4311413047_desi purnama sari
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 4311413047_Desi Purnama Sari
1/11
PENGARUH PENAMBAHAN PIPA KATALISHYDROCARBON CRACK
SYSTEMPADA KENDARAAN BERMOTOR UNTUK MENGURANGI
EMISI GAS BUANG CO DAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR
Desi Purnama Sari
Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Email : [email protected]
Abstrak
Sumber pencemaran udara yang utama adalah berasal dari transportasi terutama
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar yang mengandung zat
pencemar, 60% dari pencemar yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan
sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (Fardiaz,1992). Di Indonesia, penggunaan
kendaraan bermotor sudah banyak, mulai dari dijadikan kendaaan pribadi sampai
menjadi angkutan umum. Hal ini menjadi kontribusi besar dalam pencemaran
udara yang ada. Kini kendaraan bermotor sudah dirasa menjadi kebutuhan primerbagi masyarakat, sehingga banyak pula upaya yang dilakukan untuk menghemat
bahan bakar dari kendaraan bermotor ini karena faktor ekonomi yang ada. Maka
perlu inovasi pembuatan alat untuk mengurangi emisi gas buang dan penghematan
bahan bakar yang tujuannya untuk menaikan kinerja mesin, dan mengurangi
resiko kerusakan. Penelitian ini adalah memakai metode hydrocarbon crack
system (HCS) menggunakan pipa katalis untuk mengurangi emisi gas buang CO
dan menghemat bahan bakar. Mekanisme kerja dari penelitian ini diawali dengan
menguji performa kendaraan bermotor, memasang pipa katalis HCS pada mesin,
menguji kinerja dari HCS lalu membandingkan hasil sebelum dan sesudah
pemasangan HCS. Metode penelitian menggunakan variabel bebas dengan
mengatur putaran mesin, panjang pipa katalis dan volume bahan bakar untuk
mengetahui pengaruh pengurangan emisi gas buang kendaraan bermotor,
penghematan BBM, temperatur mesin, dan kebisingan. HCS sangat efektif
dipakai untuk power supelmen kendaraan bermotor sebagai penghemat bahan
bakar yang mampu menghemat minimal 50% sampai 70% bahan bakar. Metode
HCS diharapkan mampu menurunkan kadar emisi gas buang CO dan menghemat
BBM dengan peningkatan panjang pipa katalis dan volume premium.
Kata kunci :pipa katalis, hydrocarbon crack system, uap, emisi.
-
7/24/2019 4311413047_Desi Purnama Sari
2/11
Pendahuluan
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan
(Fardiaz, 1992). Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi
yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dalam udara
terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh
klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultraviolet.(Marbun, 2010)
Menurut Wardhana (1995), udara bersih yang dihirup hewan dan manusia
merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa.
Meskipun demikian, udara yang benar-benar besih sulit didapatkan terutama di
kota besar yang banyaj terdapat industri dan lalu litas yang padat. Udara yang
mengandung zat pencema dalam hal ini disebut udara tercemar. Udara yang
tercemar tersebut dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia. kerusakan
lingkungan berarti berkurangnya daya dukung alam terhadap kehidupan yang
pada gilirannya akan mengurangi kualitas hidup manusia secara keseluruhan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup (KEPMEN KLH) No. Kep. 02/Men-KLH/1998, yang dimaksudkan dengan
pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan
manusia atau proses alam sehingga kualitas udara turun hingga ke tingkat tertentu
yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukkannya.
Sumber pencemaran udara yang utama adalah berasal dari transportasi
terutama kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar yang mengandung
zat pencemar, 60% dari pencemar yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida
dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (Fardiaz,1992).
