع ل�م�ون� ك�نت�م إ�ن ل�ك�م ي ر� خ� ﴾٩الجمعة–  ذ�ل�ك�م

”Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

(Qs al-Jumu’ah ayat: 9).

15

Yang Mendapatkan Shalat Jum’at Orang yang ketinggalan satu raka’at bersama imam, harus menambah satu raka’at

setelah salam imam. Orang yang mendapatkan ruku bersama imam di raka’at kedua, harus menambah

satu raka’at setelah salam imam. Orang yang mendapatkan imam sudah bangun dari ruku di raka’at kedua, ia harus

melakukan shalat dhuhur 4 raka’at setelah salam imam. Ini yang dinamakan niat tanpa shalat dan shalat tanpa niat yaitu niat ingin shalat jum’at tapi tidak shalat jum’at dan tidak niat shalat dhuhur tapi harus shalat dhuhur.

ك� : د�ر�� أ ف�ق�د� ة�، الص�ال� م�ن� Lع�ة� ك ر� ك� د�ر�

� أ م�ن� ق�ال� �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل �ه الل ص�ل�ى Cي� �ب الن ن�� أ ة� �ر� ي ه ر� �ي ب

� أ ع�ن�) الشيخان ) رواه ة� الص�ال�

Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda: ”Barangsiapa mendapatkan satu raka’at dari shalat (jum’at), berarti ia telah mendapatkan shalat” (HR Bukhari Muslim)

16

Pertanyaan: 13. Bagaimana pelaksanaan shalat jumat bagi orang yang bepergian?

Nama : Ravena M.

NIM 2014730081

Sumber : Dewan hisbah persatuan islam. 2000. RISALAH SALAT. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA

Pelaksanaan shalat jumat bagi musafirBanyak ulama yang menyatakan bahwa musafir tidak diwajibkan untuk shalat juamt.diantara ulama tersebut adalah al-Imam Malik, ats-Tsauri, asy-Syafi’i, dan Abu Tsaur.

Rasulullah saw dahulu melakukan safar/berpergian dan beliau tidak shalat jumat dalam safarnya. Ketika nabi saw menunaikan haji wada di Padang Arafah (wukuf) pada hari juamat, beliau shalat zuhur dan shalat asar dan menjamak keduanya dengan tidak shalat jumat.

Sesuai dengan hadist Jabir radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan, “Kemudian (muazin) mengumandangkan adzan lalu iqamah, Nabi saw shalat zuhur. Kemudian (muazin) iqamah, lalu shalat ashar.”

Tata cara shalat jumat untuk musafir yang ingin shalat adalah sama dengan shalat jumat orang bermukim. Ada hal-hal yang harus di perhatikan untuk shalat jumat, yaitu:

Persiapan sebelum shalat jumat1. Wajib bagi setiap muslim untuk mandi, dengan meratakan air ke seluruh

tubuh2. Mengenakan pakaian yang baik, pantas, dan bersih3. Disunatkan memakai wangi-wangian4. Bersegera pergi untuk shalat jumat

Hal-hal yang dilakukan sebelum khotbah1. Dilarang menempati shaf belakang selama shaf didepan masih banyak yang

kosong2. Meluruskan shaf dan pundak3. Melakukan shalat tahiyyatul masjid4. Dibolehkan shalat syukrul wududua rakaat bagi yang teklah berwudu5. Shalat intizhar dua rakaat-dua rakaat.

Adab selama imam berkhotbah1. Makmum duduk dengan tidak bertegak lutut,mendengarkan,menyimak

khotbah.

17

2. Makmum dilarang berbicara walaupun sepatah kata. Pelaksanaan shalat jumat

1. Dimulai dengan khotbah setelah masuk waktu zuhur, imam/khatib naik ke mimbar, lalu duduk mendengarkan adzan, selesai adzan khatib memulai khotbahnya. Khotbah dilakukan dua kali diselingi duduk sejenak sebelum doa.

2. Setelah khatib selesai khotbah lalu khatib mengimami shalat jumat, dua rakaat.

Setelah shalat jumat1. Zikir dan doa kemudian shalat rawatib ba’diyah jumat dua rakaat atau empat

rakaat.2. Meninggalkan tempat dengan tidak melangkahi daerah sujud orang yang

sedang shalat.

18

Bagaimana tata cara menqashar dan menjamak Qashar (meringkas shalat)?

Nama: Fernita Cahyaningrum

NIM: 2014730031

Referensi: Abdul Kadir Huhuyanan dkk. 2008. Pedoman dan Tuntunan Shalat Lengkap. Jakarta:Gema Insani.cetakan ke 13

“Sesungguhnya Allah suka dilaksanakan rukhsah (keringanan) yang diberikan olehNya seperti Allah membenci dilakukan maksiat kepadaNya”. Hadis riwayat Ahmad.

