adek ovarium

22
Mei 2009 Arsip Bulanan Mei 28, 2009 PCOS Posted by febrianfn under Kedokteran Leave a Comment Oleh Sadewa Yudha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik merupakan salah satu masalah endrokinologi reproduksi wanita yang sangat pelik. Semenjak diperkenalkan oleh Stein dan Leventhal pada tahun 1925-1935 sampai sekarang masih belum jelas benar penyebab utama yang menjadi pokok permasalahannya. Bilateral ovarium polikistik, oligomenore atau amenore, hirsutisme dan obesitas merupakan kumpulan gejala klinik yang dahulu dikenal sebagai sindrom Stein-Leventhal. Pada tahun 1964 Stein berhasil mendapatkan kembali fungsi reproduksi normal pada wanita setelah melakukan reseksi baji pada kedua ovarium. Semenjak itu diyakini bahwa kumpulan gejala klinik diatas disebabkan karena adanya kelainan pada ovarium dan untuk selanjutnya kelainan ini banyak disebut sebagai penyakit ovarium polikistik. Namun, pada kenyataannya dalam gejala klinik mempunyai variasu yang cukup banyak sehingga kelainan ini disebut sindroma polikistik ovarium (Polycystic Ovary Syndrome /PCOs). (Samsulhadi, 1999) Kelainnan ini bila dilihat dari diagnosa USG dijumpai cukup banyak yaitu 25% pada wanita dewasa. Oleh karena itu, pengetahuan yang mendalam tentang penyakit ini sangat diperlukan oleh mahasiswa pendidikan dokter. B. Rumusan Masalah

Upload: ayu-tien-thayibatudiniyah-da

Post on 24-Jun-2015

439 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: adek ovarium

Mei 2009

Arsip Bulanan

Mei 28, 2009

PCOS

Posted by febrianfn under Kedokteran Leave a Comment 

Oleh Sadewa YudhaBAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSindroma ovarium polikistik merupakan salah satu masalah endrokinologi reproduksi wanita yang sangat pelik. Semenjak diperkenalkan oleh Stein dan Leventhal pada tahun 1925-1935 sampai sekarang masih belum jelas benar penyebab utama yang menjadi pokok permasalahannya. Bilateral ovarium polikistik, oligomenore atau amenore, hirsutisme dan obesitas merupakan kumpulan gejala klinik yang dahulu dikenal sebagai sindrom Stein-Leventhal. Pada tahun 1964 Stein berhasil mendapatkan kembali fungsi reproduksi normal pada wanita setelah melakukan reseksi baji pada kedua ovarium. Semenjak itu diyakini bahwa kumpulan gejala klinik diatas disebabkan karena adanya kelainan pada ovarium dan untuk selanjutnya kelainan ini banyak disebut sebagai penyakit ovarium polikistik. Namun, pada kenyataannya dalam gejala klinik mempunyai variasu yang cukup banyak sehingga kelainan ini disebut sindroma polikistik ovarium (Polycystic Ovary Syndrome /PCOs). (Samsulhadi, 1999)Kelainnan ini bila dilihat dari diagnosa USG dijumpai cukup banyak yaitu 25% pada wanita dewasa. Oleh karena itu, pengetahuan yang mendalam tentang penyakit ini sangat diperlukan oleh mahasiswa pendidikan dokter.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah sindrom polikistik ovarium (PCOS)?2. Apakah penyebab PCOS?3. Apakah gejala dan tanda PCOS?

C. Tujuan Pembelajaran1. Mengetahui sindrom polikistik ovarium (PCOS)2. Mengetahui penyebab PCOS.3. Mengetahui gejala dan tanda PCOS.

D. Manfaat PenulisanPenulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran mahasiswa

Page 2: adek ovarium

untuk mencapai sasaran pembelajaran yang sudah ditetapkan dan sebagai tolak ukur tercapaiannya sasaran pembelajaran tersebut.

