modul ajar dokumentasi keperawatan iieprints.ukh.ac.id/id/eprint/692/1/modul ajar... · modul mata...

68
i MODUL AJAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN II Penulis Endang Zulaicha Susilaningsih DIPLOMA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN 2018

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    MODUL AJAR

    DOKUMENTASI KEPERAWATAN II

    Penulis

    Endang Zulaicha Susilaningsih

    DIPLOMA KEPERAWATAN

    STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

    TAHUN 2018

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah,

    pertolongan dan karuniaNya modul praktikum ini dapat diselesaikan dan

    diterbitkan.

    Modul praktikum Dokumentasi Keperawatan ini menjelaskan tentang proses

    pembelajaran dari praktikum Dokumentasi Keperawatan yang ada pada

    Kurikulum Pendidikan D III Keperawatan tahun 2014, sebagai pegangan bagi

    dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di laboratorium

    sesuai dengan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan

    konten pembelajaran yang dibahas selama proses belajar terstandar untuk semua

    dosen pada pendidikan D III Keperawatan.

    Pembelajaran praktikum ini telah disesuaikan dengan kurikulum dari segi

    kedalaman dan keluasan materi pembelajaran, serta menggunakan strategi

    pembelajaran menggunakan pendekatan Student Center Learning (SCL).

    Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan agar pembelajaran praktikum

    Dokumentasi Keperawatan menjadi terarah, mudah, berorientasi pada pendekatan

    SCL dan terutama mempunyai kesamaan dalam keluasan dan kedalaman materi

    pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

    dan menghantar mahasiswa untuk berhasil dengan baik pada ujian akhir ataupun

    Uji Kompetensi.

    Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kaprodi D III Keperawatan STIKes

    Kusuma Husada Surakarta dan segenap dosen serta semua pihak yang telah

    berkontribusi sampai terbitnya modul praktikum ini. Semoga modul ini dapat

    bermanfaat bagi dosen maupun mahasiswa program DIII Keperawatan.

    Surakarta, Oktober 2018

    Penulis,

    Endang Zulaicha Susilaningsih, S.Kp., M.Kep.

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ........................................... i

    PENGESAHAN ........................................... ii

    KATA PENGANTAR ........................................... iii

    DAFTAR ISI ........................................... iv

    PENJELASAN MATA KULIAH ........................................... v

    MODUL 2 1

    BAB I ASPEK LEGAL DAN DASAR-

    DASAR PENDOKUMENTASIAN

    KEPERAWATAN

    ........................................... 3

    LATIHAN SOAL 1 …………………………... 11

    BAB II DOKUMENTASI PENGKAJIAN

    KEPERAWATAN ........................................... 12

    LATIHAN SOAL 2 …………………………... 25

    BAB III DOKUMENTASI DIAGNOSIS

    KEPERAWATAN

    ........................................... 27

    LATIHAN SOAL 3 …………………………... 43

    BAB IV DOKUMENTASI RENCANA

    TINDAKAN KEPERAWATAN ........................................... 46

    BAB. V DOKUMENTASI TINDAKAN

    KEPERAWATAN ........................................... 55

    BAB VI DOKUMENTASI EVALUASI

    KEPERAWATAN ........................................... 60

    RANGKUMAN …………………………... 62

    KUNCI JAWABAN …………………………... 63

    DAFTAR PUSTAKA …………………………... 64

  • iv

    PENJELASAN MATA KULIAH

    Saat ini Anda sedang mempelajari Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan II.

    Mata Kuliah Dokumentasi Keperawatan ini mempunyai bobot kredit 3 sks yang

    dikemas dalam 4 modul meliputi Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan 1,

    Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan 2. Mata Kuliah ini menjelaskan tentang

    konsep-konsep dan panduan bagaimana mendokumentasikan asuhan keperawata

    secara tepat, sesuai dengan proses keperawatan yaitu: pengkajian, penegakan

    diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

    Modul mata kuliah Dokumentasi Keperawatan ini terdiri dari dua modul, yaitu:

    1. Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan 1

    2. Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan 2

    Setelah mempelajari modul pada mata kuliah Dokumentasi Keperawatan,

    mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang cara dokumentasi yang tepat

    sesuai dengan kaidah SDKI, SLKI, dan SIKI.

    Untuk memudahkan Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini, maka

    silahkan Anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut:

    1. Pelajari secara berurutan Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan 1 dan 2

    2. Bacalah dengan teliti setiap materi yang disampaikan dalam setiap kegiatan

    belajar.

    3. Buatlah ringkasan dari materi yang dibahas untuk memudahkan Anda

    mengingat.

    4. Apabila Anda mengalami kesulitan maka diskusikan dengan teman Anda dan

    konsultasikan kepada fasilitator.

    5. Keberhasilan proses belajar Anda dalam mempelajari materi dalam modul ini

    tergantung dari ketelitian dan kesungguhan Anda dalam belajar.

    6. Rutinlah belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun berkelompok

    dengan teman sejawat Anda.

    Penulis berharap Anda dapat mengikuti keseluruhan modul dan kegiatan belajar

    dalam modul ini dengan baik.

  • MODUL 2

    DOKUMENTASI KEPERAWATAN: PENGKAJIAN, DIAGNOSIS

    KEPERAWATAN, INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI.

    Saat ini Anda sedang mempelajari Modul Dokumentasi Keperawatan II. Modul

    ini akan membahas tentang bagaimana melakukan dokumentasi keperawatan,

    dimulai dengan pengkajian, menegakkan diagnosis keperawatan, intervensi,

    implementasi dan evaluasi menggunakan sumber-sumber yang direkomendasikan,

    yaitu: SDKI, SLKI, dan SIKI.

    Fokus pembahasan pada Modul Dokumentasi Keperawatan II ini adalah

    bagaimana mahasiswa dapat menuliskan dokumentasi keperawatan secara benar

    dan tepat, dari mulai pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi,

    dan evaluasi keperawatan. Modul ini terdiri dari enam BAB, yaitu sebagai berikut:

    A. BAB I : Aspek Legal dan Dasar–dasar Pendokumentasian Keperawatan

    B. BAB II : Dokumentasi Pengkajian Keperawatan

    C. BAB III : Dokumentasi Diagnosis Keperawatan

    D. BAB IV : Dokumentasi Rencana Tindakan Keperawatan

    E. BAB V : Dokumentasi Tindakan Keperawatan

    F. BAB VI : Dokumentasi Evaluasi Keperawatan

    Adapun hal-hal yang harus Anda persiapkan dalam membaca modul ini adalah:

    1. Pelajari secara berurutan Modul Ajar Dokumentasi Keperawatan ini dimulai

    dari BAB I sampai BAB VI

    2. Bacalah modul secara cermat dan bentuklah kelompok diskusi.

    3. Buat ringkasan dari materi yang dibahas untuk memudahkan Anda

    mengingat.

    4. Kerjakan setiap latihan soal sebagai evaluasi proses pembelajaran untuk

    setiap materi yang dibahas dan cocokkan jawaban Anda dengan kunci yang

    disediakan pada halaman terakhir modul.

    5. Jika Anda mengalami kesulitan diskusikan dengan teman Anda dan

    konsultasikan kepada fasilitator

  • 2

    6. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam memahami materi dalam

    modul ini tergantung dari kesungguhan Anda dalam belajar dan mengerjakan

    latihan.

    Kami berharap Anda dapat memahami isi keseluruhan modul dan bagian

    dengan baik.

    SELAMAT BELAJAR SEMOGA SUKSES.

  • 3

    BAB I

    ASPEK LEGAL DAN DASAR – DASAR PENDOKUMENTASIAN

    KEPERAWATAN

    A. Pendahuluan

    Dokumen adalah suatu catatan atau rekaman yang dapat dibuktikan

    keabsahannya atau dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.

    Dokumentasi sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak tentang suatu

    pelaksanaan peristiwa tertentu atau suatu keadaan tertentu dan dapat dijadikan

    bukti hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah suatu rangkaian proses

    “action” dari mencatat atau merekam peristiwa dari suatu objek atau aktifitas

    pemberian jasa atau pelayanan yang dianggap berharga dan penting.

    Dokumentasi keperawatan adalah suatu bukti dari kegiatan pencatatan atau

    pelaporan dari semua aktifitas yang berkaitan dengan pemberian atau

    pelaksanaan proses keperawatan yang berguna bagi kepentingan klien,

    perawat dan mitra kerja. Dokumentasi keperawatan dapat juga diartikan

    sebagai suatu informasi lengkap yang meliputi status kesehatan klien,

    kebutuhan klien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons klien terhadap

    asuhan keperawatan yang diterimanya.

    Proses pendokumentasian semestinya dibuat segera setelah selesai

    memberikan proses keperawatan kepada klien, proses pencatatannya

    merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan serta membentuk

    sirkulus yang tidak terputus. Proses tersebut dimulai dari upaya mendapatkan

    data melalui wawancara baik langsung atau tidak langsung, atau melalui

    kuisioner, selanjutnya proses diteruskan dengan mencatat dan memilah data

    untuk dimasukkan dalam kelompok tertentu, lalu menginput data sesuai

    dengan jenisnya, diteruskan dengan menganalisa data yang diperlukan dengan

    memperhatikan data yang ditemukan, menarik kesimpulan dari data dan

  • 4

    menentukan rencana yang akan dilakukan, melaksanakan rencana tersebut dan

    pada akhirnya melakukan evaluasi serta membuat umpan balik untuk

    menyempurnakan hasil.

    B. Tujuan

    Dokumentasi keperawatan merupakan dokumen rahasia yang mencatat semua

    pelayanan keperawatan klien, catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu

    catatan yang mempunyai banyak manfaat dan penggunaan.

    1. Tujuan utama

    Dokumentasi keperawatan merupakan standar kinerja professional yang

    memiliki tujuan utama untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang

    terkait dengan penjaminan mutu, riset, etika dan kinerja keperawatan.