Pertumbuhan pada sektor transportasi, yang diproyeksikan sekitar 6% sampai
8% per tahun, pada kenyataannya tahun 1999 pertumbuhan jumlah kendaraan di
kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Dengan menggunakan proyeksi 6 -
8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1 kali
konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0
kali pada tahun 2018 (World Bank, 1993 cit KLH, 1997). Pada tahun 2020
-
7/24/2019 4311413047_Desi Purnama Sari
3/11
setengah dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan
pencemaran udara perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan
bermotor. Perkiraan hasil studi Bank Dunia tahun 1994 (Indonesia Environment
and Development) menunjukkan bahwa kendaraan di Jakarta (diperkirakan
kondisi yang sama terjadi pada kota-kota besar lainnya) memberikan kontribusi
timbal 100%, SPM10 42%, hidrokarbon 89%, nitrogen oksida 64% dan hampir
seluruh karbon monoksida. (Kusminingrum, 2008)
Di Indonesia, penggunaan kendaraan bermotor sudah banyak, mulai dari
dijadikan kendaaan pribadi sampai menjadi angkutan umum. Hal ini menjadi
kontribusi besar dalam pencemaran udara yang ada. Kini kendaraan bermotor
sudah dirasa menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat, sehingga banyak pula
upaya yang dilakukan untuk menghemat bahan bakar dari kendaraan bermotor ini
karena faktor ekonomi yang ada. Terdapat banyak cara untuk meningkatkan nilai
oktan atau nilai kalor dalam bahan bakar yang berkaitan dengan penghematan
bahan bakar. Penghemat bahan bakar menggunakan additive banyak
kekuranganya, sama juga yang menggunakan alat. Berkaitan dengan kelebihan
dan kekurangan dari alat penghemat bahan bakar, sekarang ini banyak ilmuwan
melakukan riset simulasi-simulasi yang berkaitan dengan pemanfaatan
hidrokarbon yang terdapat pada premium dan pertamax.
Hidrokarbon yang terdapat pada bahan bakar dipecah menjadi atom hidrogen
(H) dan karbon (C) dengan menggunakan pipa katalis yang dipanaskan dari
exhaust knalpot dan panas blok mesin. Unsur H dan C menyuplai ke karburator
untuk penyempurnaan pembakaran dengan metode Hydrocarbon crack System
(HCS). (www.baligifter.org)
Penggunanaan HCS sangat efektif mengurangi bahan bakar kendaraan
(www.gassavers.org). Fokusnya adalah memanfaatkan limbah pipa tembagasebagai pipa katalis HCS dan memanfaatkan uap bahan bakar tangki. Diharapkan
alat ini mampu mengurangi emisi gas buang mobil dan menghemat bahan bakar
diatas 70%. (Raharjo,2013)
Proses Pembakaran Mesin
Kendaraan bermotor bisa berupa sepeda motor maupun mobil. Sepeda motor
memiliki daya penggerak sama dengan mobil dan pesawat tenaga lainya. Daya
http://www.baligifter.org/http://www.gassavers.org/http://www.gassavers.org/http://www.baligifter.org/ -
7/24/2019 4311413047_Desi Purnama Sari
4/11
penggeraknya utama yaitu mesin (engine). Pembakaran sebagai reaksi kimia atau
reaksi persenyawaan bahan bakar dengan oksigen dengan diikuti sinar atau panas.
Alkana terbakar dalam keadaan oksigen berlebihan dan reaksi ini menghasilkan
sejumlah kalor (eksoterm).
Reaksinya : CH4+ 2O2CO2+ 2H2+ 212,8 kkal/mol
C4H10+ 2O2CO2+ H2O + 688,0 kkal/mol
Mekanisme pembakaran sangat dipengaruhi oleh keadaan dari keseluruhan
proses pembakaran dimana atom-atom dari komponen yang dapat bereaksi
dengan oksigen dan membentuk produk yang berupa gas. Bila oksigen dan
hidrokarbon tidak bercampur dengan baik, maka akan terjadi proses cracking.
Dimana pada nyala akan timbul asap. Pembakaran seperti ini dinamakan
pembakaran tidak sempurna (Toyota Step 2, 1996).
