25246707 karo dulu dan sekarang

152
8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 1/152 BAB I PROFIL ORANG KARO 1. Orang Karo aro adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Sebagian besar masyarakat suku Karo enggan disebut sebagai orang Batak karena merasa berbeda. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas. Dalam beberapa literatur tentang Karo, etimologi Karo berasal dari kata Haru. Kata Haru ini berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitar abad 14 sampai abad 15 di daerah Sumatera Bagian Utara. Kemudian pengucapan kata Haru ini berubah menjadi Karo. Inilah diperkirakan awal terbentuknya nama Karo. Pada jaman keemasannya kekuasaan Kerajaan Haru/Karo mulai dari Aceh Besar sampai sungai Siak di Riau. Eksistensi Haru/Karo di Aceh dapat dipastikan dengan beberapa desa di sana yang berasal dari bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja atau Banda Aceh sekarang, Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta Lubok, Kuta Laksamana Mahmud, Kuta Cane, dan lainnya. Dan terdapat suku karo di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee.  Terdapat suku Karo di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee. Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad", (1981). Beliau menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan keturunan dari batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H. M. Zainuddin dalam bukunya "Tarikh Aceh dan Nusantara" (1961) dikatakan bahwa di lembah Aceh Besar disamping Kerajaan Islam ada kerajaan Karo. Selanjunya disebutkan bahwa penduduk asli atau bumi putera dari Ke-20 Mukim bercampur dengan suku Karo yang dalam bahasa Aceh disebut Karee. Brahma Putra, dalam bukunya "Karo Sepanjang Zaman" mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah Manang Ginting Suka. Kelompok karo di Aceh kemudian berubah nama menjadi "Kaum Lhee Reutoih" atau kaum tiga ratus. Penamaan demikian terkait dengan peristiwa perselisihan antara suku Karo dengan suku Hindu di sana yang disepakati diselesaikan dengan perang tanding. Sebanyak tiga ratus (300) orang suku Karo akan berkelahi dengan empat ratus (400) orang suku Hindu di suatu lapangan terbuka. Perang tanding ini dapat didamaikan dan sejak saat itu suku Karo disebut sebagai kaum tiga ratus dan kaum Hindu disebut kaum empat ratus. Dikemudian hari terjadi pencampuran antar suku Karo dengan suku Hindu dan mereka disebut sebagai kaum Jasandang. Golongan lainnya adalah Kaum Imam Pewet dan Kaum Tok Batee yang merupakan campuran suku pendatang, seperti: Kaum Hindu, Arab, Persia, dan lainnya. Sifat dan perwatakan manusia Karo yang berwujud pada perilaku atau perbuatan dan pola pikirnya, yang masih melekat pada anggota masyarakat Karo pada umumnya adalah sebagai berikut: jujur, tegas dan berani, percaya diri, pemalu, tidak serakah dan tahu akan hak, mudah tersinggung dan dendam, berpendirian tetap dan pragmatis, sopan, jaga nama keluarga dan harga diri, rasional dan kritis, mudah menyesuaikan diri, gigih mencari ilmu, tabah, beradat, suka membantu dan menolong, pengasih dan hemat, percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Upload: derdor

Post on 29-May-2018

657 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 1/152

BAB IPROFIL ORANG KARO

1. Orang Karo

K aro adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten DeliSerdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, danKabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu namakabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo)yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut BahasaKaro. Sebagian besar masyarakat suku Karo enggan disebut sebagai orangBatak karena merasa berbeda. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untukorang Batak yaitu Kalak Teba. Pakaian adat suku Karo didominasi denganwarna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.

Dalam beberapa literatur tentang Karo, etimologi Karo berasal dari kataHaru. Kata Haru ini berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitarabad 14 sampai abad 15 di daerah Sumatera Bagian Utara. Kemudianpengucapan kata Haru ini berubah menjadi Karo. Inilah diperkirakan awalterbentuknya nama Karo. Pada jaman keemasannya kekuasaan KerajaanHaru/Karo mulai dari Aceh Besar sampai sungai Siak di Riau. EksistensiHaru/Karo di Aceh dapat dipastikan dengan beberapa desa di sana yangberasal dari bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja atau Banda Aceh sekarang,Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta Lubok, KutaLaksamana Mahmud, Kuta Cane, dan lainnya. Dan terdapat suku karo di

Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee. Terdapat suku Karo di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee.Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalambukunya "Aceh Sepanjang Abad", (1981). Beliau menekankan bahwapenduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidakdijelaskan keturunan dari batak mana penduduk asli tersebut. Sementaraitu, H. M. Zainuddin dalam bukunya "Tarikh Aceh dan Nusantara" (1961)dikatakan bahwa di lembah Aceh Besar disamping Kerajaan Islam adakerajaan Karo. Selanjunya disebutkan bahwa penduduk asli atau bumi puteradari Ke-20 Mukim bercampur dengan suku Karo yang dalam bahasa Aceh

disebut Karee. Brahma Putra, dalam bukunya "Karo Sepanjang Zaman"mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah ManangGinting Suka.

Kelompok karo di Aceh kemudian berubah nama menjadi "Kaum LheeReutoih" atau kaum tiga ratus. Penamaan demikian terkait dengan peristiwaperselisihan antara suku Karo dengan suku Hindu di sana yang disepakatidiselesaikan dengan perang tanding. Sebanyak tiga ratus (300) orang sukuKaro akan berkelahi dengan empat ratus (400) orang suku Hindu di suatulapangan terbuka. Perang tanding ini dapat didamaikan dan sejak saat itusuku Karo disebut sebagai kaum tiga ratus dan kaum Hindu disebut kaum

empat ratus. Dikemudian hari terjadi pencampuran antar suku Karo dengansuku Hindu dan mereka disebut sebagai kaum Jasandang. Golongan lainnyaadalah Kaum Imam Pewet dan Kaum Tok Batee yang merupakan campuransuku pendatang, seperti: Kaum Hindu, Arab, Persia, dan lainnya.

Sifat dan perwatakan manusia Karo yang berwujud pada perilaku atauperbuatan dan pola pikirnya, yang masih melekat pada anggota masyarakatKaro pada umumnya adalah sebagai berikut: jujur, tegas dan berani, percayadiri, pemalu, tidak serakah dan tahu akan hak, mudah tersinggung dandendam, berpendirian tetap dan pragmatis, sopan, jaga nama keluarga danharga diri, rasional dan kritis, mudah menyesuaikan diri, gigih mencari ilmu,tabah, beradat, suka membantu dan menolong, pengasih dan hemat,

percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 2: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 2/152

Di balik sifat-sifat baik di atas, masih ada sifat lain yang juga terdapat didalam masayarakat Karo seperti anceng, cian, cikurak, yang merupakan sifat  jelek yang dimiliki orang Karo, termasuk merupakan kritik terhadap sikaphidup orang Karo yang hendak mencelakakan sesamanya. Kalau dalamistilah orang Manado kita kenal baku cungkel. Umumnya sikap ini munculoleh karena perasaan iri, motif dendam, atau atau perasaan kurang senang.Sifat jelek seperti ini dapat dipastikan tidak hanya ada pada masyarakatKaro, tetapi semua suku bangsa yang ada di Indonesia, bahkan suku bangsadi dunia memiliki sifat yang saling menjatuhkan, seperti yang jugadiungkapkan oleh Sartre homo homini lupus.

Istilah “cian” dalam bahasa Karo berarti iri atau dengki. Yang terdekat darisifat ini adalah cemburu. Sifat ini biasanya selalu mengarah kepada hal-halyang tidak baik, oleh karena tujuannya adalah merusak. Hal ini mestinyadapat dihilangkan dari setiap pikiran dan sikap manusia. Paling tidakberusaha untuk mengarahkan diri pada hal-hal yang tidak merugikan, ataulebih positif bersaing secara sehat.

Masih ada dua sifat yang juga bersemi di atara orang-orang Karo, yang

sebenarnya juga kurang bermanfaat, yaitu kebiasaan mengata-ngatai oranglain (menjelek-jelekan orang lain) secara negatif yang dikenal dalam bahasaKaro dengan istilah “cekurak ”, dan satu lagi adalah istilah “anceng”, yaitumelakukan gangguan atau kendala bagi sesuatu pekerjaan orang laindengan niat merusak35. Untuk membentengi diri dari sifat-sifat semacam ini,hendaknya insan Karo mengubah pola pikir untuk dapat menerima sebuahkeadaan dengan terbuka. Hal ini bisa dilakukan dengan menambah wawasan(belajar dari orang lain) dalam bangku pendidikan, atau juga mendekatkandiri kepada Tuhan sehingga dapat hidup saling mengasihi. Ini berartikemampuan penguasan diri terhadap naluri merusak (destruktif), jugapemanusiawian apa-apa yang membuatnya menjadi liar, brutal dan mauberkuasa liar

Pada seminar Adat istiadat Karo tahun 1977 (1983 : 1-2) menyimpulkanmengenai sifat orang Karo ada 6 macam yaitu :1. Tabah

2. Beradat3. Suka membantu dan menolong4. Pengasih dan hemat

Page 3: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 3/152

5. Dendam6. Mengetahui harga diri

Enam sifat ini ( tidak diiringi pembahasan) ditambah menjadi 9 macamdalam buku yang ditulis oleh Djaja S. Meliala, S.H. dan Aswin Perangin-angin,S.H. (1978 :1-2) yaitu dengan tambahan, jujur dan berani, hormat, sopan,dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pembahasan mengenai sifat-sifat orang Karo yang relatif baru adalah dalambuku Manusia Karo oleh Drs. Tridah Bangun (1986 : 155-171 ) yangmengemukakan 15 macam sifat dan watak orang Karo dikemukakan dalamsatu bab tersendiri), yaitu :

1. Jujur2. Tegas3. Berani4. Percaya diri

5. Pemalu6. Tidak serakah7. Mudah tersinggung8. Berpendirian teguh9. Sopan

10. Jaga nama baik diri dan keluarga11. Rasional dan kritis12. Mudah menyesuaikan diri13. Gigih mencari pengetahuan14. Pragmatis15. Iri, cemburu

Sifat-sifat orang Karo yang dikemukakan di atas adalah berdasar pendapat‘orang dalam’ yaitu orang Karo sendiri. Jauh sebelum sifat-sifat tersebutdiuraikan oleh penulisnya, seorang penulis barat yaitu Jhon Anderson tahun1823 menulis mengenai orang Karo mempunyai sifat-sifat ; rajin, pelit,senang harta, kerja keras, tekun dan tidak suka pamer.

Orang Batak Karo yang rajin, bersifat kikir dan senang pada harta itu, telahmendorong mereka untuk kerja keras berusaha sepanjang hari...... Karenakerajinannya dan ketekunannya, mampu mengumpulkan uang dalam jumlahbesar dengan tidak memamerkan diri dan kekayaannya’ (Reid, 1987

D.H. Penny dan Masri Singarimbun (1967 :6) menjelaskan, sifat kikir yaituhemat dan suka menabung, dulunya adalah tidak ekonomis. Orang Karomencari harta dan menabung hanya untuk berjaga-jaga dan demi prestise,tetapi belakangan (mulai tahun 1960-an ) barulah aktif mengadakaninvestasi untukHal – hal yang produktif.Mengenai keadaan fisik orang Karo, berdasar pengamatan khusus terhadaporang yang telah uzur (umur 75 s\d 100 tahun ), Drs Tridah Bangun (1986 :155-156) mengemukakan:

•  Tinggi rata-rata 150-160 cm•

Rambut hitam antara lurus dan bergelombang• Mata biasa antara sipit dan miring• Wajah agak bundar mirip raut muka bangsa mongol• Hidung agak pesek• Bibir tebal, lebar• Kulit sawo matang

Namun dijelaskan pula, bahwa saat ini keadaan fisik tersebut telah berubah,telah hampir sama dengan keadaan fisik suku bangsa Indonesia lainnya,sukar membedakannya sepintas lalu. Hal ini dibenarkan oleh MasriSingarimbun (1989), yang mengemukakan bahwa :

Page 4: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 4/152

Nama-namanya sudah berubah dari Batu, Gajah, Malem, Bulan, Kade, Kursi,Meja, Kamar menjadi Regina, Bertalysa, Lita, Siska, dan laki – laki sangatberubah.

Mengenai wanita yang lebih banyak jumlahnya dari pria di Kabupaten Karo,dalam cerita rakyat sering berperan sebagai pemegang peranan utama.Berdasar cerita Beru Ginting Pase, Beru Rengga Kuning dan dari Telu Turi-turin si Adi, oleh Ngukumi Barus dan Masri Singarimbun (1988) disimpulkan,wanitaKaro adalah :

• Mempunyai kepribadian yang tangguh• Menjadi juru selamat keluarga yang tangguh•  Tokoh yang sanggup mengambil keputusan yang menentukan• Pintar an bijaksana• Aktif dalam percintaan•  Tidak pasrah dalam menunggu•

Penggorbanan yang tinggi terhadap saudara• Bukan tampil sebagai makhluk yang lembut, halus dan pemaaf. Tetapisebaliknya

Gambaran wanita Karo yang jadi kenyataan memang sangat aktif dalamkehidupan ekonomi. Tetapi dalam banyak hal, jauh berbeda dengan ceritarakyat tersebut, seperti dikemukakan oleh Ny. Wallia Keliat

Di daerah pedesaan Karo, wanita selain bertugas sebagai istri dan ibu, jugatulang punggung dalam produksi hasil pertanian. Sikap tradisional turuntemurun sebagai pengaruh di adat dan kebudayaan Karo terhadap wanita,

mempunyai pengaruh yang besar pada wanita pedesaan itu sendiri, yangcenderung untuk menerima posisi mereka yang lebih rendah, kurangpercaya diri, bergantung pada kaum pria dalam mengambil keputusan, dantidak berani mengeluarkan pendapat sendiri. Hal ini diterima oleh wanita itudengan sangat biasa sekali, bukan sesuatu yang sangat merugikan ataupunsesuatu yang perlu dirubah.

Reh Malem Sitepu (1986 : 24-25 ) mengemukakan, bahwa wanita Karosecara tradisional mempunyai peranan yang sangat penting dan perananyang tidak penting. Dalam banyak hal, wanita adalah penentu kebijaksanaanseperti dalam hal kebersihan rumah tangga, pendidikan, sosialisasi anak dan

penentu dalam usaha pertanian (memilih bibit, waktu tanam, panen dll ),dukun beranak dan guru sibaso. Peranan wanita dalam adat hanyalahpelengkap, tidak bisa lepas atau berdiri sendiri, sebab wanita tundukterhadap peraturan adat rakut sitelu. Dalam pembangunan desa, padaumumnya wanita tidak diajak dalam perencanaan, walaupun dalampelaksanaannya di lapangan, wanita aktif berperan serta.

Mengenai penampilan wanita pedesaan, Drs Tridah Bangun (1986 : 156-157)mengemukakan:

• Gadis-gadis masih menunjukan cirri seperti leluhur mereka•

Aktif membantu ibunya bekerja keras dirumah dan diladang•  Tubuhnya kekar• Betis atau kaki agak besar• Leher pendek dan raut muka tegang

Penampilan ini berbeda dengan gadis-gadis Karo di kota-kota, yangumumnya tinggi semampai dan ramping, karena tidak mengerjakanpekerjaan kasar atau berat seperti di desa.

Ada beberapa ungkapan yang maknanya mempertegas perwatakan Karo,

yaitu :

• Gelar na-e ateku lang ( caranya itu yang tidak aku setujui)

Page 5: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 5/152

• Adi perbahan buahna maka mbongkar batangna labo dalih (Karenabuahnya lebat maka jebol atau tumbuh batangnya tidak apalah).

• Keri pe lau pola e labo dalih gelah mejile penangketken kandi-kandina(Habispun nira itu diambil orang tidak apalah, asalkan tempat niratersebut diletakkan dengan baik pada tempatnya).

• Sada matawari pe ateku la ras ia (tidak ada kompromi)• Arah bas padang rusakna (isi yang penting bukan kulit)

Kelimanya itu bermakna harga diri, keluhuran jiwa di atas segala-galanya,cara, norma, aturan dinomorsatukan, yang lainnya termasuk ekonomidinomorduakan. Begitu kadang idealismenya orang Karo ini, sehingga relaberkorban demi menurutkan hati nuraninya. Hal ini relevan dengan sungai-sungai yang bersumber, berhulu dari dataran tinggi Tanah Karo Simalem.Begitu berbeda dengan ungkapan Minang yang telah diterjemahkan :

Kalau mau buah yang masak harus pandai menghujung dahanMenyuruk bukan berate pinggang yang patah, asalkan sampai disasaran.

 Yak an apa saja kata orang asal kita mendapatkan apa yang kita inginkanKetiga ungkapan yang saling mendukung dan satu paket ini bermakna ;berhasil, dan mendapat. Tegasnya, ekonomi adalah di atas segala-galanya.Cara, norma, aturan dinomorduakan. Sejajar dengan ini, ungkapan lamamengatakan : Cina mati karena uang dan katanya lagi : “yang pentingadalah kucing itu bisa menangkap tikus, tidak peduli kucing itu berkurap,kakinya patah dan sebagainya”. Seperti menghalalkan seluruh cara . Makaitu, kalau kita bicara tentang ekonomi atau dagang, bergurulah kita kepadaMinang dan Cina.  Jawa lain lagi, mereka mengatakan rame in gawe seping pamrih, legowo,

nerimo, tepa seliro. Maksudnya banyak berbuat tanpa balas jasa, iklas,terima saja apa adanya dan tenggang rasa. Kalau dia diberi setengah gelasair minum, diucapkannya : “Syukur alhamdulilah”. Bukan seperti kita orangSumatera, termasuk orang Karo mengatakan : mana setengah gelas lagi,mengapa tidak penuh dan seterusnya. Diakui, banyak persamaan Karo dan Jawa, lebih-lebih mengenai harga diri dan tepa salira. Tetapi orang Karo kurang pasrah dan kurang nerimo.Ada lagi ungkapan yang mengatakan : Ola belasken kata situhuna,belaskenlah kata sitengteng, terjemahan bebasnya : “Terbeloh-beloh kammuat Bapa Nandendu, jadilah manok si-beru-beru”. Ini mengajak orang Karoitu untuk bersifat diplomatis menghadapi sesuatu, pandai-pandai

menyesuaikan diri, rendah hati seperti ayam yang sedang mengeram, diamtidak bicara, tetapi nerpoh menerjang bila diganggu. Kelemahannya ialahkurang berterus terang dan agak tertutup seperti yang telah kita sebutdimuka.Kalau orang Jerman malu dikatakan pemalas, orang Belanda malu kalautidak menabung, orang Jepang malu kalau tidak menghargai seniornya,maka Indonesia, lebih-lebih etnis Karo, malu kalau tidak beradat.Saat ini, individualisme, materialisme, sebahagian dari ciri-ciri modernisasi,sudah menjalar ke desa-desa. Demikianpun mehangke, mereha, hampir-hampir hilang. Hampir-hampir pola kehidupan lama (tradisional)ditinggalkan. Sementara yang baru belum melembaga, atau seperti adanya

pergeseran nilai-nilai walaupun masih dalam batas-batas tertentu. Budayaarih-arih, runggu nampaknya masih terpelihara, namun aron atau taronsecara fisik mulai menurun.

Kelemahan orang karo pada umumnya adalah:• Permela atau pemalu, umpamanya malu atau meminta, atau mindo

malu minta tolong, malu minta maaf, malu mengucapkan terimakasih,bahkan kalau tak berhasil, andai kata zaman dahulu bisa saja gantungdiri.

• Pergelut atau mudah tersinggung• Permenek atau sakit hati yang melekat, dan disimpan sendiri.

• Percian, berarti iri hati dan dengki• Permbenceng/perbencit atau mudah merajuk

Page 6: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 6/152

• Perdegil/puluk atau pelit dan kikir, yang ditandai dengan menanamuang perak ditanah pekarangan, diladang atau dikolong rumah pada jaman dahulu.

Dalam tulisannya, Economic Activity among The Karo Batak of Indonesia : A

case study of Economi Change BIES No.06 (hal 31-65) David Penny dan MasriSingarimbun (1967) menjelaskan bahwa sifat orang Karo yang sukamenghemat dan menabung, dulunya tidak ekonomis. Orang Karo mencariharta dan menabung hanya untuk berjaga-jaga dan prestise, tetapibelakangan ini (mulai tahun 1960-an),barulah aktif mengadakan investasi.

Menurut Rita Kipp (1983) dalam bukunya: Beyond Samosir, Recent Studies of Batak Peoples of Sumatera, Ohio University Center for International StudiesSouth Asia Program, Ohio menyatakan, walaupun suku Karo dalam LiteraturAnthropologi dimasukkan sebagai salah satu suku dari 6 kelompok Batakyang dikenal sebagai system Patrilineal yang terkuat di Indonesia, tetapiorang Karo lebih suka menamakan dirinya Orang Karo atau Batak Karo,

bukan Batak.

Bahasa Batak Karo adalah bentuk bahasa Austronesia Barat yang digunakandi daerah Pulau Sumatera sebelah utara pada wilayah Kepulauan Indonesia[1]. Istilah “Batak” sendiri mengacu pada sekumpulan kelompok yangmemiliki kaitan secara kultural yang mendiami sebagian besar wilayahpedalaman Provinsi Sumatera Utara yang berpusat di daerah Danau Toba[2]. Tiap-tiap kelompok ini memiliki riwayat, tatanan sosial, serta bahasayang khas satu sama lain.

Masyarakat Batak Toba yang berdiam di wilayah Pulau Samosir yang terletak

di tengah-tengah Danau Toba serta wilayah sebelah timur, selatan, dantenggara dari danai ini telah menjadi bahan kajian linguistik dan antropologiselama lebih dari satu abad lamanya. Bahasa yang mereka gunakanpertama kali mulai mendapat sorotan pada saat H.N. van der Tuukmenerbitkan karya gramatika klasik pada tahun 1864 yang berjudulTobasche Spraakkunst  (kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggrispada tahun 1971).

Di paruh abad terakhir ini terdapat sejumlah besar masyarakat Batak Tobayang bermigrasi ke seluruh penjuru wilayah dan menumbuhkan sejumlahbesar komunitas masyarakat Batak Toba di sepanjang pesisir timur wilayahSumatera Utara, di Aceh, dan juga di Pulau Jawa, maupun di berbagai

wilayah suku Batak lain. Terutama sebagai akibat dari mobilitas sosialmereka yang tinggi serta penyebaran yang meluas secara geografis, istilah“Batak” ini telah hampir secara murni diselaraskan dengan pengertian“Batak Toba”.

Selain kefasihan dalam berbahasa Karo, ciri identitas terpenting seorangKaro dapat diketahui dari nama marga yang bersangkutan. Orang-orangKaro memiliki lima macam klan patrilineal atau marga, yaitu Karo-karo,Ginting, Tarigan, Sembiring, dan Peranginangin. Tiap-tiap marga ini terpecahlagi menjadi 13 hingga 18 submarga, sehingga secara keseluruhan dapatdijumpai sbanyak 83 submarga. Seluruh marga dan submarga ini merupakan

nama-nama khas yang ada pada masyarakat Karoo, naum sering jugatampak memiliki keterkaitan dengan nama-nama marga dari kelompokmasyarakat suku-suku Batak lain, khususnya masyarakat Batak Simalungundan Batak Pakpak. Identitas dan subetnis orang Batak ini pada umumnyadapat langsung diketahui dari nama marganya, misal marga Tarigan danSembiring adalah marga khas Batak Karo, nama Saragih dan Damanikadalah marga khas Batak Simalungun, nama Bancin dan Berutu adalahmarga khas Batak Pakpak, dan sebagainya. Dalam hal ini terdapat juganama-nama marag yang sama dari asal subetnis Batak lain, maka nama-nama tertentu semacam ini biasanya selalu disebutkan berikut dengansubetnisnya pada saat memperkenalkan diri dengan anggota subentis Batak

lain, misalnya “Saya Purba Karo” atau “Saya Purba Simalungun”. Seseorangyang berasal dari luar masyarakat Karo yang hendak bergabung ke dalammasyarakat Karo juga diberikan nama marga patrilineal atau matrilineal Karo

Page 7: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 7/152

karena tanpa memiliki acuan identitas sosial semacam ini yangbersangkutan mustahil berinteraksi dalam acara-acara penting di luar bataskegiatan sehari-hari.

Istilah “Batak” umumnya tidak digunakan pada saat mereka salingmemperkenalkan diri satu sama lain kecuali jika mereka sedangmemperkenalkan diri mereka dengan orang-orang dari etnis lain (Sunda,

  Jawa, dll). Di kalangan masyarakat mereka maupun subetnis Batak lainbiasanya mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai “kalak Karo” atauorang Karo. Sedangkan bahasa asli Karo mereka sebut sebagai “cakapKaro” atau “bahasa Karo“. Berbeda halnya dengan kaum masyarakatBatak Pakpak dan Batak Simalungun yang bertetangga dengan mereka,masyarakat Karo belum begitu banyak terpengaruh oleh bahasa dan budayamasyarakat Batak Toba. Selain dari kaum anak-anak dan kaum usia lanjut,orang-orang Karo umumnya juga mempergunakan bahasa Indonesia sebagaibahasa resmi di Indonesia.

1. Kehidupan Masyarakat Karo

Masyarakat Karo merupakan masyarakat yang sejak dahulu dikenal sebagaimasyarakat agraris yang religius. Hal ini dapat dibuktikan dengan masihdijumpai aktivitas religi yang berhubungan dengan pertanian, seperti kerjatahun pada masa kini. Kondisi kehidupan masyarakat Karo pada saat itumasih cukup sederhana dalam segala aspek. populasi penduduk belumramai, perkampungan masih kecil, ada dua atau tiga rumah adat waluh jabuditambah beberapa rumah sederhana satu dua. Kalau sudah ada sepuluhrumah adat baru dapat dikatakan perkampungan tersebut ramai.

1. Sarana dan prasarana jalan belum ada, hanya jalan setapak yangmenghubungkan satu kampung dengan kampung yang lain. Kegiatanekonomi dan perputaran uang hanya baru sebagian kecil saja. Hanyapedagang yang disebut dengan “Perlanja Sira” yang sesekali datanguntuk berdagang secara barter (barang tukar barang)

2. Pekerjaan yang dilakukan hanyalah kesawah dan keladang (kujumakurumah), ditambah menggembalakan ternak bagi pria danmenganyam tikar bagi wanita. Pemerintahan yang ada hanya sebataspemerintahan desa. Alat dapur yang dipakai masih sangat sederhana,priuk tanah sebagai alat memasak nasi dan lauk pauknya, walau ada juga yang telah memasak dengan priuk gelang-gelang atau priuktembaga/besi, tempat air kuran.

Dalam hubungan kekerabatan pada masyarakat Karo, baik berdasarkanpertalian darah maupun pertalian karena hubungan perkawinan, dapatdireduksi menjadi tiga jenis kekeluargaan, yaitu: kalimbubu, senina atausembuyak , dan anak beru, yang biasanya disimpulkan dalam banyak istilah,tetapi maksudnya sama yaitu: daliken si telu sama dengan sangkep si telu,iket si telu, rakut si telu13. Pada suku-suku Batak yang lain seperti Toba,Mandailing, dan Angkola, maksud yang sama dikenal dengan istilah dalihanna tolu. Daliken si telu (daliken adalah tungku batu tempat memasak didapur14, sedangkan si telu adalah tiga)15. Hubungan antara ketiganya tidak

dapat dipisahkan di dalam hal adat, menyusupi aspek-aspek kehidupansecara mendalam, menentukan hak-hak dan kewajiban di dalammasyarakat, di dalam upacara-upacara, hukum, dan di zaman yang lampaumempunyai arti yang penting di dalam kehidupan ekonomi dan politik16.Pada masa sebelum penjajahan Belanda, juga termasuk ritual, dan segalaaktifitas sosial. Di dalam sangkep si telu inilah terletak azas gotong-royong,dan musyawarah dalam arti kata yang sedalam-dalamnya.

Berikut adalah sistem kekerabatan di masyarakat Karo atau sering disebutDaliken Sitelu atau Rakut Sitelu. Tulisan ini disadur dari makalah berjudul“Daliken Si Telu dan Solusi Masalah Sosial Pada Masyarakat Karo : KajianSistem Pengendalian Sosial” oleh Drs. Pertampilan Brahmana, Fakultas

Sastra Universitas Sumatera Utara.

Page 8: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 8/152

Secara etimologis, daliken Sitelu berarti tungku yang tiga (Daliken = batutungku, Si = yang, Telu tiga). Arti ini menunjuk pada kenyataan bahwa untukmenjalankan kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak lepas dari yangnamanya tungku untuk menyalakan api (memasak). Lalu Rakut Sitelu berartiikatan yang tiga. Artinya bahwa setiap individu Karo tidak lepas dari tigakekerabatan ini. Namun ada pula yang mengartikannya sebagai sangkepnggeluh (kelengkapan hidup).

Menurut Drs. Pertampilan Brahmana, konsep ini tidak hanya ada padamasyarakat Karo, tetapi juga ada dalam masyarakat Toba dan Mandailingdengan istilah Dalihan Na Tolu juga masyarakat NTT dengan istilah Lika Telo

Unsur Daliken Sitelu ini adalah

• Kalimbubu (Hula-hula (Toba), Mora (Mandailing))

• Sembuyak/Senina (Dongan sabutuha (Toba), Kahanggi (Mandailing))

•  Anak Beru (Boru (Toba, Mandailing))

Setiap anggota masyarakat Karo dapat berlaku baik sebagai kalimbubu,

senina/sembuyak , anakberu, tergantung pada situasi dan kondisi saat itu.

• Kalimbubu 

Kalimbubu adalah kelompok pihak pemberi wanita dan sangatdihormati dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo. MasyarakatKaro menyakini bahwa kalimbubu adalah pembawa berkat sehinggakalimbubu itu disebut juga dengan Dibata Ni Idah (Tuhan yangnampak). Sikap menentang dan menyakiti hati kalimbubu sangatdicela.

Kalau dahulu pada acara jamuan makan, pihak kalimbubu selalu

mendapat prioritas utama, para anakberu (kelompok pihak penerimaistri) tidak akan berani mendahului makan sebelum pihak kalimbubumemulainya, demikian juga bila selesai makan, pihak anakberu tidakakan berani menutup piringnya sebelum pihak kalimbubunya selesaimakan, bila ini tidak ditaati dianggap tidak sopan. Dalam hal nasehat,semua nasehat yang diberikan kalimbubu dalam suatu musyawarahkeluarga menjadi masukan yang harus dihormati, perihal dilaksanakanatau tidak masalah lain.

Oleh Darwan Prints, kalimbubu diumpamakan sebagai legislatif,pembuat undang-undang.

Kalimbubu dapat dibagi atas 2:➢ Kalimbubu berdasarkan tutur

➢ Kalimbubu Bena-Bena disebut juga kalimbubu tuaadalah kelompok keluarga pemberi dara kepada keluargatertentu yang dianggap sebagai keluarga pemberi anakdara awal dari keluarga itu. Dikategorikan kalimbubu Bena-Bena, karena kelompok ini telah berfungsi sebagai pemberidara sekurang-kurangnya tiga generasi.

➢ Kalimbubu Simajek Lulang adalah golongan kalimbubuyang ikut mendirikan kampung. Status kalimbubu ini

selamanya dan diwariskan secara turun temurun.Penentuan kalimbubu ini dilihat berdasarkan merga.Kalimbubu ini selalu diundang bila diadakan pesta-pestaadat di desa di Tanah Karo.

➢ Kalimbubu berdasarkan kekerabatan (perkawinan)

➢ Kalimbubu Simupus/Simada Dareh adalah pihakpemberi wanita terhadap generasi ayah, atau pihak clan(semarga) dari ibu kandung ego (paman kandung ego).(Petra : ego maksudnya orang, objek yang dibicarakan)

➢ Kalimbubu I Perdemui  atau (kalimbubu si erkimbang),adalah pihak kelompok dari mertua ego. Dalam bahasayang populer adalah bapak mertua berserta seluruh senina

Page 9: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 9/152

dan sembuyaknya dengan ketentuan bahwa si pemberiwanita ini tidak tergolong kepada tipe Kalimbubu Bena-Bena dan Kalimbubu Si Mada Dareh.

➢ Puang Kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu,yaitu pihak subclan pemberi anak dara terhadapkalimbubu ego. Dalam bahasa sederhana pihak subclan

dari istri saudara laki-laki istri ego.➢ Kalimbubu Senina. Golongan kalimbubu ini berhubungan

erat dengan jalur senina dari kalimbubu ego. Dalam pesta-pesta adat, kedudukannya berada pada golongankalimbubu ego, peranannya adalah sebagai juru bicarabagi kelompok subclan kalimbubu ego.

➢ Kalimbubu Sendalanen/Sepengalon. Golongankalimbubu ini berhubungan erat dengan kekerabatandalam jalur kalimbubu dari senina sendalanen, sepengalon(akan dijelaskan pada halaman-halaman selanjutnya)

pemilik pesta.Ada pun hak kalimbubu ini dalam struktur masyarakat Karo

➢ Dihormati oleh anakberunya

➢ Dapat memberikan perintah kepada pihak anakberunya

 Tugas dan kewajiban dari kalimbubu

➢ Memberikan saran-saran kalau diminta oleh anakberunya

➢ Memerintahkan pendamaian kepada anakberu yang salingberselisih

➢ Sebagai lambang supremasi kehormatan keluarga

➢ Mengosei anak berunya (meminjamkan dan mengenakanpakaian adat) di dalam acara-acara adat

➢ Berhak menerima ulu mas, bere-bere (bagian dari mahar) darisebuah perkawinan, maneh-maneh (tanda mata atau kenang-kenangan) dari salah seorang anggota anakberunya yangmeninggal, yang menerima seperti ini disebut Kalimbubu SimadaDareh.

Pada dasarnya setiap ego Karo, baik yang belum menikah punmempunyai kalimbubu, minimal kalimbubu si mada dareh. Kemudianbila ego (pria) menikah berdasarkan adat Karo, dia mendapatkalimbubu si erkimbang

• Anak Beru 

 Anakberu adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak gadisuntuk diperistri. Oleh Darwan Prints, anakberu ini diumpamakansebagai yudikatif, kekuasaan peradilan. Hal ini maka anakberu disebutpula hakim moral, karena bila terjadi perselisihan dalam keluargakalimbubunya, tugasnyalah mendamaikan perselisihan tersebut.

 Anakberu dapat dibagi atas 2:

➢  Anakberu berdasarkan tutur

➢  Anakberu Tua adalah pihak penerima anak wanita dalamtingkatan nenek moyang yang secara bertingkat terusmenerusminimal tiga generasi.

➢  Anakberu Taneh adalah penerima wanita pertama, ketikasebuah kampung selesai didirikan.

➢  Anakberu berdasarkan kekerabatan

➢   Anakberu Jabu (Cekoh Baka Tutup, dan Cekoh BakaBuka). Cekoh Baka artinya orang yang langsung bolehmengambil barang simpanan kalimbubunya. Dipercayadan diberi kekuasaan seperti ini karena dia merupakananak kandung saudara perempuan ayah.

Page 10: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 10/152

➢   Anakberu Iangkip, adalah penerima wanita yangmenciptakan jalinan keluarga yang pertama karena di atasgenerasinya belum pernah mengambil anak wanita daripihak kalimbubunya yang sekarang.  Anakberu ini disebut  juga anakberu langsung yaitu karena dia langsungmengawini anak wanita dari keluarga tertentu. Masalahperanannya di dalam tugas-tugas adat, harus dipilah lagi,kalau masih orang pertama yang menikahi keluargatersebut, dia tidak dibenarkan mencampuri urusan warisanadat dari pihak mertuanya. Yang boleh mencampurinyahanyalah Anakberu Jabu.

➢   Anakberu Menteri  adalah anakberu dari anakberu.Fungsinya menjaga penyimpangan-penyimpangan adat,baik dalam bermusyawarah maupun ketika acara adatsedang berlangsung. Anakberu Menteri ini memberidukungan kepada kalimbubunya yaitu anakberu daripemilik acara adat.

➢   Anakberu Singikuri  adalah anakberu dari anakberumenteri, fungsinya memberi saran, petunjuk di dalamlandasan adat dan sekaligus memberi dukungan tenagayang diperlukan.

Dalam pelaksanaan acara adat peran anakberu adalah yang palingpenting.  Anakberulah yang pertama datang dan juga yang terakhirpada acara adat tersebut. Lebih lanjut tugas-tugasnya antara lain

➢ Mengatur jalannya pembicaraan runggu (musyawarah) adat.➢ Menyiapkan hidangan pada pesta.➢ Menyiapkan peralatan yang diperlukan pesta.

➢ Menanggulangi sementara semua biaya pesta.➢ Mengawasi semua harta milik kalimbubunya yaitu wajib

menjaga dan mengetahui harta benda kalimbubunya.➢ Menjadwal pertemuan keluarga.Memberi khabar kepada para

kerabat yang lain bila ada pihak kalimbubunya berduka cita.➢ Memberi pesan kepada  puang kalimbubunya agar membawa

ose (pakaian adat) bagi kalimbubunya.➢ Menjadi juru damai bagi pihak kalimbubunya,

 Anakberu berhak untuk

➢ Berhak mengawini putri kalimbubunya, dan biasanya parakalimbubu tidak berhak menolak.

➢ Berhak mendapat warisan kalimbubu yang meninggal dunia.Warisan ini berupa barang dan disebut morah-morah ataumaneh-maneh, seperti parang, pisau, pakaian almarhum danlainnya sebagai kenang-kenangan.

Selain itu juga karena pentingnya kedudukan anakberu, biasanyapihak kalimbubu menunjukkan kemurahan hati dengan

➢ Meminjamkan tanah perladangan secara cuma-cuma kepadaanakberunya.

➢ Memberikan hak untuk mengambil hasil hutan (dahulu karenapihak kalimbubu adalah pendiri kampung, mereka mempunyaihutan sendiri di sekeliling desanya).

➢ Merasa bangga dan senang bila anak perempuannya dipinangoleh pihak anakberunya. Ini akan melanjutkan dan mempererathubungankekerabatan yang sudah terjalin.

➢ Mengantarkan makanan kepada anaknya pada waktu tertentumisalnya pada waktu menanti kelahiran bayi atau lanjut usia.

➢ Membawa pakaian atau ose (seperangkat pakaian kebesaranadat) bagi anakberunya pada waktu pesta besar di dalam clananakberunya.

Page 11: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 11/152

Adapun istilah-istilah yang diberikan kalimbubu, kepada anakberunyaadalah

➢ Tumpak Perang, atau Lemba-lemba. Artinya adalah ujungtombak. Maksudnya, bila kalimbubunya ingin pergi ke satudaerah, maka yang berada di depan sebagai pengaman jalandan sebagai perisai dari bahaya adalah pihak anakberu. Dalam

bahasa lain anakberu sebagai tim pengaman jalan.➢ Kuda Dalan (Kuda jalan/beban). Dahulu sebelum ada alat

transportasi hanya kuda, untuk membawa barang-barang atauuntuk menyampaikan informasi dari satu desa ke desa lain,dipergunakanlah kuda. Arti Kuda Dalam dalam istilah ini adalahalat atau kenderaan yang dipakai kemana saja, termasuk untukberperang, untuk membawa barang-barang yang diperlukanpihak kalimbubunya atau untuk menyampaikan berita tentangkalimbubunya, dan sekaligus sebagai hiasan bagi kewibawaanmartabat kalimbubunya.

➢Piso Entelap (pisau tajam). Dalam pesta adat atau pekerjaanadat pisau tajam dipergunakan untuk memotong daging ataukayu api atau untuk mendirikan teratak tempat berkumpul.Setiap anakberu harus memiliki pisau yang yang demikian agartangkas dan sempurna mengerjakan pekerjaan yang diberikankalimbubunya. Menjadi kebiasaan dalam tradisi Karo, pisau daripihak kalimbubu yang meninggal dunia diserahkan kepadaanakberunya. Pisau ini disebut maneh-maneh, pemberiannyabertujuan agar pekerjaan kalimbubu terus tetap dilanjutkan olehpenerimanya. Dalam pengertian lain dalam acara-acara adat didalam keluarga kalimbubu, anakberulah yang menjadi ujung

tombak pelaksanaan tugas tersebut, mulai dari menyediakanmakanan sampai menyusun acaranya. Ketiga jenis pekerjaan diatas, dikerjakan tanpa mendapat imbalan materi apapun, makaanakberu yang selalu lupa kepada kalimbubunya dianggaptercela di mata masyarakat. Bahkan dipercayai bila terjadisesuatu bencana di dalam lingkungan keluarga dari anakberuyang melupakan kalimbubunya, ini dianggap sebagai kutukandari arwah nenek moyang mereka yang tetap melindungikalimbubu.

• Senina/Sembuyak  

Hubungan perkerabatan senina disebabkan seclan, atau hubungan lainyang berdasarkan kekerabatan.Senina ini dapat dibagi dua :

➢ Senina berdasarkan tutur yaitu senina semerga. Merekabersaudara karena satu clan (merga).

➢ Senina berdasarkan kekerabatan

➢ Senina Siparibanen, perkerabatan karena istri salingbersaudara.

➢ Senina Sepemeren, mereka yang berkerabat karena ibumereka saling bersaudara, sehingga mereka mempunyaibebere (beru (clan) ibu) yang sama.

➢ Senina Sepengalon (Sendalanen) persaudaraan karenapemberi wanita yang berbeda merga dan berada dalamkaitan wanita yang sama. Atau mereka yang bersaudarakarena satu subclan (beru) istri mereka sama. Tetapidibedakan berdasarkan jauh dekatnya hubungan merekadengan clan istri. Dalam musyawarah adat, mereka tidakakan memberikan tanggapan atau pendapat apabila tidakdiminta.

➢ Senina Secimbangen (untuk wanita) mereka yangbersenina karena suami mereka sesubclan (bersembuyak).

Page 12: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 12/152

 Tugas senina adalah memimpin pembicaraan dalam musyawarah, biladikondisikan dengan situasi sebuah organisasi adalah sebagai ketuadewan. Fungsinya adalah sebagai sekaku, sekat dalam pembicaraanadat, agar tidak terjadi friksi-friksi ketika akan memusyawarahkanpekerjaan yang akan didelegasikan kepada anakberu.

Sembuyak adalah mereka yang satu subclan, atau orang-orang yang

seketurunan (dilahirkan dari satu rahim), tetapi tidak terbatas padalingkungan keluarga batih, melainkan mencakup saudara seketurunandi dalam batas sejarah yang masih jelas diketahui. Saudaraperempuan tidak termasuk sembuyak walaupun dilahirkan dari saturahim, hal ini karena perempuan mengikuti suaminya.

Peranan sembuyak adalah bertanggungjawab kepada setiap upacaraadat sembuyak-sembuyaknya, baik ke dalam maupun keluar. Bilaperlu mengadopsi anak yatim piatu yang ditinggalkan oleh saudarayang satu clan. Mekanisme ini sesuai dengan konsep sembuyak, samadengan seperut, sama dengan saudara kandung. Satu subclan samadengan saudara kandung.

Sembuyak dapat dibagi dua bagian

➢ Sembuyak berdasarkan tutur. Mereka bersaudara karenasesubklen(merga).

➢ Sembuyak berdasarkan kekerabatan, ini dapat dibagi atas:

➢ Sembuyak Kakek adalah kakek yang bersaudara kandung.

➢ Sembuyak Bapa adalah bapak yang bersaudara kandung.

➢ Sembuyak Nande adalah ibu yang bersaudara kandung.

Berdasarkan Keputusan Kongres Kebudayaan Karo. 3 Desember 1995 diSibayak International Hotel Berastagi, pemakaian merga didasarkan padaMerga Silima, yaitu ;

1. Ginting

2. Karo-Karo

3. Peranginangin

4. Sembiring

5. Tarigan

Sementara Sub Merga, dipakai di belakang Merga, sehingga tidak terjadi

kerancuan mengenai pemakaian Merga dan Sub Merga tersebut.Adapun Merga dan Sub Merga serta sejarah, legenda, dan ceritanya adalahsebagai berikut

1. Merga Ginting 

Merga Ginting terdiri atas beberapa Sub Merga seperti :

○ Ginting Pase 

Ginting Pase menurut legenda sama dengan Ginting Munthe.Merga Pase juga ada di Pak-Pak, Toba dan Simalungun. GintingPase dulunya mempunyai kerajaan di Pase dekat Sari Nembah

sekarang. Cerita Lisan Karo mengatakan bahwa anak perempuan( puteri) Raja Pase dijual oleh bengkila ( pamannya) ke Aceh danitulah cerita cikal bakal kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Untuklebih jelasnya dapat di telaah cerita tentang Beru Ginting Pase.

Ginting Munthe 

Menurut cerita lisan Karo, Merga Ginting Munthe berasal dari Tongging, kemudian ke Becih dan Kuta Sanggar serta kemudianke Aji Nembah dan terakhir ke Munthe. Sebagian dari mergaGinting Munthe telah pergi ke Toba (Nuemann 1972 : 10),kemudian sebagian dari merga Munthe dari Toba ini kembali lagi

ke Karo. Ginting Muthe di Kuala pecah menjadi Ginting Tampune.○ Ginting Manik  

Page 13: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 13/152

Ginting Manik menurut cerita masih saudara dengan GintingMunthe. Merga ini berasal dari Tongging terus ke Aji Nembah, keMunthe dan Kuta Bangun. Merga Manik juga terdapat di Pak-pakdan Toba.

