49249398-dry-eyes

5
Sindroma mata kering (Keratoconjunctivitis Sicca) Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang diakibatkan berkurangnya fungsi air mata. Meskipun terdapat berbagai macam bentuk keratokonjungtivitas sicca, namun yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis dan penyakit autoimun lain adalah sindoma syorgen. Etiologi Kelainan – kelainan ini terjadi pada penyakit yang mengakibatkan : 1. Defisiensi komponen lemak air mata, misalnya : blefaritis menahun, distikiasis dan akibat pembedahan kelopak mata. 2. Defisiensi kelenjar air mata : Sindrom Syorgen, sindrom Riley Day, alakrimia congenital, aplasi congenital saraf trigeminus, sarkoidosis, limfoma kelenjar air mata, obat – obatan diuretic, atropine dan usia tua. 3. Defisiensi komponen musin : Benign ocular pempigoid 4. Akibat penguapan yang berlebihan seperti pada keratitis neuroparalitik, hidup di gurun pasir, keratitis lagoftalmus. 5. Karena parut pada kornea atau menghilangnya mikrovili kornea. Gambaran histopatologis adalah adanya daerah kering pada epitel kornea dan konjungtiva, terdapat filament, hilangnya sel goblet konjungtiva, peningkatan stratifikasi seluler, dan peningkatan keratinisasi. Gambaran klinis Pasien akan mengeluh gatal, mata seperti berpasir (ada benda asing), silau, dan penglihatan kabur. Mata akan memberikan gejala sekresi mucus yang berlebihan, mata tampak kering, fotosensitif, kemerahan nyeri dan sukar menggerakkan kelopak mata. 1

Upload: elsya-paramitasari

Post on 29-Dec-2014

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 49249398-dry-eyes

Sindroma mata kering (Keratoconjunctivitis Sicca)

Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang diakibatkan berkurangnya fungsi air mata.

Meskipun terdapat berbagai macam bentuk keratokonjungtivitas sicca, namun yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis dan penyakit autoimun lain adalah sindoma syorgen.

Etiologi

Kelainan – kelainan ini terjadi pada penyakit yang mengakibatkan :

1. Defisiensi komponen lemak air mata, misalnya : blefaritis menahun, distikiasis dan akibat pembedahan kelopak mata.

2. Defisiensi kelenjar air mata : Sindrom Syorgen, sindrom Riley Day, alakrimia congenital, aplasi congenital saraf trigeminus, sarkoidosis, limfoma kelenjar air mata, obat – obatan diuretic, atropine dan usia tua.

3. Defisiensi komponen musin : Benign ocular pempigoid 4. Akibat penguapan yang berlebihan seperti pada keratitis neuroparalitik, hidup di gurun

pasir, keratitis lagoftalmus.5. Karena parut pada kornea atau menghilangnya mikrovili kornea.

Gambaran histopatologis adalah adanya daerah kering pada epitel kornea dan konjungtiva, terdapat filament, hilangnya sel goblet konjungtiva, peningkatan stratifikasi seluler, dan peningkatan keratinisasi.

Gambaran klinis

Pasien akan mengeluh gatal, mata seperti berpasir (ada benda asing), silau, dan penglihatan kabur. Mata akan memberikan gejala sekresi mucus yang berlebihan, mata tampak kering, fotosensitif, kemerahan nyeri dan sukar menggerakkan kelopak mata.

Gambaran karakteristik pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tidak adanya meniscus air mata pada margin bawah kelopak mata. Konjungtiva bulbi edema, hiperemik menebal dan kusam. Kadang – kadang terdapat benang mucus kekuning – kuningan pada forniks konjungtiva bagaian bawah. dan terdapat erosi kornea.

Pemeriksaan

Tes Schirmer

Uji schirmer merupakan uji dengan menggunakakan lembar kertas tipis (kertas filter Whatman No. 41) dibalik kelopak bawah selama 5 menit dengan atau tanpa obat anestesi. Hasil tes ini dengan melihat panjang basahnya kertas dibanding dengan ukuran baku. Uji schirmer

1

Page 2: 49249398-dry-eyes

merupakan skrening untuk menilai produksi air mata. Uji tanpa anestesi topikal mengukur fungsi kelenjar lakrimal dimana aktivitas sekresi distimulasi oleh efek iritasi lokal dari kertas filter. Uji dengan anestesi lokal mengukur sekresi basal karena stimulasi dasar terhadap reflex sekresi telah dihilangkan.

Uji “BREAK UP TIME”

Uji “break up time” lapisan film air mata berguna untuk memeriksa komponen musin pada air mata. Defisiensi musin tidak mempengaruhi hasil tes schirmer tetapi mengarah pada instabilitas lapisan film air mata. Lapisan film air mata akan pecah dan membentuk bercak kering pada kornea.