Jenis pembakaran pada motor bensin meliputi pembakaran normal
(sempurna) dan pembakaran tidak normal. Pembakaran normal adalah bahan
bakar dapat terbakar seluruhnya pada saat dan keadaan yang dikehendaki.
Pembakaran tidak sempurna adalah pembakaran dimana nyala api dari
pembakaran ini tidak menyebar secara teratur dan merata, sehingga menimbulkan
masalah atau bahkan kerusakan pada bagian-bagian motor (Daryanto, 2002).
Kebanyakan motor bakar torak bekerja dengan siklus 4-langkah pembakaran
sempurna. Pada motor otto proses pembakaran didalam motor bakar torak terjadi
secara periodik. Sebelum terjadi proses pembakaran berikutnya, terlebih dahulu
gas pembakaran yang sudah dipergunakan harus dikeluarkan dari dalam silinder,
hal ini dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Siklus 4-Langkah pada mesin Otto (www.otomotrip.com)
-
7/24/2019 4311413047_Desi Purnama Sari
5/11
Sistem Bahan Bakar Pada Mesin Otto
Pada mesin otto terdapat sistem bahan bakar yang terdiri dari sistem suplai
bahan bakar dan sistem penakar bahan bakar. Sistem suplai bahan bakar berfungsi
mengalirkan bahan bakar dari tabung bahan bakar ke sistem penakar bahan bakar.
Sedangkan sistem penakar bahan bakar pada mesin otto baik yang menggunakan
karburator atau sistem injeksi bahan bakar berfungsi sebagai berikut :
1. Penakar campuran udara bahan bakar terbakar dengan cepat dan sempurna.
2. Atomisasi dan penyebar bahan bakar didalam aliran udara atau dikenal dengan
Air Fuel Ratio (AFR).
Air Fuel Ratio (AFR) yaitu perbandingan jumlah udara terhadap bahan bakar
dalam berat. Nilai perbandingan teoritis untuk proses pembakaran sempurna atau
AFR stoikiometri untuk motor otto sekitar 14,7. Sistem bahan bakar harus mampu
menghasilkan perbandingan udara bahan bakar yang dibutuhkan disilinder yang
sesuai dengan kondisi operasi mesin (Arifuddin, 1999).
Hidrocarbon Crack System (HCS)
Metode pengurang emisi gas buang kendaraan bermotor terutama CO dan
pengemat bahan bakar sekarang ini yang banyak dipakai adalah Hydrocarbon
Crack System (HCS). HCS sendiri adalah sistem memecah atom hidrokarbon
menjadi atom hidrogen (H2) dan karbon (C) dengan media pipa katalis yang
dipanaskan untuk menyuplai proses pembakaran mesin, yang ditunjukan pada
Gambar 2. Panas yang digunakan yaitu panas luar atau exothermic dari mesin
internal combustion. Mulai dari blok mesin sampai exhaust knalpot dengan
temperatur mencapai hingga 400oC (Tirtoatmodjo, 2009). Hydrogen yang
digunakan dari bahan bakar minyak (BBM) Oktan 88 (Premium) atau Oktan 92(Pertamax). Premium rumus kimianya C8H18 dan Pertamax rumus kimianya
C10H24. C8H18dicrack atau diurai menjadi 8 atom carbon dan 18 atom hidrogen
(H2), sedangkan C10H24jika di-crack atau diurai menjadi 10 atom karbon dan 24
atom hidrogen (H2). Gas hidrogen merupakan gas yang paling ringan, tidak
berwarna dan tidak berbau, dan bersifat mudah terbakar dengan adanya oksigen.
Gas hidrogen membantu menyempurnakan sistem pembakaran pada kendaraan
bermotor dan diperoleh daya mesin yang lebih besar. Semakin tinggi nilai oktan
-
7/24/2019 4311413047_Desi Purnama Sari
6/11
yang digunakan semakin besar tenaga kendaraan yang akan dihasilkan
(Supraptono, 2004).