○ Ginting Sinusinga

○ Ginting Seragih 

Menurut J.H. Neumann (Nuemann 1972 : 10), Ginting Seragihtermasuk salah satu merga Ginting yang tua dan menyebar keSimalungun menjadi Saragih, di Toba menjadi Seragi.

○ Ginting Sini Suka 

Menurut cerita lisan Karo berasal dari Kalasan (Pak-Pak),kemudian berpindah ke Samosir, terus ke Tinjo dan kemudian keGuru Benua, disana dikisahkan lahir Siwah Sada Ginting (Petra :bacanya Sembilan Satu Ginting), yakni :

Ginting Babo

Ginting Sugihen Ginting Guru Patih

Ginting Suka (ini juga ada di Gayo/Alas)

Ginting Beras

Ginting Bukit ( juga ada di Gayo/Alas)

Ginting Garamat (di Toba menjadi Simarmata)

Ginting Ajar Tambun

Ginting Jadi Bata

Kesembilan orang merga Ginting ini mempunyai seorangsaudara perempuan bernama Bembem br Ginting, yang menurutlegenda tenggelam ke dalam tanah ketika sedang menari di TigaBembem atau sekarang Tiga Sukarame, kecamatan Munte.

○ Ginting Jawak  

Menurut cerita Ginting Jawak berasal dari Simalungun. Merga inihanya sedikit saja di daerah Karo.

○ Ginting Tumangger 

Marga ini juga ada di Pak Pak, yakni Tumanggor.

○ Ginting Capah Capah berarti tempat makan besar terbuat dari kayu, atau piringtradisional Karo.

2. Merga Karo-Karo 

Merga Karo-Karo terbagi atas beberapa Sub Merga, yaitu :

○ Karo-Karo Purba 

Merga Karo-Karo Purba menurut cerita berasal dari Simalungun.Dia disebutkan beristri dua orang, seorang puteri umang danseorang ular. Dari isteri umang lahirlah merga-merga :

Purba 

Merga ini mendiami kampung Kabanjahe, Berastagi danKandibata.

Ketaren 

Dahulu merga Karo-Karo Purba memakai nama mergaKaro-Karo Ketaren. Ini terbukti karena Penghulu rumahGaloh di Kabanjahe, dahulu juga memakai merga Ketaren.Menurut budayawan Karo, M.Purba, dahulu yang memakaimerga Purba adalah Pa Mbelgah. Nenek moyang merga

Ketaren bernama Togan Raya dan Batu Maler  (referensiK.E. Ketaren).

Sinukaban 

Page 14: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 14/152

Merga Sinukaban ini sekarang mendiami kampung Kaban..

Sementara dari isteri ular lahirlah anak-anak yakni merga-merga :

Karo-Karo Sekali 

Karo-Karo sekali mendirikan kampung Seberaya dan Lau

Gendek, serta Taneh Jawa. Sinuraya/Sinuhaji 

Merga ini mendirikan kampung Seberaya dan Aji Siempat,yakni Aji Jahe, Aji Mbelang dan Ujung Aji.

 Jong/Kemit 

Merga ini mendirikan kampung Mulawari.

Samura

Karo-Karo Bukit

Kelima Sub Merga ini menurut cerita tidak boleh membunuh ular.

Ular dimaksud dalam legenda Karo tersebut, mungkin sekalimenggambarkan keadaan lumpuh dari seseorang sehingga tidakbisa berdiri normal.

○ Karo-Karo Sinulingga 

Merga ini berasal dari Lingga Raja di Pak-Pak, disana merekatelah menemui Merga Ginting Munthe. Sebagian dari MergaKaro-Karo Lingga telah berpindah ke Kabupaten Karo sekarangdan mendirikan kampong lingga. Merga ini kemudian pecahmenjadi sub-sub merga, seperti :

Kaban 

Merga ini mendirikan kampung Pernantin dan BintangMeriah,

Kacaribu 

Merga ini medirikan kampung Kacaribu.

Surbakti 

Merga Surbakti membagi diri menjadi Surbakti dan Gajah.Merga ini juga kemudian sebagian menjadi Merga Torong.

Menilik asal katanya kemungkinan Merga Karo-karo Sinulingga

berasal dari kerajaan Kalingga di India. Di Kuta Buloh, sebagiandari merga Sinulingga ini disebut sebagai Karo-Karo Ulun Jandi.Merga Lingga juga terdapat di Gayo/Alas dan Pak Pak.

○ Karo-Karo Kaban 

Merga ini menurut cerita, bersaudara dengan merga Sinulingga,berasal dari Lingga Raja di Pak-Pak dan menetap di BintangMeriah dan Pernantin.

○ Karo-Karo Sitepu 

Merga ini menurut legenda berasal dari Sihotang (Toba)kemudian berpindah ke si Ogung-Ogung, terus ke Beras Tepu,

Naman, Beganding, dan Sukanalu. Merga Sitepu di Namansebagian disebut juga dengan nama Sitepu Pande Besi,sedangkan Sitepu dari Toraja (Ndeskati) disebut Sitepu Badiken.Sitepu dari Suka Nalu menyebar ke Nambiki dan sekitar SeiBingai. Demikian juga Sitepu Badiken menyebar ke daerahLangkat, seperti Kuta Tepu.

○ Karo-Karo Barus 

Merga Karo-Karo barus menurut cerita berasal dari Baros(Tapanuli Tengah). Nenek moyangnya Sibelang Pinggel (atauSimbelang Cuping) atau si telinga lebar. Nenek moyang merga

Karo-Karo Barus mengungsi ke Karo karena diusir kawansekampung akibat kawin sumbang (incest ). Di Karo ia tinggal diAji Nembah dan diangkat saudara oleh merga Purba karena

Page 15: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 15/152

mengawini impal merga Purba yang disebut Piring-piringen Kalak Purba. Itulah sebabnya mereka sering pula disebut Suka Piring.

(Petra : Wuih, sejarah nenek moyang gw jelek juga, ya….)

○ Karo-Karo Manik  

Di Buluh Duri Dairi (Karo Baluren), terdapat Karo Manik.

3. Merga Peranginangin Merga Peranginangin terbagi atas beberapa sub merga, yakni :

○ Peranginangin Sukatendel 

Menurut cerita lisan, merga ini tadinya telah menguasai daerahBinje dan Pematang Siantar. Kemudian bergerak ke arahpegunungan dan sampai di Sukatendel. Di daerah Kuta Buloh,merga ini terbagi menjadi :

Peranginangin Kuta Buloh 

Mendiami kampung Kuta Buloh, Buah Raja, Kuta Talah

(sudah mati), dan Kuta Buloh Gugong serta sebagian ke Tanjung Pura (Langkat) dan menjadi Melayu.

Peranginangin Jombor Beringen 

Merga ini mendirikan, kampung-kampung, Lau Buloh,Mburidi, Belingking,. Sebagian menyebar ke Langkatmendirikan kampung Kaperas, Bahorok, dan lain-lain.

Peranginangin Jenabun 

Merga ini juga mendirikan kampong Jenabun,. Ada ceritayang mengatakan mereka berasal dari keturunan nahkoda( pelaut ) yang dalam bahasa Karo disebut Anak KodaPelayar. Di kampung ini sampai sekarang masih ada hutan(kerangen) bernama Koda Pelayar, tempat pertamanahkoda tersebut tinggal.

○ Peranginangin Kacinambun 

Menurut cerita, Peranginangin Kacinambun datang dari Sikodon-kodon ke Kacinambun.

○ Peranginangin Bangun 

Alkisah Peranginangin Bangun berasal dari Pematang Siantar,datang ke Bangun Mulia. Disana mereka telah menemuiPeranginangin Mano. Di Bangun Mulia terjadi suatu peristiwayang dihubungkan dengan Guru Pak-pak Pertandang PituSedalanen. Di mana dikatakan Guru Pak-pak menyihir (sakat )kampung Bangun Mulia sehingga rumah-rumah saling berantuk(ersepah), kutu anjing (kutu biang) mejadi sebesar anak babi.Mungkin pada waktu itu terjadi gempa bumi di kampung itu.Akibatnya penduduk Bangun Mulia pindah. Dari Bangun Muliamereka pindah ke Tanah Lima Senina, yaitu Batu Karang, JandiMeriah, Selandi, Tapak, Kuda dan Penampen. Bangun Penampenini kemudian mendirikan kampung di Tanjung. Di Batu Karang,merga ini telah menemukan merga Menjerang dan sampaisekarang silaan di Batu Karang bernama Sigenderang.Merga ini juga pecah menjadi :

Keliat 

Menurut budayawan Karo, Paulus Keliat, merga Keliatmerupakan pecahan dari rumah Mbelin di Batu Karang.Merga ini pernah memangku kerajaan di Barus Jahe,sehingga sering juga disebut Keliat Sibayak Barus Jahe.

Beliter 

Di dekat Nambiki (Langkat), ada satu kampung bernamaBeliter dan penduduknya menamakan diri PeranginanginBeliter. Menurut cerita, mereka berasal dari merga

Page 16: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 16/152

Bangun. Di daerah Kuta Buluh dahulu juga ada kampungbernama Beliter tetapi tidak ditemukan hubungan anatarakedua nama kampung tersebut. Penduduk kampung itu disana juga disebut Peranginangin Beliter.

○ Peranginangin Mano 

Peranginangin Mano tadinya berdiam di Bangun Mulia. Namun,

Peranginangin Mano sekarang berdiam di Gunung, anak laki-lakimereka dipanggil Ngundong.

○ Peranginangin Pinem 

Nenek moyang Peranginangin Pinem bernama Enggang yangbersaudara dengan Lambing, nenek moyang merga Sebayangdan Utihnenek moyang merga Selian di Pakpak.

○ Sebayang 

Nenek Moyang merga ini bernama Lambing, yang datang dari Tuha di Pak-pak, ke Perbesi dan kemudian mendirikan kampung

Kuala, Kuta Gerat, Pertumbuken, Tiga Binanga, Gunung, Besadi(Langkat), dan lain-lain. Merga Sembayang (Sebayang) jugaterdapat di Gayo/Alas.

○ Peranginangin Laksa 

Menurut cerita datang dari Tanah Pinem dan kemudian menetapdi Juhar.

○ Peranginangin Penggarun 

Penggarun berarti mengaduk, biasanya untuk mengaduk nila(suka/telep) guna membuat kain tradisional suku Karo.

○ Peranginangin Uwir ○ Peranginangin Sinurat 

Menurut cerita yang dikemukakan oleh budayawan Karobermarga Sinurat seperti Karang dan Dautta, merga ini berasaldari Peranginangin Kuta Buloh. Ibunya beru Sinulingga, dariLingga bercerai dengan ayahnya lalu kawin dengan mergaPincawan. Sinurat dibawa ke Perbesi menjadi juru tulis mergaPincawan (Sinurat). Kemudian merga Pincawan khawatir mergaSinurat akan menjadi Raja di Perbesi, lalu mengusirnya. Pergidari Perbesi, ia mendirikan kampung dekat Limang dan diberi

nama sesuai perladangan mereka di Kuta Buloh, yakni Kerenda.○ Peranginangin Pincawan 

Nama Pincawan berasal dari Tawan, ini berkaitan dengan adanyaperang urung dan kebiasaan menawan orang pada waktu itu.Mereka pada waktu itu sering melakukan penawanan-penawanan dan akhirnya disebut Pincawan.

○ Peranginangin Singarimbun 

Peranginangin Singarimbun menurut cerita budayawati Karo, SehAte br Brahmana, berasal dari Simaribun di Simalungun. Iapindah dari sana berhubung berkelahi dengan saudaranya.Singarimbun kalah adu ilmu dengan saudaranya tersebut lalusampailah ia di Tanjung Rimbun (Tanjong Pulo) sekarang. Disanaia menjadi gembala dan kemudian menyebar ke Temburun,Mardingding, dan Tiga Nderket.

○ Peranginangin Limbeng 

Peranginangin Limbeng ditemukan di sekitar Pancur Batu. Mergaini pertama kali masuk literatur dalam buku Darwan Prinst, SHdan Darwin Prinst, SH berjudul Sejarah dan KebudayaanKaro.

Peranginangin Prasi Merga ini ditemukan oleh Darwan Prinst, SH dan Darwin Prinst,SH di desa Selawang-Sibolangit. Menurut budayawan Karo Paulus

Page 17: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 17/152

Keliat, merga ini berasal dari Aceh, dan disahkan menjadiPeranginangin ketika orang tuanya menjadi Pergajahen di Sibiru-biru.

4. Merga Sembiring 

Merga Sembiring secara umum membagi diri menjadi dua kelompokyaitu Sembiring yang memakan anjing dan Sembiring yang berpantang

memakan anjing.○ Sembiring Siman Biang (Sembiring yang memakan biang

(anjing))

Sembiring Kembaren 

Menurut Pustaka Kembaren, asal-usul merga ini terdiri dariKuala Ayer Batu, kemudian pindah ke Pagaruyung terus keBangko di Jambi dan selanjutnya ke Kutungkuhen di Alas.Nenek moyang mereka bernama Kenca Tampe Kuala,berangkat bersama rakyatnya menaiki perahu denganmembawa pisau kerajaan bernama Pisau Bala Bari.Keturunannya kemudian mendirikan kampung Silalahi,Paropo, Tumba dan Martogan. Dari sana kemudianmenyebar ke Liang Melas, saperti Kuta Mbelin, SampeRaya, Pola Tebu, Ujong Deleng, Negerijahe, GunongMeriah, Longlong, Tanjong Merahe, Rih Tengah dan lain-lain. Merga ini juga tersebar luas di Kab. Langkat sapertiLau Damak, Batu Erjong-Jong, Sapo Padang, Sijagat, dll.

Sembiring Keloko 

Menurut cerita, Sembiring Keloko masih satu keturunandengan Sembiring Kembaren. Merga Sembiring Keloko

tinggal di Rumah Tualang, sebuah desa yang sudahditinggalkan antar Pola Tebu dengan Sampe Raya. Mergaini sekarang terbanyak tinggal di Pergendangen, beberapakeluarga di Buah Raya dan Limang.

Sembiring Sinulaki 

Sejarah merga Sembiring Sinulaki dikatakan juga samadengan sejarah Sembiring Kembaren, karena merekamasih dalam satu rumpun. Merga Sinulaki berasal dariSilalahi.

Sembiring Sinupayung 

Merga ini menurut cerita bersaudara dengan SembiringKembaren. Mereka ini tinggal di Juma Raja dan Negeri.

○ Keempat merga ini boleh memakan anjing sehingga disebutSembiring Siman Biang.

○ Sembiring Singombak  

Adalah kelompok merga Sembiring yang menghanyutkan abu-abu jenasah keluarganya yang telah meninggal dunia dalamperahu kecil melalui Lau Biang (Sungai Wampu).Adapun kelompok merga Sembiring Singombak tersebut adalah

sebagai berikut : Sembiring Brahmana 

Menurut cerita lisan Karo, nenek moyang merga Brahmanaini adalah seorang keturunan India yang bernamaMegit dan pertama kali tinggal di Talu Kaban. Anak-anakdari Megit adalah, Mecu Brahmana yang keturunannyamenyebar ke Ulan Julu, Namo Cekala, dan kaban Jahe.Mbulan Brahmana menjadi cikal bakal kesain RumahMbulan Tandok Kabanjahe yang keturunannya kemudianpindah ke Guru Kinayan dan keturunannya mejadi

Sembiring Guru Kinayan. Di desa Guru Kinayan ini mergaBrahmana memperoleh banyak kembali keturunan. Dari

Page 18: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 18/152

Guru Kinayan, sebagian keturunananya kemudian pindahke Perbesi dan dari Perbesi kemudian pindah ke Limang.

Sembiring Guru Kinayan 

Sembiring Guru Kinayan terjadi di Guru Kinayan, yakniketika salah seorang keturunan dari Mbulan Brahmanamenemukan pokok bambo bertulis (Buloh Kanayan

Ersurat). Daun bambo itu bertuliskan aksara Karo yangberisi obat-obatan. Di kampung itu menurut cerita diamengajar ilmu silat (Mayan) dan dari situlah asal kata GuruKinayan (Guru Ermayan). Keturunannya kemudian menjadiSembiring Guru Kinayan.

Sembiring Colia 

Merga Sembiring Colia, juga menurut sejarah berasal dariIndia, yakni kerajaan Cola di India. Mereka mendirikankampung Kubu Colia.

Sembiring Muham 

Merga ini juga dikatakan sejarah, berasal dari India, dalambanyak praktek kehidupan sehari-hari merga ini sembuyakdengan Sembiring Brahmana, Sembiring Guru Kinayan,Sembiring Colia, dan Sembiring Pandia. Mereka inilah yangdisebut Sembiring Lima Bersaudara dan itulah asal katanama kampung Limang. Menurut ahli sejarah Karo. PogoMuham, nama Muham ini lahir, ketika diadakan Pekewaluhdi Seberaya karena perahunya selalu bergempet (Muham).

Sembiring Pandia 

Sebagaimana sudah disebutkan di atas, bahwa mergaSembiring Pandia, juga berasal dari kerajaan Pandia diIndia. Dewasa ini mereka umumnya tinggal di Payung.

Sembiring Keling 

Menurut cerita lisan Karo mengatakan, bahwa SembiringKeling telah menipu Raja Aceh dengan mempersembahkanseekor Gajah Putih. Untuk itu Sembiring Keling telahmencat seekor kerbau dengan tepung beras. Akan tetapinaas, hujan turun dan lunturlah tepung beras itu,karenanya terpaksalah Sembiring Keling bersembunyi danmelarikan diri. Sembiring Keling sekarang ada di RajaBerneh dan Juhar.( Keling juga ada di Wikipedia yakni orang India yangberasal dari Kalingga, India)

Sembiring Depari 

Sembiring Depari menurut cerita menyebar dari Seberaya,Perbesi sampai ke Bekacan (Langkat). Mereka ini masukSembiring Singombak, di daerah Kabupaen Karo namakecil (Gelar Rurun) anak laki-laki disebut Kancan, yangperempuan disebut Tajak. Sembiring Depari kemudianpecah menjadi Sembiring Busok. Sembiring Busok initerjadi baru tiga generasi yang lalu. Sembiring Busokterdapat di Lau Perimbon dan Bekancan.

Sembiring Bunuaji 

Merga ini terdapat di Kuta Tengah dan Beganding.

Sembiring Milala 

Sembiring Milala, juga menurut sejarah berasal dari India,mereka masuk ke Sumatera Utara melalui Pantai Timur didekat Teluk Haru. Di Kabupaten Karo penyebarannyadimulai dari Beras Tepu. Nenek moyang mereka bernama

Pagit pindah ke Sari Nembah. Merka umumnya tinggal dikampung-kampung Sari Nembah, Raja Berneh, Kidupen,

Page 19: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 19/152

Munte, Naman dan lain-lain. Pecahan dari merga ini adalahSembiring Pande Bayang.

Sembiring Pelawi 

Menurut cerita Sembiring Pelawi diduga berasa dari India(Palawa). Pusat kekuasaan merga Pelawi di wilayah Karodahulu di Bekancan. Di Bekancan terdapat seorang Raja,

yaitu Sierkilep Ngalehi, menurut cerita, daerahnya sampaike tepi laut di Berandan, seperti Titi Pelawi dan Lau Pelawi.Di masa penjajahan Belanda daerah Bekancan ini masukwilayah Pengulu Bale Nambiki. Kampung-kampung mergaSembiring Pelawi adalah : Ajijahe, Kandibata, Perbesi,Perbaji, Bekancan dan lain-lain.

Sembiring Sinukapor 

Sejarah merga ini belum diketahui secara pasti, merekatinggal di Pertumbuken, Sidikalang, dan Sarintonu.

Sembiring Tekang 

Sembiring Tekang dianggap dekat/bersaudara denganSembiring Milala. Di Buah Raya, Sembiring Tekang ini jugamenyebut dirinya Sembiring Milala. Kedekatan keduamerga ini juga terlihat dari nama Rurun anak-anak mereka.Rurun untuk merga Milala adalah Jemput (laki-laki di SariNembah) / Sukat (laki-laki di Beras Tepu) dan Tekang(wanita). Sementara Rurun Sembiring Tekang adalah  Jambe (laki-laki) dan Gadong (perempuan). Kutapantekennya adalah Kaban, merga ini tidak boleh kawin-mengawin dengan merga Sinulingga, dengan alasan ada

perjanjian, karena anak merga Tekang diangkat anak olehmerga Sinulingga.

5. Merga Tarigan 

Ada cerita lisan (Darwin Prinst, SH. Legenda Merga Tarigan dalambulletin KAMKA No. 010/Maret 1978 ) yang menyebutkan merga Tarigan ini tadinya berdiam di sebuah Gunung, yang berubah mejadiDanau Toba sekarang. Mereka disebut sebagai bangsa Umang. Padasuatu hari, isteri manusia umang Tarigan ini melahirkan sangat banyakmengeluarkan darah. Darah ini, tiba-tiba menjadi kabut dan kemudian  jadilah sebuah danau. Cerita ini menggambarkan terjadinya Danau Toba dan migrasi orang Tarigan dari daerah tersebut ke Purba Tua,Cingkes, dan Tongtong Batu. Tiga orang keturunan merga Tarigankemudian sampai ke Tongging yang waktu itu diserang oleh burungSigurda-Gurda berkepala tujuh. Untuk itu Tarigan memasang seoranganak gadis menjadi umpan guna membunuh manok Sigurda-gurdatersebut.

Sementara di bawah gadis itu digali lobang tempat sebagai bentengmerga Tarigan. Ketika burung Sigurda-gurda datang dan hendak

menerkam anak gadis itu, maka Tarigan ini lalu memanjat pohon danmenyumpit (eltep) kepala burung garuda itu. Enam kepala kenasumpit, akan tetapi satu kepala tesembunyi di balik dahan kayu. Salahseorang merga Tarigan ini lalu memanjat pohon dan menusuk kepalaitu dengan pisau. Maksud cerita ini mungkin sekali, bahwa pada waktuitu sedang terjadi peperangan, atau penculikan anak-anak gadis di Tongging. Pengulu Tongging merga Ginting Manik lalu minta bantuankepada merga Tarigan untuk mengalahkan musuhnya tersebut

Beberapa generasi setelah kejadian ini, tiga orang keturunan merga Tarigan ini diberi nama menurut keahliannya masing-masing, yakni ;  Tarigan Pertendong (ahli telepati), Pengeltep (ahli menyumpit) dan

Pernangkih-nangkih (ahli panjat). Tarigan pengeltep kawin denganberu Ginting Manik. Diadakanlah pembagian wilayah antara penghulu Tongging dengan Tarigan Pengeltep. Tarigan menyumpitkan eltepnya

Page 20: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 20/152

sampai ke Tongtong Batu. Tarigan lalu pergi kesana, dan itulahsebabnya pendiri kampung (Simantek Kuta) di Sidikalang dansekitarnya adalah Tarigan (Gersang). Tarigan Pertendong dan TariganPernangkih-nangkih tinggal di Tongging dan keturunannya kemudianmejadi Tarigan Purba, Sibero, dan Cingkes, baik yang di Toba maupunyang di Simalungun. Beberapa generasi kemudian berangkatlah duaorang Merga Tarigan dari Tongtong Batu ke Juhar, yang kemudian di  Juhar dikenal sebagai Tarigan Sibayak dan Tarigan Jambor Lateng. Tarigan Sebayak mempunyai nama rurun Batu (laki-laki) dan Pagit(perempuan). Sementara nama rurun Tarigan Jambor Lateng adalahLumbung (laki-laki) dan Tarik (perempuan). Kemudian datang pulalah Tarigan Rumah Jahe dengan nama rurun Kawas (laki-laki) dan Dombat(wanita).

Adapun cabang-cabang dari merga Tarigan ini adalah sebagai berikut :

○ Tarigan Tua 

kampong asalnya di Purba Tua dekat Cingkes dan Pergendangen

○ Tarigan Bondong di Lingga

○ Tarigan Jampang 

di Pergendangen

○ Tarigan Gersang 

di Nagasaribu dan Beras Tepu

○ Tarigan Cingkes 

di Cingkes

○ Tarigan Gana-gana di Batu Karang ;

○ Tarigan Peken 

di Sukanalu dan Namo Enggang

○ Tarigan Tambak  

di Kebayaken dan Sukanalu

○ Tarigan Purba 

di Purba

○ Tarigan Sibero 

di Juhar, Kuta Raja, Keriahen Munte, Tanjong Beringen, Selakar,dan Lingga

○ Tarigan Silangit 

di Gunung Meriah (Deli Serdang)

○ Tarigan Kerendam 

di Kuala, Pulo Berayan dan sebagian pindah ke Siak dan menjadiSultan disana

Tarign Tegur di Suka

○ Tarigan Tambun 

di Rakut Besi dan Binangara

○ Tarigan Sahing 

di Sinaman

Elemen yang paling mendasar di dalam masyarakat Karo adalah merga ataumarga, yang oleh banyak orang Karo diartikan sebagai sesuatu yang“berharga”. Ada lima marga yang terdapat pada masyarakat Karo, yaitu:

Karo-Karo, Sembiring, Tarigan, Ginting, Perangin-angin, beserta sub-submarga yang ada dalam masing-masing marga itu.

Page 21: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 21/152

Dalam kesatuan lima marga itu (Merga Silima), itulah yang disebut orangKaro. Seorang anak laki-laki akan terus mewariskan marga itu dari ayahnya.Seorang perempuan akan menyandang juga marga ayahnya sebagai beru(perempuan), dan akan terus disandang sampai menikah. Di sampingidentitas marga dan beru, setiap orang Karo juga memiliki bere-bere (margayang diperoleh dari ibu/beru). Dua orang yang memiliki bere-bere yang samadipandang sebagai saudara kandung dan juga menjadi senina (saudarakandung dalam jenis kelamin yang sama) atau turang (dalam jenis kelaminyang berbeda). Yang mempererat masyarakat Karo adalah adat, sebuah relasi tradisionaluntuk membuat keputusan dan melakukan apa saja. Akan terlihat bahwaadat tidak dapat dibedakan secara jelas dari kepercayaan, agama dantindakan, kenyataan hidup yang sangat rumit bagi orang-orang Karo yangtelah berpikiran modern dalam masyarakat pluralis saat ini. Adat dipandangsebagai sesuatu yang memiliki pengaruh yang supranatural dan memilikihukum-hukumnya sendiri. Sebagai contoh, seseorang yang telah menikahdan memiliki anak, maka untuk memanggilnya tidak boleh lagi menyebut

nama, tetapi nama anaknya disebutkan. Jadi ia akan dipanggil sebagai bapaksi “anu”. Ini sebagai sebuah tanda penghargaan, karena seseorang yangsudah memiliki anak telah mendapatkan tuah(berkat). Dengan memanggilseperti itu berarti ia telah dihormati. Banyak lagi panggilan-panggilan yanglain yang dibubuhkan kepada seseorang untuk menggantikan namanyasesuai dengan posisinya dan juga usianya. Nama tidak lagi dipakai, itulahsebagai ungkapan hukum adat yang diberlakukan.

Setiap orang Karo, di mana pun ia berada, ketika bertemu, untukmengetahui posisi masing-masing dalam kekerabatan melakukan ertuturatau berkenalan. Dalam proses ertutur inilah nantinya mereka akanmenemukan (satu dengan yang lain) harus memanggil apa dan dalam posisi

apa.Di dalam keluarga, baik suami maupun istri pada dasarnya memilikitanggung jawab untuk saling menjaga satu dan yang lain, dan salingmenghargai. Sikap seperti ini tumbuh dalam sistem ikatan penghormatanterhadap sangkep si telu yang sudah disebutkan tadi.

Budaya Ertutur 

Untuk menunjukkan tingkatan kekerabatan di dalam masyarakat Karodikenal istilah ertutur . Ertutur  (ber-tutur) adalah salah satu ciri orang Karobila ia berkenalan dengan orang yang belum pernah dikenalnya. Biasanyadiawali dengan menanyakan marga, kemudian bere-bere (marga ibu)

seseorang yang juga bisa dikaitkan dengan keluarga yang masing-masingmereka kenal, bahkan mungkin menanyakan trombo (silsilah) untukmengetahui tingkat kekerabatan tersebut.

Menurut Henry Guntur Tarigan26, tutur  adalah sebuah pemeo Karo yangberbunyi “ Adi la beluh ertutur, labo siat ku japa pe”, yang berarti “kalautidak pandai ber-tutur, takkan ada tempat ke mana pun”. Namun,nampaknya pemeo ini akan lebih terasa pada masyarakat Karo yang masihtinggal di pedesaan.

Adapun melalui tutur  seseorang dapat mengetahui tingkatannya dalam  jenis-jenis sebagai berikut: bapa (bapak), nande (ibu), mama (paman),

mami  (bibi/istri paman), bengkila (panggilan istri terhadap mertua laki-laki), bibi  (panggilan istri terhadap mertua perempuan), senina (saudarakarena marga, atau sembuyak  untuk yang satu ibu), turang (laki-lakiterhadap saudara perempuan, atau perempuan sama berunya denganmarga seorang laki-laki), Impal (laki-laki yang bere-bere-nya sama denganberu seorang wanita, pasangan yang ideal dalam peradatan Karo), silih(abang ipar atau adik ipar), bere-bere (seorang yang memiliki bere-bereyang sama dengan bere-bere seorang lainnya), anak (anak), kempu (cucu),ente (cicit), entah (buyut), turangku (hubungan yang dahulu tabu untukberbicara langsung, misalnya antara istri kita dengan suami dari saudaraperempuan kita), agi  (adik), kaka (abang laki-laki/perempuan),  permen

(sebutan mertua laki-laki terhadap menantu perempuan), nini bulang(kakek), nini tudung/nondong (nenek), empung (kakek dari ayah atauibu) beru (nenek dari ayah atau ibu).

Page 22: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 22/152

Budaya ertutur dalam masyarakat Karo terdiri dari enam lapis. Berikut inipenjelasan dari keenam lapis proses ertutur yang dikenal di kalanganmasyarakat Karo:

1. Marga/Beru adalah nama keluarga yang diberikan (diwariskan bagiseseorang dari nama keluarga ayahnya secara turun temurun bagianak laki-laki). Sedangkan bagi anak wanita marga ayahnya disebut

beru yang tidak diwariskan bagi anaknya kemudian.2. Bere-bere adalah nama keluarga yang diwarisi seseorang dari beru

ibunya. Bila ibu saya beru Karo, maka bere-bere saya menjadi bere-bere Karo.

3. Binuang adalah nama keluarga yang diwarisi seorang suku Karo daribere-bere ayahnya.

4. Kempu (perkempun), adalah nama keluarga yang diwarisi seseorangdari bere-bere ibu.

5. Kampah adalah nama keluarga yang diwarisi seseorang dari beru yangdimiliki oleh nenek buyut (nenek dari ayah).

6. Soler adalah nama keluraga yang diwarisi dari beru empong (nenekdari ibu)29.

Lazimnya, proses ertutur  dalam masyarakat Karo yang dipakai olehseseorang hanya sampai kepada lapis kedua. Sedangkan pada lapis ketigadan seterusnya hanya dipakai dalam acara-acara adat. Kecuali, bila duaorang yang hendak berkenalan, sama sekali tidak memiliki hubungan margaatau beru yang pas, maka diusutlah sampai tingkat ke empat dan enam.

Setiap orang yang bertemu dengan orang Karo atau menetap dan tinggal dimasyarakat Karo, atau kawin dengan orang Karo dari suku yang lain, untukdapat membangun kekerabatan melalu proses ertutur  ini akan dianugerahiatau dikenakan beru atau marga tertentu. Setelah sistem kekerabatan dapatditentukan dengan seorang Karo lainnya melalui ertutur  ini, maka jalinanhubungan kekerabatan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga ikatan yangdikenal dengan istilah rakut si telu (ikatan yang tiga), sebagaimana telahdijelaskan dalam butir (a).

Kemudian orang Karo juga mengenal istilah tutur si waluh yang sebenarnyakurang tepat artinya. Sebagaimana tentang tutur  sudah disinggungsebelumnya, tutur  itu ada 23. Sedangkan yang disebut waluh (delapan)adalah sangkep nggeluh. Jadi sebenarnya sangkep nggeluh si waluh(delapan kelengkapan hidup), yang merupakan pengembangan fungsi dari

rakut si telu30.Sangkep nggeluh si waluh itu antara lain adalah: pertama, pengembangandari tegun kalimbubu adalah (1)   puang kalimbubu, dan (2) kalimbubu.Kedua, pengembangan dari tegun senina adalah: (1) senina, (2) sembuyak ,(3) senina sepemeren, (4) senina siparibanen. Ketiga, pengembangan daritegun anak beru adalah: (1) anak beru dan (2) anak beru menteri. Jadi jumlah keseluruhan menjadi 2+4+2=8. Itulah yang disebut sebagai sangkepnggeluh si waluh dalam masyarakat Karo.

Budaya ertutur  ini merupakan salah satu bentuk pengungkapan identitasKaro. Seseorang akan dikenal dengan baik kalau ia mampu menjelaskan

hubungan-hubungan kekerabatan dalam ikatan keluarganya. Di samping itu,ia mampu mengenali marga/beru-nya dan bere-bere-nya, sehingga ketikamelakukan perkenalan dengan orang lain (ertutur ), ia dapat memposisikandirinya. Berdasarkan pengalaman penulis saat melakukan penelitian,ataupun saat bergaul dengan pemuda-pemuda di gereja, ketika prosesertutur ini dilakukan antara satu orang dengan yang lain, yang baru pertamakali bertemu, secara cepat dan spontan salah satu atau kedua-duanya darimereka mengatakan “Aku enggak bisa ertutur !”, (aku enggak bisaberkenalan). Ini menandakan betapa perhatian terhadap hal-hal paling kecil,paling mendasar dalam identitas kekaroan (yaitu masalah marga/beru)sudah tidak terlalu dipahami lagi. Ini jelas fenomena yang menunjukkan

bahwa bentukan identitas yang diinginkan oleh sebagian generasi mudabukanlah identitas yang kaku, rumit dan tidak populer seperti “identitas

Page 23: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 23/152

kekaroan” (dalam pandangan mereka). Padahal kekhasan orang Karo salahsatunya adalah pada proses ertutur itu sendiri.

Namun, harapan masih tetap ada, mungkin saja sikap-sikap yangditunjukkan oleh generasi muda (dari pandangan orang tua terhadap orangmuda yang diketahui penulis lewat wawancara) akibat dari ketidaktahuan,atau kurang sadarnya pemuda/i Karo akan pentingnya nilai sebuah identitas.

Mungkin saja kalau kesadaran mereka dibangkitakan, semangat merekaakan bangkit pula untuk melestarikan, memelihara dan mengembangkanbudayanya, sekalipun hal itu kelihatannya rumit. Bukankah kepopulerannyaakan sangat tergantung pada bagaimana cara kita memeliharanya?

BAB II

SEKILAS WILAYAH GEOGRAFIMASYARAKAT KARO

Masyarakat Karo sendiri bermukim di wilayah sebelah barat laut Danau  Toba yang mencakup luas wilayah sekitar 5.000 kilometer persegi yangsecara astronomis terletak sekitar antara 3′ dan 3′ 30″ lintang utara serta 98′ 

dan 98′ 30″ bujur timur. Wilayah Tanah Karo tersusun atas dua wilayah utamasebagai berikut:

• Dataran tinggi Tanah Karo, yang mencakup seluruh wilayah KabupaenKaro dan pusat administratifnya di kota Kabanjahe. Wilayah datarantinggi Tanah Karo ini menjorok ke selatan hingga masuk ke wilayahKabupaten Dairi (khususnya Kecamatan Taneh Pinem dan TigaLingga), serta ke arah timur masuk ke bagian wilayah Kecamatan SiLima Kuta yang terletak di Kabupaten Simalungun. Masyarakat Karomenyebut wilayah pemukiman dataran tinggi ini dengan nama KaroGugung.

• Dataran rendah Tanah Karo yang mencakup wilayah-wilayahkecamatan dari Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang yangterletak pada bagian ujung selatan secara geografis ( namun tertinggi

secara topografis). Wilayah ini dimulai dari plato Tanah Karo yangmembentang ke bawah hingga mencapai sekitar kampung-kampungBahorok, Namo Ukur, Pancur Batu, dan Namo Rambe yang ada di

Page 24: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 24/152

sebelah utara, serta Bangun Purba, Tiga Juhar, dan Gunung Meriah disisi timur. Masyarakat Karo menyebut daerah ini dengan nama Karo Jahe (Karo Hilir).

Wilayah dataran tinggi Tanah Karo dianggap sebagai pusat kebudayaan dantanah asli nenek moyang masyarakat Batak Karo. Di wilayah ini, bahasatidak banyak tersentuh oleh pengaruh-pengaruh luar dan ikatan kekerabatan

serta kehidupan tradisional masih terpelihara sangat kuat. Kebanyakanmasyarakat dataran tinggi Karo hidup dari bercocok tanam kecil-kecildengan menanam padi dan sayur-sayuran untuk konsumsi sehari-hari sertaberbagai tanam-tanaman komersial untuk kebutuhan pasar domestik danekspor.

Wilayah pemukiman dataran rendah yang ada di Kabupaten Langkat danKabupaten Deli Serdang umumnya lebih terorientasi pada produksi tanam-tanaman budidaya seperti karet dan kelapa sawit. Wilayah dataran rendahKaro ini lebih banyak menyerap pengaruh masyarakat Melayu pesisir yangpada umumnya menganut agama Islam dant erkadang mengharuskanmereka menyisihkan nama marga mereka sehingga hubungan kekerabatan

dengan sanak-saudara mereka di dataran tinggi jadi terputus.

Sejarah Wilayah

Kerajaan Aru atau Haru adalah diperkirakan pernah berdiri di wilayahpantai timur Sumatera Utara sekarang. Nama Kerajaan Aru disebutkandalam Kakawin Nagarakretagama sebagai salah satu kerajaan taklukanMajapahit. Dalam Sulalatus Salatin Haru disebut sebagai kerajaan yangsetara kebesarannya dengan Malaka dan Pasai. Peninggalan arkeologi yangdihubungkan dengan Kerajaan Haru telah ditemukan di Kota Cina dan KotaRantang.

Daftar isi[sembunyikan]

• 1 Lokasi Kerajaan Haru

• 2 Sejarah

• 3 Sosial, Ekonomi, danBudaya 

• 4 Rujukan

[sunting] Lokasi Kerajaan Haru

 Terdapat perdebatan tentang lokasi tepatnya dari pusat Kerajaan Haru. [1].Winstedt meletakkannya di wilayah Deli yang berdiri kemudian, namun adapula yang berpendapat Haru berpusat di muara Sungai Panai. Groeneveldtmenegaskan lokasi Kerajaan Aru berada kira-kira di muara Sungai Barumun(Padang Lawas) dan Gilles menyatakan di dekat Belawan. Sementara ada juga yang menyatakan lokasi Kerajaan Aru berada di muara Sungai Wampu(Teluk Haru/Langkat). [2]

[sunting] Sejarah

Haru pertama kali muncul dalam kronik Cina masa Dinasti Yuan, yangmenyebutkan Kublai Khan menuntut tunduknya penguasa Haru pada Cina

pada 1282, yang ditanggapi dengan pengiriman upeti oleh saudarapenguasa Haru pada 1295. Negarakartagama menyebut Haru sebagai salahsatu negara bawahan Majapahit.

Islam masuk ke kerajaan Haru paling tidak pada abad ke-13[2]. Kemungkinanpenduduk Haru lebih dulu memeluk agama Islam daripada Pasai, sepertiyang disebutkan Sulalatus Salatin dan dikonfirmasi oleh Tome Pires[1]. Terdapat indikasi bahwa penduduk asli Haru berasal dari suku Karo, sepertinama-nama pembesar Haru dalam Sulalatus Salatin yang mengandungnama dan marga Karo. [2]

Pada abad ke-15 Sejarah Dinasti Ming menyebutkan bahwa "Su-lu-tang

Husin", penguasa Haru, mengirimkan upeti pada Cina tahun 1411. Setahunkemudian Haru dikunjungi oleh armada Laksamana Cheng Ho. Pada 1431Cheng Ho kembali mengirimkan hadiah pada raja Haru, namun saat itu Haru

Page 25: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 25/152

tidak lagi membayar upeti pada Cina. Pada masa ini Haru menjadi sainganKesultanan Malaka sebagai kekuatan maritim di Selat Malaka. Konflik keduakerajaan ini dideskripsikan baik oleh Tome Pires dalam Suma Orientalmaupun dalam Sejarah Melayu.

Pada abad ke-16 Haru merupakan salah satu kekuatan penting di SelatMalaka, selain Pasai, Portugal yang pada 1511 menguasai Malaka, serta

bekas Kesultanan Malaka yang memindahkan ibukotanya ke Bintan. Harumenjalin hubungan baik dengan Portugal, dan dengan bantuan mereka Harumenyerbu Pasai pada 1526 dan membantai ribuan penduduknya. HubunganHaru dengan Bintan lebih baik daripada sebelumnya, dan Sultan MahmudSyah menikahkan putrinya dengan raja Haru, Sultan Husain. Setelah Portugalmengusir Sultan Mahmud Syah dari Bintan pada 1526 Haru menjadi salahsatu negara terkuat di Selat Malaka. Namun ambisi Haru dihempang olehmunculnya Aceh yang mulai menanjak.[1] Catatan Portugal menyebutkan duaserangan Aceh pada 1539, dan sekitar masa itu raja Haru terbunuh olehpasukan Aceh. Istrinya, ratu Haru, kemudian meminta bantuan baik padaPortugal di Malaka maupun pada Johor (yang merupakan penerus Kesultanan

Malaka dan Bintan). Armada Johor menghancurkan armada Aceh di Harupada 1540.[1]

Aceh kembali menaklukkan Haru pada 1564. Sekali lagi Haru berkat bantuan Johor berhasil mendapatkan kemerdekaannya, seperti yang dicatat olehHikayat Aceh dan sumber-sumber Eropa. Namun pada abad akhir ke-16kerajaan ini hanyalah menjadi bidak dalam perebutan pengaruh antara Acehdan Johor.

Kemerdekaan Haru baru benar-benar berakhir pada masa pemerintahanSultan Iskandar Muda dari Aceh, yang naik tahta pada 1607. Dalam suratnyabertanggal tahun 1613 kemenangannya atas Haru. Dalam masa ini sebutan

Haru atau Aru juga digantikan dengan nama Deli.Wilayah Haru kemudian mendapatkan kemerdekaannya dari Aceh pada1669, dengan nama Kesultanan Deli.

[sunting] Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Raja Haru dan penduduknya telah memeluk agama Islam, sebagaimanadisebutkan dalam Yingyai Shenglan (1416), karya Ma Huan yang ikutmendampingi Laksamana Cheng Ho dalam pengembaraannya . DalamHikayat Raja-raja Pasai dan Sejarah Melayu disebutkan kerajaan tersebutdiislamkan oleh Nakhoda Ismail dan Fakir Muhammad, yang jugamengislamkan Merah Silu, Raja Samudera Pasai pada pertengahan abad ke-

13.Sumber-sumber Cina menyebutkan bahwa adat istiadat seperti perkawinan,adat penguburan jenazah, bahasa, pertukangan, dan hasil bumi Haru samadengan Melaka, Samudera dan Jawa. Mata pencaharian penduduknya adalahmenangkap ikan di pantai dan bercocok tanam. Tetapi karena tanah negeriitu tidak begitu sesuai untuk penanaman padi, maka sebagian besarpenduduknya berkebun menanam kelapa, pisang dan mencari hasil hutanseperti kemenyan. Mereka juga berternak unggas, bebek, kambing.Sebagian penduduknya juga sudah mengkonsumsi susu. Apabila pergi kehutan mereka membawa panah beracun untuk perlindungan diri. Wanita danlaki-laki menutupi sebagian tubuh mereka dengan kain, sementara bagianatas terbuka. Hasil-hasil bumi dibarter dengan barang-barang dari pedagangasing seperti keramik, kain sutera, manik-manik dan lain-lain. (Groeneveldt,1960: 94-96) [2].

Peninggalan arkeologi di Kota Cina menunjukkan wilayah Haru memilikihubungan dagang dengan Cina dan India. [3].Namun dalam catatan Ma Huan,tidak seperti Pasai atau Malaka, pada abad ke-15 Haru bukanlah pusatperdagangan yang besar. [1]. Agaknya kerajaan ini kalah bersaing denganMalaka dan Pasai dalam menarik minat pedagang yang pada masasebelumnya aktif mengunjungi Kota Cina. Raja-raja Haru kemudianmengalihkan perhatian mereka ke perompakan.[3]

Haru memakai adat Melayu, dan dalam Sulalatus Salatin para pembesarnyamenggunakan gelar-gelar Melayu seperti "Raja Pahlawan" dan "Sri Indera".

Page 26: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 26/152

Namun adopsi terhadap adat Melayu ini mungkin tidak sepenuhnya, danunsur-unsur adat non-Melayu (Batak/Karo) masih ada. [1]

Menelusuri Jejak Kejayaan Kerajaan Aru

Oleh: Ery Soedewo dan R. Wahyu Oetomo

Bayangkan seusai pertama kali kita datang berkunjung ke suatu tempat,

pasti akan tersimpan dalam ingatan kita beberapa hal yang khas dari

tempat itu.

Entah makanannya, keseniannya, adat kebiasaannya maupun sejarah

beserta tinggalan-tinggalan kunonya sebagai bagian yang tak terpisahkan

dari khasanah kebudayaan setempat. Kita ambil contohnya adalah,

 Yogyakarta dalam benak kita mungkin akan tersimpan manis atau legitnyanasi gudeg, atau gemulai tarian tradisionalnya, serta lemah lembut tutur

masyarakatnya, dan tentu tidak akan terlewatkan adalah kemegahan candi-

candi dari masa Mataram Kuno yang banyak bertebaran di sana seperti

Prambanan dan Borobudur.