Bahasa ; Pendek dan ringkas.

Istilah ; Memendekkan solat jenis 4 rakaat kepada 2 rakaat.

Takrifan Solat Qasar adalah mengqasarkan (memendekkan) solat yang empat rakaat iaitu Zuhur, Asar dan Isya’ kepada dua rakaat sementara solat Maghrib dan solat Subuh tidak boleh diqasarkan.

Para ulama fiqih telah menyepakati bahwa qashar shalat boleh dilakukan oleh musafir. Adapun cara pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

Pertama, shalat qashar jamak taqdim, yaitu meringkas dan mengumpulkan dua shalat fardhu dikerjakan dalam waktu shalat yang pertama, misalnya shalat zhuhur dan ashar dikerjakan pada waktu zhuhur, diringkas menjadi dua rakaat (shalat zhuhur) dan dua rakaat (shalat ashar).

Caranya: dikerjakan terlebih dahulu shalat zhuhur dua rakaat, setelah salam dilanjutkan dengan shalat ashar dua rakaat.

Kedua, shalat qashar jamak ta’khir, yaitu meringkas dan mengumpulkan dua shalat fardhu dikerjakan pada waktu shalat yang terakhir, misalnya shalat magrib dan isya dikerjakan pada waktu isya.

Caranya: dikerjakan terlebih dahulu shalat magrib tiga rakaat, setelah salam dilanjutkan dengan shalat isya dua rakaat.

Keterangan: shalat yang boleh diqashar (diringkas) adalah shalat fardhu yang empat rakaat. Untuk shalat magrib dan subuh tidak ada ketentuannya (tidak boleh).

Jamak (mengumpulkan)Shalat jamak adalah dua shalat wajib yang dikerjakan dalam satu waktu,

misalnya shalat zhuhur dan ashar dilaksanakan pada waktu zhuhur, disebut jamak taqdim. Atau shalat zhuhur dan ashar dikerjakan pada waktu ashar disebut jamak takhir.

Caranya: penjelasannya sama dengan penjelasan menjamak qashar yang sudah dijelaskan, hanya saja dalam shalat jamak tidak ada shalat yang diringkas, jadi

19

mengerjakan shalat zhuhur dan shalat ashar pada waktu zhuhur, dimulai dengan shalat zhuhur terlebih dahulu (empat rakaat) dan setelah salam dilanjutkan dengan shalat ashar (empat rakaat). Begitu juga bila shalat zhuhur dan ashar akan dikerjakan shalat zhuhur (empat rakaat)dan setelah salam, dilanjutkan dengan shalat ashar (empat rakaat).

20

21

Pertanyaan : Apa syarat-syarat shalat jama’ ?Nama : Nursyafitriani S

NIM: 2104730078

Sumber :

Fathul Mu`in dan Hasyiah I`anatuth Thalibin jilid 2 hal 98-104 Ce. TohaputraTanwir Qulub hal 172-175 cet. Hidayah

Muhammad Bagir, 2008 Fiqih Praktis I : Menurut Al-Quran , As-Sunnah , dan Pendapat para Ulama. Karisma : Bandung

Syarat-syarat sholat JamakAda dua macam shalat jamak, jamak taqdim dan jamak takhir. Jamak taqdim adalah

mengerjakan kedua shalat dalam waktu pertama, misalnya shalat ashar dikerjakan dalam

waktu Zuhur, atau shalat isya dikerjakan dalam waktu maghrib. Sedangkan Jamak ta`khir

adalah sebaliknya yaitu mengerjakan kedua shalat yang dijamak dalam waktu kedua,

misalnya shalat dhuhur dikerjakan bersamaan dengan Ashar dalam waktu Ashar dan shalat

maghrib dikerjakan bersamaan dengan Isya dalam waktu Isya.

Adapun ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku umum baik jamak taqdim dan

jamak takhir yakni :

1. Jamak bagi musafir dibolehkan apabila jarak perjalanannya mencapai dua marhalah

(Sesungguhnya pengiraan 2 marhalah di zaman silam itu dalam kiraan KM sekarang

amatlah mengelirukan. Tapi range 2 marhalah itu ialah melebihi 83 KM)

2. Shalat yang boleh dijamak adalah shalat Zuhur dengan ashar dan shalat maghrib

dengan Isya, kedua shalat tersebut juga boleh diqashar (di potong) beserta jamak

(digabungkan)

Salat jamak dilakukan apabila dalam kondisi berikut :

1) Ketika di Arafah dan Muzdalifah

Para ulama sepakat tentang disunnahkannya menjamak taqdim antara zuhur dan ashar di

Arafah. Yaitu mengerjakan kedua salat itu pada waktu zuhur. Demikian pula menjamak

ta’khir antara salat magrib dan salat isya di Muzdalifah. Yaitu mengerjakan kedua salat itu

22

pada waktu isya. Hal tersebut sesuai sesuai dengan amalan Rasulullah ketika beliau

melaksanakan ibadah haji.