    2. Tujuan khusus

    Tujuan khusus pendokumentasian keperawatan adalah untuk:

    a. Mengidentifikasi status kesehatan/kebutuhan klien, merencanakan,

    melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan

    b. Menghindari kesalahan, tumpang tindih dan ketidaklengkapan

    informasi dalam asuhan keperawatan

    c. Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama perawat

    atau pihak lain melalui komunikasi tulisan

    d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan

    e. Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan

    f. Memberikan perlindungan secara hukum bagi tenaga keperawatan

    g. Memberikan data bagi penelitian, penulisan karya ilmiah, dan

    penyempurnaan standar asuhan keperawatan

    h. Melindungi klien dari tindakan malpraktek.

    C. Fungsi Dokumentasi Keperawatan

    Dokumentasi keperawatan berfungsi sebagai:

    a. Wujud bukti kualitas asuhan keperawatan

    b. Pertanggungjawaban etik dan legal aspek

  • 5

    c. Informasi terhadap perlindungan individu

    d. Bukti aplikasi standar praktik keperawatan

    e. Sumber informasi statistik, keuangan, pendidikan dan riset keperawatan

    f. Komunikasi tindakan keperawatan

    g. Sumber data bagi perencanaan pelayanan kesehatan di masa akan datang

    D. Manfaat Dokumentasi Keperawatan

    Ada beberapa manfaat dokumentasi keperawatan dalam proses keperawatan,

    yaitu:

    1. Manfaat bagi Klien

    Klien mendapatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas, efektif, dan

    efisien. Asuhan keperawatan yang diberikan telah diseleksi sesuai dengan

    kebutuhan klien melalui penelusuran data, rumusan permasalahan yang

    matang, diagnosis keperawatan yang tepat, rencana yang terarah, tindakan

    yang sesuai dengan rencana, dan penilaian yang dilakukan secara terus-

    menerus.

    2. Manfaat bagi Tenaga Keperawatan

    Proses keperawatan akan meningkatkan kemandirian tenaga keperawatan

    dan pelaksanaan asuhan keperawatan dan tidak bergantung pada profesi

    lain. Proses ini juga memberi kepuasan yang optimal bagi tenaga

    keperawatan yang berhasil dalam pelaksanaan asuhan keperawatannya.

    3. Manfaat bagi Institusi

    Institusi pelayanan akan merasakan manfaat, antara lain klien merasa puas,

    cepat sembuh, pelayanan yang bermutu sekaligus merupakan promosi bagi

    institusi tersebut. Dengan demikian, kesembuhan klien meningkat dan

    keuntunganpun meningkat, serta citra institusi bertambah baik di mata

    masyarakat.

    E. Standar Dokumentasi Perawat

    Diperlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat pola pencatatan dan

    sebagai pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan tindakan

  • 6

    keperawatan. Fakta tentang kemampuan perawat dalam pendokumentasian

    ditunjukkan pada keterampilan menuliskan sesuai dengan standar dokumentasi

    yang konsisten, pola yang efektif, lengkap dan akurat. Penggunaan pola

    standar dokumentasi yang efektif meliputi :

    1. Kepatuhan terhadap aturan pendokumentasian yang ditetapkan oleh

    profesi atau pemerintah

    2. Standar profesi keperawatan dituliskan ke dalam catatan kesehatan, data

    yang ada menjabarkan apa yang dilakukan perawat.

    3. Perawat mempunyai kewenangan untuk merumuskan diagnosis

    keperawatan dan intervensi keperawatan terhadap respon klien terhadap

    masalah kesehatan klien aktual, risiko, atau promosi kesehatan.

    4. Peraturan tentang praktik keperawatan dapat dilihat pada catatan

    pelayanan kesehatan. Data yang tertulis menunjukan kegiatan perawat

    yang independen dan interdependen. Diagnosis keperawatan tidak secara

    khusus mempunyai ijin mendiagnosis masalah medis sebaliknya diagnosis

    medis tidak terdapat pada catatan keperawatan, tetapi diagnosis

    keperawatan dituliskan pada catatan keperawatan.

    5. Pedoman akreditasi harus diikuti, penekanan yang khusus pada data

    tentang kegiatan observasi dan evaluasi. Tahap pada proses keperawatan

    adalah dituliskannya data setiap klien pada waktu masuk rumah sakit

    sampai pulang.

    F. Aspek Legal Pendokumentasian

    Beberapa pasal dari Undang-Undang yang terkait dengan keharusan profesi

    melakukan dokumentasi adalah:

    1. Pasal 13 UU No. 44 Tahun 2009 tentang RS: Setiap tenaga kesehatan yang

    bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi,

    standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang

    berlaku, etika profesi, menghormati hak klien dan mengutamakan

    keselamatan klien

  • 7

    2. Pasal 66 UU No. 36 Tahun 2014 tentang Nakes. Setiap tenaga kesehatan

    dalam menjalankan praktik berkewajiban untuk mematuhi standar profesi,

    standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional

    3. Pasal 30 UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan: dalam

    menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat

    berwenang untuk menegakkan diagnosis keperawatan.

    G. Model Dokumentasi Keperawatan

    Berdasarkan penjelasan Ali (2009), Dokumentasi keperawatan merupakan

    dokumentasi yang legal bagi profesi keperawatan. Oleh karena itu,

    dokumentasi keperawatan harus memenuhi standar yang telah ditentukan.

    Komisi Gabungan Akreditasi Organisasi Pelayanan Kesehatan (JCAHO)

    merekomendasikan standar dokumentasi keperawatan yang meliputi:

    1. Pengkajian awal dan pengkajian ulang.

    2. Diagnosis keperawatan dan kebutuhan asuhan keperawatan klien.

    3. Rencana tindakan asuhan keperawatan.

    4. Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan atas respon klien.

    5. Hasil dari asuhan keperawatan dan kemampuan untuk tindak lanjut asuhan

    keperawatan setelah klien dipulangkan.

    H. Syarat Dokumentasi Keperawatan

    Dokumentasi keperawatan harus memenuhi beberapa syarat agar diperoleh

    dokumentasi yang bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan serta

    dipertanggunggugatkan, yaitu:

    1. Kesederhanaan

    Penggunaan kata-kata yang sederhana, mudah dibaca, mudah dimengerti,

    dan menghindari istilah yang sulit dipahami.

    2. Keakuratan

    Data yang diperoleh harus benar-benar akurat berdasarkan informasi yang

    telah dikumpulkan.

  • 8

    3. Kesabaran

    Gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi keperawatan dengan

    meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran terhadap data klien yang

    telah atau sedang diperiksa.

    4. Ketepatan

    Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat yang mutlak.

    5. Kelengkapan

    Pencatatan terhadap semua pelayanan yang diberikan tanggapan

    perawat/klien. Kejelasan dan keobjektifan dokumentasi keperawatan

    memerlukan kejelasan dan keobjektifan dari data-data yang ada bukan

    merupakan data fiktif dan samar yang dapat menimbulkan kerancuan.

    I. Teknik Dokumentasi Asuhan Keperawatan

    Indriono (2011) menerangkan dalam pendokumentasian ada 3 teknik, yaitu:

    teknik naratif, teknik flow sheet, dan teknik checklist.

    Teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Naratif

    Bentuk dokumentasi naratif adalah merupakan pencatatan tradisonal dan

    dapat bertahan paling lama serta merupakan sistem pencatatan yang

    fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh sumber asal dari

    dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi pada

    sumber. Sumber atau asal dokumentasi dapat di peroleh dari siapa saja,

    termasuk dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk

    memberikan informasi. Setiap narasumber memberikan hasil

    observasinya, menggambarkan aktifitas dan evaluasinya yang unik. Cara

    penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/ kronologisnya.

    Keuntungan pendokumentasian catatan naratif, yaitu:

    a. Pencatatan secara kronologis memudahkan penafsiran secara berurutan

    kejadian dari asuhan / tindakan yang dilakukan.

    b. Memberi kebebasan kepada perawat untuk mencatat menurut gaya

    yang disukainya.

  • 9

    c. Format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian

    perubahan, intervensi, reaksi klien dan outcomes.

    Kelemahan pendokumentasian catatan naratif:

    a. Pencatatan jenis ini cenderung menjadi kumpulan data yang terputus-

    putus, tumpang tindih dan mungkin catatannya kurang berarti.

    b. Kadang-kadang sulit mencari informasi tanpa membaca seluruh

    catatan atau sebagian besar catatan tersebut.

    c. Perlu meninjau catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui

    gambaran klinis klien secara menyeluruh.

    d. Pencatatan memerlukan banyak waktu karena format yang polos

    menuntut pertimbangan kehati-hatian dalam menentukan informasi

    yang perlu dicatat setiap klien.

    e. Kronologis urutan peristiwa dapat mempersulit interpretasi karena

    informasi yang bersangkutan mungkin tidak tercatat pada tempat yang

    sama.

    f. Mengikuti perkembangan klien bisa menyita banyak waktu.

    2. Flowsheet (bentuk grafik)

    Flowsheet memungkinkan perawat untuk mencatat hasil observasi atau

    pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara

    naratif, termasuk data klinik klien tentang tanda-tanda vital (tekanan darah,

    nadi, pernapasan, suhu), berat badan, jumlah masukan dan keluaran cairan

    dalam 24 jam dan pemberian obat.

    Flowsheet merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat

    informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui

    keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flowsheet.

    Oleh karena itu flowsheet lebih sering digunakan di unit gawat darurat,

    terutama data fisiologis. Flowsheet sendiri berisi hasil observasi dan

    tindakan tertentu. Beragam format mungkin digunakan dalam pencatatan

    walau demikian daftar masalah, flowsheet dan catatan perkembangan

    adalah syarat minimal untuk dokumentasi klien yang adekuat/memadai.

  • 10

    3. Checklist

    Checklist adalah suatu format yang dibuat dengan pertimbangan dari

    standar dokumentasi keperawatan sehingga memudahkan perawat untuk

    mengisi dokumentasi karena hanya tinggal mengisi item yang sesuai

    dengan keadaan klien dengan mencentang. Jika harus mengisi angka maka

    pengisian sangat ringkas pada data vital sign.

    Keuntungan penggunaan format dokumentasi checklist (Yulistiani,

    Sodikin, Suprihatiningsih, dan Asiandi, 2003):

    a. Bagi Perawat

    1) Waktu pengkajian efisien.

    2) Lebih banyak waktu dengan klien dalam melakukan tindakan

    keperawatan sehingga keperawatan yang paripurna dan

    komprehensif dapat direalisasikan.