Lalu bagaimana dengan Kota Medan ? Tentunya juga memiliki sejumlah

kekhasan yang tidak akan mudah dilupakan oleh para pengunjung baik

dalam negeri maupun mancanegara. Sebut saja sajian kuliner khasnya yakni

bika ambon, atau rancaknya gerakan para penari Serampang Duabelas,maupun kelugasan tutur dan sikap warganya, dan tidak terlewatkan adalah

kemegahan Mesjid Raya Al-Mashun maupun keindahan Istana Maimun.

Sebagai sebuah kota besar, perjalanan sejarah Medan sebenarnya tidak

kalah panjangnya dibanding sejumlah kota besar lain di Indonesia. Jejak

masa lalunya tidak terhenti pada keberadaan Mesjid Raya Al-Mashun atau

Istana Maimun –yang keduanya berasal dari akhir abad XIX dan awal abad

XX M- saja. Sebab sejumlah data arkeologis menunjukkan embrio kota besarini dapat dirunut sedini abad ke-11 M, walaupun data historisnya merujuk

pada abad ke-14 M. Embrio dimaksud adalah sebuah kerajaan yang pernah

sangat berpengaruh di kawasan Selat Malaka yang dalam sumber-sumber

sejarah dikenal sebagai Aru atau Haru.

Kilas Sejarah Aru

Kata Aru atau Haru merupakan nama dari suatu kerajaan yang

keberadaannya telah disebut-sebut dalam berbagai sumber tertulis baik

lokal maupun mancanegara antara abad ke-14 M hingga abad ke-17 M.

Sumber tertulis tertua yang menyebutkan tentang Aru adalah yang berasal

dari Prapanca, seorang pujangga istana Majapahit pada pertengahan abad

ke-14 M. Dalam pujasastra karyanya yang berjudul Desawarnana

(Pemerincian/Deskripsi Negara) atau yang lebih dikenal sebagai

Negarakertagama Prapanca menyebutkan sejumlah nama tempat yang

berada di Pulau Sumatera. Pada pupuh ke-13 bait ke-1 disebutkannya antara

lain ...ksoni ri Malayu, ... Kampe, Haru, athawe Mandahiling... yang artinyakurang lebih ... terletak di bumi Malayu (penyebutan Pulau Sumatera kala

Page 27: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 27/152

itu) ...Kampai, Haru, Mandailing... .

Data tertulis berikutnya berasal dari awal abad ke-15 M yang merujuk pada

laporan Ma Huan, seorang penerjemah muslim China yang turut dalam

armada penjelajahan samudera Laksamana Cheng Ho. Dalam karyanya yang

berjudul Ying-Yai Sheng-Lan (Survei Menyeluruh Terhadap Pantai-PantaiSamudera) disebutkan tentang A-lu (Aru) yang berbatasan dengan Su-men-

ta-la (Samudera-Pasai); penduduknya adalah kaum muslim yang bercocok

tanam dan menangkap ikan sebagai mata pencahariannya.

Memasuki abad ke-16 M, makin banyak sumber tertulis yang berkaitan

dengan keberadaan Aru. Data dari masa tersebut terutama berasal dari para

penulis Eropa antara lain Tome Pires (orang Portugis) yang memerikan Aru

di awal abad ke-16 M. Dalam karyanya yang berjudul Suma Oriental (ditulisantara tahun 1512 hingga 1515). Aru disebut sebagai suatu kerajaan besar

bahkan yang terbesar di antara kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau

Sumatera. Rajanya adalah seorang muslim yang hidup di daerah pedalaman

yang banyak dialiri sungai. Walaupun pusat kerajaannya di pedalaman dia

memiliki armada lancara (nama sejenis perahu) yang digunakannya untuk

merompak di lautan.

Namun kejayaan Aru sebagai kerajaan dengan

armada lautnya yang disegani mulai terancamoleh perkembangan kerajaan Aceh. Setelah

penaklukan bandar Malaka oleh Portugis pada

tahun 1511, banyak pedagang yang mengalihkan

perniagaannya ke Pulau Sumatera. Salah satu

kerajaan yang diuntungkan oleh kondisi itu adalah kerajaan Aceh.

Seiring berkembangnya perekonomiannya, semakin besar pula pengaruh

kerajaan Aceh terhadap daerah sekelilingnya. Dalam pandangan geopolitikmasa itu keberadaan Aru sebagai kerajaan besar di pantai timur Sumatera

 jelas merupakan pesaing potensial bagi bandar Aceh. Oleh karena itu maka

keberadaan Aru sebagai ancaman potensial bagi Aceh harus ditundukkan,

dan hal itu terwujud ketika pada tahun 1539 Aru diserang oleh Aceh.

Menyadari kekuatan yang akan diserangnya bukanlah kerajaan kecil,

kerajaan Aceh mengerahkan segala daya yang dimilikinya termasuk satu

kompi prajurit Turki yang terdiri dari 60 prajurit reguler dan 40 orang

pasukan istimewa kesultanan Turki Utsmani (Ottoman) yang disebut Janisari.

Setelah bertahan sekian lama akhirnya benteng Aru berhasil ditembus

pasukan Aceh. Orang-orang Aru yang selamat dalam sumber-sumber tertulis

lokal di antaranya adalah janda penguasa Aru yang berhasil meloloskan diri

melalui alur sungai Deli hingga menyeberangi Selat Malaka menuju Johor

untuk memohon bantuan. Adakah tokoh perempuan ini (janda penguasa

Aru) yang dalam sumber-sumber tutur tradisional --Melayu maupun Karo--

disebut sebagai Puteri Hijau ? Kiranya hingga ditemukannya bukti sejarah

yang relevan hal itu masih terus dipertanyakan.

Page 28: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 28/152

 Jejak-jejak Kejayaan Aru

Perjalanan menelusuri jejak kerajaan Aru kita mulai dari sebuah situs

purbakala yang terletak di sekitar objek wisata Danau Siombak, daerah

Medan Labuhan yang dikenal di kalangan arkeolog dan sejarawan sebagai

situs Kota China.

Kota China adalah sebuah situs dengan bukti-bukti arkeologis yang

sementara ini oleh para sejarawan dan ahli purbakala dianggap merupakan

 jejak tertua yang dapat dikaitkan dengan keberadaan kerajaan Aru.

Keberadaan situs yang meliputi kawasan seluas sekitar 10 hektar di daerah

Medan Labuhan ini pertama kali dilaporkan oleh Edward McKinnon pada

tahun 1972.

Beberapa kali penelitian arkeologis terhadap situs ini menghasilkan sejumlah

data kepurbakalaan baik yang sifatnya monumental maupun non-

monumental. Tinggalan monumental dimaksud adalah sisa-sisa dari struktur

suatu bangunan bata yang diduga merupakan bangunan keagamaan Hindu

atau Buddha. Tidak jauh dari tempat ditemukannya struktur bata tersebut

ditemukan 4 arca batu, yang terdiri dari 2 arca Buddha dan dan 2 arca

lainnya menggambarkan sosok dewa-dewa Hindu yakni Wisnu dan Laksmi.

Kini 3 dari keempat arca tersebut dapat dilihat diMuseum Negeri Sumatera Utara di Jalan H.M.

 Joni, Medan, sedangkan 1 arca Buddha disimpan

oleh satu keluarga Tionghoa tidak jauh dari Kota

China sebagai sosok pujaan dalam pekong

keluarga tersebut.

Berdasarkan gaya seninya arca-arca dari Kota China tersebut tampak sangat

dipengaruhi oleh gaya seni Chola (India selatan). Masa kejayaan Kota China

diperkirakan berlangsung antara abad ke-11 M hingga abad ke-14 M, yang

didasarkan atas penemuan pecahan-pecahan keramik China dari masa

Dinasti Sung (abad ke-11 hingga ke-13 M) hingga Dinasti Yuan (abad ke-13

hingga ke-14 M).

Situs lain yang berkaitan dengan keberadaan kerajaan Aru adalah situs

Benteng Putri Hijau di daerah Deli Tua. Situs ini secara administratif terletak

di Desa Deli Tua, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang.

Keberadaan bangunan pertahanan yang dibuat dari timbunan tanah inidapat dihubungkan dengan pemberitaan Tome Pires (dari awal abad ke-16

M) tentang pusat kerajaan Aru yang berada di pedalaman yang banyak

dialiri sungai. Mungkin yang dimaksud oleh Pires adalah aliran Sungai Deli

yang di bagian hulu dikenal sebagai Sungai Petani.

Data lain yang memperkuat dugaan bahwa situs ini berasal dari kurun abad

ke-15 adalah banyaknya pecahan keramik berwarna putih biru dari masa

Dinasti Ming (antara abad ke-14 M hingga abad ke-17 M). Data artefaktual

lain yang ditemukan di situs ini oleh masyarakat setempat adalah koin-koin

emas beraksara Jawi (Arab Melayu) yang oleh para pakar numismatik (mata

Page 29: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 29/152

uang kuno) dipastikan sebagai mata uang dari masa Kesultanan Aceh

Darussalam atau yang dikenal sebagai uang Dirham.

Setelah lelah menelusuri sisa-sisa Benteng Putri Hijau, kita dapat

menyegarkan diri dengan kesegaran dan kesejukan air dari sumber air yang

oleh masyarakat dikenal sebagai Pancuran Putri Hijau dan Pancuran Gading.Kedua sumber air tersebut hingga kini oleh sebagian anggota masyarakat

dipercaya memiliki daya tertentu sehingga pada hari-hari tertentu tempat ini

ramai dikunjungi.

Refleksi Perjalanan

Konon, mahluk hidup yang mempunyai kemampuan menyimpan memori

akan masa lalunya hanya 2 jenis –-keduanya dari kelas mamalia-- yakni kitamanusia dan yang lain adalah gajah. Para zoologist (ahli margasatwa)

mengamati perilaku gajah di Afrika yang pada masa-masa tertentu datang di

suatu tempat yang merupakan tempat matinya salah satu anggota

kelompok mereka. Seolah manusia yang menziarahi makam keluarganya,

gajah-gajah itu mengendus dan menghembuskan tanah di sekitar tempat

matinya anggota kelompok mereka. Lebih kompleks dari tingkah gajah itu

adalah perilaku manusia yang tidak saja mendatangi makam keluarganya,

mereka juga sering mendatangi tempat-tempat yang memiliki kaitan dengan

sejarah masa lalu mereka. Entah tujuannya itu dilatarbelakangi kebutuhan

religius maupun yang sekedar rekreatif, keduanya berpangkal pada satu hal

yakni kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.

Mungkin sebagian orang menganggap perjalanan

ini sebagai suatu kesiasiaan belaka, yang tidak

membawa dampak dan manfaat bagi kehidupan

kini dan mendatang. Sepintas pendapat tersebut

boleh jadi benar, namun coba kita telaah lebih jernih dan tenang tentang kemajuan atau

kemapanan negara-negara yang kita kenal sekarang. Secara asal saja

silahkan sebut barang 1, 2, atau 3 negara maju yang saat ini mapan secara

perekonomiannya, seperti Amerika Serikat, Jepang, atau jiran kita Singapura,

semuanya memiliki apresiasi yang baik terhadap tinggalan budayanya

termasuk di dalamnya tinggalan purbakalanya.

Anda yang tidak sependapat dengan ide tersebut pasti akan berkilah,

”Semua negara yang Anda sebutkan itu sudah mapan secara ekonomi, oleh

karena itu urusan perut tidak lagi menjadi prioritas bagi mereka, sehingga

wajar jika mereka memiliki perhatian terhadap hal-hal seperti itu.”

Maaf bila jawaban berikut ini membuat telinga sebagian dari yang

mempunyai pikiran seperti itu menjadi merah. Ketiga negara itu dalam

kondisi seperti saat ini salah satu sebabnya adalah karena sedari awal

mereka memiliki kesadaran bahwa segala bentuk warisan budaya bangsa

yang dimilikinya adalah aset penting yang tidak saja memiliki arti pentingsecara ideologis atau akademis, bahkan ke depan akan mendatangkan nilai

Page 30: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 30/152

ekonomis. Ambil contohnya Singapura, jejak perjalanan masa lalu mereka

hanya sedikit meninggalkan tinggalan fisik (situs maupun artefaktual), salah

satunya adalah situs dari masa Perang Dunia II yakni Bukit Chandu yang

merupakan kubu pertahanan 1 kompi pasukan Inggris yang terdiri dari

orang-orang Melayu. Situs bersehaja yang berupa bukit kecil ini sepintas

dilihat hanyalah bukit biasa namun karena terdapat 1 museum kecil

berkaitan dengan sejarahnya serta dikelola secara profesional, maka

berdatanganlah para wisatawan ke situs ini, dan ini berarti devisa (baca

uang).

Benteng Putri Hijau jauh lebih memiliki potensi dibanding situs Bukit Chandu,

sebab situs yang terletak di Deli Tua ini masih menyisakan bentang fisiknya

yang berupa benteng tanah, sejumlah artefak hasil temuan masyarakat,

serta ditunjang pula oleh keberadaan mata air Pancuran Putri Hijau danPancuran Gading makin memberi nilai tambah dibanding apa yang dimiliki

Singapura.

Bila ditinjau dari segi ideologis-akademis, ada yang bilang masa lalu kita

termasuk di dalamnya sejarah perjalanan bangsa ini adalah kaca spion bagi

kita agar dalam melangkah kita lebih bijak dalam bertindak. Jika tidak ada

benda itu ibarat kita adalah --maaf-- babi hutan yang --memang-- selalu

maju terus tapi dalam wujud yang paling brutal, sruduk sana sruduk sini

tanpa kendali. Adakah kita babi hutan ? jawabannya pasti tidak, kita adalah

manusia yang memiliki pikiran sehingga punya kebijakan sebelum bertindak.

Sarana untuk itu sebenarnya kita miliki namun belum sepenuhnya kita

manfaatkan, sehingga sebagai bangsa sepertinya kita selalu ceroboh dalam

bertindak. Kekacauan dan ketidakpastian bangsa ini salah satu sebabnya

adalah kita malas untuk belajar dari masa lalu kita, padahal apa yang terjadi

saat ini, menurut para sejarawan tidak lain adalah pengulangan dari

peristiwa-peristiwa di masa lalu, yang membedakannya hanyalah konteksmasa dan budaya yang melingkupinya, namun wujudnya pada dasarnya

tidak jauh berbeda.

 Tentu kita bukanlah bangsa babi hutan, juga bukan bangsa keledai (yang

katanya tidak pernah terperosok di lubang yang sama). Oleh karena itu

marilah kita belajar dari masa lalu kita, dan tentunya untuk itu mari

lestarikan jejak-jejak masa lalu itu jangan sampai lenyap, sebab dari situlah

kita bercermin.

••• Penulis adalah peneliti di Balai Arkeologi Medan.

Menelusuri Jejak Kerajaan AruSabtu, 23/8/2008

Oleh Juraidi

Kerajaan Aru merupakan kerajaan besar dan penting yang pernah berdiripada abad ke-13 hingga 16 Masehi di bagian utara pulau Andalas(Sumatera).

Page 31: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 31/152

Namun sayangnya berita tentang kerajaan ini sangat minim terdengar, kalahpamor dengan kerajaan-kerajaan lain yang pernah jaya di Nusantara sepertiKerajaan Majapahit, Singosari dan Sriwijaya.

"Padahal kerajaan ini banyak disebut pada Amukti Palapa dalam HikayatPararaton, sejarah Melayu, dalam laporan Mendez Pinto (penguasa Portugisdi Malaka), laporan admiral Cheng Zhe (Cheng Ho) maupun pengembara dari

negeri China lainnya," kata sejarawan Universitas Negeri Medan (Unimed),Dr Phill Ichwan.

Berdasarkan sejumlah literatur, pusat Kerajaan Aru dinyatakan berpindah-pindah. Sebagian menyebut di Telok Aru di kaki Gunung Seulawah (AcehBarat), kemudian di Lingga, Barumun dan bahkan di Deli Tua, KabupatenDeli Serdang.

Namun demikian, aktivitas arkeologi yang telah dilakukan berkesimpulanbahwa pusat Kerajaan Aru berada di Kota Rentang (Hamparan Perak) diKabupaten Deli Serdang dari abad ke-13 hingga 14 Masehi, sebelumakhirnya pindah ke Deli Tua dari abad 14 hingga 16 M akibat serangan dari

Aceh."Hipotesa bahwa Kota Rentang adalah pusat Kerajaan Aru banyak didukungoleh faktor seperti jalur dari Karo Plateau maupun Hinterland menuju pantaitimur yang terfokus pada Sei Wampu dan Muara Deli. Di kawasan itu jugaditemukan ragam keramik yang berasal dari China, Muangthai, Srilangka,serta koin atau mata uang Arab dari abad ke-13 hingga 14," katanya.

 Temuan yang paling menakjubkan adalah ditemukannya batu kubur (nisan)yang tersebar di situs sejarah penting tersebut. Batu kubur yang terbuat daribatu cadas (volcanic tuff) yang ditemukan memiliki ornamentasi dalamberbagai ukuran dan sebagian bertuliskan Arab-Melayu dan banyakmenunjukkan kemiripan dengan yang ditemukan di Aceh.

Di rawa-rawa di kawasan yang sama juga ditemukan kayu-kayu besar yangdiduga merupakan bekas istana Kerajaan Aru serta batu-batu besar yangdiduga bekas bangunan candi.

 Juga ditemukan bongkahan perahu tua dengan panjang 30 hingga 50 meteryang menunjukkan bahwa Kota Rentang merupakan pusat niaga yang padatpada abad tersebut.

Terbesar

Sejarawan dari Universitas Sumatera Utara, Tuanku Luckman Sinar,mengatakan, pada abad ke-15 Kerajaan Aru merupakan kerajaan terbesar di

Sumatera dan memiliki kekuatan yang dapat menguasai lalulintasperdagangan di Selat Malaka.

Kerajaan Aru yang meliputi wilayah pesisir Sumatera Timur, yaitu batas Tamiang sampai Sungai Rokan, sudah mengirimkan beberapa kali misi ke Tiongkok yang dimulai pada tahun 1282 Masehi pada zaman pemerintahanKubilai Khan.

Kerajaan Aru juga pernah ditaklukkan oleh Kertanegara dalam ekpedisiPamalayu (1292) dan ditulis dalam pararaton "Aru yang Bermusuhan". Tetapisetelah itu Aru pulih kembali dan menjadi makmur sebagai mana dicatatoleh bangsa Persia, Fadiullah bin Abdul Kadir Rashiduddin dalam bukunya

"Jamiul Tawarikh" (1310 M), jelasnya.Musibah kembali menimpa Kerajaan Aru ketika Majapahit menaklukkannyapada tahun 1365 M. Seperti tertera dalam syair Negarakertagama strope13:1, pada masa itu Majapahit juga menaklukkan Panai (Pane) dan Kompai(Kampe) di Teluk Haru.

Dalam laporan Tiongkok abad ke-15 juga disebut berkali-kali Aru yang Islammengirim misi ke Cina. Baik dari laporan-laporan China maupun dari laporanPortugis yang ditulis kemudian, menunjukkan sekitar Sungai Deli menjadipusat Kerajaan Aru dengan bandarnya Kota Cina dan Medina (Medan)sebagaimana disebut-sebut Laksamana Turki Ali Celebi dalam "Al Muhit".

Mengenai Kota Rentang sebagai pusat Kerajaan Aru juga diperkuat oleh Prof.Naniek H Wibisono, tim Puslitbang Aarkeolog Nasional Badan LitbangKebudayaan dan Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Page 32: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 32/152

Menurut dia, hasil penelitian eksploratif di situs Kota Rentang memunculkandugaan bahwa lokasi tersebut merupakan bagian dari jaringan permukimandan aktivitasnya yang saling terkait.

Asumsi tersebut berdasarkan pola persebaran dan variabilitas tinggalanarkeolog seperti keramik, tembikar, artefak batu, sisa-sisa tulang, matauang, damar dan batu nisan.

Keberadaan tinggalan arkeologi terutama keramik dan mata uang yangmenjadikan bukti bahwa di lokasi tersebut pernah terjadi aktivitas yangberhubungan dengan perniagaan, katanya.

Keramik merupakan suatu komoditi dari luar Nusantara yang banyakditemukan. Penemuan tersebut menjadi kunci penting sejarah perniagaan,baik secara lokal maupun interlokal. "Kita menemukan bukti-bukti yangmeyakinkan untuk lebih memperjelas gambaran tentang apa yangberlangsung di wilayah itu pada masa lampau," tambahnya.

Melalui keramik, katanya, dapat ditelusuri kapan sesungguhnya KotaRentang mulai berperan dalam perniagaan. Selain itu, melalui persamaan

variabilitas dan kronologi tinggalan arkeologi juga dapat diketahuikeberadaan situs Kota Rentang dan hubungannya dengan situs-situs lainnya.

"Dari hasil penelitian ini diduga tinggalan arkeologi yang ditemukan memilikipersamaan dengan situs lainnya yang terletak dalam satu jaringan pesisir-pedalaman, antara lain Kota Cina," katanya.

Pasca serangan Aceh pada akhir abad ke-14, pusat Aru berpindah dari KotaRentang ke Deli Tua dan berdiri dari abad ke-15 hingga 16 M. Di situs AruDeli Tua ditemukan Benteng Putri Hijau (Green Princess Castle), keramikyang berasal dari China, Muangthai, Sri Langka maupun Burma. Temuankeramik tersebut menunjukkan periode yang sama dengan temuan di Kota

Rantang. (ANT)BERITA TERBARU

13 Juli 2008 ,09:41 WIBSitus Aru Harus Dilindungi

Medan, isekolah.org - Artefak berusia ratusan tahun peninggalanKerajaan Aru kembali ditemukan.Sejarawan,arkeolog,dan Ikatan SarjanaMelayu Indonesia (ISMI) Sumut meminta pemerintah melindungikawasan itu.

’’Kami berkumpul di sini untuk meminta kepada pemerintah agartemuan-temuan benda bersejarah dilindungi. Begitu juga dengankawasan lokasi penemuan, untuk pengembangan hasil penelitian,”paparKetua ISMI Sumut Umar Zein kepada wartawan ketika di Istana Maimunkemarin. Zein menyatakan, penemuan arkeologis di tanah Melayu harusmendapat perhatian dari pemerintah.

Sebab, hal itu berkaitan dengan sejarah peradaban Melayu. Kerajaan Arumerupakan cikal bakal dari Kesultanan Deli. Untuk itu, penting menggalikembali sisa-sisa peninggalan untuk penelitian lanjutan.Tanpa penelitian,

etnis Melayu akan kehilangan akar sejarahnya.

Dia juga mengimbau agar masyarakat di sekitar Sungai Bedra, Kelurahan Terjun Medan Marelan––tempat ditemukannya peninggalan sejarahterakhir––turut menjaga dan melindungi penemuan tersebut. Pemerintah juga dapat memberikan kompensasi ganti rugi bagi warga yangmenemukan atau memiliki benda bersejarah.

Zein menambahkan, selain untuk kepentingan riset arkeologi dan disiplinilmu lain,kawasan peninggalan sejarah dapat juga dijadikan objek wisatasejarah dan budaya. ’’Jika pemerintah punya niat baik melindungi

kawasan situs bersejarah,banyak keuntungan yang dapat diperoleh,”ujarnya yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas (Kadis) KesehatanKota Medan itu.

Page 33: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 33/152

Arkeolog dari Balai Besar Arkeologi Medan Eri Sudewo memaparkan,daripenemuan yang mereka peroleh terdapat beberapa benda peninggalandua dinasti di China, yaitu Dinasti Song 1127–1279 masehi dan Yuan1280–1360 masehi.Beberapa peninggalan keramik dan tembikar berasaldari daerah Guangdong, Minnan, dan Jingdezhen.

’’Kami menemukan beberapa peninggalan dari pengerukan Sungai Bedratersebut, mulai tempayan, mangkuk, guci, maupun buli-buli tempatmenyimpan minyak kamper. Keseluruhannya kami identifikasi dariDinasti Song danYuan,”paparnya. Ketua Pusat Studi Ilmu Sosial danSejarah (Pusiss) Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azharimerasa yakin bahwa masih banyak peninggalan di kawasan tersebutyang belum tergali.

Apa yang ditemukan masyarakat dan tim arkeologi membuktikan masihbanyak peninggalan sejarah yang perlu terpendam. Karena itulah perlu

ada ketegasan dari pemerintah untuk segera memugar tempat tersebut.’’Saya yakin kami bisa menemukan prasasti sejarah jika dilakukanpenelitian lebih lanjut. Namun, kawasan tersebut terlebih dulu harusdilindungi dan dipugar,”ungkapnya.

Menurut dia, jika prasasti tersebut ditemukan,dapat dipastikan dari manazaman kerajaan benda kuno tersebut berasal.Sebab, pecahan keramikdan guci yang ditemukan merupakan bukti bahwa tempat itu pernahmenjadi pusat perdagangan internasional.

Berdasarkan logika, jika terdapat pusat perdagangan, sangat

dimungkinkan telah ada pemerintahan administratif berbentuk kerajaandi wilayah tersebut.Namun, itu semua tidak akan pernah terungkap jikatidak ada dukungan dari pemerintah.

Sumber : Koran Sindo

Menurut beberapa pendapat, disebut bahwa Teluk Aru adalah pusat kerajaanARU dan belum pernah diteliti sama sekali. Namun, Edmund E. McKinnon(Arkeolog Inggris) menolak apabila kawasan tersebut dinyatakan belum

pernah diteliti sekaligus juga menolak apabila Teluk Aru disebut sebagaipusat kerajaan Aru. Teluk Aru telah diteliti pada tahun 1975-1976 danhasilnya adalah ”Pulau Kompei”. Diakui bahwa terdapat peninggalan diwilayah Teluk Aru, tetapi berdasarkan jalur hinterland kurang mendukung Teluk Aru sebagai satu centrum kerajaan. Seperti diketahui bahwa jalur dariKaro plateau maupun hinterland menuju pantai timur, dari utara ke selatanmelalui gunung adalah: Buaya, Liang, Negeri, Cingkem yang menuju ke SeiSerdang maupun ke Sei Deli, Sepuluhdua Kuta, Bekancan, Wampu keBahorok. Maupun jalur sungai diantara Sei Wampu bagian hilir sekitar Stabatdan Sei Sunggal ke Belawan. Fokusnya diwilayah pantai diantara Sei Wampudan Muara Deli (Catatan Anderson tentang pentingnya Muara Deli).

Penulis Karo mengemukakan bahwa (H)Aru adalah asal kata ”Karo” yangberevolusi. Oleh karena itu, kelompok ini mengklaim bahwa masyarakat Aruadalah masyarakat yang memiliki clan Karo dan didirikan oleh clanKembaren. Walau demikian, penulis Karo seperti Brahmo Putro (1979)sependapat dan mengakui bahwa centrum kerajaan ini berpindah-pindahhingga ke Aceh, Deli Tua, Keraksaan (Batak Timur), Lingga, Mabar, maupunBarumun. Disebutkan bahwa (H)Aru berada di Balur Lembah GunungSeulawah di Aceh Besar sekarang yang pada awalnya juga telah banyakdihuni oleh orang Karo, dan telah ada sebelum kesultanan Aceh pertamayakni Ali Mukhayat Syah pada tahun 1496-1528. Lebih lanjut disebut bahwakerajaan (H)Aru Balur ditaklukkan oleh Sultan Aceh pada tahun 1511 dalam

rencana unifikasi Aceh hingga ke Melaka dan salah seorang rajanya clanKaro dan keturunan Hindu Tamil menjadi Islam bersama seluruh rakyatnya

Page 34: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 34/152

dan bertugas sebagai Panglima Sultan Aceh di wilayah Batak Karo.Demikian pula penulis Melayu yang mengemukakan bahwa kerajaan ARUadalah kerajaan Melayu yang sangat besar pada zamanya, lokasi kerajaanyatidak menetap akibat gempuran musuh terutama yang datangnya dari Aceh.Hal ini telah banyak dicatat oleh Lukman Sinar dalam jilid pertama bukunyadengan judul Sari Sedjarah Serdang (1986). Menurutnya, nama ARU munculpertama kalinya dalam catatan resmi Tiongkok pada saat ARU mengirimkanmisi ke Tiongkok pada tahun 1282 pada era kepemimpinan Kublai-Khan.Demikian pula dalam buku ”Sejarah Melayu” yang banyak menyebut tentangkerajaan ARU. Berdasarkan literatur tersebut, Lukman Sinar dalampenjelasan lebih lanjut mengemukakan bahwa pusat kerajaan ARU adalahDeli Tua dan telah menganut Islam.Barangkali, yang dimaksud oleh tulisan-tulisan tersebut adalah Kota Rentangkarena berdasarkan bukti-bukti arkeologis serta carbon dating terhadaptemuan keramik, ditemukannya batu kubur (nisan) yang terbuat dari batuCadas (Volcanoic tuff) dengan ornamentasi Jawi dimana nisan sejenis banyakditemukan di tanah Aceh. Sedangkan tanda-tanda ARU Deli Tua dinyatakan

islam hampir tidak diketemukan selain sebuah meriam buatan Portugisbertuliskan aksara Arab dan Karo. Lagi pula, berdasarkan laporan kunjunganadmiral Cheng Ho yang mengunjungi Pasai pada tahun 1405-1407 menyebutbahwa nama raja ARU pada saat itu dituliskan So-Lo-Tan Hut-Sing (SultanHusin) dan membayar upeti ke Tiongkok. Kemudian, dalam ”Sejarah Melayu” juga diceritakan suatu keadaan bahwa ARU telah berdiri sekurang-kurangnyatelah berusia 100 tahun sebelum penyerbuan Iskandar Muda (1607-1636)pada tahun 1612 dan 1619. Dengan demikian, kuat dugaan bahwa centrumARU yang telah terpengaruh Islam yang dimaksud pada laporan-laporanpenulis Cina dan ”Sejarah Melayu” tersebut adalah Kota Rentang.Diyakini bahwa kerajaan ARU adalah kerajaan yang besar dan kuat sehingga

dianggap musuh oleh kerajaan Majapahit. Hal ini dapat dibuktikan darisumpah Amukti Palapa sebagaimana yang ditulis dalam kisah Pararaton(1966), yaitu: Sira Gajah Madapatih amangkubhumi tan ayun amuktiapalapa, sira Gajah mada: ”Lamun awus kalah nusantara isun amuktia palapa,amun kalah ring Guran, ring Seran, Tanjung Pura, ring HARU, ring Pahang,Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti Palapa”.Hal senada juga dikemukakan oleh Muh. Yamin dalam bukunya dengan judul”Gajah Mada: Pahlawan Persatuan Nusantara ”(2005).Dari penjelasan diatas diketahui bahwa berdasarkan periodeisasinya makakerajaan ARU berdiri pada awal abad ke-13 yakni pasca runtuhnya kerajaanNAGUR Batak Timur pada tahun 1285. Pusat kerajaan ARU yang pertama ini

adalah Kota Rentang dan telah terpengaruh Islam yang sesuai dengan bukti-bukti arkeologis yakni temuan nisan dengan ornamentasi Jawi yang percissama dengan temuan di Aceh. Demikian pula temuan berupa stonewaresdan earthenwares ataupun mata uang yang berasal dari abad 13-14 yangbanyak ditemukan dari Kota Rentang. Bukti-bukti ini telah menguatkandugaan bahwa lokasi ARU berada di Kota Rentang sebelum jatuh ketanganAceh. Sebagai dampak serbuan yang terus menerus maka centrum ARUpindah ke Deli Tua yakni pada akhir abad ke-14, dan pada permulaan abadke-15 Sultan Alauddin Riayat Syah Al Kahar (1537-1568) mulai berkuasa diAceh.

Benteng Putri Hijau Deli Tua

Edmund Edwards McKinnon (2008) menulis ”Aru was attacked by Aceh and the ruler killed by subterfuge and treachery. His wife fled into thesurrounding forest on the back of an elephant and eventually made her way to Johor, where she married the ruling Sultan who helped her oust the Acehnese and regain her kingdom”. Selanjutnya, “a sixteenth century account by the Portuguese writer Pinto states that Aru was conquered by the Acehnese in 1539 and recounts how the Queen of Aru made her way to Johor and the events that transpired thereafter”.Seperti yang dicatat dalam literature sejarah bahwa laskar Aceh tidak sajamenyerang Kerajaan ARU tetapi juga Portugis dan kerajaan Johor yangmerupakan sekutu ARU. Oleh karena itu, sejak kejatuhan ARU ketangan

Aceh, maka centrum kerajaan ARU yang baru berpusat di Deli Tua (Old Deli)serta dipimpin oleh ratu ARU yang didukung oleh Portugis dan Kerajaan

Page 35: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 35/152

 Johor. Dalam kisah Putri Hijau, ratu ARU inilah yang disebut sebagai PutriHijau. Sedangkan nama ’Putri Hijau’ itu sendiri menurut McKinnon adadikenal dalam cerita rakyat di India Selatan.Bukti-bukti peninggalan ARU Deli Tua adalah seperti benteng pertahanan(kombinasi alam dan bentukan manusia) yang masih bisa ditemukan hinggasaat ini. Catatan resmi tentang benteng ini dapat diperoleh dari catatan P.J.Vet dalam bukunya Het Lanschap Deli op Sumatra (1866-1867) maupunAnderson pada tahun 1823 dimana digambarkan bahwa di Deli Tua terdapatbenteng tua berbatu yang tingginya mencapai 30 kaki dan sesuai untukpertahanan. Menurut Pinto, penguasa Portugis di Malaka tahun 1512-1515bahwa ibukota (H)ARU berada di sungai ‘Panecitan’ (Lau Patani) yang dapatdilalui setelah lima hari pelayaran dari Malaka. Pinto juga mencatat bahwaraja (H)ARU sedang sibuk mempersiapkan kubu-kubu dan benteng-bentengdan letak istananya kira-kira satu kilometer kedalam benteng. (H)ARUmempunyai sebuah meriam besar, yang dibeli dari seorang pelarianPortugis. Temuan lainnya adalah mata uang Aceh (Dirham) yang terbuat dari emas,

dimana masyarakat disekitar benteng masih kerap menemukanya. Temuanini sekaligus menjadi bukti bahwa Aceh pernah menyerang ARU Deli Tuadengan menyogok pengawal kerajaan dengan mata uang emas. Selanjutnya,menurut Lukman Sinar (1991) di Deli Tua pada tahun 1907 dijumpai guciyang berisi mata uang Aceh dan kini tersimpan di Museum RafflesSingapura. Temuan lainnya adalah berupa keramik dan tembikar yang padaumumnya percis sama dengan temuan di Kota Rentang. Temuan keramikdan tembikar ini adalah barang bawaan dari Kota Rentang pada saatmasyarakatnya mencari perlindungan dari serangan Aceh.Hingga saat ini, temuan berupa uang Aceh, keramik dan tembikar dapatditemukan disembarang tempat disekitar lokasi benteng. Akan tetapi, dari

bukti-bukti yang ada itu, tidak diketahui secara jelas apakah ARU Deli Tuatelah menganut Islam. Pendapat yang mengemukakan bahwa ARU Deli Tuaadalah Islam didasarkan pada temuan sebuah meriam bertuliskan Arabdengan bunyi: ’Sanat… alamat Balun Haru’ yang ditemukan oleh kontrolirCats de Raet pada tahun 1868 di Deli Tua (Lukman Sinar, 1991). Akan tetapidi tengah meriam tersebut terdapat tulisan buatan Portugis. Hal ini senadadengan tulisan Pinto bahwa ARU memiliki sebuah meriam yang besar.Meriam inilah yang kemudian di sebut dalam kisah Putri Hijau ditembakkansecara terus menerus hingga puntung dan terbagi dua.Faktor penyebab serangan Aceh ke ARU yang berlangsung terus menerusadalah dalam rangka unifikasi kerajaan dalam genggaman kesultanan Aceh.

Lagipula, seperti yang telah disebutkan diatas bahwa ARU terdahuluditaklukkan oleh laskar Aceh yang mengakibatkan berpindahnya ARU ke Deli Tua. Hal ini menjadi jelas bahwa hubungan diplomatik antara ARU denganAceh tidak pernah harmonis. Dalam kisah Putri Hijau disebut bahwa faktorserangan Aceh ke Deli Tua adalah akibat penolakan sang Putri untukdinikahkan dengan Sultan Aceh.Mengingat kuatnya benteng pertahanan ARU Deli Tua yang ditumbuhibambu, sehingga menyulitkan serangan Aceh. Menurut catatan Pinto, duakali serangan Aceh ke Deli Tua mengalami kegagalan. Pada akhirnyapasukan Aceh melakukan taktik sogok yakni dengan memberikan uang emaskepada pengawal benteng. Dalam kisah Putri Hijau disebut bahwa pasukan

Aceh menembakkan meriam berpeluru emas, sehingga pasukan ARUberhamburan untuk mencari emas. Penyogokan pasukan ARU yangdilakukan oleh pasukan Aceh, menjadi penyebab kehancuran kerajaan ARUDeli Tua.Permaisuri kerajaan dengan laskar yang tersisa mencoba merebut Benteng,tetapi tetap gagal. Akhirnya permaisuri dengan sejumlah pengikutnyaberlayar menuju Malaka dan menghadap kepada gubernur Portugis. Tetapi iatidak disambut dengan baik. Akhirnya permaisuri menjumpai Raja Johor,Sultan Alauddin Riayatsyah II dan bersedia menikahinya apabila ARU dapatdiselamatkan dari penguasaan Aceh. Akan tetapi, ARU telah dikuasai olehAceh yang dipimpin oleh panglima Gocah Pahlawan. Akhirnya permaisuri raja

ARU menikah dengan raja Johor. Gocah Pahlawan diangkat sebagai walinegeri Aceh di reruntuhan kerajaan ARU. Selanjutnya, ARU Deli Tua padamasa pimpinan wali negeri Aceh ini menjadi cikal bakal kesultanan Deli yang

Page 36: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 36/152

berkuasa pada tahun 1632-1653.Benteng Putri Hijau yang terdapat di Deli Tua-Namu Rambe berdasarkansurvei yang dilakukan oleh John Miksic (1979) luasnya adalah 1800 x 200 M2atau 360 Ha. Letaknya percis diantarai dua lembah (splendid area) yangdisebelah baratnya mengalir Lau Patani/Sungai Deli. Temuan penting darisitus ini adalah ditemukannya benteng pertahanan yang terbuat secaraalami maupun bentukan manusia. Benteng ini termasuk dalam kategori localgenius terutama dalam menghadapi musuh, yakni musuh yang datangmenyerang harus terlebih dahulu menyeberangi sungai, kemudian mendakilereng bukit (benteng alam) dan akhirnya sampai di benteng bentukanmanusia. Oleh karenanya, musuh memerlukan energi yang cukup kuat untukbisa sampai kepusat benteng. Lokasi yang tepat berada diantara dua lembahserta dialiri oleh sungai, menjadi alasan bahwa daerah tersebut sengajadipilih untuk mengantisipasi serbuan musuh (Military Strategic Sistem), lagipula pusat kerajaan selalu berada di tepi sungai mengingat pentingnyasungai sebagai jalur transportasi.Setelah diserang oleh laskar Aceh pada masa Sultan Alauddin Riayat Syah Al

Kahar yang berkuasa tahun 1537-1568, (bukan Iskandar Muda) pada tahun1564, nama ARU tidak pernah diberitakan lagi. Serangan Aceh yang keduaini adalah serangan yang terhebat dimana seluruh kerajaan ARU habisdibakar dan yang tersisa hanyalah Benteng yang masih eksis hinggasekarang. Hal ini senada dengan pendapat Mohammad Said (1980) dimanapeperangan yang terjadi pada masa sultan Iskandar Muda (1612-1619)tidaklah sehebat pertempuran pada masa Sultan Al-Kahar. Lagi pula, padamasa kepemimpinan Iskandar Muda, tidak terdapat suatu tulisan bahwaMelayu di pimpin oleh Sultan Perempuan.

Eksistensi Kerajaan Haru-Karo

Kerajaan Haru-Karo mulai menjadi kerajaan besar di Sumatera, namun tidakdiketahui secara pasti kapan berdirinya. Namun demikian, Brahma Putra,dalam bukunya “Karo dari Jaman ke Jaman” mengatakan bahwa pada abad 1Masehi sudah ada kerajaan di Sumatera Utara yang rajanya bernama “Palagan”. Menilik dari nama itu merupakan bahasa yang berasal dari suku

Karo. Mungkinkah pada masa itu kerajaan haru sudah ada?, hal ini masihmembutuhkan penelitian lebih lanjut.(Darman Prinst, SH :2004)

Kerajaan Haru-Karo diketahui tumbuh dan berkembang bersamaanwaktunya dengan kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Johor, Malaka dan Aceh. Terbukti karena kerajaan Haru pernah berperang dengan kerajaan-kerajaantersebut.

Kerajaan Haru identik dengan suku Karo,yaitu salah satu suku di Nusantara.Pada masa keemasannya, kerajaan Haru-Karo mulai dari Aceh Besar hinggake sungai Siak di Riau. Eksistensi Haru-Karo di Aceh dapat dipastikan dengan

beberapa nama desa di sana yang berasal dari bahasa Karo. Misalnya KutaRaja (Sekarang Banda Aceh), Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, KutaAlam, Kuta Lubok, Kuta Laksmana Mahmud, Kuta Cane, Blang Kejeren, danlainnya. (D.Prinst, SH: 2004)

 Terdapat suku Karo di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee.Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalambukunya “Aceh Sepanjang Abad”, (1981). Beliau menekankan bahwapenduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidakdijelaskan keturunan dari batak mana penduduk asli tersebut. Sementaraitu, H. M. Zainuddin dalam bukunya “Tarikh Aceh dan Nusantara” (1961)

dikatakan bahwa di lembah Aceh Besar disamping Kerajaan Islam adakerajaan batak Karo. Selanjunya disebutkan bahwa penduduk asli atau bumiputera dari Ke-20 Mukim bercampur dengan suku Batak Karo ysng dalam

Page 37: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 37/152

bahasa Aceh disebut batak Karee. Brahma Putra, dalam bukunya “KaroSepanjang Zaman” mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besaradalah Manang Ginting Suka.

Kelompok karo di Aceh kemudian berubah nama menjadi “Kaum LheeReutoih” atau kaum tiga ratus. Penamaan demikian terkait dengan peristiwaperselisihan antara suku Karo dengan suku Hindu di sana yang disepakatidiselesaikan dengan perang tanding. Sebanyak tiga ratus (300) orang sukuKaro akan berkelahi dengan empat ratus (400) orang suku Hindu di suatulapangan terbuka. Perang tanding ini dapat didamaikan dan sejak saat itusuku Karo disebut sebagai kaum tiga ratus dan kaum Hindu disebut kaumempat ratus.

Dikemudian hari terjadi pencampuran antar suku Karo dengan suku Hindudan mereka disebut sebagai kaum Jasandang. Golongan lainnya adalahKaum Imam Pewet dan Kaum Tok Batee yang merupakan campuran sukupendatang, seperti: Kaum Hindu, Arab, Persia, dan lainnya.

Entri ini ditulis oleh rapolo dan dikirimkan oleh Nopember 17, 2007 at 12:33

 pm dan disimpan di bawah Eksistensi Kerajaan Haru-Karodengan pengait 

kata (tags) Brahma Putra, Ginting, Haru-Karo, Karo dari Jaman ke Jaman.

Tandai permalink . Telusuri setiap komentar di sini dengan RSS feed kiriman

ini. Tulis komen atau tinggalkan trackback: URL Trackback .

MARGA SEMBIRING PADA MASYARAKAT KARO

March 9, 2008 by satya sembiring 

Oleh Pertampilan Sembiring Brahmana

Pendahuluan

Masyarakat Karo adalah salah satu etnis yang ada di Sumatera Utara. Etnisini masuk ke dalam etnis Batak. Secara administrasi negara, Karo sebagaiwilayah adalah sebuah Kabupaten dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau

3,01 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara.

 Akan tetapi bila membicarakan wilayah budaya masyarakat Karo secaratradisional, masyarakat Karo tidak hanya mencakup Kabupaten Dati II Karosekarang ini saja, tetapi mencakup kewedanaan Karo Jahe yang mencakupdaerah tingkat II Deli Serdang, terdiri dari Kecamatan Pancurbatu,Kecamatan Biru-Biru, Kecamatan Sibolangit, Kecamatan Lau Bakeri danKecamatan Namorambe (Tambun, 1952:177-179), Kecamatan Kutalimbaru,Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan STM Hulu, Kecamatan STM Hilir,Kecamatan Bangun Purba, Kecamatan Galang, Kecamatan Tanjong Morawa,Kecamatan Deli Tua, Kecamatan Patumbak, Kecamatan Sunggal (Brahmana,

1995:11). Di daerah tingkat II Langkat mencakup Kecamatan Sei Binge,Kecamatan Salapian dan Kecamatan Bahorok, Kecamatan Kuala, KecamatanSelesai dan Kecamatan Padang Tualang. Di daerah tingkat II Dairi, diKecamatan Tanah Pinem, Kutabuluh, di daerah tingkat II Simalungun disekitar perbatasan Karo dengan Simalungun, dan di daerah Aceh Tenggara(Prop NAD). Di daerah-daerah ini banyak ditemukan masyarakat Karo.

