75074741 kontraindikasi pencabutan gigi dan penyakit

Upload: rifqizafril

Post on 14-Oct-2015

187 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • DEPARTEMEN ILMU BEDAH MULUT

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    KONTRA INDIKASI PENCABUTAN GIGI

    HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT

    DISUSUN OLEH:

    SIMFO FERAWATI 070600095

    MEDAN

    2011

  • Kontra Indikasi Pencabutan Gigi Hubungannya Dengan Penyakit

    Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

    alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan

    teknik pembedahan. Teknik sederhana dilakukan dengan melepaskan gigi dari

    perlekatan jaringan lunak menggunakan elevator kemudian menggoyangkan dan

    mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang alveolar menggunakan tang ekstraksi.

    Sedangkan teknik pembedahan dilakukan dengan pembuatan flep, pembuangan

    tulang disekeliling gigi, menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari

    tulang alveolar kemudian mengembalikan flep ke tempat semula dengan penjahitan.

    Teknik sederhana digunakan untuk ekstraksi gigi erupsi yang merupakan indikasi,

    misalnya gigi berjejal. Ekstraksi gigi dengan teknik pembedahan dilakukan apabila

    gigi tidak bisa diekstraksi dengan menggunakan teknik sederhana, misalnya gigi

    ankilosis.

    Walaupun gigi memenuhi persyaratan untuk dilakukan ekstraksi, pada

    beberapa keadaan tidak boleh dilakukan ekstraksi gigi karena beberapa faktor atau

    merupakan kontraindikasi ekstraksi gigi. Pada keadaan lain, kontraindikasi ekstraksi

    gigi sangat berperan penting untuk tidak dilakukan ekstraksi gigi sampai masalahnya

    dapat diatasi. Kontra indikasi pencabutan gigi atau tindakan bedah lainnya

    disebabkan oleh faktor lokal atau sistemik. Dikatakan menjadi kontra indikasi

    pencabutan gigi bila dokter gigi / dokter spesialis akan memberi izin atau menanti

    keadaan umum penderita dapat menerima suatu tindakan bedah tanpa menyebabkan

    komplikasi yang membahayakan bagi jiwa penderita.

  • Kontra Indikasi Sistemik

    Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan

    pertimbangan khusus untuk dilakukan pencabutan gigi. Bukan kontra indikasi mutlak

    dari pencabutan gigi. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat

    penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut, pencabutan gigi bisa

    dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam pengawasan dokter

    ahli dan penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting

    untuk menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan,

    maupun setelah pencabutan gigi.

    Berikut ini penyakit yang dapat menjadi kontra indikasi dan hubungannya

    dengan pencabutan gigi, yaitu:

    1. Diabetes Mellitus ( penyakit kencing manis / gula )

    Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh rusaknya

    sel-sel beta langerhans yg terdapat di organ pankreas sehingga menyebabkan

    ketidakseimbangan hormon insulin dalam tubuh yang berakibat kadar gula dalam

    darah menjadi tinggi. Insulin dibutuhkan tubuh untuk membantu metabolisme gula

    darah hingga menjadi energi atau disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi.

    Jika kadar insulin dalam tubuh sedikit atau tidak ada, maka metabolisme gula darah

    menjadi energi akan terhambat,akibatnya kadar gula darah yang seharusnya diubah

    menjadi energi dalam tubuh menjadi meningkat. Seseorang dikatakan menderita

    penyakit diabetes melitus jika kadar gula darahnya pada saat puasa melebihi 70-110

    mg/dl,atau pemeriksaan glukosa darah sewaktu lebih dari 180mg/dl. Terkadang

    seseorang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit Diabetes Melitus.

  • Kemungkinan karena tidak ada gejala yang dirasakan spesifik oleh

    penderita,sehingga pemeriksaan kadar glukosa tidak pernah dilakukan.

    Tanda-tanda yang sering terjadi pada seseorang yang menderita Diabetes

    Melitus adalah (a) Sering merasa haus, (b) Sering buang air kecil pada malam hari, (c)

    Sering merasa lapar, (d) Berat badan yang turun drastis secara cepat, (e) Sebagian

    besar gigi terasa goyang, (f) Pandangan menjadi kabur.