    3) Mengantisipasi masalah risiko ataupun promosi kesehatan yang

    berhubungan dengan komplikasi yang mungkin timbul.

    4) Keilmuwan keperawatan dapat dipertanggungjawabkan secara

    legalitas dan akuntabilitas keperawatan dapat ditegakkan.

    b. Untuk Klien dan Keluarga

    1) Biaya perawatan dapat diperkirakan sebelum klien memutuskan

    untuk rawat inap/rawat jalan.

    2) Klien dan keluarga dapat merasakan kepuasan akan makna asuhan

    keperawatan yang diberikan selama dilakukan tindakan

    keperawatan.

    3) Kemandirian klien dan keluarganya dapat dijalin dalam setiap

    tindakan keperawatan dengan proses pembelajaran selama asuhan

    keperawatan diberikan.

    4) Perlindungan secara hukum bagi klien dapat dilakukan kapan saja

    bila terjadi malpraktek selama perawatan berlangsung.

  • 11

    LATIHAN SOAL I

    1. Manfaat dokumentasi keperawatan dibawah ini, kecuali:

    A. Meningkatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas.

    B. Kemandirian tenaga keperawatan

    C. Mutu institusi pelayanan

    D. Pelayanan yang komprehensif dan bermutu

    E. Menghambat pemahaman klien terhadap penyakitnya

    2. Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat

    berwenang untuk menegakkan diagnosis keperawatan:

    A. Pasal 13 UU No. 44 Tahun 2009

    B. Pasal 30 UU No. 38 Tahun 2014

    C. Pasal 66 UU No. 36 Tahun 2014

    D. Pasal 13 UU No. 45 Tahun 2009

    E. Pasal 67 UU No. 37 Tahun 2014

    3. Syarat dokumentasi keperawatan diantaranya adalah:

    A. Lengkap dan panjang

    B. Singkat dan padat

    C. Akurat dan lengkap

    D. Sederhana dan memadai

    E. Perlu kesabaran dan berbelit-belit

    4. Macam-macam teknik dokumentasi keperawatan adalah:

    A. Grafik D. Diagram pie

    B. Tabel E. Prosa

    C. Diagram batang

    5. Keuntungan pencatatan naratif adalah:

    A. Waktu pengkajian efisien

    B. Lebih banyak waktu yang dapat digunakan bersama klien

    C. Memudahkan perawat mengisi dokumentasi

    D. Memberi kebebasan mencatat menurut gaya yang disukainya

    E. Biaya perawatan dapat diperkirakan sebelumnya

  • 12

    BAB II

    DOKUMENTASI PENGKAJIAN KEPERAWATAN

    A. Pendahuluan

    Dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan, perawat harus

    mengikuti beberapa tahapan dokumentasi asuhan keperawatan. Asuhan

    keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

    keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien berdasarkan

    kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi dengan menggunakan proses

    keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi,

    implementasi dan evaluasi.

    Kegiatan utama dalam tahap pengkajian ini adalah pengumpulan data,

    pengelompokan data, dan analisis data guna perumusan diagnosis

    keperawatan. Pengumpulan data merupakan aktivitas perawat dalam

    mengumpulkan informasi yang sistemik tentang klien. Pengumpulan data

    ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data yang penting dan

    akurat tentang klien (Asmadi, 2008).

    Setelah mempelajari BAB 2 ini, diharapkan Anda dapat menjelaskan tentang:

    1. Pengertian dan tujuan pengkajian

    2. Tipe pengkajian

    3. Cara pengumpulan data: tipe data, sumber data, metode pengumpulan data

    4. Jenis format pengkajian

    5. Cara mendokumentasikan pengkajian keperawatan

    B. Dokumentasi Pengkajian

    1. Pengertian

    Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

    dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari klien, membuat data

    dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan klien.

  • 13

    Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk

    mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat.

    Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

    suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai

    sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

    klien. Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan,

    kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis

    keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan

    respon individu sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik

    keperawatan dari ANA (American Nurses Association) (Handayaningsih,

    2007).

    2. Tujuan

    Tujuan dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang cukup

    dalam menentukan strategi perawatan.

    Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan, mengorganisasikan, dan

    mencatat data-data yang menjelaskan respon tubuh manusia yang

    diakibatkan oleh masalah kesehatan.

    Pencatatan pengkajian keperawatan bertujuan (Ali, 2009):

    a. Mengidentifikasi kebutuhan unik klien dan respon klien terhadap

    masalah/diagnosis keperawatan yang akan mempengaruhi layanan

    keperawatan yang akan diberikan.

    b. Mengonsolidasikan dan mengorganisasikan informasi yang diperoleh

    dari berbagai sumber ke dalam sumber yang bersifat umum sehingga

    pola kesehatan klien dapat dievaluasi dan masalahnya dapat

    teridentifikasi.

    c. Menjamin adanya informasi dasar yang berguna yang memberikan

    referensi untuk mengukur perubahan kondisi klien.

    d. Mengidentifikasi karakteristik unik dari kondisi klien dan responnya

    yang mempengaruhi perencanaan keperawatan dan tindakan

  • 14

    keperawatan, menyajikan data yang cukup bagi kebutuhan klien untuk

    tindakan keperawatan.

    e. Menjadi dasar bagi pencatatan rencana keperawatan yang efektif.

    C. Tipe pengkajian

    Terdapat 3 jenis dokumentasi yaitu Initial Assesment, Ongoing Assesment,

    dan Re-assesment. Dikenal dua jenis data pada pengkajian yaitu data objektif

    dan subjektif. Perawat perlu memahami metode memperoleh data. Dalam

    memperoleh data tidak jarang terdapat masalah yang perlu diantisipasi oleh

    perawat. Data hasil pengkajian perlu didokumentasikan dengan baik.

    D. Metode Pengkajian

    Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah

    wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik.

    1. Wawancara

    Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data secara

    langsung antara perawat dan klien. Data wawancara adalah semua

    ungkapan klien, tenaga kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan

    termasuk keluarga, teman, dan orang terdekat klien.

    2. Observasi

    Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan

    visual dengan menggunakan panca-indra. Kemampuan melakukan

    observasi merupakan keterampilan tingkat tinggi yang memerlukan

    banyak latihan. Unsur terpenting dalam observasi adalah mempertahankan

    objektivitas penilaian. Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa

    yang dilihat, dirasa, didengar, dicium, dan dikecap akan lebih akurat

    dibandingkan mencatat interpretasi seseorang tentang hal tersebut.

    3. Pemeriksaan

    Pemeriksaan adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna

    menentukan ada/tidaknya penyakit yang didasarkan pada hasil

    pemeriksaan fisik dan laboratorium. Cara pendekatan sistematis yang

  • 15

    dapat digunakan perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik adalah

    pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe) dan

    pendekatan sistem tubuh (review of system).

    Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan empat metode, yakni

    inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.

    a. Inspeksi.

    Secara sederhana, inspeksi didefinisikan sebagai kegiatan melihat

    atau memperhatikan secara seksama status kesehatan klien.

    b. Auskultasi.

    Auskultasi adalah langkah pemeriksaan fisik dengan menggunakan

    stetoskop yang memungkinkan pemeriksa mendengar bunyi keluar

    dari rongga tubuh klien. Auskultasi dilakukan untuk mendapatkan

    data tentang kondisi jantung, paru, dan saluran pencernaan.

    c. Perkusi.

    Perkusi atau periksa ketuk adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara

    mengetuk secara pelan jari tengah menggunakan jari yang lain untuk

    menentukan posisi, ukuran, dan konsistensi struktur suatu organ

    tubuh.

    d. Palpasi.

    Palpasi atau periksa raba adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara

    meraba atau merasakan kulit klien untuk mengetahui struktur yang

    ada dibawah kulit.

    E. Model Pendokumentasian

    Ada beberapa model dokumentasi keperawatan yang dapat dipergunakan

    dalam sistem pelayanan kesehatan atau keperawatan antara lain (Hidayat,

    2002):

    1. Scuere-Oriented Record (catatan berorientasi pada sumber)

    Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang

    mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian

    tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran

  • 16

    riwayat dan perkembangan penyakit, perawat menggunakan catatan

    perkembangan, begitu pula disiplin ilmu lain mempunyai catatan masing-

    masing.

    2. Problem-Oriented Record (catatan orientasi pada masalah)

    Model ini memusatkan data tentang klien, data didokumentasikan dan

    disusun menurut masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini

    mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh

    dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian

    layanan kepada klien.

    3. Progress-Oriented Record (catatan berorientasi pada perkembangan)

    Tiga jenis catatan perkembangan yaitu catatan perawat, lembar alur (flow

    sheet) dan catatan pemulangan atau ringkasan rujukan. Ketiga jenis ini

    digunakan baik pada sistem dokumentasi yang berorientasi pada sumber

    maupun berorientasi pada masalah.

    4. Charting-By Exception (CBE)

    Charting-By Exception adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat

    secara naratif dari hasil atau pemantauan yang menyimpang dari keadaan

    normal atau standar.

    5. Problem Intervention and Evaluation (PIE)

    Sistem pencatatan PIE adalah suatu pendekatan orientasi proses pada

    dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosis

    keperawatan.

    6. Fokus (Proses Oriented System)

    Pencatatan fokus adalah suatu prosesorientasi yang berfokus pada klien.

    Hal ini digunakan pada proses keperawatan untuk mengorganisir

    dokumentasi asuhan keperawatan. Perubahan yang berdampak terhadap

    terhadap dokumentasi keperawatan.

    F. Prinsip-prinsip Pendokumentasian Pengkajian

    Keperawatan Menurut Potter & Perry (2005), petunjuk cara

    pendokumentasian yang benar yaitu:

  • 17

    1. Jangan menghapus menggunakan tipe-x atau mencatat tulisan yang salah,

    ketika mencatat yang benar menggunakan garis pada tulisan yang salah,

    kata salah lalu di paraf kemudian tulis catatan yang benar.

    2. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun tenaga

    kesehatan lain. Karena bisa menunjukkan perilaku yang tidak profesional

    atau asuhan keperawatan yang tidak bermutu.

    3. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis

    diikuti kesalahan tindakan.

