repositori.unud.ac.id · 1 pengaruh penggunaan dedak padi terfermentasi oleh trichoderma viride...

20

Upload: trinhhuong

Post on 03-Jul-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENGARUH PENGGUNAAN DEDAK PADI TERFERMENTASI OLEHTrichoderma viride TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER

ENY PUSPANI, I.M NURIYASA, D.P.M.A CANDRAWATI, D.A WARMADEWI,DAN I.G.N.G. BIDURA

Fakultas Peternakan, Universitas UdayanaE-mail: [email protected]. HP. 0818555700

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dedakpadi terfermentasi Trichoderma viride terhadap penampilan broiler umur 2-6minggu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acaklengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan delapan kali ulangan. Tiap ulanganmenggunakan 6 ekor ayam broiler umur 2 minggu dengan berat badan homogen.Ketiga perlakuan tersebut, yaitu ransum basal dengan 10% dedak padi sebagaikontrol (A), ransum dengan 20% dedak padi (B), dan ransum dengan 20% dedakpadi terfermentasi oleh Trichoderma viride (C). Ransum yang diberikan disusundengan kandungan protein kasar 20% dan energi metabolis 2900 kkal/kg. Ransumdan air minum diberikan secara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwakonsumsi ransum dan air minum pada ayam perlakuan C menurun secara nyata(P<0,05) dibandingkan dengan kontrol (A) dan perlakuan B. Sebaliknya, beratbadan akhir, pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum padaayam perlakuan C nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada ayam perlakuan A dan B.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 20% dedak padidalam ransum tidak berpengaruh terhadap penampilan ayam broiler umur 2-6minggu. Akan tetapi, penggunaan 20% dedak padi terfermentasi olehTrichoderma viride dapat meningkatkan penampilan ayam broiler umur 2-6minggu.

Kata kunci : Dedak padi, Trichoderma viride, fermentasi, penampilan, broiler

PENDAHULUAN

Penggunaan dedak padi sebagai campuran pakan unggas memiliki

konstribusi yang cukup besar, yaitu sekitar 25-30% dari seluruh komponen pakan

ayam. Hal ini disebabkan karena harga dedak relatif murah, tidak bersaing

dengan manusia, dan jumlahnya melimpah pada saat musim panen padi (Rasyaf,

2002). Dinyatakan juga bahwa keterbatasan penggunaan dedak padi sebagai

campuran pakan unggas adalah kandungan proteinnya yang rendah, mudah tengik,

dan adanya asam fitat yang mampu mengikat mineral Ca dan P, serta mengikat

protein menjadi fitat-protein kompleks yang berdampak pada menurunnya

manfaat serta kecernaannya. Oleh karena itu, ransum yang menggunakan

2

komponen dedak padi yang cukup tinggi (20-30%) perlu dilakukan rekayasa

bioteknologi. Bioteknologi yang mudah dan murah untuk itu adalah bioteknologi

fermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba yang juga nantinya dapat

berfungsi sebagai probiotik di dalam saluran pencernaan ayam Bidura et al.

(2010).

Menurut Bidura (2007), keuntungan fermentasi oleh mikroba adalah

mampu mengubah makro molekul protein menjadi mikro molekul yang mudah

dicerna oleh unggas serta tidak menghasilkan senyawa kimia beracun. Dilaporkan

juga bahwa selain dapat meningkatkan kandungan protein dalam ransum, proses

fermentasi juga dapat meningkatkan kecernaan pakan dan dapat melepas ikatan

senyawa kompleks menjadi senyawa yang mudah dicerna.

Mikroba fermentasi yang menarik untuk dicobakan untuk meningkatkan

nilai guna dedak padi tersebut adalah Trichoderma viride. Beberapa peneliti

melaporkan bahwa penggunaan Trichoderma viride sebagai inokulan fermentasi

nyata dapat meningkatkan kandungan protein pakan dan sebaliknya nyata

menurunkan kandungan serat kasar pakan (Widiyazid et al., 2002). Hasil

penelitian Londra (2007) melaporkan bahwa sampah pasar yang mengalami

fermentasi oleh Trichoderma viride ternyata kandungan proteinnya 62,69% nyata

lebih tinggi daripada tanpa fermentasi, sebaliknya kandungan serat kasarnya

menurun secara signifikan.

