abstrak pemberian daging ayam broiler ......kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron,...

25
i ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER MENGHAMBAT PERKEMBANGAN PENIS DAN TESTIS TIKUS GALUR WISTAR MELALUI PENURUNAN HORMON TESTOSTERON DAN EKSPRESI RESEPTOR ANDROGEN Berdasarkan konsep Anti-Aging Medicine salah satu penyebab penting proses penuaan ialah berkurangnya kadar hormon. Hormon yang paling awal berkurang pada masa dewasa yaitu testosteron dan estrogen. Kalau kekurangan hormon testosteron dialami oleh anak laki-laki, maka terjadilah mikropenis dan dapat juga terjadi mikrotestis. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan hambatan perkembangan penis dan testis melalui penurunan kadar testosteron, penurunan reseptor androgen korpus kavernosum, dan penurunan reseptor androgen sel Leydig. Juga untuk membuktikan penurunan ekspresi reseptor androgen (RA) pada penis lebih sedikit dibandingkan pada testis setelah mendapatkan daging ayam broiler. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Ramdomized Post-test Only Control Group Design. Penelitian dilakukan selama 60 hari. Penelitian ini menggunakan 34 ekor tikus jantan galur Wistar usia 28 hari, dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok kontrol diberi akuades 2 ml, kelompok perlakuan diberi daging ayam broiler direbus 1,007 gr/60 gram bb. Data yang diamati meliputi kadar testosteron, panjang penis, berat testis, RA korpus kavernosum, ekspresi RA sel Leydig, penurunan RA kelompok kontrol dibandingkan penurunan kelompok perlakuan pada penis dan testis. Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar testosteron serum kelompok kontrol 19,26 ±2,09 ng/ml, kelompok perlakuan 17,57±2,47 ng/ml (p<0,05).; rerata panjang penis kelompok kontrol 17,35±1,11mm, kelompok perlakuan 5,76±1,03 mm (p<0,05); rerata berat testis kelompok kontrol 1,95± 0,02gr, kelompok perlakuan 0,65±0,06gr (p<0,05); rerata RA korpus kavernosum kelompok kontrol 29,88±3,55 5HPF/5, kelompok perlakuan 2,00±1,12 5HPF/5 (p<0,05); rerata RA sel Leydig kelompok kontrol 44,91±11,47 5 HPF/5, kelompok perlakuan 4,50±1,20 5HPF/5 (p<0,05). Terjadi penurunan ekspresi RA korpus kavernosum sebanyak 6,69% dan 10,02% pada RA sel Leydig setelah perlakuan. Penurunan RA di korpus kavernosum lebih sedikit dibandingkan penurunan RA di sel Leydig. Simpulan penelitian ini: pemberian daging ayam broiler menghambat perkembangan penis dan testis tikus galur Wistar melalui penurunan kadar hormon testosteron dan ekspresi RA di penis dan testis. Penurunan RA di penis lebih sedikit dibandingkan di sel Leydig. Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig.

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

i

ABSTRAK

PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER

MENGHAMBAT PERKEMBANGAN PENIS DAN TESTIS

TIKUS GALUR WISTAR MELALUI PENURUNAN HORMON

TESTOSTERON DAN EKSPRESI RESEPTOR ANDROGEN

Berdasarkan konsep Anti-Aging Medicine salah satu penyebab penting

proses penuaan ialah berkurangnya kadar hormon. Hormon yang paling awal

berkurang pada masa dewasa yaitu testosteron dan estrogen. Kalau kekurangan

hormon testosteron dialami oleh anak laki-laki, maka terjadilah mikropenis dan

dapat juga terjadi mikrotestis. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan hambatan

perkembangan penis dan testis melalui penurunan kadar testosteron, penurunan

reseptor androgen korpus kavernosum, dan penurunan reseptor androgen sel

Leydig. Juga untuk membuktikan penurunan ekspresi reseptor androgen (RA)

pada penis lebih sedikit dibandingkan pada testis setelah mendapatkan daging

ayam broiler.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Ramdomized Post-test Only

Control Group Design. Penelitian dilakukan selama 60 hari. Penelitian ini

menggunakan 34 ekor tikus jantan galur Wistar usia 28 hari, dibagi menjadi dua

kelompok. Kelompok kontrol diberi akuades 2 ml, kelompok perlakuan diberi

daging ayam broiler direbus 1,007 gr/60 gram bb. Data yang diamati meliputi

kadar testosteron, panjang penis, berat testis, RA korpus kavernosum, ekspresi

RA sel Leydig, penurunan RA kelompok kontrol dibandingkan penurunan

kelompok perlakuan pada penis dan testis.

Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar testosteron serum kelompok

kontrol 19,26 ±2,09 ng/ml, kelompok perlakuan 17,57±2,47 ng/ml (p<0,05).;

rerata panjang penis kelompok kontrol 17,35±1,11mm, kelompok perlakuan

5,76±1,03 mm (p<0,05); rerata berat testis kelompok kontrol 1,95± 0,02gr,

kelompok perlakuan 0,65±0,06gr (p<0,05); rerata RA korpus kavernosum

kelompok kontrol 29,88±3,55 5HPF/5, kelompok perlakuan 2,00±1,12 5HPF/5

(p<0,05); rerata RA sel Leydig kelompok kontrol 44,91±11,47 5 HPF/5,

kelompok perlakuan 4,50±1,20 5HPF/5 (p<0,05). Terjadi penurunan ekspresi RA

korpus kavernosum sebanyak 6,69% dan 10,02% pada RA sel Leydig setelah

perlakuan. Penurunan RA di korpus kavernosum lebih sedikit dibandingkan

penurunan RA di sel Leydig.

Simpulan penelitian ini: pemberian daging ayam broiler menghambat

perkembangan penis dan testis tikus galur Wistar melalui penurunan kadar

hormon testosteron dan ekspresi RA di penis dan testis. Penurunan RA di penis

lebih sedikit dibandingkan di sel Leydig.

Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis,

ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig.

Page 2: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

ii

ABSTRACT

ADMINISTRATION OF BROILER CHICKEN MEAT INHIBITED THE

DEVELOPMENT OF PENIS AND TESTIS OF RAT WISTAR STRAIN

THROUGH THE DECREASE OF TESTOSTERONE LEVEL AND

EXPRESSION OF ANDROGEN RECEPTORS

Based on the concept of Anti-Aging Medicine, one of the dominant causes

of aging process is the decrease of hormone level. Hormones that decrease in

early period of adult are testosterone and estrogen. If lack of testosterone occurs

in male children it results in micropenis and also microtestis. The aim of this

study was to prove that chicken meat caused the inhibition of penile and testicle

development through decrease of testosterone level, decrease of Androgen

Receptors (AR) expression in the corpora cavernosa of the penis and Leydig cell

of the testis. It also proved the decrease of AR in the penis was less compared to

AR decrease in the testis.

The design of this study was Experimental Post-test Only Control Group

Design. This study was performed at the Integrative Biomedical Laboratory Unit

Medical Faculty Udayana University and and Department of Pathology Gajah

Mada University in 60 days. This study used 34 male rats of Wistar strain, divided

into 2 groups. Control Group was given 2 ml akuadest, while Treatment Group

was treated with boiled chicken meat 1,007 gr/60 gram bw. Data observed include

testosterone level, length of penis, weight of testis, expression of AR of penis and

testis, and the percentage of decrease of AR in the penis compared to testis.

The results of the study showed that mean level of testosterone in control

group was 19,26 ±2,09ng/ml, while in treatment group was 17,57±2,47ng/ml

(p<0,05), mean penile length was 17,35±1,11mm in control group, while in

treatment group was 5,76±1,03mm (p<0,05), mean of testes weight in control

group was 1,95± 0,02 gr, while in treatment group was 0,65± 0,05gr (p<0,05).

Mean of AR expression in the the corpus cavernosum was 29,88± 3,55 in the

control group, in treatment group was 2,00± 1,12 (p<0,05). Mean of RA

expression in Leydig cells of control group was 44,91±1,47 5HPF/5, while in

treatment group was 4,50±1,205HPF/5 (p<0,05). There was decrease of 6,69% in

AR expression of the corpus cavernosum, and 10,02% in AR expression of the

Leydig cells in the treatment group. This result showed that decrease of AR

expression in the corpus cavernosum was less compared to the AR expression of

Leydig cells after treatment.

The conclusion of the study was broiler chicken meat inhibited the

development of penis and testes through the decrease of testosterone level and

decrease of AR expression in the corpus cavernosum and Leydig cells. The

decrease of AR expression in the corpus cavernosum was less compared to AR

expression in Leydig cells.

Page 3: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

iii

Keywords: broiler chicken meat-testosterone level-penile length-testis weight -

AR expression in corpus cavernosum and Leydig cells

Page 4: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG………………………………… xvi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