E. HipotesisPasien mengalami anovulasi yang pada akhirnya menyebabkan infertilitas karena ketidaseimbangan hormon steroid dalam tubuh.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Sindrom polikistik ovarium adalah kumpulan gejala klinis dihubungkan dengan ovarium polikistik dan ditandai dengan oligomenore atau amenore, anovulasi (menyebabkan infertilitas) dan hirsutisme. Terdapat baik hiperestrogenisme (konversi dari androgen perifer) maupun hiperandrogenisme. Disebut juga kista atau sindrom Stein-Leventhal. (Dorland, 2002)Penyebab PCOS sampai sekarang masih belum diketahui. Namun, sindrom ini dikaitkan dengan kelainan biokimiawi berupa hiperandrogenisme, kadar LH yang tinggi dan kadar FSH yang rendah (Crum dkk, 2007). Obesitas merupakan salah satu faktor predisposisi PCOS. Obesitas identik dengan resistensi insulin yang akan mengakibatkan hiperinsulinemia (Fauci dkk, 2008). PCOS menyerang perempuan usia produktif.Ovarium biasanya berukuran dua kali dibandingkan normal, tampak putih abu-abu dengan korteks luar licin dan dipenuhi oleh kista-kista subkorteks bergaris tengah 0,5 hingga 1,5 cm. Terdapat 12 atau lebih folikel, dan volume ovarium meningkat lebih 10 ml. Secara histologis, terjadi penebalan tunika fibrosa yang terkadang disebut sebagai fibroma stroma korteks, di bawahnya terletak kista yang dilapisi oleh sel granulosa dengan hipertrofi dan hiperplasia teka interna yang mengalami luteinisasi. Korpus luteum tidak ditemukan. (Crum dkk, 2007 ; Fortner dan Lipari, 2007)Adanya kelainan hormon akan menimbulkan gejala dan tanda. Gejala tersebut adalah amnorea atau oligomenorea, hirsutisme, obesitas, nyeri pelvis, jerawat (Gardner dan Shoback, 2007). Sedangkan, tanda yang tampak adalah hiperinsulinemia, hiperestrenisme, hiperandrogenemia, peningkatan kadar testosteron, dehidroepiandrosteron sulfat, rasio LH/FSH, dan penurunan SHBG (sex hormone binding protein) di hepar, peningkatan kolesterol dan glukosa darah (Gardner dan Shoback, 2007 ; Fauci dkk, 2008). Setelah diketahui gejala dan tanda, maka dilakukan penegakkan diagnosis. Oleh karena itu, dibuat konsensus oleh National Institutes of Health-National Institute for Child and Human Development (NIH-NICHD) tahun 1990 untuk kriteria penegakkan diagnosis (Gardner dan Shoback, 2007) :1. Anovulasi kronik.2. Gejala klinikal dan/atau biokimia hiperandrogenisme dan menyingkirkan etiologi lain.Seseorang didiagnosis jika terdapat satu atau dua dari kriteria di atas.Tahun 2003, terjadi revisi dalam kriteria diagnosis tersebut. Hal tersebut disponsori oleh ESHRE/ASRM di Rotterdam. Kriteria tersebut sebagadi berikut (Gardner dan Shoback, 2007):1. Oligomenore atau amenore yang disertai perdarahan anovulatorik.2. Gejala klinik dan/atau biokimia hiperandrogenisme.3. Ovarium polikistik dan etiologi lain disingkirkan (hiperplasia adrenal kongenital, tumor yang menyekresi androgen, sindrom Cushing).

Page 3: adek ovarium

Diagnosis ditegakkan jika terdapat dua atau tiga kriteria di atas. Namun, tidak semua penderita menampakkan gambaran ovarium polikistik.Berikut ini merupakan algoritmanya.