    4. Catatan harus akurat, teliti dan reliabel, pastikan apa yang ditulis adalah

    fakta, jangan berspekulatif atau menulis perkiraan saja.

    5. Jangan biarkan bagian kososng pada akhir catatan perawat, karena dapat

    menambahkan informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi,

    untuk itu buat garis horizontal sepanjang area yang kosong dan bubuhkan

    tanda tangan dibawahnya.

    6. Semua catatan harus dapat dibaca dan ditulis dengan tinta dan

    menggunakan bahasa yang jelas.

    7. Jika perawat mengatakan sesuatu instruksi, catat bahwa perawat sedang

    mengklarifikasikan, karena jika perawat melakukan tindakan diluar batas

    kewenangannya dapat dituntut.

    8. Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan

    bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya.

    9. Hindari penggunaan tulisan yang bersifat umum (kurang spesifik), karena

    informasi yang spesifik tentang kondisi klien atas kasus bisa secara tidak

    sengaja terhapus jika informasi terlalu umum. Oleh karena itu tulisan harus

    lengkap, singkat, padat dan obyektif.

    10. Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditandatangani setiap

    selesai menulis dokumentasi. Dengan demikian dokumentasi keperawatan

    harus obyektif, komprehensif, akurat dan menggambarkan keadaan klien

    serta apa yang terjadi pada dirinya.

    11. Agar mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam.

  • 18

    G. Tahapan Kegiatan Pengkajian

    Dalam melakukan pengkajian keperawatan ada lima tahapan kegiatan yaitu

    pengumpulan data, analisis data, sistematika data, penentuan masalah dan

    dokumentasi data.

    1. Pengumpulan data (PULTA)

    Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang

    dilakukan secara sistematis untuk menentuan masalah-masalah, serta

    kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan

    informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari

    informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah

    yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunaan untuk

    menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan,

    serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

    Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial

    assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing

    assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data

    (re-assessment).

    a. Tipe Data:

    Terdapat beberapa tipe data yang berguna dalam pengumpulan data

    yang perlu diketahui, yaitu:

    1) Data Subjektif

    Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat

    terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa

    ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien

    tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan

    lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu.

    2) Data Objektif

    Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh

    menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama

    pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan

    darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.

  • 19

    b. Karakteristik Data

    Karakteristik data pada saat pengumpulan data harus memenuhi

    persyaratan dibawah ini, yaitu:

    1) Lengkap

    Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi

    masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan

    selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai

    masalah klien tersebut misalnya dengan menanyakan hal-hal

    sebagai berikut: apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsu

    makan atau disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola

    makan atau hal-hal yang patologis? Bagaimana respon klien

    mengapa tidak mau makan.

    2) Akurat dan nyata

    Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara

    akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang

    didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan/validasi

    terhadap semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat

    merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah

    dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat

    yang lebih senior dan ahli. Misalnya, pada saat observasi: klien

    selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua

    tangannya, maka perawat berusaha mengajak klien

    berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab

    pertanyaan perawat. Selama sehari klien tidak mau makan

    makanan yang diberikan, jika keadaan klien tersebut ditulis oleh

    perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan

    perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual.

    Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi

    klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada

    saat pengkajian.

  • 20

    3) Relevan

    Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan

    banyak sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita

    waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi

    dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas.

    Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien,

    yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai

    dengan situasi khusus.

    c. Sumber Data

    1) Sumber data primer

    Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat

    menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah

    kesehatan klien.

    2) Sumber data sekunder

    Jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam

    berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien

    dalam kondisi tidak sadar, maka informasi dapat diperoleh

    melalui orang terdekat seperti orang tua, suami atau istri, anak,

    teman klien.

    3) Sumber data lainnya

    a) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya.

    Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber

    informasi yang dapat mendukung rencana tindakan

    perawatan.

    b) Riwayat penyakit

    Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan

    riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang

    diperoleh adalah hal-hal yang difokuskan pada identifikasi

    patologis dan untuk menentukan rencana tindakan medis.

  • 21

    c) Konsultasi

    Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim

    kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosis

    medis atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan

    medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu

    menegakkan diagnosis.

    d) Hasil pemeriksaan diagnostik

    Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik,

    dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat

    disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil

    pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu

    mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan.

    e) Perawat lain

    Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya,

    maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang

    telah merawat klien sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan

    tindakan keperawatan yang telah diberikan.

    f) Kepustakaan.

    Untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif,

    perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan

    masalah klien. Memperoleh literatur sangat membantu

    perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar

    dan tepat.

    Metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara, observasi,

    pemeriksaan fisik serta studi dokumentasi.

    2. Analisa Data

    Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya

    berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan

    pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan

    analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan

  • 22

    menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang

    relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan

    dan keperawatan klien.

    a. Fungsi analisa data

    Beberapa fungsi analisa data adalah:

    1) Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga

    data yang diperoleh memiliki makna dan arti dalam menentukan

    masalah dan kebutuhan klien

    2) Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan

    alternatif pemecahan masalah yang dituangkan dalam rencana

    asuhan keperawatan, sebelum melakukan tindakan keperawatan.

    b. Pedoman Analisa Data:

    Pedoman dalam melakukan analisa data adalah sebagai berikut:

    1) Menyusun kategorisasi data secara sistematis dan logis

    2) Identifikasi kesenjangan data

    3) Menentukan pola alternatif pemecahan masalah

    4) Menerapkan teori, model, kerangka kerja, norma dan standart,

    dibandingkan dengan data senjang

    5) Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan

    keperawatan klien

    6) Membuat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang

    timbul.

    c. Cara analisa data:

    Beberapa cara dalam menganalisa data, yaitu:

    1) Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul

    2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan

    spiritual

    3) Membandingkan dengan standart

    4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan (masalah keperawatan)

    yang ditemukan

  • 23

    3. Sistematika/Pengelompokkan data

    Pengelompokan data adalah mengelompokan data-data klien atau keadaan

    tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau

    keperawatan berdasarkan kriteria permasalahnnya. Setelah data

    dikelompokan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah klien dan

    merumuskannya.

    4. Penentuan / Identifikasi Masalah

    Masalah klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu bantuan

    untuk mempertahankan atau meningkatkan status kesehatannya, atau

    meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai

    dengan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya. Identifikasi masalah

    klien dibagi menjadi: klien tidak bermasalah, klien yang kemungkinan

    mempunyai masalah, klien yang mempunyai masalah potensial sehingga

    kemungkinan besar mempunyai masalah dan klien yang mempunyai

    masalah aktual.

    a. Menentukan kelebihan klien

    Apabila klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian

    menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu.

    Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau

    membantu memecahkan masalah yang klien hadapi.

    b. Menentukan masalah klien

    Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut

    mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan

    pertolongan.

    c. Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien

    Pada tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien.

    Misalnya ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien,

    tetapi dari hasil test laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu

    kelainan. Sesuai dengan teori, maka akan timbul adanya infeksi.

    Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak

    mampu melawan infeksi.

  • 24

    d. Penentuan keputusan

    Tahapan yang keempat dari penentuan/identifikasi masalah adalah

    penentuan keputusan. Penentuan keputusan akan dibagi dalam beberapa

    aspek yang dipilih, yaitu:

    1) Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi

    (kesejahteraan): tidak ada indikasi respon keperawatan, meningkatnya

    status kesehatan dan kebiasaan, serta danya inisiatif promosi kesehatan

    untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.

    2) Masalah kemungkinan (possible problem): pola mengumpulkan data

    yang lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang

    diduga.

    3) Masalah aktual, resiko, atau sindrom: tidak mampu merawat

    karena klien menolak masalah dan pengobatan, mulai untuk mendesain

    perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah, menurunkan,

    atau menyelesaikan masalah.

    4) Masalah kolaboratif: konsultasikan dengan tenaga kesehatan

    profesional yang ompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah

    tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang

    diakibatkan dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan

    situasi yang lain. Tugas perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi

    status klien dan kolaboratif dengan tenaga medis guna pengobatan

    yang tepat.

    5. Dokumentasi Data

    Dokumentasi data adalah bagian terakhir dari pengkajian yang lengkap.

    Kelengkapan dan keakuratan diperlukan ketika mencatatkan data.

    Kelengkapan dalam dokumentsi penting untuk dua alas an, yaitu:

    a. Pertama, semua data yang berkaitan dengan status klien dimasukkan.

    Bahkan informasi yang tampaknya menunjukkan abnormalitas pun

    harus dicatat. Informasi tersebut mungkin akan berkaitan nantinya, dan

  • 25

    berfungsi sebagai nilai dasar untuk perubahan dalam status. Aturan

    umum yang berlaku adalah, jika hal tersebut dikaji maka harus dicatat.

    b. Pengamatan dan pencatatan status klien adalah tanggung jawab legal

    dan profesional. Undang-undang praktik perawat disemua negara

    bagian, dan mewajibkan pengumpulan data dan pencatatan sebagai

    fungsi mandiri esensial untuk peran perawat profesional. Menjadi

    faktual adalah mudah setelah hal tersebut menjadi kebiasaan.

    LATIHAN SOAL 2

    Kasus:

    Tn. T 56 tahun, dibawa ke pelayanan kesehatan, karena klien pingsan setelah jatuh

    pada saat memperbaiki genteng rumahnya. Pada saat dilakukan pengkajian oleh

    perawat, didapatkan data klien sudah siuman, klien tampak selalu memegang

    daerah dada, klien menolak saat akan diperiksa di daerah dada, dengan suara lirih

    klien mengatakan nyeri di daerah dada, akral dingin, keluar keringar dingin pada

    dahi, saat dilakukan pengkajian lebih lanjut didapatkan data klien mengatakan

    nyeri terus terusan tidak berhenti, seperti ditusuk tusuk, skor 8. Tekanan darah:

    140/85 mmHg, suhu: 37,60C, Nadi 120 kali/menit.