1.1 Latar belakang ………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan masalah ………………………………………………. 8

1.3 Tujuan penelitian…………………………………………………… 9

1.3.1 Tujuan umum ............................................................................ 9

1.3.2 Tujuan khusus.. ......................................................................... 9

1.4 Manfaat penelitian ………………………………………………… 10

1.4.1 Manfaat akademik …………………………………………… 10

1.4.2 Manfaat praktis………………………………………………. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 11

2.1 Hormon dan proses penuaan. ............................................................ 11

2.2 Hormon testosteron .......................................................................... 13

2.2.1 Sintesis, sekresi, dan regulasi .................................................... 13

2.2.2 Testosteron pada sirkulasi ......................................................... 15

2.2.3 Metabolisme testosteron ............................................................ 16

2.2.4 Estrogen-like endocrine disrupting chemicals (EEDC)………. 18

2.3 Mikropenis dan mikrotestis ............................................................... 19

2.3.1 Embriologi ................................................................................. 22

2.3.2 Patofisiologi ............................................................................... 22

2.4 Reseptor Hormon .............................................................................. 23

2.4.1 Reseptor hormon dan transduksi sinyal ..................................... 25

2.4.2 Reseptor membran sel………………………………………… 25

Page 5: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

v

2.4.3 Reseptor Intraseluler .................................................................. 27

2.4.4 Reseptor Estrogen ...................................................................... 29

2.4.5 Reseptor Progesteron ................................................................ 32

2.4.6 Reseptor Androgen ................................................................... 33

2.4.7 Hubungan antara reseptor .......................................................... 37

2.5 Tikus percobaan ............................................................................... 37

2.5.1 Tinjauan Umum ......................................................................... 37

2.5.1.1 Karakteristik tikus Wistar ................................................. 38

2.5.1.2 Organ seksual dan reproduksi tikus ................................. 40

2.5.1.3 Anatomi dan histologi penis dan testis tikus .................... 41

2.6 Kadar hormon testosteron pada tikus jantan. .................................... 44

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS ................ 45

3.1 Kerangka berfikir ............................................................................... 45

3.2 Konsep Penelitian ............................................................................. 47

3.3 Hipotesis ........................................................................................... 48

BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………………….. 49

4.1 Rancangan Penelitian. ....................................................................... 49

4.2 Lokasi dan waktu penelitian.............................................................. 50

4.2.1 Lokasi penelitian ...................................................................... 50

4.2.2 Waktu penelitian ........................................................................ 50

4.3 Sampel penelitian ............................................................................... 51

4.3.1 Kriteria sampel .......................................................................... 51

4.3.1.1 Kriteria inklusi .............................................................. 51

4.3.1.2 Kriteria drop out ............................................................. 51

4.3.2 Jumlah sampel...........…………………………………………. 51

4.3.3 Teknik penentuan sampel .......................................................... 52

4.4 Variabel penelitian ............................................................................ 52

4.4.1 Identifikasi dan klasifikasi variable……. .................................. 52

4.4.1.1 Variabel bebas…………………………………………… 52

4.4.1.2 Variabel tergantung …………………………………….. 52

4.4.1.3 Variabel kendali ................................................................ 53

Page 6: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

vi

4.4.2 Hubungan antar variabel ............................................................ 53

4.4.3 Definisi operasional variabel .................................................... 53

4.5.Instrumen Penelitian ..................................................................... 56

4.5.1 Pemeliharaan hewan coba................................................ ......... 56

4.5.2 Alat dan bahan untuk menghaluskan daging ayam broiler.... .... 56

4.5.3 Alat untuk pengambilan penis dan testis tikus........................... 56

4.5.4 Alat dan bahan untuk pemeriksaan Imunohistokimia ............... . 57

4.6 Prosedur Penelitian............................................................................ 58

4.6.1 Adaptasi hewan coba ................................................................ 58

4.6.2 Menghaluskan daging ayam broiler ………………………… . 58

4.6.3 Pembagian kelompok hewan coba…………………………….. 59

4.6.4 Pemberian perlakuan pada tikus...................................... ......... 59

4.6.5 Pengambilan sampel darah…………………………………… 60

4.6.6 Pengukuran kadar hormon testosteron……………………… .. 60

4.6.7 Eutanasia hewan coba............................................................. ... 61

4.6.8 Pengambilan Penis dan Testis Tikus........................................ . 62

4.6.9 Pemusnahan Sisa Spesimen Tikus ............................................ 62

4.6.10 Pembuatan blok paraffin .......................................................... 62

4.6.11 Pulasan imunohistokimia RA……………………………… .. 63

4.7 Alur Penelitian.................................................................. ................ 66

4.8 Analisis Data....................................................................... .............. 67

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... .. 68

5.1.Hasil Penelitian …………………………………………………… 68

5.1.1 Pemberian daging ayam broiler menurunkan kadar testosterone

tikus Wistar jantan....................................................................... 68

5.1.2 Pemberian daging ayam broiler menurunkan panjang penis

tikus Wistar................................................................................. 70