BAB IIIDISKUSI DAN PEMBAHASAN

Pasien seorang wanita 19 tahun belum menikah dengan obesitas dan amenore. PP tes negatif. Adanya data PP negatif berarti tidak adanya HCG. Pasien tidak hamil. Obesitas merupakan faktor predisposes utama dari PCOS, dan amnore termasuk salah satu kriteria diagnosis PCOS menurut consensus di Rotterdam.Jika pasien ini menderita PCOS, lebih dari 75% penderita PCOS berakhir dengan infertilitas yang diawali siklus anovulatoris. Salah satu karakteristik adanya kelainan kadar LH. Menurut beberapa penelitan, terjadi peningkatan frkuensi, amplitudo, dan level LH. Peningkatan LH mungkin hasil dari hiperresponsif hipofisis dan hiperaktivitas GnRH hipotalamus. Pada keadaan normal, folikel merespon LH setelah berdiameter 10mm. Pada PCOS, folikel yang kecil mendapat respon yang besar dari LH, yang mana tidak seharusnya mengakhiri diferensiasi sel granulosa dan hasilnya gangguan perkemabngan folikel. Sel teka meningkatkan ekspresi enzim steroid karena stimulasi LH, mengingat sel granulosa memperlihatkan resistensi FSH. Peningkatan kadar LH dan hiperinsulinemia mengakibatkan gangguan folikelgenesis. Meskipun hiperandrogenisme termasuk kriteria diagnostik, tidak ada bukti jelas berakibat langsung terhadap folikelgenesis. Adanya kadar estrogen yang tinggi bisa sebagai hasil umpan balik negatif untuk menghambat keluarnya FSH dan mencegah perkembangan folikel lebih lanjut. Estrogen ini dibentuk ekstraovarian. Kadarnya semakin tinggi sebagai akibat penurunan SHBG (sex hormon-binding protein) sehingga estrogen tidak bisa dibuang dari tubuh.Adanya androgen yang tinggi pada perempuan merupakan keabnormalan. Androgen di dalam ovarium diproduksi oleh sel teka interstitial yang mengelilingi folikel dan sebagian kecil di stroma. Pada keadaan normal, androgen yang berlebih yang dihasilkan oleh sel teka akan dimasukkan ke sel granulosa untuk dirubah menjadi estrogen. Produksi androgen dalam ovarium diatur oleh faktor intraovarian dan hormon. Disregulasi ini terdapat pada pasien PCOS.Beberapa penelitian menyatakan kelebihan androgen akan menstimulasi beberapa hormon dan enzim lain. Androgen akan menstimulasi antara lain 17-dihidroksiprogesteron, dan androstenedion. Penelitian lain ekspresi ini dikoding di gen CYP17α hidroksilase, P450scc, reseptor LH dan StAR. Oleh karena itu, ada yang beranggapan PCOS juga diturunkan. Namun yang jelas adalah hal-hal tersebut akan menyebabkan hipertrofi sel teka.Penelitian yang lain juga mnyebutkan peningkatan modulator intraovarium berperan dalam pathogenesis PCOS. IGF binding proteins (IGFBPs) terutama IGFBP-2 dan IGFBP-4, meningkat pada PCOS. Hal ini terjadi karena menurunnya IGF-2 bebas dan karena menurunnya efek FSH pada oosit dan sel granulosa. Sel granulosa di bawah regulasi reseptor insulin sebagai hasil hiperinsulinemia. Hal ini akan mengurangi sel granulosa, IGF-2, dan mengurangi sensitivitas FSH. Dengan kata lan, IGF-2 bebas akan turun, IGFBP-2 meningkat disertai penurunan sel granulosa dan sensitivitas FSH. FSH yang tersupresi diperparah oleh peningkatan inhibin. Modulator intraovarian diatur oleh

Page 4: adek ovarium

follistatin. Follistatin merupakan activin binding protein yang berfungsi menghambat produksi androgen dan meningkatkan sensitivitas FSH. Adanya inhibin menurunkan peran follistatin.Dari penjelasan di atas anovulasi disebabkan oleh :1. Kadar LH yang tinggi terus menerus.2. Gangguan folikelgenesis akibat dari kurangnya sensitivitas FSH atau kadar FSH yang rendah.3. Berkurangnya SHBG akibat hiperinsulinemia meningkatkan estrogen.4. Kadar estrogen yang tinggi menyebabkan penghambatan perkembangan folikel.5. Kadar androgen yang tinggi mengganggu regulasi dari faktor intraovarium.6. Kadar androgen yang tinggi juga menyebabkan hipertrofi sel teka sebagai penghasil bentuk aktif androgen.7. Hiperinsulinemia menurunkan IGF-2 bebas dan sel granulosa sehingga mengurangi sensitivitas FSH.8. Kadar inhibin meningkat menyebabkan kadar follistatin menurun.(Gardner dan Shoback, 2007)

BAB IVSIMPULAN DAN SARAN

A. SimpulanPasien dimungkinkan menderita PCOS. Tujuh puluh lima persen penderita PCOS akan mengalami anovulasi dan bisa menyebabkan infertilitas. Mekanisme anovulasi ini sangat kompleks. Hal-hal yang terlibat adalah modulator intraovarium dan hormon baik hormon gonadotropin dan hormon steroid.