Masyarakat Karo dan Hindu

Dalam beberapa literatur tentang Karo, etimologi Karo berasal dari kataHaru. Kata Haru ini berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitar 

abad 14 sampai abad 15 di daerah Sumatera Bagian Utara. Kemudian pengucapan kata Haru ini berubah menjadi Karo. Inilah diperkirakan awalterbentuknya nama Karo.

Page 38: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 38/152

Menurut Sangti (1976:130) dan Sinar (1991:1617), sebelum klen Karo-Karo,Ginting, Sembiring, Tarigan dan Perangin-Angin menjadi bagian darimasyarakat Karo sekarang, telah ada penduduk asli Karo pertama yakniklen Karo Sekali. Kedatangan kelompok klen Karo-Karo, Ginting, Sembiring,Tarigan dan Perangin-Angin, akhirnya membuat klen pada masyarakat Karosemakin bertambah. Klen Ginting misalnya adalah petualangan yang datangke Tanah Karo melalui pegunungan Layo Lingga, Tongging dan akhirnyasampai di Dataran Tinggi Karo. Klen Tarigan adalah petualangan yangdatang dari Simalungun dan Dairi. Perangin-angin adalah petualangan yangdatang dari Tanah Pinem Dairi. Sembiring diidentifikasikan berasal dariorang-orang Hindu Tamil yang terdesak oleh pedagang Arab di Pantai Barusmenuju Dataran Tinggi Karo, karena mereka sama-sama menuju datarantinggi Karo, kondisi ini akhirnya, menurut Sangti mendorong terjadi pembentukan merga si lima (Marga yang lima). Pembentukan ini bukanberdasarkan asal keturunan menurut garis bapak (secara genealogis patrilineal) seperti di Batak Toba, tetapi sesuai dengan proses peralihan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat Karo Tua kepada masyarakat 

Karo Baru yakni lebih kurang pada tahun 1780. Pembentukan ini berkaitandengan keamanan, sebagai salah satu jalan keluar untuk mengatasi pergolakan antara orang-orang yang datang dari kerajaan Aru dengan penduduk asli.

Kini hasil pembentukan klen ini akhirnya melahirkan merga si lima (klen yang lima) yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Karo saat ini. Akhirnya masyarakat Karo yang terdiri dari merga si lima yang berdomisilidi Dataran Tinggi, kemudian menyebar ke berbagai wilayah di sekitarnya,seperti ke Deli Serdang, Dairi Langkat, Simalungun dan Tanah Alas (AcehTenggara). Bahkan secara individu kini mulai menyebar ke seluruh wilayahIndonesia, maupun ke luar wilayah negara Indonesia.

Tidak dapat disangkal, walaupun kebudayaan Hindu telah mengalami masasurut pada daerah di Indonesia akibat didesak oleh Islam dan Kristen, namunsisa-sisa keberadaannya yang bersifat monumental masih banyak ditemukan. Di Sumatera, di Jawa maupun di daerah lainnya, dalam bentuk fisik, masih kokoh berdiri bangunan Candi, sedangkan dalam bentuk non-fisik, seperti agama Hindu, bahasa maupun tatacara kehidupan masyarakat masih dapat ditemui pada kelompok-kelompok masyarakat Indonesiatertentu. Khusus pada masyarakat Karo, peninggalan Hindu yang palingmonumental adalah marga yaitu marga Sembiring.

Marga Sembiring dan Keturunan Masyarakat Hindu

Dari sekian banyak peninggalan Hindu yang terdapat pada masyarakat Karo,barangkali yang keabadiannnya kelak melebihi usia bangunan Candi adalahmarga yaitu marga Sembiring.

Sejak kapan resmi Sembiring menjadi bagian dari marga masyarakat Karo,tidak diketahui pasti. Tetapi diperkirakan Sembiring ini adalah marga yangtermuda dari lima cabang marga yang ada pada masyarakat Karo.

Sembiring berasal dari kata Si + e + mbiring. Mbiring artinya hitam. Si e

mbiring artinya yang ini hitam. Melihat makna kata Si e mbiring, kiranyacukup jelas bahwa yang dimaksud adalah segerombolan manusia yangberkulit hitam. Bagi penduduk Asia Tenggara, orang-orang yang berkulit hitam ini adalah orang Tamil atau Keling yang berasal dari Asia Selatan(India).

Penyebaran atau kedatangan orang-orang Tamil ini diperkirakan tidak bersamaan waktunya. Penyebarannya secara bergelombang. Kedatanganmereka ke dataran tinggi Karo, tidak secara langsung. Boleh jadi setelahbeberapa tahun atau puluhan tahun menetap di sekitar pantai PulauSumatera. Mereka ini masuk ke dataran tinggi Karo, boleh jadi terutama

disebabkan terdesak oleh pedagang-pedagang Arab dengan AgamaIslamnya.

Page 39: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 39/152

Brahma Putro menyebutkan kedatangan orang Hindu ini ke pegunungan(Tanah Karo) di sekitar tahun l33l-l365 masehi. Mereka sampai di Karodisebabkan mengungsi karena kerajaan Haru Wampu tempat merekaberdiam selama ini diserang oleh Laskar Madjapahit. akan tetapi ada pula yang memberikan hipotesa, penyebaran orang-orang Tamil ini akibat terdesak oleh pedagang-pedagang Arab (Islam) yang masuk dari Barus.

Orang-orang Tamil (+ pembauran) yang kalah bersaing ini lalu menyingkir ke pedalaman pulau Sumatera, salah satu daerah yang mereka datangiadalah Tanah Karo. Menurut cerita-cerita dari tetua, kedatangan mereka diTanah Karo diterima dengan baik. Mereka disapa dengan si mbiring. Akhirnya pengucapan si mbiring berubah menjadi Sembiring dan kemudianmenjadi marga yang kedudukannya sama dengan marga yang lain.

 Adapun pembagian marga Sembiring, setelah resmi menjadi bagian darimasyarakat Karo adalah sebagai berikut 

No

Sembiring Desa Asal (Kuta Kemulihen)

1 Kembaren Samperaya, Liangmelas

2 Sinulaki Silalahi, Paropo

3 Keloko Pergendangen, Tualang, Paropo

4 Pandia Seberaya, Payung, Beganding

5 Gurukinayan Gurukinayan, Gunungmeriah

6 Brahmana Rumah Kabanjahe, Perbesi, Limang,Bekawar 

7 Meliala Sarinembah, Kidupen, Rajaberneh, Naman,Munte

8 Depari Seberaya, Perbesi, Munte

9 Pelawi Ajijahe, Perbaji, Selandi, Perbesi,Kandibata.

10

Maha Martelu, Pandan, Pasirtengah

11

Sinupayung Jumaraja, Negeri

12

Colia Kubucolia, Seberaya

13

Pandebayang Buluhnaman, Gurusinga

14

Tekang Kaban

15

Muham Susuk, Perbesi

16

Busok Kidupen, Lau Perimbon

Page 40: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 40/152

17

Sinukaban Tidak diketahui lagi desa asalnya

18

Keling Rajaberneh, Juhar 

19

Bunu Aji Kutatengah, Beganding

20

Sinukapar Sidikalang, Sarintonu, Pertumbuken

Catatan: Desa asal ini dapat berarti desa yang dibangun atau didirikanoleh subklen marga tersebut, atau desa awal yang mereka tempati sejak menjadi bagian dari masyarakat Karo atau desa asal mereka dari daerahluar budaya Karo. Beberapa desa asal ini seperti Silalahi, Paropo, tidak 

terletak dalam wilayah Kabupaten Karo, tetapi terletak dalam wilayahBatak yang lain.

Klen Sembiring pada masyarakat tersebut di atas berasal dari duasumber, sumber pertama yang berasal dari Hindu Tamil dan yangkedua berasal dari Kerajaan Pagarruyung. Sembiring yang berasal dari Hindu Tamil disebut Sembiring Singombak. Dijuluki SembiringSingombak karena dahulu, apabila ada keluarga mereka yangmeninggal dunia, mereka tidak mengubur jenasahnya tetapi memperabukannya (dibakar) dan abunya ditaburkan di Lau Biang(Sungai Wampu). Mereka ini berpantang memakan daging anjing.

Sembiring Singombak ini terdiri dari 15 sub marga yaitu Brahmana,Pandia, Colia, Gurukinayan, Keling, Depari, Pelawi, Bunu Aji, Busok,Muham, Meliala, Pande Bayang, Maha, Tekang dan Kapur.

Kelompok Sembiring Brahmana, Pandia, Colia, Gurukinayan dan Kelingmenganggap mereka seketurunan, sehingga mereka tidak bolehmengadakan perkawinan antar sesama mereka. Demikian pula denganDepari, Pelawi, Bunu Aji dan Busok, mereka ini juga menganggapseketurunan dan pantang mengadakan perkawinan antar sesama mereka.Namun kesembilan sub marga Sembiring yang terbagi ke dalam duakelompok ini, boleh mengadakan perkawinan sesama mereka di luar dari

kelompoknya.

Sedangkan Sembiring yang berasal dari Kerajaan Pagarruyung terdiri darilima sub marga yaitu Sembiring Kembaren, Keloko, Sinulaki, Sinupayung danBangko. Kelompok Sembiring ini juga memperabukan jenasah keluargamereka yang meninggal dunia, tetapi abu jenasahnya mereka kubur. Bukandibuang seperti yang dilakukan kelompok Sembiring Singombak. Mereka initidak berpantang memakan daging anjing.

Sama seperti kelompok Sembiring Singombak, kelompok Sembiring yangberasal dari Kerajaan Pagarruyung ini juga dilarang mengadakan

 perkawinan sesama mereka. Khusus untuk Sembiring Bangko. Kelompok inisekarang berdomisili di Alas, Aceh Tenggara dan sudah menjadi bagian darimasyarakat Alas, seperti halnya para keturunan Raja Hindu Pagarruyung yang menetap di Sumatera Barat sudah pula menjadi bagian darimasyarakat Minangkabau. Saat ini pada umumnya kelompok margaSembiring ini sudah memeluk agama Kristen atau Islam dan tidak lagimemperabukan jenasahnya seperti dahulu.

 Adapun penyebab lahirnya sub-sub marga ini beberapa diantaranya, didugaberasal dari nama daerah asal mereka di India. Misalnya Sembiring Pandiadiduga berasal dari daerah Pandya, Colia dari daerah Chola, Tekang dari

daerah Teykaman, Muham dari daerah Muoham, Meliala dari daerahMalaylam, Brahmana dari kelompok Pendeta Hindu.

Page 41: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 41/152

Dalam hal ini, kelompok marga Sembiring dalam masyarakat Karo, tidak memitoskan asal usulnya seperti etnis atau kelompok marga lain. MisalnyaBatak Toba, yang mengusut asal-usul leluhurnya dari langit yang turun di puncak gunung Pusuh Buhit (Toba), atau yang mengusul asal usulnya danberkesimpulan dari lapisan yang paling indah yang mereka sebut Tetoholi Ana’a yang turun di wilayah Gomo (Nias), atau yang mengkaitkannyadengan turunan Raja Iskandar Zulkarnain yang turun di Bukit SiguntangPalembang (Melayu).

Dalam masyarakat Karo mitos tersebut berkaitan dengan totem (totem yaitu kepercayaan adanya hubungan khusus antara sekelompok orangdengan binatang atau tanaman atau benda mati tertentu). Misalnya harammengkonsumsi daging binatang seperti Kerbau Putih, oleh subklenSebayang, Burung Balam oleh subklen klen Tarigan, Anjing oleh subklenSembiring Brahmana.

Penutup

Dari uraian-uraian di atas, jelaslah bahwa orang-orang yang bermargaSembiring pada masyarakat Karo pada mulanya bukanlah orang “Karo Asli”.Mereka adalah penduduk pendatang yang kemudian berbaur dengan penduduk setempat, yang akhirnya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Karo. Gejala-gejala seperti ini dapat disamakan dengan keadaan penduduk di pedesaan daerah Karo saat ini.

Di pedesaan Karo sekarang ini banyak penduduknya “bukan” lagi orang Karotetapi sudah diisi dengan penduduk pendatang seperti dari Suku Jawa,mereka akhirnya fasih berbahasa Karo dan diberi marga dan justru lebihKaro dari individu Karo sendiri. Artinya banyak dari mereka lebih memahami

adat istiadat masyarakat Karo daripada individu Karo tersebut.

Ciri-ciri utama yang kini masih dapat dikenali dari keturunan Hindu iniadalah marganya. Marganya mengingatkan kepada asal-usulnya, tetapi biladilihat dari fisik atau warna kulit sudah semakin sulit. Banyak yang bermargaSembiring tidak lagi berkulit Hitam seperti asal-usulnya, malah banyak yangberkulit kuning langsat mirip bangsa lain seperti Cina.

Dalam pengertian sempit Sembiring hanyalah yang terdapat dalammasyarakat Karo, tetapi dalam pengertian luas (lebih luas) bukan hanya yang terdapat pada masyarakat Karo saja, tetapi semua keturunan yang

berasal dari Asia Selatan yang sekarang sudah membaur dengan penduduk setempat, yang ada di wilayah Indonesia. apakah itu di Aceh yang sudahmenjadi bagian dari masyarkat Aceh, di Sumatera di luar masyarakat Karo yang sudah menjadi bagian dari masyarakat setempat. Di Sumatera Barat seperti keturunan Raja Hindu Pagarruyung yang lain yang sudah menjadibagian dari masyarakat Minang, Jambi, Riau.

Manfaat Pengungkapan Histografi Tradisional

 Apa manfaat pengungkapan histografi tradisional seperti ini? Manfaat  pengungkapan histografi tradisional seperti ini adalah untuk menunjukkan

bahwa boleh jadi, apa yang kita klaim sebagai kemurnian etnis misalnyaetnis X, etnis Y, bukanlah berasal dari klaim etnis yang murni. Mereka yangmengidentifikasi kelompoknya sebagai etnis X, etnis Y kini, dahulu kalasebenarnya boleh jadi berasal dari dukungan individu-individu etnis lain yang berasimiliasi, membaur yang akhirnya menjadi bagian etnis X, etnis Y tersebut pada hari ini, antara lain seperti yang terjadi pada masyarakat Karo.

Di luar masyarakat Karo, kasus yang sama dan hampir sama misalnya di Aceh. Dari data sejarah etnis Aceh ada pandangan yang mengatakan Acehitu adalah akronim dari A (Arab), C (Campa), E (Eropah – Portugis) dan H

(Hindi – Hindu). Pandangan ini berasal dari kemiripan bentuk fisik orang Aceh saat ini dengan bangsa-bangsa yang disebut di atas. Misalnyamasyarakat Aceh yang tinggal di Kabupaten Aceh Besar, banyak yang

Page 42: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 42/152

bergelar Sayid atau Syarifah, fisik mereka menyerupai orang Arab.Masyarakat Lamno di Aceh Barat menyerupai orang Portugis, masyarakat  Aceh di Sigli (Pidie) dan Lhokseumawe (Aceh Utara) banyak yang mirip India(Tamil). Di Sumatera Barat, keturunan Raja Hindu Pagarruyung. Sedangkandi luar Pulau Sumatera, misalnya masyarakat Betawi. Masyarakat Betawi ada yang berasal dari keturunan bangsa Eropah (Portugis atau Belanda). Kini para pembauran tersebut sudah menjadi bagian dari masyarakat etnistersebut.

Kesadaran, pemahaman seperti ini sangat penting, agar kita sebagaiindividu atau sebagai kelompok tidak mudah terjebak dalam klaimkemurnian etnis, padahal dalam klaim itu ada spirit provokasi yangdilakukan oleh kalangan tertentu untuk kepentingannya apakah itu atasnama etnis untuk kepentingan diri si elit, untuk kelompok si elit ataumungkin aspirasi politik si elit di era otonomi daerah ini khususnya dalamkepentingan pilkada atau kepentingan lainnya yang bersifat merusak spirit multikulturalisme atau pluralisme bangsa yang sudah terbangun sejak dahulu kala, sebelum Indonesia menjadi satu negara.

Kepustakaan

 Anonim. 1976. Monografi Daerah Sumatera Utara. Jakarta: Depdikbud.

Bangun, Tridah. 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta: PT. Inti Idayu Pers.

Brahmana, L.S. 1995. Menelusuri Wilayah Bahasa Karo. Medan: Tenah.

Brahmana, Rakutta S. 1985. Corat-Coret Budaya Karo. Medan: Ulamin Kisat.

Hutauruk, M. 1987. Sejarah Ringkas Tapanuli: Suku Batak. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Neumann, J.H. 1972. Sebuah Sumbangan: Sejarah Batak Karo. Jakarta:Bharata.

Prinst, Darwan-Darwin. 1986. Sejarah dan Kebudayaan Karo. Bandung:Yirama.

Putro, Brahma. 1981. Karo Dari Jaman Ke Jaman I. Medan: Yayasan Massa.

Sebayang, R.K. 1986. Sejarah Sebayang Mergana. Medan.

Tambun, P. 1952. Adat Istidat Karo. Djakarta: Balai Pustaka.

Tarigan, Sarjani (ed). 1986. Bunga Rampai Seminar Kebudayaan Karo DanKehidupan Masa Kini. Medan.

Yusuf, M. Djalil. 2002. Perekat Hati Yang Tercabik. Banda Aceh-Yogya:Penerbit Yayasan Ulul Arham (YUA) dan Pustaka Pelajar.

Penulis adalah Magister Kajian Budaya dengan Pengkhususan SistemPengendalian Sosial, dari Universitas Udayana Denpasar Tahun 1998

[email protected] )

Tulisan ini pernah dipublikasikan pada Jurnal Dinamika Kebudayaan, Vol VII,No. 2, 2005 yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Unversitas Udayana,Denpasar 

1.

ARTIKEL 

Page 43: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 43/152

11 Juni 2006 ,15:54 WIBAsal Usul Etnis dan Nama Karo

Daerah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah,dataran tinggi dan pegunungan. Daerah pantai terletak sepanjang pesisirtimur dan barat dan bersambung dengan dataran rendah terutama di

bagian timurnya. Dataran Karo, Toba dan Humbang merupakan datarantinggi, sedangkan pegunungan bukit barisan yang membujur ditengahtengah dari utara ke selatan merupakan daerah pegunungan.Luas daerah Sumatera Utara sekitar 71.680 km2 dan terletak antara 1dengan 4 lintang Utara dan antara 98 dengan 100 bujur timur. Pendudukpribumi Sumatera Utara terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo,Simalungun, Pakpak Dairi, Pesisir, Mandailing dan Nias, dengan matapencaharian sehari-hari adalah bertani.

Berdasarkan mitos yang ada, asal-usul suku di Sumatera Utarabervariasi, ada yang mengusut asal-usul leluhurnya dari langit yang

turun di puncak gunung Pusuh Buhit (Toba), ada yang berasal darilapisan yang paling indah yang disebut Tetoholi Ana'a yang turun diwilayah Gomo (Nias), ada yang berasal dari turunan Raja IskandarZulkarnain yang turun di Bukit Siguntang Palembang (Melayu).Berdasarkan perkiraan-perkiraan yang disusun para ahli, penduduk asliSumatera Utara ini berasal dari Hindia Belakang yang datang ke kawasanini secara bertahap. Hal inilah maka kemudian corak ragam budayapenduduk pribumi Sumatera Utara ditemukan perbedaan-perbedaaan.Dalam masyarakat Karo pun, ada ditemukan mitos tentang asal usuletnis ini. Mitos ini tidak berkait erat dengan hal-hal yang sulit ditelusurioleh akal seperti yang mengusut asal-usul leluhurnya dari langit yang

turun di puncak gunung Pusuh Buhit (Toba), atau yang mengusul asalusulnya dab berkesimpulan dari lapisan yang paling indah yang merekasebut Tetoholi Ana'a yang turun di wilayah Gomo (Nias), atau yangmengkaitkannya dengan turunan Raja Iskandar Zulkarnain yang turun diBukit Siguntang Palembang (Melayu). Dalam masyarakat Karo mitostersebut berkaitan dengan totem16. Misalnya haram mengkonsumsidaging binatang seperti Kerbau Putih, oleh subklen Sebayang, BurungBalam oleh subklen klen Tarigan, Anjing oleh subklen Brahmana.Dalam beberapa literatur tentang Karo, etimologi Karo berasal dari kataHaru. Kata Haru ini berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitarabad 14 sampai abad 15 di daerah Sumatera Bagian Utara. Kemudian

pengucapan kata Haru ini berubah menjadi Karo. Inilah diperkirakan awalterbentuknya nama Karo. Menurut Sangti (1976:130) dan Sinar(1991:1617), sebelum klen Karo-Karo, Ginting, Sembiring, Tarigan danPerangin-angin menjadi bagian dari masyarakat Karo sekarang, telah adapenduduk asli Karo pertama yakni klen Karo Sekali. Dengan kedatangankelompok klen Karo-Karo, Ginting, Sembiring, Tarigan dan Perangin-angin, akhirnya membuat masyarakat Karo semakin banyak. Klen Gintingmisalnya adalah petualangan yang datang ke Tanah Karo melaluipegunungan Layo Lingga, Tongging dan akhirnya sampai di datarantinggi Karo. Klen Tarigan adalah petualangan yang datang dari DolokSimalungun dan Dairi. Perangin-angin adalah 16 Totem yaitukepercayaan akan adanya hubungan gaib antara sekelompok orang -sesekali dengan seseorang - dengan segolongan binatang atau tanamanatau benda mati sebab dipercayai antara benda-benda itu dengandirinya ada suatu hubungan yang erat dan sangat khusus. petualanganyang datang dari Tanah Pinem Dairi. Sembiring diidentifikasikan berasaldari orang-orang Hindu Tamil yang terdesak oleh pedagang Arab diPantai Barus menuju Dataran Tinggi Karo, karena mereka sama-samamenuju dataran tinggi Karo, kondisi ini akhirnya, menurut Sangtimendorong terjadi pembentukan merga si lima. Pembentukan ini bukanberdasarkan asal keturunan menurut garis bapak (secara genealogispatrilineal) seperti di Batak Toba, tetapi sesuai dengan proses peralihanpertumbuhan dan perkembangan masyarakat Karo Tua kepada

Page 44: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 44/152

masyarakat Karo Baru yakni lebih kurang pada tahun 1780.Pembentukan ini berkaitan dengan keamanan, sebagai salah satu jalankeluar untuk mengatasi pergolakan antara orang-orang yang datang darikerajaan Aru dengan penduduk asli.

Kini pembentukan klen ini akhirnya melahirkan merga si lima (klen yang

lima) yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Karo saat ini.Akhirnya masyarakat Karo yang terdiri dari merga si lima yangberdomisili di dataran tinggi, kemudian menyebar ke berbagai wilayah disekitarnya, seperti ke Deli Serdang, Dairi Langkat, Simalungun dan Tanah Alas (Aceh Tenggara). Bahkan secara individu kini mulai menyebarke seluruh wilayah Indonesia, maupun ke luar wilayah negara Indonesia..

Daerah Wilayah Budaya Masyarakat KaroMenurut Neumann (1972:8) wilayah Karo adalah suatu wilayah yangluas, yang terlepas dari perbedaan-perbedaan antar suku, yangmenganggap dirinya termasuk ke dalam Batak Karo, yang berbedadengan Batak Toba, Batak Pak-Pak,Batak Timur (?= Simalungun).Seluruh perpaduan suku-suku Batak Karo diikat oleh suatu dialek yangdapat dimengerti dimana-mana dan hampir tidak adaperbedaannya antara yang satu dengan yang lain. Bangsa Batak Karoberada di Langkat, Deli Serdang, dan Dataran Tinggi Karo sampai TanahAlas (Propinsi Aceh = Aceh Tenggara). Sementara itu Parlindungan(1964:495) membagi wilayah Karo menjadi dua bahagian yaitu WilayahKaro Gunung, wilayah ini terletak 1000 meter di atas permukaan lautyang mencakup di sekitar Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak, danwilayah Karo Dusun, 100 meter di atas permukaan laut. Wilayah iniberada di luar dari Wilayah Karo Gunung. Daerah ini boleh jadi mencakupLangkat, Deli Serdang, Simalungun, Pak-Pak Dairi sampai Tanah Alas.

Berdasarkan perkiraan Neumann dan Parlindungan di atas, wilayahbudaya Karo pada zaman sebelum kedatangan Belanda sangat luas.Namun setelah kedatangan Belanda (Putro, 1981), wilayah Karo inidibagi atas beberapa daerah.

Pembagian ini bermotif kepentingan politik pemerintahan jajahanBelanda.

1. Pada tahun 1908 (stbl no. 604) ditetapkan batas-batas KabupatenKaro dengan Kabupaten Dairi, dengan memasukkan daerah KaroBaluren, sepanjang sungai renun kecamatan Tanah Pinem danKecamatan Lingga, masuk menjadi daerah Kabupaten Dairi.

2. Pada tanggal 19 April 1912, dengan besluit Goverment Bijblad No.7645, menetapkan batas-batas Kabupaten Karo dengan KabupatenSimalungun sekarang dengan memasukkan Urung Silima Kuta ke dalamdaerah tingkat II Kabupaten Simalungun.

3. Pada tanggal 19 April 1912, dengan besluit Goverment No. 17, telah

ditetapkan pula batas antara Kabupaten Karo sekarang dengan Deli Hulu,dengan memisahkan seluruh pantai Timur dengan Kabupaten Karosekarang.

4. Karo Bingei, yang terdiri dari kecamatan Selapian dan kecamatanBahorok dimasukkan ke Kabupaten Langkat sekarang.

5. Karo Dusun, yang terdiri dari kecamatan Serbanyaman, kecamatanSunggal dan kecamatan Delitua dimasukkan ke Kabupaten Deli Serdang.

6. Karo Timur, dimasukkan ke daerah tingkat II Kotamadya Medan.

Pada masa penjajahan Belanda, pemerintahan jajahan Belanda membagidaerah Karo dibagi menjadi 5 wilayah yang terdiri dari (1) Wilayah

Page 45: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 45/152

Lingga, (2) Wilayah Sarinembah, (3) Wilayah Suka, (4) WilayahBarusjahe, dan (5) Wilayah Kutabuluh. Masing-masing wilayah ini terdiridari beberapa desa.

Pada masa Pemerintahan Jepang, wilayah ini tidak mengalamiperubahan. Namun setelah Indonesia merdeka wilayah ini masuk

menjadi bagian daerah tingkat II Kabupaten Karo yang dikepalai olehseorang Bupati yang berkedudukan di Kabanjahe. Kini yang masuk kedalam daerah wilayah Karo secara politik adalah yang terletak danmasuk ke dalam wilayah Kabupaten Tingkat II Karo dengan ibukotanyaberkedudukan di Kabanjahe,batas-batasnya adalah:

- Sebelah Utara dengan Langkat dan Deli Serdang- Sebelah Selatan dengan Dairi dan Danau Toba- Sebelah Timur dengan Simalungun dan- Sebelah Barat dengan Aceh Tenggara (Prop Aceh).

Kabupaten Daerah tingkat Karo ini terletak pada kordinat 20 40' 30 10'LU dan 970 55' 980 38', dan terletak pada ketinggian 140 m 1.400 m diatas permukaan laut. Luas Kabupaten Tingkat II Karo 2.127,25 Km2 atau3,01 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara. Suhu udara diKabupaten Tingkat II Karo antara 160 270 dengan kelembaban udararata-rata 82%.

Secara administratif, kini Kabupaten Karo dibagi atas 13 wilayahKecamatan yang mencakup Kecamatan Barus Jahe, Kecamatan Tigapanah Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Brastagi, KecamatanMerek, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Payung, Kecamatan Tiganderket, Kecamatan Kutabuluh, Kecamatan Munte, KecamatanLaubaleng, Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Juhar danKecamatan Mardinding.

Namun demikian bila membicarakan wilayah budaya masyarakat Karosecara tradisional (kultural) tidak hanya mencakup Kabupaten Dati IIKaro sekarang ini saja, tetapi mencakup kewedanaan Karo Jahe yangmencakup daerah tingkat II Deli Serdang, terdiri dari KecamatanPancurbatu, Kecamatan BiruBiru, Kecamatan Sibolangit, Kecamatan LauBakeri dan Kecamatan Namorambe (Tambun, 1952:177-179), KecamatanKutalimbaru, Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan STM Hulu,Kecamatan STM Hilir, Kecamatan Bangun Purba, Kecamatan Galang,Kecamatan Tanjong Morawa, Kecamatan Deli Tua, Kecamatan Patumbak,Kecamatan Sunggal (Brahmana, 1995:11). Di daerah tingkat II Langkatmencakup Kecamatan Sei Binge, Kecamatan Salapian dan KecamatanBahorok, Kecamatan Kuala, Kecamatan Selesai dan Kecamatan Padang Tualang. Di daerah tingkat II Dairi, di kecamatan Tanah Pinem,Kutabuluh, di daerah tingkat II Simalungun di sekitar perbatasan Karodengan Simalungun, dan di daerah Aceh Tenggara.

Menganal lebih jauh Suku Karo di Sumatra Utara

Suku Karo adalah salah satu suku yang berasal dari Sumatra Utara,Indonesia, bermukim di daerah pegunungan tepatnya di daerah GunungSinabung dan Gunung Sibayak. Ada sebagian dari suku ini tidak maudisebut etnis Batak karena mereka mempunyai sebutan sendiri untuk orangBatak yaitu Kalak Teba. Pakaian adat suku ini didominasi dengan warnamerah dan penuh dengan perhiasan emas. Merga : Suku Karo memilikisistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama merga silima,tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Masyarakat Karo mempunyai sistem marga

(klan). Marga atau dalam bahasa Karo disebut merga tersebut disebutuntuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut beru. Merga atau beruini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo

Page 46: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 46/152

terdiri dari lima kelompok, yang disebut dengan merga silima, yang berartimarga yang lima. Kelima merga tersebut adalah: Karo-karo, Tarigan,Ginting, Sembiring, Peranginangin Kelima merga ini masih mempunyaisubmerga masing-masing. Setiap orang Karo mempunyai salah satu darimerga tersebut. Merga diperoleh secara otomatis dari ayah. Merga ayah juga merga anak. Orang yang mempunyai merga atau beru yang sama,

dianggap bersaudara dalam arti mempunyai nenek moyang yang sama.Kalau laki-laki bermarga sama, maka mereka disebut (b)ersenina, demikian juga antara perempuan dengan perempuan yang mempunyai beru sama,maka mereka disebut juga (b)ersenina. Namun antara seorang laki-lakidengan perempuan yang bermerga sama, mereka disebut erturang,sehingga dilarang melakukan perkawinan, kecuali pada merga Sembiringdan Peranginangin ada yang dapat menikah diantara mereka. Rakut Sitelu :Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Karo adalah rakut siteluatau daliken sitelu (artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga), yangberarti ikatan yang tiga. Arti rakut sitelu tersebut adalah sangkep nggeluh(kelengkapan hidup) bagi orang Karo.

Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalammasyarakat Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu: kalimbubu, anakberu, senina. Kalimbubu dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberiisteri, anak beru keluarga yang mengambil atau menerima isteri, dansenina keluarga satu galur keturunan merga atau keluarga inti. Tutur siwaluh adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yangberhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan: puangkalimbubu, kalimbubu, senina , sembuyak, senina sipemeren, seninasepengalon/sendalanen, anak beru, anak beru menteri Dalam pelaksanaanupacara adat, tutur siwaluh ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan

upacara yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut: Puang kalimbubu adalahkalimbubu dari kalimbubu seseorang. Kalimbubu adalah kelompok pemberiisteri kepada keluarga tertentu, kalimbubu ini dapat dikelompokkan lagimenjadi: Kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua, yaitu kelompokpemberiisteri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompokpemberi isteri adal dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiringbere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah kalimbubu Si A. Jika A mempunyaianak, maka merga Tarigan adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua darianak A. Jadi kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua adalah kalimbubudari ayah kandung. Kalimbubu simada dareh adalah berasal dari ibukandung seseorang. Kalimbubu simada dareh adalah saudara laki-laki dari

ibu kandung seseorang. Disebut kalimbubu simada dareh karenamerekalah yang dianggap mempunyai darah, karena dianggap darahmerekalah yang terdapat dalam diri keponakannya. Kalimbubu iperdemui,berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh karena seseorangmengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Jadi seseorangitu menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan. Senina, yaitumereka yang bersadara karena mempunyai merga dan submerga yangsama. Sembuyak, secara harfiah se artinya satu dan mbuyak artinyakandungan, jadi artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan ataurahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakanuntuk senina yang berlainan submerga juga, dalam bahasa Karo disebut

sindauh ipedeher (yang jauh menjadi dekat). Sipemeren, yaitu orang-orangyang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi olehpihak sibaribanen, yaitu orang-orang yang mempunyai isteri yangbersaudara. Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yangbersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperisteri dari beruyang sama. Anak beru, berarti pihak yang mengambil isteri dari suatukeluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsungkarena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak langsungmelalui perantaraan orang lain, seperti anak beru menteri dan anak berusingikuri.Anak beru ini terdiri lagi atas: anak beru tua, adalah anak berudalam satu keluarga turun temurun. Paling tidak tiga generasi telah

mengambil isteri dari keluarga tertentu (kalimbubunya). Anak beru tuaadalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu

Page 47: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 47/152

upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubunya, maka upacara tersebuttidak dapat dimulai. Anak beru tua juga berfungsi sebagai anak berusingerana (sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adatsebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubudalam konteks upacara adat. Anak beru cekoh baka tutup, yaitu anak beruyang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga

kalimbubunya. Anak beru sekoh baka tutup adalah anak saudaraperempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki,mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah anak berucekoh baka tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga bere-bere mama. Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru.Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadianak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk,mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajibandalam upacara adat. Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anakberunya anak beru menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalamkonteks upacara adat.

Bujur Ras Mejuah juah/eddy surbakti

 

DeliTua, Situs Sejarah yang Terlupakan

[i][u]oleh: arbain rambey[/u][/i]

SELAIN wisata alam Danau Toba dan alam pegunungan di Bukit Lawang,Sumatera Utara (Sumut) masih mempunyai beberapa segi wisata, antara lain

wisata sejarah. Salah satu wisata sejarah di Sumut yang belum banyak

dikenal orang adalah menelusuri sejarah Kerajaan Haru, yang merupakan

salah satu cikal bakal kesultanan yang melahirkan Istana Maimoon di Medan.

Sejarah Kerajaan Haru pulalah yang memadukan masyarakat Karo, Melayu,

dan Aceh pada sebuah pertalian.

Berdasarkan catatan sejarah, pada abad ke-15, Kerajaan Haru itu termasuk

salah satu kerajaan terbesar di Sumatera, setara dengan Kerajaan Pasai dan

Malaka. Saat ini, di wilayah bekas Kerajaan Haru ini telah berdiri sebelas

kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara bagian timur, yaitu Langkat,

Binjai, Medan, Deli Serdang, Karo, Tebing Tinggi, Simalungun, Pematang

Siantar, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu.

Pertalian Aceh, Karo, dan Deli bisa dilihat dari hal ini. Sultan pertama

Kerajaan Deli yakni Tuanku Panglima Gocoh Pahlawan. Ia adalah Panglima

Perang Aceh yang ditempatkan di sekitar wilayah Kerajaan Haru.

Penempatan tersebut dilakukan untuk meredam pemberontakan terhadap

Kerajaan Aceh pada masa Raja Iskandar Muda. Setelah menguasai ibu kota

Kerajaan Haru di Deli Tua, Gocoh Pahlawan meminang putri keturunan Karo

dan mendirikan Kerajaan Deli di tempat yang sama.

Salah satu Keturunan Gocah Pahlawan adalah Sultan Ma'moen Al-Rasyid

Perkasa Alamsyah, yang membangun Istana Maimoen pada akhir abad ke-

19. Istana itu bahkan masih berdiri megah hingga saat ini di tengah Kota

Medan, Sumatera Utara. Sabtu, 6 April 2002.

Page 48: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 48/152

MENJELAJAHI situs Kerajaan Haru adalah sebuah keasyikan tersendiri. Lokasi

bekas ibu kota Kerajaan Haru itu terletak sekitar lima kilometer dari Pasar

Deli Tua Baru di Jalan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara,

pada daerah yang udaranya masih bersih. Cocok untuk trekking sambil

berwisata.

Setelah melalui jalan aspal beberapa saat, perjalanan ke situs itu kemudian

dilanjutkan dengan melewati jalan berbatu dan sempit, menyusuri pinggiran

Sungai Deli dan menyeberangi sebuah jembatan gantung yang bergoyang

saat dilewati.

Usai melewati jembatan gantung, sampailah kita pada jalan yang diberi

nama Jalan Pancur Gading. Nama ini diberikan, sebab di sepanjang jalan

tersebut akan ditemui dua dari sebelas pancuran air yang dikeramatkan

penduduk setempat. Masyarakat setempat mempercayai bahwa pancuran-

pancuran air tersebut, dulunya, sering digunakan oleh penduduk di Kerajaan

Haru, mulai dari raja hingga dayang-dayang kerajaan.

Kini, semua pancuran air tersebut telah dibuat permanen. Mata air yang

turun langsung dari bukit tersebut ditampung dalam sebuah bak tembok

setinggi satu setengah meter. Air tersebut kemudian dikeluarkan melalui dua

buah pipa plastik yang tidak pernah ditutup sehingga airnya yang jernih itu

mengalir terus-menerus.

Pancuran yang terbesar, yaitu berasal dari tiga titik keluaran air, terletaksetelah kita melewati pancuran pertama yang berada di pangkal Jalan

Pancur Gading. Penduduk setempat mempercayai bahwa pancuran terbesar

itu merupakan tempat Putri Hijau, salah seorang penguasa terakhir Kerajaan

Haru, untuk mandi. Situs sejarah bekas Istana Kerajaan Haru berada dekat

dengan pancuran yang kedua itu. Pada hari libur atau akhir pekan, puluhan

orang bermalam di pancuran ini.

KINI kita sudah dekat dengan situs sejarah peninggalan Kerajaan Haru.Dengan menaiki satu bukit lagi, sampailah kita di sana.

Akan tetapi, jangan membayangkan akan menjumpai runtuhan istana atau

serakan batu candi misalnya. Situs itu kini hanya menyisakan gundukan

tanah dengan tinggi sekitar lima meter dan lebar empat meter sehingga

membentuk parit-parit yang dalam dan panjang. Gundukan tanah tersebut

dibangun sebagai benteng pertahanan Kerajaan Haru saat menghadapi

serangan laskar Sultan Aceh Alaiddin Mahkota Alam Johan Berdaulat atau

Sultan Alaiddin Riayat Shah Al Qahhar."Orang Karo zaman dulu membangun rumah atau istana semata dari kayu.

 Jadi, tidak ada peninggalan yang bisa kita rasakan saat ini," kata Darwan

Perangin-angin, seorang tokoh masyarakat Karo yang mengarang buku

"Adat Karo".

Bukti bahwa gundukan tanah tersebut digunakan sebagai benteng

pertahanan jaman Kerajaan Haru adalah letak gundukan tanah itu yang

mengelilingi tanah datar yang ada di atas bukit itu. Tepat di atas tanah datar

itulah tempat Istana Kerajaan Haru dan permukiman penduduk Kampung

Deli Tua dulu berada. Sementara, letak gundukan tanah yang menghadap ke

Page 49: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 49/152

arah Sungai Deli dimaksudkan untuk menangkal serangan dari musuh yang

masuk lewat laut melalui aliran Sungai Deli.

Dengan berada di situs bekas Istana Haru, kita merasakan betul bahwa

lokasi istana itu sangatlah strategis. Dengan membayangkan bahwa keliling

istana itu dulu dikelilingi pohon bambu, terasa betul betapa kuat dan

strategisnya lokasi Istana Haru terhadap serangan musuh mana pun.

MASIH ada hal lebih menarik untuk kita telusuri. Perjalanan dilanjutkan ke

permukiman penduduk yang terdekat dengan situs sejarah ibu kota Deli Tua

tersebut, yaitu Dusun 1, Kampung Deli Tua, di Kabupaten Deli Serdang.

Sekitar abad ke-15, kampung ini merupakan ibu kota Kerajaan Haru dengan

nama yang sama yakni Deli Tua.

Sebagai bagian yang menyatu dengan bekas reruntuhan ibu kota Kerajaan

Haru, yang masih tertinggal di dusun ini hanyalah ceritera-ceritera legenda

yang dimiliki oleh hanya sebagian penduduknya, yang diperoleh mereka

secara lisan turun-temurun dari orang tuanya. Maka, mampirlah ke sebuah

kedai kopi di sana, dan dengarkan berbagai ceritera menarik dari penduduk,

misalnya dari Nambun Sembiring Milala (71).

Di kampung tersebut, hanya Nambun yang masih menyimpan ceritera-

ceritera legenda, seperti Putri Hijau yang mempunyai dua orang saudara

yang berubah wujud menjadi naga dan meriam puntung. Legenda rakyatyang berkembang tentang Kerajaan Haru, pada beberapa bagian,

memperoleh penguatan dari bukti-bukti yang ditemukan oleh penduduk

Kampung Deli Tua itu sendiri.

Kisah tentang kemenangan laskar dari Sultan Aceh dalam perang melawan

Kerajaan Haru, misalnya dari kisah mata uang dirham (deraham dalam

bahasa Karo), yang berbentuk logam dan konon yang terbuat dari emas.

Uang logam emas bertuliskan huruf Arab tersebut digunakan pasukan Aceh

untuk memancing pasukan Haru keluar dari bentengnya.Bukti bahwa peristiwa penyebaran uang logam tersebut terjadi bisa kita

dapatkan dari ceritera para penduduk di sini. Nambun mengatakan sudah

pernah menemukan lima keping uang logam emas yang dipercaya pernah

digunakan oleh pasukan Kerajaan Aceh tersebut. Uang-uang emas itu ia

temukan di sekitar pekarangan rumahnya pada sekitar tahun 1970.

"Sudah saya jual. Waktu itu, sekitar 10 tahun lalu, satunya masih laku Rp

4.000. Sekarang saya tidak menyimpan satu pun. Di sekitar sini juga pernah

ditemukan patung naga terbuat dari emas dan pada bagian matanya dariberlian. Tapi, sudah diamankan polisi saat itu juga," kata lelaki kelahiran

tahun 1931 itu menambahkan.

Bukan hanya Nambun, Ngirim Ginting juga mempunyai pengalaman sama,

hanya saja benda bersejarah yang ditemukannya berbeda. Ngirim

menceritakan bahwa ia pernah menemukan sarung keris yang terbuat dari

emas, serta beberapa peluru timah berbentuk bulat. Sarung keris berlapis

emas itu kemudian ia jual ke Pasar Deli Tua Baru, sedangkan peluru-peluru

timah itu ia lebur dan dijadikan sebagai vas bunga di rumahnya.

"Saya jual sarung keris itu waktu harga emas masih Rp 2.000 segramnya.

Page 50: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 50/152

Hampir semua penduduk di sini pernah menemukan uang logam emas

Deraham itu, tapi pasti dijual. Terakhir masih ada yang menemukannya

tahun kemarin," kata Ngirim.

Satu-satunya penduduk yang masih menyimpan uang logam tersebut adalah

seorang ibu, penduduk dusun yang sama, yang enggan disebut namanya.

Uang emas berdiameter kurang dari satu sentimeter itu ditunjukkannya

kepada Kompas untuk difoto.

Berhiaskan kaligrafi dalam huruf Arab dan ukiran berbentuk bulat di

sekeliling pinggiran lingkarannya, uang dirham itu memang tampak sangat

tua. Penduduk setempat menyebut kaligrafi itu sebagai tulisan berbahasa

Aceh.

Namun, baik Nambun maupun Ngirim mengakui, mereka sama sekali tidak

mengetahui bahwa uang logam tersebut bernilai sejarah yang tinggi. Mereka

tidak mengerti bagaimana sebuah uang emas tipis seperti itu mampu

mengungkapkan jati diri dan sejarah keluarganya. Ia hanya mengetahui

bahwa uang logam tersebut terbuat dari emas 24 karat dan bernilai uang

 jika dijual.

"Mereka juga tidak mengerti bahwa selama ini rumah yang mereka diami

berada di sebuah bekas ibu kota kerajaan besar di zaman dahulu. Mereka

tidak sadar bahwa dusun tempat mereka tinggal adalah sebuah situs sejarah

yang mengenaskan karena tidak tersentuh usaha perlindungan sejarah, dansegera akan terlupakan," ujar Darwan.

Data Sejarah Haru-Deli Tua-Puteri Hijau- Meriam Puntung

Sunday, 08 June 2008 02:28 WIB

Catatan Tuanku Luckman Sinar Basarshah-II

WASPADA ONLINE

SEJARAH kerajaan –kerajaan di Sumatera Timur, kini mulai digali. Namun,sejauh itu referensi sejarah tersebut masih kurang atau sangat kurangsehingga kita kekurangan bahan untuk membicarakannya. Berikut ini,penulis ingin memaparkan sedikit tentang keberadaan sejarah tersebutyang dikutip dari referensi atau buku-buku yang ada di perpustakaanpribadi penulis.

1290 M. : “Hikayat Raja-raja Pasai” menulis Haru diIslamkan oleh NakhodaIsmail (Malabar) dan Fakir Muhammad (Madinah) sebelum mereka keSamudera-Pasai. (Sultan Malikussaleh wafat 1292 M).

