76879103 modul farmasetika

Upload: novvie-viettha-sccor-ii

Post on 19-Oct-2015

287 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

farmaset

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    1/59

    1

    PENUNTUN PRAKTI

    FARMASETIK

    Nama Mahasiswa :

    NIM :

    Kelompok/Gol. :

    Program Studi :

    Fakultas :

    PENYUSUN

    ANDI ARJUNA, S.Si,

    SHERWIN ARMANDA,

    ARDIAN, S.Si

    LABORATORIUM FARM

    FAKULTAS FARMA

    UNIVERSITAS HASANU

    2010

    Modul Farmasetika Dasar

    UM

    A

    pt.

    S.Si

    SETIK

    I

    DDIN

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    2/59

    2 Modul Farmasetika Dasar

    KETENTUAN UMUM

    PENGENALAN RESEP

    Dilihat dari arti kata resep berasal dari kata Recipebahasa latin artinya

    Ambillah. Dalam pengertian secara umum resep ialah Formulae Medicae yang

    dibagi atas:

    a. Formulae Officinalis; yaitu resep-resep yang terdapat dalam buku-buku resmi.

    b. Formulae Magistrales; yaitu resep-resep yang disusun atao dibuat oleh dokter

    berdasarkan pengalaman dan pendapatnya sendiri, kadang-kadang gabungan

    dengan formulae officinalis dengan menambah dan mengurangi.

    Dalam SK. Menkes RI No.244/Menkes/SK/V/90 memberikan pengertian

    tentang resep sebagai berikut: Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter

    gigi, dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan

    menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

    Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Jika resep tidak jelas atau

    tidak lengkap, apoteker harus menanyakannya kepada dokter penulis resep

    tersebut. Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut:

    1. Nama, alamat, dan no.izin prakter dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.

    2. Tanggal penulisan resep (inscription)

    3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (Invocatio)

    4. Nama setiap obat dan komposisinya (Praescriptio/ordonatio)

    5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (Signatura)

    6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku (Subscriptio)

    7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemilliknya untuk resep dokter hewan;

    8. Tanda seru dan/paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimalnya.

    Dr. Supriyadi

    SIP. No.228/K/84

    Jl. Budi Kemulyaan No.8A Telp. 1234567

    Jakarta

    Jakarta, 06-09-2010

    R/ Acetosal 500 mg

    Codein HCl 20 mg

    C.T.M 4 mg

    S.L qs.

    m.f.pulv.dtd.No.XV

    da in caps

    s.t.d.d caps I

    paraf/TTD

    Pro : Tn Marzuki (18 tahun)

    Jl. Merdeka 10 Jakarta

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    3/59

    3 Modul Farmasetika Dasar

    Aturan pakai dalam resep sering ditulis berupa singkatan bahasa latin

    seperti berikut:

    a) Tentang waktu

    omni hora cochlear (o.h.c): tiap jam satu sendok makan

    omni bihora cochlear (o.b.h.c): tiap 2 jam satu sendok makan

    post coenam (p.c): sesudah makan

    ante coenam (a.c): sebelum makan

    mane (m): pagi pagi

    ante meridiem (a.merid): sebelum tengah hari

    mane et vespere (m.et.v): pagi dan sore

    nocte (noct): malamb) Tentang tempat yang sakit

    pone aurem (pon.aur): dibelakang telinga

    ad nucham (ad nuch): ditengkuk

    c) Tentang pemberian obat

    in manum medici (i.m.m): diserahkan dokter

    detur sub sigillo (det.sub.sig): berikan dalam segel

    da in duplo (d.i.dulp): berikan dua kali

    reperatur (iteratur) ter. (Rep.ter) : diulangi tiga kali

    COPIE RESEP (SALINAN RESEP)

    Copie resep ialah salinan tertulis dari suatu resep yang dibuat oleh apotik.

    Istilah lain dari copie resep (salina resep) ialah apograph, Exemplum, afschrift,

    Selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli, copie resep

    harus memuat pula:

    1. Nama dan alamat apotik

    2. Nama dan Nomor SIK APA

    3. Tanda tangan atau paraf APA

    4. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda nedet (ne

    detur) untuk obat yang belum diserahkan.

    5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.

    Copie resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep,

    penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang

    berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Copie resep

    diberikan jika :

    - Pasien memintanya atau menginginkannya

    - Pasien baru mengambil sebagian obatnya, atau dokter menuliskan petunjuk

    da in dimidio/d.i.datau da in duplo/d.i.2.pl

    - Dalam resep tercantum iteryang artinya pasien tersebut harus mengulangi

    penembusan obat setelah resep pertama habis dikonsumsi

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    4/59

    4 Modul Farmasetika Dasar

    Contoh copie resep dapat dilihat dibawah ini.

    Opium Resep

    Opium Resep ialah resep dimana salah satu obat/bahan obatnya tergolong

    narkotika. Resep yang mengandung obat narkotika tidak boleh diulangi

    penyerahan obatnya atas dasar resep yang sama, kecuali dengan resep baru dari

    dokter, dan setiap resep yang mengandung narkotika alat penderita harus

    diketahui dengan jelas. Untuk menghindari kekeliruan, resep ini diberi tanda

    khusus.

    Cito Resep

    Cito resep ialah resep dimana dokter menginginkan pengobatan dengan

    segera, karena keadaan penderita. Resep semacam ini harus didahulukan

    penyelenggaraannya dari resep lain.

    Tanda-tanda yang biasa digunakan dan ditulis pada bagian kanan sebelah atas

    blanko resep yang terdiri dari:

    (1) Cito = segera

    (2) Urgent = penting

    (3) Statim = penting

    (4) P.I.M = Periculum in mora = berbahaya bila ditundaCito resep juga termasuk oba-obat tertentu yang penggunaannya segera dilakukan

    yaitu obat yang digunakan untuk antidotum penawar racun dan obat untuk luka

    bakar.

    ETIKET

    Setelah obatnya selesai dibuat dan telah diperiksa kembali kemudian

    dimasukkan kedalam wadah yang telah ditempeli etiket sesuai dengan aturan

    Apotek Tarakan

    Jl. Tenggiri 48 Tlp.5914007

    Apoteker: Drs. H.A.Syamsuni,AptSIK: No. 3959/B

    Jakarta, 06-09-2010

    Salinan Resep

    Resep Untuk : A.Faruk

    Resep dari : Dr.Abdul Muluk

    Tgl ditulis resep : 06-09-2010

    No.Tgl.Pembuatan : 113,06-09-2010

    R/ Acetosal 500 mg

    Codein HCl 20 mg

    C.T.M 4 mg

    S.L qs.

    m.f.pulv.dtd.No.XVda in caps

    s.t.d.d caps I detur

    p.c.c

    Cap apotek Yang menyalin:

    Drs.Syamsuni,Apt

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    5/59

    5 Modul Farmasetika Dasar

    pemakaian yang tertera dalam resep. Etiket obat berdasarkan resep dokter terdiri

    dari:

    a. Etiket berwarna putih; untuk obat yang digunakan sebagai obat dalam (peroral)

    b. Etiket warna biru; untuk obat yang digunakan sebagai obat luar.

    Pada sebuah etiket obat berdasarkan resep dokter harus memuat hal hal

    sbb:

    a. Nama,alamat,dan No.SIA apotik

    b. Nama/SIPA apoteker pengelola apotik.

    c. No.resep, nama kota, tanggal pembuatan obat.

    d. Nama penderita

    e. Aturan pakai yang jelasf. Paraf pembuatan obat

    DOSIS

    Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat

    dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam

    maupun obat luar.

    Menurut FI ed III, ada beberapa jenis dosis yaitu:

    1. Dosis Maksimum (DM), Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satuhari. Penyerahan obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan

    dengan cara membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep; member

    garis bawah nama obat tersebut; dan menuliskan banyak obat dengan huruf

    secara lengkap.

    2. Dosis Lazim, dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi

    digunakan sebagai pedoman umum.

    Macam-Macam Dosis

    Selain dosis lazim, juga dikenal macam macam istilah dosis yang lain, yaitu

    1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat

    menyembuhkan penderita.

    2. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat

    menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita

    3. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat keracunan pada

    penderita.

    4. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan

    kematian pada penderita.

    Dosis maksimum berlaku untuk obat dengan cara pemakaian:

    1. Obat dalam, yaitu obat dengan pemakaian melalui mulut, kerongkongan terus

    ke lambung (Peroral, peroos)

    2. Obat dengan cara pemakaian melalui rectal, misalnya clysma/levement dan

    suppositoria atau obat yang penggunaannya melalui urogenital, misalnya bacilli,

    ovula dll.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    6/59

    6 Modul Farmasetika Dasar

    3. Obat dengan cara penggunaannya melalui jaringan kulit misalnya injeksi.

    PERHITUNGAN DOSIS

    1. Perhitungan dosis berdasarkan umur

    (a) Rumus Young (untuk anak dibawah 8 tahun)

    =( )

    ( )+ 12

    (b) Rumus Fried

    =( )

    150

    (c) Rumus Dilling (untuk anak diatas 8 tahun)

    =( )

    20(d) Rumus Cowling

    =( )

    24

    (n adalah umur dalam satuan tahun yang digenapkan ke atas). Misalnya,

    umur penderita 1 tahun 1 bulan, maka n dihitung 2 tahun.