B. SaranPasien disarankan menjalankan prosedur penegakkan diagnosis lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Crum, CP dkk. 2007. Sistem Genitalia Perempuan dan Payudara. Dalam : Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 2. Editor : Kumar, V., Cotran, RS., Robbins, SL. Alih Bahasa : Brahm UP. Editor Edisi Indonesia : Huriawati hartanto dkk. Jakarta : EGC. hlm 777Dorland, WA. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Alih Bahasa : Huriawati Hartanto dkk. Editor Edisi Indonesia : Huriawati Hartanto dkk. Jakarta : EGC. hlm 2146Fauci, AS dkk (Ed.). 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition. McGraw-Hill CompaniesFortner, KB dan Lipari, CW. 2007. Hyperandrogenism. Dalam : Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 3rd Edition. Editor : Fortner, KB dkk. Lippincott Williams & Wilkins. hlm 430-433Gardner, DG dan Shoback, D (Ed.). 2007. Greenspan’s Basic and Clinical Endocrinology 8th Edition. McGraw Hill.Samsulhadi. 1999. Ovarium Polikistik dan Permasalahannya dalam Majalah Obstetri Ginekologi.

Page 5: adek ovarium

 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ENDOMETRIOSISI. DefinisiEndometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis.( Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta

II. Etiologi

Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:1 Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )2 Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari) 3 Menstruasi yang lama (>7 hari)4 Spotting sebelum menstruasi

5 Peningkatan jumlah estrogen dalam darah6 Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.7 Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis8 Terpapar Toksin dari lingkunganBiasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)

III. Manifestasi KlinisTanda dan gejala endometriosis antara lain :1. Nyeri :• Dismenore sekunder• Dismenore primer yang buruk• Dispareunia• Nyeri ovulasi• Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.• Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual• Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter2. Perdarahan abnormal• Hipermenorea• Menoragia• Spotting sebelum menstruasi• Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil• Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar• Darah pada feces• Diare, konstipasi dan kolik

Page 6: adek ovarium

(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.www.google.com.)

IV. PatofisiologiEndometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: JakartaSperof, Leon. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )

V. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:

Page 7: adek ovarium

1. Uji serum• CA-125Sensitifitas atau spesifisitas berkurang• Protein plasenta 14Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.• Antibodi endometrialSensitifitas dan spesifisitas berkurang2. Teknik pencitraan• UltrasoundDapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%• MRI90% sensitif dan 98% spesifik• PembedahanMelalui laparoskopi dan eksisi.(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )

VI. TerapiTerapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis, antara lain:1. Pengobatan HormonalPengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah :• Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose• Progestrogen, seperti provera, primolut• GnRH• Pil kontrasepsi kombinasiNamun pengobatan ini juga mempunyai beberapa efek samping.2. Pembedahan

Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis.(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ENDOMETRIOSIS

1. Pengkajiana. Riwayat Kesehatan Dahulu• Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.b. Riwayat kesehatan sekarang• Dysmenore primer ataupun sekunder• Nyeri saat latihan fisik

Page 8: adek ovarium

• Dispareunia• Nyeri ovulasi• Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.• Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual• Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter• Hipermenorea• Menoragia• Feces berdarah• Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.• konstipasi, diare, kolikc. Riwayat kesehatan keluargaMemiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis.d. Riwayat obstetri dan menstruasiMengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.

2. DiagnosaDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul :a. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.b. Resiko gangguan harga diri b.d infertilitasc. Resiko tinggi koping individu / keluarga tidak efektif b.d efek fisiologis dan emosional gangguan, kurang pengetahuan mengenai penyebab penyakit.d. Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi(Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta)

3. Intervensi Keperawatana. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakitKriteria Hasil :• Klien mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan• Klien tampak rileks, dapat tidur dan istirahat dengan tepat

Daftar PustakaBobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC : JakartaDoenges, Marilynn.E.2001.Rencana Keperawatan. Jakarta: EGCScott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: JakartaSperof, Leon. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )

Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Haid

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN HAID

Page 9: adek ovarium

A.    FISIOLOGI HAIDHaid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid normal atau yang dianggap klasik adalah 28 hari. Panjang siklus dipengaruhi usia, rata- rata  pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, wanita 43 tahun 27,1 dan wanita 55 tahun 51,9 hari. Lama haid biasanya 3- 5 hari dengan jumlah darah 33,2 + 16 cc.Siklus haid dapat dipahami dengan membaginya menjadi fase folikuler, saat ovulasi dan fase luteal. Perubahan- perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik antara estrogen dan gonadotropin. Tempat utama umpan balik ini mungkin pada hipotalamus. Pada fase folikuler beberapa folikel berkembang karena pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH karena regresi korpus luteum sehingga estrogen berkurang. Dengan berkembangnya folikel, estrogen meningkat dan LH juga meningkat yang pada pertengahan siklus mengakibatkan terjadinya ovulasi. Setelah ovulasi terjadi fase luteal dimana sel- sel granulosa membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning, folikel menjadi korpus luteum. Pada korpus luteum diproduksi estrogen dan progesteron. Jika tidak terjadi pembuahan, setelah 8 hari korpos luteum berdegenerasi dan setelah 14 hari mengalami atrofi menjadi korpus albikan.Mekanisme haid belum sepenuhnya diketahui, selain faktor hormonal ada beberapa faktor yang memegang peranan yaitu :•    Faktor- faktor enzimPada fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim hidrolitik dalam endometrium serta merangsang pembentukan glikogen dan asam mukopolisakarida. Zat ini berperan dalam pembangunan endometrium khususnya pembentukan stroma. Pada fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti dengan akibat mempertinggi permiabilitas pembuluh darah yang mana ini akan meningkatkan aliran zat makanan ke stroma endometrium sebagai persiapan implantasi ovum. Jika kehamilan tidak terjadi, enzim hidrolitik dilepaskan dan merusakkan bagian dari sel- sel yang berperan dalam sintesa protein yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.•    Faktor- faktor vaskularDengan regresi endometrium timbul statis dalam vena dan sambungannya dengan arteri, nekrotis dan perdarahan•    Faktor prostaglandinEndometrium banyak mengandung prostaglandin E2 dan F2, yang bila terjadi disintegrasi endometrium ini akan terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium

Kompartimen – kompartimen yang berperan dalam haidB.    GANGGUAN HAIDGangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan :1.    Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan a.    Hipermenorea atau menoragia

Page 10: adek ovarium

b.    Hipomenorea 2.    Kelainan siklusa.    Polimenoreab.    Oligomenoreac.    Amenorea3.    Perdarahan di luar haida.    Metroragia4.    Gangguan lain yang ada hubungan dengan haida.    Premenstrual tensionb.    Mastodiniac.    Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)d.    Dismenorea

HipermenoreaHipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (> 8 hari). Penyebabnya adalah kelainan dalam uterus seperti mioma uteri, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium.HipomenoreaHipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Penyebabnya pada konstitusi penderita, pada uterus (miomektomi), gangguan endokrin.PolimenoreaPada polimenorea, siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang menyebabkan gangguan ovulasi atau menjadi pendeknya masa luteal, sebab lain ialah kongesti ovarium.

OligomenoreaSiklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Oligo dan amenorea sering kali mempunyai dasar yang sama. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.AmenoreaAdalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut- turut. Amenorea primer adalah apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah dapat haid. Umumnya mempunyai sebab- sebab yang sulit diketahui seperti kelainan kongenital dan genetik. Pada amenorea sekunder, penderita pernah mendapat haid tapi kemudian tidak lagi. Sebabnya seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dll. a.    Penyebab amenorea dapat di klasifikasikan  mencakup :1.    Gangguan organik pusat•    Tumor•    Radang•    Destruksi 2.    Gangguan kejiwaan•    Syok emosional•    Psikosis•    Anoreksia nervosa3.    Gangguan poros hipotalamus – hipofisis

Page 11: adek ovarium

•    Sindrom amenorea galaktorea•    Amenorea hipotalamik4.    Gangguan hipofisis•    Tumor (adenoma basofil, asidofil, kromofob)5.    Gangguan Gonad•    Kongenital (sindrom Turner)•    Menopause prematur•    The insensitive ovary•    Penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang6.    Gangguan glandula suprarenalis•    Sindrom adrenogenital7.    Gangguan pankreas•    DM8.    Gangguan uterus, vagina•    Aplasia dan hipoplasia uteri•    Sindrom Asherman•    Endometritis tuberkulosa•    Histerektomi•    Aplasia vaginae9.    Penyakit – penyakit umum•    Penyakit umum•    Gangguan gizi•    Obesitas

b.    DiagnosisAda jenis amenore yang memerlukan pemeriksaan lengkap, akan tetapi ada juga yang dapat ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan sederhana.1.    AnamnesisHarus diketahui apakah amenore primer atau sekunder, selanjutnya apakah ada hubungannya dengan faktor emosional, kemungkinan kehamilan, penderita menderita penyakit akut atau menahun, apakah ada gejala penyakit metabolik.2.    Pemeriksaan umumKeadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk, penderita pendek atau tinggi, ciri kelamin sekunder, hirsutisme.