1292 M.: “Pararaton” tentang Expedisi Pamalayu Kartanegara (Jawa Timur) juga menyebut menaklukkan “Haru Yang Bermusuhan”. 1310 M.: Fadiullah bin Abd. Kadir Rasyiduddin dalam “Jamiul Tawarikh”,Haru pulih perdagangannya kembali;

1365 M.: “Negarakertagama” mengenai penjajahan Majapahit jugamenaklukkan “Haru” (lihat benteng Lalang Kota Jawa dipinggir Sei. Deli(John Anderson1823). 1412 M.: Armada China pp. Laksemana Zeng He (Cheng Ho) membawa

Raja Haru Sultan Husin menghadap Kaisar Cina Yung Lo; Selain Kota ConaHaru mempunyai juga Bandar di Medina (=Medan) menurut Laksemana Turki Ali Celebi 1554 M.

Page 51: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 51/152

1419, 1421, 1423, 1431 M.: Armada Zeng He membawa Raja Haru TuankuAlamsjah dengan misi dagang ke Cina. 1471-1488 M. : “Sejarah Melayu” Bab-24 menulis :- Nama Raja Haru Maharaja Diraja bin Sultan Sujak asal dari “yang turundari batu (Batak?) Hilir dikatakan Hulu, Batu (Batak?) Hulu dikatan Hilir”.Mungkin asal Batak jadi Islam (masuk Melayu);- HARU dianggap setara dengan Melaka dan Pasai- Nama Pembesar HARU : Serbanyaman; Raja Purba; Raja Kembat yangberbau Karo.

1521 M. : “Sejarah Melayu” (Variant Version) menceritakan ketika SultanMahmud Melaka terusir Portugis 1511 M. dan menetap di Bintan, SultanHusin dari Haru berkunjung kesana dan kawin dengan Tun Puteh puteriSultan Mahmud dan ribuan orang Melayu Johor/Riau turut mengantartinggal di HARU.

1539 M. : Penyerangan Sultan Aceh Alaidin Riayatsjah-I bilad Mahkota Alam(alias Al Qahhar) ke Haru, diceritakan oleh orang Portugis FerdinandMendes Pinto dan juga “Hikayat Puteri Hijo” dari Siberaya (lihatMiddendorp).- Benteng di kepung 6 hari (Pinto; HPH)- Meriam besar yang bertahan (Pinto; HPH adiknya Meriam Puntung)Bantuan Portugis senjata (Pinto; HPH bendera Biru) Aceh menyogok uangemas (Pinto; HPH)- Sultan Haru Ali Boncar kepalanya dibawa ke Aceh (Pinto)- Meriam puntung moncongnya di Sukanalu, bila bersatu kembali pertanda

Deli makmur (HPH); Meriam Puntung di halaman Istana Maimoon.- Puteri Hijau = Permaisuri Anche Sini (Anggi Sini?) yang cantik menurutPinto berlayar ke Melaka minta bantuan Gubernur Portugis (Menurut HPH ianaik Naga Ular Simangombus (Perahu berkepala Naga?);- Aceh mempergunakan bantuan perajurit asing (Gujarat, Malabar,Hadramaut, Turki bahkan orang Belanda anak buah De Houtman yangditawan), itu menurut Pinto.

1540 M. : Menurut Pinto : Permaisuri Haru minta bantuan Sultan AluddinRiayatsyah-II (Imperium Riau-Johor) di Bintan dan lalu kawin dengannya;- Armada Johor pp. Laksemana Hang Nadim dengan 400 kapal perang

mendarat di HARU dan menghancurkan tentera pendudukan Aceh disana.- Haru berada sekarang dibawah kekuasaan Imperium Melayu Riau-Johor.- Sultan Johor kirim surat kepada Sultan Aceh dari markasnya di “SiberayaQuendu” mengingatkan Haru sudah ditangannya (menurut Pinto.)

1588 M. : Sultan Aceh Al Qahhar berhasil merebut Haru kembali dari tangan Johor.- Sultan Aceh mengangkat cucunya SULTAN ABDULLAH menjadi Raja Haru(ia kemudian tewas ketika Aceh menyerang Portugis di Melaka);- Haru dipecah dua bagian yaitu : Guru (dari Sei.Belawan s/d batas Temiang) dan HARU (Sei. Deli ke Sei.Rokan).

1599-1603 M. : Haru melepaskan diri dari Aceh (Laporan dari LaksemanaPerancis Beauleu dan Van Warwyk Belanda). Sultan Aceh AlaidinRiayatsyah-II (Saidi Mukammil) menyerang Haru yang dipertahankan olehPanglima Guri Merah Miru. Merah Miru telah menabalkan Sultan ImperiumMelayu Riau-Johor bernama Sultan Alauddin Riayatsyah-III menjadi SultanHaru/Guri. (Hikayat Aceh).- Dikalangan pasukan Aceh tewas Raja Alamsjah (menantu Sultan SaidiMukammil) dan dia adalah ayah dari Sultan Iskandar Muda.- Raja Mansyursyah dimakamkan di “Kandang Medan” (Makam Keramat diSukamulia Medan ?).

- Raja Imperium Melayu Riau-Johor, Sultan Aluddin Riayatsyah-III (alias RAJARADEN) lari dari markasnya di “Melaka Muda” (Gedong Johor Medan?)menuju pelabuhan Kuala Tanjung naik lancang kuning “Seri Paduka”

Page 52: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 52/152

kembali ke Johor Lama. Banyak wanita dan pengiringnya serta harta bendayang tertinggal dan ditawan oleh Aceh (lihat kuburan tua dan bentengdipertemuan Sei.Deli dan Sei. Babura). Dalam Pasar Malam Agustus 1908 diMedan oleh Sultan Deli dipamerkan intan berlian yang dapat di gali diGedung Johor Medan.

1612 M. : Haru berganti nama dengan GURI dan berganti nama puladengan Deli.Kerajaan Deli berpusat di Deli Tua ini adalah Rajanya Suku Karo merga KaroSekali dan rakyatnya Suku HARU (lihat keterangan Kejeruan Senembah1879 kepada Residen Belanda tentang asalnya Si Mblang Pinggol dan SawidDeli. Kerajaan Deli Suku Karo di Deli Tua itu terus menerus menentang danberontak terhadap penjajahan ACEH.

1613-1642 M. : Sultan Iskandar Muda Aceh menugaskan panglimanya Tuanku Gocah Pahlawan menindas pemberontakkan Deli Tua itu. Diaakhirnya berhasil mengikat kerjasama dengan Raja Urung Sunggal, Raja

Urung XII Kuta Hamparan Perak; Raja Urung Sukapiring dan Raja UrungSenembah sehingga dia lalu diangkat oleh Sultan Iskandar Muda Acehsebagai Wakil Sultan Aceh di Deli.Makam Tuanku Gocah Pahlawan ada di Batu Jergok (Deli-Tua).

Dimanakah Pusat Kerajaan Haru?1. “Negarakertagama” (1365 M) = Lalang Kota Jawa dimana pernah tinggal5000 pasukan Jawa dipinggir Sei. Deli (lihat laporan JOHN ANDERSON1823);2. Peta Cina “Wu-pei-Shih” (1433 M) menurut Giles 3° 47’ Lintang Utara dan98° 41’ Lintang Timur terletak didepan Kuala Deli, yaitu diseberang Pulau

Sembilan (Perak).3. Sumber Portugis (F. M. Pinto) pusat Haru di sungai “Paneticao” (Sei.Petani/Sei. Deli);4. “Hikayat Puteri Hijo” di Siberaya (lihat Middendorp) sama orangnyadengan Permaisuri Haru ANCHE SINI (Anggi Sini?) menurut Pinto.5. Haru punya MERIAM BESAR di beli dari Pasai (Pinto) = Meriam Puntungadik Puteri Hijau (HPH)6. Ada sogokan uang emas oleh pasukan Aceh sehingga benteng DeliTuakosong (Pinto = HPH).7. Ada bantuan senjata Portugis (Pinto) = Tentera bendera Biru” (HPH).8. Puteri Hijau selamat dilarikan adiknya Ular Simangombus via Sei. Deli

terus ke Selat Melaka tinggal di bawah laut dekat Pulau Berhala (HPH).Menurut Pinto Permaisuri Haru berlayar naik perahu (berkepala Naga?) keMelaka minta bantuan Portugis tetapi tidak berhasil, lalu pergi ke Bintan.9. Ada ditemukan oleh Kontelir Belanda di Deli di sungai Deli dekat bentengDeli Tua sebuah meriam lela yang ada tulisan “Sanat…….03 BalonHaru”(Jika 1103 H = 1539 M. masa penyerangan Sultan Aceh Al Qahhar keHaru. Meriam lela itu kini ada di Museum Pusat Jakarta.10. Ditemukan banyak mata uang emas Aceh di benteng Puteri Hijau.11. Peta-peta kuno asing : Langenes 1598; Polepon 1622; Itinerario 1598dan lain-lain peta Portugis dan Perancis menunjuk Gori (Guri) = DELI.12. Ulama Aceh Ar Raniri dalam “Bustanussalatin”(1640 M) menyatakan

bahwa GURI itu dahulu bernama HARU.13. Markas Sultan Imperium Melayu Riau-Johor Sultan Alauddin Riayatsyah-II di Haru (1540 M) ialah di “Siberaya Qendu”.Demikianlah. Semoga tulisan atau data-data singkat ini dapat menjadiacuan kita dalam membicarakan sejarah kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur.

Page 53: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 53/152

Kota Rantang dan Hubungannya Dengan Kerajaan Aru

Posted on Mei 21, 2008 by kapasmerah

Oleh: Suprayitno

PADA April 2008, Tim Peneliti Gabungan dariIndonesia, Singapura, dan Amerika Serikat menemukan situs Kota Rantang

yang terletak di Kec. Hamparan Perak, Deli Serdang. Temuan itu berupakeramik, potongan kayu bekas kapal, batu bata dan nisan. Koordinatorkegiatan penggalian situs, Nani H Wibisono dalam salah satu media Jakartaterbitan 24 April 2008 mengatakan, aneka keramik yang ditemukan palingbanyak berasal dari Dinasti Yuan abad ke-13-14. Selain itu ada keramik dariDinasti Ming abad ke-15, keramik Vietnam abad ke-14-16, keramik Thailandabad ke-14-16, keramik Burma abad ke-14-16, dan keramik Khmer abad ke-12- 14. Adapun batu nisan yang ditemukan di lokasi bergaya Islambertuliskan syahadat tanpa ada angka tahun.

 Temuan situs Kota Rantang kembali mengingatkan kita kepada temuan situsKota China di Labuhan Deli yang ditemukan pada tahun 1970-an. Yang

menarik dari komentar para ahli sejarah dan arkeologi tentang temuan ituadalah, temuan di kedua situs itu selalu dihubungkaitkan dengankeberadaan Kerajaan Aru. Pertanyaannya: benarkah demikian?Bagaimanakah temuan-temuan di lokasi tersebut berkaitan dengan KerajaanAru, dan bisa dipahami oleh publik secara logik? Tulisan singkat ini berupayamenjawab soalan itu berdasarkan batu nisan Aceh yang berada di situs KotaRantang.

Kerajaan AruDimanakah lokasi Kerajaan Aru dan benarkah Kerajaan Aru itu wujud dalamsejarah Indonesia, khususnya Sumatera Utara. Jika benar, siapakah nama

rajanya, bagaimanakah kehidupan sosial-ekonomi penduduk dan hasil buminegeri itu. Pertanyaan ini penting untuk dijelaskan lebih awal sebagai entripoint untuk menjelaskan isu tersebut diatas. Sebagaimana diketahui, catatanatau rekord tentang Kerajaan Aru sangat terbatas sekali. Menurut Ma Huandalam Ying Yai Sheng Lan (1416) di Kerajaan Aru terdapat sebuah muarasungai yang dikenal dengan “fresh water estuary”. A.H. Gilles sebagaimanadikutip J.V.G. Mills menyatakan “fresh water estuary” adalah muara SungaiDeli. Oleh karena itu Gilles menegaskan bahwa lokasi Aru berada di sekitarBelawan (3o 47` U 98o 41` T) wilayah Deli Pantai Timur Sumatera. Disebelah selatan, Aru berbatasan dengan Bukit Barisan, di sebelah utaradengan Laut, di sebelah barat bertetangga dengan Sumentala (Samudera

Pasai) dan di sebelah timur berbatasan dengan tanah datar. Untuk sampaike Kerajaan Aru, dibutuhkan pelayaran dari Melaka selama 4 hari 4 malamdengan kondisi angin yang baik.

Dalam Hsingcha Shenglan (1426) disebutkan lokasi Kerajaan Aruberseberangan dengan Pulau Sembilan (wilayah pantai Negeri Perak,Malaysia), dan dapat ditempuh dengan perahu selama 3 hari 3 malam dariMelaka dengan kondisi angin yang baik. Sementara menurut Sejarah DinastiMing (1368-1643) Buku 325 disebutkan bahwa lokasi Kerajaan Aru dekatdengan Kerajaan Melaka, dan dengan kondisi angin yang baik dapat dicapaiselama 3 hari. Semua sumber China itu mengarahkan bahwa lokasi KerajaanAru itu berada di daerah Sumatera Utara, karena sebelah barat Aru

disebutkan adalah Samudera Pasai. Samudera Pasai sudah jelas terbuktiberdasarkan bukti arekologi berupa makam Sultan Malik Al-Saleh posisinya

Page 54: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 54/152

berada di daerah antara Sungai Jambu Air (Krueng Jambu Aye) denganSungai Pasai (Krueng Pase) di Aceh Utara.

Namun, lokasi pusat Kerajaan Aru yang disebutkan dalam sumber China itumemang belum dapat dikenali pasti karena, bukti-bukti pendukung lainnya,khususnya bekas istana, makam-makam diraja Aru dsb. belum ditemukan.Dua lokasi tempat ditemukannya sisa-sisa keramik China, nisan, dan lain-

lainnya sebagaimana disebutkan di awal tulisan ini belum dapat dijadikanbukti yang kuat. Hasil-hasil penggalian di kota China (Labuhan Deli) dan KotaRantang sementara hanya membuktikan bahwa wilayah itu merupakanwilayah ekonomi yang penting sebagai tempat aktifitas perdagangan denganpara pedagang asing dari China, Siam dan lain-lain.

Ada beberapa pendapat tentang lokasi Kerajaan Aru. Groeneveldt (1960:95)menegaskan lokasi Kerajaan Aru berada kira-kira di muara Sungai Barumun(Padang Lawas) dan Gilles menyatakan di dekat Belawan. Sementara ada juga yang menyatakan lokasi Kerajaan Aru berada di muara Sungai Wampu(Teluk Haru/Langkat). Pendapat terakhir ini tampaknya sesuai denganketerangan geografi dari salah satu sumber China di atas, yakni berhadapan

dengan Pulau Sembilan di Pantai Perak Malaysia. Memang apabila ditarikgaris lurus dari Pulau Sembilan menyeberangi Selat Melaka akan bertemudengan Teluk Haru yang terletak di Muara Sungai Wampu. Tetapi hingga hariini didaerah itu belum ada ditemukan bukti-bukti arkeologis yang dapatmendukung pernyataan tersebut.

Sesuai dengan sistem transportasi zaman dahulu yang masih bertumpukepada jalur sungai, dapat kita pastikan bahwa bandar-bandar perdaganganyang sering berfungsi sebagai pusat sebuah kekuasaan politik (kerajaan)pastilah berada di sekitar muara sungai. Dalam konteks ini, maka disepanjang pantai Sumatera Timur, ada beberapa sungai besar yang

bermuara ke Selat Melaka. Misalnya Sungai Barumun, Sungai Wampu,Sungai Deli, dan Sungai Bedera. Dua sungai yang disebut terakhir inibermuara ke Belawan dan sekitarnya (Hamparan Perak). Jika demikiantampaknya pendapat Gilles lebih masuk akal, apalagi dihubungkaitkandengan beberapa temuan-temuan arkeologis di Kota Rantang dan LabuhanDeli.

 Tiga buah sungai yang disebutkan terakhir itu juga merupakan jalur lalulintaspenting sepanjang sejarah, setidaknya sebelum penjajah Belandamembangun jalan raya pada awal abad ke-20, bagi orang-orang Karo untukberniaga, sekaligus bermigrasi ke pesisir pantai Sumatera Timur/SelatMelaka. Dalam sejarah Melayu, ada disebutkan tentang nama-nama

pembesar Aru yang erat kaitannya dengan nama-nama/marga orang Karo,seperti Serbanyaman Raja Purba dan Raja Kembat dan nama Aru atau Haru juga dapat dikaitkan dengan Karo. Jika informasi ini dikaitkan, maka pusatKerajaan Aru memang berada di muara-muara sungai tersebut. Namun,secara pasti belum dapat ditetapkan, apakah di sekitar Muara SungaiWampu (Teluk Haru/Langkat) atau di sekitar Belawan.

Dalam Atlas Sejarah karya Muhammad Yamin, pada sekitar abad ke-15 Mwilayah Kerajaan Aru meliputi seluruh Pesisir Timur Sumatera dari Tamiangsampai ke Rokan dan bahkan sampai ke Mandailing dan Barus. Jika begituyang boleh kita pastikan adalah wilayah Kerajaan Aru berada di sebagian

Pantai Timur Sumatera yang sekarang menjadi wilayah Provinsi SumateraUtara. Penguasa. Siapakah penguasa Kerajaan Aru? Dalam Sejarah Melayukarya Tun Sri Lanang (1612) disebutkan bahwa Kerajaan Aru pada periode1477-1488 dipimpin oleh Maharaja Diraja, putra Sultan Sujak “…yang turundaripada Batu Hilir di kota Hulu, Batu Hulu di kota Hilir”. Aru menyerangPasai karena Raja Pasai menghina utusan Raja Aru yang ingin menjalinhubungan diplomatik dengan Kerajaan Pasai.

 T.Luckman Sinar (2007) menjelaskan bahwa Batu Hilir maksudnya adalahBatak Hilir dan Batu Hulu adalah Batak Hulu. Menurut beliau ada kesalahantulis antara wau pada akhir “batu” dengan kaf, sehingga yang tepat adalah“…yang turun daripada Batak Hilir di kota Hulu, Batak Hulu, di kota Hilir. Dari

nama-nama pembesar-pembesar Haru yang disebut dalam Sejarah Melayu,seperti nama Serbayaman Raja Purba, Raja Kembat, merupakan nama yangmirip dengan nama-nama Karo. Sebagaimana kita ketahui di Deli Hulu ada

Page 55: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 55/152

daerah bernama Urung Serbayaman, yang merupakan nama salah satu RajaUrung Melayu di Deli yang berasal dari Suku Karo.Tetapi nama tokohMaharaja Diraja anak Sultan Sujak masih perlu diperbandingkan dengansumber lain untuk membuktikan kebenarannya. Sebutan Maharaja Dirajaadalah sebuah gelar bagi seorang raja, bukan nama sebenarnya dan apakahMaharaja Diraja adalah Raja Aru yang pertama atau apakah itu gelar dariSultan Sujak? Kedua pertanyaan ini sukar untuk memastikannya.

Dalam catatan Dinasti Ming, disebutkan, pada 1419 anak Raja Aru bernama Tuan A-lasa mengirim utusan ke negeri China untuk membawa upeti.Namatokoh inipun sukar mencari pembenarannya karena tidak ada sumberbandingannya dan apakah padanannya dalam bahasa Melayu atauIndonesia. Namun demikian, nama Sulutang Hutsin yang disebutkan dalamcatatan Dinasti Ming dapat dianggap benar karena dapat diperbandingkandengan Sejarah Melayu. Sulutang Hutsin adalah sebutan orang China untukmengucapkan nama Sultan Husin. Nama Sultan Husin juga telah disebut-sebut dalam Sejarah Melayu, yaitu sebagai penguasa Aru sekaligus menantuSultan Mahmud Shah (Raja Melaka) yang terakhir 1488-1528.

Disebutkan, Sultan Husin pernah datang ke Kampar bersama-sama denganRaja-raja Melayu lainnya seperti Siak, Inderagiri, Rokan dan Jambi atasundangan Sultan Mahmud Shah yang ketika itu sudah membangun basispertahanan di Kampar karena Melaka sudah dikuasai Portugis untukmembangun aliansi Melayu melawan Portugis. Berdasarkan keterangan itudapat dikatakan bahwa nama Sultan Husin sebagaimana disebut dalamcatatan China dan Sejarah Melayu secara historis dapat dibenarkan. Dengandemikian hanya itulah nama-nama yang tercatat sebagai penguasa Aru.Namun nama itu secara arkeologis hingga hari ini belum dapat dibuktikan,maksudnya belum ada temuan berupa batu nisan atau mata uang yangmemuat nama tersebut.

Sosial EkonomiBagaimanakah keadaan sosial-ekonomi penduduk Aru? Raja Aru danpenduduknya telah memeluk agama Islam, sebagaimana disebutkan dalam Yingyai Shenglan (1416). Dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan dalam SejarahMelayu, kerajaan tersebut diislamkan oleh Nakhoda Ismail dan FakirMuhammad. Keduanya merupakan pendakwah dari Madinah dan Malabar,yang juga mengislamkan Merah Silu, Raja Samudera Pasai pada pertengahanabad ke-13. Oleh karena itu, dapat dipastikan agama Islam telah sampai keAru paling tidak sejak abad ke-13. Kesimpulan itu diperoleh berdasarkandata arkeologis berupa batu nisan Sultan Malikus Saleh di Geudong, Lhok

Seumawe yang bertarikh 1270-1297, dan kunjungan Marcopolo ke SamuderaPasai tahun 1293. Kedua sumber itu sudah valid dan kredibel.

Sumber-sumber China menyebutkan bahwa adat istiadat seperti perkawinan,adat penguburan mayat, bahasa, pertukangan, dan hasil bumi Kerajaan Arusama dengan Kerajaan Melaka, Samudera dan Jawa. Mata pencaharianpenduduknya adalah menangkap ikan di pantai dan bercocok tanam. Tetapikarena tanah negeri itu tidak begitu sesuai untuk penanaman padi, makasebagian besar penduduknya berkebun menanam kelapa, pisang danmencari hasil hutan seperti kemenyan. Mereka juga berternak unggas,bebek, kambing. Sebagian penduduknya juga sudah mengkonsumsi susu(maksudnya mungkin susu kambing). Apabila pergi ke hutan mereka

membawa panah beracun untuk perlindungan diri. Wanita dan laki-lakimenutupi sebagian tubuh mereka dengan kain, sementara bagian atasterbuka. Hasil-hasil bumi negeri itu mereka barter dengan barang-barangdari pedagang asing seperti keramik, kain sutera, manik-manik dan lain-lain.(Groeneveldt, 1960: 94-96).

Kerajaan Aru telah terwujud pada abad ke-13, sebagaimana beberapautusannya telah sampai ke Tiongkok, yaitu pertama di tahun 1282 dan 1290pada zaman pemerintahan Kubilai Khan (T.L. Sinar, 1976 dan McKinnondalam Kompas, 24 April 2008). Ketika itu telah muncul Kerajaan Singosari di Jawa yang berusaha mendominasi wilayah perdagangan di sekitar Selat

Malaka (Asia Tenggara). Singosari berusaha menghempang kuasa KaisarKubilai Khan dengan melakukan ekspedisi Pamalayu tahun 1292 untukmembangun aliansi melawan Kaisar China. Negeri-negeri Melayu dipaksa

Page 56: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 56/152

tunduk dibawah kuasa Singosari, seperti Melayu (Jambi) dan Aru/Haru.Sementara dengan Champa, Singosari berhasil membangun aliansi melaluiperkawinan politik. Pada abad ke-14, sebagaimana disebutkan dalam NegaraKertagama karangan Prapanca bahwa Harw (Aru) kemudian menjadi daerahvasal (bawahan) Kerajaan Majapahit, termasuk juga Rokan, Kampar, Siak, Tamiang, Perlak, Pasai, Kandis dan Madahaling.

Memasuki abad ke-15 Haru tampaknya mulai muncul menjadi kerajaanterbesar di Sumatera dan ingin menguasai lalu lintas perdagangan di SelatMelaka. Munculnya utusan-utusan dari Kerajaan Aru pada 1419, 1421, 1423,dan 1431 di istana Kaisar China dan kunjungan Laksamana Cheng Ho yangmuslim itu membuktikan pernyataan itu. Aru menjadi bandar perdaganganyang penting di mata kaisar China. Kaisar China membalas pemberian rajaAru dengan memberikan hadiah berupa kain sutera, mata uang (siling) dan juga uang kertas. Mengikut pendapat Selamat Mulyana, (1981:18) bahwanegeri-negeri di Asia Tenggara yang mengirim utusan ke China dipandangsebagai negeri merdeka. Hanya negeri yang merdeka saja yang berhakmengirim utusan ke negeri China untuk menyampaikan upeti atau

persembahan/surat kepada Kaisar China.Oleh karena itu dapat dipastikan Kerajaan Aru pada abad ke-15 adalahnegeri yang merdeka dan berusaha pula untuk mendominasi perdagangan disekitar Selat Melaka. Oleh karena itu, Haru berusaha menguasai Pasai danmenyerang Melaka berkali-kali, sebagaimana telah disebut dalam SejarahMelayu. Menurut Sejarah Melayu (cerita ke-13), kebesaran Kerajaan Harusebanding dengan Melaka dan Pasai, sehingga masing-masing menyebutdirinya “adinda”. Semua utusan dari Aru yang datang ke Melaka harusdisambut dengan upacara kebesaran kerajaan. Utusan Aru yang datang keIstana China terakhir tahun 1431. Setelah itu tidak ada lagi utusan Raja Aruyang dikirim untuk membawa persembahan kepada Kaisar China. Hal inidapat dipahami karena Aru pada pertengahan abad ke-15 sudahditundukkan Melaka dibawah Sultan Mansyur Shah melaui perkawinanpolitik.

Kekuatan Aru juga dilirik oleh Portugis untuk dijadikan sekutu melawanMelaka. Akan tetapi hubungan Aru dengan Melaka tetap harmonis. Padasaat Sultan Melaka (Sultan Mahmud Shah) diserang oleh Portugis danmengungsi di Bintan, Sultan Haru datang membantu Melaka. Sultan Haru(Sultan Husin) dinikahkan dengan putri sultan Mahmud Shah pada tahun1520 M. Banyak orang dari Johor dan Bintan mengiringi putri Sultan Melakaitu ke Aru. Memasuki abad ke16 M, Kerajaan Aru menjadi medan

pertempuran antara Portugis (penguasa Melaka) dan Aceh. Pasukan Acehyang pada tahun 1524 berhasil mengusir Portugis dari Pidi dan Pasaikemudian menguber sisa-sisa pasukan Portugis yang lari ke Aru. KerajaanAru diserang Aceh sebanyak dua kali yakni pada bulan Januari danNovember 1539.

Aru berhasil dikuasai Aceh dan Sultan Abdullah ditempatkan sebagai WakilKerajaan Aceh di Aru. Ratu Aru melarikan diri ke Melaka untuk memintaperlindungan kepada Gubernur Portugis, Pero de Faria. (M.Said, 2007: 164).Dengan bukti-bukti itu secara tertulis, jelas Kerajaan Aru memang pernahwujud di Pantai Timur Sumatera paling tidak sejak abad ke 13 hingga awalabad ke-16. Namun benarkah istananya terdapat disekitar Belawan (Muara

Sungai Deli) atau di Muara Sungai Barumun di Padang Lawas, masih perludikaji lebih teliti dengan memerlukan banyak bukti.(wns)

sumber: WASPADA ONLINE, Minggu, 18 Mei 2008 00:59 WIB

Catatan: orang dalam foto bukan si penulis. sebenarnya orang dalam fototak ada urusan dgn tulisan ini. hanya agaknya beliau cuma ingin numpangnampang

Ertoto kita gelahna pendahin enda banci ilakoken. Sebab engkai, tergejapngetuhu kuakap ibas kegeluhenta makana mbue nge usur perbahanen jelmasienterem

Page 57: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 57/152

'mbuniken' kerna Aru e. Gentar tempa ia adina sejarah e ituriken ugasituhuna. Tapi aminna gia bage kita kerinana ula megelut ukur, ula nembeh, merawatapitetap kita mereken 'extra joss' man kerinana pihak sierkepentingen gelahnasura-sura simejile e tangkel.

Maju peradaban Karo ras Indonesia.

Mejuah-Juah!

 ________________________________ Dari: Alexander Firdaust <[email protected]>Kepada: [email protected]; [email protected];

[email protected] Terkirim: Kamis, 16 April, 2009 02:20:01 Topik: [tanahkaro] Penelitian Besar Kerajaan Aru Digelar

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang menggelar penelitian besar mengenaisitusPutri Hijau, salah satu jejak Kerajaan Aru. Penelitian ini digelar pemerintah

setempat untuk menyelamatkan situs dari kerusakan lebih parah.Selanjutnya, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang akan membebaskankawasan inidari kepemilikan pribadi atau bisnis.”Tahap pertama kami perlu mengetahui dasar ilmiah letak situs KerajaanAru.Melalui dasar penelitian ini, kami akan menerbitkan peraturan daerahtentangcagar budaya,” tutur Kepala Bidang Kebudayaan dan Museum DinasKebudayaan dan

Pariwisata Deli Serdang Dani Hepianto, Selasa (14/4) di Medan.Dani mengatakan, penelitian ini melibatkan Balai Arkeologi Nasional (pusat),Balai Arkeologi Medan, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3)Aceh-Sumut, Universitas Negeri Medan (Unimed), dan Universitas SumateraUtara(USU). Peneliti dari National University of Singapore, Edward E McKinnon, jugasiap bergabung dalam kegiatan ini.Lokasi penelitian mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh BP3Aceh-Sumut pada 20-25 Oktober lalu. Penelitian ini merupakan penelitianresmi

kedua di situs Putri Hijau. Situs ini merupakan salah satu situs yang didugapusat Kerajaan Aru. ”Kami belum pernah menerima informasi resmi daripihak yangberkepentingan tentang hasil penelitian di situs ini,” tutur Dani.Situs Putri Hijau terletak di Kecamatan Namorambe, Kabupaten DeliSerdang. Padamasa pemerintahan Kerajaan Aru abad ke-11 sampai ke-16, tempat inimenjadisalah satu pusat kerajaan. Pada akhir keruntuhan Aru, situs ini pernahmenjadibenteng pertahanan Putri Hijau yang juga pembesar kerajaan. Peninggalan

yangmasih tersisa adalah pancuran mandi Putri Hijau, meriam puntung (disimpandi

Page 58: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 58/152

Istana Maimon, Medan), dan gundukan tanah di sekitar Sungai Petani yangdidugasebagai benteng pertahanan.Situs ini sebelumnya menjadi sorotan pada akhir tahun 2008 karena adapembangunan perumahan di lokasi tersebut. Pengembang perumahan, yaituPerusahaan Umum (Perum) Perumnas, merasa tidak bersalah karena tidakadainformasi mengenai adanya situs.”Kami belum pernah mendapat masukan dari pihak berkepentinganmengenai situsini,” tuturnya.Kepala Balai Arkeologi Medan Lucas P Kustoro menyambut baik penelitianyangberlangsung pekan depan ini. Dia mengatakan, sebelum pemerintahmembebaskankawasan ini sebagai cagar budaya perlu landasan yang kuat. Sudah saatnyapenelitian serius mengenai situs ini digelar. Langkah Pemkab Deli Serdang

perlumenjadi teladan bagi daerah lain untuk menyelamatkan situs sejarah.Lucas berharap agar tidak ada perdebatan lagi mengenai letak situs PutriHijauyang sesungguhnya. Situs ini, tuturnya, penting artinya bagi penelusuransejarah kehidupan manusia masa lampau di Sumut. Selain situs Putri Hijau, jejakKerajaan Aru juga ditemukan di situs Kota Cina, Medan Marelan (Medan), danSitus Kota Rantang, Hamparan Perak (Deli Serdang). Di dua tempat ini belumbanyak dilakukan penelitian oleh pemangku kepentingan.Penelitian pertama pada Oktober lalu, tim BP3 Aceh-Sumut menemukan

faktapenting. Di delapan kotak eskavasi tim menemukan pecahan keramik ChinadariDinasti Ming abad ke-15 sampai ke-17, peluru logam yang diduga daritentara Turki, pecahan gerabah, besi bakar sisa perajin besi kuno, pecahan kaca,danperalatan batu manusia prasejarah.

Sumber: http://oase. kompas.com/ read/xml/ 2009/04/16/ 01095375/Penelitian.

Besar.Aru. DigelarSalam Mejuah Juah

Karo Cyber Community 

Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih

cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis.Dapatkan IE8 di sini!http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

000

Menelusuri Jejak Kerajaan Aru

Kerajaan Aru merupakan kerajaan besar dan penting yang pernah berdiripada abad ke-13 hingga 16 Masehi di bagian utara pulau Andalas

(Sumatera).Namun sayangnya berita tentang kerajaan ini sangat minim terdengar, kalah

Page 59: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 59/152

pamor dengan kerajaan-kerajaan lain yang pernah jaya di Nusantara sepertiKerajaan Majapahit, Singosari dan Sriwijaya.

"Padahal kerajaan ini banyak disebut pada Amukti Palapa dalam HikayatPararaton, sejarah Melayu, dalam laporan Mendez Pinto (penguasa Portugisdi Malaka), laporan admiral Cheng Zhe (Cheng Ho) maupun pengembara darinegeri China lainnya," kata sejarawan Universitas Negeri Medan (Unimed),Dr Phill Ichwan.

Berdasarkan sejumlah literatur, pusat Kerajaan Aru dinyatakan berpindah-pindah. Sebagian menyebut di Telok Aru di kaki Gunung Seulawah (AcehBarat), kemudian di Lingga, Barumun dan bahkan di Deli Tua, KabupatenDeli Serdang.

Namun demikian, aktivitas arkeologi yang telah dilakukan berkesimpulanbahwa pusat Kerajaan Aru berada di Kota Rentang (Hamparan Perak) diKabupaten Deli Serdang dari abad ke-13 hingga 14 Masehi, sebelum

akhirnya pindah ke Deli Tua dari abad 14 hingga 16 M akibat serangan dariAceh.

"Hipotesa bahwa Kota Rentang adalah pusat Kerajaan Aru banyak didukungoleh faktor seperti jalur dari Karo Plateau maupun Hinterland menuju pantaitimur yang terfokus pada Sei Wampu dan Muara Deli. Di kawasan itu jugaditemukan ragam keramik yang berasal dari China, Muangthai, Srilangka,serta koin atau mata uang Arab dari abad ke-13 hingga 14," katanya.

 Temuan yang paling menakjubkan adalah ditemukannya batu kubur (nisan)yang tersebar di situs sejarah penting tersebut. Batu kubur yang terbuat dari

batu cadas (volcanic tuff) yang ditemukan memiliki ornamentasi dalamberbagai ukuran dan sebagian bertuliskan Arab-Melayu dan banyakmenunjukkan kemiripan dengan yang ditemukan di Aceh.

Di rawa-rawa di kawasan yang sama juga ditemukan kayu-kayu besar yangdiduga merupakan bekas istana Kerajaan Aru serta batu-batu besar yangdiduga bekas bangunan candi.

 Juga ditemukan bongkahan perahu tua dengan panjang 30 hingga 50 meteryang menunjukkan bahwa Kota Rentang merupakan pusat niaga yang padatpada abad tersebut.

 Terbesar

Sejarawan dari Universitas Sumatera Utara, Tuanku Luckman Sinar,mengatakan, pada abad ke-15 Kerajaan Aru merupakan kerajaan terbesar diSumatera dan memiliki kekuatan yang dapat menguasai lalulintasperdagangan di Selat Malaka.

Kerajaan Aru yang meliputi wilayah pesisir Sumatera Timur, yaitu batas Tamiang sampai Sungai Rokan, sudah mengirimkan beberapa kali misi ke Tiongkok yang dimulai pada tahun 1282 Masehi pada zaman pemerintahan

Kubilai Khan.

Kerajaan Aru juga pernah ditaklukkan oleh Kertanegara dalam ekpedisiPamalayu (1292) dan ditulis dalam pararaton "Aru yang Bermusuhan". Tetapisetelah itu Aru pulih kembali dan menjadi makmur sebagai mana dicatatoleh bangsa Persia, Fadiullah bin Abdul Kadir Rashiduddin dalam bukunya"Jamiul Tawarikh" (1310 M), jelasnya.

Musibah kembali menimpa Kerajaan Aru ketika Majapahit menaklukkannyapada tahun 1365 M. Seperti tertera dalam syair Negarakertagama strope13:1, pada masa itu Majapahit juga menaklukkan Panai (Pane) dan Kompai

(Kampe) di Teluk Haru.

Dalam laporan Tiongkok abad ke-15 juga disebut berkali-kali Aru yang Islam

Page 60: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 60/152

mengirim misi ke Cina. Baik dari laporan-laporan China maupun dari laporanPortugis yang ditulis kemudian, menunjukkan sekitar Sungai Deli menjadipusat Kerajaan Aru dengan bandarnya Kota Cina dan Medina (Medan)sebagaimana disebut-sebut Laksamana Turki Ali Celebi dalam "Al Muhit".

Mengenai Kota Rentang sebagai pusat Kerajaan Aru juga diperkuat oleh Prof.Naniek H Wibisono, tim Puslitbang Aarkeolog Nasional Badan LitbangKebudayaan dan Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Menurut dia, hasil penelitian eksploratif di situs Kota Rentang memunculkandugaan bahwa lokasi tersebut merupakan bagian dari jaringan permukimandan aktivitasnya yang saling terkait.

Asumsi tersebut berdasarkan pola persebaran dan variabilitas tinggalanarkeolog seperti keramik, tembikar, artefak batu, sisa-sisa tulang, matauang, damar dan batu nisan.

Keberadaan tinggalan arkeologi terutama keramik dan mata uang yangmenjadikan bukti bahwa di lokasi tersebut pernah terjadi aktivitas yangberhubungan dengan perniagaan, katanya.

Keramik merupakan suatu komoditi dari luar Nusantara yang banyakditemukan. Penemuan tersebut menjadi kunci penting sejarah perniagaan,baik secara lokal maupun interlokal. "Kita menemukan bukti-bukti yangmeyakinkan untuk lebih memperjelas gambaran tentang apa yangberlangsung di wilayah itu pada masa lampau," tambahnya.

Melalui keramik, katanya, dapat ditelusuri kapan sesungguhnya Kota

Rentang mulai berperan dalam perniagaan. Selain itu, melalui persamaanvariabilitas dan kronologi tinggalan arkeologi juga dapat diketahuikeberadaan situs Kota Rentang dan hubungannya dengan situs-situs lainnya.

"Dari hasil penelitian ini diduga tinggalan arkeologi yang ditemukan memilikipersamaan dengan situs lainnya yang terletak dalam satu jaringan pesisir-pedalaman, antara lain Kota Cina," katanya.

Pasca serangan Aceh pada akhir abad ke-14, pusat Aru berpindah dari KotaRentang ke Deli Tua dan berdiri dari abad ke-15 hingga 16 M. Di situs AruDeli Tua ditemukan Benteng Putri Hijau (Green Princess Castle), keramik

yang berasal dari China, Muangthai, Sri Langka maupun Burma. Temuankeramik tersebut menunjukkan periode yang sama dengan temuan di KotaRantang.

23 Agustus 2008

Menelusuri Jejak Kerajaan Aru 

2. Kerajaan Aru merupakan kerajaan besar dan penting yang pernahberdiri pada abad ke-13 hingga 16 Masehi di bagian utara pulauAndalas (Sumatera).

3. Namun sayangnya berita tentang kerajaan ini sangat minim terdengar,kalah pamor dengan kerajaan-kerajaan lain yang pernah jaya diNusantara seperti Kerajaan Majapahit, Singosari dan Sriwijaya.

4. "Padahal kerajaan ini banyak disebut pada Amukti Palapa dalamHikayat Pararaton, sejarah Melayu, dalam laporan Mendez Pinto

(penguasa Portugis di Malaka), laporan admiral Cheng Zhe (Cheng Ho)maupun pengembara dari negeri China lainnya," kata sejarawanUniversitas Negeri Medan (Unimed), Dr Phill Ichwan.

Page 61: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 61/152

5. Berdasarkan sejumlah literatur, pusat Kerajaan Aru dinyatakanberpindah-pindah. Sebagian menyebut di Telok Aru di kaki GunungSeulawah (Aceh Barat), kemudian di Lingga, Barumun dan bahkan diDeli Tua, Kabupaten Deli Serdang.

6. Namun demikian, aktivitas arkeologi yang telah dilakukanberkesimpulan bahwa pusat Kerajaan Aru berada di Kota Rentang

(Hamparan Perak) di Kabupaten Deli Serdang dari abad ke-13 hingga14 Masehi, sebelum akhirnya pindah ke Deli Tua dari abad 14 hingga16 M akibat serangan dari Aceh.

7. "Hipotesa bahwa Kota Rentang adalah pusat Kerajaan Aru banyakdidukung oleh faktor seperti jalur dari Karo Plateau maupun Hinterlandmenuju pantai timur yang terfokus pada Sei Wampu dan Muara Deli. Dikawasan itu juga ditemukan ragam keramik yang berasal dari China,Muangthai, Srilangka, serta koin atau mata uang Arab dari abad ke-13hingga 14," katanya.

8. Temuan yang paling menakjubkan adalah ditemukannya batu kubur

(nisan) yang tersebar di situs sejarah penting tersebut. Batu kuburyang terbuat dari batu cadas (volcanic tuff) yang ditemukan memilikiornamentasi dalam berbagai ukuran dan sebagian bertuliskan Arab-Melayu dan banyak menunjukkan kemiripan dengan yang ditemukandi Aceh.

9. Di rawa-rawa di kawasan yang sama juga ditemukan kayu-kayu besaryang diduga merupakan bekas istana Kerajaan Aru serta batu-batubesar yang diduga bekas bangunan candi.

10.Juga ditemukan bongkahan perahu tua dengan panjang 30 hingga 50meter yang menunjukkan bahwa Kota Rentang merupakan pusat niagayang padat pada abad tersebut.

11.Terbesar

12.Sejarawan dari Universitas Sumatera Utara, Tuanku Luckman Sinar,mengatakan, pada abad ke-15 Kerajaan Aru merupakan kerajaanterbesar di Sumatera dan memiliki kekuatan yang dapat menguasailalulintas perdagangan di Selat Malaka.

13.Kerajaan Aru yang meliputi wilayah pesisir Sumatera Timur, yaitubatas Tamiang sampai Sungai Rokan, sudah mengirimkan beberapakali misi ke Tiongkok yang dimulai pada tahun 1282 Masehi padazaman pemerintahan Kubilai Khan.

14.Kerajaan Aru juga pernah ditaklukkan oleh Kertanegara dalam ekpedisiPamalayu (1292) dan ditulis dalam pararaton "Aru yang Bermusuhan". Tetapi setelah itu Aru pulih kembali dan menjadi makmur sebagaimana dicatat oleh bangsa Persia, Fadiullah bin Abdul KadirRashiduddin dalam bukunya "Jamiul Tawarikh" (1310 M), jelasnya.

15.Musibah kembali menimpa Kerajaan Aru ketika Majapahitmenaklukkannya pada tahun 1365 M. Seperti tertera dalam syairNegarakertagama strope 13:1, pada masa itu Majapahit jugamenaklukkan Panai (Pane) dan Kompai (Kampe) di Teluk Haru.

16.Dalam laporan Tiongkok abad ke-15 juga disebut berkali-kali Aru yang

Islam mengirim misi ke Cina. Baik dari laporan-laporan China maupundari laporan Portugis yang ditulis kemudian, menunjukkan sekitarSungai Deli menjadi pusat Kerajaan Aru dengan bandarnya Kota Cinadan Medina (Medan) sebagaimana disebut-sebut Laksamana Turki AliCelebi dalam "Al Muhit".

17.Mengenai Kota Rentang sebagai pusat Kerajaan Aru juga diperkuatoleh Prof. Naniek H Wibisono, tim Puslitbang Aarkeolog Nasional BadanLitbang Kebudayaan dan Pariwisata Departemen Kebudayaan danPariwisata.

18.Menurut dia, hasil penelitian eksploratif di situs Kota Rentang

memunculkan dugaan bahwa lokasi tersebut merupakan bagian dari jaringan permukiman dan aktivitasnya yang saling terkait.

Page 62: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 62/152

19.Asumsi tersebut berdasarkan pola persebaran dan variabilitastinggalan arkeolog seperti keramik, tembikar, artefak batu, sisa-sisatulang, mata uang, damar dan batu nisan.

20.Keberadaan tinggalan arkeologi terutama keramik dan mata uangyang menjadikan bukti bahwa di lokasi tersebut pernah terjadiaktivitas yang berhubungan dengan perniagaan, katanya.

21.Keramik merupakan suatu komoditi dari luar Nusantara yang banyakditemukan. Penemuan tersebut menjadi kunci penting sejarahperniagaan, baik secara lokal maupun interlokal. "Kita menemukanbukti-bukti yang meyakinkan untuk lebih memperjelas gambarantentang apa yang berlangsung di wilayah itu pada masa lampau,"tambahnya.

22.Melalui keramik, katanya, dapat ditelusuri kapan sesungguhnya KotaRentang mulai berperan dalam perniagaan. Selain itu, melaluipersamaan variabilitas dan kronologi tinggalan arkeologi juga dapatdiketahui keberadaan situs Kota Rentang dan hubungannya dengan

situs-situs lainnya.23."Dari hasil penelitian ini diduga tinggalan arkeologi yang ditemukanmemiliki persamaan dengan situs lainnya yang terletak dalam satu jaringan pesisir-pedalaman, antara lain Kota Cina," katanya.