    1. Data subyektif pada kasus diatas adalah:

    A. Akral dingin

    B. Nadi 120 kali/menit

    C. Klien memegang daerah dada

    D. Skor nyeri 8

    E. Klien sudah siuman

    2. Data obyektif pada kasus diatas adalah:

    A. Anamnesa dengan keluarga bahwa klien pingsan karena jatuh

    B. Klien mengatakan nyeri terus terusan tidak berhenti

    C. Keluar keringat dingin pada dahi

    D. Nyeri seperti ditusuk-tusuk

    E. Nyeri didaerah dada

  • 26

    3. Pemeriksaan fisik untuk melakukan pengkajian dapat dilakukan dengan

    cara:

    A. Anamnesa

    B. Ceklist

    C. Re-assessment

    D. Wawancara

    E. Palpasi

    4. Pada saat melakukan dokumentasi lalu ada yang salah, bagaimana

    tindakan yang tepat yang dilakukan perawat?

    A. Dicoret masih bisa dibaca lalu diparaf

    B. Dihapus dengan menggunakan tipeks

    C. Dioret-oret biar tidak kelihatan

    D. Diberikan label

    E. Dibiarkan saja

    5. Sumber data primer dapat diambilkan data anamnesa dari:

    A. Suami/istri

    B. Klien

    C. Anak

    D. Orangtua

    E. Kekasih

  • 27

    BAB III

    DOKUMENTASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN

    A. Pendahuluan

    Proses keperawatan dan standar asuhan keperawatan meliputi pengkajian,

    mengekkan diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

    Pada BAB 2 kita telah mempelajari tentang pengkajian keperawatan,

    selanjutnya pada BAB 3 kita akan membahas tentang dokumentasi diagnosis.

    Diagnosis Keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan

    keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang

    optimal. Pada BAB ini akan dipelajari tentang bagaimana cara melakukan

    dokumentasi yang tepat pada Diagnosis Keperawatan. Secara terperinci yang

    akan dipelajari adalah:

    1. Dokumentasi diagnosis keperawatan

    2. Perbedaan diagnosis keperawatan dan diagnosis medis.

    3. Tujuan dokumentasi diagnosis keperawatan.

    4. Metode dokumentasi diagnosis keperawatan.

    5. Langkah-langkah dalam penulisan diagnosis keperawatan.

    6. Katagori diagnosis keperawatan.

    B. Tujuan Umum

    Setelah mempelajari BAB 3 ini diharapkan Anda mampu mempraktikkan

    dokumentasi diagnosis dalam proses keperawatan.

    C. Tujuan Khusus

    Setelah mempelajari BAB 3 diharapkan Anda mampu:

    1. Menjelaskan dokumentasi diagnosis keperawatan

    2. Menjelaskan perbedaan diagnosis keperawatan dan diagnosis medis.

    3. Menyebutkan tujuan dokumentasi diagnosis keperawatan keperawatan.

    4. Menjelaskan metode dokumentasi diagnosis keperawatan.

  • 28

    5. Menyebutkan langkah-langkah dalam penulisan diagnosis keperawatan.

    6. Menjelaskan katagori diagnosis keperawatan.

    D. Diagnosis Keperawatan

    1. Pengertian

    Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

    keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau

    proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan

    merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan.

    Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis mengenai

    pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah

    kesehatan yang aktual atau potensial (PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan

    memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil

    yang optimal.

    2. Tujuan

    Tujuan dokumentasi diagnosis keperawatan adalah:

    a. Menyampaikan masalah klien dalam istilah yang dapat dimengerti

    semua perawat

    b. Mengenali masalah-masalah utama klien pada pengkajian

    c. Mengetahui perkembangan keperawatan

    d. Menyampaikan masalah yaitu adanya respons klien terhadap status

    kesehatan atau penyakit

    e. Menyampaikan faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu

    masalah (etiologi)

    f. Mengetahui kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan

    masalah

  • 29

    E. Perbedaan diagnosis keperawatan dan diagnosis medis

    Apabila perawat menegakkan diagnosis keperawatan maka dokter menegakkan

    diagnosis medik, perbedaan antara diagnosis medis dan diagnosis keperawatan,

    sebagai berikut:

    Tabel 1.1. Perbedaan Diagnosis Keperawatan dan Diagnosis Medis

    No Uraian Diagnosis

    Keperawatan

    Diagnosis Medis

    1 Fokus Reaksi/respons kIien

    terhadap

    tindakan keperawatan

    dan tindakan

    medis/lainnya

    Faktor-faktor

    pengobatan

    penyakit

    2 Orientasi Kebutuhan dasar

    individu

    Keadaan

    patologis

    Mulai sakit sampai

    sembuh berubah sesuai

    perubahan respons klien

    Cenderung tetap

    Mengarah pada fungsi

    mandiri perawat dalam

    melaksanakan tindakan

    dan

    evaluasinya

    Mengarah pada

    tindakan medis

    yang sebagian

    dilimpahkan

    kepada perawat

    F. Metode Dokumentasi Diagnosis Keperawatan

    Metode dokumentasi diagnosis keperawatan meliputi:

    1. Tuliskan masalah/problem klien atau perubahan status kesehatan klien

    2. Masalah yang dialami klien didahului adanya penyebab dan keduanya

    dihubungkan dengan kata "berhubungan dengan".

    3. Setelah masalah (problem) dan penyebab (etiologi), kemudian diikuti

    dengan tanda dan gejala (symptom) yang dihubungkan dengan kata

    "ditandai dengan"

    4. Tulis istilah atau kata-kata yang umum digunakan

    5. Gunakan bahasa yang tidak memvonis

  • 30

    Penegakan diagnosis keperawatan mengacu pada Standar Diagnosis

    Keperawatan Indonesia (SDKI), yang memuat 149 Diagnosis Keperawatan

    yang disusun dari berbagai sumber rujukan berupa textbook, standar diagnosis

    dari lembaga/negara lain dan jurnal-jurnal ilmiah dan telah ditelaah oleh para

    praktisi dan akademisi keperawatan.

    G. Jenis Diagnosis

    Jenis Diagnosis Keperawatan dibedakan menjadi dua, yaitu

    a. Diagnosis Keperawatan Negatif,

    Yaitu: menunjukkan klien dalam keadaan sakit atau berisiko mengalami

    sakit sehingga penegakan diagnosis akan mengarah kepada upaya

    pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan,

    pencegahan dan pemulihan (PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan negatif

    dibagi menjadi dua yaitu:

    1) Diagnosis Aktual

    Masalah keperawatan pada diagnosis keperawatan merupakan hal

    nyata, telah terjadi gangguan pada saat ini (actual).

    2) Diagnosis Risiko

    Masalah keperawatan pada diagnosis keperawatan yang merupakan

    risiko, yaitu apabila tidak diperhatikan dan tidak ada upaya

    pengelolaan yang tepat maka dapat menyebabkan masalah yang

    membahayakan jiwa klien.

    b. Diagnosis Keperawatan Positif

    Yaitu: kondisi atau respon klien yang berpotensi untuk dikembangkan

    menuju pada kesehatan optimal, hanya satu diagnosis keperawatan positif

    ini adalah promosi kesehatan.

  • 31

    Gambar 3.1 Jenis diagnosis Keperawatan

    H. Proses Penulisan Diagnosis Keperawatan

    Sebelum menegakkan diagnosis keperawatan terdapat tahapan yang harus

    dilalui, yaitu: pengkajian, analisis data, dan identifikasi data. Bahasan tentang

    pengkajian sudah diuraikan pada BAB sebelumnya. Kita akan uraikan tentang

    analisis data dan identifikasi masalah terlebih dahulu sebelum membahas

    perumusan diagnosis.

    1. Analisis data,

    Terdapat dua langkah yang dilakukan pada analisis data, yaitu

    membandingkan data dengan nilai normal dan selanjutnya

    mengelompokkan data.

    a. Bandingkan data dengan nilai normal

    Contoh:

    Data Subjektif: “Klien mengeluhkan nyeri saat menelan karena ada

    tumor di leher, akibatnya BB turun lebih dari 10 kg dalam 12 bulan

    terakhir.”

    Data Objektif: TB = 165 cm, BB = 45 kg

    Bila terdapat data antropometri (TB, BB) maka kita harus menghitung

    IMT, yaitu:

  • 32

    Hasil IMT pada klien adalah 16,54, sedangkan nilai normal IMT

    adalah 18,5-22,9. Data hasil perhitungan IMT menunjukkan bahwa

    status gizi klien saat ini sedang ada masalah/ gangguan.

    b. Pengelompokan data

    Selanjutnya data dikelompokan sesuai dengan masalah keperawatan,

    untuk mendukung penegakan diagnosis keperawatan.

    2. Identifikasi masalah

    Pada tahap identifikasi masalah, data diidentifikasi kedalam tiga masalah,

    yaitu: masalah aktual, risiko, atau promkes. Sebagaimana telah dijelaskan

    sebelumnya bahwa masalah aktual adalah terjadinya masalah pada klien

    saat ini atau klien saat ini sedang mengalami gangguan/ problem tertentu

    (aktual). Masalah risiko, adalah apabila terdapat suatu respon tertentu dari

    klien yang apabila tidak dilakukan penanganan maka dapat menyebabkan

    terjadinya bahaya atau klien bisa jatuh dalam kondisi yang lebih parah/

    mengalami komplikasi di kemudian hari walaupun pada saat ini klien

    belum mengalami gangguan/ masalah. Sedangkan promkes adalah suatu

    kondisi yang memungkinkan klien mengembangkan potensi-potensi untuk

    peningkatan kesehatan.

    Langkah berikutnya adalah validasi data. Kegiatan ini dilakukan untuk

    memastikan keakuratan diagnosis dimana perawat bersama klien

    memvalidasi diagnosis sehingga diketahui bahwa klien setuju dengan

    masalah yang sudah dibuat dan faktor-faktor yang mendukungnya.

    Contoh: Perawat mengukur BB klien akibat tumor yang dideritanya.

    IMT = BB

    (TB dalam meter)2

    = 45

    2,72

    = 16, 54

  • 33

    Gambar 3.2. Langkah proses penulisan diagnosis keperawatan

    3. Perumusan diagnosis keperawatan

    Tahap selanjutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan. Hal-hal

    yang perlu diperhatikan dalam merumuskan diagnosis keperawatan

    adalah:

    a. Perhatikan kategori dan subkategori dalam diagnosis keperawatan.