3.    Pemeriksaan ginekologikBiasanya didapatkan adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri, tumor ovarium dll.4.    Pemeriksaan PenunjangApabila pemeriksaan klinis tidak memberikan gambaran yang jelas dapat dilakukan pemeriksaan :•    Rontgen : thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika•    Sitologi vagina•    Tes toleransi glukosa•    Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise

Page 12: adek ovarium

•    Kerokan uterus•    Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid•    Laparoskopi•    Pemeriksaan kromatin seks•    Pemeriksaan kadar hormonc.    PenangananAmenorea sendiri tidak memerlukan terapi tapi bagi penderita wanita muda yang mengeluh tentang infertilitas atau sangat terganggu oleh tidak datangnya haid akan memerlukan penanganan. Terapi umum dilakukan dengan memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk gizi, kehidupan dalam lingkungan sehat dan tenang. Pengurangan BB pada obesitas.Terapi yang penting bila pada pemeriksaan ginekologi tidak ada kelainan mencolok adalah dengan pemberian hormon gonadotropin yang berasal dari hipofise dan pemberian klomifen

Perdarahan Bukan HaidAdalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Penyebabnya dapat karena kelainan organik alat genital atau oleh kelainan fungsional. Sebab organik seperti kelainan pada serviks, abortus, KET, radang tuba, radang atau tumor ovarium. Dismenoreaa.    PengertianHampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama haid dan seringkali disertai mual, maka istilah dismenorea dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya sehingga memaksa wanita untuk istirahat, meninggalkan pekerjaannya atau cara hidupnya sehari- hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Dismenorea dibagi atas primer dan sekunder. Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologi seperti salpingitis, endometritis dll. Sedangkan dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat genital yang nyata. Dismenore ini terjadi beberapa waktu setelah menarce oleh karena siklus haid pada bulan- bulan pertama bersifat anovolatoar. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit, terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke pinggang dan paha, dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, iritabilitas, dll.b.    EtiologiBelum jelas, beberapa faktor yang berperan adalah :1.    Kejiwaan2.    Faktor konstitusi seperti anemia, penyakit menahun3.    Obstruksi kanalis servikalis4.    Faktor endokrin5.    Prostaglandin F2Penjelasan ini diberikan oleh Clitheroe dan Pickles dimana pada endometrium fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot polos, jika prostaglandin ini dilepaskan ke darah dapat terjadi juga diare, muntah, flushing.6.    Faktor alergic.    Penanganan1.    Penerangan dan nasehatDijelaskan bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan.

Page 13: adek ovarium

Diberikan penjelasan dan diskusi tentang cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Makanan sehat, istirahat yang cukup serta olah raga mungkin berguna, kadang- kadang diperlukan psikoterapi.2.    Pemberian analgetikSebagai terapi simptomatik, jika nyeri berat diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah.3.    Terapi hormonalTujuannya adalah menekan ovulasi, bersifat sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan ini bersifat primer.4.    Terapi dengan nonsteroid antiprostaglandin5.    Dilatasi kanalis servikalis

C.    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI1.    PENGKAJIANa.    Riwayat penggunaan kontrasepsi: kontrasepsi dapat menganggu siklis menstruasib.    Riwayat seksual: tanda pubertas sekunder, pola dan aktivitas seksual c.    Riwayat obstetric: pernah hamil, melahirkand.    Riwayat menstruasi: menarche umur berapa tahun, silklusnya teratur atau tidak, banyak atau sedikit.e.    Riwayat Penyakit seperti DM, tiroid, tumorf.    Persepsi wanita tentang budaya dan etnikg.    Gaya hidup: aktivitas yang berlebihan menyebabkan amenorea hipoganadotropih.    Koping : apa yang dilakukan bila setiap kali ada masalah waktu menstruasii.    Nyeri : lokasi( di punggung, simpisis, paha, abdomen,dll), intensitas, kualitas, pola, gejala penyerta, serta koping terhadap nyerij.    Status emosi: malu dengan keadaan, putus asa, menyalahkan diri, merasa tidak ada kekuatan, merasa tidak berguna.2.    WOC GANGGUAN MENSTRUASI (AMENOREA SEKUNDER)