5.1.3 Pemberian daging ayam broiler menurunkan berat testis

tikus Wistar …………………………………………………… 71

5.1.4 Pemberian daging ayam broiler menurunkan RA korpus

kavernosum tikus Wistar ……………………………………… 73

Page 7: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

vii

5.1.5 Pemberian daging ayam broiler menurunkan RA sel Leydig

tikus Wistar ……………………………………………………. 75

5.1.6 Pemberian daging ayam broiler menurunkan RA penis lebih

sedikit dari dan RA tikus Wistar…………………………….… 77

5.2 Pembahasan…….…………………………………………………… 78

5.2.1 Pengaruh pemberian daging ayam broiler terhadap penurunan

kadar testosteron………………………………………….…….. 78

5.2.2 Pengaruh pemberian daging ayam broiler terhadap penurunan

panjang testis…………………………………………..………. 79

5.2.3 Pengaruh pemberian daging ayam broiler terhadap penurunan

berat testis ……………………………………………………… 81

5.2.4 Pengaruh pemberian daging ayam broiler terhadap penurunan

RA korpus kavernosum …………………………………….… 81

5.2.5 Pengaruh pemberian daging ayam broiler terhadap penurunan

sel Leydig …………………………………………………… 82

5.2.6 Pengaruh pemberian daging ayam broiler terhadap Penurunan

RA penis lebih sedkit dari RA pada testis ………….………… 84

5.3 Keterbatasan penelitian …………………………………………… 85

5,4 Kebaharuan penelitian……………………………………………… 85

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………. 87

6.1 Simpulan …………………………………………………………… 87

6.2 Saran………………………………………………………………… 87

DAFTAR PUSTAKA ………..……………………………………………. 89

LAMPIRAN ………………………………………………………………… 96

Page 8: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

viii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Poros hipotalamus-hipofise-testis …………………………………….. 15

2.2 Gambar kasus mikropenis. …………………………………………….. 20

2.3 G protein–coupled receptors …………………………………………… 26

2.4 Reseptor intraseluler ………………………………………………….. 28

2.5 Pengaruh testosteron melalui reseptor pada jaringan target ………….. 34

2.6 Gambar tikus putih …………………………………………………… 38

2.7 Anatomi dan penis tikus dan mencit …………………………………. 42

2.8 Gambaran histologis penis tikus ……………………………………… 43

2.9 Ekspresi RA pada inti sel tubulus seminferus dan sel Leydig ………. 43

2.10 Kadar hormon testosteron tikus Wistar jantan ………………………. 44

3.1 Konsep penelitian …………………………………………………….. 47

4.1 Rancangan penelitian …………………………………………………. 49

4.2 Hubungan antar variabel ………………………………………………. 53

4.3 Alur penelitian ………………………………………………………… 66

5.1 Rerata panjang penis antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan… 71

5.2 Rerata panjang penis antara kelompok kontrol dan kelompok perlakua .. 72

5.3 Ekspresi Reseptor Androgen pada korpus kavernosum tikus Wistar …… 74

5.4 Ekspresi Reseptor Androgen pada sel Leydig tikus Wistar …………… 76

Page 9: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

ix

DAFTAR TABEL

2.1 Ukuran panjang penis saat diregangkan ……………………………. 21

2.2 Ekspresi mRNA REα dan RE β ……………………………………… 30

2.3 Data Biologis Tikus ……………………………………………………. 39

2.4 Parameter yang dievaluasi pada post natal yang berbeda …………… 39

5.1 Perbedaan rerata kadar testosteron pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan …………………………………………………….……….. 69

5.2 Perbedaan rerata panjang penis pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan ………..…………………………………….……………… 71

5.3 Perbedaan rerata berat testis pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan ……………………………………………………………. 73

5.4 Perbedaan rerata RA korpus kavernosum pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan …………………………………………………. 75

5.5 Perbedaan rerata RA sel Leydig pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan ……………………………………………………………….. 77

Page 10: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Konversi perhitungan untuk berbagais pesies hewan uji dan