    Terdapat lima kategori dalam perumusan diagnosis keperawatan sesuai

    dengan SDKI, sebagai berikut:

    1) Fisiologis

    2) Psikologis

    3) Perilaku

    4) Relasional

    5) Lingkungan

    Setiap kategori mempunyai sub kategori tertentu, yaitu:

    1) Fisiologis, mempunyai tujuh sub kategori, yaitu:

    a) Respirasi

  • 34

    b) Sirkulasi

    c) Nutrisi dan cairan

    d) Eliminasi

    e) Aktivitas dan istirahat

    f) Neurosensori

    g) Reproduksi dan seksualitas

    2) Psikologis, mempunyai tiga sub kategori, yaitu:

    a) Nyeri dan kenyamanan

    b) Integritas ego

    c) Pertumbuhan dan perkembangan

    3) Perilaku, mempunyai dua sub kategori, yaitu:

    a) Kebersihan diri

    b) Penyuluhan dan Pembelajaran

    4) Relasional, mempunyai satu sub kategori saja, yaitu:

    a) Interaksi sosial

    5) Lingkungan, mempunyai satu sub kategori saja, yaitu:

    a) Keamanan dan proteksi

    Untuk lebih memudahkan, perhatikan bagan dibawah ini:

    Gambar 3.3. Kategori dan sub kategori diagnosis keperawatan

  • 35

    b. Penulisan Diagnosis keperawatan, menggunakan model three part atau

    two part. Penulisan dengan three part digunakan pada masalah actual

    sedangkan two part digunakan pada masalah risiko dan promkes.

    1) Three part (Aktual)

    Metode penulisan ini terdiri atas masalah, penyebab dan

    tanda/gejala. Metode penulisan ini hanya dilakukan pada diagnosis

    actual, dengan formasi sebagai berikut:

    Frase “berhubungan dengan” dapat disingkat b.d dan ‘dibuktikan

    dengan’ dapat disingkat d.d

    Contoh Penulisan:

    Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d batuk

    tidak efektif, sputum berlebih, mengi, dyspnea, gelisah.

    2) Two part (Risiko dan Promkes)

    Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan diagnosis

    promosi kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut:

    a) Diagnosis Risiko

    Contoh penulisan diagnosis:

    Risiko aspirasi dibuktikan dengan penurunan tingkat kesadaran

    b) Diagnosis Promosi Kesehatan

    Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan

    Tanda/Gejala

    Masalah b.d Penyebab d.d Tanda/Gejala

    Masalah dibuktikan dengan Faktor Risiko

    Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala

  • 36

    Contoh Penulisan diagnosis:

    Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan klien

    ingin meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan karakteristik

    urin normal.

    Gambar 3.4 Perumusan Diagnosis Keperawatan, three atau two part

    c. Penyusunan Diagnosis Keperawatan dengan rumusan P+E+S

    1) Masalah (P = Problem)

    Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang

    menggambarkan inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatan

    atau proses kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas Deskriptor

    atau penjelasan dan Fokus Diagnostik.

  • 37

    Tabel. 3.1. Label Diagnosis

    No Deskriptor Fokus Diagnostik

    1 Tidak Efektif Bersihan Jalan Nafas

    2 Gangguan Pertukaran Gas

    3 Penurunan Curah Jantung

    4 Intoleransi Aktivitas

    5 Defisit Pengetahuan

    2) Penyebab (E = Etiologi)

    Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status

    kesehatan, etiologic dapat mencakup empat kategori yaitu: a)

    Fisiologi, Biologis atau Psikologis; b) Efek Terapi/ Tindakan; c)

    Situasional (Lingkungan atau Personal), dan d) Maturasional.

    3) Tanda (Sign) dan Gejala (S = Symptom)

    Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil

    pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan prosedur

    diagnostic, sedangkan gejala merupakan data subjektif yang

    diperoleh dari hasil anamnesisi.

    Tanda/ gejala dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu:

    a) Mayor : Tanda/ Gejala ditemukan sekitar 80 % - 100 %

    untuk validasi diagnosis

    b) Minor : Tanda/ gejalan tidak hasrus ditemukan, namun jika

    ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis

    Contoh:

    Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

    berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan

    klien mengatakan BB turun lebih dari 10 kg dalam 12 bulan

    terakhir, TB = 165 cm, BB = 45 kg.

  • 38

    Dari contoh diagnosis diatas, dapat diketahui:

    a) Problemnya adalah: gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh.

    b) Etiologinya adalah: intake yang tidak adekuat.

    c) Symptomnya adalah: klien mengatakan BB turun lebih dari 10

    kg dalam 12 bulan terakhir, klien mengeluh nyeri saat

    menelan, sehingga menghindari untuk makan, TB = 170 cm,

    BB = 50 kg.

    I. Kategori Diagnosis Keperawatan

    Diagnosis keperawatan dapat dibedakan menjadi 3 kategori: (1) Aktual, (2)

    Resiko, (3) Promosi Kesehatan

    1. Aktual

    Diagnosis Keperawatan aktual menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai

    dengan data klinik yang ditemukan.

    Syarat menegakkan diagnosis keperawatan aktual harus ada unsur PES.

    Symptom (S) harus memenuhi kriteria mayor dan sebagian kriteria minor

    dari pedoman diagnosis SDKI.

    Contoh 1: Hasil pengkajian diperoleh data klien mual, muntah, diare dan

    turgor jelek selama 3 hari.

    Diagnosis: Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan

    kehilangan cairan secara abnormal ditandai dengan mual, muntah, diare,

    dan turgor jelek selama tiga hari.

    Contoh 2: Hasil pengkajian diperoleh data klien gelisah, tidak mampu

    batuk, sputum berlebih, terdapat whezing, klien mengeluh berat saat

    bernapas, terlihat adanya dispnea

    Diagnosis: Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme

    jalan napas ditandai dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih,

    wheezing, dispnea, dan gelisah.

  • 39

    Gambar 3.5 Contoh Diagnosis Aktual

    2. Risiko

    Diagnosis Keperawatan Risiko menjelaskan masalah kesehatan yang nyata

    akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Syarat menegakkan risiko

    diagnosis keperawatan adalah adanya unsur P dan E (problem dan

    etiologi). Penggunaan istilah “risiko dan risiko tinggi” tergantung dari

    tingkat keparahan/kerentanan terhadap masalah.

    Contoh 1. Hasil pengkajian diperoleh data klien mengalami diare terus

    menerus, diare sebanyak 5 kali dalam waktu 10 jam.

    Diagnosis: “Risiko gangguan integritas kulit dibuktikan dengan diare yang

    terus menerus”.

    Contoh 2. Hasil pengkajian diperoleh data kesadaran klien menurun.

    Diagnosis: “Risiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun.

  • 40

    Gambar 3.6 Contoh Diagnosis Risiko

    3. Promosi Kesehatan

    Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk

    meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau

    optimal.

    Contoh. Hasil pengkajian didapatkan data klien mengungkapkan keinginan

    untuk meningkatkan eliminasi urin, jumlah urin normal, karakteristik urin

    normal.

    Diagnosis: Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan klien

    ingin meningkatkan, eliminasi urin, jumlah dan karakteritik urin normal.

  • 41

    Gambar 3.7 Contoh Diagnosis Promosi

    J. Mengetahui Format Atau Lembar Diagnosis Keperawatan

    1. Format Analisa Data

    Format ini merupakan format yang berisi data-data abnormal yang terdiri

    dari data subjektif dan objektif. Dalam format analisa data pada bagian

    atas terdiri dari nama/umur, ruang/kelas dan nomor rekam medis klien.

    Data ini harus diisi semua untuk memastikan agar tidak terjadi kesalahan

    dalam melakukan tindakan kepada klien.

    Contoh:

    ANALISA DATA

    Nama klien/ Umur:…………………. No. Rekam Medis: ………………..

    Ruangan/No. Kamar: …………………………………..

  • 42

    Tabel 3.2 Format Analisa Data

    No Data Etiologi Masalah

    Ds:

    DO:

    2. Format Diagnosis Keperawatan

    Merupakan format yang berisikan diagnosis keperawatan yang telah

    dirumuskan dan diurutkan sesuai diagnosis prioritas masalah.

    a. Menganalisa data

    b. Mengidentifikasi masalah

    c. Memformulasikan diagnosis

    1) Masukkan semua data kedalam format analisa data

    2) Tentukan masalah dari data subyektif dan obyektif

    3) Tentukan etiologic dari datya subyektif dan obyektif

    d. Setelah semua format analisa data terisi, masukkan masalah dan

    etiologi ke format diagnosis keperawatan dengan menambahkan kata

    “berhubungan dengan”. Jangan lupa untuk mengisi identitas klien pada

    bagian atas kolom.

    e. Setelah memasukkan diagnosis keperawatan, tulis tanggal ditemukan

    diagnosis serta paraf dan nama jelas perawat yang merumuskan

    diagnosis keperawatan.

    Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis mengenai

    pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah

    kesehatan yang actual, risiko atau potensial. Diagnosis keperawatan

    memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil

    akhir sehingga perawat menjadi akuntabel (NANDA (North American

    Nursing Dianosis Association), 2012)

  • 43

    Semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

    praktik perawat, semakin dapat menjamin mutu praktik dan keselamatan

    klien dalam asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

    SDKI diharapkan tidak hanya bermanfaat dalam pelayanan dan

    pendidikan, namun dapat masuk kedalam Sistem JKN sebagai upaya

    peningkatan mutu pelayanan.

    SDKI juga diharapkan dapat bermakna dalam aspek penghargaan dan

    kesejahteraan serta perlindugan bagi perawat.