3.    DIAGNOSA KEPERAWATANa.    Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi.DS : klien mengeluh nyeri di daerah punggung, dareah simpisis, paha, kepala,nyeri tekan pada payudara, pusing.DO :   keringat banyak, klien memegang daerah yang sakit, menangis.b.    Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya berhubungan dengan kurang informasi.DS :  klien dan keluarga mengatakan belum pernah mendengar tentang gangguan menstruasi.DO:  klien dan keluarga sering bertanya, tidak menggunakan tehnik mengurangi nyeri, tidak bisa menjelaskan tentang gangguan yang dialaminya.c.    Resiko/actual gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi.

Page 14: adek ovarium

DS:  klien mengatakan malu, tidak berguna, merasa bersalah, merasa tidak ada kekuatan.DO: klien tidak mengurus diri, penampilan tidak diperhatikan, sering membicarakan penyakitnya, tampak putus asa.

4.    PERENCANAANa.    Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi. Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x 24 jam nyeri klien akan berkurang.Kriteria evaluasi: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat berkurang.

Intervensi;a.    Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan respon hemodinamik) klien. R/ untuk mendapatkan indicator nyeri.b.    Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien. R/untuk mendapatkan sumber nyeri.c.    Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metodeh yang mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.d.    Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien rasakan.R/ ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri sehingga klien merasakan nyeri semakin meningkat.e.    Jelaskan penyebab nyeri klien.R/dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.f.    Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri.g.    Lakukan kompres/mandi air panas.R/ meningkatkan sirkulasi dan menurunkan kontraksi uterus sehingga iskemia tidak terjadi.h.    Berikan pujian untuk kesabaran klien.R/meningkatkan motivasi klien dalam mengatasi nyeri.i.    Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan Midol.R/ analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai relaksan uterus.

b.    Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penanganannya berhubungan dengan kurang informasi. Tujuan: setelah diberikan penyuluhan klien akan mengetahui tentang gangguan menstruasi Kriteria evaluasi: klien menyebutkan jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejalanya ,serta penanganannya, menjelaskan menstruasi yang normal.Intervensi: a.    Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai menstruasi yang normal, jenis gangguan

Page 15: adek ovarium

menstruasi,penyebab, gejala dan penanganannya.R/mengidentifikasi luasnya masalah klien dan perlunya intervensi.b.    Jelaskan mengenai siklus menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejala, dan penanganannya.R/dengan memiliki pengetahuan tentang menstruasi klien dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri dan dapat mencari jalan keluar untuk masalah gangguan menstruasinya.c.    Jelaskan metode-metode untuk mengurangi nyeriR/ meningkatkan pengetahuan klien tentang penanganan nyeri secara non farmakologis.d.    Beri kesempatan klien untuk bertanya.R/meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang menstruasi.c.    Resiko/actual gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan   menstruasi.             Tujuan:  setelah diberikan asuhan keperawatan …..x 24 citra diri klien akan meningkat.Kriteria evaluasi: klien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi, menerima apa yang sedang terjadi.

Intervensi:a.    Bina hubungan saling percaya dengan klienR/klien dengan mudah mengungkapkan masalahnya hanya kepada orang yang dipercayainya.b.    Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan tentang dirinya.R/meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam membuat penyelesaian.c.    Diskusikan dengan system pendukung klien tentang perlunya menyampaikan nilai dan arti klien bagi mereka.R/ penyampaian arti dan nilai klien dari system pendukung membuat klien merasa diterima.d.    Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan dukung kekuatan tersebut sebagai aspek positif.R/ mengidentifikasi kekuatan klien dapat membantu klien berfokus pada karakteristik positif yang mendukung keseluruhan konsep diri.e.    Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompokR/ Memungkinkan menerima stimulus social dan intelektual yang dapat meningkatkan konsep diri klien.f.    Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan penanganan gangguan menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli kebidanan.R/ Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan dapat membuat klien mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.

5.    IMPLEMENTASIImplementasi diberikan sesuai rencana intervensi. Penyuluhan dibuatkan SAP dengan metode, alat peraga atau media yang memadai seperti demonstrasi, leflet, LCD.6.    EVALUASI

Page 16: adek ovarium

Evaluasi berdasarkan criteria yang sudah disebutkan pada masing-masing diagnosa keperawatan.