Gambar 2 Perlengkapan Komponen HCS Dan Skema Pemasangannya
(www.Kr.Co.Id/Web/Detail, 2008)
Proses pembuatan dan penggunaan HCS
Riset yang diusulkan mengikuti diagram alir pada Gambar 3. Pertama,
membuat pipa katalis dengan panjang 100, 150, dan 200 mm. Variasi konsentrasi
jumlah bahan bakar (BB) premium dalam tangki yang akan digunakan 20 liter dan
30 liter. Untuk pengujian pada putran idle atau 700 rpm dan 2500 rpm. Kedua,
pengujian menggunakan uji hemat bahan bakar dan emisi gas buang. Material
yang digunakan limbah tembaga dengan diameter 16 mm, batang aluminium
diamter 7 mm, dan bahan bakar premium.Uraian langkah-langkah penelitian dapat
dijabarkan ke dalam diagram alir penelitian pada Gamba 3 sebagai berikut.
-
7/24/2019 4311413047_Desi Purnama Sari
7/11
Gambar 3 Diagram Alur Kerja Penelitian (Abdillah, 2014)
Alat yang digunakan :
Pipa katalis dari pipa tembaga bekas kondensor AC dengan diameter pipa 8
mm. Bagian dalam pipa katalis diisi batang aluminium yang diameter 7 mm.
Desain pipa katalis HCS ditunjukan pada Gambar 4. Bahan pendukung lain yaitu
premium sebagai bahan bakar sepeda motor Zupiter Z, reservoir kapasitas 1.200
ml dari aluminium, dan kran pengatur aliran
Gambar 4 Desain pipa katalis HCS (Solechan, 2014)
Bahan yang digunakan :
Media uji pipa katalis menggunakan sepeda motor Zupiter Z 113,7 cc tahun
2006 dengan rasio konsumsi bahan bakar 1: 47,5 artinya 1 liter BBM mampu
-
7/24/2019 4311413047_Desi Purnama Sari
8/11
berjalan 47,5 km. Alat pengujian menggunakan stopwatch, termometer,
tachometer, sound level meter, dan Gas Analyzer. (Solechan, 2014)
Langkah-langkah pembuatan pipa katalis HCS sebagai berikut :
1. Pipa tembaga dengan tubing cutter, sedangkan pembekokannya
menggunakan bending copper tubing.
2.
Pemotongan batang aluminium 7 mm dengan panjang 80 mm dengan
gergaji besi.
3. Pensettingan pipa tembaga dan batang alumunium sebelum di las. Setiap
ujung pipa tembaga dibuat flaring atau agak tirus untuk mempermudah
penggelasan antar sambungan pipa tembaga yang berdiamter besar dan
kecil
4.
Untuk desain HCS menggunakan pipa tembaga 5 dan 8 mm.
5. Apabila batang aluminium sudah masuk kedalam pipa katalis 8 mm, untuk
ujung-ujung pipa disambung dengan pipa tembaga dengan diameter 5 mm,
sekaligus diflaring ujung-ujungnya untuk dilakukan pengelasan.
6. Pengelasan menggunakan brazing copper tubing dengan pengisi las dari
perak.
7.
Pemeriksaan pipa katalis untuk mengetahui kebocoran pipa. Proses
selanjutnya sama dengan tahap 1 sampai 7 dengan panjang dan diameter
pipa katalis yang berbeda(Solechan, 2014).
Variabel Yang Diuji
Dalam penelitian ini variabel yang diujikan antara lain emisi gas buang,
waktu performa mesin, temperatur mesin, dan kebisingan.