    (e) Rumus Dilling (untuk anak diatas 8 tahun)

    Rumus ini berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa. Aturan

    sebagai berikut :

    0-1 tahun = 1/12 x dosis dewasa

    1-2 tahun = 1/8 x dosis dewasa

    2-3 tahun = 1/6 x dosis dewasa

    3-4 tahun = 1/4 x dosis dewasa

    4-7 tahun = 1/3 x dosis dewasa

    14-20 tahun = 2/3 x dosis dewasa

    21-60 tahun = dosis dewasa(f) Rumus Bastedo

    = ( )

    2. Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan

    (a) Rumus Clark (Amerika)

    =( )

    150

    (b) Rumus Thremich-Fier (Jerman)

    =( )

    70

    (c) Rumus Black (Belanda)

    =( )

    68

    (d) Rumus Juncker & Glaubius (paduan umur dan bobot badan)

    = %

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    7/59

    7 Modul Farmasetika Dasar

    3. Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh

    (a) Dari kumpulan kuliah farmakologi UI tahun 1968

    =

    1,75(b) Rumus Catzel

    =

    100

    4. Perhitungan dosis dengan pemakaian berdasarkan jam

    (a) Menurut FI ed. III

    Satu hari dihitung 24 jam sehingga untuk pemakaian sehari dihitung

    =24

    ; =

    Misalnya,

    s.o.t.h (tiap 3 jam) : = 8

    (b) Menurut Van Duin

    Pemakaian sehari dihitung untuk 16 jam, kecuali antibiotik dihitung

    sehari semalam 24 jam. Untuk contoh yang sama, pemakaian sehari

    dihitung sebagai berikut ;

    163

    + 1 = 5,3 + 1 = 6,3 ; 7

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    8/59

    8 Modul Farmasetika Dasar

    PERCOBAAN I

    PENGENALAN ALAT-ALAT FARMASETIKA

    Dalam praktikum farmasetika (meracik obat) alat-alat yang digunakan pada

    umumnya berbeda. Untuk mendukung pengerjaan dalam membuat suatu resep,

    diperlukan pengenalan alat-alat yang sering digunakan dalam praktikum

    Farmasetika Dasar. Seperti timbangan, lumpang dan alu, pengisi kapsul (filling

    capsule) dan sebagainya.

    1. Timbangan

    Dalam mengerjakan suatu resep, bahan-bahan yang tertera pada resep

    tersebut harus ditimbangan sesuai jumlah yang diinginkan. Ada 3 jenis timbangan

    obat:

    a. Timbangan kasar

    Timbangan kasar memiliki daya beban 250 gram hingga 1000 gram

    dengan kepekaan 200 mg

    b. Timbangan gram halus

    Timbangan gram halus memiliki daya beban 100 gram hingga 200 gram

    dengan kepekaan 50 mg

    c. Timbangan milligram

    Timbangan milligram memiliki daya beban 10 gram hingga 50 gram

    kepekaan 5 mg.

    Daya beban adalah bobot maksimum yang boleh ditimbang. Kepekaan

    adalah tambahan bobot maksimum yang diperlukan pada salah satu piringtimbangan, setelah keduanya diisi muatan maksimum menyebabkan ayunan jarum

    timbangan tidak kurang dari 2 mm tiap dm panjang jarum. Apabila bobot bahan

    yang ditimbang kurang dari 50 mg, maka harus dilakukan pengenceran terlebih

    dahulu.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    9/59

    9 Modul Farmasetika Dasar

    Gambar timbangan gram halus :

    Cara Penimbangan:

    1. Diperiksa apakah semua komponen timbangan/neraca sudah sesuai pada

    tempatnya.

    2. Periksa kedudukan timbangan sudah sejajar/rata, dapat dilihat dari posisi

    anting (3) dengan alas anting harus tepat. Bila belum tepat kita putar skrup

    pengatur tinggi (2) papan landasan.

    3. Sekali lagi kita periksa apakah posisi pisau (7) dan (8) sudah pada

    tempatnya. Bila sudah maka tuas (6) kita putar maka timbangan akan

    terangkat dan akan kelihatan apakah piringnya seimbang atau berat

    sebelah. Bila tidak seimbang kita dapat memutar mur (10) kiri atau kanan

    sesuai dengan keseimbangannya, sehingga neraca seimbang.

    4. Setelah itu baru kita letakkan kertas perkamen/alas timbangan diatas kedua

    piring timbangan, angkat tuas (6) untuk memeriksa apakah timbangan

    sudah seimbang. Bila sudah seimbang, maka penimbangan bahan-bahan

    bisa dimulai.

    5. Proses penimbangan hendaknya dilakukan secara efisien, tangan kanan

    untuk mengambil bahan yang akan ditimbang, sedangkan tangan kiri untuk

    memutar tuas (6). Demikian juga untuk posisi anak timbangan dan tarrer

    hendaknya di neraca kiri dan bahan di neraca kanan.

    6. Anak timbangan (khususnya anak timbangan milligram) diambil

    menggunakan pinset.

    7. Setiap selesai menimbang, hendaknya anak timbangan dan tarreran

    diturunkan dari piringan timbangan.

    Keterangan:

    1. Papan landasan timbangan

    2. Tombol pengatur tegak berdirinyatimbangan

    3. Anting penunjuk tegaknya timbangan

    (waterpas)

    4. Jarum timbangan

    5. Skala

    6. Tuas penyangga timbangan

    7. Pisau tengah/pisau pusat

    8. Pisau tangan

    9. Tangan timbangan

    10. Tombol/mur pengatur keseimbangan

    11. Piring timbangan

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    10/59

    10

    2. Lumpang da

    Lumpang

    porselen yang di

    Dalam menggeru

    dipilih lumpang y

    di samping lump

    mencegah alu be

    meja kerja.

    3. Penangas Ai

    Penangas

    yang digunakan

    melebur suatu b

    100C. Peman

    panas yang dihas

    Suhu penangas

    air biasa diguna

    pemanasan untu

    4. Cetakan Sup

    Suppositor

    dan berbentuk to

    yang terbuat dari

    dari plastik. Ceta

    supositoria. Alat

    dibuka secara lo

    kedua bagian ala

    ke dalam alat cet

    Untuk men

    menghindari ma

    dibasahi dengan

    Yang terakhir ja

    logam, karena a

    digunakan larutan

    Alu

    dan alu merupakan wadah ata

    unakan untuk menggerus atau

    atau mencampur bahan obat (t

    ng lebih halus dan pori-pori lump

    ng dengan posisi kepala alu me

    rputar dengan diameter lebih lua

    (waterbath)

    air (waterbath) adalah alat

    untuk memanaskan atau

    han dengan suhu maksimal

    san dilakukan dengan uap

    ilkan dari pemanasan air.

    ir dapat diatur sesuai dengan su

    kan untuk melebur basis, men

    mempercepat kelarutan dan lain-

    positoria

    ia merupakan suatu sediaan pada

    rpedo. Bentuk torpedo dihasilka

    besi dan dilapisi nikel atau dari lo

    an ini mudah dibuka secara lon

    ini memiliki 6 lubang atau 12 lu

    ngitudinal dan terdapat skrup p

    cetak tersebut ketika basis yang

    k.

    ghindari masa yang hilang maka

    a yang melekat pada cetaka

    parafin, minyak lemak, spritus

    gan digunakan untuk supposit

    kan beraksi dengan sabunnya

    oleum ricini dalam etanol.

    Alu

    Lumpang

    Modul Farmasetika Dasar

    peralatan yang terbuat dari

    encampur bahan-bahan obat.

    rutama obat keras), lebih baik

    ng sangat kecil. Alu diletakkan

    nghadap ke kita. Hal ini untuk

    dan memungkinkan jatuh dari

    hu yang diinginkan. Penangas

    uapkan ekstrak atau tingtur,

    lain.

    t yang digunakan melalui dubur

    melalui cetakan suppositoria

    gam lain, ada juga yang dibuat

    gitudional untuk mengeluarkan

    bang suppositoria yang dapat

    engencang untuk merapatkan

    telah dilebur akan dimasukkan

    elalu dibuat berlebih dan untuk

    maka cetakan sebelumnya

    aponatus (soft soap liniment).

    ria yang mengandung garam

    dan sebagai pengganti dapat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    11/59

    11

    5. Alat Pengisi

    Ada bebe

    (bantuan mesin)

    independentbias

    metode depende

    Metode bukan m

    dimaksudkan dis

    menggunakan a

    pengerjaannya d

    puluh kapsul. Alat

    bergerak.

    Cara pengisianny

    a. Buka bagian-b

    b. Badan kapsul

    bergerak/tetap

    c. Taburkan serb

    d. Ratakan denga

    e. Tutup kapsul

    bergerak.

    Gambar alat pen

    apsul(Filling capsule)

    rapa metode pengisian kapsu

    dan dependent (bukan mesin

    digunakan untuk produksi skala

    nt biasa digunakan pada indus

    sin menggunakan alat pengisi ka

    ini adalah alat yang mengguna

    lat ini akan didapatkan kaps

    pat lebih cepat sebab sekali ce

    ini terdiri dari 2 bagian, yaitu bagi

    yaitu

    gian kapsul

    ibuka dan dimasukkan ke dalam

    k yang akan dimasukkan ke dala

    n bantuan alat sudip/kertas film

    dengan cara merapatkan ata m

    isi kapsul (Filling capsule).