Menurut Widiyanto et al. (l994), pada saat difermentasi oleh T. viride

maka kandungan serat kasar ransum didegradasi oleh mikroba tersebut sehingga

dapat dimanfaatkan oleh ternak unggas. Khasiat lain dari produk pakan fermentasi

seperti dilaporkan oleh Tanaka et al. (l992) bahwa penggunaan bahan pakan

produk fermentasi ternyata dapat menekan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-

methylglutaryl Co-A reduktase yang berfungsi untuk mensintesis kolesterol dalam

hati. Penggunaan produk fermentasi dalam ransum nyata menurunkan jumlah

lemak tubuh ayam broiler (Kataren et al., 1999).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dedak

padi terfermentasi oleh Trichoderma viride terhadap penampilan broiler umur 2-6

minggu.

3

MATERI DAN METODE

Tempat dan Lama Penelitian.

Penelitian dilaksanakan di kandang milik peternak di Desa Dajan Peken,

Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, dan Laboratorium Nutrisi, Fakultas Peternakan,

Universitas Udayana, Denpasar. Penelitian berlansung selama dua bulan mulai

dari persiapan sampai pengukuran variabel.

Kandang dan Ayam

Kandang yang digunakan adalah kandang sistem battery colony dari

kawat, dengan ukuran tiap petak kandang adalah : panjang 1 m, lebar 1 m, dan

tinggi 0,40 m. Tiap petak kandang sudah dilengkapi dengan tempat pakan dan air

minum.

Ayam yang digunakan adalah ayam broiler umur 2 minggu dengan berat

badan homogen, yang diperoleh dari Poultry Shop setempat.

Ransum

Ransum basal disusun berdasarkan tabel komposisi zat makanan dari Scott

et al. (l982) yang terdiri dari : jagung kuning, dedak padi, bungkil kelapa, kacang

kedelai, tepung ikan, minyak kelapa, mineral mix, dan NaCl. Ransum disusun

isokalori (ME : 2900 kkal/kg) dan isoprotein (CP : 20%). Semua ransum

berbentuk tepung.

Fermentasi Dedak Padi

Dedak padi sebelum dicampurkan dalam ransum, terlebih dahulu

difermentasi dengan menggunakan fermentor Trichoderma viride. Sebelum

digunakan, terlebih dahulu mikroba ini diaktivasi dalam media air steril yang

didalamnya ditambahkan gula pasir dan urea masing-masing 1% dan NPK

sebanyak 0,5% dari volume air yang akan digunakan. Selanjutnya dimasukkan

bibit Trichoderma viride sebanyak 0,5-1,0% dari volume air dan di aerasi selama

24 jam. Selanjutnya larutan mikroba tersebut disemprotkan ke dalam dedak padi

dan diaduk rata, kemudian disimpan dalam karung goni atau ember plastik selama

5 hari. Setelah lima hari, dedak padi dianalisis kandungan nutrisinya dan

dicobakan pada ayam.

Tabel 1. Komposisi bahan penyusun ransum ayam broiler umur 2-6 minggu

4

Bahan ransum (%) Perlakuan

A B C

Jagung kuning

Tepung ikan

Bungkil kelapa

Dedak padi

Kacang kedelai

Minyak kelapa

Mineral mix

Trichoderma virideae

45,90

12,95

19,00

10,00

10,00

1,85

0,30

-

39,01

11,45

10,79

20,00

16,45

2,00

0,30

-

39,01

11,45

10,79

20,00

16,45

2,00

0,30

+

Total 100 100 100

Keterangan : Ransum dengan 10% dedak padi sebagai kontrol (A), ransum

dengan 20% dedak padi (B), dan ransum dengan 20% dedak padi

terfermentasi oleh Trichoderma virideae (C)Tabel 2. Komposisi Zat Makanan dalam ransum broiler Umur 2 - 6 minggu 1)

Zat Makanan Perlakuan 2) Standar 3)

A B C

Energi termetabolis (kkal/kg)

Protein kasar (%)

Lemak kasar (%)

Serat kasar (%)

Kalsium (%)

Fosfor tersedia (%)

Arginin (%)

Histidin (%)

Isoleusin (%)

Leusin (%)

Lisin (%)

Metionin (%)

Fenilalanin (%)

Treonin (%)

Triptofan (%)

Valin (%)

2900

20

8,81

5,45

1,08

0,64

1,62

0,51

1,01

1,82

1,38

0,45

0,97

0,85

0,22

1,06

2900

20

11,43

5,44

0,97

0,59

1,56

0,55

1,06

1,82

1,45

0,45

1,01

0,89

0,23

1,11

2900

20

11,43

5,44

0,97

0,59

1,56

0,55

1,06

1,82

1,45

0,45

1,01

0,89

0,22

1,11

2900

20

5–10 4)