    Biasanya pada penderita diabetes melitus,akan lebih rentan terserang

    infeksi dikarenakan kadar gula dalam darahnya yang tinggi sehingga menjadi media

    yang baik untuk tumbuhnya bakteri. Berdasarkan alasan itulah mengapa penderita

    diabetes melitus disarankan untuk menunda pencabutan gigi apabila kadar gula darah

    dalam tubuhnya masih tinggi atau belum terkontrol.

    Akibat yang ditimbulkan bila pencabutan gigi dilakukan pada saat kadar

    gula darah tinggi antara lain :

    (1) Terjadinya infeksi pasca pencabutan pada daerah bekas pencabutan.

    (2) Terjadinya sepsis atau peningkatan jumlah bakteri dalam darah.

    (3) Terjadinya perdarahan yang terus menerus akibat infeksi pasca

    pencabutan.

    Oleh karena alasan tersebut di atas,maka biasanya dokter gigi menunda

    pencabutan gigi pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol. Saran bagi

    penderita diabetes :

    1. Periksakan kadar gula darah secara teratur setiap 1 bulan sekali.

    2. Menjaga asupan karbohidrat dan diet lainnya agar tidak mempengaruhi

    kadar gula darah.

  • 3. Menjaga kebugaran tubuh dengan olah raga yang teratur.

    4. Menjaga kebersihan badan termasuk gigi dan mulut agar terhindar dari

    penyakit infeksi.

    TIPS khusus menjaga kesehatan gigi dan mulut bagi penderita diabetes

    melitus :

    (1) Selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi

    minimal 2 kali sehari pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur.

    (2) Bersihkan karang gigi setiap 6 bulan sekali.

    (3) Berkumurlah dengan larutan antiseptik bila perlu.

    (4) Dianjurkan untuk segera menambal gigi yang berlubang,mencabut

    sisa2 akar gigi agar tidak menimbulkan infeksi.

    (5) Konsultasikanlah dengan dokter spesialis penyakit dalam apabila ada

    gigi yang memerlukan pencabutan, sehingga dokter spesialis penyakit dalam akan

    merekomendasikan surat rujukan ke dokter gigi apabila kondisi gula darah sedang

    terkontrol. Hal ini juga akan menghemat waktu karena dengan berdasarkan konsul

    dari dokter spesialis tersebut,dokter gigi akan merasa aman melakukan pencabutan

    walaupun si pasien seorang penderita diabetes melitus.

    Diabetes dan Infeksi Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak

    memerlukan terapi antibiotik profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien

    dengan diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih lambat

    dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian antibiotik

    profilaksis. Pasien dengan riwayat kehilangan berat badan yang penyebabnya tidak

  • diketahui, yang terjadi bersamaan dengan kegagalan penyembuhan infeksi dengan

    terapi yang biasa dilakukan, bisa dicurigai menderita diabetes.

    Malfungsi utama dari diabetes melitus adalah penurunan absolute atau

    relative kadar insulin yang mengakibatkan kegagalan metabolisme glukosa. Penderita

    diabetes melitus digolongkan menjadi:

    1) Diabetes Melitus ketergantungan insulin (IDDM, tipe 1,

    juvenile,ketotik, britlle). Terjadi setelah infeksi virus dan produksi antibodi autoimun

    pada orang yang predisposisi antigen HLA. Biasanya terjadi pada pasien yang

    berumur di bawah 40 tahun.

    2) Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NDDM, tipe 2, diabetes

    dewasa stabil). Diturunkan melalui gen dominan dan biasanya dikaitkan dengan

    kegemukan. Lebih sering terjadi pada umur di atas 40 tahun.