    Modul Farmasetika Dasar

    l, yaitu dengan independent

    dan metode tangan). Metode

    besar atau pabrik. Sedangkan

    ri rumah tangga dan apotek.

    psul (Filling capsule). Alat yang

    an tangan manusia. Dengan

    l yang lebih seragam dan

    tak dapat dihasilkan berpuluh-

    ian yang tetap dan bagian yang

    lubang bagian alat yang tidak

    kapsul

    enggerakan bagian alat yang

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    12/59

    12

    6. Cetakan Pil

    Pil adalah

    100 mg sampai

    Pillen Plank dan

    dimana pada pap

    yang simetris de

    silinder. Pillen R

    membulatkan has

    Gambar Cetakan

    Cara penggunaa

    a. Cetakan

    lycopodiu

    b. Masa pil

    hingga sep

    c. Ditarik aladengan pe

    d. Bulatan pil

    hingga ben

    1

    uatu sediaan padat yang berben

    00 mg. Pil dicetak menggunak

    illen Roller. Pillen Plankterdiri at

    n terdapat lempeng kanal besi y

    gan pemotong pil jika disatukan

    ller terdiri dari alat papan berben

    il cetakan daripillen plank.

    Pil.

    :

    il terlebih dahulu dibersihkan

    sebagai lubrikan

    ibentuk dengan menggulungka

    anjang kanal silinder.

    pemotong hingga menyatukaotong, hingga terbentuk bulatan

    yang belum bulat, digelindingkan

    tuk pil bulat.

    4

    2

    3

    Modul Farmasetika Dasar

    uk bulat dengan berat berkisar

    n cetakan pil yang terdiri dari

    as alat papan dan pemotong pil

    ng berbentuk setengah silinder

    akan membentuk suatu kanal

    tuk bulat yang berfungsi untuk

    dan ditambahkan talk atau

    di atas papan Pillen Plank

    antara kanal silinder papan pil

    di papan bulat (Pippen Roller)

    Keterangan:

    1. Pillen Roller

    2. Lempeng silinder

    3. Pillen Plank

    4. Pemotong pil

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    13/59

    13 Modul Farmasetika Dasar

    PERCOBAAN II

    PENGENALAN BAHAN OBAT

    Semua obat adalah racun, tetapi tidak semua racun adalah obat, obat

    dapat diartikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam

    diagnosa, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada

    manusia atau hewan.

    Dalam SK Menkes RI No. 125/Kab/BVIII/71, yang dimaksudkan obat

    adalah suatu bahan atau paduan bahan bahan yang dimaksudkan untuk

    digunakan dalam menetapkan diagnose, mencegah, mengurangi, menghilangkan,menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan, badania dan

    rohania pada manusia atau hewan, memperolek badan atau bagian badan

    manusia.

    Dalam SK Menkes RI No.244/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan

    obat jadi adalah sediaan atau paduan bahan bahan yang siap untuk digunakan

    untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi

    dalam rangka penetapan diagnose, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

    peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

    Obat dapat dibagi berdasarkan tujuan dan cara pemakaiannya.

    Berdasarkan tujuan pemakaian obat dapat dibagi atas:

    a. Prophylactis; yaitu pemakaian obat untuk pencegahan terhadap suatu penyakit.

    b. Therapeutics; yaitu pemakaian obat untuk menyembuhkan terhadap suatu

    penyakit.

    Bila dilihat dari cara pemakaiannya obat dapat dibagi atas:

    a. Medicamentum ad usum internum = untuk pemakaian dalam ; yaitu obat dengan

    cara pemakaian melalui mulut, tenggorokan sampai ke lambung (peroral)

    misalnya obat dalam bentuk tablet, pill, kapsul, serbuk dll.

    b. Medicamentum ad usum externum = untuk pemakaian luar ; yaitu obat dengan

    cara pemakaian selain dengan cara peroral. Misalnya : obat dalam bentuk

    injeksi, clysma, salep, suppositoria dll.

    Penggolongan obat

    Obat atau bahan obat termasuk barang yang berbahaya dan merupakan

    barang yang mempunyai potensi untuk disalah gunakan. Untuk memudahkan

    dalam pengawasannya maka obat yang beredar diindonesia digolongkan menurut

    daftar yang meliputi:

    a. Narkotika, biasa disebut daftar O (opium)

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    14/59

    14 Modul Farmasetika Dasar

    Yaitu obat-obatan yang umumnya mendatangkan ketagihan dan

    ketergantungan secara mental dan fisik yang sangat merugikan masyarakat dan

    individu apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter.

    Misalnya candu/opium, morfin, petidin, metadon dan kodein.

    Hal-hal yang harus diperhatikan pada resep yang mengandung narkotika.

    - Tidak boleh di ulang (N.I/ne iter/ne iteretur)

    - Tidak boleh ditulis m.i. (mihi ipsi) atau u.p. (usum propium) atau pemakaian

    sendiri

    - Alamat pasien dan aturan pakai harus jelas

    - Hanya boleh diberikan jika resep asli dari dokter dan ada tanda tangan

    dokter tersebut- Copy resep dapat diberikan apabila obat belum diberikan semuanya

    (d.i.d/da in) namun harus ditembus di apoyek yang mengeluarkan copy

    resep tersebut

    - Bahan narkotik yang terdapat pada resep, harus digarisbawah merah.

    b. Obat Psikotropika merupakan obat yang mempengaruhi proses mental (psikis),

    merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan/kelakuan

    seseorang. Misalnya golongan ekstasi, diazepam, barbital/luminal.

    c. Obat keras adalah obat-obatan daftar G, yaitu obat yang didaftar pada daftar

    obat berbahaya (Geverlijk) dan harus diserahkan dengan resep dokter. Obat

    keras adalah semua obat

    - memiliki takaran/DM atau tercantum dalam daftar obat keras yang ditetapkan

    pemerintah

    - diberi tanda khusus lingkaran bula berwarna merah dengan garis tepi hitam

    dan huruf K yang menyentuh garis tepinya

    - semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes RI) tidak

    membahayakan

    d. Obat keras daftar W (Obat bebas terbatas), yaitu obat yang didaftar pada

    daftar peringatan (Warschuwing) dengan tanda khusus lingkaran biru dengan

    garis pinggir hitam. Dapat diserahkan tanpa resep dokter , namun harus tetap

    dalam pengawasan.Obat ini memiliki penandaan khusus peringatan (P No.1 s/d

    P No.6)

    e. Obat bebas yaitu obat dengan tanda khusus lingkaran hijau garis pinggir hitam

    dan dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam batas dosis yang telah

    dianjurkan.

    Sumber-Sumber Obat

    Obat-obat yang digunakan dewasa ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu;

    a. Tumbuh-tumbuhan, Flora, Nabati. Misalnya ; kinin, castor oil, anisi, daun digitalis

    dll.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    15/59

    15 Modul Farmasetika Dasar

    b. Hewan, Fauna, Hayati. Misalnya ; minyak ikan, cera, wolfet dll.

    c. Mineral/pertambangan. Misalnya ; NaCl, Sulfur, Besi oksida, KaliumIodida dll.

    d. Mikroba. Misalnya; antibiotik.

    e. Sintesis, buatan, tiruan. Misalnya ; Champora sintesis, Vit.C, Acid benzoic

    sintesis, Chloramphenicol sintesis dll.

    Bahan Tambahan

    Obat tambahan (Rimidium adjuvantia/ajuvans/corrigens) yaitu bahan atau obat

    yang menunjang kerja bahan obat utama. Dapat berupa:

    a. Corrigens actionis, yaitu obat yang memperbaiki atau menambah efek obat

    utama. Misalnya, pulvis doveri yang terdiri atas kalium sulfat, Ipecacuanhae

    Radix, dan pulvis opii. Pulvis opii sebagai bahan khasiat utama menyebabkanorang sukar buang air besar, sedangkan kalium sulfat bekerja sebagai pencahar

    sekaligus memperbaiki kerja pulvis opii tersebut.

    b. Corrigens saporis (memperbaiki rasa). Contohnya: sirup auratiorum, tincture

    cinamomi, aqua menthae piperithae.

    c. Corrigen odoris (memperbaiki bau). contohnya: oleum rosarum, oleum

    bergamottae, dan oleum cinnamomi.

    d. Corrigens coloris (memperbaiki warna). Contohnya: tincture croci (kuning),

    caramel (cokelat) dan karminum (merah).

    e. Corigen solubilis untuk memperbaiki kelarutan obat utama. Misalnya, I2 tidak

    larut air, tetapi dengan penambahan KI menjadi mudah larut.

    Selain itu juga dikenal bahan tambahan yang dipakai sebagai bahan pengisi dan

    pemberi bentuk untuk memperbesar volume obat yang disebut

    constituens/vehiculum/exipient. Misalnya: laktosa sebagai serbuk serta amilum

    dan talk pada bedak tabur.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    16/59

    16 Modul Farmasetika Dasar

    PERCOBAAN III

    INTERAKSI OBAT DAN INKOMPATIBILITAS

    Interaksi obat merupakan suatu keadaan saling mempengaruhi antar obat

    atau bahan-bahan obat. Terjadi jika dua atau lebih macam obat digunakan

    bersama-sama dalam suatu obat.

    Alasan kombinasi obat sering dilakukan:

    - Meningkatkan efek pengobatan

    - Mengurangi efek toksik dan efek samping

    - Mengobati beberapa penyakit atau keluhan yang timbul pada waktu

    bersamaan

    - Memperlambat terjadinya resistensi

    - Memperluas spectrum bagi antibiotika

    - Terapi awal suatu infeksi berat yang diagnosanya belum jelas

    Selain itu, dalam ilmu farmasetika interaksi antara bahan dapat terjadi pada

    saat pengerjaan atau lebih dikenal dengan inkompabilitas (Obat Tak

    Tercampurkan). OTT atau obat tak tercampurkan dapat terjadi akibat reaksi kimia,

    perubahan fisika atau kerja farmakologis.