24.Pasca serangan Aceh pada akhir abad ke-14, pusat Aru berpindah dariKota Rentang ke Deli Tua dan berdiri dari abad ke-15 hingga 16 M. Disitus Aru Deli Tua ditemukan Benteng Putri Hijau (Green PrincessCastle), keramik yang berasal dari China, Muangthai, Sri Langkamaupun Burma. Temuan keramik tersebut menunjukkan periode yangsama dengan temuan di Kota Rantang.

Seperti telah disinggung sebelumnya, di wilayah “dusun” (pedalaman/dikakai Bukit Barisan), ada suatu suku yang menyebut dirinya Karo (atau Harodi Asahan) yang kini sisanya masih tinggal di kampung Siberaya (dekat diatas Deli Tua), dan mereka disebut Karo Sekali (asli). Mereka inilah (yangIslam), yang bercampur baur dengan orang-orang Melayu pesisir yangmenjadikan penduduk kerajaan Haru (deli).

Di dataran tinggi Karo, pada awal abad ke-17, datanglah gelombang invasidari berbagai marga dari arah Dairi dan Toba. Yaitu, Barus, Lingga danSitepu, yang menurut suku Karo, itu bukan asli Karo, sehingga dinamakanKaro-karo. Mereka itu lalu menetap dan membuat perkampungan (kuta)

sampai di dataran rendah dekat Deli Tua dan Binjai. Marga Tarigan datangdari Dolok dan Simalungun, dan juga dari Lehe (Dairi), berjalan menujuNagasaribu dan Jupar. Satu cabang mereka pergi turun ke pesisir (Ale – Delidekat Pulau Berayan, dan bahkan sampai ke Siak. Masa itu juga GuruPatimpus mendirikan perkampungan – perkampungan (kuta-kuta) sampai diMedan sekarang.

 J.H Neumann menduga, mereka pindah bergelombang dari datarang tinggiKaro, karena adanya desakan dari orang-orang India Tamil yang datang dariarah Singkel dan Barus yang masuk ke Taneh Karo, dan juga karena mergaSembiring diusir dari Aceh. Kemungkinan lain ialah, karena tanah di dataran

rendah relatif lebih subur daripada di dataran tinggi dimana tanah tidakmencukupi lagi. Itu dimungkinkan karena penduduk di dataran rendah telahmenciut akibat peperangan-peperangan dengan Aceh berkali-kali dalamperiode 1539-1640, sehingga bandar-bandar hancur, dan kampung-kampungditinggalkan.

Marga Ginting datang via Tengging lewat pegunungan (layo Lingga) masuk Tanah Karo. Banyak pula daerah mereka yang diambil merga Sembiring.Merga Perangin-angin datang dari Pinem dan Layo Lingga. Mereka menujuke utara, ke Kuta Buluh dan ke sebelah barat Gunung Sinabung. Juga merekamelintasi pegunungan menuju dataran rendah dekat Binjai. Hanya Perangin-

angin Batu Karang yang datang dari arah Siantar, tetapi akhirnya mengaku juga datang dari arah Dairi. Sembiring Kembaren datang melalui Lau Balengdan via Samperaja (Liang Melas), masuk Bahorok di Langkat. Ada juga yang

Page 63: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 63/152

terus ke Tanah Alas. Invasi yang terakhir adalah dari marga-margaSembiring lainnya (Brahmana, Meliala, Depari dan lainnya), yang jugamelalui jalan tadi, agak ke timur menghulu Sungai Biang dan menuju arahSiberaya.

  Jika ditelusuri cerita dari Perbesi, maka marga-marga Sembiring ini barumasuk Dusun Deli dan Serdang kira-kira 150 tahun yang lalu. Merga-mergaini sangat sedikit, dan tidak pernah menjabat Kepala Kampung (Penghuluatau Perbapaan) di Deli dan Serdang. Jadi hampir dari semua mereka inidatang dari Hulu Sungai Singkel dan hulu sungai-sungai di sebelah pantaibarat Sumatera.Apa faktor-faktor dan motif yang mendorong mereka itu pindah ke dataranrendah ? Ada beberapa penyebab:

  Jika ditelusuri cerita-cerita dari pustaka mereka, adat Karo zaman dahulumenghendaki putera-putera raja harus merantau dan mendirikan kampung-kampung dan kerajaan-kerajaan yang baru agar turunan mereka menjadi

besar. Kita ambil contoh Datuk Sunggal. Sebahagian berpenduduk Karo dariwilayahnya (Serbanyaman) dihuni oleh mereka-mereka yang berasal darikerajaan Teluk Kuru di dataran tinggi. Di situ yang berkuasa marga Karo-karoGajah, yang di dataran rendah sangat sedikit jumlahnya.

Selain faktor kesuburan dataran rendah, juga adanya sifat bertualang bagiorang-orang Karo, terutama yang masih lajang, atau kalah perang dan harusmengungsi.

Petualangan-petualangan secara individu juga terjadi, marga-marga dan submarga saling bercampur untuk tinggal dimana-mana. Mungkin ketika dalam

perjalanan berdagang menuju pesisir dan muara-muara sungai dimana adapedagang-pedagang Melayu, di dalam perjalanan pulang mereka tersesat.Lalu di suatu tempat yang baik, mereka membuka kediaman yang baru,yang disebut ‘Dagang’. Petualangan individu itu bisa juga terjadi dimanaorang-orang yang bersalah di kampungnya, lari dan mendirikan pemukiman-pemukiman di dataran rendah. Pemukiman-pemukiman suku Karo ini padaawalnya sampai ke daerah 10 KM dari pesisir pantai. Mereka yang berdiamdi pesisir itu telah di Islamkan orang-orang Melayu, seperti halnya Datuk-datu Kepala Urung di Sunggal, Hamparan Perak (XII Kuta), Sukapiring danSenembah. Mereka inilah perantara dengan rekannya sesama suku yangmasih belum beragama di Hulu.

Kampung-kampung Karo yang baru didirikan disebut Kuta, dan kepalakampungnya ialah marga yang mula-mula mendirikan/membuka tanah disitu. Ia berhubungan erat dengan Kepala Kampung Induknya di datarantinggi. Ia tak ubahnya sebagai koloni baru yang otonom. Kalau dua ataulebih marga berlainan yang mendirikan bersama-sama sebuah kampung,maka masing-masing marga mengepalai satu komplek, yang disebut kesaindari kampung itu. Kepala Kampung ini disebut Penghulu atau Raja, dan kalautitel turunan bangsawan disebut Sibayak. Penghulu tidak memerintahsendiri-sendiri, tetapi didampingi:

1. Anak Beru (anak laki-laki saudari perempua yang lain marga)2. Senina (salah seorang dari sub marga yang sama dengan penghulu)3. Kalimbubu (pihak mertua dari Penghulu)4. Anak Beru Menteri (anak beru dari anak beru penghulu)5. Pertuha Kuta (orang tua yang dianggap peduli adat dipilih dewan desa)

  Jadi, ‘dusun’ yang mempunyai ‘kuta’ (kampung), adalah republik-republikkecil.

PERBAPAAN

 Jika suatu kuta baru didirikan oleh orang-orang dari kuta (kampung) Induk,maka kampung induk itu disebut PERBAPAAN (tempat dimana bapaktinggal). Serta kuta yang baru itu tidaklah merdeka sepenuhnya. Karena itu,

Page 64: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 64/152

 jika ada perkara dan penduduknya kurang puas, bisa naik banding kepadaputusan kampung perbapaan disebut ‘Balai’. Satu Perbapaan bersama-samaanak kampung membentuk ‘kuta’nya satu negeri yang disebut URUNG. Ada juga beberapa kepala kampung yang berjasa kepada Datuk dan diberi gelar‘Penghulu Kitik’. Sedangkan Perbapaan diberi gelar ‘Penghulu Belin’.

FEDERASI URUNG – URUNGSetiap wilaya dari Datung (Urung) 4 suku di Deli (terutama Sunggal, SepuluhDua Kuta Hamparan Perak dan Sukapiring, dibagi lagi atas 2 wilayah ;

1. Sinuan Bunga, (dimana kapas ditanam). Ini adalah daerah-daerah yangberbatasan dengan dataran pesisir dimana tinggal suku Melayu.2. Sinuan Gambir (dimana gambir ditanam), ialah wilayah-wilayah pendudukKaro yang berbatas dan bersatu dengan daerah Hulu sampai ke Dataran Tinggi Karo. Jadi, daerah berpenduduk suku Karo di Deli terbagi atas :

a. Kampung – kampung (kuta)b. Urung (Perbapaan)c. Hoofd-Perbapaand. Datuk-datuk

Di dalam masa interregnum inilah tiba seseorang yang bernama GuruPatimpus ke Medan sekarang ini. Ini dikisahkan dalam riwayat HamparanPerak. Dokumen asli dalam aksara Karo dan ditulis dalam pustaka yangterdiri dari lempengan-lempengan bambu, tetapi dokumen asli ini yangdisimpan di rumah Datuk Hamparan terakhir (Datuk Hafiz Haberham), telahterbakar ketika berkecamuk revolusi sosial yang disponsori kaum komunis di

Sumatera Timur, tanggal 4 Maret 1946. Yang ada sekarang hanyalah salinanyang diketik dalam bahasa Indonesia dengan aksara Romawi. Singkatnya, isidokumen itu adalah sebagai berikut;

RAJA SINGA MAHRAJA memerintah negeri Bekerah kawin dengan puteri dariorang besarnya bernama PUANG NAJELI dan nama orang besarnya itu JALIFA.Dari perkawinan ini, lahirlah dua orang putera, masing-masing bernama  Tuan Manjolong (yang kemudian menggantikan kedudukan bapaknyasebagai raja dan Tuan Si Raja Hita, yang belakangan pergi merantaubersama neneknya Jalipa, dan akhirnya tiba di sekitar Gunung Sibayak(Tanah Karo). Sesampainya di sana, salah seorang kesasar di dalam hutan

sehingga keduanya terpisah. Jalipa akhirnya sampai ke kampung Kendit. Turunan suku Karo di XII Kuta, asalnya datang dari Kendit ini kemudiannya.Setelah perpisahan ini, Tuan Si Raja Hita kembali ke Bekerah via laut Tawar.Kemudian kawin serta menetap di kampung Pekan. Disana ia memperoleh 3orang anak. Yang nomer 2 dirajakan di kampung Pekan (Pekan) ini, sedangyang nomor 3 kemudian dirajakan di Kampung Balige. Dan yang tertuabernama Patimpus, yang tak mau menjadi raja, namun suka merantaumenambah ilmu, sehingga lama kelamaan ia dikenal sebagai Guru Pa Timpus. Si Raja Hita meninggal. Guru Pa Timpus kemudian pergi ke kampungPekan. Ia kemudian kawin dengan anak raja Ketusing, dan menetapsementara di sana. Dari perkawinan ini ia memperoleh putera-puteri :

1. Benara, yang mendirikan kampung Benara2. Kuluhu, yang mendirikan kampung Kuluhu3. Batu, yang mendirikan kampung Batu4. Salahan, yang mendirikan kampung Salahan5. Paropa, yang mendirikan kampung Paropa6. Liang, yang mendirikan kampung Liang7. Serta seorang gadis yang kawin dengan Raja Tangging (Tingging)

Demikianlah kesemua kampung-kampung itu menjadi anak beru darikampung Ketusing. Tiada berapa lama kemudian, terjadilah huru-hara didataran tinggi Karo. Guru Pa Timpus sangat masygul memikirkan nasib

moyangnya Jalipa yang tinggal di Kaban kini. Ketika ia menuju Kaban,sampailah ia di Aji Jahe, yang waktu itu sedang dilanda perang saudara. Iadapat menyelesaikan huru-hara itu, sehingga tercipta perdamaian dan ia lalu

Page 65: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 65/152

dikawinkan di sana. Dari perkawinan itu, lahirlah dua orang putera bernamaSi Janda (menetap di Aji Jahe) dan Si Gelit (Bagelit). Tiada berapa lama, terbitpula huru-hara di kampung Batu Karang. Guru Pa Timpus diminta kesanamenyelesaikannya. Setelah diperoleh perdamaian, maka ia dikawinkan disana. Dari perkawinan itu, lahir pula dua orang putera, yaitu Si Aji (kemudianPerbapaan Perbaji), dan Si Raja Hita, yang kemudian dirajakan di kampungDurian Kerajaan (Langkat Hulu).

Pada suatu ketika ia berada di Aji Jahe, terdengarlah kabar bahwa “ Jawibangsa Said datang dari negeri Jawa diam di Kota Bangun, dinamakan DatukKota Bangun, sangat luar biasa tinggi ilmunya. Guru Pa Timpus besertapengiring-pengiringnya, lalu pergi ke arah hilir, dan kemudian sampailahmereka di Kuala Sungai Sikambing. Dia menetap di sana selama 3 bulan.Barulah dia pergi menemui ulama Datuk Kota Bangun tadi.

Setelah sama-sama mencoba kepandaian ilmu mistik masing-masing,akhirnya ternyata Datuk tadi lebih unggul, akhirnya Guru Pa Timpus tadi

bersedia masuk Islam. Di sini istilahnya “masuk Jawi” = masuk Melayu.Kemudian ia kembali ke gunung dan berunding dengan pengikut-pengikutnya. Di dalam kata perpisahan antara lain disebutnya ;

“… serupa juga aku di sini atau di sana, sebab kita punya tanah sampai kelaut, aku pikir jikalau aku tiada masuk Islam, tentulah tanah kita yang dekatlaut diambil oleh Jawi dari seberang…”

Kemudian Guru Pa Timpus bersama 7 orang besarnya, masuk Islam olehDatuk Kota Bangun. Di sana mereka berguru agama Islam selama 3 tahun,

dan ia lewat di kampung Pulau Berayan. Ketika itu Pulau Berayan masihberpenduduk asal Karo. Dan raja di kampung itu bermarga Tariganketurunan Panglima Hali (bandingkan Pustaka Tarigan yang menyebut ‘AleDeli’) yang sudah lama memeluk Islam. Raja ini memiliki seorang putri yangcantik, kepada siapa Guru Pa Timpus jatuh hati. Tetapi gadis ini selalu sajamenghinanya dan tidak akan bersuamikan “ Batak masuk Jawi “. Guru Pa Timpus lalu sakit hati, kemudian mengguna-gunai gadis itu sehingga tergila-gila kepadanya. Sehingga akhirnya dapat disembuhkan Pa Timpus sendiri,maka gadis itu dikawinkan ayahnya dengan Guru Pa Timpus. Tiada beberapalama, Guru Pa Timpus kemudian membuka kampung Medan (Kuta yang ke-12). Sesudah ia siap membuat rumah dan kampung, lalu dari Medan inilah ia

memerintah dusun-dusun taklukkannya yang ada di Hulu. Ketika di Medaninilah lahir 2 orang puteranya, masing-masing bernama Hafidz Tua (sebutanKolok) dan Hafidz Muda (panggilan Kecik).

Saat berumur 7 dan 8 tahun, anak-anak ini berguru kepada Datuk KotaBangun. Ketika sampai pada masa khatam Al Quran dan mau menyunatrasulkan putera-putera ini, maka dibuatlah pesta yang besar, denganmengundang kerabat yang dari gunung. Berhubung puteranya Si Bagelitmenuntut supaya dia nanti bakal pengganti raja, sedangkan Hafidz Tua danHafidz Muda sudah dewasa pula, maka Guru Pa Timpus menentang hal itu.Setelah berunding dengan para pembesar-pembesarnya, lalu 1/3 dari tanah

kerajaannya ke arah gunung, yang kemudian disebut dengan Sukapiring,diserahkan kepada Si Bagelit selaku rajanya, dan berpusat di DurianSukapiring, setelah Si Bagelit di Islamkan oleh Datuk Kota Bangun.

Atas nasihat Datuk Kota Bangun, maka kedua putranya disuruh menghadapkepada Sultan Aceh. Sesampai di sana, oleh Sultan Aceh mereka dianugrahipangkat panglima dengan alat kebesaran sebuah Gedubang dan mereka laludikawinkan di sana. Kemudian mereka pulang ke Medan. Guru Pa Timpusmembuat kampung yang baru di Pulau Bening, lalu meninggal dunia, dandimakamkan di sana. Karena abangnya tidak mau menggantikan posisi ayahmereka menjadi raja, maka Hafidz Muda kemudian yang menjadi raja

menggantikan singgasana Guru Pa Timpus.Daerah yang dihuni oleh masyarakat Karo sebelum kedatangan pemerintahkolonial Belanda ke Sumatera Timur sangatlah luas. Mereka menganggap

Page 66: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 66/152

dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka dan tidak pernah dijajah olehbangsa manapun. Selanjutnya, walaupun mereka tinggal di sekitar wilayahpegunungan, namun karena dipaksa oleh situasi kebutuhan hidup,masyarakat ini mulai mencari hubungan dengan masyarakat di sekitarwilayah pantai. Sebab, sebagai mahluk manusia, mereka tidak dapatmelepaskan diri akan kebutuhan garam bagi tubuhnya. Untuk memenuhikebutuhan ini, sebagian dari mereka mulai turun menyusuri wilayahpegunungan menuju pantai dataran rendah melakukan perdagangan dengancara barter. Dari pegunungan, mereka membawa sejumlah barang yangakan dibarter, dan sebaliknya, dari pantai mereka lalu mudik kembali kedataran tinggi memikul garam untuk kebutuhan masyarakat di pegunungan.Kemudian, secara evolusi, karena jauhnya perjalanan, akhirnya sebahagiandari masyarakat ini mulai menetap di dataran rendah sambil berdagang,menanam lada dan tembakau

Lambat laun, suku Karo semakin berkembang dan wilayah domisili mereka juga semakin bertambah luas. Hampir separuh daerah yang dulu dikenalSumatera Timur, yaitu membentang dari Tamiang ( perbatasan Aceh )

sampai kerajaan Siak. Adapun tempat-tempat yang didiami oleh orang Karomembentang dari Sipispis disekitar Tebing Tinggi sebelah utara menyelusuripantai sampai di Langkat, kemudian daerah selatan kearah Tanah Karosekarang, dan Tiga Lingga ( Kabupaten Dairi sekarang ) terus ke Simalungunatas dan menyambung lagi ke Sipispis. Karena memiliki jiwa petualang yangagresif, suku Karo berkembang lebih lanjut sampai Aceh Tengah, terbuktidari kenyataan bahwa suku-suku di daerah Takengon, Blangkejeren, danAlas masih memakai marga yang sama dengan suku Karo. Terutama di Aceh  Tenggara atau Tanah Alas, selain persamaan bahasa yang masihkomunikatif dengan Karo, juga masih banyak persamaan marga. Sampaisekarang apabila ada acara adat, hubungan keluarga antara etnis masih

saling kunjung-mengunjungi.Gambaran tentang daerah domisili masyarakat Karo dapat pula dilihatseperti apa yang dilukiskan oleh J.H. Neuman dibawah ini :

‘Wilayah yang didiami oleh suku Karo dibatasi sebelah Timur oleh pinggir jalan yang memisahkan dataran tinggi dari Serdang. Di sebelah Selatan kira-kira dibatasi oleh sungai Biang ( yang diberi nama sungai Wampu, apabilamemasuki Langkat ), disebelah Barat dibatasi oleh gunung Sinabung dandisebelah Utara wilayah itu meluas sampai ke dataran rendah Deli danSerdang.”

Dalam gambaran luasnya, domisili masyarakat Karo ini memang tidak dapatpula dibantah, bahwa ada beberapa bahagian di daerah pantai yang dihunioleh penduduk Melayu. Namun demikian, kedua suku bangsa ini hidupberdampingan, dan lebih jauh lagi saling berbaur atau berakulturasi diantarasesamanya.

Setelah Belanda melaksanakan strategi   politik pax Neerlandica dan misi  pentration pasifique- nya, kepedalaman dan dataran tinggi Karo, makawilayah Sumatera Timur yang hampir separuh dihuni oleh suku Karo,semakin dipersempit dan diciutkan oleh strategi politik devide et imperaBelanda. Daerah –daerah yang dihuni oleh orang Karo seperti Simalungun

Atas, masuk daerah Simalungun, Alas dimasukkan ke Aceh, Langkat Hilirmasuk kerajaan Langkat, Deli Hilir dan Hulu menjadi wilayah Sultan Deli, Tiga Lingga masuk Tapanuli, sedangkan sekitar Bangun Purba, Lubuk Pakamdan Sipispis masuk kewilayah Sultan Serdang. Dataran tinggi Karo yangsebenarnya sebagi sentrum budaya ini, menjadi daerah yang paling kecil.Demikian juga jumlah penduduknya sangat sedikit dibandingkan denganyang bermukim diluar tanah Karo

Bentuk dataran tinggi Karo menyerupai sebuah kuali yang sangat besarkarena dikelilingi oleh pegunungan dengan ketinggian 140 s/d 1400 m diatas permukaan laut, terhampar di panggung Bukit Barisan serta terletakpada koordinat 20500L.U, 30190L.S, 970 550-980380 B.T diantara gunung-gunungnya yang terkenal adalah: disebelah Utara adalah Gunung Barus,

Page 67: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 67/152

Pinto, Sibayak, Simole dan Sinabung, disebelah selatan terdapat GunungSibuaten. Dari semua pegunungan itu, dua diantaranya masih aktif yaituGunung Sibayak dan Gunung Sinabung.

Keadaan tanah berbukit-bukit serta diselang selingi oleh lembah dan padangrumput. Zat belerang yang dihembuskan oleh angin dari kedua gunungberapi tadi mengakibatkan tanah disekitarnya menjadi subur. Suatu anugrah

 Tuhan, bahwa sebagian besar tanah di dataran tinggi ini terdiri dari tanahdebu hitam-Andosol-sebagai hasil letusan kompleks gunung api Sibayak danSinabung di masa lalu. Tanah inilah yang cocok sekali untuk jeruk, cengkeh,palawija, kentang dan lainnya. Di bagian lainnya tanah ini bercampur denganbahan yang berasal dari letusan gunung Toba dizaman dulu. Secara singkatkekayaan lahan dataran tinggi karo merupakan perpaduan dari faktorluasnya, kesuburannya, letak yang dekat ke Medan. Faktor-faktor inilah yangmenunjukkan dataran tinggi Karo menjadi pusat produksi holtikultura. Olehkarena itu tidak mengherankan jika lingkungan yang sangat subur inidimanfaatkan oleh masyarakatnya untuk bertani.

Suhu udara di dataran tinggi Karo sangat sejuk, berkisar antara 160 s/d 270

C dengan kelembaban udara rata-rata 28%. Musim hujan lebih panjangdibanding kemarau dengan perbandingan 9:3. Awal musim hujan bulanAgustus, berakhir bulan Januari dan musim hujan kedua dari bulan Maretsampai Mei setiap tahunnya, dengan curah hujan pertahun antara 1000 s/d4000 mm.

Karena penataan struktur pemerintahan yang dilakukan pemerintah Belandadi Sumatera Timur, wilayah dataran tinggi Karo dijadikan denganSimalungun menjadi sebuah afdeling Simalungun en Karolanden. Tetapisetelah kemerdekaan Indonesia, dataran tinggi Karo menjadi sebuahkabupaten, dan hampir semua penduduknya bersifat homogen, yaitumasyarakat Karo. Memang jika dibandingkan dengan luas domisili danpemukiman masyarakat Karo sebelum kolonialisme Belanda masukSumatera Timur, dataran tinggi sangatlah kecil, dan luaslah seluruhwilayahnya berkisar 2127,3 km.

Penduduknya berdasarkan sensus yang pernah dilakukan pemerintahBelanda tahu 1920 berjumlah 74.568. Pada tahun 1930 populasi merekabertambah menjadi 84.462. Pasca revolusi, jumlah penduduk KabupatenKaro, berdasarkan hasil sensus yang dilakukan pemerintah Indonesia padatahun 1961, berjumlah 147.700 orang. Dari hasil ini dapat diketahui bahwamasyarakat Karo lebih banyak berdomisili di luar dataran tinggi Karo, inidapat dilihat dalam statistik penduduk Sumatera Timur pada tahun 1930.Wilayah Sumatera Timur yang hampir sepertiga luasnya dihuni masyarakatini, populasinya adalah sebanyak 145.429 orang. Hampir lima puluh persenmereka berada di luar sentrum budayanya. Sedangkan dalam statistik  jumlah penduduk yang dilakukan pemerintah pada tahun 1961, jumlahmereka diketahui lagi secara pasti, sensus ini tidak lagi memuat datapenduduk berdasarkan kelompok etnis, sehingga secara pasti jumlahmereka tidak diketahui.

Sesuai dengan keadaan alamnya, maka, mata pencaharian utama darimasyarakat Karo umumnya adalah bertani atau bercocok tanam. Bagaimanaketangguhan mereka hidup sebagai petani, jauh sebelumnya telah diuraikanoleh Anderson. Bagi mereka adalah biasa meninggalkan anak dan istri dipegunungan, dan turun di pantai Timur Sumatera untuk menanam lada, danhanya kembali sekali dalam setahun untuk beberapa hari dengan membawahasil pekerjaannya. Lebih jauh digambarkan bahwa dalam kebiasaanmenghemat dan keinginan mengumpulkan uang, orang Karo mempunyaipersamaan dengan orang-orang Cina.

RESTRUKTURISASI POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Masyarakat Karo sebelum kolonial memiliki kebebasan politik dan ekonomi.Masyarakat Karo sebelum kolonial tidak memiliki pemerintahan yangterpusat atau pemerintahan atau sistem daerah, dan Tanah Karo yangterisolasi menyebabkan ketidak-berkembangan ekonomi di sana. Hal inilah

Page 68: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 68/152

yang mendorong orang-orang Karo untuk pergi ke daerah-daerah lain.Orang-orang terpandang yang ada di dalam masyarakat pada waktu itudisebut sebagai pengulu, raja atau guru.Kolonial Belanda di dalammasyarakat Karo inilah yang pada akhirnya membawa perubahan sistem-sistem pemerintahan, demokrasi dan lain-lainnya di Tanah Karo, dan inilahyang akhirnya memperbaharui masyarakat. Pengaruh pietisme Barat,kehadiran para zendeling, memberikan warna baru dalam perkembanganreligius di Tanah Karo,

Dalam melaksanakan politik pasifikasinya dan untuk menguasai daerah-daerah tertentu, Belanda menata pemerintahan dan struktur politik lokalselalu dengan cara menanamkan kemungkinan-kemungkinan perpecahanatau devide et impera, baik dari sudut kultural, historis, politis, geopolitis,dan lain-lain. Selain itu, perluasan wilayah ini erat kaitannya dengantuntutan swasta untuk meluaskan jaringan eksploitasi, maupun jaringankeamanannya. Demikian juga ke Karo, motivasi utamanya melancarkanperluasan wilayah ini adalah untuk keamanan investor perkebunan swasta diSumatera Timur.

Ditetapkannya wilayah adminsitratif onder afdeling Karolanden serta batas-batasannya dengan daerah lain, berarti Belanda berhasil memecah belahpemukiman masyarakat Karo yang sebelumnyabegitu luas. Orang-orangKaro yang bermukim di Simalungun Atas masuk ke wilayah Simalungun.Sedangkan yang bermukin di sekitar Tigalingga, masuk wilayah Tapanuli.Masyarakat Karo yang berada di Tanah Alas, masuk wilayah Aceh, LangkatHilir dan Langkat Hulu, menjadi kaula Sultan Langkat. Sedangkan merekayang bermukim di Deli Hulu dan Deli Hilir menjadi penduduk Sultan Deli. Danyang berada di Bangun Purba serta kawasan Sipispis ditetapkan menjadipenduduk Sultan Serdang.

Akhirnya, dataran tinggi Karo sendiri dibagi menjadi lima landschap, yangmasing-masing dipimpin oleh seorang zelfbestuur dalam satu onder afdeling,menjadi wilayah paling kecil dengan penduduk minoritas disbanding tempatlain. Kelima Landschapen tersebut adalah

Landschap SukaLandschap LinggaLandschap BarusjaheLandschape Sarinembah

Landschap Kuta Buluh

Selanjutnya, tiap-tiap Landschapen dibagi pula atas beberapa urung yangmembawahi beberapa buah desa atau kuta. Adapun urung tersebut adalahsebagai berikut

1. Landschap Suka terdiri dari empat urung:

1. Urung Suka berkedudukan di Suka2. Urung Sukapiring berkedudukan di Seberaya3. Urung Ajinembah berkedudukan di Ajinembah4. Urung Tongging berkedudukan di Tongging

2. Landschap Lingga terdiri dari lima urung:

Urung Sepulu Dua Kuta berkedudukan di Kabanjahe➢ Urung Telu Kuru berkedudukan di Lingga➢ Urung Tiga Pancur berkedudukan di Tiga pancur➢ Urung Empat Teran berkedudukan di Lingga➢ Urung Tiganderket berkedudukan di Tiganderket

3. Landschap Barusjahe terdiri dari dua urung:

➢ Urung Si enem Kuta berkedudukan di Sukanalu➢ Urung Si Pitu Kuta berkedudukan di Barusjahe

4. Landschap Sarinembah terdiri dari empat urung:

➢ Urung sepulu pitu kuta berkedudukan di Kabanjahe➢ Urung perbesi berkedudukan di Sembelang➢ Urung Juhar berkedudukan di Juhar➢ Urung Kutabangun berkedudukan di Kutabangun

Page 69: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 69/152

5. Landschap Kutabuluh terbagi atas dua urung:➢ Urung Namohaji berkedudukan di Kutabuluh➢ Urung Liang Melas berkedudukan di Mardinding

Masing-masing urung ini dipimpin oleh seorang bapa urung yang kemudian

disebut juga raja urung, ia membawahi beberapa buah desa atau kuta yangdipimpin oleh seorang pengulu, dan desa sendiri terbagi beberapa kesainyang dipimpin oleh seorang pengulu kesain. Ketika Karo tiba di datarantinggi Karo, maka jumlah desa yang harus diatur dan ditatapemerintahannya sebanyak limaratus.

Setelah penataan struktur pemerintahan ini dijalankan, berarti beberapasistem pemerintahan adat mulai diabaikan, namun mereka tetapmenjalankan fungsi sebagai penguasa lokal tetapi untuk kepentinganBelanda. Demikian pula sistem pemerintahan raja yang sebelumnya tidakdikenal, mulai dilegitimasi oleh Belanda. Dalam menata struktur kekuasaan

ini secara vertikal mulai dari atas ke bawah, diangkat dua orang untukmenduduki satu jabatan. Dalam ketentuan ini, siapa diantara mereka berduaduluan meninggal dunia, maka yang hidup akan menduduki jabatan tersebutsecara turun temurun. Akibat perubahan suksesi kekuasaan yangditimbulkan Belanda ini muncullah rivalitas diantara sesama mereka yangpada hakekatnya masih sembuyak (bersaudara). Perseteruan yangdiciptakan ini akhirnya menimbulkan permusuhan antara pihak yangbersangkutan dan sekaligus antara keluarga masing-masing, sampai kepadaanak beru, kalimbubu, dan sembuyak. Dengan demikian, tidakmengherankan sistem penataan struktur kekuasaan yang diciptakan Belandaini membawa perpecahan yang hamper merata diseluruh dataran tinggi

Karo.

Dengan dilaksanakannya sistem pemerintahan ini, maka loyalitas Sibayakdan bawahannya terhadap pemerintah kolonial Belanda sudah semakinmeningkat, dan tatanan pemerintahan berdasarkan adat istiadat sudahsemakin menipis, elit birokrasi Belanda (Binenlands Bestuur) itu semakinmemaksakan cara-cara pemerintahan mereka, dan makin mengabaikannilai-nilai lama yang berlaku pada masa sebelumnya. Maka menjelang tahuntigapuluhan, Belanda telah berhasil menciptakan sibayak dan raja-raja urungyang kelihatannya seolah-olah keturunan dari dinasti-dinasti, raja-raja yangberdaulat. Tetapi kenyataannya, jika seseorang melihat bagaimana seorang

seorang sibayak dan raja urung disambut setiap kesain, orang akanmengetahui betapa tipisnya kewibawaannya, yang sebelumnya juga tentulebih tipis lagi. Bangsawan-bangsawan ini mendapatkan kewibawaannyabukan dari bawah, akan tetapi wibawa ini direkayasa dari atau olehpemerintah colonial Belanda

Dengan demikian, setelah pemerintah kolonial Belanda menguasai TanahKaro, maka gelar sibayak yang sebelumnya berkonotasi untuk orang kayaatau hartawan, berubah konotasinya berubah menjadi gelar raja dankepangkatan, serta lazim pula dipakai bagi seluruh keturunan sibayak.Demikian juga pengangkatannya ditentukan oleh Belanda mulai dari

pengulu, raja urung sampai sibayak beslitnya dibuat atas persetujuanBelanda setelah lebih dahulu diselidiki

Kemudian garis perintah dala sistem pemerintahan ini secara vertikal mulaidari atas ke bawah sifatnya tidak langsung, demikian juga dalam halpenyampaian laporan bawahan ke atas. Artinya, pemerintahan yang hirarkisini harus mengikuti jenjang atau tingkatan di bawah apabila perintah, dansebaliknya jika hal itu laporan. Demikianlah dalam hal perintah controleurmenyampaikan pada sibayak, kemudian dia akan meneruskan pada rajaurung, selanjutnya ia menyampaikan pada pengulu baru kemudian sampaikepada rakyat. Sedangkan dalam hal laporan berlaku pula sebaliknya sesuai

dengan tingkatan yang berada di atasnya.

Page 70: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 70/152

Berbeda dengan sebelumnya, pendapatan dan penghasilan seorang aparaturpemerintahan diatur oleh adat. Tetapi setelah kedudukan merekadilegitimasi, serta diatur dan ditata oleh pemerintah kolonial Belanda, makasebagai aparatur zelfbestuur penghasilan dn pendapatan mereka setiapbulan diatur oleh amtenar-amtenar binendland bestuur Belanda. Besarpendapatan seorang sibayak masing-masing berbeda, disesuaikan denganwilayah dan jumlah penduduknya. Menjelang akhir pemerintah kolonialBelanda, Sibayak Lingga menerima gaji dari kas landschap sebanyakf.250.00,-, sedangkan sibayak Sarinembah f.230.00,-, Sibayak Sukamenerima sebanyak f.200.00,-, Kemudian sibayak Barusjahe sebanyakf.180.00,-, dan yang paling sedikit pendapatannya adalah sibayak Kutabuluh,hanya sebesar f.150.00,-. Selain menerima gaji sebagai penghasilan tetap,masing-masing mendapat bonus uang perjalan dinas sebanyak f.70,-, di luaritu sebagai uang duduk diperoleh pula f.1,20,- dari tiap persidangan balairaja berempat, demikian pula dalam persidangan raja urung.

Sama dengan sibayak, raja urung juga secara teratur juga mendapat

penghasilan.pendapatan seorang raja urung paling rendah adalah f. 50.000,ukuran ini diambil dari jumlah penduduknya yang kurang dari pada 2000orang. Jika lebih, maka tiap-tiap 1000 orang akan ditambah f.5 lagi. Dansebagai bonus perjalanan dinas setiap bulan mereka menerima masing-masing f.15,- dan uang duduk dalam balai raja diperoleh sebanyak f. 0,75. Jika ditotal, penghasilan mereka hanya kira-kira f.2.400 pertahun, sangatkecil jika daibandingkan raja-raja lain di Sumatera Timur, tetapi sudahsangat luar biasa banyaknya dalam kondisi social dan tradisi didaerahnya.

Berbeda dengan sibayak dan raja urung, pengulu sebagai aparaturpemerintahan paling bawah dalam hirarki ini tidak mendapat gaji dari kas

landschap, mereka hanya memperoleh penghasilan dengan menerapkanmodel kultur procenten, terutama dari pajak yang ditagih, sebayak 8% dan5% dari rodi pajak yang tidak dikerjakan rakyat tetapi dibayar dengan uang. Tiap-tiap tahun mereka memperoleh bonus f 10,- bagi penduduknya 100 jiwadan paling tinggi f.55,- bagi yang berpenduduk 500 jiwa atau lebih.Sedangkan dari balai kerapatan urung, mereka hanya memperoleh f.0,60,- jika duduk sebagai anggota.

Penduduk Karo mulai berkenalan dengan pejabat-pejabat Belanda yangditempatkan di daerah ini (para controleur). Selain itu, pejabat pemerintahlokal dan controleur mempunyai kepentingaan dalam mensukseskan sistem

birokrasi pemerintahan, karena mereka menikmati culturprocent, atau suatupersentase tertentu dari jumlah hasil yang diserahkan oleh rakyat.

Ke lima sibayak sebagai zelfbestuur pemerintah kolonial Belanda memilikikas perbendaharaan kerajaan yang bernama onderafdelingkas.Perbendaharaan ini dipegang oleh bendaharawan pemerintah yang ditunjuk.Dialah yang bertanggung jawab tentang semua urusan keuangan untukkeperluan pemerintahan, dan melaporkan urusan keuangan ini kepadaperbendaharaan pemerintah yang berada di Medan secara berkala

Dengan demikian, tatanan pemerintahan yang tercipta oleh pemerintah

kolonial Belanda ini, walaupun akhirnya menciptakan semacampemerintahan yang berbau feodalistis, tetapi secara umum pemerintahansudah semakin tertata dengan teratur jika dibandingkan dengan situasisebelumnya di dataran tinggi Karo. Belanda sama sekali tidak mengalihkancontrol kekuasaan atas tanah di kesain kepada aristokrasi keningratan baruini. Fakta ini, menunjukkan orang-orang Karo turun dari gunung membantusaudara-saudara sesukunya dalam perang Sunggal-Belanda menjamin tidakakan ada tanah yang dialih gunakan kepada perkebunan asing di tanah Karo.Keteraturan ini dilanjutkan oleh Jepang ketika mereka tiba di daerah ini,hanya jabatan controleur yang digantikan oleh seorang Gunseibu.

Berakhirnya era kekuasaan jepang bersamaan dengan dicetuskannyaproklamasi kemerdekaan Indonesia, maka struktur pemerintahan berubahpula. Wilayah Tanah Karo yang tadinya terdiri dari lima lansdchap menjadi

Page 71: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 71/152

sebuah kabupaten, dan terdiri dari tiga kewedanan yaitu: kewedanan KaroHilir, Kewedanan Kabanjahe dan Kewedanan Karo Jahe. Ketiga kewedananini, masing-masing membawahi sejumlah kecamatan, seluruhnya terdiri dari15 Kecamatan.. Selanjutnya, setelah beralih dari Negara Sumatera Timurmenjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewedanan Karo Jahedijadikan menjadi wilayah administratif pemerintah Kabupaten Deli Serdang.Adanya perubahan ini berarti wilayah dataran tinggi Karo kembali sepertisebentuk pemerintahan kolonial Belanda.

Sebenarnya isu Pemekaran ini sudah mengemuka pada tahun 2003 padabulan November lalu. Beberapa tokoh Karo berkumpul di hotel SumateraVillage Ressort, mereka mencoba untuk mendiskusikan Isu Provinsi “KaroArea”. Kala itu memang isu pemekaran sangat hangat dibicarakan dimana-mana, sehingga beberapa tokoh-tokoh (mohon maaf Penulis lupa nama-namanya) Karo berkumpul untuk membicarakannya secara serius. RencanaKabupaten-Kabupaten yang mau dimekarkan saat itu adalah KabupatenDeliserdang menjadi Kabupaten Serdang Karo atau Karo Serdang yaitu

semua wilayah Kabupaten Deliserdang yang banyak penduduknya “Orang-orang Karo”. Demikian juga Kabupaten Langkat mau di mekarkan menjadiKabupaten Langkat Karo atau Karo Langkat. Pada saat itu sangat tepat sekalibila di lakukan pemekaran Kabupaten-Kabupaten. Dimana “kesempatanemas” yang sangat memungkinkan sekali, di dalam DPRD Deliserdang danLangkat banyak sekali anggotanya Orang Karo. Dan yang sangat mendukunglagi adalah kebetulan Ketuanya juga adalah orang Karo, di Deliserdang padasaat itu dijabat oleh (bermarga Tarigan) dan di Kabupaten Langkat kalautidak salah (bermarga Bangun) Maaf kalau salah penulisan marga.Tapi apayang terjadi, seperti istilah “Ketinggalan Kereta” kita selalu ketinggalan danhanya sebagai penonton.Tim Pemekaran pada saat itu kurang didukung oleh

“Bapak-Bapak” kita yang berada di DPRD itu sendiri. Kita tahu, pada tahun1999-2004 orang-orang Karo sangat banyak menjadi anggota DPRD danyang menjadi anggota DPR RI. Termasuk di DPRD TK I Sumut kalau tidaksalah ada 11 orang, yang berasal dari orang Karo. Sedangkan di DPR RI ada4 atau 5 orang Karo. Yakni Mayjend Raja Kami Sembiring, Partai Tarigan, NSSembiring dan DR Sutradara Ginting. Kini semua hanya menjadi “Kenangan Yang Terindah” nina lagu Bams Reguna Bukit dari Grup Samsons. Akantetapi kita jangan berputus asa, mungkin saja pada saat itu bukanlah saatyang tepat. Mungkin saat inilah saat yang tepat itu!!Beberapa waktu yang lalu Penulis membaca sebuah Berita di Internet bahwaada Teman-teman kita yang berasal dari Berastagi yang memprakarsai

berdirinya Kabupaten/Kota Brastagi. Secara Pribadi Penulis sangatmendukung sekali, mengapa Penulis katakan demikian? Bila hal initerlaksana maka pasti Kabupaten atau Kota Berastagi itu membutuhkan Tenaga Kerja yang baru. Berarti “teman-teman Pemrakarsa Kabupaten atauKota” baru itu menciptakan sebuah lapangan Pekerjaan yang sangat banyak(pastilah Kabupaten/Kota Berastagi menerima Ratusan PNS maupun puluhanAnggota DPRD baru). Dan yang satunya lagi kita telah memiliki 2pemerintahan di Tanah Karo ada Bupati Tanah Karo dan ada WalikotaBerastagi Umpamanya.Sangat menarik untuk didukung. Penulis tidak mengenal “nama-nama paraPemrakarsa” atau “Aktor Intelektual” yang telah menggulirkan Inisiatip agar

berdirinya Kabupaten atau Kota Berastagi ini. Tapi penulis berpikir Positipsaja, pastilah ide dan gagasan ini lahir dari keinginan untukmengembangkan atau menata kota Berastagi dan Kecamatan-Kecamatanyang berada didalamnya kearah yang lebih baik. Akan tetapi penulis sangatmengharapkan kepada “Tim Pemrakarsa Kabupaten atau Kota Berastagi” inihendaknya memaparkan Misi dan Visi dari keinginan Tim ini di Koran,Internet maupun di majalah Maranatha GBKP. Agar seluruh masyarakat Karotahu bahwa rencana ini adalah rencana Mulia dan kita harapkan didukungoleh segenab rakyat Tanah Karo dan secara Khusus warga Berastagisekitarnya. Seperti yang dilakukan oleh Ketua Presidium PemekaranPembentukan Kabupaten Deli oleh Pt. Timbangen Ginting, BBA. Di majalah

Maranatha GBKP edisi bulan Maret 2008 NO 203. Beliau menjelaskan bahwatujuan pemekaran Kabupaten Deli adalah untuk Percepatan Pembangunanyang menyentuh Kesejahteraan Masyarakat Terpencil. Dan menurut Pt

Page 72: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 72/152

 Timbangen Ginting BBA ini bahwa Pemekaran Kabupaten Deli ini adalahAspirasi dari 10 Kecamatan diantaranya Kecamatan Sibolangit, Pancurbatu,Patumbak, Biru-Biru, STM Hilir, STM Hulu, Kutalimbaru, Delitua, Sunggal danNamorambe. Mengapa kita tidak dukung dan doakan!! Ini juga adalah ideyang baik sekali untuk menciptakan lapangan Kerja yang baru. Tentunya Kabupaten-kabupaten atau Kotamadya yang baru atau apapunnamanya akan menciptakan lapangan kerja yang baru sekaligus juga untukmenambah “Pejabat Bupati dan Walikota” yang berasal dari orang-orangKaro sebagai Putera-putri terbaik Karo. Bahkan Penulis juga berkeinginganagar Kabupaten Langkat juga di mekarkan.Hal ini bisa juga di pikirkan oleh para “tokoh Karo seperti Pak Nabari GintingM.Si” yang berasal dari Langkat. Tentunya ide-ide atau gagasan yang positipdan sangat baik ini perlu sekali kita dukung dan kita Doakan. Tidak tertutup juga Kemungkinan pada saatnya nanti akan lahir Provinsi Karo Area. Bilasudah ada 4-5 Kabupaten/Kota yang merupakan basis-basis daerah orangKaro yang mungkin juga beberapa waktu yang lalu kurang di perhatikan olehPemprov dan Pemerintah Pusat. Secara Pribadi Penulis mau mengusulkan

kepada Pemerintah Kabupaten Tanah Karo dan Moderamen GBKP Agarmelakukan sesuatu! Misalnya Mengadakan sebuah Acara atau Kegiatantentang Pemekaran Kabupaen/Kota ini!Panitia/penyelenggara Kegiatan sebaiknya mengundang semua Lembaga-lembaga, LSM, Yayasan dan para tokoh Karo dalam acara yangdiselengarakan oleh Pemkab dan GBKP tersebut. Untuk membahas topikPemekaran ini. Penulis pikir ini sangat Menarik sekali. Usulan penulis di acaratersebut Pembicara 8 orang saja, Pertama Ketua Umum Moderamen GBKPPdt Dr Jadiaman Perangin-angin (Topiknya Pandangan GBKP terhadapPemekaran atau Otonomi Daerah), Pembicara kedua Dr Sutradara Ginting(Pemekaran Kabupaten/Kota ditinjau dari Politik Dalam Negeri RI), Pembicara

Ketiga Bapak Bupati Karo DD Sinulingga (Pandangan Pemkab Tanah Karotentang Pemekaran Wilayah), Ir Jonathan Ikuten Tarigan (Pandangan LSMmelihat Pemekaran-Pemekaran Kabupaten/Kota tersebut), Pt TimbangenGinting (Visi dan Misi Pemekaran Kabupaten Deli), Pt Drs Paulus Sitepu(bagaimana Pendapat Beliau sebagai Penduduk Berastagi tentangPemekaran Berastagi) dr Robert Valentino Tarigan S.Pd (tentang Pendidikandan SDM Tanah Karo), Pt Ir Budi D Sinulingga (UU Otonomi Daerah). Penulispikir hal ini sangat baik untuk kita lakukan, terserah siapapun Panitianya.Baik Biro Litbang GBKP maupun Pemkab Tanah Karo dan juga mungkin Yayasan Ate Keleng dan Permata Pusat GBKP. Penulis sangat merindukanKegiatan ini berlangsung agar segala duduk persoalannya bisa di ketahui

dan akhirnya bisa mendapatkan sebuah Rekomendasi atau Kesepakatan. Halini juga sangat membantu untuk meminimalkan Konflik karena sudah ada“Arih-arih atau Runggu bersama”. Mengapa kita tidak lakukan??. Panitianyabisa mengundang seluruh Elemen Karo, Klasis-klasis, para Pendeta danPermata juga Mahasiswa Karo sebagai pesertanya. Usulan Penulis, Kegiatanini bisa dilakukan 3 kali, pertama di Kabanjahe, kedua di Medan dan yangketiga di Jakarta. Mengapa harus tiga kali? Karena warga Karo banyak diketiga daerah ini. Dan agar seluruh warga Karo yang berada di ketiga daerahini bisa menjadi wakil atau saksi sejarahnya kelak!! Dan yang terakhirseluruh hasilnya bisa di Bukukan dan disosialisasikan keseluruh Tokoh danMasyarakat Karo baik itu lewat surat kabar, majalah Maranatha GBKP

maupun lewat internet. Sekali lagi ini hanya usulan. Bagi penulis, ini adalahtugas Gereja GBKP dan para Kaum Muda Karo (PERMATA GBKP). Untuk masadepan Tanah Karo dan Generasi Karo juga. Istilah Penulis kalau bukan kitayang membangun Tanah Karo dan Daerah-daerah Karo ini lantas Siapa lagi?? Tidak mungkin orang “Papua atau orang Jawa” yang akan membangunnya.Dengan demikian perlu di pikirkan!! Penulis mengajak seluruh PembacaMajalah Maranatha GBKP agar mandukung dan Mendoakannya, sekali lagiSelamat bagi panitia Pemekaran Berastagi dan Kabupaten Deli. Kiranyatujuan Anda yang mulia ini bisa BerhasiL Tuhan Yesus Memberkati AMEN.