    Pembedahan dentoalveolar yang dilakukan pada pasien diabetes tipe 2 dengan

    menggunakan anestesi lokal biasanya tidak memerlukan tambahan insulin atau

    hipoglikemik oral. Pasien diabetes tipe 1 yang terkontrol harus mendapat pemberian

    insulin seperti biasanya sebelum dilakukan pembedahan; dan makan karbohidrat

    dalam jumlah yang cukup. Perawatan yang terbaik untuk pasien ini adalah pagi hari

    sesudah makan pagi. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, yang sering

    disebabkan oleh karena sulit mendapatkan insulin, harus dijadikan terkontorl lebih

    dahulu sebelum dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan rujukan dan

    kemungkinan pasien harus rawat inap. Diabetes dan Infeksi Diabetes yang terkontrol

    dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik untuk pembedahan rongga

    mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan

  • lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian

    antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut diduga keras akibat

    defisiensi leukosit polimorfonuklear dan menurunnya atau terganggunya fagositosis,

    diapedisis, dan khemotaksis karena hiperglikemi. Sebaliknya, infeksi orofasial

    menyebabkan kendala dalam pengaturan dan pengontrolan diabetes, misalnya

    meningkatnya kebutuhan insulin. Pasien dengan riwayat kehilangan berat badan yang

    penyebabnya tidak diketahui, yang terjadi bersamaan dengan kegagalan

    penyembuhan infeksi dengan terapi yang biasa dilakukan, bisa dicurigai menderita

    diabetes. Keadaan Darurat pada Diabetes Diabetes kedaruratan, syok insulin

    (hipoglikemia), dan ketoasidosis (hiperglikemia) lebih sering terjadi pada diabetes

    tipe 1. Kejadian yang sering terlihat adalah hipoglikemia, yang dapat timbul sangat

    cepat apabila terjadi kegagalan menutupi kebutuhan akan insulin dengan asupan

    karbohidrat yang cukup. Sedangkan ketoasidosis biasanya berkembang setelah

    beberapa hari. Pasien yang menderita hipoglikemia menunjukkan tanda-tanda pucat,

    berkeringat, tremor, gelisah, dan lemah. Dengan pemberian glukosa secara oral (10-

    20 gram), kondisi tersebut akan dengan mudah membaik. Kegagalan untuk merawat

    kondisi ini akan mengakibatkan kekejangan, koma, dan mungkin menyebabkan

    kematian. Untuk mengatasi ketoasidosis diperlukan pemberian insulin dan cairan. Hal

    tersebut sebaiknya dilakukan di rumah sakit (pasien rawat inap).

    2. Kehamilan

    Kehamilan bukan kontraindikasi terhadap pembersihan karang gigi

    ataupun cabut gigi, karena tidak ada hubungan antara kehamilan dengan pembekuan

  • darah. Perdarahan pada gusi mungkin merupakan manifestasi dari pregnancy

    gingivitis yang disebabkan pergolakan hormon selama kehamilan. Yang perlu

    diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi hipertensi (tekanan darah tinggi) dan

    diabetes mellitus (kadar gula yang tinggi) yang meskipun sifatnya hanya temporer,

    akan lenyap setelah melahirkan, namun cukup dapat menimbulkan masalah saat

    dilakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan perusakan jaringan dan pembuluh

    darah.

    Jadi, bila ada pasien dalam keadaan pregnant bermaksud untuk scaling

    kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya di-refer dulu untuk pemeriksaan darah lengkap,

    laju endap darah, dan kadar gula darahnya. Jangan lupa sebelum dilakukan tindakan

    apapun, pasien dilakukan tensi dulu. Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi

    (dimana hal itu tidak bisa dihindari lagi, pencabutan gigi (dan juga tindakan surgery

    akut lainnya seperti abses) bukanlah suatu kontraindikasi waktu hamil. Hati-hati bila

    pada 3 bulan pertama. rontgen harus dihindari saja kecuali kasus akut (politrauma,

    fraktur). Hati-hati bila menggunakan obat bius dan antibiotik, (ada daftarnya mana

    yang boleh dan mana yang tidak boleh (FDA) sedative (nitrous oxide, dormicum itu

    tidak dianjurkan). Kalau memang harus dicabut giginya atau scalling pada ibu hamil,

    waspada dengan posisi tidurnya jangan terlalu baring, karena bisa bikin kompresi

    vena cafa inferior. Kalau memang riskan, dan perawatan gigi-mulut tidak dapat

    ditunda sampai post-partus, maka sebaiknya tindakan dilakukan di kamar operasi

    dengan bekerja sama dengan tim code blue, atau tim resusitasi.