    Pada OTT yang tidak dapat diatasi, dapat diusulkan untuk mengeluarkan

    salah satu obat dari campuran jika

    1. Terjadi reaksi kimia

    (a) Campurannya berupa racun. Contoh: Kalomel + iodium sublimat

    (b) Campurannya menimbulkan ledakan. Contoh: campuran bahan

    pengoksidasi dengan bahan yang mudah dioksidasi (K-klorat + sulfur),

    (KMnO4 + gliserin)

    (c) Terjadi perubahan warna. Contoh: antipirin + nitrit hijau

    2. Terjadi perubahan fisika obat

    Misalnya golongan alkaloid akan diserap oleh norit

    3. Terjadi kerja farmakologis yang merugikan

    Namun tidak semua OTT dari suatu bahan itu merugikan, ada juga OTT yang

    diharapkan terjadi dan menguntungkan dalam pengerjaan, antara lain:

    a. Terjadi penurunan titik eutektikum (titik lebur)

    Misalnya: pada campuran mentol, timol, salol, asam salisilat, resorsinol,

    kloralhidrat.

    b. Meningkatkan kelarutan suatu bahan

    Misalnya: Coffein yang ditambahkan dengan natrium benzoat, natrium salisilat

    akan memperbesar kelarutan coffein tersebut

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    17/59

    17 Modul Farmasetika Dasar

    Lembar Kerja

    I. OTT/Inkompatibilitas:

    II. Cara Mengatasi:

    dr. Supriyadi

    SIP. No.228/K/84

    Jl. Budi Kemulyaan No.8A Telp. 1234567

    Jakarta

    Jakarta, .

    R/ Aminophilin 100

    Luminal 25 mg

    S.L qs.

    m.f.pulv.dtd.No.XV

    s.t.d.d caps I

    Pro : Tn Marzuki (18 tahun)

    Jl. Merdeka 10 Jakarta

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    18/59

    18 Modul Farmasetika Dasar

    I. OTT/Inkompatibilitas:

    II. Cara Mengatasi:

    dr. Maulana

    SIP. No.228/K/84

    Jl. Budi Kemulyaan No.8A Telp. 1234567

    Jakarta

    Jakarta, .

    R/ Menthol 0,2 g

    Asam salislat 0,1 g

    Resorsinol 0,2 g

    Talk ad 3 g

    m.f.pulv.

    s.u.e

    Pro : Tn Marzuki (18 tahun)

    Jl. Merdeka 10 Jakarta

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    19/59

    19 Modul Farmasetika Dasar

    PERCOBAAN IV

    SEDIAAN FARMESTIKA PADAT

    I. PULVIS DAN PULVERES

    Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan

    untuk pemakaian dalam secara oral atau untuk pemakaian luar. Pulvis adalah

    serbuk yang tidak terbagibagi.Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot

    yang kurang lebih sama dengan yang dibungkus kertas perkamen atau bahan

    pengemas lain yang cocok.

    Keuntungan dan Kerugian Sediaan Bentuk Serbuk

    Keuntungan bentuk serbuk :

    1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang

    dipadatkan.

    2. Anak anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah

    menggunakan obat dalam bentuk serbuk.

    3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak ditemukan

    dalam sediaan serbuk.

    4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalambentuk serbuk.

    5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat

    dalam bentuk serbuk.

    6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan

    penderita.

    Kekurangan bentuk serbuk:

    1. Keengganan pasien meminum obat yang mungkin rasa pahit, atau rasa yang

    tidak enak

    2. Kesulitan menahan terurainya bahan bahan hygroskopis.

    3. Mudah mencair atau menguap zat zat yang dikandungnya.

    4. Waktu dan biaya yang digunakan pada pengelola dan pembungkusan dalam

    keseragaman dosis tunggal.

    SyaratSyarat Sediaan Serbuk:

    1. Harus halus sesuai dengan derajat halus serbuk.

    2. Harus homogeny semua komponen

    3. Harus dalam keadaan kering.

    Derajat halus serbuk

    Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor pengayak. Hal

    ini dimaksudkan bahwa untuk menentukan derajat halus suatu serbuk harus

    dilakukan dengan pengayak.

    Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan 1 nomor pengayak,

    dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    20/59

    20 Modul Farmasetika Dasar

    tersebut. Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan dua nomor pengayak,

    dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui/lolos pada pengayak dengan

    nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor

    tertinggi.

    Contoh: serbuk 10/40 dimaksudkan bahwa serbuk tersebut semuanya melalui

    pengayak no 10 dan tidak lebih dari 40% dapat melalui pengayak no. 40.

    Dalam beberapa hal digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat halus

    serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sbb:

    - Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)

    - Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)

    - Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)- Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)

    - Serbuk halus adalah serbuk (85)

    - Serbuk sangat halus adalah serbuk (120)

    - Serbuk sangat halus sekali adalah serbuk (200/300)

    I.1 Pulvis (Serbuk Tak Terbagi)

    Pulvis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain

    1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak). Umumnya, serbuk tabur harus

    melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan

    iritasi pada bbagian yang peka.

    Pulvis adsperius harus memenuhi persyaratan berikut:

    a. Harus halus, tidak boleh ada butiran butiran kasar.

    b.Talk, kaolin, dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri

    Clostridium tetani, C.welchii, dan Bacillus anthracis serta disterilkan

    dengan cara D (cara kering).

    c.Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka

    2. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung karmin sebagai

    pewarna yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.

    3. Pulvis sternutotarius (serbuk bersin) digunakan untuk dihisap melalui

    hidung.

    4. Pulvis effervescent adalah serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan

    dahulu dalam air dingin atau air hangat. Jika serbuk ini dilarutkan akanmengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan jernih.

    Merupakan campuran dari senyawa asam (as. Sitrat, as. Tartrat,) dengan

    basa (Na.bikarbonat).

    Aturan pembuatan serbuk tabur:

    1. Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan ayakan no.100

    2. Serbuk tabur yang mengandung zat berlemak diayak dengan ayakan no.44

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    21/59

    21 Modul Farmasetika Dasar

    3. Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan dihaluskan

    lagi sampai seluruhnya terayak.

    Contoh resep

    R/ Ichtyoli 0,5 Penyelesaian :

    Talc. 10 - Ichtyoli dilarutkan dalam etanol 96% atau eter

    Sol. Formaldehide 0,5 dan ditambah bolus.alba.

    Bol.alba 3 - Sol.Formaldehide diganti 1/3 bobotnya

    m.f.pulv.adsp. ad 20 paraformaldehide.

    s.u.e

    Selain pulvis untuk penggunaan luar, juga dikenal pulvis untuk penggunaan dalam

    (peroral). Penentuan dosis untuk pulvis penggunaan dalam menggunakan takaransendok makan (C), sendok the (cth), sendok bubur (cp). Penentuan dosis tiap

    takaran menggunakan serbuk coba.

    I.2Pulveres (Serbuk Terbagi)

    Pulveres/chartulae (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot

    yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan penhgemas yang cocok

    untuk sekali minum.

    Penulisan resep serbuk oleh seorang dokter dapat dilakukan dengan cara

    yaitu:

    1. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk/bungkus, kemudian dibagi sebanyak

    serbuk/bungkus yang diminta. Misalnya:

    R/ Asam asetilsalisilat 2,5

    Paracetamol 2

    Coffein 0,5

    m.f.pulv.divide in partes aequales no.X

    2. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat berapa bungkus

    yang dikhehendaki, misalnya:

    R/ Asam asetilsalisilat 0,25

    Paracetamol 0,2

    Coffein 0,05

    m.f.pulv.dtd no.X

    Pada cara diatas bahan yang ditimbang adalah sebagai berikut:

    - Asam asetilsalisilat 2,5

    - Paracetamol 2

    - Coffein 500 mg

    Ketiga bahan tersebut diracik/dicampur satu persatu, dan asam

    asetilsalisilat yang digerus lebih dahulu sampai halus, kemudian ditambahkan

    coffein dan gerus lagi sampai homogeny, terakhir paracetamol sedikit demi sedikit

    dan digerus sampai homogeny. Keluarkan dari lumpang kemudian bagi menjadi 10

    bungkus.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    22/59

    22 Modul Farmasetika Dasar

    Pada cara diatas bahan yang ditimbang adalah sebagai berikut

    - Asam asetilsalisilat 10 X 0,25 = 2,5

    - Paracetamol 10 X 0,2 = 2

    - Coffein 10 X 0,05 = 0,5

    Gula berminyak = Elaeosacchara adalah campuran 2 gram saccharum lactis

    dengan 1 tetes minyak eteris, yang sering digunakan adalah Oleum Anisi, Oleum

    Foeniculi, dan Oleum Menthae Piperitae. Gula berminyak tidak boleh disimpan

    sebagai persediaan, dan dikemas dalam kertas perkamen, jangan dengan kertas

    paraffin sebab minyak eterisnya akan diserap. Gula berminyak harus dibuat

    dengan tetes minyak eteris penuh tidak pecahan, bila dalam hitungan diperoleh

    pecahan, dibuat dengan tetes penuh, sisa gula minyak disisihkan (disimpan).Campuran serbuk yang basah atau mencair karena disebabkan karena

    terbebasnya sebagian atau seluruh air kristal dari tiap bahan, hal ini dapat diatasi

    dengan mengambil bahan yang sudah dikeringkan (exsicatus), bila sekiranya

    bahan tersebut mempunyai garam exsicatur dengan perbandingan.