Penulis menutup Artikel ini dengan Firman Tuhan Yesus dari Matius 28:20

Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah KUperintahkankepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepadaakhir zaman.

Page 73: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 73/152

BAB III

Page 74: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 74/152

AGAMA DAN KEPERCAYAANMASYARAKAT KARO1 Aliran Kepercayaan

Orang Karo telah memiliki kepercayaan atau sekarang disebut sebagai

agama, yaitu Kiniteken Si Pemena (kepercayaan mula-mula). Kepercayaanorang Karo adalah  perbegu yang berarti penyembah roh-roh orang mati.Kepercayaan ini tidak memiliki kitab suci, tidak ada teologi yang sistematikdan tidak ada dogma. Di dalam kepercayaan ini hal-hal yang menyangkutdengan ritual di dalamnya ditangani oleh seorang guru sibaso3. Guru menjadipengantara antara orang-orang Karo dengan yang dipercayainya. Elemenyang paling kudus di dalam dunia orang Karo adalah begu (roh orang mati)dan secara khusus adalah roh nenek moyang. Dalam kepercayaan orangKaro terhadap begu ini, roh dan jiwa itu terpisah. Jiwa itu merupakan dasardari kehidupan seseorang dan kekuatannya, dan ini diterima sebelum lahir,pada waktu pertama kali ia dikandung.

 Jiwa dapat hidup dalam organisme dan di dalam benda-benda seperti besi.Beras dipandang sebagai sesuatu yang memiliki jiwa yang kuat dandigunakan dalam memberkati ritus-ritus untuk menguatkan jiwa seseorang.Dalam diri seseorang terdapat tiga bentuk, pertama tubuh atau (kula), jiwa(tendi) dan nafas (kesah) dan setelah kematian ketiga bagian ini berubahmenjadi bagian yang berbeda-beda. Tubuh menjadi tanah, jiwa menjadibegu dan nafas menjadi angin. Dalam kepercayaan Karo, begu itu bukanlahsebagai sesuatu yang menakutkan saja, tetapi sesuatu yang bisamemberikan pertolongan dan memberikan perhatian. Biasanya begu-beguini disebut sebagai   jin ujung walaupun istilah ini dalam pengertian lainadalah roh seseorang yang meninggal secara tidak wajar.

Orang Karo juga memiliki ritual pemanggilan terhadap roh-roh yang sudahmati dalam rangka mengingat kembali orang yang sudah mati tersebut.  Yang lebih penting lagi ialah bagaimana begu itu menjadi begu dalamkeluarga yang dinamai dengan dibata jabu (tuhan keluarga). Ini adalah rohyang mati dalam satu hari oleh karena kecelakaan, kekerasan, atau matibukan karena sakit. Roh seperti ini dalam pandangan orang Karo memilikikekuatan yang hebat. Setelah melakukan ritus pemanggilan begu, maka rohorang mati tersebut menjadi roh pelindung di dalam rumah yang akanmelindungi keluarganya dari kekuatan-kekuatan yang jahat. Namun apabilaritus pemanggilan itu tidak dilakukan, maka roh itu akan gentayangan dan

dapat mengganggu orang-orang. Inilah yang sering membuat orang merasatakut.

Dalam kepercayaan orang Karo, memperoleh keselamatan dirasakan ketikabegu jabu (roh pelindung keluarga) melindungi keluarganya. Keselamatanbagaimanapun dipahami sebagai kekuatan yang menghindarkan keluargadari penyebab-penyebab sakit dan permasalahan-permasalahan lain, samasekali tidak sama dengan eskatologis keselamatan (kekristenan).Kepercayaan orang Karo itu adalah animisme dan dinamisme.

Orang Karo merefleksikan trimurti agama Hindu; Brahma sebagai pencipta,Wisnu sebagai pemelihara dan Siwa sebagai penghancur. Di dalampemahaman orang Karo ketiga ini disebut sebagai dibata i datas (tuhan diatas), dibata i tengah (tuhan di tengah), dibata i teruh (tuhan di bawah)4.

Ketiga dibata ini bagaimanapun termasuk di dalam sejarah penciptaan orangBatak yang sama dengan Karo. Ketiga dibata inipun sering juga disebutsebagai dibata kaci-kaci, hal ini sering kali disebutkan dalam mantra-mantraorang Karo.

Orang Karo juga memiliki banyak legenda, sejarah, mitos, kemudian memilikimusik Karo, tarian yang seluruhnya ada di dalam spirit kepercayaan orangKaro tadi. Kata dosa bagi orang Karo (tetapi tidak secara sempurnadipahami) dapat dirasakan dengan kenyataan-kenyataan yang menunjukkanketidakberuntungan. Sebagai contoh, sakit. Di dalam keluarga, ini

dipadankan dengan kata dosa, tetapi sebenarnya bukan dosa melainkanpenghakiman. Bagi masyarakat Karo modern, tanpa dipengaruhi oleh

Page 75: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 75/152

agama-agama, dosa dapat disebut sebagai sesuatu yang salah, yang secarasosial dipandang melanggar peraturan atau melakukan suatu yang dilarang.Hanya di dalam Kekristenan orang Karo kemudian memperoleh ide tentangdosa sebagai sebuah penyebab manusia berpisah dengan Allah. Jadiorientasi etika dunia Karo sebenarnya adalah kesalahan tindakan dankonsekuensinya.

Di dalam kepercayaan Karo ini kita sudah dapat melihat bagaimana konseptentang Allah itu ternyata sudah ada sebelum konsep allah yang diadopsidari kepercayaan Hindu tentang tiga allah. Dua konsep yang sangatberpengaruh adalah tentang allah nenek moyang Batak, percaya kepada SiMula Jadi Na Bolon dan kemudian konsep trimurti orang India yang telahbercampur sepertinya menawarkan sesuatu yang mendalam (baru), tetapiunsur-unsur yang berbeda ini sulit dibedakan oleh mereka yang telahmenjadikan agama ini sebagai agama mereka sendiri. Dalam waktu yangsama, inilah yang membentuk agama terpenting orang Karo ( perbegu), danmereka melupakan asal-usulnya, inilah alasan mengapa kepercayaankepada Allah adalah sesuatu yang abstrak dan sangat sempit dipahami

orang Karo tradisional. Sebagai pemuja terhadap jiwa dan roh, dan ilmupengetahuan dari guru, bagi orang Karo, semuanya itu jauh lebihmenjanjikan bantuan pada waktu ada kebutuhan (persoalan-persoalan, ataumasalah-masalah lainnya).

Dalam hal alam pemikiran dan kepercayaan, orang Karo ( yang belummemeluk agama Islam atau Kristen) erkiniteken ( percaya) akan adanyaDibata (Tuhan) sebagai maha pencipta segala yang ada di alam raya dandunia. Menurut kepercayaan tersebut Dibata yang menguasai segalanya ituterdiri dari

1. Dibata Idatas atau Guru Butara Atas yang menguasai alam

raya/langit2. Dibata Itengah atau Tuan Paduka Niaji yang menguasai bumi atau

dunia

3. Dibata Iteruh atau Tuan Banua Koling yang menguasai di bawahatau di dalam bumi

Dibata ini disembah agar manusia mendapatkan keselamatan, jauh darimarabahaya dan mendapatkan kelimpahan rezeki. Mereka pun percayaadanya tenaga gaib yaitu berupa kekuatan yang berkedudukan di batu-batubesar, kayu besar, sungai, gunung, gua, atau tempat-tempat lain. Tempatinilah yang dikeramatkan. Dan apabila tenaga gaib yang merupakan

kekuatan perkasa dari maha pencipta -dalam hal ini Dibata yang menguasaibaik alam raya/langit, dunia/bumi, atapun di dalam tanah- disembah makapermintaan akan terkabul. Karena itu masyarakat yang berkepercayaandemikian melakukan berbagai variasi untuk melakukan penyembahan.

Mereka juga percaya bahwa roh manusia yang masih hidup yang dinamakan“Tendi “, sewaktu-waktu bisa meninggalkan jasad/badan manusia. Kalau halitu terjadi maka diadakan upacara kepercayaan yang dipimpin oleh Guru Si Baso (dukun) agar tendi tadi segera kembali kepada manusia yangbersangkutan. Jika tendi terlalu lama pergi, dipercaya bahwa kematian akanmenimpa manusia tersebut. Mereka juga percaya bahwa jika manusia sudahmeninggal maka tendi akan menjadi begu atau arwah.

Banyak upacara ritual yang dilakukan oleh mereka yang ditujukan untukkeselamatan, kebahagiaan hidup, dan ketenangan berpikir. Upacara-upacaratersebut antara lain upacara kepercayaan menghadapi bahaya paceklik,menanam padi, menghadapi mimpi buruk, maju menuju medan perang,memasuki rumah baru, menghadapi kelahiran anak, kematian, menyucikanhati dan pikiran, dan lain lain. Di semua kegiatan ritual ini peranan paradukun atau Guru Si Baso tersebut cukup besar.

Mereka yang berkepercayaan demikian itu lazim disebut sebagai  perbeguatau sipelbegu. Tapi terlepas dari maksud pihak luar dengan penamaanistilah tersebut di atas, yang secara kasar dapat diartikan sebagai

penyembah setan atau berhala, mereka menyatakan bahwa mereka percayaadanya Dibata yang menjadikan segala yang ada dan bahwa ada tenagagaib atauu kekuatan maha dasyat darinya yang mampu berbuat apa saja

Page 76: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 76/152

menurut kehendaknya. Kalaupun ada dilakukan upacara ritual berupapersembahan, maka persembahan itu maksudnya adalah kepada Dibatatadi, hanya saja penyalurannya dilakukan di tempat-tempat yangdikeramatkan.

1. Beberapa aliran kepercayaan masyarakat Karo yang pernah ada dan

sampai saat ini pun masih mengikuti ritual-ritual untuk mencari tahusolusi setiap persoalan yang dihadapinya seperti dalam mencari jodoh,pekerjaan, peruntungan dagang, dll) yaitu :

2. DIBATA YANG TIGA

3. Orang yang menganut agama Perbegu, percaya pada Dibata yang tigadan kekuatan-kekuatan majis yang tidak terlihat. Dibata yang tigamenurut keyakinan yang percaya terdiri dari tiga yaitu :

4. Dibata yang diatas, yaitu Guru Batara , Dibata yang menguasai langit

5. Dibata Tengah, biasa disebut Tuhan Padukah ni Aji, yaitu Dibata yang

menguasai bagian tengah dari dunia.6. Dibata yang dibawah, biasa disebut Tuhan Banua Koling, yaitu dibata

yang menjadi penguasa dibawah dunia.

7. Menurut Kelahiran manusia, ada 4 sumber (Puang), yaitu :

8. Erpuangken TanehErpuangken LauErpuangken AnginErpuangken Api

Si empat enda, lit pedauh kerina sifat ras carana, rukur, erdahin ras

penggejapenna. Apaika pertubuhna, lit tubuh Senin-Selasa-Rabu-Kamis- Jumat-Sabtu ras Minggu. Si enda pe lit nge ertina ibas sifat-sifat raskegeluhenna. Adi kai kin ndai dasar ras puangna sada-sada kalak, em pagiikutina ibas geluhna. Adi lawanna kin jabat-jabatenna, labo lolo kugapa pesusah nge iakapna. Pengindo enda em umpamaken bagi banurung i lau.

Paranormal enda, sope ia tubuh pe enggo lit tersurat ibas badanna, enggokin tendina pe lain asa jelma sideban. Paranormal tah guru enda maka iatahan arus tendina piher, umpama ibas perkakas besi. Umpama tendinasekin, cabit, patuk, kapak, piso rempu pirak rsd. Lit ka pe deba tendina bedil,mariam, rsd.

 Tentu megegeh nge tendina maka banci ia jadi paranormal/guru. Paranormalenda banci nge ia erpuangken taneh, lau, angin tah api. Paranornal termasukkalak si erjabat-jabaten. Sinikatekan paranormal/guru, lit pemetehna lain asa jelma sideban:

Banci ia komunikasi ras roh-roh halusIa banci seluken (kesurupen)Lit dua lapis pengenen matana, idahna roh-roh halus.Ersora kerahungna, banci ia ngerana ras roh-roh dunia. Tehna niktik wari si 30 desa si waluh beluh ia ndarami barang bene. Tehna erti nipi. Tehna ngoge suraten tubuh ayo, tan, bulu retak tan, endeng ibas kula rsd. Tehna ngenen pinakit, kena kai ia sakit, biasana tah kena setan. Tehna ngenen rasin, jelma, ngenen rasin, jelma, ingan tading, jabat-jabaten,rsd.Beluh ia ngarkari, ngulak, ersilihi, erbahan tangkal-tangkal, erbahan ajimat-ajimat, rsd.Beluh ia mah bahi nipi jahat gerek la mehuli, bahan-bahanen kalak si jahat.

BEGU JABU

Begu jabu tah begu kade-kade, eme gebu kalak si enggo mate, si ndeher ku

Page 77: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 77/152

 jabu e. Bagepe labo kerina begu si banci jadi begu jabu. Syarat-syaratsinibanci jadi begu jabu emekap:Mate ibas bertinMate lenga ripenMate sada wariMate ngudaMate enggo metua

Sinikataken begu jabu, eme begu nini opung, bagepe begu keluarga bagisitertulis si arah datas enda. Gunana man penjaga jabu. Ikataken kape beguenda, ia pagar jabu. Adi megegeh begu jabu e, amin kai pe ibahan kalak manbana, la mempan. Simada jabu e tetap sehat ras mejuah-mejuah.

Situhuna, kerina kalak Karo lit nge begu jabuna. Ipakaina tah lahang,terserah man sada-sada jelma tah jabu. Adi begu jabu, kugapap pe, ikelengina nge kempuna e (simada begu jabu e).

BEGU BATARA GURU

Enda jelma si mate ibas bertin. Ikataken kape begu perkaku jabu, begupenjamin keluarga. Maka ola begu Batara Guru nuhsahi si enggeluh, makaibahan bere-berenna. Kune begu enda nuhsahi keluarga, ikataken peteridah/tersendung, maka ibahan me upacara ngelandekken galuh. Ijebiasana ibenaken alu erpangir ku lau, ras berngina perumah begu. Adiperumah begu jabu pe/cibal manuk telu, ibahan ka nge pangir ridi ku laukerina sukut. Emaka mulih lau nari seh i rumah ertambar. I oge manuksangkep si telu e. Ku rumah begu jabu, nuri-nuri ia man sangkep. Tah adi lit

pinakit, iturikenna kai ibahan tambarna, biasana pinakit pe malem.

BEGU BICARA GURU

E me begu ibas anak-anak nari si mate lenga ripen. Ikataken me beguperkaku si peduaken.

BEGU SI MATE SADA WARI

E me begu kalak simate la erkiteken pinakit, tapi mate rempat (ndabuh,

bunuh kalak, mate erperang ngelawan musuh, mate mpertahankenkebenaren, rsd). Ikataken ka pe begu perkakun jabu sipeteluken. Kempakbegu si mate sada wari pe perlu ka ibahan bere-beren, ras pakaiannalengkap.

ERBAGE-BAGE BEGU

Ibas kiniteken kalak Karo, lit erbage-bage begu. Emkap begu si dancinampati, gelarna begu jabu. Lit ka begu jinujung. Lit ka begu darat, beguenda emkap begu si nggit nganggu manusia, gelarna emkap:

1. Simate kayat-kayaten, ia mate sakit-sakiten2. Begu Tungkup, eme begu diberu singuda-nguda simate lenga sereh. Beguenda pe perlu sihamat-hamati sebab ia pe nggit ngeigei.3. Begu Mentas, eme begu jabu ibas kalak sideban nari.4. Begu Menggep, eme begu jahat, ia rusur ngempangi i teruh karang tah iteruh redan rumah5. Begu Sidangbela, eme begu diberu-diberu si mberat kulana (sinatang tuahtah anak-anak). Inganna ibas jahen tapin. Antina, baba jerango ibas layamkalak si mberat kulana. Anak-anak burakenna jerango e.6. Begu Juma, enda begu kalak si mate secara umum, ia usur nganggu kalak

si erdahin i juma. Emaka metenget kalak si erdahin i juma, banci i selukina,laeteh oratna pe mis ia rubati, gelarna begu jaman.7. Begu Ganjang, e me begu siganasna. Begu enda banci suruh-suruhen

Page 78: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 78/152

simada begu ganjang e, banci suruh gelah i cubanan kalak, bekasna meratahkerahung. Deba i cekakna, mis rere dilah si cekakna e, mata bendil. Adi lametenget, tah la mis itambari, danci erbahan kalak mate rempet. Tangkalnaibahan kalak jerango ras benang benalu, eme benang megara, mbiring rasmegersing, si eme persada, i putur-putur. Rakuti jerango e salu benangbenalu e. Ibaba kujapape lawes.8. Begu Sirudang Gara, begu enda pe suruh-suruhen, banci ia i suruh njaga juma, njaga kolam binurung, kolam gelah ola i tangko kalak. Adi rehpinangko e, mis i pasapna danci mate pinangko e, tah mate sarapendagingna e.9. Gelar Begu-beguAdi isungkun guru si erpemeteh, gelar begu e seh kal buena. Kerinasinggeluh adi enggo mate lit kerina beguna.a. Begu manusia si enggo mateb. Begu binatang jinak (asuh-asuhen)c. Begu binatang liar si enggo mated. Kerina si enggeluh adi enggo mate, karina si enda lit beguna. Perbahan

buena begu enda, ijenda sibatasi saja kerna gelar begu-begu enda.10. Maka Ikataken PerbeguKalak sitek ku kempak kuasa – kuasa begu (roh-roh) maka ikataken iaperbegu (pemena). Kerina lit positifna lit negatifna. Kai saja si lit i doni enda,pasti lit mehulina lit ka si la mehulina. Begu e pe lit mehuli lit la iamehuli.Begu Jabu mehuli, Begu Darat la mehuli, em kataken perbegu.

Lit ka pe Begu Jabu la mehuli, gelarna Pajuh-pajuhen. Lit ka nge galuhna, litka sikatna ersora, lit pupukna, lit ka tongkat malaikatna. Adi la i pajuh mate4, adi i pajuh mate 8. Lanai lit simajuhsa denga jadi kuan-kuan kalak seh asasigenduari, la pajuh mate 4, adi i pajuh mate 8.

11. Kehamaten PerbeguMulai berkat cibalken belo, jumpa kayu mbelin cibalken belo, jumpa batugalang cibalken belo, jumpa lau cibalken belo, seh uruk, cibalken belo, jumpagaluh cibalken belo, jumpa berneh cibalken belo.Mula-mulana kehamaten, dungna enggo jadi kebiasaan, mbiar adi la lit belomanai pang anakna mentas. I ajarina anakna mbiar, ena nah, lit nini parambiring, takalna nina ena lit begu juma, ena lit begu lau, lit begu mbal-mbalnina. Dungna jadi sinaggel, mbiar anak na i rumha, mbiar ia ku mbal-mbal.Dungna anakna jadi bodoh.12. Pedah Nini ParaSini ikataken pedah nini para, em pedah simehulina kal. Adi kita kalak Karo

arus mbiar man Dibata, tengah rukur, pang rawin jemba, pang empo, pangnereh, adi getuk ateta kalak getuk lebe dagingta. Tawa pe ola tawasa. Tangis pe ola tangissa, adi ridi ibas lau malir, ula jului kalak ridi. Adi tapinpancur, ermboah lebe. Ngerana ula metuda, ula mederngas, mbacar rasmetami. Mejingkat, ula murbit, ula metik-tik.Ula percian, ula anceng, ula cikurak,. Meteh mela, meteh mehangke, metehmereha nggeluh ermalu-malu ibas simehuliAdi mengga ate bagin kalak, bahan ajangta. Mehamat man kalimbubu,metenget man senina, metami man anak beru, adi kita erlajang, daramilahbapa-nande.Metenget ras terbeluh, em asam gedang-gedang tinali dua tampukna. Lit

nge pengadi-ngadin batu megulang. Adi mbiar mbalu tah baluken kalak, olaempo.Kala sikugapa pe perlu tungkir. Adi tawa kalak ikutken tawa, adi tangis kalakikutken tangis, nggeluh enda lit nge pernangkeng-nangkengen lit ngeperngincuah-ngincuahen. Padanta ras Dibata si ndube labo terelukken. Adisidahi sada kerja, sitandailah man banta ise kita, anak beru, senina ntahkalimbubu.Inganilah ibas jabunta. Banci merawa tapi ola meringes.Banci rubat ibas jabu, tapi ola nuhsahi kalak. Sidungilah meter persoalen jabunta, sebelah rumah pe perlu betehen, meriah kal minter.Mbue denga, tapi enda me lebe pedah-pedah ninita siman ingetenta.

Mbue denga kal kiniteken pemena si lenga i suratken ibas buku enda. Sebab,nininta kalak karo melalakal pemetehna simehuli man asam geluhta. Erkite-

Page 79: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 79/152

kiteken la sipelajari, piahna enggo melala bene. Emaka labo tadingsa denga,mulai genduari narilah gia ulihi sipelajari gelah ula bene pemeteh ninita simelias ndube.

RALENG TENDI

Si ni kataken Raleng Tendi emkap ; Lit sada kerja kalak pemena sada kalaksakit. Emaka aleng guru tendina. Bagepe tah lit sada kerja berngir, ibahankerja e gelarna Raleng Tendi.

- Sini pulung sangkep nggeluh anak beru, senina, kalimbubu.- Inganna ibas jabu sukut- Tik – tik wari si telu puluh, buat wari mehuli 12 berngi bulan dates

Pulungenna :

BakaBulung – bulung si melias gelarBeras meciho ibas pernakan Tinaruh manuk raja muliaAmak mentarDagangen mentarKumenen

Pelaksanaanna :

- Ngerjaken waktuna berngi ibas ingan si enggo tentuken, si ngalengsa gurusi beluh ermangmang. Lit ka guru si dua lapis pengenen matana, lit ka gurusi ersora kerahungna.- Sukut ercibal belo lebe man begu jabuna ras man begu ninina si arah lebe.- Guru permangmang ersentabi lebe emaka idilona tendina, a di perlu idilona jinujungna. Sini aleng tendina, kundul ibas amak mentar, lum lum i ia aludagangen putih. Tatang baka i babo takalna. Sinatang baka singuda-nguda siernande erbapa. Nalang baka dua kalak

 TENDI

 Tendi lit ibas setiap jelma, erbahanca manusia banci nggeluh. Tendi manusiarapat hubungenna ras kulana. Tendi enda banci pindah-pindah ku ingansideban. Janah adi kita tunduk, tendinta banci kawas ku sada ingan si ndauh.

Adi tendi sada-sada kalak la rumah tahpe la ras ia, maka manusia emedungen tah pe sakit. Menurut surat kulit kayu tah pustaka laklak kayu

gelarna pustaka najati (enda enggo ibaba Belanda ku negerina), tendi ibasmanusia lit buena 25, antara lain gelarna :

1. Sandakara2. Sandakiri3. Dijungjung4. Sigulimang5. Sitandek6. Sihara-hara7. Sangkep marpulung

8. Silindung bulan9. Rsd

Page 80: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 80/152

 Tendi enda lit gunana sada-sada. Lit gelah sehat, lit gelah megegeh (kuat),lit merawa, lit anak main, lit gelah mejingkat, lit gelah mejile, lit bergaulsenang. Enda me guna tendi ndai kerina, guna pesehat badan manusia.

BIRAWAN

Adi lit sengget sekalak anak-anak, tua-tua, tah dilaki tah diberu, banciterpelaga tendina. Lanai i rumah tendina, ceda dalan darehna. Tanda-tandana kalak si lanai i rumah tendina emkap:1. Kalak e sakit, ayona mekuho (pucat), la entabeh man, tunduh kurang, aditunduh nipi-nipin, tempa-tempa marun, nahena ras tanna mbergeh,2. Ukurna la erturi-turin, reh malasna kai pe, la atena bage, ngerana pe iamalas, tah mbacar gia ia kidekah nari, tapi ngue-ue pe ia lanai terkena, ianggo jadi motu3. I tambari ku rumah sakit, ia la sakit nina dokter. Enda tersundung man

guru sibaso maka ia lit sengget, ia birawan.Kalak birawan perlu ibahan kembarna gelarna; i kiap tendina, tah i kiciktendina. Si ngelakokenca eme guru sibaso. Nambari enda pe labo bali kerinapinakit kalak sibirawan. Tapi erbage-bage macam cara birawan . ermkap:

Sengget ia perban jumpa ras nipe galangLit ia i sergang beruangLit ia sengget ibahan perkas anginPerban lau mbelinLit birawan ibahan keramat (endam si meserana nambarisa. Adi la tengteng

tambarna, danci gila, adon, lit ka deba mate)Adi kena keramat si bage, orati keramat si ngulahisa, kai ibahan maka enggonoba (malem) pinakitna e. Lit i lepasken manuk kohul, lit i pindo keramat ekambing putih, rsd. Adi enggo i galar utang e, maka si sakit aren malempinakitna. Lit ka perlu i kiap tendina, gelarna ranjab-anjab.

ERPANGIR KU LAU

Nai-nai nari, kerja Erpangir Kulau enggo lit ibahan nininta. Seh pe asa jaman

sigundari, lit dengan ibahan kerja Erpangir Kulau. Sinoria adi Erpangir Kulau,tentu lit sada-sada tujunna. Emkap :

Ersura-sura sukut jumpa rejeki iaEnggo lit malem ibas sada pinakitLit ibas sukut gelah ipetunggungna atena sangkep geluhna.Idah kalak enterem kade-kadena, mehangke kalak ngenehen ia

Si pulung ibas Erpangir Kulau;

Sukut

Anak BeruSeninaKalimbubu

Ni kataken sangkep nggeluh ibas sukut, kataken pengulu, undang anak kuta,bagepe kade-kade si ndauh, si ndiher Desa Siwaluh, si erdemu urat ni jaba,si pesanggeh ruhi ni page, si pesawan taruk nu jambe.Adi nggo sue arih, titik wari si 30 rembang wari mehuli, katikana salang saibulan si mehuli. Tenahken kade-kade e kerina. Erpangir Kulau sada kerjambelin ibas kalak Karo. Lit guruna si erbahan bulung pengarkari tah peikalaken pangir e.

Pelaksanaanna :

Page 81: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 81/152

Berngina enggo pulung kade-kade, ibahan me sada kerja perumah begu, tahpe ibahan persembahen man nini-nini si enggo mateArih anak beru, senina ras sukut, kuga tata kerja ibas wari sipagi, terangwari.Enggo dung pangir, berkat jabu sukut nari kulau arakken gendang. Aturperdalan, arah lebe sukut, senina, kalimbubu, gendang keluarga ras jelma sienterem.Seh i lau, ridi erpangir ku lau malir, kerina ridi. Sukut, anak beru, seninabagepe kalimbubu ras ise si atena erpangir banci ia ikut erpangir.Dung er pangir, mulih ku rumah. Sukut arah lebe, arakken kalimbubu rasanak beru. Ku rumah paluken gendang si enterem ikut arah pudi.Seh i rumah, ibahan acara sukut, ibahanna tototna man Dibatana ras begu-begu ninina. Toto em toto si mehuli.

 Tujun Erpangir

Buang sial, gelah seh sura-sura. Lit enggo seh sura-sura sukut. Adi sinoria,

ibas kerja em si enterem ngidah kuga teremna kade-kade sukut enda. Manailit perang-perang nina musuhna, adi bagoh teremna kade-kadena, labo pangkita musuhisa, em sada tujun Erpangir Kulau.Mpepulung sembuyak, anak beru, senina, kalimbubu, ras kade-kade gelahibas kerja e, banci sempat kundul, jumpa ayo, man ras, bagepe landekmeriah.Erpangir Kulau enda sada pesta budaya Karo simehuli. Pepulung kerinakeluarga. Kai pe agamana, pendahinna, adi sangkep nggeluh arus pulungsecara adat Karo. Adi ertenah kalimbubu, arus reh anak beru. Kai pe dahin idahi anak beru.

Pemerintah kita i Indonesia enda pe ermeriah ukur, sebab i suruhna nge tiap-tiap suku melestariken budaya suku masing-masing. Maka Erpangir Kulauenda ibas kalak Karo perlu denga kal i lestariken i tiap-tiap desa, adi litsukutna.

PERUMAH BEGU

Erbage- bage Dalanna Perumah Begu

Lit kalak mate rempet, mate sadawari, mate la ieteh kena kai. Si enda iperumah beguna, sebab, ibas perumah beguna e, ieteh kai arah kurumahbeguna e, bagem dalanna mate.Adi nggurapasi kin matena, teridah kari arahguru sibaso e. Sebab, adi pemena ia perumah beguna, em maka asli kugakin kejadianna ibas ia mate e.

Lit ka Perumah Begu erkiteken riah-riah ukur, sura-sura pusuh. Adisibagenda rupana, tik-tik warina si 30, tenahken guru sibaso, pekundul ibas jabuna sukut.

Lit pe kerja sukutna enterem, em kap ngampeken tulan-tulan ku geriten.

Bernginna perumah begu simate-mate sibagenda rupa, lit guruna dua, telutah empat.

Gunana Perumah Begu

Sejarah perumah begu, em kap lit sada jabu seh kal bayakna tanehna,sabahna mbelang, kerbona, lembuna, kudana ras asuh-asuhenna mbue.Anakna 3 kalak dilaki, teluna enggo erjabu. Mate bapana ras nandena. Teluna anakna enda ndai lanai siangkaan, aminna pe mbarenda rusuripedahi nande bapana asum nggeluh denga. Teluna anak enda enggo si adu-adun ku balai. Telu tahun dekahna ia enggo erpekara lalap la erkedungen.

Enggo melala duit keri ongkos perkara, perkarana lalap la dung, lalap la datkeputusenna, mundur asa lalap.

Page 82: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 82/152

Dungna, reh ukur sintua, adi siperumah begu nande, ia sibahan nimbangperkaranta, kuga akapndu agi kam duana. Nina me singuda, aku setuju, ninasintengah aku pe setuju. Suei arihna, ibahan me lakon perumah begu. Nehenwari-wari si 30, enggo tudu warina. Ipekundul guru sibaso. Guru Sibasopaksa si e dilaki.

Nilai Perumah Begu

Perkara si mbelin pe kerina selesai adi perumah begu simate-mate. Budayaras seni, berperan kal ibas-ibas ngelaksanaken adat tah sada keputusen.Kata-kata guru sibaso lit kesanna ras munusuk kubas pusuh peraten, medateibahanna ukur sibatu-batun. Emaka, guru sibasona pe haruslah modern,sesuai dengan zaman.

Guru Sibaso Pijer Podi

Adi pekundul Guru Sibaso, harus ia jadi pijer podi man sukut, bagepe anakberu, senina, kalimbubu, bagepe kerina jabu. Nuri-nuri Guru Sibaso,persoalan si galang i pekitik, persoalen si kitik i masapken. Kerina salang sai.La perlu er perkara.

Adi lit perkara tah persoalen, pekundul saja guru sibaso ibas jabunta, kerinamasalah banci selesai. Sibaso genduari perkolong-kolong, pendeta, pertua,diaken, pastor tah pe imam-imam si ngasup ndamaiken masalah. Ibapusuhtalah lebe damai, maka kerina permasalahen jadi dame. Ertina, adiDibata ras kalak sirate keleng mereken apul-apul, kerina danci selesai alusimehulina asang inemken madiin si inemken. Guru sibaso em tugasna

pedamaiken, jadilah guru sibaso simbaru.

NURUNKEN KALAK MATE

A.Pengantar

Apabila ada orang meninggal dunia, maka tindakan pertama yang dilakukanadalah memandikannya. Membuat putar di kening dan pipinya (kuning), kaki(ibu jari) dan ikat (kalaki). Sejalan dengan itu, maka semua sangkep nggeluh,terutama sembuyak, kalimbubu, anak beru, dipanggil untuk runggu

(musyawarah) tentang hari penguburan, undangan untuk sangkep enggeluh,patong kerja (baban simate), dan lain-lain.

B.Jenis-jenis Kematian

1. Berdasarkan Usiaa. Cawer Metua (anak sudah berkeluarga semua, umur lanjut, kalimbubu susudah ngembahken nakan)b. Tabah-tabah Galoh (anak sudah berkeluarga semua, usia belum lanjut)c. Mate Nguda (usia muda, anak belum semua berkeluarga)

2. Berdasarkan Sebab/Keadaan Kematian, dibagi atas :a. Batara Guru (mati dalam kandungan)b. Guru Batara/Sabutara (mati dalam kandungan dan kelamin belum dikenal)c. Bicara Guru (mati sesudah lahir)d. Lenga Ripen (mati belum bergigi)e. Mate enggo ripen (mati sesudah bergigi)f. Mate Ndahi Nini (mati anak perana/singuda-nguda)g. Mate Kayat-kayaten (sakit-sakitanh. Mate Sada Wari (tewas)

C. Keagungan Pesta

Keagungan pesta kematian pada masyarakat Karo, terutama sekali pada

Page 83: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 83/152

kematian cawer metua, dimana semua anak dan cucu rase (memakaipakaian adat), kalimbubu maba ose, ralep-ralep dan untuk itu,usungan/perlanja dapat berupa ;

1. Lige-lige (bangunan berbentuk geriten bertingkat tiga)2. Kalimbubu/Kejaren (bangunan berbentuk geriten bertingkat 9 dan 11)

Usungan untuk orang biasa (ginemgem), bisanya hanyalah pating-patinglante empat mbeka ‘atau’ ‘sapo gunong’. Dalam adat cawer metua, makagendangnya “Nangkih Gendang”, artinya semalam sebelum penguburansudah mulai ergendang.

D. Gendang Nangkih

Adapun urutan menari pada acara Gendang Nangkih, adalah :

Landek Sukut

Landek SembuyakLandek SeninaLandek Sepemeren/Siparibanen/Sipengalon/SendalanenLandek Anak RumahLandek KalimbubuLandek Anak Beru

Acara ini biasanya diadakan setelah selesai runggu pada malam itu, untukmembicarakan persiapan acara penguburan keesokan harinya.

E. Nurunken Simate

Adapun acara untuk ‘nurunken’ (pesta penguburan) adalah sebagai berikut :Sirang-sirangPagi-pagi, anak rumah dan keluarga dekat membuat sirang-sirang2. Erpanger bas pas-pasen rumahPagi-pagi, janda/duda simate erpanger (berlangir) di tiras rumah, kemudiandi osei(di kepala dipasang sertali tanpa topi-bulang atau tudung), dan di leherdikalungkansertali (janda), rudangnya dibuat dari daun ndokum sumsum atau tumbalaling

3. Tek – tek KetangSelesai berlangir diadakan acara tek-tek ketang, pisau tanggal-tanggaldipegang dengan tadengan tangan kiri, lalu ditekteklah sebuah rotan.4. Gendang Jumpa TerohSelesai acara tektek ketang janda/duda berjalan menuju ture (beranda)rumah, sementara sementara pada waktu yang sama, mayat diturunkan darirumah. Pas di bawah ture, janda bertemu dengan mayat, lalu diadakan acara menari sebagai berikut :

a. Menari sukut, sembuyak, senina, sepemeren, separibanen, sepengalondan sendalanen.

b. Menari kalimbubu, puang kalimbubu, dan puang nu puangc. Landek anak beru, anak beru menteri dan lain – laind. Landek anak rumahMayat lalu dikelilingi sebanyak empat kali, kemudian dibawa ke kesain.

F. Gendang Nangketken Ose

Sesampai di kesain, maka pertama diadakan “Gendang Nangketken Ose”,semua yang rose, dan kalimbubu maupun anak beru menari bersama.Sesudah itu, kalimbubu simada dareh dan kalimbubu simada ose (sierkimbang), memasangkan ose kepada bere-bere/kela dan anak masing-

masing. Selesai nangketken osei, yang diosei nduduri isap/kampil kepadakalimbubu.

Page 84: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 84/152

G. Gendang Naruhken Tudung

Selanjutnya diadakan lagi “Gendang Naruhken Tudungen”, yaitu putrikalimbubu ditudungi. Biasanya adalah putri kalimbubu yang tidak dikawinilagi (la iperdemui). Akan tetapi, adapula yang membuatnya adalah berupuhun. Pada saat ini erdalan belo kinaper.

H. Gendang Adat

Selanjutnya diadakan “Gendat Adat” untuk menari. Adapun urutan menariadalah sebagai berikut :

Gendang SukutLandek sukutLandek sembuyakLandek seninaLandek sepemeren, separibanen, sepengalon, sendalanen

Selesai gendang sukut, biasanya dilanjutkan dengan acara makan,selanjutnya diadakan runggu pedalan maneh-manhe, morah-morah atausapu iloh.

Gendang KalimbubuLandek kalimbubu taneh (tua)Landek kalimbubu bena-benaLandek kalimbubu simada darehLandek kalimbubu si erkimbangLandek kalimbubu iperdemui

Gendang Puang KalimbubuLandek puang kalimbubu arah kalimbubu tuaLandek puang kalimbubu arah kalimbubu bena – benaLandek puang kalimbubu arah kalimbubu si mada darehLandek puang kalimbubu arah kalimbubu si erkimbangLandek puang kalimbubu arah kalimbubu iperdemui

Gendang Anak Beru

Landek anak beru tuaLandek anak beru cekoh bakaLandek anak beru darehLandek anak beruangkip/ampu

5. Gendang Anak Beru MenteriUrutannya sama seperti Gendang Anak Beru Menteri, tetapi sering jugaditentukan sekali sekali menari saja. Dan bersamanya juga ikut menari anakberu sipemeren.

I. Maneh-maneh/Morah-morah/Sapu Iloh

Adapun utang adat, (Maneh-maneh/Morah-morah/Sapu Iloh), dari simadiserahkan kepada :

Kalimbubu, berupa jas (bulang-bulang) + sejumlah uang (Rp. 12.000)Puang Kalimbubu, berupa baju + sejumlah uang (Rp..6.000)Anak Beru, berupa sekin + sejumlah uang (Rp. 6.000)

Di Kuala dan Tiga Binanga, (Maneh-maneh/Morah-morah/Sapu Iloh) kepadakalimbubu berupa sekin + sejumlah uang. Sementara apabila yang

meninggal dunia adalah wanita, maka utang adat itu adalah sebagai berikut;

Kalimbubu Simada Dareh, berupa uis kapal/arintang+ sejumlah uang

Page 85: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 85/152

Kalimbubu Singalo Bere-bere, berupa uis kelam-kelam + sejumlah uangKalimbub Singalo Perkempun, berupa pakaian + sejumlah uangAnak Beru, berupa benang telu rupa

Selanjutnya diserahkan Tulan Putor kepada kalimbubu dan ikor-ikor kepadaanak beru.

 J. Taka Alonken

1. Taka Tulon Putor ;a. Tulan, kepada Kalimbubu Simada Darehb. Jukut kepada Binuang (Sembuyak Tulan)c. Pertiga

- Satu kepada Kalimbubu Tua- Satu kepada Kalimbubu Bena-bena (Kampah)- Satu kepada Kalimbubu Sienterem (iperdemui)

2. Taka Ikor-ikora. Tulan kepada Anak Beru Tuab. Jukut kepada Anak Beru Cekoh Baka Tutupc. Pertiga ;- Satu bagian kepada Anak Beru Menteri- Satu bagian kepada Anak Beru Sienterem

K. Narohken Simate Ku Pendonen

Selanjutnya, mayat diantar ke kubura (pendonen). Untuk mengusung mayat,

kalimbubu di arah kepala, anak beru di bagian kaki, dan senina di bagiantengah.Dahulu mayat diberhentikan sebanyak empat kali di jalan. Setiapberhenti, dikelilingi sebanyak empat kali. Apabila cawer metua, makasepanjang jalan diamburi page.

L. Pembakaran Mayat/Penguburen

Dahulu sebelum kekuasaan penjajah masuk di daerah Karo, maka mayat itudibakar. Di Buah Raya, pembakaran mayat itu terakhir sekitar tahun 1939,demikian juga di Perbesi.

M. Menyerahkan Kepada Si Empat TerpokSelanjutnya, roh si mati diserahkan kepada si empat terpok

N. Gendang Narsarken Rimah

Sekembali dari kuburen, diadakan Gendang Narsarken Rimah, yaitu perangempat kali. Aturan menari sebagai berikut;1. Gendang buangken2. Landek Sukut, Sembuyak, Senina, Sepemeren, Sepengalon rasSendalanen

3. Landek Kalimbubu/Puang Kalimbubu4. Landek Anak Beru/Anak Beru Menteri

O. Perumah BeguSelesai narsarken rimah, landek guru sibaso, dan selanjutnya diadakan acaraPerumah Begu

P. Gendang SerayanSelanjutnya gendang diserahkan kepada perayaan (muda-mudi)

Q. Ngamburi Lau Simalem-malem

Empat hari setelah dilakukan penguburan, maka diadakan lagi acara yangdisebut “Maba Lau Simalem-malem”. Untuk itu, dibawa Lau Simalem-malem,

Page 86: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 86/152

Page 87: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 87/152

mempunyai Penunggu mahluk halus (Keramat). Silan dapat berupa kayubesar, batu besar dan sebagainya. Silan tidak disembah (silan la termasuksembah-sembahen.

- PagarPagar- Pengawal – PenjagaPagar adalah roh nenek moyang, mahluk halus (nini) yang menjadipelindung/pengawal penduduk suatu kampung.Nini Pagar berfungsi sebagai pelindung masyarakat dari malapetaka,pemberi rejeki dan lain-lain.Nini Pagar merupaken Sembah-sembahen kuta/kampung dan diadakanupacara persembahan dengan acara tertentu dan dalam waktu tertentu.

- Buah Huta – hutaBuah Huta –huta sama dengan Pagar. Perbedaannya hanya mengenailetaknya. Buah Huta – huta atau Tembunen Kuta terletak di dalam kampung(kesain). Sedangkan Pagar letaknya persis di sekeliling (watas) kampung.

Penjaga Kampung (Pelindung) yang berada di luar kampung namanya ‘Pengulu Balang Na Malaga’ yang fungsinya sebagai pengintai. Bila HuluBalang Na Malaga melihat adanya musuh mau masuk kampung, maka iamemberitahukan kepada Nini Pagar dan Buah Huta-huta untuk bersiaptempur. Dengan harapan, masyarakat terhindar dari bahaya.

- Ndilo TendiNdilo – Memanggil, Tendi - RohNdilo Tendi maksudnya, memanggil kembali roh (tendi) seorang yang telahditawan oleh Silan. Upacara Ndilo Tendi mempunyai acara-acara tertentu,

dapat dilakukan dengan mengadakan gendang, keteng-keteng dansebagainya.