    LATIHAN SOAL 3

    1. Manakah penulisan diagnosis aktual dibawah ini yang tepat:

    A. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume

    cairan ditandai dengan turgor kulit menurun, pengisian kapiler 4 detik,

    akral teraba dingin dan warna kulit pucat

    B. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume

    cairan

    C. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume

    cairan d.d. turgor kulit menurun, pengisian kapiler 4 detik

    D. Perfusi perifer tidak efektif

    E. Perfusi perifer tidak efektif sehubungan dengan kekurangan volume

    cairan data pendukungnya adalah: turgor kulit menurun, pengisian

    kapiler 4 detik, akral teraba dingin dan warna kulit pucat

    2. Manakah penulisan diagnosis risiko dibawah ini yang benar:

    A. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

    mengabsorbsi nutrien ditandai dengan klinis tampak lemas, mual,

    muntah, klien bedrest total

    B. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

    mengabsorbsi nutrien

  • 44

    C. Risiko defisit nutrisi disebabkan oleh ketidakmampuan mengabsorbsi

    nutrient

    D. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan

    mengabsorbsi nutrien ditandai dengan klinis tampak lemas, mual,

    muntah, klien bedrest total

    E. Risiko deficit nutrisi

    3. Manakah diagnosis promosi kesehatan dibawah ini yang tepat:

    A. Menyusui efektif dibuktikan dengan faktor pendukung hormon

    oksitosin dan prolactin adekuat ditandai dengan payudara membesar,

    alveoli mulai terisi ASI

    B. Menyusui efektif ditandai dengan hormon oksitosin dan prolaktin

    adekuat, payudara membesar, alveoli mulai terisi ASI

    C. Menyusui efektif dibuktikan dengan hormon oksitosin dan prolaktin

    adekuat, payudara membesar, alveoli mulai terisi ASI

    D. Menyusui efektif berhubungan dengan oksitosin dan prolaktin adekuat

    payudara membesar, alveoli mulai terisi ASI

    E. Menyusui efektif

    4. Diagnosis: Gangguan penyapihan ventilator. Kata “Gangguan” pada

    diagnosis tersebut adalah merupakan:

    A. Label

    B. Deskriptor

    C. Definisi

    D. Kategori

    E. Sub kategori

  • 45

    5. Pada saat menuliskan diagnosis keperawatan aktual, seharusnya dapat

    dibuktikan dengan adanya gejala/tanda mayor. Berikut pernyataan yang

    tepat:

    A. Gejala/tanda mayor ditemukan 80-100% dan gejala/tanda minor 10%

    B. Gejala/tanda mayor ditemukan 70-100% dan gejala/tanda minor 20%

    C. Gejala/tanda mayor ditemukan 80-100% dan tidak harus ditemukan

    gejala/tanda minor

    D. Gejala/tanda mayor ditemukan 80-100% dan gejala/tanda minor 20%

    E. Gejala/tanda mayor ditemukan 70-100% dan tidak harus ditemukan

    gejala/tanda minor

  • 46

    BAB IV

    DOKUMENTASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

    A. Pendahuluan

    Sebelum mengikuti kegiatan praktikum ini, pastikan bahwa Anda telah

    memahami konsep Dokumentasi Diagnosis Keperawatan dan telah

    memahami kegiatan praktikum 1, 2, dan 3.

    Kegiatan praktikum 4 akan memberikan pengalaman kepada Anda bagaimana

    melakukan Dokumentasi Rencana Tindakan Keperawatan yang meliputi

    luaran keperawatan dan kriteria hasil diagnosis keperawatan

    B. Tujuan Pembelajaran

    1. Tujuan Umum

    Setelah mempelajari Bab IV diharapkan Anda mampu melakukan/

    mendokumentasikan perencanaan keperawatan.

    2. Tujuan Khusus

    Setelah mempelajari kegiatan praktikum 4 ini, diharapkan Anda dapat:

    a. Menentukan Luaran Keperawatan dengan tepat dan benar

    b. Menentukan Kriteria Hasil Diagnosis Keperawatan dengan tepat dan

    benar

    c. Berpikir kritis dalam rencana keperawatan dan memprioritaskan

    Luaran Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

    C. Pengertian Luaran Keperawatan

    Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat

    diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi klien,

    keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan.

    Luaran keperawatan menunjukkan status diagnosis keperawatan setelah

    dilakukan intervensi keperawatan (Germini et al, 2010; ICNP, 2015).

  • 47

    Luaran keperawatan dapat membantu perawat memfokuskan atau

    mengarahkan asuhan keperawatan karena merupakan respon fisiologi,

    psikologis, sosial, perkembangan, atau spiritual yang menunjukkan

    perbaikan masalah kesehatan klien (Potter & Perry, 2013).

    D. Tujuan Dokumentasi Keperawatan

    Tujuan dokumentasi perencanaan keperawatan keperawatan adalah:

    1. Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok

    2. Untuk membedakan tanggungjawab perawat dengan profesi kesehatan

    lainnya

    3. Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi

    Keperawatan

    4. Untuk menyediakan kriteria klasifikasi klien

    5. Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan.

    E. Klasifikasi Luaran Keperawatan

    International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah

    mengembangkan suatu system klasifikasi yang disebut dengan International

    Classification for Nursing Practice (ICNP). System klasifikasi ini tidak

    hanya mencakup klasifikasi diagnosis keperawatan, tetapi juga mencakup

    klasifikasi intervensi dan luaran keperawatan.

    ICNP membagi diagnosis, intervensi dan luaran keperawatan menjadi lima

    kategori, yaitu Fisiologi, Psikologis, Perilaku, Relasional dan Lingkungan

    (Wake & Coenen, 1998). Kategori dan subkategori luaran keperawatan

    dapat dilihat pada skema berikut:

  • 48

    Gambar 4.1 Skema Luaran Keperawatan

    F. Jenis Luaran Keperawatan

    Luaran keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

    1. Luaran Negatif

    Luaran Negatif menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang tidak

    sehat, sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan

    pemberian intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan.

    2. Luaran Positif.

    Luaran positif menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang sehat

    sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan

    pemberian intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan

    atau memperbaiki (ICNP, 2015; Standar Praktik Keperawatan Indonesia

    – PPNI, 2009).

    Jenis luaran keperawatan dapat dilihat pada tabel berikut:

    Luaran Keperawatan

    Diadaptasi dari: International Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994); Doenges & Moorhouse’s

    Diagnosic Division of Nursing Diagnosis (Doenges et al, 2013)

  • 49

    Tabel. 4.1 Jenis Luaran Keperawatan

    No Jenis Luaran Contoh Luaran

    1 Positif Bersihan Jalan Nafas

    Keseimbangan Cairan

    Integritas Kulit dan Jaringan

    Citra tubuh

    2 Negatif Tingkat nyeri

    Tingkat keletihan

    Tingkat ansietas

    Tingkat berduka

    Respon alergi local

    G. Komponen Luaran Keperawatan

    Luaran keperawatan memiliki tiga komponen utama yaitu Label dan

    Ekspektasi dan Kriteria Hasil.

    1. Label

    Komponen ini merupakan nama sari luaran keperawatan yang terdiri atas

    kata kunci untuk memperoleh informasi terkait luaran keperawatan.

    Label luaran keperawatan merupkan kondisi, perilaku, atau persepsi

    klien yang dapat diubah atau diatasi dengan intervensi keperawatan.

    Label intervensi keperawatan terdiri atas beberapa kata (1 kata s.d 4

    kata) yang diawali dengan kata benda (nomina) yang berfungsi sebagai

    descriptor atau penjelas luaran keperawatan.

    2. Ekspektasi

    Ekspektasi merupakan penilaian terhadap hasil yang diharapkan tercapai.

    Ekspektasi menggambarkan seperti apa kondisi, perilaku, atau persepsi

    klien akan berubah setelah diberikan intervensi keperawatan.

    Tabel 4.2 Komponen Luaran Keperawatan

    No Ekspektasi Definisi

    1 Meningkat Bertambah dalam ukuran, jumlah,

    derajat, atau tingkatan

    2 Menurun Berkurang dalam ukuran, jumlah,

    derajat, atau tingkatan

    3 Membaik Menimbulkan efek yang lebih baik,

    adekuat, atau efektif

  • 50

    Terdapat tiga kemungkinan ekspektasi yang diharapkan perawat yaitu:

    a. Ekspektasi Menurun

    Digunakan pada luaran negative seperti Tingkat Keletihan, Tingkat

    Ansietas, Tingkat Berduka, Tingkat Infeksi, Tingkat Perdarahan,

    Respons Alergi Lokal.

    b. Ekspektasi Meningkat

    Digunakan pada luaran positif seperti bersihan jalan napas, curah

    Jantung, Perfusi Perifer, Perawatan Diri, Tingkat Pengetahuan,

    Sirkulasi Spontan, Status Kenyamanan. Ekspektasi Membaik

    digunakan pada luaran keperawatan yang tidak dapat

    diekspektasikan menurun atau meningkat seperti Eliminasi Fekal,

    Fungsi Seksual, Identitas Diri, Mobilitas Gastrointestinal,

    Penampilan Peran.

    3. Kriteria Hasil

    Kriteria Hasil merupakan karakteristik klien yang dapat diamati atau

    diukur oleh perawat dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai

    pencapaian hasil intervensi keperawatan. Kriteria hasil juga dapat

    disebut sebagai indikator karena menggambarkan perubahan-perubahan

    yang ingin dicapai setelah pemberian intervensi keperawatan.

