adzan 2 kali

4
ADZAN DUA KALI KETIKA JUM’AT Pada zaman sekarang ini banyak masyarakat khususnya di negara kita dimana Sebagian masjid di Indonesia melakukan dua kali adzan ketika shalat Jumat, yakni adz an ketika kha tib belum nai k mimbar, dan adzan ketika khati b dud uk di atas mimbar. Pada zaman nabi, Abu Bakar, dan Umar r.a. hanya terjadi adzan ketika khatib duduk di mimbar dan iqamat menjelang shalatnya (Adzan dan iqamat ini di isitilahkan adzanain (dua adzan) , ka ren a haki katnya iqamat juga merupaka n  panggilan/ an-nidaa’ ). Adzan yang dilakukan sebelum khatib naik mimbar, dalam hadits di ist ila hka n adz an ket iga . Namun, pada per tanyaa n dal am fatwa ini di isit ila hka n den gan adz an per tama. Apa pun pen amaann ya, secara mak sud ada lah sama, yaitu satu adzan tambahan, diluar dua buah adzan (adzan ketika khatib duduk di mimbar dan iqamat), yang dikumandangkan diurutan pertama dari kesemuanya.  Tentunya berpijak dari hukum Islam yang didasari atas dari al-Quran dan Hadis. Dalam sebuah kitab fiqih dijelaskan:  Dua adzan untuk shalat Subuh hukumnya sunat, waktu adzan pertama sebelum  faj ar dan adzan kedua ketika fajar. Kalau mau sat u saj a, maka adzan yang kedua lebih utama. Dan disunahkan pula dua adzan ketika Jumat, yang pertama ketika Khatib naik mimbar dan yang kedua sebelumnya (Fathul Mu’in, fasal Adzan dan Iqamat). Adzan shalat pertama kali disyari’atkan oleh Islam adalah pada tahun pertama Hi jr iy ah . Di za ma n Ra su lu ll ah SAW, Ab u Ba ka r da n Umar bin Kh at hab mengumandangkan adzan untuk shalat Jum’at hanya dua kali, yaitu sesudah Khatib naik mimbar dan setelah shalat. Tetapi di zaman Khalifah Utsman bin Affan r.a. menambah adzan satu kali lagi sebelum khatib naik ke atas mimbar, sehingga adzan Jum’at menjadi dua kali. Ijt iha d ini bel iau lakukan kar ena meliha t man usi a sud ah mul ai ban yak dan tempat tinggalnya berjauhan. Sehingga dibutuhkan satu adzan lagi untuk memberi tahu bah wa sha lat Jumat hen dak dil aks ana kan . Dal am kit ab Sha hih al-Bukh ari dijelaskan :  Dari Sa’ib ia berkata, “Saya mendengar dari Sa’ib bin Yazid, beliau berkata, “Se sung guhn ya adza n di hari Jumat pada asalnya ketika masa Rasulul lah SAW, Abu Bakar RA, dan Umar RA dilakukan ketika imam duduk di atas mimbar. Namun ketika masa Khalifah Utsman RA dan kaum muslimin sudah banyak, maka beliau memerintahkan agar diadakan adzan yang ketiga. Adzan tersebut dikumandangkan di atas Zaura’ (nama pasar). Maka tetaplah hal tersebut (sampai sekarang)” . (Shahih al-Bukhari: 865) Yang dimaksud dengan adzan yang ketiga adalah adzan yang dilakukan sebelum khatib naik ke mimbar. Sementara adzan pertama adalah adzan setelah khathib naik ke mimbar dan adz an ked ua ada lah iqa mah. Dari sinil ah, Sya ikh Zai nud din al- Mali ba ri, pe ng ar ang kita b  Fath al -Mu’in , mengatak an bahwa sunnah mengumandangkan adzan dua kali. Pertama sebelum khatib naik ke mimbar dan yang kedua dilakukan setelah khatib naik di atas mimbar : “Disunnahkan adzan dua kali untuk shalat Shubuh, yakni sebelum fajar dan  set el ahny a. Ji ka hany a mengumandangkan satu kali , maka yang ut ama