Manusia……………………………………………………….. 96

Lampiran 2a Hasil analisis daging ayam broiler ….………………………… 97

Lampiran 2b Analisis daging ayam direbus bagian paha, dada, sayap ….….. 98

Lampiran 2c Hasil analisis daging ayam broiler…………………………….. 99

Lampiran 3 Keterangan Kelaikan Etik ..………………………………… 100

Lampiran 4 Surat Keterangan melakukan pemeriksaan IHK ……………. 101

Lampiran 5 Analisis Statistik . Uji Normalitas, mogenitas dan Independent –

test …………………………………………………………… 102

Lampiran 6 Rerata kadar testosteron, Panjang penis, Berat testis, RA Korpus

kavernosum, RA sel Leydig ………………………………. 109

Lampiran 7 Pemberian perlakuan, pembedahan, pengambilan darah,

pengukuran panjang penis dan berat testis pada kelompok

perlakuan dan kontrol….……………………………………… 116

Page 11: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

xi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

AAM : Anti-Aging Medicine

ACTH : Adrenocorticotropic hormone

ADP : Adenosine diphosphate

AR : Androgen receptor

AS : Amerika Serikat

BRCA1 : Breast cancer1

cAMP : Cyclic 3′,5′-adenosine monophosphate

CYP11A1 : Cytochrome P450, family 11, subfamily A, polypeptide1

DAG : Diacylglycerol

DES : Diethylstilbestrol

DHEA : Dehydroepiandrostenedion

DHT : Dehydrotestosterone

DNA : Deoxyribonucleic aci

ER : Estrogen Receptor

ERα : Estrogen receptor α

Erβ : Estrogen receptorβ

FSH : Follicle-stimulating hormone

GnRH : Gonadotropin-releasing hormone

GDP : Guanosine diphosphate

GTP : Guanosine triphosphate

gr : gram

Page 12: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

xii

GH : Growth Hormone

HE : Hematoxylin-Eosisn

HPF : High Power Field

HREs : Hormone respons elements

hCG : human Chorionic Gonadotropin

IGF-1 : Insulin-like growth factor 1

PIP 2 : Phosphatidylinositol bisphosphate

IP 3 : Inositol trisphosphate

LH : Luteinizing hormone

mRNA : Messenger Ribonucleic Acid

mg : milligram

ml : milliliter

Muc-1 : Musin-1

ng : nanogram

NR3C1 : Nuclear receptor subfamily 3, group C, member1

NR3C2 : Nuclear receptor subfamily 3, groupC, member 2

NR3C3 : Nuclear receptor subfamily 3, group C, member 3

NR3C4 : Nuclear receptor subfamily 3, groupC, member 4

3-OHD : 13-hydroxysteroid dehydrogenase

17-OHD : 17- hydroxysteroid dehydrogenase

PBS : Phospate buffer saline

PI 3 Kγ : Phosphatidyl-3-kinase γ

PKC : Protein kinase C

Page 13: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

xiii

PLC- β : Phospholipase C- β

RP : Reseptor progesteron

RT : Room Temprature

RhoGEFs : Rho guanine-nucleotide exchange factors

SHBG : Sex Hormone Binding Globulin

SS : Somatostatin

TSH : Thyroid-stimulating hormone

USFDA : United States Food and Drug Administration

VEGF : Vascular endothelial growth factor

WHO : World Health Organization

Page 14: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Berdasarkan konsep Anti-Aging Medicine salah satu penyebab penting

proses penuaan ialah berkurangnya kadar hormon. Selain hormon melatonin dan

Growth Hormone (GH=hormon pertumbuhan) yang kadarnya telah berkurang

pada masa remaja awal, hormon yang paling awal berkurang pada masa dewasa

ialah hormon steroid seks, yaitu testosteron dan estrogen.

Proses penuaan berlangsung melalui 3 fase, yaitu (1) fase subklinis, (2)

fase transisi, dan (3) fase klinis. Fase subklinis berlangsung pada usia 25-35

tahun, fase transisi terjadi pada usia 35-45 tahun, sedangkan fase klinis

berlangsung pada usia 45 tahun ke atas (Pangkahila, 2011a).

Pada fase subklinis, ketika hormon steroid seks mulai berkurang, proses

penuaan sebenarnya telah dimulai. Salah satu akibat berkurangnya hormon steroid

seks ialah terjadinya disfungsi seksual. Karena itu sebagian perempuan pengguna

kontrasepsi hormonal, baik per oral maupun injeksi, telah mengalami disfungsi

seksual, khususnya Gangguan Dorongan Seksual (Sexual Desire Disorder)

(Pangkahila, 2011b). Karena itu pula disfungsi seksual merupakan indikator awal

terjadinya proses penuaan, baik pada pria maupun perempuan (Pangkahila,

2014a).

Kalau kekurangan hormon steroid seks terjadi sejak masa kecil, apalagi

janin, maka terjadilah gangguan perkembangan organ seksual. Kalau kekurangan

Page 15: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

2

hormon testosteron dialami oleh anak laki-laki, maka terjadilah mikropenis dan

dapat juga terjadi mikrotestis. Namun mengingat hormon testosteron tidak hanya

berpengaruh pada aspek seksual, gangguan juga terjadi pada beberapa organ lain

seperti otot, eritropoesis, tulang, fungsi kognitif, dan kenyamanan hidup

(Pangkahila, 2011a).

Diagnosis mikropenis ditegakkan berdasarkan ukuran panjang penis dalam

keadaan direntangkan, yaitu memiliki panjang lebih kecil dari 2,5 standard deviasi

di bawah rata-rata ukuran normal sesuai umur (Tsang, 2010; Wiygul and Palmer,

2011; Hatipoğlu and Kurtoğlu, 2013). Kasus mikropenis dan atau mikrotestis

banyak dijumpai. Di Amerika Serikat (AS) mikropenis terjadi sebagai suatu

gangguan yang berdiri sendiri atau sebagai bagian dari suatu sindroma. Insiden

mikropenis di AS dilaporkan 1,5 dari 10.000 anak yang dilahirkan di antara tahun

1997-2000 (Nelson et al., 2005).