    Ekstraksi gigi pada pasien hamil yang sehat bisa dilakukan dengan baik

    dan aman di praktek, klinik biasa, atau rumah sakit. Kesulitan yang sering timbul

  • pada ekstraksi gigi pada ibu hamil adalah keadaan psikologisnya yang biasanya

    tegang. Seandainya status umum pasien yang kurang jelas sebaiknya di konsulkan

    dulu ke dokter kandungannya.

    Ekstraksi gigi merupakan kontraindikasi pada trimester pertama, karena

    keadaan umum ibu hamil pada trimester pertama sering sangat lemah dan dalam masa

    pembentukan janin.

    3. Penyakit Kardiovaskuler

    Sebelum menangani pasien ketika berada di praktek, klinik, ataupun

    rumah sakit seorang dokter gigi harus mengetahui riwayat kesehatan pasien baik

    melalui rekam medisnya atau wawancara langsung dengan pasien. Jika ditemukan

    pasien dengan tanda-tanda sesak napas, kelelahan kronis, palpitasi, sukar tidur dan

    vertigo maka perlu dicurigai bahwa pasien tersebut menderita penyakit jantung. Oleh

    karena itu, diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat, misalnya

    pemeriksaan tekanan darah. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung diagnosa

    sehingga kita dapat menyusun rencana perawatan yang tepat dan tidak menimbulkan

    akibat yang tidak diinginkan.

    Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan

    darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong

    sehingga terjadi perdarahan. Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi

    eksodonsi. Kontra indikasi eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan

    tindakan eksodonsi pada pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi

    pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung. Dengan berkonsultasi, kita bisa

  • mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat

    bagi pasien untuk menerima tindakan eksodonsi tanpa terjadi komplikasi yang

    membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang diperlukan sebelum

    atau sesudah dilakukan eksodonsi, misalnya saja penderita jantung lemah harus diberi

    penicillin sebelum dan sesudah eksodonsi dilakukan.

    4. Kelainan Darah

    a. Purpura hemoragik

    Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca pencabutan

    giginya, atau pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada pemerikasaan

    darah yaitu waktu pendarahan dan waktu penjedalan darah, juga konsentrasi

    protrombin.

    Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan dari dalam

    gusi merupakan keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan karena fragilitas

    kapiler (daya tahan kapiler abnormal terhadap rupture) pada pasien tersebut dalam

    keadaan kurang, sehingga menuju kearah keadaan mudah terjadi pendarahan petechie

    dan ecchimosis.

    Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca eksodonsia,

    atau pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada pemerikasaan darah

    yaitu waktu pendarahan dan waktu penjedalan darah, juga konsentrasi protrombin.

  • b. Leukemia

    Pada leukemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan

    prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi

    perdarahan.

    Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan

    prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi

    perdarahan.

    Leukemia Limfatika

    Tanda-tandanya adalah badan makin lelah dan lemah, tanda-tanda anemia

    yaitu pucat, jantung berdesir, tekanan darah rendah, limfonodi membesar diseluruh

    tubuh, gusi berdarah, petecki, perdarahan pasca eksodonsia, batuk-batuk, pruritus,

    pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder.

    Leukemia Mielogenous

    Tanda-tandanya adalah berat badan berkurang, tanda-tanda anemia,

    pembesaran limfa, perut terasa kembung & mual, demam, gangguan gastro intestinal,

    gatal-gatal pada kulit, pendarahan pada berbagai bagian tubuh, gangguan penglihatan

    / perdarahan karena infiltrasi leukemik, perbesaran lien, perdarahan petechyae,

    perdarahan gusi, dan rasa berat di daerah sternum.

    c. Anemia

    Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga

    kemampuan darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Penderita leukemia

    memiliki jumlah leukosit yang lebih banyak dari normal dalam darah sehingga

  • mudah mengalami perdarahan. Selain itu, penderita anemia memiliki kecenderungan

    adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler.

    d. Hemofilia

    Agar tidak terjadi komplikasi pasca pencabutan gigi perlu ditanyakan adakah

    kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yangg

    tidak normal pada penderita. Merupakan penyakit atau kelainan susunan darah yang

    bersifat herediter dan hanya terdapat pada laki-laki. Apabila penderita mendapatkan

    luka, maka darahnya tidak dapat membeku. Hal ini disebabkan oleh trombosit tidak

    dapat pecah kalau berhubungan dengan udara karena kekurangan zat antihemofilia

    dalam serum, sehingga darah akan terus mengalir.

    Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh

    darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan

    darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit,

    faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada

    vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan

    aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya

    membentuk deposisi fibrin.

    Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi faktor VIII.

    Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada

    von Willebrand disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini

    jarang ditemukan. Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan

    adakah kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah

    yang tidak normal pada penderita.

  • e. Trombositopenia

    Penderita trombositopenia memiliki jumlah trombosit lebih sedikit dari

    normal sehingga darah sukar membeku. Seperti yang telah diketahui bahwa trombosit

    penting artinya dalam pembekuan darah.

    f. Kaheksi

    Kaheksi merupakan penyakit atau kelainan susunan darah yang bersifat

    herediter dan hanya terdapat pada laki-laki. Apabila penderita mendapatkan luka,

    maka darahnya tidak dapat membeku. Hal ini disebabkan oleh trombosit tidak dapat

    pecah kalau berhubungan dengan udara karena kekurangan zat antihemofilia dalam

    serum, sehingga darah akan terus mengalir.

    Penderita memiliki keadan umum yang sangat buruk karena malnutrisi atau

    sesudah menderita penyakit yang lama dan berat. Akibatnya semua keadaan menjadi

    jelek, perdarahan banyak, penyembuhan luka lambat dan dengan suntikan atau sedikit

    trauma ia dapat kolaps. Ekstraksi gigi ditunda sampai keadaan umum penderita lebih

    baik.

    5. Hipertensi

    Pada penyakit darah tinggi, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah

    pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga

    terjadi perdarahan terus menerus. Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung

    vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah

    meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila

  • kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah

    dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.

    Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-

    obat tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan

    lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan.

    6. Jaundice

    Tanda-tanda Jaundice adalah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut

    bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa berwarna

    kuning, juga terlihat pada cairan tubuh ( bila pigmen yang menyebabakan warna

    menjadi kuning ).

    Tindakan pencabutan gigi pada penderita ini dapat menyebabkan

    prolonged hemorrahage yaitu perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga bila

    penderita akan menerima pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter

    ahli yang merawatnya atau sebelum pencabutan gigi lakukan premediksi dahulu

    dengan vitamin K.

    7. AIDS

    Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal infeksi HIV. Tanpa

    pemeriksaan secara hati-hati, sering lesi oral tersebut tidak terpikirkan, karena lesi

    oral sering tidak terasa nyeri. Pada penderita AIDS terjadi penghancuran limfosit

    sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi berkurang. Pada tindakan eksodonsi

    dimana tindakan tersebut melakukan perlukaan pada jaringan mulut, maka akan lebih

    mudah mengalami infeksi yang lebih parah. Bila pasien sudah terinfeksi dan

  • memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk mendapatkan perawatan medis dulu.

    Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut gigi. Dengan demikian, apabila

    dokter gigi sudah menemui gejala penyakit mematikan ini pada pasiennya, maka

    dokter bisa langsung memperoteksi diri sesuai standar universal precautaion

    (waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa memakai sarung tangan, masker, kacamata,

    penutup wajah, bahkan juga sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan vaksin HIV.

    Macam-macam manifestasi infeksi HIV pada mulut dapat berupa infeksi

    jamur, infeksi bakteri, infeksi virus dan neoplasma. Pada tindakan pencabutan gigi

    dimana tindakan tersebut melakukan perlukaan pada jaringan mulut, maka akan lebih

    mudah mengalami infeksi yang lebih parah.Bila pasien sudah terinfeksi dan

    memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk mendapatkan perawatan medis dulu.

    Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut gigi.

    8. Sifilis

    Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum.

    Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi

    sehingga penyembuhan luka terhambat.

    9. Nefritis

    Pencabutan gigi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat

    berakibat keadaan nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis

    berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli sebelum melakukan pencabutan gigi.