Upload: iwan-hermawan

Post on 09-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/8/2019 Adzan 2 Kali

http://slidepdf.com/reader/full/adzan-2-kali 1/4

ADZAN DUA KALI KETIKA JUM’AT

Pada zaman sekarang ini banyak masyarakat khususnya di negara kita dimana

Sebagian masjid di Indonesia melakukan dua kali adzan ketika shalat Jumat, yakni

adzan ketika khatib belum naik mimbar, dan adzan ketika khatib duduk di atas

mimbar. Pada zaman nabi, Abu Bakar, dan Umar r.a. hanya terjadi adzan ketikakhatib duduk di mimbar dan iqamat menjelang shalatnya (Adzan dan iqamat ini di

isitilahkan adzanain (dua adzan), karena hakikatnya iqamat juga merupakan

 panggilan/ an-nidaa’ ). Adzan yang dilakukan sebelum khatib naik mimbar, dalam

hadits di istilahkan adzan ketiga. Namun, pada pertanyaan dalam fatwa ini di

isitilahkan dengan adzan pertama. Apa pun penamaannya, secara maksud adalah

sama, yaitu satu adzan tambahan, diluar dua buah adzan (adzan ketika khatib duduk di

mimbar dan iqamat), yang dikumandangkan diurutan pertama dari kesemuanya.

 

Tentunya berpijak dari hukum Islam yang didasari atas dari al-Quran dan Hadis.

Dalam sebuah kitab fiqih dijelaskan:

 Dua adzan untuk shalat Subuh hukumnya sunat, waktu adzan pertama sebelum fajar dan adzan kedua ketika fajar. Kalau mau satu saja, maka adzan yang 

kedua lebih utama. Dan disunahkan pula dua adzan ketika Jumat, yang pertama

ketika Khatib naik mimbar dan yang kedua sebelumnya (Fathul Mu’in, fasal

Adzan dan Iqamat).

Adzan shalat pertama kali disyari’atkan oleh Islam adalah pada tahun pertama

Hijriyah. Di zaman Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar bin Khathab

mengumandangkan adzan untuk shalat Jum’at hanya dua kali, yaitu sesudah Khatib

naik mimbar dan setelah shalat. Tetapi di zaman Khalifah Utsman bin Affan r.a.

menambah adzan satu kali lagi sebelum khatib naik ke atas mimbar, sehingga adzan

Jum’at menjadi dua kali.

Ijtihad ini beliau lakukan karena melihat manusia sudah mulai banyak dan

tempat tinggalnya berjauhan. Sehingga dibutuhkan satu adzan lagi untuk memberi

tahu bahwa shalat Jumat hendak dilaksanakan. Dalam kitab Shahih al-Bukhari

dijelaskan :

 Dari Sa’ib ia berkata, “Saya mendengar dari Sa’ib bin Yazid, beliau berkata,

“Sesungguhnya adzan di hari Jumat pada asalnya ketika masa Rasulullah

SAW, Abu Bakar RA, dan Umar RA dilakukan ketika imam duduk di atasmimbar. Namun ketika masa Khalifah Utsman RA dan kaum muslimin sudah

banyak, maka beliau memerintahkan agar diadakan adzan yang ketiga. Adzantersebut dikumandangkan di atas Zaura’ (nama pasar). Maka tetaplah hal 

tersebut (sampai sekarang)”. (Shahih al-Bukhari: 865)

Yang dimaksud dengan adzan yang ketiga adalah adzan yang dilakukan sebelum

khatib naik ke mimbar. Sementara adzan pertama adalah adzan setelah khathib naik 

ke mimbar dan adzan kedua adalah iqamah. Dari sinilah, Syaikh Zainuddin al-

Malibari, pengarang kitab   Fath al-Mu’in, mengatakan bahwa sunnah

mengumandangkan adzan dua kali. Pertama sebelum khatib naik ke mimbar dan yang

kedua dilakukan setelah khatib naik di atas mimbar :

“Disunnahkan adzan dua kali untuk shalat Shubuh, yakni sebelum fajar dan  setelahnya. Jika hanya mengumandangkan satu kali, maka yang utama

8/8/2019 Adzan 2 Kali

http://slidepdf.com/reader/full/adzan-2-kali 2/4

dilakukan setelah fajar. Dan sunnah dua adzan untuk shalat Jum’at. Salah satunya setelah khatib naik ke mimbar dan yang lain sebelumnya”. (Fath al-

Mu’in: 15)