Pemeriksaan dengan ultrasound menunjukkan bahwa volume rata-rata

testis neonatus 0,35 ml. Mulai umur 10 tahun, volume testis bertambah dari 1,36

ml menjadi 12,83 ml pada usia 17 tahun. Pemeriksaan dengan kaliper

menunjukkan perbedaan, yaitu ukuran panjang 5,7 mm, lebar 1,4 mm, dan tebal

2,9 mm (Osemlak, 2011).

Data dan penelitian mengenai mikropenis di Indonesia hingga saat ini

masih kurang. Di Indonesia belum ada catatan yang pasti mengenai mikropenis.

Tetapi catatan Klinik Grasia Denpasar menunjukkan dalam periode 2007-2017

terdapat 312 kasus mikropenis dengan atau tanpa mikrotestis pada anak, remaja

Page 16: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

3

awal dan dewasa, yang hampir semuanya mengalami obesitas (Pangkahila,

2017b).

Banyaknya kasus mikropenis dengan atau tanpa mikrotestis pada anak dan

remaja perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan proses penuaan akibat

ganggun hormon steroid seks, yang selanjutnya juga mengganggu kualitas hidup.

Kasus mikropenis dan juga mikrostestis tentu tidak dapat dilepaskan dari faktor

penyebabnya. Penyebab utama mikropenis adalah defisiensi hormon testosteron.

Hal ini disebabkan karena hipogonadotropik-hipogonadism akibat anomali

hormon pada poros hipotalamus-hipofise-gonad, dan sindrom insensitivitas

androgen dengan pertumbuhan penis yang terhambat meskipun sekresi androgen

normal atau berlebihan (Strauss and Barbieri, 2014).

Pada pria, perkembangan organ seksual ditentukan oleh hormon androgen.

Androgen berperan penting dalam perkembangan dan fungsi seksual pria selama

masa embriogenesis, pubertas, dan juga dewasa. Androgen utama ialah testosteron

dan metabolitnya yang lebih poten yaitu dihydrotestosterone (DHT) berperan

penting dalam diferensiasi seksual pria (Busillo et al., 2014).

Daya kerja androgen dimediasi oleh reseptor androgen (RA). Reseptor ini

termasuk dalam nuclear receptor 3 group C, terdiri dari glucocorticoid receptor

(NR3C1), mineralocorticoid receptor (NR3C2), progesterone receptor (NR3C3)

dan RA (NR3C4), yang bekerja sebagai ligand-dependent transcription factor

(Werner et al., 2014)

Jika testosteron tidak atau kurang berfungsi maka organ seksual pria,

terutama penis dan testis mengalami hambatan perkembangan dan juga fungsinya.

Page 17: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

4

Salah satu penyebab tidak atau kurang berfungsinya testosteron ialah kadarnya

yang kurang akibat paparan bahan yang mengandung hormon estrogen atau mirip

estrogen.

Jumlah reseptor di dalam sel juga menentukan reaksinya terhadap hormon.

Bila hormon dan reseptornya cukup di dalam sel, ligan mengikat dan

mengaktifkan reseptor monomerik (Busillo et al., 2014)

Salah satu bahan yang ternyata mengandung hormon estrogen ialah daging

ayam broiler yang dijual di pasaran dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat,

khususnya anak-anak. Para pasien mikropenis dengan atau tanpa mikrotestis

sesuai laporan Klinik Grasia di atas, semua mengonsumsi daging ayam broiler

sejak pertama kali mendapat makanan.

Hasil analisis yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Terpadu Laboratorium

Analitik Universitas Udayana atas permintaan, menunjukkan bahwa bagian paha

daging ayam broiler goreng mengandung estrogen 0,472 pg/g, bagian dada

mengandung 0,536 pg/g, dan bagian sayap mengandung estrogen 0,751 pg/g

(Lampiran 2a). Daging ayam yang dianalisis tersebut dibeli di pasar tradisional.

Analisis daging ayam yang direbus menunjukkan bahwa bagian paha ayam

mengandung estrogen 0,683 pg/g, bagian dada mengandung estrogen 0,725 pg/g,

dan bagian sayap mengandung estrogen 0,807 pg/g (Lampiran 2b). Analisis

daging ayam bagian sayap yang digoreng yaitu sebanyak 0,987 pg/g dan direbus

mengandung estrogen sebanyak 1,024 pg/g, yang dibeli dari daerah lain lebih

tinggi (Lampiran 2c).

Page 18: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

5

Estrogen di dalam daging ayam broiler, dapat dikelompokkan sebagai

Estrogen-like endocrine disrupting chemicals (EEDC) tanpa diketahui oleh

banyak orang, termasuk konsumennya. Senyawa EEDC merupakan bahan kimia

buatan yang kalau masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan gangguan fungsi

hormon dengan segala akibatnya (Roy et al., 2009).