  • 10. Malignansi Oral ( Keganasan )

    Di daerah perawatan malignasi suatu rahang melalui radiasi sel jaringan

    mempunyai aktivitas yang rendah sehingga daya resisten kurang terhadap suatu

    infeksi. Eksodonsia yang dilakukan di daerah ini banyak yang diikuti

    osteoradionekrosis rahang ( Archer, 1966 ). Apabila perawatan radiasi memang

    terpaksa harus dikerjakan sehubungan dengan malignansi tersebut maka sebaiknya

    semua gigi pada daerah yang akan terkena radiasi dicabut sebelum dilakukan radiasi.

    Bahkan banyak yang berpendapat bahwa semua gigi yang masih ada di daerah itu,

    dibuang bersih dahulu sebelum penderita menerima radiasi yang berat. Tujuan utama

    adalah mencabut gigi-gigi dan melakukan alveolektomi seluruh processus alveolaris

    sejauh sepertiga dekat apeks lubang alveolus.

    Mukoperiosteal flap dibuka lebar pada daerah yang akan dikerjakan

    operasi dan kemudian direfleksikan ke arah lipatan mukobukal atau lipatam labial.

    Semua tulang labial atau bukal diambil dengan menggunakan chisel dan mallet.

    Pengambilan tulang tersebut meliputi daerah akar dan interseptal, dan kemudian gigi-

    gigi dicabut. Dengan memakai bone rongers, chisel, bone burs yang besar , kikir bulat.

    Semua tulang alveolus yang tinggal dan tulang kortikal bagian lingual diambil

    dengan meninggalkan sepertiga dari tulang apeks alveolus. Kemudian flaps yang

    berlebihan digunting agar masing-masing ujung flaps dapat bertemu dengan baik,

    tanpa terdapat teganagan. Penyembuhan biasanya cepat dan perawatan radiasi dapat

    dimulai dalam waktu seminggu.

  • 11. Hipersensitivitas

    Bagi pasien dengan alergi pada beberapa jenis obat, dapat mengakibatkan

    shock anafilaksis apabila diberi obat-obatan pemicu alergi tersebut. Oleh karena itu,

    seorang dokter gigi perlu melakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan

    dan menghindari obat-obatan pemicu alergi.

    12. Toxic Goiter

    Ciri-ciri pasien tersebut adalah tremor, emosi tidak stabil, tachycardia dan

    palpitasi , keringat keluar berlebihan, glandula tiroidea membesar secara difus

    (kadang tidak ada), exophthalmos (bola mata melotot), berat badan susut, rata-rata

    basal metabolic naik, kenaikan pada tekanan pulsus, gangguan menstruasi (pada

    wanita), nafsu makan berlebih.

    Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan

    krisis tiroid, tanda-tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah ,tidak terkontrol

    meskipun telah diberi obat penenang. Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan

    tindakan bedah mulut, termasuk tindakan pencabutan gigi, karena dapat

    menyababkan krisis tiroid dan kegagalan jantung.

    Kontra Indikasi Lokal

    Kontraindikasi pencabutan gigi yang bersifat setempat umumnya

    menyangkut suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi. Ekstraksi gigi dapat dilakukan

    jika inflamasinya sudah sembuh.

  • 1. Infeksi gingival akut

    Infeksi gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing ulcerative

    gingivitis (ANUG) atau fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini disebabkan oleh

    infeksi bakteri fusospirochaetal atau streptococcus.

    Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :

    a. memiliki OH yang jelek

    b. perdarahan pada gusi

    c. radang pada gusi

    d. sakit

    e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak).

    2. Infeksi perikoronal akut

    Infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi molar yang

    terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi molar 3 bererupsi

    sebagian (hanya muncul sedikit pada permukaan gusi). Keadaan ini menyebabkan

    bakteri dapat masuk ke sekitar gigi dan menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis,

    makanan / plak dapat tersangkut di bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga dapat

    mengiritasi gusi, pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan

    rahang. Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah trauma dari

    gigi di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian atas.

    3. Sinusitis maksilaris akut

    Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar rongga hidung.

    Sinusitis (infeksi sinus) terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung,

  • kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan. Pembengkakan tersebut

    menyumbat saluran sinus yang bermuara ke rongga hidung. Akibatnya cairan mukus

    tidak dapat keluar secara normal. Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi

    faktor yang mendorong terjadinya infeksi sinus.