2) Ketika Turun Hujan

Diriwayatkan dari Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa ia pernah berkata : “Termasuk

sunnah Nabi SAW menjamak taqdim antara salat magrib dan salat isya dimalam-malam

yang berhujan. Demikian pula pendapat mazhab Syafi’I membolehkan mejamak taqdim

antara salat magrib dan salat isya dan antara salat zuhur dengan salat ashar bagi mereka

yang salat jamaah di masjid pada hari-hari yang berhujan, dengan syarat hujan masih terus

turun sejak dalam keadaan salat yang pertama sampai dimulainya salat yang kedua.

3) Ketika sakit

Menurut Ahmad bin Hanbal serta beberapa dari ulama mazhab Syafi’I dibolehkan menjamak

taqdim atau ta’khir disebabkan menderita sakit atau terancam keselamatannya. Bahkan

para ulama dari kalangan mazhab Hanbali (dan dibenarkan oleh Ibn Taimiyah) memperluas

keringanan menjamak taqdim dan ta’khir bagi siapa saja yang ber-udzur (beralasan atau

berkesulitan).

4) Karena adanya keperluan

Menurut An-Nawawi dalam bukunya Syarh Syahih Muslim : “Banyak dari kalangan para

imam yang membolehkan menjamak dalam kota tempat tinggal seseorang yaitu bukan

dalam perjalanan, disebabkan karena adanya keperluan bagi siapa-siapa yang tidak

menjadikannya kebiasaan sehari-hari.

23

Pertanyaan : Apa saja syarat-syarat shalat Jama’?

Nama : Hasanah Suci IndrianiNIM : 2014730040

Sumber :

Fathul Mu`in dan Hasyiah I`anatuth Thalibin jilid 2 hal 98-104 Cet. TohaputraTanwir Qulub hal 172-175 cet. Hidayah

Ketentuan khusus untuk jamak taqdim

1. Niat jamak pada shalat pertama.Dalam shalat jamak taqdim, misalnya mengerjakan

shalat Zuhur bersama ashar, ketika dalam shalat Zuhur wajib meniatkan bahwa

shalat ashar dijamak dengan shalat Zuhur. Niat ini tidak diwajibkan harus dalam

takbiratul ihram, tetapi boleh kapan saja selama masih dalam shalat bahkan boleh

bersamaan dengan salam shalat Zuhur tersebut.

2. Tertib, dalam mengerjakan shalat jamak taqdim harus terlebih dahulu dikerjakan

shalat yang awal, misalnya dalam jamak Zuhur dengan Ashar harus terlebih dahulu

dikerjakan Zuhur.

3. Masih berstatus sebagai musafir hingga memulai shalat yang kedua

4. Meyakini sah shalat yang pertama.

5. Beriringan, antara kedua shalat tersebut harus dikerjakan secara beriringan. Kadar

yang menjadi pemisah antara dua shalat tersebut adalah minimal kadar dua rakaat

shalat yang ringan. Bila setelah shalat pertama diselangi waktu yang lebih dari kadar

dua rakaat shalat ringan maka tidak dibolehkan lagi untuk menjamak shalat tersebut

tetapi shalat kedua harus dikerjakan pada waktunya yang asli.

Ketentuan khusus jamak taqhir

1. Niat jamak takhir dalam waktu shalat yang pertama. Dalam jamak takhir ketika kita

masih berada dalam waktu shalat pertama kita harus mengkasadkan bahwa shalat

waktu tersebut akan kita jamak ke waktu selanjutnya. Batasan waktu shalat pertama

24

yang dibolehkan untuk diqasadkan jamak adalah selama masih ada waktu kadar satu

rakaat shalat.

2. Masih berstatus sebagai musafir hingga akhir shalat yang kedua.

25

Bagaimana adab bepergian bagi seorang muslim?Nama: Yasmin Kamila Manan

NIM: 2014730100

Referensi: Aziz, Abdul bin Fathi as-sayyid Nada. Ensiklopedi Adab Islam. 2004. Daar Thaybah: Riyadh.

Berpergian artinya pergi ke luar rumah, baik untuk tujuan jarak jauh maupun jarak dekat. Setiap orang pasti adakalnya meninggalkan rumah, bahkan mungkin hampir setiap hari kita meninggalkan rumah, baik untuk tujuan bekerja mencari nafkah maupun untuk tujuan belajar mencari ilmu.