Meskipun adzan tersebut tidak pernah dilakukan pada zaman Rasulullah SAW,

ternyata ijtihad Utsman r.a. tersebut tidak diingkari (dibantah) oleh para sahabat NabiSAW yang lain. Itulah yang disebut dengan “ijma sukuti”, yakni satu kesepakatan

  para sahabat Nabi SAW terhadap hukum suatu kasus dengan cara tidak 

mengingkarinya. Diam berarti setuju pada keputusan hukumnya. Dalam kitab al-

Mawahib al-Ladunniyyah disebutkan :

“Sesungguhnya apa yang dilakukan Sayyidina Ustman ra. itu merupakan ijma’ 

  sukuti (kesepakatan tidak langsung) karena para sahabat yang lain tidak menentang kebijakan tersebut” (al-Mawahib al Laduniyah, juz II,: 249)

Apakah itu tidak mengubah sunah Rasul? Tentu Adzan dua kali tidak mengubah

sunnah Rasulullah SAW karena kita mengikuti Utsman bin Affan ra. itu juga berartiikut Rasulullah SAW. Beliau telah bersabda:

“Maka hendaklah kamu berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah al-

 Khulafa’ al-Rasyidun sesudah aku “. (Musnad Ahmad bin Hanbal)

Apalagi adzan kedua yang dilakukan sejak zaman Utsman bin Affan RA itu,

sama sekali tidak ditentang oleh sahabat atau sebagian dari para sahabat di kala itu.

Jadi menurut istilah ushul fiqh, adzan Jum’at dua kali sudah menjadi “ijma’ sukuti”.

Sehingga perbuatan itu memiliki landasan yang kuat dari salah satu sumber hukum

Islam, yakni ijma’ para sahabat.

Adzan pertama pada hari Jum'at bukan termasuk bid'ah yang dibuat-buat,

 bahkan termasuk sebuah sunnah dari sunnah Khalifah Rasyidin 'Utsman bin 'Affan

memerintahkan untuk berpegang teguh dengannya. Dalam, hal ini Nabi SAW

 bersabda :

”Wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku, dan sunnahkhulafa' rasyidin yang di beri petunjuk, dan gigitlah oleh kalian atas keduanya

dengan gigi geraham.” (HR. Ahmad (9/35)

Imam Abu Al Hasan Al Mawardi Asy Syafi'i berkata :

"Adapun adzan kedua adalah muhdats (hal baru), yang dilakukan oleh Utsman r.aagar orang mampu bersiap-siap menghadiri khutbah karena kota Madinah waktu itu

 semakin banyak penduduknya.” (Imam Al Qurthubi, Jami’ul Ahkamil Quran, Juz. 18,

Hal. 100)

Bila melihat alasan-alasan diatas, nampaklah bahwa adzan tersebut dilakukan karena

ada ‘illat (alasan) yang mendukung untuk dilakukan hal tersebut.

 Namun, untuk daerah yang sudah ada pengeras suara, yang suara tersebut sudah

mampu menjangkau beberapa kilometer, tentu adzan sekali lebih utama, sebab alasan(‘illat) Utsman bin Affan ditambahnya adzan itu adalah agar yang dipasar juga

mendengar. Kalau pun ingin benar-benar secara total ingin mengikuti Utsman,

seharusnya kelompok yang berpendapat adzan dua kali, mereka juga melakukan

34

8/8/2019 Adzan 2 Kali

http://slidepdf.com/reader/full/adzan-2-kali 3/4

adzan yang pertamanya di pasar. Saat ini. ketika alasan sebagaimana Utsman sudah

tidak ada, maka hukumnya pun tidak ada.

Jadi, masalah ini tergantung ‘illat (alasan) nya, jika sebuah daerah memiliki ‘illat

sebagaimana masa Utsman, bahwa adzan sekali saja tidak cukup karena tidak 

terdengar, maka sebaiknya adzan memang dua kali. Namun, jika sebuah daerahdengan adzan sekali sudah memadai karena sudah menggunakan pengeras suara,

maka itu lebih utama. Nampaknya, inilah yang menjadi kondisi umumnya kita saat

ini.