3–8 4)

1,00

0,45

1,02

0,40

0,81

1,21

1,02

0,40

0,65

0,65

0,18

0,65

5

Keterangan :1. Berdasarkan perhitungan menurut Scott et al. (1982)2. Ransum dengan 10% dedak padi sebagai kontrol (A), ransum dengan

20% dedak padi (B), dan ransum dengan 20% dedak padi terfermentasioleh Trichoderma virideae (C)

3. Standar Scott et al. (1982)4. Standar Morisson (1961)

Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan delapan kali ulangan. Tiap ulangan

menggunakan 6 ekor ayam broiler umur 2 minggu dengan berat badan homogen.

Ke tiga macam perlakuan tersebut adalah : ransum dengan 10% dedak padi

sebagai kontrol (A), ransum dengan 20% dedak padi tanpa fermentasi (B), dan

ransum dengan 20% dedak padi terfermentasi oleh inokulan Trichoderma viride

(C)

Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati atau diukur dalam penelitian ini :

Konsumsi ransum dan air minum : pengukuran dilakukan tiap minggu

sekali dengan cara mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan sisa.

Pertambahan berat badan : penimbangan berat badan dilakukan setiap

minggu. Sebelum penimbangan terlebih dahulu ayam dipuasakan lebih

kurang 12 jam.

Feed Conversion Ratio (FCR) : merupakan perbandingan antara konsumsi

ransum dengan pertambahan berat badan.

Analisis Statistika

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan apabila terdapat

perbedaan yang nyata (P<0,05) diantara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji

jarak berganda dari Duncan (Steel dan Torrie, l989).

6

HASIL

Konsumsi Ransum

Rataan konsumsi ransum selama empat minggu penelitian pada ayam

pedaging yang mendapat ransum dengan penggunaan 10% dedak padi sebagai

kontrol (perlakuan A) adalah 2857,10 g/ekor (Tabel 3). Ayam yang mendapat

ransum dengan penggunaan 20% dedak padi (perlakuan B) yaitu 0,98% tidak

nyata (P>0,05) lebih rendah daripada perlakuan A, sedangkan penggunaan 20%

dedak padi terfermentasi dengan inokulan Trichoderma viride (perlakuan C)

konsumsi ransumnya 11,18% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada perlakuan A.

Ayam perlakuan C mengkonsumsi ransum 10,30% nyata (P<0,05) lebih rendah

daripada perlakuan B.

Konsumsi Air Minum

Rata-rata konsumsi air minum pada ayam perlakuan A adalah 5704,38

ml/ekor (Tabel 3). Ayam pada perlakuan B dan C konsumsi air minumnya

masing-masing 2,13% tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi dan 9,18% nyata (P<0,05)

lebih rendah daripada perlakuan A. Konsumsi air minum pada perlakuan C, yaitu

11,07% lebih rendah dari perlakuan B, secara statistik berbeda nyata (P<0,05).

Tabel 3. Pengaruh penggunaan 20% dedak padi dengan dan tanpa terfermentasidengan inokulan Trichoderma viride dalam ransum terhadappenampilan broiler umur 2-6 minggu

VariabelPerlakuan 1)

SEM 2)

A B C

Konsumsi ransum (g/ekor) 2857,10a 2829,22a 2537,75b 80,521

Konsumsi air minum (ml/ekor) 5704,38a 5825,81a 5180,72b 152,95

Berat badan akhir (g/ekor) 1678,32b 1650,75b 1781,40a 28,05

Pertamb. berat badan (g/ekor) 1298,68b 1268,71b 1402,07a 27,73

Feed Conversion Ratio (FCR) 2,20a 2,23a 1,81b 0,036

7

Keterangan :

1. Ayam yang diberi ransum dengan 10% dedak padi sebagai kontrol (A),ransum dengan 20% dedak padi (B), dan ransum dengan 20% dedak paditerfermentasi oleh Trichoderma viride (C).

2. SEM = “Standard Error of The Treatment Means”.3. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata

(P<0,05).

Berat Badan Akhir

Rataan berat badan akhir ayam pada perlakuan A adalah 1678,32 g/ekor

(Tabel 3). Berat badan akhir pada perlakuan B adalah 1,64% tidak nyata (P>0,05)

lebih rendah dari perlakuan A, sedangkan pada perlakuan C 6,14% nyata

(P<0,05) lebih tinggi dari perlakuan A. Rataan berat badan akhir pada perlakuan

C adalah 7,91% nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada perlakuan B.