    Tabel 4.3 Kriteria Hasil

    1 2 3 4 5

    Menurun Cukup

    Menurun

    Sedang Cukup

    Meningkat

    Meningkat

    1 2 3 4 5

    Meningkat Cukup

    Meningkat

    Sedang Cukup

    Menurun

    Menurun

    1 2 3 4 5

    Memburuk Cukup

    Memburuk

    Sedang Cukup

    Membaik

    Membaik

  • 51

    H. Penerapan Luaran Keperawatan

    Penerapan luaran keperawatan dalam kegiatan belajar mahasiswa dapat

    dituliskan dengan Metode Dokumentasi Manual/ Tertulis. Berikut cara

    dokumentasi manual/ tertulis:

    Tabel 4.4 Penerapan Luaran Keperawatan

    Contoh:

    Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam, maka Bersihan Jalan Nafas

    Meningkat, dengan Kriteria Hasil:

    - Batuk efektif meningkat

    - Produksi sputum menurun

    - Mengi menurun

    - Frekuensi napas 12-20 kali/ menit

    I. Tahap-Tahap Perencanaan Keperawatan

    Dalam membuat rencana keperawatan, ada beberapa hal yang perlu untuk

    diperhatikan sebagai berikut:

    1. Menentukan Prioritas Masalah

    2. Menentukan Tujuan dan Kriteria Hasil

    3. Menentukan Rencana Tindakan

    4. Dokumentasi

    Penjelasannya sebagai berikut:

    Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ……………maka

    [Luaran Keperawatan] [Ekspektasi] dengan kriteria hasil:

    - Kriteria 1 (hasil)

    - Kriteria 2 (hasil)

    - Kriteria 3 (hasil)

    - Dan seterusnya

  • 52

    1. Menentukan Prioritas Masalah.

    Prioritas masalah merupakan upaya perawat untuk mengidentifikasi

    respons klien terhadap masalah kesehatannya, baik aktual maupun

    potensial. Untuk menetapkan prioritas masalah seringkali digunakan

    hierarki kebutuhan dasar manusia. Pada kenyataannya perawat tidak

    mampu menyelesaikan permasalahan klien secara bersamaan, oleh

    karena itu diperlukan upaya untuk memprioritaskan masalah. Prioritas

    diagnosis dibedakan dengan diagnosis yang penting sebagai berikut:

    a. Prioritas diagnosis merupakan diagnosis keperawatan, jika tidak

    diatasi saat ini akan berdampak buruk terhadap kondisi status

    fungsi kesehatan klien.

    b. Diagnosis penting adalah diagnosis atau masalah kolaboratif

    dimana intervensi dapat ditunda tanpa mempengaruhi status fungsi

    kesehatan klien.

    c. Hierarki yang biasa dijadikan dasar untuk menetapkan prioritas

    masalah adalah hirarki Maslow; kegawatan masalah kesehatan

    berupa ancaman kesehatan maupun ancaman kehidupan; tingkat

    masalah berdasarkan aktual, risiko, potensial dan sejahtera sampai

    sindrom; keinginan klien.

    2. Menentukan Tujuan dan Kriteria Hasil (outcome).

    Membuat tujuan berarti membuat standar atau ukuran yang digunakan

    untuk melakukan evaluasi terhadap perkembangan klien dan

    keterampilan dalam merawat klien. Tujuan keperawatan yang baik

    adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur

    berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat.Karena kriteria

    hasil diagnosis keperawatan mewakili status kesehatan klien yang

    dapat dicapai atau dipertahankan melalui rencana tindakan

    keperawatan yang mandiri, sehingga dapat membedakan antara

    diagnosis keperawatan dan masalah kolaboratif. Hasil dari diagnose

  • 53

    keperawatan tidak dapat membantu mengevaluasi efektivitas intervensi

    keperawatan jika tindakan medis juga diperlukan.

    Tujuan atau outcome dalam rencana keperawatan dituliskan

    berdasarkan SMART yaitu:

    a. S: Spesific (tidak memberikan makna ganda)

    b. M: Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan

    ataupun dibantu)

    c. A: Achievable (secara realistis dapat dicapai)

    d. R: Reasonable (dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah)

    e. T: Time (punya batasan waktu yang sesuai dengan kondisi klien).

    Kriteria Hasil dalam rencana keperawatan terdapat karakteristik yang

    perlu mendapatkan perhatian yaitu:

    a. Berhubungan dengan tujuan perawatan yang telah ditetapkan

    b. Dapat dicapai

    c. Spesifik, nyata dan dapat diukur

    d. Menuliskan kata positif

    e. Menentukan waktu

    f. Menggunakan kata kerja

    g. Hindari penggunaan kata-kata ‘normal, baik’, tetapi dituliskan hasil

    batas ukuran yang ditetapkan atau sesuai.

    3. Rencana Tindakan Keperawatan

    Rencana tindakan yang akan diberikan pada klien ditulis secara

    spesifik, jelas dan dapat di ukur. Rencana perawatan dibuat selaras

    dengan rencana medis, sehingga saling melengkapi dalam

    meningkatkan status kesehatan klien.

    Dalam merumuskan rencana tindakan yang perlu diperhatikan adalah:

    a. Rencana tindakan keperawatan merupakan desain spesifik

    intervensi yang membantu klien mencapai kriteria hasil

  • 54

    b. Dokumentasi rencana tindakan yang telah diimplementasikan harus

    ditulis dalam sebuah format agar dapat membantu perawat untuk

    memproses informasi yang didapatkan selama tahap pengkaian dan

    diagnosis keperawatan

    c. Perencanaan bersifat indivisual sesuai dengan kondisi dan

    kebutuhan klien

    d. Bekerjasama dengan klien dalam merencanakan intervensi.

    Tabel 4.5. Format Dokumentasi Rencana Tindakan Keperawatan

    No.

    Dx

    Tujuan dan

    Kriteria Hasil

    Rencana

    Tindakan

    Rasional Nama

    dan

    Paraf

    4. Dokumentasi

    Selanjutnya dilakukan dokumentasi sesuai dengan panduan yang telah

    disampaikan.

  • 55

    BAB V

    DOKUMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN

    A. Pendahuluan

    Sebelum mengikuti kegiatan pada bab ini, pastikan bahwa Anda telah

    memahami konsep BAB I, II, III, dan IV.

    Kegiatan pada bab ini akan memberikan pengalaman kepada Anda bagaimana

    menginplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana

    keperawatan.

    B. Tujuan Pembelajaran

    1. Tujuan Umum

    Setelah mempelajari Bab 5 ini diharapkan Anda mampu mempraktikkan

    dokumentasikan implementasi dan evaluasi keperawatan.

    2. Tujuan Khusus

    Setelah mempraktikkan Bab 5 ini diharapkan Anda mampu:

    a. Mengidentifikasi format atau lembar yang digunakan untuk

    implementasi dan evaluasi keperawatan

    b. Mendokumentasikan tanggal/jam dan nomor diagnosis pada format

    implementasi dan evaluasi keperawatan

    c. Mendokumentasikan tindakan dan hasil/respon klien yang telah

    dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan

    d. Mendokumentasikan hasil evaluasi keperawatan dalam bentuk SOAP

    dalam 24 jam

    e. Berpikir kritis dalam implementasi

    f. Mendokumentasikan paraf dan nama jelas pada format implementasi

    dan evaluasi keperawatan.

  • 56

    C. Pengertian Intervensi dan Tindakan Keperawatan

    Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat

    yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran

    (outcome) yang diharapkan.

    Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan

    oleh perawat untuk mengimpklementasikan intervensi keperawatan.

    D. Klasifikasi Intervensi Keperawatan

    Klasifikasi atau taksonomi merupakan system pengelompokan berdasarkan

    hierarki dari bersifat lebih umum/ tinggi ke lebih khusus/ rendah.

    Pengklasifikasian intervensi keperawatan dimaksudkan untuk memudahkan

    penelusuran intervensi keperawatan, memudahkan untuk memahami beraneka

    ragam intervensi keperawatan yang sesuai dengan area praktik dan/ atau

    cabang disiplin ilmu, serta memudahkan pengkodean untuk penggunaan

    berbasis computer.

    System klasifikasi Standar Intervensi Keperawatan Indonesia terdiri dari 5

    kategori dan 14 subkategori.

    1. Fisiologis

    Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung fungsi

    fisik dan regulasi homeostatis, yang terdiri atas:

    a. Respirasi, yang memuat kelompok intervensi keperawatan yang

    memulihkan fungsi pernafasan dan oksigenasi

    b. Sirkulasi, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan fungsi

    jantung dan pembuluh darah

    c. Nutrisi dan Cairan, yang memuat kelompok intervensi yang

    memulihkan fungsi gastrointestinal, metabolism dan regulasi cairan/

    elektrolit

    d. Eliminasi, memuat kelompok intervensi yang memulihkan fungsi

    eliminasi fekal dan urinaria

  • 57

    e. Aktivitas dan Istirahat, yang memuat kelompok intervensi yang

    memulihkan fungsi musculoskeletal, penggunaan energy serta

    istirahat/ tidur

    f. Neurosensory, memuat kelompok intervensi yang memulihkan fungsi

    otak dan saraf

    g. Reproduksi dan Seksualitas, yang memuat kelompok intervensi yang

    melibatkan fungsi reproduksi dan seksualitas

    2. Psikologis

    Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung fungsi

    dan proses mental, yang terdiri dar:

    a. Nyeri dan Kenyamanan, yang memuat kelompok intervensi yang

    meredakan nyeri dan meningkatkan kenyamanan

    b. Integritas Ego, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan

    kesejahteraan diri sendiri secara emosional

    c. Pertumbuhan dan perkembangan, yang memuat kelompok

    intervensi yang memulihkan fungsi pertumbuhan dan perkembangan

    3. Perilaku

    Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung

    perubahan perilaku atau pola hidup sehat, yang terdiri dari:

    a. Kebersihan Diri, yang memuat kelompok intervensi yang

    memulihkan perilaku sehat dan merawat diri

    b. Penyuluhan dan Pembelajaran, yang memuat kelompok intervensi

    yang meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku sehat

    4. Relasional

    Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung

    hubungan interpersonal atau interaksi social, terdiri dari:

    a. Interaksi Sosial, yang memuat kelompok intervensi yang memulihkan

    hubungan antara individu dengan individu lainnya.

  • 58

    5. Lingkungan

    Kategori intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mendukung

    keamanan lingkungan dan menurunkan risiko gangguan kesehatan, yang

    terdiri dari:

    a. Keamanan dan Proteksi, yang memuat kelompok intervensi yang

    meningkatkan keamanan dan menurunkan risiko cedera akibat

    ancaman dari lingkungan internal maupun eksternal.

    E. Komponen Intervensi Keperawatan

    Setiap intervensi keperawatan pada standar ini terdiri atas tiga komponen

    yaitu label, definisi dan tindakan.

    1. Label

    Komponen ini merupakan nama dari intervensi keperawatan yang

    merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi

    keperawatan. Terdapat sekitar 18 deskriptor pada label intervensi

    keperawatan, yaitu:

    Tabel 5.1. Deskriptor dan Definisi (PPNI, 2018)

    No Deskriptor Definisi

    1 Dukungan Memfasilitasi, memudahkan atau melancarkan

    2 Edukasi Mengajarkan atau memberikan informasi

    3 Kolaborasi Melakukan kerjasama atau interaksi

    4 Konseling Memberikan bimbingan

    5 Konsultasi Memberikan informasi tambahan atau

    pertimbangan

    6 Latihan Mengajarkan suatu ketrampilan atau kemampuan

    7 Manaje