Waktu pemecahan air mata dapat diukur dengan mengaplikasikan fluoresein pada konjungtiva bulbar dan meminta pasien untuk berkedip. Air mata dinilai menggunakan slit lamp dengan filter cobalt sementara pasien membuka mata menatap lurus tanpa kedip. Break up time adalah waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya bercak kering pada permukaan kornea setelah mata berkedip. Pada orang normal, break-up time sekitar 15 detik, tetapi dapat berkurang dengan pemberian anestesi lokal, manipulasi mata, atau membuka kelopak mata. Break up time berkurang pada mata dengan defisiensi musin.

Tes Ferning (Ocular Ferning Test)

Tes kualitatif yang murah dan simple untuk mempelajari mucus konjungtiva dengan cara mengumpulkan air mata yang terdapat di forniks dengan spatula atau mikropipet tanpa anestesi topical. Sampel air mata diletakkan diatas gelas objek, ditutup dan dibiarkan kering pada suhu kamar. Arborisasi mikroskopik (ferning) diobservasi pada mata normal. Pada pasien dengan konjungtivitis sikatriks (ocular pemphigoid, Stevens-Johnson syndrome, diffuse conjunctival cicatrization), ferning dari mukus berkurang atau tidak ada.

Impresi Sitologi

Gambaran sitologi adalah metode dimana densitas sel goblet pada permukaan konjungtiva dapat dinilai. Pada orang normal, sel goblet paling banyak ditemukan di kuadran infranasal. Sel goblet berkurang pada keratoconjunctivitis sicca, trachoma, sikatriks okular pada Stevens-Johnson syndrome dan avitaminosis A.

Fluoresein Staining

Menyentuh konjungtiva dengan strip kering fluoresein adalah indikator yang baik untuk menilai kelembaban, dan meniscus air mata akan mudah dilihat. Fluoresein akan mewarnai the eroded and denuded areas, defek mikroskopik epitel kornea.

Uji Rose Bengal dan Lissamine Green

2

Page 3: 49249398-dry-eyes

Rose Bengal merupakan zat warna yang bila diberikan pada permukaan mata akan diambil oleh sel epitel yang mati. Pewarnaan positif konjungtiva oleh Rose bengal and lissamine green, akan selalu terlihat pada diagnosis mata kering. Kedua pewarna akan mewarnai sel – sel epitel kornea yang tidak vital juga sel – sel pada konjungtiva..

Pemeriksaan lisozim air mata

Penurunan konsentrasi lisozim biasanya terdapat pada sindroma syorgen stadium awal dan dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit tersebut. Metode yang digunakan adalah spectrophotometric assay.

Pemeriksaan osmolaritas air mata

Hiperosmolalitas air mata terjadi pada keratoconjungtivitis sika and pemakai kontak lensa dan ini disebabkan karena penurunan sensitivitas kornea. Ada yang melaporkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes yang paling spesifik untuk keratokonjungtivitis sicca, bahkan disaat tes schirmer, pewarnaan rose Bengal dan lissamine green hasilnya normal.

Lactoferrin tear test

LTT merupakan spesifisitas sangat tinggi, sensitivitas baik bila dilakukan bersamaan dengan tes air mata kualitatif. Kandungan Laktoferin dalam air mata rendah pada pasien dengan hiposekresi kelenjar lakrimal.

Komplikasi

Komplikasi awal adalah penglihatan menjadi terganggu. Bila keadaan menjadi memburuk dapat terjadi ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, dan parut kornea dan neovaskularisasi kornea.

Pengobatan

1. Edukasi pasien

Pasien sebaiknya memahami bahwa mata kering adalah kondisi kronik dan penyembuhan secara total sangat sulit kecuali pada kasus ringan dimana perubahan epitel konjungtiva dan kornea bersifat reversibel.

2. Air mata buatan

Air mata buatan adalah pengobatan yang utama. Salep biasa digunakan untuk lubrikasi jangka panjang, khususnya pada waktu tidur.

3

Page 4: 49249398-dry-eyes

3. Penutupan punctum lakrimal

Penutupan punctum lakrimal untuk mencegah sekresi lakrimal. Penutupan ini dapat bersifat temporer, reversibel maupun permanen. Penutupan permanen dari punctum dan kanalikuli dapat dilakukan dengan thermal, elektrokauter, atau laser.

4. Anti inflamasi, misalnya steroid topikal dosis rendah, siklosporin topikal, tetrasiklin sistemik5. Kontak lensa

4