Pertambahan Berat Badan

Ayam pedaging yang dipelihara selama 4 minggu pada perlakuan A

memiliki pertambahan berat badan rata-rata sebesar 1298,68 g/ekor (Tabel 3).

Pertambahan berat badan ayam perlakuan B adalah 2,31% tidak nyata (P>0,05)

lebih rendah dari perlakuan A, sedangkan perlakuan C memiliki pertambahan

berat badan 7,96% nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada perlakuan A. Perlakuan C

memiliki pertambahan berat badan 10,51% nyata (P<0,05) lebih tinggi dari

perlakuan B.

FCR ( Feed Conversion Ratio)

Rata-rata nilai FCR ayam broiler selama empat minggu pengamatan pada

perlakuan A adalah 2,20/ekor (Tabel 3). Rataan nilai FCR ayam pada perlakuan B

yaitu 1,59% tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi daripada perlakuan A, sedangkan

perlakuan C yaitu 17,73% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada perlakuan A.

Rataan nilai FCR pada ayam perlakuan C yaitu 18,83% nyata (P<0,05) lebih

rendah dari perlakuan B.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 20% dedak padi dalam

ransum ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum dan air

minum dibandingkan dengan kontrol (ransum dengan 10% dedak padi). Hal ini

8

disebabkan karena kandungan energi termetabolis ransum adalah sama. Seperti

dilaporkan oleh Wahju (l988), bahwa ternak unggas mengkonsumsi ransum untuk

memenuhi kebutuhan akan energi. Akan tetapi, dengan adanya proses fermentasi

dengan inokulan Trichoderma viride pada dedak padi tersebut (perlakuan C),

konsumsi ransum menurun dibandingkan dengan perlakuan A dan B. Hal ini

disebabkan karena keberadaan inokulan Trichoderma viride dalam proses

fermentasi dedak padi dapat meningkatkan ketersediaan zat makanan, khususnya

energi termetabolis dari dedak padi, sehingga ketersediaan energi bagi ayam cepat

terpenuhi. Konsumsi air minum yang menurun disebabkan karena penurunan

konsumsi ransum yang digunakan untuk pelarutan pakan di dalam saluran

pencernaan ayam. Ini sesuai dengan pendapat Wahyu (1988), bahwa konsumsi air

minum berbanding lurus dengan konsumsi ransum.

Berat badan akhir dan pertambahan berat badan ayam selama penelitian

meningkat pada ayam perlakuan C (ransum dengan 20% dedak padi

terfermentasi). Hal ini disebabkan karena adanya mikroba Trichoderma viride

dapat bekerja sebagai fermenter (peragi) bahan organik. Hasil peragian bahan

organik tersebut adalah berupa pelepasan asam amino dan sakarida dalam bentuk

senyawa organik terlarut yang mudah diserap (Higa dan Parr, 1994). Selain itu,

Trichoderma viride dapat berperan sebagai sebagai protein tunggal (Sukaryani,

1997) yang mempunyai gizi tinggi, khususnya sebagai penyedia asam-asam

amino essensial yang sangat dibutuhkan untuk proses produksi serta dapat

meningkatkan retensi protein, mineral Ca, Co, P, dan Mn (Nahashon et al., 1994).

Nilai Feed conversion ratio (FCR) merupakan salah satu indikator yang

dapat memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi penggunaan ransum.

Semakin rendah nilai FCR, maka semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan

ransumnya (Anggorodi, 1994). Biofermentasi dedak padi dengan inokulan

Trichoderma viride (perlakuan C) ternyata dapat meningkatkan efisiensi

penggunaan ransum. Hal ini disebabkan karena keberadaan mikroba pada

Trichoderma viride sebagai probiotik dalam ransum dapat meningkatkan aktivitas

enzimatis dan aktifitas pencernaan (Jin et al.,1997). Trichoderma viride dapat

berperan sebagai mikroba probiotik dalam saluran pencernaan ayam yang dapat

meningkatkan kecernaan ransum, kecernaan protein, dan mineral fosfor (Piao et

9

al., 1999). Meningkatnya efisiensi penggunaan ransum pada ayam perlakuan C,

karena probiotik dalam saluran pencernaan ayam dapat menurunkan jumlah sel

goblet (Bradly et al.,1994). Berkurangnya sel goblet ini menyebabkan jumlah

lendir yang dihasilkannyapun berkurang, sehingga penyerapan zat makanan oleh

usus meningkat. Menurut Basyir (1999), lendir yang dihasilkan oleh sel goblet

tersebut di dalam saluran pencernaan ayam dapat menghambat proses absorpsi

zat makanan.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 20% dedak

padi dalam ransum tidak berpengaruh terhadap penampilan ayam broiler umur 2-6

minggu. Akan tetapi, penggunaan 20% dedak padi terfermentasi oleh

Trichoderma viride dapat meningkatkan penampilan ayam broiler umur 2-6

minggu.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Rektor dan

Ketua Lembaga Penelitian Unud, atas dana yang diberikan sehingga penelitian

sampai penyusunan paper ilmiah ini dapat terselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan IV. Penerbit PT.Gramedia, Jakarta.

Basyir, A.K. 1999. Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler. Poultry IndonesiaOkt. 99 No. 233. Hal : 43-45.

Bidura, I. G. N. G. 2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan Ternak. UPTPenerbit Universitas Udayana, Denpasar.

Bidura, I.G.N.G., D.P.M.A. Candrawati, dan D.A. Warmadewi. 2010. PakanUnggas, Konvensional dan Inkonvensional. Udayana University Press,Denpasar.

Bradley, G. L., T. F. Savage and K. I. Timm. 1994. The effects of SupplementingDiets with Saccharomyces sereviseae var. Boulardii on Male PoultPerformance and Ileal Morphology. Poult. Sci. 73 : 1766 – 1770

10

Jin, L. Z., Y. W. Ho, N. Abdullah, and S. Jalaludin. 1997. Probiotics in poultry :Modes of Action. Worlds Poultry Sci., 53 (4) : 351 – 368.

Kataren, P. P., A. P. Sinurat, D. Zainuddin, T. Purwadarta, dan I. P. Kompiang.1999. Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya Sebagai Pakan AyamPedaging. Journal Ilmu ternak dan Veteriner 4 (2) : 107 – 112

Londra, I. M. 2007. Pengaruh Pemberian Pakan Terfermentasi terhadapPertumbuhan Sapi Bali. Bulletin Teknologi dan Informasi Pertanian,Nomor 16 Th V : 16 – 20

Nahashon, S. N., H. S. Nakaue and L. W. Mirosh. l994. Production variable andnutrient retention in single comb White Leghorn laying pullets feed dietssuplemented with direct-fed microbials (probiotic). Poultry Sci. 73: 1699-1703

Piao, X. S., I. K. Han, J. H. Kim, W. T. Cho, Y. H. Kim, and C. Liang. 1999.Effects of Kemzyme, Phytase, and Yeast Supplementation on The GrowthPerformance and Pullution Reduction of Broiler Chicks. Asian-Aust. J.Anim. Sci. 12 (1) : 36 - 41

Rasyaf, M. 2002. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Cetakan ke-9 PenerbitKanisius, Yogyakarta

Scott, M.L., M.C. Neisheim and R.J. Young. l982. Nutrition of The Chickens.2nd Ed. Publishing by : M.L. Scott and Assoc. Ithaca, New York.

Steel, R.G.D. and J. H. Torrie. l989. Principles and Procedures of Statistics. 2ndEd. McGraw Hill Inc. Book Co., London

Sukaryani, S. l997. Ragi, bahan makanan ternak alternatif berprotein tinggi.Poultry Indonesia nomor 205/Maret l997. Hal : 15 - 16.

Tanaka, K., B. S. Youn, U. Santoso, S. Ohtani, and M. Sakaida. 1992. Effects ofFermented Feed Products From Chub Mackerel Extract on Growth andCarcass Composition, Hepatic Lipogenesis and on Contents of VariousLipid Fraction in The Liver and The Thigh Muscle of Broiler. Anim. Sci.Technol. 63 : 32 – 37

Wahyu, J. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Widiyanto, E. Pangestu, Surahmanto, F. Wahyono, dan B.I.M. Tampoebolon.1994. Teknologi Pengolahan Pucuk Tebu Untuk Merningkatkan DayaGunanya Sebagai Pakan Ruminansia. Laporan Penelitian, Fapet, Undip,Semarang.

11

Widiyazid, S. I. K., I. A. Parwati, N. Suyasa, S. Guntoro, I. M. Londra, I. K.Triagastia, A. A.G. Adnyana Putra, dan G. M. Widianta. 2002. LaporanAkhir Pengkajian Sistem Usaha Pertanian Sapi Potong berbasisEkoregional Lahan Kering. Instalasi Penelitian dan Pengkajian TeknologiPertanian, Denpasar.