Dibandingkan dengan otot ayam Brasilia yang mengandung hanya 0,2

pg/g E2 dan 0,4 pg/g E1, kandungan estrogen pada ayam broiler di Indonesia

sesuai hasil analisis di atas, ternyata lebih tinggi. Pada bagian lemaknya,

kandungan estrogen ayam Brasilia juga rendah. Tetapi sebaliknya, bagian lemak

ayam Jepang dan Amerika Serikat (AS) mengandung estrogen sangat tinggi.

Bagian lemak ayam Jepang mengandung E2 sebanyak 21,1 pg/g dan E1 65,7

pg/g, sedang ayam AS mengandung 20,7 pg/g E2 dan 54,6 pg/g E1.

Lemak sapi AS juga mengandung estrogen tinggi, yaitu E2 14,0 pg/g dan

E1 7,7 pg/g. Sebaliknya, daging sapi Jepang mengandung sangat rendah bahkan

boleh dianggap tidak mengandung estrogen, yaitu hanya 0,1 pg/g E1. Hasil

penelitian ini mengejutkan karena United States Food and Drug Administration

(US FDA) tidak memperbolehkan penggunaan hormon untuk hewan atau unggas.

Adanya kandungan estrogen mungkin didapat melalui makanan ayam yang

mengandung protein soya atau lainnya. Berdasarkan data ini, pasien kanker

payudara dan siapa pun yang berisiko tinggi sebaiknya membatasi mengonsumsi

daging unggas yang makanannya mengandung soya (Handa et al., 2010).

Untuk mengatasi kasus mikropenis dan atau mikrotestis, tentu diperlukan

pengobatan yang bertujuan meningkatkan kadar hormon testosteron agar dapat

Page 19: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

6

berfungsi normal sehingga terjadi perkembangan normal penis dan testis. Dalam

praktek, hormon yang digunakan ialah gonadotropin atau testosteron. Pemilihan

ini didasarkan pada usia dengan memperhatikan kemungkinan efek samping,

khususnya penggunaan testosteron pada anak-anak.

Data klinis lain juga menunjukkan bahwa semua kasus mikropenis dapat

diatasi dengan pengobatan hormon gonadotropin dan atau testosteron tergantung

usia dan hasil pemeriksaan laboratorium, tetapi tidak semua kasus mikrotestis

dapat diatasi dengan pengobatan hormon tersebut (Pangkahila, 2014c).

Perbedaan data klinis ini mungkin disebabkan oleh perbedaan Reseptor

Androgen (RA) pada penis dan testis akibat paparan oleh hormon estrogen atau

progesteron. Reseptor Androgen (RA) juga dikenal sebagai NR3C4 (nuclear

receptor subfamily 3, group C, member 4), adalah suatu jenis reseptor inti yang

diaktifkan oleh testosteron atau dihydrotestosteron di dalam sitoplasma dan

ditranslokasi ke dalam inti (Lu et al., 2006; Strauss and Barbieri, 2014).

Penelitian pada sel Leydig mencit menunjukkan dalam keadaan tiadanya

RA, fungsi sel Leydig fetus normal, tetapi terjadi kegagalan dalam perkembangan

maturasi sel Leydig dewasa. Bila perkembangan maturasi sel Leydig dewasa

gagal, sel Leydig tidak berfungsi sebagaimana mestinya (Griswolda and

Behringer, 2009).

Sel Leydig memiliki reseptor estrogen yang mengikat estradiol dengan

cara klasik. Estradiol menginduksi beberapa perubahan yang sangat bergantung

pada tahap perkembangan sel Leydig. Pada testis janin dan neonatus, estradiol

Page 20: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

7

menghalangi perkembangan ontogenik sel Leydig dari sel prekursor (Napier et al.,

2014).

Fungsi hormon yang abnormal dapat disebabkan karena produksi hormon

yang abnormal, baik berlebihan maupun kekurangan, tetapi dapat juga karena

fungsi atau jumlah reseptornya yang berkurang. Androgen baru berfungsi kalau

ada reseptor pada sel targetnya. Reseptor Androgen (RA) dikenal sebagai NR3C4

(nuclear receptor subfamily 3, group C, member 4), diantaranya didapatkan pada

nukleus sel Sertoli, sel Leydig testis, dan juga gonosit (Strauss and Barbieri,

2014).

Hormon estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan dan fungsi gonad janin

laki-laki. Estrogen endogen menghambat perkembangan dan fungsi testis selama

masa janin dan neonatus. Reseptor estrogen β (REβ) berada dalam korda

seminiferus mengendalikan gametogenesis, sedangkan reseptor estrogen α (REα)

terdapat di dalam sel Leydig janin yang mengatur steroidogenesis (Delbes et al.,

2006).

Estrogen mengatur ekspresi gen steroidogenic acute regulatory (StAR)

protein dan Cytochrome P450, family 11, sub family A, polypeptide 1 (CYP11A1)

yang dibutuhkan untuk sintesis hormon seks steroid. Hambatan ekspresi StAR

protein menyebabkan pengaturan trasportasi kolesterol ke mitokondria terganggu.

