agama islam ii
DESCRIPTION
AGAMA ISLAM II. Pendahuluan Iman Sebagai Anugerah dan Hidayah Hubungan Antara Iman dan Taqwa Eksistensi Tuhan Iman Kepada Allah Iman Kepada Malaikat Iman Kepada Rosul Iman Kepada Kitab-kitab Allah Iman Kepada Qadla dan Qadar Iman Kepada Hari Akhir. Pustaka - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
AGAMA ISLAM II
1. Pendahuluan2. Iman Sebagai Anugerah dan Hidayah3. Hubungan Antara Iman dan Taqwa4. Eksistensi Tuhan5. Iman Kepada Allah6. Iman Kepada Malaikat7. Iman Kepada Rosul8. Iman Kepada Kitab-kitab Allah9. Iman Kepada Qadla dan Qadar10. Iman Kepada Hari Akhir
Pustaka Nasrudin Razak, 2001. Dienul Islam, Al-Ma’arif, Bandung Mahmut Syalthut, 1980. Islam Aqidatun wa Syariatun,
Darul Kutub, Beirut Hasbi Ash-shiddiqi, 2001. Al- Islam. Pustaka Rizki Putra,
Semarang Sayyid Sabiq, 2001. Aqidah Islam Pola Hidup Manusia
Beriman, CV. Diponegoro, Bandung M. Imadudin A.Rachim, 1990. Kuliah Tauhid, Yaasin,
Bandung.
Iman Sebagai Anugerah dan Hidayah
Iman ---- Aamana --- Yu’minu ---- iimanan artinya : percaya yaitu sifat dan sikap membenarkan sesuatu atau menganggap sesuatu sebagai benar. Jika menganggap sesuatu sebagai benar, maka anggapan tersebut akan selamanya benar jika dalam proses perjalanan seseorang tidak terjadi reduksi anggapan tersebut. ---- tetap benar.
Indikator iman menurut al-Ghazali adalah: Tasdiiqun bi al-qalbi, qaulun bi al-lisaan dan amalun
bi al-arkaanDalam menjalani hidup, setiap orang memiliki berbagai
macam kepercayaan yang ada di dalam dirinya:
1. Kepercayaan dalam hidup sehari-hari; ini terjadi awalnya begitu saja, kemudian dilakukan pem-buktian
2. Kepercayaan dalam ilmu pengetahuan; - Postulat --- kebenaran yang telah diterima sebelumnya secara mutlak - Asumsi, - Teori, - Hipotesa 3. Kepercayaan dalam filsafat. Menurut al-Farabi: filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya.
- Materialisme - Rasionalisme - Empirisme, dll
4. Kepercayaan dalam Agama, menurut agama sumber pangkal nilai adalah kebenaran, dimana kebenaran itu sendiri adalah asal dan tujuan. Dan kebenaran mutlak adalah Tuhan (kebenaran Tuhan) --- Ex: Aristotelian
Manusia adalah makhluk penacari kebenaran --------lewat bertanya.
WP. Tolley berkata : our questions are endless
Al-insaan al-hayawan an-naatiqu
Manusia adalah makhluk atau maa siwallah
Makhluk :
- biotik (makhluk hidup)
- a biotik (makhluk tak hidup)
Menurut Ibnu Sina --- pada makhluk hidup dijumpai adanya beberapa kesanggupan:
1. Makan
2. Tumbuh
3. Berkembang biak
4. Mengamati hal-hal yang istimewa
5. Bergerak dibawah kehendak
6. Mengetahui hal-hal yang umum
7. Memiliki kehendak yang bebas
Pada hewan : 1, 2, 3, 4, dan 5
Pada manusia : 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7
Untuk dapat melakukan berbagai kesanggupan tersebut makhluk hidup diberi petunjuk (hidayah) yang dikategorikan:
1. Hidayah al-ilhami (instinct)
2. Hidayah al-hawasi (indra) 3. Hidayah al-aqli (akal budi) 4. Hidayah al-adyani (agama) 5. Hidayah at-taufiqi (agama sebagai petunjuk)
Secara hirarkhis semakin ke atas semakin rendahHidayah-hidayah tersebut ada yang given, dan ada yang harus diperjuangkan sungguh-sungguh (lihat al-Ankabuut ayat 69)
Iman yang dimiliki oleh seseorang timbul karena yang bersangkutan memiliki aqidah
Aqidah === aqada --- ya’qidu --- aqdan (jama’nya aqiidatun atau aqaidun) artinya simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh dan kuat, dengan demikian seseorang akan memiliki kepercayaan yang kuat jika terdapat simpul, ikatan atau perjanjian yang kokoh dan kuat.
Menurut Hasan al-Banna :Aqidah adalah beberapa perkara yang diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
Berdasarkan definisi di atas, maka untuk memahami aqidah terdapat beberapa hal penting yang dapat disimpulkan :
1. Setiap manusia memiliki “fitrah” untuk meyakini kebenaran dengan potensi yang dimilikinya --- kemudian diuji dengan indra dan akalnya. (lihat an-Nahl : 78)
2. Keyakinan itu harus bulat dan penuh, tidak berbaur dengan kesamaran dan keraguan. (lihat al-Hajj : 54)
3. Keyakinan itu harus mampu mendatangkan ketenteraman jiwa kepada orang yang meyakininya. (lihat Ali Imran :159 dan an-Nisa’ : 142 – 143)
4. Jika seseorang telah meyakini suatu kebenaran, maka konsekwensinya ia harus sanggup membuang jauh-jauh segala hal yang bertentangan dengan kebenaran yang diyakininya.
Kebenaran : kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan itu sendiri