Negara Indonesia termasuk Negara yang standar emisinya tidak ketat,
hanya mengukur 4 unsur dalam gas buang yaitu senyawa HC, CO, CO2dan O2(Satudju, Dj, 1991). Karbon Monoksida (CO) merupakan hasil dari pembakaran
yang tidak tuntas yang disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah udara pada
rasio udara bahan bakar (AFR). Nilai CO berdasarkan batas emisi gas buang
yang diizinkan maksimal 4,5% (Witoelar, 2006). Sebuah penelitian telah
dilakukan dan hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa sebelum menggunakan
pipa katalis HCS kandungan CO sebesar 5,97 % pada putaran 900, pada putaran
2000 rpm mengalami penurunan 5,43 %. Unsur CO tanpa katalis masih diatas
-
7/24/2019 4311413047_Desi Purnama Sari
9/11
nilai ambang batas yang diizinkan. Ini dikarenakan rasio udara bahan bakar
(AFR) sangat miskin atau campuran kaya dan nilai oktan rendah, sehingga sulit
terbakarnya bahan bakan (Mustafa, 2012). Setelah dipasang pipa katalis HCS
terjadi penurunan kandungan unsur CO, baik pada kecepatan 900 rpm, 1500 rpm
maupu 2000 rpm. Penurunan CO juga dipengaruhi dari panjang pipa katalis dan
volume premium. Pipa katalis 100 mm kecepatan 900 rpm kandungan CO sebesar
4,52 % terjadi penurunan 24 %. Pipa katalis 150 mm sebesar 4.43 % dan pipa
katalis 200 mm sebesar 6,04 %. Hasil CO yang paling baik pada untuk putaran
900 rpm dan volume pertamax 1000 ml pada pipa katalis 200 mm sebesar 6,04 %,
sedangkan pada putaran 2000 rpm dan volume pertamax 1500 ml pada pipa
katalis 200 mm sebesar 4.57 % (Solechan, 2014). Suplay uap premium dari tangki
bahan bakar ke intake manifold menjadikan nilai oktan meningkat, apalagi
ditambah ruang volume tangki bahan bakar yang besar, ini mampu meningkatkan
jumlah unsur hidrogen dan karbon. Nilai oktan yang tinggi menjadikan
pembakaran sempurna dan nilai AFR ideal (Supraptono, 2004).
Waktu performa ini berhubungan dengan nilai oktan. Semakin tinggi nilai
oktan yang digunakan, semakin besar tenaga kendaraan yang akan dihasilkan dan
konsumsi BBM rendah (Supraptono, 2004). Sebuah penelitian telah dilakukan dan
hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa Sebelum dipasang pipa katalis HCS,
waktu performa mesin sangat pendek, baik pada putaran mesin 900 rpm, 1500
rpm, maupun 2000 rpm dengan durasi 12:45 menit, 09:59 menit, dan 1:35 menit.
Waktu performa mesin sangat pendek disebabkan BBM yang dipakai memiliki
nilai oktan rendah yaitu oktan 82. Semakin tinggi nilai oktan yang digunakan,
semakin besar tenaga kendaraan yang akan dihasilkan dan konsumsi BBM rendah
(Supraptono, 2004). Penambahan panjang pipa katalis HCS dan menurunya
volume pertamax akan meningkatkan waktu performa mesin, baik pada putaranmesin 700 rpm, 1500 rpm, maupun 2000 rpm. Tanpa pipa katalis dengan putaran
mesin 900 rpm waktu performa mesin 3:57 menit, setelah dipasang pipa katalis
dengan panjang 100 mm dan volume premium 1000 ml mengalami peningkatan
18%, pipa katalis panjang 150 mm peningkatan 33%, sampai yang paling optimal
35 % pada pipa katalis 200 mm. Sedangkan untuk putaran mesin 2000 rpm
sampai mengalami peningkatan 52 % (Solechan, 2014). Prosentase penghematan
BBM tergantung diameter, panjang pipa katalis, volume uap dan aliran uap
-
7/24/2019 4311413047_Desi Purnama Sari
10/11
hidrokarbon (David, 2012). Semakin panjang pipa katalis dan volume pertamax
akan meningkatkan jumlah hidrokarbon dan kemurnian hidrogen dan karbon
tanpa kandungan H2O (Tirtoatmodjo, 2009).