Dalam Ajwibah Nafi’ah, kata Syaikh Al Albani Rahimahullah:

“Kita tidak mengikut perbuatan Utsman secara mutlak tanpa memperhatikan alasan-alasan beliau, dan telah kita ketahui bahwa Utsman menambah adzan karena

beberapa sebab yang rasional, yaitu jumlah penduduk Madinah yang bertambah

ramai dan jarak antara kawasan perumahan yang semakin jauh dari Masjid Nabi,

maka siapa saja yang mengikut pendapat Utsman secara taqlid buta tanpamemperhatikan sebab-sebab ini maka dia telah berbeda dengan Utsman, denganmenambah-nambah sunah Nabi SAW dan sunah para Khulafa’ur Rasyidin

 setelahnya.” (Al Ajwibah An Nafi’ah, Hal. 3. Syamilah)

Dalam kitabnya,  Al Umm Imam Asy-Syafi’i berkata: “Dan aku sukai bahwa Adzan

 pada hari jum’at adalah ketika imam masuk kedalam masjid dan duduk diatastempatnya yakni tempat ia hendak berkhutbah yang terbuat dari kayu. atau mimbar 

atau sesuatu yang dapat menjadikannya tinggi, atau tanah. Maka apabila telah

 selesai (imam naik keatas mimbar) hendaklah Muadzin mengumandangkan adzandan apabila selesai adzan tersebut hendaklah imam berkhutbah tanpa ada tambahan

lain. Dan aku sukai bahwa muadzin mengumandangkan adzan seorang diri apabilaia (imam) telah diatas mimbar, dan tidak boleh mengumpulkan dua muadzin.” Telah

mengabarkan kepada kami Ar-Rabi’ ia berkata; Telah mengabarkan kepada kami

 Asy-Syafi’i ia berkata; telah mengabarkan kepada kami secara tsiqah (terpercaya)dari Az-Zuhri dari Saib bin Yazid bahwa Adzan pertama kali untuk jum’at adalah

ketika imam telah duduk diatas mimbar, ini pada masa Rasulullah SAW, dan Abu Bakar dan Umar, kemudian pada masa khalifah Utsman sedangkan saat itu manusia

telah banyak maka Utsman memerintahkan untuk mengadakan adzan kedua, maka

terjadilah adzan (kedua) pada masa itu, dan menjadi baku-lah hal itu. Berkata Imam Asy-Syafi’i: Dan sesungguhnya ‘Atha mengingkari (tidak menyetujui) perbuatan itu

bahwa Utsman telah melakukan perbuatan muhdats (baru) akan tetapi ia (‘Atha)berkata bahwa Mu’awiyah lah yang melakukan perbuatan muhdats itu. Wallahu

Ta’ala a’lam. Berkata Asy-Syafi’i: “Yang mana saja, dari kedua hal itu (pada masa

Utsman atau Muawiyah) maka Apa yang terjadi pada masa Rasulullah SAW lebihaku sukai. (yakni adzan sekali).” (Imam Asy Syafi’i, Al-Umm, Juz. 1, Hal. 224. Darul

Fikri, Beirut- Libanon. Cet. 2. 1983M/1403H)

Sekalipun demikian, permasalahan ini adalah sebuah perkara yang longgar, karena

tidak ada seorangpun yang mengatakan wajibnya adzan tersebut. Oleh karena itu,

tidak selayaknya sebagian kaum muslimin berpecah belah, dan berselisih hanya

karena khilaf dalam sebagian permasalahan ijtihadiyah seperti ini.

Maka barangsiapa menjadikan shalat Jum'at dengan satu adzan selepas khatib naik mimbar, maka dia telah mengamalkan sunnah. Dan barangsiapa menjadikan dua

5

8/8/2019 Adzan 2 Kali

http://slidepdf.com/reader/full/adzan-2-kali 4/4

adzan untuk shalat Jum'at, sebagai bentuk pengamalan dari apa yang diamalkan oleh

khalifah Rasulullah dan ini adalah perbedaan dalam masalah furu’iyyah yang

mungkin akan terus menjadi perbedaan hukum di kalangan umat, tetapi yang

terpenting bahwa adzan Jum’at satu kali, dua kali atau tiga kali itu bisa demi

melaksanakan syari’at Islam untuk mendapat ridla Allah SWT.

Dikutip dari buku Siradjuddin Abbas,  Masalah Agama. Pustaka Tarbiyah Baru.

Jakarta. 2009