    Perbandingan zat yang kering dengan zat yang mengandung air Kristal

    adalah :

    1) Ferrosi sulfat: eksikatur = 100:67 (3:2)

    2) Magnesium sulfat: eksikatus = 100:67 (3:2)

    3) Natrii sulfas: eksikatus = 100:50 (2:1)

    4) Natrii karbonas: eksikatus = 100:50 (2:1)

    5) Tawas: eksikatus = 100:67 (3:2)

    Serbuk terbagi dikemas kedalam wadah kertas perkamen (puyer) sesuai

    banyaknya permintaan dalam resep. Pada dasarnya langkah-langkah melipat atau

    membungkus kertas pembungkus serbuk adalah sebagai berikut :

    1. Letakkan kertas rata diatas permukaan meja dan lipatkan sekitar 11,5 cm

    kearah kita pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga keseragaman,

    langkah ini harus dilakukan bersamaan dengan lipatan pertama sebagai

    petunjuk. Penyusunan kertas hendaknya secara proporsional, jangan terlalu

    memanjangkan kesamping, maksimal 5-6 kertas kesamping.

    2. Letakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi-bagi ke tengah kertas yang

    telah dilipat satu kali lipatannya mengarah keatas disebelah seberang

    dihadapanmu.

    3. Tariklah sisi panjang yang belum dilipat keatas dan letakkanlah pada kira kira

    garis lipatan pertama, lakukan hati-hati supaya serbuk tidak berceceran.

    4. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan lipatlah

    kehadapanmu setebal lipatan pertama.

    5. Kertas pembungkus yang telah terlipat rapi masukkan satu persatu dalam dos

    atau plastik klip. Pada lipatan kertas pembungkus tidak boleh ada serbuk dan

    tidak boleh ada ceceran serbuk.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    23/59

    23 Modul Farmasetika Dasar

    Dalam Resep Pulvis (Serbuk Tak Terbagi), khususnya untuk pemakaian

    dalam (ditandai dengan adanya petunjuk pemakaian Cth, C, C.p.) pehitungan

    dosis sekali pakai untuk setiap sendok teh/sendok makan/sendok bubur harus

    dilakukan perhitungan serbuk coba. Sebagai contoh:

    R/ Natrri carbonas 10

    Nitras subnitras

    NaBr aa 5 (DM 2 g/6 g)

    Magnesium Oxyd. 10

    Rhei Radix Pulv 5

    SL ad 40S.t.d.d cth I

    Pro: Sultan (20 thn)

    Penyelesaian:

    - Hitung dulu serbuk coba

    Campur dan gerus halus natrium karbonat, NBB, MgO dan rhei radix

    sampai homogen. Untuk menghemat bahan dan mempercepat pengerjaan,

    dapat diperkecil jumlah bahan dalam resep dengan perbandingan yang

    sama (Natrium karbonas 2 g, NBB 1 g, NabR 1 g, MgO 2, rhei radix 1 g dan

    SL ad 8 g).

    - Ambil 3 sendok teh (jika petunjuk dalam resep Cth, kalau C ambil sendok

    makan) kemudian timbang dan rata-ratakan sehingga didapat rata-rata satu

    sendok teh = X gram (Misalnya = 2,2 gram)

    Sehingga dalam resep yang memiliki DM ialah NaBr.

    Dosis sekali pakai NaBr = = ,

    5 = 0,275

    Dosis sehari pakai NaBr = 3 0,275 = 0,825

    Berdasarkan perhitungan tidak ada dosis yang melampaui dosis sekali

    pakai dan sehari dari NaBr (DM = 2 g/ 6 g). Jika melebihi, serbuk tersebut tidak

    dapat dikerja.

    II. Capsule (Kapsul)

    Kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang diisikan dalam cangkang kapsul

    atau berupa sediaan cairan, setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar.

    Dalam FI Ed.III. Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul,

    keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat

    tambahan lain.

    Keuntungan sediaan kapsul, antara lain:

    1) Bau dan rasa yang tidak enak tertutupi

    2) Pemberian dosis yang tetap.

    3) Bahan bahan obat/ zat yang rusak diudara terbuka, bila dimasukkan kedalam

    kapsul akan terlindungi.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    24/59

    24 Modul Farmasetika Dasar

    4) Mudah pemakaiannya oleh pasien.

    5) Dengan kapsul yang berwarna warni, menambah daya tarik obat.

    6) Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan

    tambahan/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet.

    Macam-Macam Kapsul:

    - Kapsul keras

    - Kapsul Lunak

    Ukuran cangkang kapsul

    No.ukuranAsetosal

    (gram)

    Na.Bikarbonat

    (gram)

    Nitras bismuth basa

    (gram)

    000 1 1,4 1,700 0,6 0,9 1,2

    0 0,5 0,7 0,9

    1 0,3 0,5 0,6

    2 0,25 0,4 0,5

    3 0,2 0,3 0,4

    4 0,15 0,25 0,25

    5 0,1 0,12 0,12

    Pemilihan Ukuran Kapsul

    - Pemilihan dari ukuran paling baik ketika formulasi dikembangkan, karena

    jumlah bahan inert yang dibutuhkan tergantung pada ukuran atau kapasitas

    kapsul yang dipilih.

    - Apabila formulasi dari bahan tidak memerlukan pengisi untuk menambah

    jumlah serbuknya, maka ukuran cangkang kapsul dapat boleh ditetapkan

    setelah pengembangan dan persiapan formulasi.

    - Agar kapsul diisi dengan baik, maka bagian badan kapsul yang diisi campuran

    bahan obat dan bagian tuupnya diselubungkan rapat rapat. Bagian tuup

    bukan saja berfungsi sebagai penutup tetapi juga menekan dan menahan, oleh

    karena itu ukuran kapsul harus dipilih sesuai kebutuhan.

    Cara pengisian kapsul

    Ada tiga cara pengisian cangkang kapsul yaitu dengan:

    1. Tangan; merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan tangan

    langsung tanpa menggunakan bantuan alat lain. Untuk memasukkan obat

    kedalam kapsul, dapat dilakukan dengan cara membagi serbuk sesuai jumlah

    kapsul yang diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam

    badan kapsul lalu ditutup.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    25/59

    25 Modul Farmasetika Dasar

    2. Alat bukan mesin; alat yang dimaksud ini adalah alat dengan menggunakan

    tangan manusia. Dengan pengerjaan ini, dapat diperoleh kapsul yang seragan

    dan lebih cepat.

    3. Alat mesin; digunakan untuk memproduksi kapsul secara besar besaran dan

    menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari

    membuka, mengisi, sampai menutup kapsul.

    III Suppositoria

    Yang dimaksud dengan suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan

    melalui rectal, vagina dan uretra. Umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut,

    melunak, atau meleleh pada suhu tubuh. Umumnya suppositoria rectal berbobot 2gram untuk dewasa, 1 gram untuk anak-anak.

    Keuntungan bentuk torpedo ini adalah bila bagian yang besar telah masuk

    melalui otot penutup dubur, maka bagian suppositoria yang lain akan tertarik

    masuk dengan sendirinya.

    Keuntungan dan kerugian sediaan suppositoria.

    Bentuk sediaan suppositoria ini sangat bermanfaat untuk mencegah

    berkurangnya efisiensi obat akibat mengalami metabolism di hati sehingga

    kadarnya dalam darah berkurang. Selain itu, pada keadaan terapi oral tidak

    mungkin, misalnya: orang yang pingsan, muntah muntah, mual; untuk anak kecil

    dan bayi, obat yang akan terurai oleh enzim pencernaan, obat yang dapat

    mengiritasi lambung, pemakaian suppositoria sangat menguntungkan.

    Kerugian dari suppositoria ini dirasakan saat menimbulkan rasa yang tidak

    enak pada tempat dimana suppositoria ini dimasukkan.

    Bentuk dan Ukuran Suppositoria

    1) Suppositoria rectal dengan bentuk peluru, torpedo, jari jari atau selinder

    dengan kedua ujungnya lancip, panjang kurang lebih 32 mm. Berat tergantung

    dari berat jenis dan basis yang digunakan tetapi umumnya 2 gram.

    2) Suppositoria vagina umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot

    lebih kurang 5 gram, dibuat dari zat pembawa yang zarut dalam air atau yang

    dapat bercampur dengan air seperti propilenglikol atau gelatin terglicerinasi.

    3) Suppositoria urethra umumnya berbentuk batang, ramping seperti pensil. Untuk

    pria bergaris tengah 3 6 mm dan panjang 7 cm.

    Komposisi sediaan suppositoria terdiri dari:

    - Zat aktif

    - Bahan dasar

    Penggolongan basis suppositoria

    Pada umumnya basis suppositoria dapat digolongkan atas:

    1) Basis berlemak: oleum cacao

    2) Basis bercampur atau larut dalam air: gliserin gelatin, propilenglikol dll.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    26/59

    26 Modul Farmasetika Dasar

    3) Basis lain: pembentuk emulsi a/m

    Basis jenis ketiga ini ini ditujukan untuk mempermudah bercampur dengan

    cairan tubuh atau mengikat air.

    Halhal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suppositoria.

    a) Kenaikan titik lebur. Titik lebur oleum cacao yang dinaikan oleh perak nitrat dan

    plumbi asetat. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan oleum arachidis kurang

    dari 5%.

    b) Penurunan titik lebur. Penurunan titik lebur oleum cacao yang disebabkan oleh

    fenol, Choral hydrat, minyak atsiri dapat diatasi dengan penambahan cera 4

    6% atau cetaceum 12%.

    c) Bila suppositoria terlalu banyak mengandung serbuk akan menyulitkan dalampenambahan adeps lanae.

    d) Cairan yang tidak dapat mencampur dengan oleum cacao. Obat yang harus

    dilarutkan dalam air maupun dalam alcohol atau obatnya sendiri dengan

    konsistensi seperti itu misalnya ichtyol, bila dalam jumlah kecil dapat dibuat

    dengan metode panas dengan jalan pengadukan sebelum dituang.

    e) Pemakaian air sebagai pelarut dalam basis oleum cacao sebaiknya dihindari

    sebab:

    - Menyebabkan reaksi antara obat obatan dalam suppositoria.

    - Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan dapat

    keluar dari suppositoria.

    - Mempercepat tengiknya oleum cacao

    Pengemasan Suppositoria

    Suppositoria dikemas sedemikian rupa sehingga setiap suppositoria

    terpisah satu dengan yang lainnya, agar tidak mudah hancur atau meleleh.

    Bisanya dimasukkan ke dalam wadah dari aluminium foil atau strip plastic

    sebanyak 6 sampai 12 suppositoria untuk kemudian dikemas dalam doos.

    Suppositoria harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk.

    IV Pillulae (Pil)

    Istilah pil berasal dari bahasa latin yaitu pila yang berarti bola. Zaman

    dahulu bentuk pil lebih besar dari pil zaman sekarang. Berdasarkan bobotnya, obat

    yang berbentuk bulat dapat digolongkan atas:

    1. Pilulae = Bobotnya kira kira 30 mg 300 mg

    2. Granule = Bobotnya 1/3 grain = 20 mg 60 mg

    3. Boli = Bobotnya lebih besar dari 300 mg

    4. Parvule = Bobotnya kurang dari 20 mg

    Dalam FI ed. III. pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung

    satu atau lebih bahan obat.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    27/59

    27 Modul Farmasetika Dasar

    Menurut F.N. 78. Pil adalah sediaan berbentuk bulat atau bulat telur, dibuat

    menggunakan massa pil.

    Cara membuat massa pil.

    Massa pil dibuat dengan mencampur satu atau lebih bahan obat dengan zat

    tambahan yang cocok, diaduk dan ditekan hingga menjadi massa yang mudah

    digulung. Pil yang diperoleh tidak boleh berubah bentuk pada penyimpanan dan

    tidak terlalu keras.

    Komposisi pil

    Pil terdiri dari:

    1. Bahan obat

    2. Zat tambahan, terdiri dari:- Zat pengisi

    - Zat pengikat

    - Zat pembasah

    - Zat penabur

    - Zat penyalut

    Bahan obat

    Hampir semua bahan obat dapat dibuat pil, baik yang berbentuk padat, cair

    maupun bentuk setengah padat. Bahan obat yang higroskopis sebetulnya kurang

    baik untuk dibuat pil, karena mudah menarik uap air dari udara, sehingga pil yang

    diperoleh pada penyimpanan biasanya menjadi basah atau pecah pecah.

    Zat tambahan

    Zat tambahan yang digunakan dalam pembuatan massa pil harus dipilih

    sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat syarat sbb:

    - Harus memenuhi syarat umum zat tambahan.

    - Pil yang diperoleh memenuhi syarat syarat pil.

    a) Zat pengisi

    Zat pengisi digunakan untuk mencapai bobot dan ukuran yang lazim. Jadi

    jumlah dan jenis zat pengisi yang digunakan tergantung dari bobot dan jenis bahan

    obatnya. Zat pengisi yang lazim digunakan adalah serbuk akar manis (Radix

    liquirithae), Kaolinum, Saccharum.

    b) Zat pengikat

    Zat pengikat adalah zat tambahan yang berfungsi sebagai zat yang jika

    ditambahkan kedalam campuran bahan obat dengan zat tambahan lainnya dengan

    atau tanpa zat pembasah yang cocok, diaduk dan ditekan akan menghasilkan

    massa pil yang mudah digulung. Zat pengikat yang sering digunakan adalah sari

    akar manis (succus liquirithae), Gummi arabicum, adeps lanae dan vaselin,

    glycerinum cum Tragacant, ekstrak kental, cera flava dll.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    28/59

    28 Modul Farmasetika Dasar

    c) Zat pembasah

    Zat pembasah yang lazim digunakan adalah aqua gliserin yang merupakan

    campuran gliserin dengan air sama banyak (1:1); dan sirup gula yang sering

    digunakan pada pembuatan granul tetapi pada penyimpanannya pil yang diperoleh

    akan mengeras.

    d) Zat penabur

    Zat penabur adalah zat yang digunakan untuk mencegah melekatnya

    massa pil pada waktu dicetak atau digulung dan mencegah melekatnya pil pada

    waktu penyimpanan. Zat penabur yang sering digunakan adalah licopodium,

    talcum, serbuk akar manis (Succus liquirithae) dll.

    e) Zat penyalutpemberian zat penyalut dalam pil diperlukan dalam hal-hal sbb:

    - Untuk menutupi bau dan rasa yang tidak enak

    - Untuk emlindungi isisnya terhadap pengaruh dari luar misalnya pengaruh

    oksidasi.

    - Untuk mencegah atau memperlambat pecahnya pil dalam lambung,

    terutama pil yang seharusnya pecah didalam usus. Zat penyalut yang lazim

    digunakan adalah balsamum tolutanum, kollodium, perak, graphite,

    gelatinum

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    29/59

    29 Modul Farmasetika Dasar

    Lembar Kerja

    I. Kelengkapan Resep

    Nama dokter :

    Alamat dokter :

    No. SIK :

    Tgl Resep :

    Paraf dokter :

    Nama pasien :

    Umur pasien :

    Alamat pasien :

    Lain lain :

    II. Khasiat penggunaan resep

    III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

    IV. Perhitungan Dosis

    V. Penimbangan

    Dokter :

    Jl. Teratai No.10 Makassar

    No.SIK 2118/B

    MakassarR/ Lc. Penmox tab. 125 mg

    Paracetamol 100 mg

    Phenobarbital

    Coffein aa 20 mg

    S.L q.s

    m.f. pulv.dtd.No.X

    s.t.d.d. p.I

    pro :

    umur :

    alamat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    30/59

    30 Modul Farmasetika Dasar

    VI. Pembuatan/ Cara kerja

    VII. Etiket

    Apotek Farmasetika UNHAS

    Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 MakassarApoteker :

    No. SIK :

    No. Tgl.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    31/59

    31 Modul Farmasetika Dasar

    I. Kelengkapan Resep

    Nama dokter :

    Alamat dokter :

    No. SIK :

    Tgl Resep :Paraf dokter :

    Nama pasien :

    Umur pasien :

    Alamat pasien :

    Lain lain :

    II. Khasiat penggunaan resep

    III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

    IV. Perhitungan Dosis

    V. Penimbangan

    Dokter :

    Jl. Teratai No.10 Makassar

    No.SIK 2118/B

    Makassar

    R/ Menthol 1%

    Boric acid 2%

    Oxydi Zinci 2,5

    Talc. ad 25

    m.f. pulvis adsp.

    s.o.m.applic

    pro :

    umur :

    alamat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    32/59

    32 Modul Farmasetika Dasar

    VI. Pembuatan/ Cara kerja

    VII. Etiket

    Apotek Farmasetika UNHAS

    Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 MakassarApoteker :

    No. SIK :

    No. Tgl.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    33/59

    33 Modul Farmasetika Dasar

    I. Kelengkapan Resep

    Nama dokter :

    Alamat dokter :

    No. SIK :

    Tgl Resep :Paraf dokter :

    Nama pasien :

    Umur pasien :

    Alamat pasien :

    Lain lain :

    II. Khasiat penggunaan resep

    III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

    IV. Perhitungan Dosis

    V. Penimbangan

    Dokter :

    Jl. Teratai No.10 Makassar

    No.SIK 2118/B

    Makassar

    R/ Pulv.Antashmatici Albi s.f. No. X

    m.f. da in capss.p.r.n.b.d.d.C.I

    pro :

    umur :

    alamat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    34/59

    34 Modul Farmasetika Dasar

    VI. Pembuatan/ Cara kerja

    VII. Etiket

    Apotek Farmasetika UNHASJl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar

    Apoteker :

    No. SIK :

    No. Tgl.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    35/59

    35 Modul Farmasetika Dasar

    I. Kelengkapan Resep

    Nama dokter :

    Alamat dokter :

    No. SIK :

    Tgl Resep :Paraf dokter :

    Nama pasien :

    Umur pasien :

    Alamat pasien :

    Lain lain :

    II. Khasiat penggunaan resep

    III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

    IV. Perhitungan Dosis

    V. Penimbangan

    Dokter :

    Jl. Teratai No.10 Makassar

    No.SIK 2118/B

    Makassar

    R/ Papaverin 1,2

    m.f. l.a. pil.No.XXXs.b.d.d.pil II a.c.

    pro :

    umur :

    alamat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    36/59

    36 Modul Farmasetika Dasar

    VI. Pembuatan/ Cara kerja

    VII. Etiket

    Apotek Farmasetika UNHASJl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar

    Apoteker :

    No. SIK :

    No. Tgl.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    37/59

    37 Modul Farmasetika Dasar

    I. Kelengkapan Resep

    Nama dokter :

    Alamat dokter :

    No. SIK :

    Tgl Resep :

    Paraf dokter :

    Nama pasien :

    Umur pasien :

    Alamat pasien :

    Lain lain :

    II. Khasiat penggunaan resep

    III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

    IV. Perhitungan Dosis

    V. Penimbangan

    Dokter :

    Jl.