Dalam sebuah penelitian yang sama, menunjukan suatu perbedaan pada
temperatur mesin dari kendaraan bermotor yang diuji. Temperatur mesin baik
pada putaran 900 rpm, 1500 rpm, maupun 2000 rpm tanpa menggunakan pipa
katalis HCS memiliki temperatur mesin paling tinggi. Setelah dipasang pipa
katalis HCS yang lebih panjang dan volume pertamax yang diperkecil
menyebabkan temperatur mesin rendah, dikarenakan suplay uap premium dari
tangki menjadikan bahan bakar menjadi kaya hidrogen dan karbon. Masih dalam
penelitian yang sama, pengujian kebisingan menggunakan sound level meter
dengan jarak 30 cm dari mesin. Menggunakan pipa katalis 100 ml mengalami
penurunan nilai kebisingan sebesar 6 % atau 7 dB. Menggunakan pipa katalis 150
mm, kebisinganya stagnan 61 dB. Setelah dipasang pipa katali 200 mm,
kebisingan menurun 61 atau terjadi penurunan 7 % (7dB) (Solechan, 2014).
Kesimpulan
1.
Mekanisme kerja dari penelitian ini diawali dengan menguji performa
kendaraan bermotor, memasang pipa katalis HCS pada mesin, menguji
kinerja dari HCS lalu membandingkan hasil sebelum dan sesudah
pemasangan HCS
2. Variasi desain pipa katalis HCS adalahputaran mesin, panjang pipa katalis
dan volume bahan bakar.
3.
Desain pipa katalis HCS bertujuan untuk mengurangi emisi gas buang CO
dan mampu menghemat bahan bakar 50% sampai 70%.
-
7/24/2019 4311413047_Desi Purnama Sari
11/11
Daftar Pustaka
Air.Jurnal Teknik Mesin Vol. 1, No. 1, April 1999 : 24 29. Jurusan Teknik
Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen
Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical
Arifuddin. 1999.Penggerak Mula Motor Bakar Torak. Jakarta : Univ. Gunadarma
Arismunandar. Wiranto. 1988.Penggerak Mula Motor Bakar. Bandung : ITB
Keputusan menteri negeri kependudukan dan lingkungan hidup Keputusan
menteri Negara lingkungan hidup no. 48 tahun 1996 tentang baku tingkat
kebisingan
Ketta Mc, J.J. (1988). Encyclopedia of Chemical Processing and Design. New
York : vol 1. Marcell Dekker
Muadi Ikhsan. 2010. Pengaruh jumlah katalisator pada hydrocarbon crack
system (HCS) dan jenis busi terhadap daya mesin sepeda motor yamaha
jupiter z tahun 2008. Solo : Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, FKIP-
UNS
Mustafa Bakeri, Akhmad Syarief, Ach. Kusairi S. 2012.Analisa gas buang mesin
berteknologi efi dengan bahan bakar premium. info teknik, Volume 13 No.
1, Juli 2012, hal 81-9
Solechan. 2014. Analisa Penambahan Pipa Katalis Hydrocarbon Crack System
Dengan Memanfaatkan Uap Tangki Terhadap Penghematan Bahan Bakar
Dan Emisi Gas Buang Sepeda Motor Zupiter Z. Semarang: Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Semarang
Supraptono. 2004. Bahan Bakar dan Pelumas. Semarang : Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Witoelar. R. 2006.Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No 5.
Yusuf Wibisono. 2002.Toyota Kijang Super [Generasi 3 (A) : 1986-1992
(KF40/KF50)]. Bandung : Sep-Nov 2002. Alli-Rights Reserved