Adab Berpergian Menurut Ajaran Agama Islam, Yaitu Sebagai Berikut:

Mengucapkan salam ketika hendak meninggalkan rumah, agar Allah memberikan keselamatan baik bagi yang pergi maupun yang ditinggalkan

Menulis wasiat atau pesan jika ada hal-hal yang dianggap penting, dan jika berpergian menuju tempat yang sangat jauh dan memakan waktu lama

Saling memaafkan satu sama lain, sehingga tidak ada beban bagi yang hendak pergi maupun yang ditinggalkan

Membaca doa sebelum meninggalkan atau keluar rumah, Doanya ialah:

26

Bagaimana Tata Cara Shalat di Kendaraan?Nama: Hera Dania Pancarani

NIM: 2014730041

Referensi: M. Khalilurrahman Al-Mahfani. Buku Pintar Shalat. Wahyu Media

1. Bila tidak memungkinkan berwudhu, boleh tayamum.

اء� الن�س� ت�م� م�س ال� وأ� ال غ�ائ�ط� م�ن� ن ك�م م� د� ح�

أ� اء� ج� وأ� ر� ف� س� ع�ل�ى و

أ� ض�ى ر م� ك�ن ت�م إ�ن و�ط�ي�ب�ا ع�يد�ا ص� ت�ي�م�م�وا ف� اء� م� د�وا ت�ج� ل�م ن ه�  ف� م� ي د�يك�م

� أ و� ك�م وه� ب�و�ج� وا ح� ام س� ف�

“Dan jikalau kalian dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan atau seseorang diantara kalian baru saja buang hajat atau menggauli wanita, kemudian kalian tidak mendapatkan air, maka kalian lakukanlah tayammum dengan tanah yang baik. Usaplah wajah kalian dan tangan kalian dari tanah tersebut. Tidaklah Allah menghendaki untuk menjadikan beban bagi kalian, melainkan Allah berkeinginan untuk membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kalian, agar kalian bersyukur.” (QS. Al Maidah [5] : 6).

2. Usahakan shalat di atas kendaraan tetap menghadap qiblat, minimal saat tabiratul ikhram. Jika tetap tidak memungkinkan, boleh searah dengan arah kendaraan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Q.S. Al-Baqarah: 115

“...Kemana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah..”

Dan Anas bin Malik bahwa jika Rasuliillah SAW dalarn perjalanan dan ingin shalat sunah, maka ia menghadapkan untanva ke arah kiblat, Ialu takbir Kemudian shalat ke arah mana saja untanya mengarah. (HR. Abu Dawud)

Dan Anas bin Malik bahwa jika Rasulullah SAW shalat sunah di atas kendaraannya (untanya) dalam suatu perjalanan lanpa menghadap kiblat. (HR. Ahmad)

3. Dapat dilaksanakan dengan duduk, rukuk dan sujud dilakukan sesuai kemampuan

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, ia berkata:

“Nabi Muhammad SAW ditanya tentang shalat di atas kapal laut”, maka beliau menjawab, “Shalatlah di sana sambil berdiri kecuali bila engkau takut tenggelam”.

27

BAB III SimpulanTidak ada ketetapan yang meyakinkan mengenai batas jarak dan batas waktu dibolehkannya qashar dan jama bagi seorang musafir. Karena itu, ketika seseorang telah keluar dari rumahnya pergi ketempat lain dan tidak bermaksud untuk bermukim di sana, berapapun jarak dan waktunya, maka dia diberi keringanan untuk mengqashar shalat. Namun jika ada yang berpandangan bahwa jika telah menempuh jarak 3 farsakh maka di bolehkan mengqashar shalat itu tidak mengapa karena di dukung oleh hadis riwayat Muslim dan Allah telah memberi kita keringanan dalam ibadah yang menunjukkan bahwa islam tidak memberatkan. Berdasar Skenario, mereka dapat mengqashar dan menjamaa shalat pada shalat Ashar.

28

Daftar PustakaAbdul Kadir Huhuyanan dkk. 2008. Pedoman dan Tuntunan Shalat Lengkap. Jakarta:Gema Insani.cetakan ke 13

Al-Mahfani, M. Khalilurrahman. Buku Pintar Shalat. Wahyu Media

Aziz, Abdul bin Fathi as-sayyid Nada. Ensiklopedi Adab Islam. 2004. Daar Thaybah: Riyadh.

Dewan hisbah persatuan islam. 2000. RISALAH SALAT. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA

Fathul Mu`in dan Hasyiah I`anatuth Thalibin jilid 2 hal 98-104 Cet. TohaputraTanwir Qulub hal 172-175 cet. Hidayah

Muhammad Bagir, 2008 Fiqih Praktis I : Menurut Al-Quran , As-Sunnah , dan Pendapat para Ulama. Karisma : Bandung

Kewajiban dan Adab Musafir oleh Abdul Aziz Salim Basyarahil, Wiwik Sugiarji

29