    Gejala sinusitis akut : nyeri / sakit di sekitar wajah, hidung tersumbat,

    kesulitan ketika bernapas melalui hidung, kurang peka terhadap bau dan rasa, eritem

    di sekitar lokasi sinus, jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di sekitar

    wajah.

    Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah

    bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke

    seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia.

    Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan

    tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat pada

    darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat dapat menjadi

    suatu induksi untuk terjadinya sepsis.

    Bila pasien telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan

    sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan kematian

    pasien. Tanda-tanda respon sistemik sepsis :

    a) Takhipne (respirasi > 20 kali/menit

    b) Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)

    c) Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3).

    Sedangkan syok septik adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh

    tidak cukupnya perfusi jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang disebabkan oleh

  • sepsis. Keadaan diatas kadangkala disebut juga Sindroma Respon Inflamasi Sistemik

    (Systemic Inflammatory Response Syndrome = SIRS) yaitu suatu respon inflamasi

    sistemik yang bervariasi bentuk kliniknya, ditunjukkan oleh dua atau lebih keadaan

    sebagai berikut :

    a) Temperatur > 38

    b) Denyut jantung > 90 kali /menit

    c) Respirasi > 20 kali/menit

    d) Jumlah leukosit > 12.000/mm3.

    Kesimpulan

    Secara umum ekstraksi gigi tidak dapat dilakukan apabila pasien tidak

    menghendaki giginya dicabut. Perlunya komunikasi yang baik antara dokter dengan

    pasien akan menciptakan suatu kerja sama yang baik, dimana pasien akan memahami

    mengapa harus dilakukannya suatu tindakan dan dokter dapat melakukan tindakan

    tersebut sesuai dengan prosedurnya. Selain penolakan secara langsung dari pasien

    terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam ekstraksi gigi, seperti penyakit

    sistemik dibawah ini.

    Kontaindikasi sistemik

    a. Kelainan jantung

    b. Kelainan darah. Pasien yang mengidap penyakit penyakit darah seperti

    leukemia, haemoragic purpura, hemofilia. Pasien yang mengidap anemia.

    c. Diabetes mellitus tidak terkontrol. Sangat mempengaruhi penyembuhan luka.

  • d. Penyakit ginjal. Pasien dengan penyakit ginjal ( nephritis ) pada kasus ini bila

    dilakukan ekstraksi gigi akan menyebabkan keadaan akut.

    e. Penyakit hepar (hepatitis).

    f. Pasien dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu daya tahan terutama tubuh

    sangat rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan memakan

    waktu yang lama.

    g. Alergi pada anastesi local

    h. Rahang yang baru saja telah diradiasi, pada keadaan ini suplai darah menurun

    sehingga rasa sakit hebat dan bisa fatal.

    i. Toxic goiter

    j. Kehamilan. terpaksa dilakukan, dianjurkan dilakukan pada trimester ke dua

    karena obat-obatan pada saat itu mempunyai efek rendah terhadap janin.

    k. Psychosis dan neurosis pasien yang mempunyai mental yang tidak stabil karena

    dapat berpengaruh pada saat dilakukan ekstraksi gigi

    l. Terapi dengan antikoagulan.

    Penderita penyakit jantung, hipertensi, arteriosklerosis, dan diabetes mellitus

    kontraindikasi pada pemberian adrenalin.

    Kontraindikasi lokal

    a. Radang akut. Keradangan akut dengan cellulitis, terlebih dahulu keradangannya

    harus dikontrol untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Jadi tidak boleh

    langsung dicabut.

  • b. Infeksi akut. Pericoronitis akut, penyakit ini sering terjadi pada saat M3 RB

    erupsi terlebih dahulu

    c. Malignancy oral. Adanya keganasan (kanker, tumor dll), dikhawatirkan

    pencabutan akan menyebabkan pertumbuhan lebih cepat dari keganasan itu.

    Sehingga luka bekas ekstraksi gigi sulit sembuh. Jadi keganasannya harus

    diatasi terlebih dahulu.

    d. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan konservasi,

    endodontik dan sebagainya.