    No.SIK

    Makassar

    R/ Diazepam 10 mg

    m.f. supp.dtd.No.II

    s.u.c

    pro :

    umur :

    alamat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    38/59

    38 Modul Farmasetika Dasar

    VI. Pembuatan/ Cara kerja

    VII. Etiket

    Apotek Farmasetika UNHAS

    Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar

    Apoteker :

    No. SIK :

    No. Tgl.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    39/59

    39 Modul Farmasetika Dasar

    PERCOBAAN V

    SEDIAAN FARMASETIK CAIR

    I. SOLUTIONES (LARUTAN)

    Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih

    zat terlarut (solute atau solvendum) berupa zat padat, cair atau gas dalam pelarut

    (solven) yang sesuai, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar

    atau untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh. Untuk larutan steril yang

    digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injeksi.

    Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.

    Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,

    maka zat padat tadi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan kelarutan

    zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20, kecuali

    dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat

    cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut.

    Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan

    dengan istilah berikut:

    Istilah kelarutan

    Jumlah bagian pelarut yang diperlukan

    untuk melarutkan

    Sangat mudah larut

    Mudah larut

    Larut

    Agak sukar larut

    Sukar larutSangat sukar larut

    Praktis tidak larut

    Kurang dari 1

    1 1 0

    10 30

    10 100

    100 10001000 10.000

    Lebih dari 10.000

    INTERAKSI PELARUT ZAT TERLARUT

    Berhubungan dengan kelarutan (solubility) maka dapat terjadi interaksi

    antara pelarut-pelarut, pelarut-zat terlarut dan zat-zat terlarut. Beberapa faktor dan

    konsep yang penting untuk meramal keterlarutan obat adalah :

    1. Polaritas

    2. Co-solvency

    3. Parameter kelarutan

    4. Suhu

    5. Salting out

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    40/59

    40 Modul Farmasetika Dasar

    6. Salting in

    7. Hidrotopi

    8. Pembentukan kompleks

    9. Efek ion senama

    10.Ukuran partikel

    11.Ukuran dan bentuk molekul

    12.Struktur dari air

    Beberapa bahan yang tidak boleh dipanaskan pada saat pengerjaannya

    antara lain:

    1. Ascal, akan terurai menjadi Calcii salicylas dan asam cuka. Begitupun

    aspirin akan terurai jika ada air

    2. Luminal natrium, akan terurai menjadi phenylaethylacethyl-ureum yang

    sukar larut, biarpun pada suhu kamar

    3. Barbital natrium, serupa diatas, menjadi diaethylacetyl-ureum yang sukar

    larut

    4. Chloral hidrat, akan menjadi chloroform dam asam formiat

    5. Natrii subcarbonas, akan menjadi natrii carbonas dan CO2

    6. Senyawa-senyawa perak koloidal; protargol, collargol, targesine, arygrol dll

    Macam-Macam Sediaan Larutan

    Larutan oral

    Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau

    lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut

    dalam air atau campuran konsolven air. Larutan oral yang mangandung sukrosa

    atau gula lain kadar tinggi disebut sirup. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air

    disebut sirup simpleks (64%) v/v. Larutan yang mengandung etanol sebagai

    kosolven disebut eliksir.

    Larutan topikal

    Larutan yang biasanya mengandung air tetapi sering kali mengandung

    pelarut lain seperti etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit.

    Lotio

    Sediaan larutan atau suspensi yang digunakan secara topikal. Contohnya :

    lotio kumerfeldi

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    41/59

    41 Modul Farmasetika Dasar

    Larutan Otik

    Larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan

    pendispersi, untuk penggunaan pada telinga luar. Misal : larutan otik neonisin dan

    polimisin B silfat.

    Spirit

    Larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah

    menguap, umumnya berupa larutan tunggal atau campuran bahan. Spirit harus

    disimpan dalam wadah yang tertutup rapat tidak tembus cahaya. Jika pelarutnya

    air disebut air aromatik

    Sirup

    Sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa

    penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan

    pemberi rasa tapi tidak mengandung zat obat, pembawanya bukan obatatau

    pembawa yang wangi, misalnya: syrup akasia, sirup jeruk, dll.

    Eliksir

    Larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk

    penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Dibanding

    dengan sirup, eliksir kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar

    gula lebih rendah, sehingga kurang efektif dalam menutupi rasa dan bau zat aktif.

    Saturasi, Effervesen dan Netralisasi

    Larutan yang dibuat dengan cara mereaksikan bagian asam dan suatu basa

    (bikarbonat). Pada netralisasi, gas CO2 yang terjadi dibiarkan menguap sampai

    habis. Pada saturasi, larutan tersebut dijenuhkan dengan gas CO2.

    Potiones

    Sediaan yang berupa cairan untuk diminum, dibuat sedemikian rupa hingga

    dapat digunakan sebagai dosis tunggal dalam golume besar, umumnya 50 ml.

    Collyria

    Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas partikel asing, isotonis dan

    digunakan untuk mencuci mata, dapat ditambahkan larutan dapar dan pengawet.

    Wadah yang dipakai dapat wadah dari gelas atau plastik yang tertutup kedap.

    Gargarisma

    Sediaan berupa larutan. Umumnya pekat dan bila digunakan diencerkan

    dulu. Gargarisma digunakan sebagai pencegah infeksi tenggorokan dan tujuan

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    42/59

    42 Modul Farmasetika Dasar

    penggunaan gargarisma ialah agar obatnya dapat langsung mengenai selaput

    lendir yang ada di dalam tenggorokan dan bukan sebagai pelindung selaput lendir

    maka tidak digunakan bentuk suspensi dan bahan berlendir tidak cocok sebagai

    obat kumur. Dalam tiket harus tertera :

    hanya untuk kumur, jangan ditelan.

    Sebelum digunakan diencerkan.

    Mouthwash

    Sediaan yang hampir mirip dengan gargarisma, ditujukan sebagai antiseptik

    mulut. Namun dalam penggunaanya tidak perlu lagi untuk diencerkan dan hanya

    dikumur dalam rongga mulut.

    Contoh Resep Sediaan Larutan

    R/ Ascali 5 Penyelesaian:

    Codein 0,1

    Aqua ad 200

    m.f.potioS.3.d.d.c

    II Suspension

    Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam

    bentuk dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi

    harus halus, tidak boleh cepat mengendap dan bila dikocok perlahan-lahan,

    endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan

    untuk menjamin stabilitas suspensI tetapi kekentalan suspensi harus menjamin

    sediaan mudah dikocok dan dituang.

    Aturan dalam pembuatan suspensi:

    1. Untuk obat berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus

    sebanyak 2% dari jumlah cairan obat minum

    2. Untuk obat tidak berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus

    sebanyak 1% dari jumlah cairan obat minum

    - Pembuatan Ascali dapat dibuat dengan cara 1,2 g calcii

    acetylsalicylas dengan menggerus halus 1 g Acid

    Acetylosalicycum dan dicampur 1/3 g Calcii carbonas

    dalam mortir. Lalu campuran tersebut digerus dengan

    10 g air dingin dan setelah gas C02 keluar larutantersebut disaring.

    - Codein merupakan basa lemah yang larut dalam air

    (1:20)

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    43/59

    43 Modul Farmasetika Dasar

    Keuntungan suspensi adalah:

    - Rasa yang tidak enak dapat ditutupi karena ukuran partikel suspensi besar jadi

    kontak dengan lidah kecil.

    - Suspensi lebih stabil secata kimia dibandibgkan dengan larutan.

    - Dapat digunakan untuk obat-obat yang tidak larut.

    - Mudah diatur penyesuaian dosis untuk anak-anak.

    - Bisa diatur warna dan bau

    Kerugian suspensi

    - Tidak stabil secara termodinamika

    - Ketidakseragaman dosis

    - Adanya pengaruh gravitasi menyebabkan terjadinya sedimentasi

    - Ada obat yang tidak stabil dengan adanya air pada penyimpanan, misalnya

    bebrapa antibiotik.

    -

    Volumenya besar.

    - Penampilan suspensi tidak elegan.

    Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tak larut di

    dalam cairan pembawa adalah langkah yang paling penting. Kadang-kadang

    adalah sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain-lain

    kontaminan.

    Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ-nya besar mereka

    mengambang pada permukaan cairan. Pada serbuk yang halus mudah

    kemasukkan udaa dan sukar dibasahi meskipun ditekan dibawah permukaan dari

    suspense medium.

    Mudah dan sukar terbasahinya serbuk dapat dilihat dari sudut kontak yang

    dibentuk serbuk dengan permukaan cairan.

    s SL

    < 90o = 90o >90o

    Sudut kontak antara 0o 180

    o

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    44/59

    44 Modul Farmasetika Dasar

    Jika interaksi antara padatan dan cairan lebih besar daripada interaksi antara

    padatan dan udara, sudut kontak yang terbentuk antara padatan dengan cairan

    ialah >90, hal ini menyebabkan partikel/padatan tersebut sulit untuk dibasahi

    bahkan akan berada di udara (mengapung) jika sudut kontaknya. Sudut kontak

    dibawah

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    45/59

    45 Modul Farmasetika Dasar

    3. Metode Botol

    Sistem HLB (Hydrophile Lipophile Balance)

    HLB merupakan keseimbangan lipofil dan hidrofil dari suatu surface active dari

    molekul surfaktan. Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil

    surfaktan tersebut, sedangkan makin tinggi nilai HLB surfaktan makin hidrofil

    Contoh perhitungan HLB:

    R/ Stearil Alkohol*

    1,5 (HLB butuh 14)

    Adeps Lanae*

    2 (HLB butuh 10)

    Paraffin cair

    *

    30 (HLB butuh 12)

    Tween 80 10%

    Span 80 10%

    Aqua ad 100

    m.f emulsa

    Jumlah Fase Minyak (*): 1,5 + 2 + 30 = 33,5

    Jumlah HLB butuh dari fase minyak:

    ,

    ,+

    ,+

    ,= ,

    Emulgator yang dibutuhkan pada R/ yaitu 10% dari 100 g = 10 g

    HLB butuh Tween 80 = 15

    HLB butuh Span = 4,3

    HLB butuh fase minyak = 11,9

    Jumlah Span = , ,

    ( , ) ( , , )x 10 g = 7,1 g

    Jumlah Tween = ,

    ( , ) ( , , )x 10 g = 2,9 g

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    46/59

    46 Modul Farmasetika Dasar

    Lembar Kerja

    I. Kelengkapan Resep

    Nama dokter :

    Alamat dokter :

    No. SIK :

    Tgl Resep :

    Paraf dokter :

    Nama pasien :

    Umur pasien :

    Alamat pasien :

    Lain lain :

    II. Khasiat penggunaan resep

    III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

    IV. Perhitungan Dosis

    V. Penimbangan

    Dokter : Marshanda

    Jl. P Kemerdekaan VIII No. 17

    No.SIK

    Makassar

    R/ Amonium Chloride 1

    Efedrin HCl 0,2

    Syr. Simplex 15%

    Ol.m.p gtt III

    m.f potio 100

    S.3.d.d cth II a.c

    pro :

    umur :

    alamat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    47/59

    47 Modul Farmasetika Dasar

    VI. Pembuatan/ Cara kerja

    VII. Etiket

    Apotek Farmasetika UNHASJl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar

    Apoteker :

    No. SIK :

    No. Tgl.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    48/59

    48 Modul Farmasetika Dasar

    I. Kelengkapan Resep

    Nama dokter :

    Alamat dokter :

    No. SIK :

    Tgl Resep :Paraf dokter :

    Nama pasien :

    Umur pasien :

    Alamat pasien :

    Lain lain :

    II. Khasiat penggunaan resep

    III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

    IV. Perhitungan Dosis

    V. Penimbangan

    Dokter : Marshanda

    Jl. P Kemerdekaan VIII No. 17

    No.SIK

    Makassar

    R/ Calamin Lotio 60 ml

    Adde

    Asam borat 2%

    m.f lotio

    S.a.u.c

    pro :

    umur :

    alamat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    49/59

    49 Modul Farmasetika Dasar

    VI. Pembuatan/ Cara kerja

    VII. Etiket

    Apotek Farmasetika UNHASJl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar

    Apoteker :

    No. SIK :

    No. Tgl.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    50/59

    50 Modul Farmasetika Dasar

    I. Kelengkapan Resep

    Nama dokter :

    Alamat dokter :

    No. SIK :

    Tgl Resep :Paraf dokter :

    Nama pasien :

    Umur pasien :

    Alamat pasien :

    Lain lain :

    II. Khasiat penggunaan resep

    III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

    IV. Perhitungan Dosis

    V. Penimbangan

    Dokter :

    Jl. Teratai No.10 Makassar

    No.SIK 2118/B

    Makassar

    R/ Ol. Iecoris Aselli 20

    Syr. Simpleks 25%Oleum Citri gtt III

    m.f emulsa 60

    S.b.d.d Cth II

    pro :

    umur :

    alamat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    51/59

    51 Modul Farmasetika Dasar

    VI. Pembuatan/ Cara kerja

    VII. Etiket

    Apotek Farmasetika UNHASJl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar

    Apoteker :

    No. SIK :

    No. Tgl.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    52/59

    52 Modul Farmasetika Dasar

    PERCOBAAN VI

    SEDIAAN FARMASETIK SEMI PADAT

    Unguentum

    Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan

    digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi

    homogeny dalam dasar salep yang cocok (FI ed.III). Salep tidak boleh berbau

    tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung

    obat keras atau obat narkotika adalah 10%.

    Pembagian dasar salep antara lain:

    1) Dasar salep hidrokarbon, yang terdiri dari:- Vaselin putih dan kuning.

    - Campuran vaselin dengan cera alba/flava.

    - Parafin cair dan parafin padat

    - jelene

    - Minyak tumbuh-tumbuhan.

    2) Dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air, terdiri dari:

    - Lanolin dan Lanolin hidrous.

    - Unguentum simplex (Campuran 30 bagian Caera flava dan 70 bagian

    Minyak wijen)

    - Hydrophilic Petrolatum

    3) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, yaitu terdiri dari:

    - Dasar salep emulsi tipe M/A, seperti Vanishing cream.

    R/ Lanolin 20

    Cetyl alcohol 1,0

    Parafin liquidi 5,0

    Acidi stearinici 9,0

    Kalii hydroxide 0,5

    Propilenglikol 5,0

    Aquadest 77,5

    - Emulsifying ointment

    R/ Emulsifying wax 300

    Vaselini albi 500

    Parafin liquid 200

    - Emulsifying wax

    R/ Cetostearilalkohol 90

    Natriumlaurylsulfat 10

    Aquadest 4 mL

    - Hydropilik ointment, dibuat dari minyak mineral, Stearylalkohol, Mirj 52

    (emulgator tipe M/A), aquadest.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    53/59

    53 Modul Farmasetika Dasar

    4) Dasar salep yang dapat larut dalam air, yaitu terdiri dari PEG, atau campuran

    PEG.

    Cara Pembuatan Salep

    Aturan umumnya ialah :

    a) Zat yang larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan

    rendah.

    b) Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbukkan dan diayak

    dengan deraja ayakan no.100.

    c) Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu

    mendukung/ menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dengan air yang tersedia,

    setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.d) Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harur

    diaduk hingga dingin.

    Tipe-tipe salep yaitu:

    a) Salep berlemak ; merupakan salep dengan basis berlemak seperti basis

    hidrokarbon dan cera.

    b) Pasta berlemak ; merupakan suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat

    padat (serbuk), sebagai dasar salep digunakan Vaselin, paraffin cair. Bahan

    tidak berlemak seperti glycerin, mucilage, atau sabun. Karena itu merupakan

    salep yang tebal, kaku, keras dan tidak meleleh pada suhu badan.

    c) Pasta kering; suatu pasta bebas lemak mengandung 60% zat padat (serbuk).

    d) Salep sejuk; Suatu salep yang mengandung tetes air yang relative besar. Pada

    pemakaian pada kulit, tetes air akan menguap dan menyerap panas tubuh

    mengakibatkan rasa sejuk.

    e) Pasta pendingin; merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,

    dikenal dengan salep tiga dara.

    f) Krim; adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak

    kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar.

    g) Mixtura gojok (Mixtura agintandae) ; suatu bentuk suspensi dari zat padat dalam

    cairan, biasanya terdiri dari air, glycerinum dan alcohol. Mixture gojok biasanya

    mengandung 60% cairan.

    h) Linimentum; umumnya adalah sediaan cairan atau kental, mengandung

    analgetik dan zat yang mempunyai sifat rubefacient melemaskan otot atau

    menghangatkan, digunakan sebagai obat luar.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    54/59

    54 Modul Farmasetika Dasar

    Lembar Kerja

    I. Kelengkapan Resep

    Nama dokter :

    Alamat dokter :

    No. SIK :

    Tgl Resep :

    Paraf dokter :

    Nama pasien :

    Umur pasien :

    Alamat pasien :

    Lain lain :

    II. Khasiat penggunaan resep

    III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

    IV. Perhitungan Dosis

    V. Penimbangan

    Dokter :

    Jl. Teratai No.10 Makassar

    No.SIK 2118/B

    MakassarR/ 2-4 salep 10

    Adde

    Campora 1%

    m.f. Ung.

    s.m.et.v.aplic

    pro :

    umur :

    alamat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    55/59

    55 Modul Farmasetika Dasar

    VI. Pembuatan/ Cara kerja

    VII. Etiket

    Apotek Farmasetika UNHAS

    Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar

    Apoteker :

    No. SIK :

    No. Tgl.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    56/59

    56 Modul Farmasetika Dasar

    I. Kelengkapan Resep

    Nama dokter :

    Alamat dokter :

    No. SIK :

    Tgl Resep :Paraf dokter :

    Nama pasien :

    Umur pasien :

    Alamat pasien :

    Lain lain :

    II. Khasiat penggunaan resep

    III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

    IV. Perhitungan Dosis

    V. Penimbangan

    Dokter :

    Jl. Teratai No.10 Makassar

    No.SIK 2118/B

    Makassar

    R/Pasta Exsiccans 10

    s.a.u.e

    pro :

    umur :

    alamat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    57/59

    57 Modul Farmasetika Dasar

    VI. Pembuatan/ Cara kerja

    VII. Etiket

    Apotek Farmasetika UNHASJl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar

    Apoteker :

    No. SIK :

    No. Tgl.

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    58/59

    58 Modul Farmasetika Dasar

    I. Kelengkapan Resep

    Nama dokter :

    Alamat dokter :

    No. SIK :

    Tgl Resep :Paraf dokter :

    Nama pasien :

    Umur pasien :

    Alamat pasien :

    Lain lain :

    II. Khasiat penggunaan resep

    III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

    IV. Perhitungan Dosis

    V. Penimbangan

    Dokter :

    Jl. Teratai No.10 Makassar

    No.SIK 2118/B

    Makassar

    R/ Vanishin Cream 10

    addeSalycilic acid 1%

    m.f. cream

    s.a.u.e

    pro :

    umur :

    alamat

  • 5/28/2018 76879103 Modul Farmasetika

    59/59

    59 Modul Farmasetika Dasar

    VI. Pembuatan/ Cara kerja

    VII. Etiket

    Apotek Farmasetika UNHAS

    Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar

    Apoteker :

    No. SIK :

    No. Tgl.