Cytochrome P450, family 11, sub family A, polypeptide 1 (CYP11A1) adalah gen

yang mengkode enzim cytochrome P450 side-chain cleavage (P450scc). Enzim

ini mengkatalis pemecahan rantai samping kolesterol (Craig et al., 2011).

Page 21: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

8

Penelitian invitro menunjukkan bahwa androgen signaling melawan efek

proliferatif estrogen pada sel kanker payudara yang RA positif. Di pihak lain,

overekspresi RA sangat menurunkan aktivitas transkripsi REα pada sel kanker

payudara RE positif (Park et al., 2012).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana daging ayam

broiler yang mengandung estrogen seperti yang dijelaskan di atas mengakibatkan

penurunan hormon testosteron, hambatan perkembangan penis dan testis, serta

penurunan ekspresi RA korpus kavernosum dan RA sel Leydig.

Belum pernah ada penelitian seperti ini yang dilakukan sebelumnya.

Penelitian ini tidak dapat dilakukan pada manusia, melainkan hanya dapat

dilakukan pada tikus karena alasan etika.

Penelitian ini menggunakan daging ayam broiler yang direbus pada bagian

sayap karena hasil analisis menunjukkan kandungan estrogen yang lebih tinggi

pada sayap daging ayam direbus dibandingkan dengan yang digoreng serta dari

bagian dada dan paha.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah pada

penelitian ini sebagai berikut:

1.2.1 Apakah pemberian daging ayam broiler menurunkan kadar testosteron

tikus Wistar?

1.2.2 Apakah pemberian daging ayam broiler menurunkan panjang penis tikus

Wistar?

Page 22: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

9

1.2.3 Apakah pemberian daging ayam broiler menurunkan berat testis tikus

Wistar?

1.2.4 Apakah pemberian daging ayam broiler menurunkan ekspresi RA pada

korpus kavernosum tikus Wistar?

1.2.5 Apakah pemberian daging ayam broiler menurunkan ekspresi RA pada

sel Leydig tikus Wistar?

1.2.6 Apakah pemberian daging ayam broiler menurunkan ekspresi RA pada

korpus kavernosum lebih sedikit dibandingkan ekspresi RA pada sel

Leydig tikus Wistar?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mempelajari akibat pemberian daging ayam broiler terhadap

perkembangan penis dan testis melalui penurunan ekspresi RA pada

korpus kavernosum dan sel Leydig tikus Wistar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk membuktikan pemberian daging ayam broiler menurunkan

kadar hormon testosteron tikus Wistar.

1.3.2.2 Untuk membuktikan pemberian daging ayam broiler menurunkan

panjang penis tikus Wistar.

1.3.2.3 Untuk membuktikan pemberian daging ayam broiler menurunkan

berat testis tikus Wistar.

Page 23: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

10

1.3.2.4 Untuk membuktikan pemberian daging ayam broiler menurunkan

ekspresi RA korpus kavernosum tikus Wistar.

1.3.2.5 Untuk membuktikan pemberian daging ayam broiler menurunkan

ekspresi RA sel Leydig tikus Wistar.

1.3.2.6 Untuk membuktikan pemberian daging ayam broiler

menurunkan ekspresi RA korpus kavernosum lebih sedikit

dibandingkan ekspresi RA sel Leydig tikus Wistar.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat akademik:

1.4.1.1 Mengetahui sejauh mana daging ayam broiler mengakibatkan

berkurangnya ekspresi RA pada korpus kavernosum dan RA sel

Leydig tikus Wistar sehingga mengakibatkan hambatan

perkembangan penis dan testis.

1.4.1.2 Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengapa pengobatan terhadap

mikropenis lebih berhasil dibandingkan dengan mikrotestis dalam

kaitan dengan RA pada korpus kavernosum dan sel Leydig.

1.4.2 Manfaat praktis:

Walaupun penelitian ini dilakukan pada tikus, karena tidak mungkin

dilakukan pada manusia, manfaat praktis yang didapat ialah sebagai

berikut:

Page 24: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

11

1.4.2.1 Menghindari makanan atau minuman yang terbukti mengandung

hormon estrogen atau mirip estrogen dari saat bayi, anak-anak

dan remaja awal agar tidak terjadi kasus mikropenis dan

mikrotestis.

1.4.2.2 Dalam memberikan pengobatan, pertimbangkan faktor usia agar

tidak terjadi kegagalan perkembangan khususnya untuk testis.

Page 25: ABSTRAK PEMBERIAN DAGING AYAM BROILER ......Kata kunci: daging ayam broiler, kadar testosteron, panjang penis dan berat testis, ekspresi AR korpus kavernosum dan sel Leydig. ii ABSTRACT

12