- Jinujung Jinujung ialah mahluk halus yang menjadi penjaga diri seseorang. Jinujungpada waktu-waktu tertentu diberi persembahen dengan mengadakanerpenper.

- Kerja TahunKerja Tahun i Taneh Karo lit piga-piga erbagena. Arah Julu kenca dungperanin, ibahan kerja tahun gelarna mahpah, emekap page simbaru i perani

ndai i pah-pah. Nandangi merdang iban kerja tabun rebu.Adi arah gunung-gunung, lit kerja tahun sinigelari merdang-merdem, endaibahan nandangi merdang..

Lit kerja tahun sini i gelari nimpa bunga benih, lit ka kerja tahun sini i gelaringerires, duana enda ibahan sangana mbeltek page.

Lain si enda, lit ka kerja tahun ngambur-ngamburi, enda i bahan sanganabeltek page.

 Jadi, maka ibahan kerja tahun enda emekap, maka lit dalan pulung setahunsekali ras kalimbubu, senina ras anak beru ras notoken sanga encari rasmejuah-juah.

MASUKI/MENGKET RUMAH MBARU

Ope denga ibahan acara mengket rumah mbaru, maka arih lebe simada

rumah nentuken belin kerja (adi lit sekalak si la ngasup muat adangenna, sienda i rungguken uga jalan keluarna. Biasana si la ngasup enda i pelebekensi pitu jabu, jenari pagi i galarina dung peranin), ndigan ibahan warina. I

Page 88: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 88/152

sungkun guru sibeluh niktik wari. Ibas arih enda, ikut ka nge anak beru,senina tiap jabu. Biasa i bahan kerja mengket rumah, ibas wari Aditia Naik,Beras Pati tah pe Cukera Dua Puluh.

BENTUK KERJA

Sumalin Jabu, mengkah dapur (kerja si nguda)Kerja Mengket Rumah Sumalin Jabu entah mengkah dapur, eme kerja kitik-kitik saja. Kade-kade sindeher-ndeher saja ras si labanci lang saja, pulungsangkep nggeluh, pengulu kuta. Kerina adangen na perlengiten kerja cukupsada tah dua ayan beras, bengkauna 4 tah 5 manuk.

Mengket Rumah Erkata Gendang (Kerja Sintengah)Kerna mengket rumah erkata gendang, banci i kataken kerja sintengah,kade-kade enterem itenahken. Nakan siman pangan lit 10 tah 12 ayan beras,bagepe bengkauna lembu.

Ngerencit (Kerja Sintua)Ngerencit eme kerja si mbelinna ibas kerja mengket rumah mbaru. Kerja eerkata gendang, kade-kade i tenahken kerina. Bengkau lit 3 lembu, sadaman sukut, 2 man temue. Beras man nakan si enterem lit 20 ayan. Biasanamengket rumah bage teremna bandi lanai siat rencit-rencit i rumah. Terpaksa ibahan inganna deba ibas kesain. Erkite-kiteken temue enggorencit-encit, maka i kataken kerja mengket rumah mbelin ngerencit.

a. Perlakon Ibas Nandangi Mata Kerja.Erbahan arih entahpe runggu kerina sukut ras anak beru senina bagepekalimbubu. Ncakapken ras muat kata putus kerna belin kitikna iban kerja,

persikapen kerina perbeliten ras netapken wari mata kerja.b. Nikapken Keperlun Kerja- Rudang – rudang si melias gelar eme : bulung jabi-jabi, sangketen, bertukpadang teguh, sanggar, i rakut alu kulit ambat tuah.- Baka : ingan pemunin barang si meherga, umpamana uis, emas-emas rassidebannan. Baka iban ibas rotan nari si ni i bayu.- Kitang : ingan lau pola, mena seri ras kandi-kandi janah lit tutupna. Ibastutupna e, lit pancurna. Iban ibas buluh nari, tutupna kayu- Tengguli : eme lau pola si enggo i gergeri nandangi danci jadi gual- Enem binangun si cinder i bas rumah adat e i balut alu uis arinteneng.

- Muat ras nikapken daliken dapur, si majekkenca eme kalimbubu si majekdaliken.- Uis adat sini oseken ku tunjuk langit rumah, eme uis arinteneng.- Luah kalimbubu sj majek daliken : manuk, ras kalimbubu si erkimbang :amak cur + beras + tinaruh.- Nikapken nakan dem ras bengkauna (nurung belin + kurung), anak beru- Ras-ras anak rumah narsarken lameb i kelewet rumah.- Muat bulung-bulung si melias gelar ku kerangen, sukut ras anak beru- Si erbahan lape-lape i kesain, anak beru.- Netapken si nujung ranting- Cimpa bicara siang + galuh

ATUREN PERLAKON IBAS MENGKET RUMAH MBARU

Ibas wari mata kerja si enggo i tentuken e, sope denga matawari pultak,kerina anak jabu si jadi sukut ras temue si enggo reh ersikap-sikap. Sukutrose, sinangketkenca eme kalimbubu si mada dareh, rikut pe kalimbububena-bena. Kenca enggo dung rose kerina, banci berkat. Emaka tiap anak jabu berkat ras-ras ku rumah. I lebe-lebe ture ngadi lebe. Jenari si pemenanangkih, eme singiani jabu bena kayu. Emaka i ikuti anak jabu si deban. Ianangkih arah ture jabu bena kayu, ngikutkenca enggo leben.

Page 89: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 89/152

GURU (TABIB) DALAM MASYARAKAT KARO: Kajian Antropologi mengenaiKonsep Orang Karo tentang Guru dan Kosmos (Alam Semesta) Sri AlemBr.Sembiring, M.Si 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UniversitasSumatera Utara A. Pendahuluan Guru adalah terminologi umum bagi orangKaro untuk menyebut seseorang yang berperan sebagai tabib. Beberapaorang Karo lainnya mensinonimkan kata guru dengan kata dukun 2 . Guru inisangat berperan dalam ritual-ritual keagamaan atau upacara-upacaratradisional bagi orang Karo. Upacara tradisional dapat didefenisikan sebagaiupacara yang diselenggarakan oleh warga masyarakat sejak dahulu sampaisekarang dalam bentuk tata cara yang relaif tetap. Pendukungan terhadapupacara itu dilakukan masyarkat karena dirasakan dapat memenuhi suatukebutuhan, baik secara individual maupun kelompok bagi kehidupan mereka(Dept.P&K RI (1985:1). Salah satu hal yang menyebabkan besarnyaperhatian para ahli mengenai upacara atau ritus-ritus keagamaandisebabkan karena upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu sukubangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang paling ‘lahir’,sehingga lebih mudah diamati (Koentjaraningrat 1985:375). Upacara

keagamaan itu sendiri berhubungan dengan sistem kepercayaan yang hidupdalam suatu kelompok mayarakat tertentu. Upacara-upacara keagamaantradisional yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah upacara yangberhubungan dengan kepercayaan tradisional Karo yang disebut denganpemena. Demikian juga halnya dengan apa yang disebut dengan guru.Konsep guru ini berhubungan erat dengan kepercayaan tradisional Karoyang disebut pemena atau perbegu. Penyebutan kata pemena ini disepakatisejak tahun 1946 oleh para pengetua adat dan guru-guru mbelin(dukun/tabib terkenal). Perubahan kata dari perbegu menjadi pemena inidimaksudkan untuk menghilangkan kesalahpahaman orang-orang di luarorang Karo atas pengertian kata perbegu. Kata perbegu bagi orang di luar

orang Karo seolah-olah menunjuk ke arah penyembahan kepada setan,hantu dan roh jahat lainnya. Sementara kata pemena berarti asli, berasaldari kata bena yang berarti awal atau yang pertama (asli). Jadi kata pemenadapat diartikan merupakan kepercayaan yang asli (pertama) dari orang-orang Karo sebelum masuknya pengaruh agama ‘baru’ seperti Katolik,Islam, Protestan, Hindu dan Budha. Deskripsi berikut ini akan menguraikanbagaimana guru itu berperan dalam kehidupan orang Karo. Tulisan ini akandiawali tentang konsepsi orang Karo tentang Kosmos sehubungan dengankepercayaan tradisional Karo yang disebut dengan 1 Tulisan merupakanbagian dari hasil penelitian penulis untuk penulisan skripsi S-1 pada tahun1992 di Jurusan Antropologi FISIP-USU. Tulisan ini merupakan hasil revisi dari

sebahagian isi hasil skripsi tersebut. 2 WS.Soemarno dalam penggolonganaliran-aliran kebatinan menyebutukan bahwa salah satu aliran tersebutadalah golongan pedukunan, dimana ilmu pedukunan dan pengobatan aslidipraktekkan bagi masyarakat yang memerlukan. Page 2 ï›™2002 digitizedby USU digital library 2 pemena. Kemudian, tulisan ini dilanjutkan dengankonsep dan klasifikasi orang Karo tentang guru dan keahliannya. B. Konsepsi  Tentang Kosmos Manusia yang mengembangkan kebudayaannya selaluberorientasi kepada alam lingkungan dimana mereka bertempat tinggal.Beberapa persepsi manusia terhadap alam antara lain mengangap alam itusebagai musuh, karena itu harus ditaklukkan dan dikuasai. Persepsi lainyaitu bahwa alam itu adalah sahabat karena itu harus disdayangi dan

dirawat. Ada juga yang beranggapan bahwa alam itu sesuai dengan sifatnya,kadang-kadang bisa menjadi sahabat, tetapi tidak jarang menjadi musuhyang menakutkan, karena itu harus dihadapi dengan segala kekuatan.Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut di atas kita dapat melihatbahwa semuanya berakar pada kebudayaan masyarakat setempat. OrangKaro meyakini bahwa selain dihuni oleh manusia alam juga merupakantempat bagi roh-roh gaib atau mahluk-mahluk lain yang hidup bebas tanpaterikat pada suatu tempat tertentu, untuk itu diperlukan beberapa aktivitas-aktivitas yang dapat menjaga keseimbangan alam. Segala kegiaatan yangberhubungan dengan roh-roh gaib dan upacara ritual, suatu komplekspenyembuhan, guna-guna dan ilmu gaib, merupakan sebagian aspek

penting dalam kepercayaan tradisional Karo yang pelaksanaanya terpusatpada guru. Suatu peranan yang mencakup luas dan mempunyai kaitan yangerat sekali dengan konsepsi tentang kosmos dari guru sebagai pelaksana

Page 90: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 90/152

utama, sebab mengingat bahwa titik sentral dan tujuan utama segalaaktivitas peranan guru adalah untuk mencapai kembali “equilibrium�atau keseimbangan 3 . Baik itu keseimbangan dalam diri manusia sendiridan lingkungannya, maupun keseimbangan “makro-kosmos� dalamkonteks yang lebih luas. Guru dianggap memilki banyak pengetahuan yangmendetail tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan dankejadian- kejadian dalam hubungannya dengan kehidupan 4 . Keteraturandalam kosmos sudah terbentuk sejak Dibata (Tuhan) menciptakan manusiadan dunia, bahwa si nasa lit (segala yang ada) dikuasai oleh Dibata. Alamsemesta merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh, yang dapat dibagisecara “vertikal� (tegak lurus) dan secara “horizontal�(mendatar). Secara vertikal, alam dapat dibagi ke dalam tiga bagian yangdisebut benua, yaitu : benua atas, benua tengah dan benua teruh yangmasing-masing dikuasai oleh Dibata datas, Dibata tengah dan Dibata teruhyang merupakan suatu kesatuan yang disebut Dibata si Telu ( Tuhan yangtiga) atau dianggap sebagai “tri tunggal� yang disebut juga Dibatakaci-kaci ( Kaci-kaci artinya Tuhan Perempuan) sebagai penguasa tunggal.

Bagi masyarakat Desa Kidupen , para guru menyebutnya juga dengan Dibatasi nurihi buk mecur atau Dibata si mada tenuang. Si nurihi buk mecur artinyayang mampu menghitung rambut (manusia) yang sangat banyak.Sedangkan si mada tenuang artinya yang menciptakan (tenuang berasal darikata tuang = cipta, yang biasa dipakai menyebutkan pencipta manusiaselagi dalam rahim seorang Ibu). 3 Penegasan mengenai ritual yangditujukan untuk mencapai ‘equilibrium’ dalam masyarakat dapatdilihat dalam tulisan Geertz (1983). 4 Lihat dalam tulisan Ginting (1990)Page 3 2002 digitized by USU digital library 3 Secara horizontal, alamsemesta dibagi ke dalam delapan penjuru mata angin: purba (timur), aguni(tenggara), daksina (selatan), nariti (barat daya), pustima (barat), mangabia

(barat laut), butara (utara), irisen (timur laut). Penjuru mata angin ini disebutdesa si waluh (delapan arah), berasal dari kata desa yang berarti arah dan siwaluh yang berarti delapan. Penjuru mata angin ini dapat dibedakan atasdua sifat yang berbeda, yaitu desa ngeluh (arah hidup) dan desa mate (arahmate. Desa-desa yang digolongkan sebagai arah hidup adalah; timur,selatan, barat dan utara. Selain itu digolongkan sebagai arah mati.Penggolongan kepada arah hidup dan arah mati didasarkan kepadapemikiran bahwa desa-desa timur, selatan, barat dan utara dikuasai oleh rohpenolong yang memberikan kebahagiaan kepada manusia. Sebaliknya padaarah mati terdapat mahluk-mahluk gaib yang jahat dan suka mencelakakanmanusia. Sesuai dengan dengan pendapat dan pemikiran ini, posisi arah

rumah dan areal pemakaman penduduk suatu desa (Desa Kidupen)mengikuti arah hidup. Posisi rumah pribadi mayoritas menghadap ke arahutara dan selatan. Sedangkan posisi rumah-rumah adat mayoritasmenghadap ke arah timur dan barat. Sementara itu, areal persawahan danperladangan mayoritas di arah utara, selatan dan barat. Dalam kehidupansehari-hari, pembagian kosmos yang diikuti dengan pembagia Dibataternyata tidak begitu penting. Bagi mereka, Dibata yang yang dikenal dandianggap penting adalah Dibata kaci-kai sebagai kesatuan keseluruhan dariDibata. Menurut mereka Dibata adalah tendi (jiwa) yang dapat hadir di manasaja, kekuasaannya meliputi segalanya dan dianggap serbagai sumbersegalanya. Hal ini sesuai dengan keyakinan orang-orang Karo yang sangat

dekat dengan suatu bentuk kepercayaan atau keyakinan terhadap tendi,yaitu suatu kehidupan jiwa yang keberadaannya dibayangkan sama denganroh-roh gaib (Ginting, J.R. 1986:111). Orang Karo meyakini bahwa alamsemesta diisi oleh sekumpulan tendi. Setiap titik dalam “kosmos�mengandung tendi. Kesatuan dari keseluruhan tendi yang mencakupsegalanaya ini disebut Dibata, sebagai kesatuan totalitas dari“kosmos� (alam semesta). Setiap manusia dianggap sebagai“mikro-kosmos� (semesta kecil) yang merupakan kesatuan bersamadari kula (tubuh), tendi (jiwa), pusuh peraten (perasaan), kesah (nafas), danukur (pikiran). Setiap bagian berhubungan satu sama lain. Kesatuan inidisebut sebagai ‘keseimbangan dalam manusia’. Hubungan yang

kacau atau tidak beres antara satu sama lain dapat menyebabkan berbagaibentuk kerugian seperti sakit, malapetaka, dan akhirnya kematian 5 . Dayapikiran manusia dianggap bertanggung jawab ke luar guna menjaga

Page 91: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 91/152

keseimbangan dalam dengan keseimbangan luar sebagai suatu “makro-kosmos� (semesta besar) yang meliputi dunia gaib, kesatuan sosial danlingkungan alam sekitar. Tercapainya suatu “keseimbangan dalam�akan memperlihatkan berbagai keadaan menyenangkan, seperti; malem(sejuk/tenang), ukur malem (pikiran tenang), malem ate (hati sejuk/tenang),malem pusuh (perasaan sejuk/tenang). Oleh karena itu kata malemdigunakan juga sebagai arti sehat atau kesembuhan dalam bahasa Karo. 5Keterangan lain mengenai jiwa dapat dibaca dalam tulisan van Peursen(1983). Kekekalan jiwa menurut Plotinus, jiwa itu ada sebab tubuh sendiritidak berjiwa, jiwa adalah suatu kehadiran yang membuat tubuh menjadiseperti apa adanya, jiwa meresapi tubuh, kehadiran jiwa seolah-olahterpencar dari tubuh (van Peursen, CA. 1983:12). Maka karena itu walaupunseseorang telah meninggal jiwanya tetap hisup. Page 4 2002 digitized byUSU digital library 4 Kesejukan badan dan pikiran merupakan dasar darikeadaan sehat, yaitu keadaan sejuk dan seimbang antara “makro-kosmos�. Prinsip ini pula yang menyebabkan mengapa seorang gurumelakukan beberapa upacara ritual dengan tujuan untuk mendapatkan

keadaan yang serba malem (sejuk/tenang). Menurut para guru,terganggunnya hubungan-hubungan dalam “mikro-kosmos�seseorang berarti adanya keadaan tidak seimbang dalam tubuhnya, yaituketidakseimbangan antara tubuh, jiwa, perasaan, nafas dan pikiran. Denganmenggunakan air jeruk purut pada upacara berlangir (erpangir), seorangguru akan menyiramkannya ke kepala pasiennya. Air jeruk purut diyakinimenimbulkan rasa sejuk. Sementara itu kepala si pasien dipilih denganpertimbangan bahwa kepala adalah tempat dari pikiran dan sebagai pusatdan pimpinan dari “mikro-kosmos� (semesta kecil) tersebut. Hal inimenunjukkan bahwa dalam diri guru terdapat suatu pandangan bahwakeseimbangan dalam “mikro- kosmos� (semesta kecil/tubuh manusia

itu sendiri) tidak akan sempurna tanpa tercapainya suatu keseimbangan“kosmosâ€� (alam semesta secara luas). Oleh karena itu, seorang gurudalam beberapa ritusnya yang bertujuan untuk mencapai keseimbanganpada diri manusia akan menggunakan air jeruk yang malem. Air jerukdianggap sebagai lambang dari alam semesta yang mewakiliâ €˜keseimbangan luarâ €™ akan dimasukkan ke dalam diri manusia yangmewakili â €˜â €œkeseimbangan dalamâ €� itu sendiri. Tindakan ini diyakiniakan menyempurnakan keseimbangan dalam diri seseorang. Orang Karomeyakini bahwa alam sekitar diri manusia sendiri dianggap sebagaiâ €œmakro-kosmosâ €�. Alam sekitar ini digolongkan ke dalam beberapa intikehidupan yang masing-masing dikuasai oleh nini beraspati (nini = nenek),

yaitu; beraspati taneh (inti kehidupan tanah), beraspati rumah (intikehidupan rumah), beraspati kerangen (inti kehidupan hutan), beraspatikabang (inti kehidupan udara). Dalam ornamen Karo, nini beraspati inidilambangkan dengan gambar cecak putih yang dianggap sebagai pelindungmanusia. Beraspati, oleh penganut pemena atau guru khususnya dibagi lagike dalam beberapa jenis lingkungan alam atau tempat dan keadaan.Beraspati lau (inti kehidupan air) misalnya, dibedakan lagi atas sampuren(air terjun), lau sirang (sungai yang bercabang), tapin (tempat mandi disungai) dan lain-lain. Beraspati rumah (inti kehidupan rumah) dibagi lagi atasbubungen (bubungan), pintun (pintu), redan (tangga), palas (palas), daliken(tungku dapur), para ( tempat menyimpan alat-alat masakdi atas tungku

dapur) dan lain-lain. Beraspati taneh dibedakan atas kerangan ( hutan),deleng (gunung), uruk (bukit), kendit (tanah datar), embang (jurang), lingling(tebing), mbal-mbal (padang rumput). Ini yang menjadi dasar setiap guru diKaro selalu mengadakan persentabin (mohon ijin) kepada nini beraspatisebelum melakukan upacara ritual, tergantung dalam konteks mana upacaraakan dilakukan, apakah kepada beraspati taneh, beras pati air, beraspatikerangen atau beraspati kabang dan kadang-kadang para gurumenggabungkan beberapa beraspati yang dianggap penting dapatmembantu kesuksesan suatu upacara ritual yang mereka adakan, sepertidalam upacara perumah begu seorang guru si baso mengadakanpersentabin kepada beraspati taneh dan beraspati rumah agar meraka

masing-masing sebagai inti kehidupan tersebut tidak mengganggu ataumenghambat jalannya upacara. Biasanya dilakukan dengan meletakkan sirihyang disebut belo cawir (sirih, kapur, pinang dan gambir). Belo cawir ini

Page 92: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 92/152

merupakan lambang diri manusia. Page 5 ï›™2002 digitized by USU digitallibrary 5 Sirih dalam belo cawir sebagai lambang tubuh manusia, kapurlambang dari darah putih sesuai dengan warnanya putih, pinang dan gambiradalah lambang dari darah merah manusia karena perpaduan keduanyamemberi warna merah. Adanya kehidupan pada manusia disebabkanbekerjanya ketiga unsur tersebut sebagai metabolisme tubuh manusia yangsaling mengatur peredaran darah dalam tubuh. Mantra (Karo = tabas) yangdipakai guru dalam rangka persentabin kepada beraspati taneh danberaspati rumah adalah sebagai berikut: â €œenda ku sentabi kel aku o niniberaspati taneh kenjulu kenjahe - sider bertengna, cibal beloku, belo cawir,pinang cawir, kapur meciho, pinang meciho maka meciholah penuri - nurinDibata si lakuidah. Maka ula kari abat ula kari alih, enda persentabinku, onini beraspati rumah ujung kayu bena kayu . . .â €�. (â €œ Ini aku datangmemohon ijin kepada nenek sebagai inti kehidupan tanah dari segala sisi, kuletakkan sirih permohonanku, terdiri dari sirih bersih dan bagus demikian juga pinangnya, kapur yang putih bersih dan terang atau jelaslah keterangandan petunjuk dari Dibata yang tidak terlihat. Supaya tidak ada yang

menghalangi upacara ini, permohonan ijin dariku, kepada nenek beraspatirumah , baik yang ada di ujung kayu ataupun di pangkal kayu . . .⠀�).Disamping hal di atas, kosmologi Karo mempunyai perbedaan yang sifatnyaumum antara alam gaib dan alam biasa. Alam gaib diatunjukkan denganpemakaian kata ijah (di sana) dan alam manusia biasa dengan kata ijenda(di sini). Dalam peristiwa pemanggilan roh-roh orang mati tersebutberasal/datang dari negeri seberang, sedangkan alam biasa tempatkehidupan manusia disebut doni enda (dunia ini). Ini menunjukkan bahwaalam gaib itu berbeda jauh dengan alam tempat kehidupan manusia, tidakada seorangpun yang tahu pasti dimana, hal ini terutama menandakanbahwa roh-roh yang telah mati tidak sama dengan manusia yang hidup. Ini

dibuktikan dengan kata seberang yang dalam pengertian para gurudianggap maelewati suatu batas yang ditandai oleh lau (air), sehinga disebutnegeri seberang, harus menyeberangi sesuatu untuk sampai ke tempattersebut yang disebut sebagai i jah (di sana). Dalam hal ini diungkapkanbahwa lau (air) merupakan penghubung antara manusia dan roh-roh yangtelah mati. Hal ini pula yang menyebabkan banyak guru memakai air yangditempatkan dalam suatu mangkuk putih, terutama jika guru merasa bahwapenyebab dari keadaan yang tidak seimbang pada diri manusia tersebutdisebabkan karena ada hubungannya dengan roh-roh orang mati yangmengganggu. Sebutan i jah dan i jenda tidak berarati adanya suatu wujudpasti tertentu sebagai alam gaib. Kata tersebut di atas hanya untuk

membedakan alam gaib dengan alam biasa. Alam gaib sendiri beradabersama-sama di sekitar manusia. Semua tempat sekitar manusia adalah juga alam gaib, namun alam gaib tersebut digambarkan sebagai suatu alamyang tidak terlihat dan tanpa wujud, karaena itulah disebuat deangan i jah(di sana), manusia tidak tahu pasti tempat dan wujudnya. Menurut seorangguru Pa Jawi (bukan nama sebenarnya), mengatakan bahwa: â €œI basinganta enda pe melala kel orang-orang alus si la teridah bagi kalak si la dualapis perngenin matana, bage pe keramat seh kel lalana, tiap-tiap kerangenlit sada keramatna, tiap keramat enda la ia engganggui jelma, adina keramatia singarak-ngarak, tapi adina Page 6 ï›™2002 digitized by USU digital library6 orang alus, e banci ia erbahan penakit, bage pe celaka man kita.â €�

(â €œDalam tempat tinggal kita ini pun banyak sekali orang halus yang tidakterlihat oleh mereka yang tidak dua lapis matanya, demikian juga dengankeramat, sangat banyak juga, di setiap hutan ada satu keramat penungggu,tapi mahluk halus jenis keramat ini tidak menganggu sifatnya, tidak maumenganggu manusia, dia menolong manusia, tapi jika orang-orang halusbisa saja membuat penyakit bagi manusia dan mencelakakan kita.â €�)Dalam mengadakan hubungan dengan roh-roh orang yang telah meinggal,seorang guru dapat melakukannya dengan bantuan jenujung 6 , khususnyamereka yang dijulluki sebagai guru si baso 7 melalui ritual perumah beguatau perumah tendi 8 . Guru mengatakan bahwa hubungan itu dapatdilakukan melalui perantaraan angin si lumang-lumang (angin yang

berhembus). Sehubungan dengan itu, dikatakan juga bahwa arwah orangyang telah meninggal mempunyai kehidupan yang berbanding terbalikdengan kehidupan manusia. Arwah itu tinggal di taneh kesilahen dengan

Page 93: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 93/152

keadaan; berngi suarina, pagi berngina. Artinya, malam bagi arwah adalahsiang bagi kita manusia dan pagi bagi arwah adalah malam bagi kitamanusia. Itulah yang merupakan penyebab mengapa dikatakan begu banyakberkeliaran di malam hari. Alam gaib dikatakan juga sebagai alam jiwa.Keseluruhan alam gaib disebut pertendiin (kejiwaan). Hal ini berkaitandengan kepercayaan orang Karo yang sangat erat dengan tendi (jiwa). Olehkarena itu hubungan manusia dengan alam gaib hanya dapat dilakukanmelalui jiwa yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Itulah sebabnya dalammelakukan hubungan dengan orang-orang yang telah meninggal, seorangguru (guru si baso) menggunakan tendinya dengan bantuan tendi-tendi lainyang disebut jenujung (junjungan). Junjungan ini adalah sebagai kekuatandari luar diri seorang guru yang dapat membantunya sebagai roh gaibpelindung yang berasal dari â €œmakro-kosmosâ €�. C. Guru danKeahliannya Bagi orang Karo, guru adalah sebutan untuk orang-orangtertentu yang dianggap memiliki keahlian melakukan berbagai praktek dankepercayaan tradisional, seperti: meramal, membuat upacara ritual,berhubungan dengan roh atau mahluk gaib, perawatan serta penyembuhan

kesehatan dan lain-lain. Guru dianggap memiliki pengetahuan yangmendetail mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan.Secara harfiah sama artinya dengan kata â €œguruâ €� 6 Jenujung ini disebut juga sebagai roh pelindung (junjungan) atau dikenal secara ilmiah dengansebutan â €˜quardiant spiritâ €™ (Pettit 1966) atau â €˜ghost spiritâ €™(Mordock 1974). â €œQuardiant spiritâ €™ ini diperlukan oleh seorangâ €˜shamanâ €™ atau â €˜spirit mediumâ €™ sebagai pelindung dirinya dansebagai sumber kekuatan untuk hidup ataupun untuk penyembuhanberbagai jenis penyakit (lihat dalam Pettitt 1966:137-243: Murdock 1974:Foster/Anderson 1986) 7 Deskripsi rinci mengenai guru si baso(â €˜shamanâ €™) dapat dilihat dalam tulisan skripsi penulis (Sembiring

1992). 8 Ritual perumah begu ini pada dasarnya dilakukan karena adanyakepercayaan akan kehidupan kekal dari jiwa, walaupun seseorang telahmeninggal. Tetapi jiwanya tetap hidup dan dapat tinggal dimana saja danmasih dapat berhubungan dengan anggota keluarga lain yang masih hidup(lihat juga tulisan Singarimbun 1972:21: Bangun P 1976: Prinst, Darwan-Darwin 1985:22: Sembiring 1992) Page 7 ï›™2002 digitized by USU digitallibrary 7 (lehrer) dalam bahasa Indonesia. Tetapi sebagai sebuah perananbiasanya diartikan dengan kata â €œdukunâ €� dalam bahasa Indonesia(Ginting, J. 1990: 1). Dalam tulisannya yang berjudul â €œDe BatakscheGuruâ €� dalam Mededeelingen van wege het NederlandscheZendelinggenootschap, J.H. Neumann (1910 : 1 - 18) memandang guru

sebagai suatu â €œkumpulan informasiâ €�, ahli sejarah, ahli penyembuhan,ahli theologi, ahli ekonomi dan juga merupakan suatu â €œensiklopediâ €�yang mengembara di tengah-tengah masyarakat. Dialah yang telahmengumpulkan, mendaftar dan memakai sebagian besar pengetahuan-pengetahuan yang ada dalam masyarakat. Untuk melakukan suatu upacaradengan baik, guru harus mengikuti aturan-aturan tertentu, suatu hal yangmemperlihatkan bahwa kemampuannya memang banyak. Dia harusmengetahui cerita yang menjelaskan asal upacara itu yang sering berkaitandengan asal mula dunia. Dia harus mengetahui tumbuh- tumbuhan manayang diperlukan untuk melaksanakan suatu upacara dan dia harusmengetahui tindakan-tindakan dan mantera-mantera yang perlu dijelaskan

kepada peserta-peserta lainnya. Guru adalah juga pemellihara ceritera-ceritera lama, tradisi-tradisi dan mitos-mitos yang merupakan harta karunsastera Batak (lihat dalamGinting 1986:121-122). Seperti yang dituturkanoleh seorang guru perban pangir di Desa Kidupen (lokasi penelitian penulis)yang dipanggil â €œPa Jawiâ €�. â €œPa Jawi adalah seorang guru pembuatlangir (berlangir). Pa Jawi harus menentukan berapa jumlah tumbuh-tumbuhan yang harus dipakai sebagai bahan upacara dan juga mantera-mantera yang diucapkan untuk jeniss penyembuhan yan berbeda pula.Untuk membuat pangir seorang pasien yang mendapat mimpi buruk akandikumpulkan bahan-bahan seperti; jeruk empat macam dan setiap macamberjumlah empat buah, daun- daunan tertetnu seperti besi-besi, sangka

sempilet, kalinjuhang dan lain-lain, juga beberapa ruas tumbuh-tumbuhanyang dalam bahasa Karo disebut buku-buku, seperti; ruas tebu, ruas batangbambu, ruas batang jagung dan lain-lain. Dimana pemilihan jenis tumbuhan

Page 94: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 94/152

ini disesuaikan dengan sifat dari tumbuhan itu sendiri yang secara simbolikdikaitkan dengan penyakit yang diderita oleh pasiennya. Sifat tumbuhan itudiharapkan menyatu dengan tubuh pasien dan mencapai kembalikeseimbangannya dan sembuh dari penyakit. Pa Jawi mengatakan bahwa:â €œsi sungkuni kai si akapna kurang ibas dagingna, kadena si mesui, emaka si ban pangirna, si leboh guru si deban si dua lapis perngenin matana,banci idahna ise si reh i jah nari, ras pe ia ngerana, i sungkun kai kin atena,pemindona makana ia engganggui, adi enggo si eteh, maka si ban pangirna,bereken kai si i pindo si reh i jah nari, gelah ia laus, kenca bage e maka sisakit pe malem ka lah ia, malem pinakitâ €�. (â €œ Kita bertanya apa yangdianggap pasien kurang enak di badannya, apa yang sakit, lalu kita buatpangirnya, dan kita panggil guru yang dapat melihat mahluk halus dan yangmampu berkomunikasi dengan mahluk halus itu, ditanya apa kemauannyasehingga ia menganggu si pasien, setelah diketahui lalu dibuatkan pangiruntuk si pasien dan dipenuhi permintaan mahluk halus itu, jika demikian,maka sembuhlah si pasien, penyakitnya sembuhâ €�.) Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa seorang guru harus mampu terlebih dahulu

mendeteksi atau mendiagnosa apa penyebab keadaan sakit atau keadaantidak seimbang dalam diri si individu (pasien). Kemudian tahap berikutnyaPage 8 ï›™2002 digitized by USU digital library 8 menentukan jenis upacarapenyembuhan dan pengobatan; jenis obat dan jenis mantera yangdiperlukan. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan Karo,terdapat beberapa sebutan untuk jenis guru, seperti; guru tua dan guru singuda/ guru sibeluh niktik wari (ahli dalam melihat hari-hari baik denganperhitungan waktu, arah dan tempat), guru nendung (peramal denganbertanya pada roh-roh gaib) disebut juga sebagai guru si erkata kerahung/guru perseka-seka, yaitu seseorang yang memiliki suara siulan di lehersebagai ucapan roh gaib, guru si dua lapis pernin matana (seseorang yang

dapat melihat roh-roh gaib), guru perjinujung (seseorang yang disertai dandibantu oleh roh-roh gaib untuk melaksanakan penyembuhan dan upacara-upacara ritual), guru si baso (seseorang yang dapat berhubungan danmengundang roh-roh gaib untuk memasuki tubuhnya sehingga kesurupandan ahli dalam upacara pemanggilan roh-roh orang yang telah meninggal,dan mengundang roh tersebut untuk memasuki tubuhnya sebagai medium(perantara) untuk berbicara dengan kearabt-kerabat yang masih hidup, guruperseluken (seseorang yang ahli mengundang roh-roh gaib memasuki tubuhorang lain sehingga kemasukan), guru nabas (seorang ahli mantera), gurupermag-mag ( seseorang yang ahli dalam penyampaian doa melaluinyanyian), guru pertapa (pertapa), guru pertawar (penyembuh dengan

ramuan obat-obatan), guru perbegu ganjang (pemelihara roh-roh jahat),guru peraji-aji (ahli guna-guna atau peamu racun), guru baba-baban (ahli jimat isebut juga guru perberkaten), guru si majak panteken (ahli membuatpangir/langir baik sebagai obat penyembuh, penolak bala, atau sebagaitangkal, biasanya guru ini mempunyai apa yang disebut tungkat malaikat)9 . D. Siapa Menjadi Guru Menurut keyakinan orang Karo hanya orang-orangpilihan saja yang dapat menjadi seorang guru. Peran sebagai guru dianggaptelah ditentukan dari sejak lahirnya seseorang dengan memiliki tanda-tandakelahiran tertentu. Bahkan peran sebagai guru telah dianggap dimilikiseseorang sejak dia berada dalam kandungan Ibunya berdasarkan kataDibata si mada tenuang atau kehendak dari Tuhan sang pencipta. Dalam hal

ini, peran sebagai guru sudah merupakan suratan takdir dari Yang MahaKuasa. Pendapat umum termasuk para guru mengatakan bahwa seseorang  jika paroses kelahirannya tidak istimewa, tidak lain dari pada yang lainataupun tidak memiliki ciri fisik tertenu, tidak akan dapat menjadi guru jenisapa pun juga. Mengingat setiap guru harus mempunyai apa yang disebutdengan jenujung (junjungan) yaitu roh gaib pelindung/pnolong, maka orang-orang yang kelahirannya istimewa saja yang dapat mempunyai jenujung.  Jenujung ini diyakini berasal dari benua datas (dunia atas). Junjungan inidianggap memiliki kemampuan gaib yang dapat melindungi para guru danmembantunya dalam praktek-praktek penyembuhan ataupun pengobatan. Junjungan ini diyakini pula dapat melindungi para guru dari niat jahat orang

lain terhadapnya yang hendak mencelakakanya. Beberapa ciri tandakelahiran yang dianggap istimewa seperti; janin yang dililit oleh tali pusar,leher janin terbungkus oleh selaput pembungkus janin, dan lain-lain.

Page 95: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 95/152

Sementara itu, beberapa ciri fisik bawaan dari lahir yang juga dianggapsebagai hal istimewa adalah; jumlah gigi seri yang hanya dua buah, jumlah jari kaki ataupun tangannya lebih banyak dari orang biasa, adanya dagingtumbuh pada 9 Uraian lebih rinci dapat dilihat dalam tulisan Sembiring(1992). Page 9 ï›™2002 digitized by USU digital library 9 daerah tertentu ditubuhnya. Tetapi hal ini tidaklah selalu harus ada pada setiap guru secaramutalak. Keahlian dapat pula dimiliki melalui belajar, bertapa, keturunan,atau atas kehendak roh-roh gaib melalui peristiwa mimpi, didatangi roahgaib keramat dengan jalan kesurupan, tiba-tiba lehernya mengeluarkansuara siulan yang berdesis, atau terlebih dahulu menderita suatu penyakityang disebabkan ole roh-roh gaib, lalu setelah sembuh diadakan suatuupacara untuk meresmikan rih gaib keramast tersebut menjdi jenujungnya(junjungan). Setelah peresmian menjadi junjungan ini, maka seseorangsudah menjadi guru dan dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakitataupun mampu mengundfang roh-roh gaib lainnya. Seeorang dapat pulamenolak menjadi guru walaupun dia bermimpi didatangi roh-roh gaib yangmeyuruhnya menjadi seorang guru. Penolakan ini juga harus dilakukan

melalui suatu upacara ritual, sama halnya dengan penerimaan menjadi guruyang juga harus dilakukan melalui suatu ritual yang disebut petampeken jenujung. Ritual petampeken jenujung atau penolakan jenujung ini dapatdilakukan oleh jenis guru yang disebut dengan guru si baso. Guru si baso inicenderung terdiri dari kaum wanita 10 . E. Penutup Berdasarkan deskripsiyang telah dipaparkan dalam tulisan ini, pembaca dapat memperolehpemahaman yang lebih luas mengenai keragaman budaya dan praktek-praktek upacara ritual atau ritus-ritus tradisional dari kebudayaan Karo.Beberapa dari upacara-upacara ritual ini masih ditemukan tetapdilaksanakan di beberapa desa di wilayah Karo, terutama dengan tujuanuntuk penyembuhan beberapa penyakit demi mencapai keseimbangan

dalam diri individu yang disebut dengan keadaan sehat. Upacara-upacararitual tersebut ada yang bersifat individual dan ada juga yang bersifatkomunal yang meliputi kepentingan suatu penduduk desa. Untuk tujuankomunal, ritual itu cenderung dimaksudkan untuk mencegah malapetakadalam tingkat desa, atau untuk keselamatan penduduk desa dari suatuancaman keselamatan atau bencana alam. Tulisan ini juga memberikansuatu cakrawala baru bagi pembaca untuk pencerahan pemikiran bahwapengertian kata begu yang dimaksud oleh orang Karo tidaklah berkonotasinegatif untuk menyebutkan setan atau roh jahat. Pengertian konsep beguyang dimaksud adalah roh-roh (arwah) para leluhur atau keluarga yang telahmeninggal dunia. Untuk menyebut roh-roh jahat yang dapat membuat

malapetaka bagi manusia disebut orang Karo dengan sebutan setan. Dalampenyebutan sehari-hari dikenal beberapa jenis setan (roh jahat), seperti;setan begu ganjang, setan naga lumayang, setan begu sidang bela. Sebutanbegu tetap disertakan karena kata itu menunjukkan sesuatu yang dimaksudsebagai mahluk halus yang tidak dapat diempiriskan secara indrawi biasaatau melalui pengelihatan dengan mata telanjang. Penulis berharap kiranyakarya tulis dapat bermanfaat bagi kajian-kajian ritual atau religi untuk lebihmemahami keragaman budya bangsa Indonesia. Satu hal yang perlu penulistekankan adalah dalam mengkaji kebudayaan lain, kita harus membuang jauh-jauh sikap â €˜ethnocentrismeâ €™ yang hanya menganggap bahwa 10Siti Dahsiar (1976) menyebutkan dari hasil penelitiannya di Jepang bahwa

para shaman atau dukun yang mampu bertindak sebagai spirit mediumcenderung sebanyak 99% adalah wanita dan struktur pemanggilan rohdengan jalan kesurupan (â €˜tranceâ €™). Page 10 ï›™2002 digitized by USUdigital library 10 kebudayaan kita selalu lebih baik dari kebudayaan oranglain. Melainkan, kita harus mengembangkan sikap â €˜relativismebudayaâ €™, dimana kita harus melihat bahwa kebudayaan lain itusebagaimana adanya, baik dan berguna terutama bagi pendukungkebudayaan tersebut. ________________ 

Page 96: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 96/152

2 Agama

Aceh telah menganut agama Islam dan jaya pada masa pemerintahan

Iskandar Muda. Demikianlah Islam kemudian timbul di Tanah Karo. Akantetapi ada ketegangan waktu itu yang terjadi antara orang Karo dan Aceh,sehingga Islam kurang mendapatkan perhatian dari orang-orang Karo. Hal inidisebabkan karena orang Karo menganggap Aceh (Islam) sebagai musuh.Permusuhan antara Aceh dan Karo ini bisa kita lihat melalui cerita-ceritaseperti Putri Hijau dan lain-lain.

A. MASUKNYA AGAMA ISLAMSuku Batak Karo termasuk dalam rumpun suku Batak yang mendiami daerahdataran Tinggi Karo(Kab.Karo), Medan, Deli Serdang, Binjai, Langkat,Simalungun, Serdang Bedagai,Dairi, Aceh Tenggara. Umumnya orang

berpandangan bahwa Suku Batak terutama Batak Karo identik denganberagama Kristen, pandangan itu tidak selamanya benar, karena banyaksuku Batak Karo yang beragama Islam, bahkan ada diantaranya menjaditokoh penting di Negara Indonesia lihat saja .MS.Kaban dan Tifatul Sembiringyang berasal dari Suku Batak Karo.Agama Islam dikenal oleh Suku Bangsa Batak Karo melalui persentuhandengan dunia luar terutama dengan Aceh, namuan hal ini menimbukanketegangan dengan masyarakat yang sangat kuat dengan kepercayaantradisonal,juga konflik antara Kerjaan Aru(Putri Hijau) dengan Aceh.Selain itupersentuhan dengan Islam juga terjadi dengan pedagang-pedagang Islamterutama pada masyarakat Karo yang tinggal di daerah dataran rendah (karo

 Jahe).Menurut Baharuddin Pardosi Agama Islam masuk ke tanah Karo padaabad XI namun demkian masih banyak pendapat-pendapat lain tentangkapan masuknya agama Islam di Tanah Karo.B.PENGARUH ISLAM DALAM MASYARAKAT KAROWalaupun agama Islam tidak mendapat pengaruh yang besar seperti agamakristen, namun pengaruh Islam sudah lama dikenal jauh sebelum masuknyaagama Kristen misalnya, dalam pengobatan seorang dukun membacaBismillahhirohmannirohim dalam memulai pengobatan, begitu juga dalammenyembelih ternak seperti ; ayam atau kerbau menurut keterangan orangtua saya ; nenek saya (kakek) selalu membaca Bismillahorohmanirohimpadahal ia sendiri memeliki kepercayaan tradisional.

Dikampung saya Desa Kuta Bangun Kecamatan Tiga Binanga Islam dikenaldari AcehTenggara melalui suku Alas, Gayo yang berdagang kerbau keKabanjahe dan Medan, juga penduduk desa yang pindah ke Aceh Tenggarauntuk membuka areal pertanian . Menurut orang tua saya mereka jugamengenal agama Islam dari masyarakat karo yang telah memeluk agamaIslam di Desa Tiga Beringin. Selain itu para putra daerah yang menuntutpendidikan keluar daerah seperti Rakut Sembiring (1939) , dia merupakanorang pertama yang memeluk Islam, kemudian orang tua saya MayanGinting (1947)., kemudian tahun 1970an beberapa penduduk memelukagama Islam.Walaupun masyarakat karo dalam satu keluarga memilki perbedaan

kepercayaan namun hal itu tidak menimbulkan pertentangan karena ikatankekerabatan dan adat yang kuat dan ini bisa menjadi contoh bagi toleransiberagama di Indonesia.

Kedatangan orang Eropa pertama kali adalah ketika William Marsden yangmelaporkan perjalanannya ke Sumatera tahun 1783. Walaupun ia tidakmengunjungi Tanah Karo, tetapi Marsden telah membuat observasi yangpenting tentang kepercayaan Batak, adat dan tradisi, dan hal-hal yangmenarik di sana.

Masyarakat Karo sebelum kolonial memiliki kebebasan politik dan ekonomi.Masyarakat Karo sebelum kolonial tidak memiliki pemerintahan yangterpusat atau pemerintahan atau sistem daerah, dan Tanah Karo yang

Page 97: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 97/152

terisolasi menyebabkan ketidak-berkembangan ekonomi di sana. Hal inilahyang mendorong orang-orang Karo untuk pergi ke daerah-daerah lain.Orang-orang terpandang yang ada di dalam masyarakat pada waktu itudisebut sebagai pengulu, raja atau guru.

Bagaimanapun juga kehadiran orang Eropa di dalam masyarakat Karo inilahyang pada akhirnya membawa perubahan sistem-sistem pemerintahan,

demokrasi dan lain-lainnya di Tanah Karo, dan inilah yang akhirnyamemperbaharui masyarakat. Pengaruh pietisme Barat, kehadiran parazendeling, memberikan warna baru dalam perkembangan religius di TanahKaro, tetapi bagi mereka yang non-Kristen kadang-kadang kurang bisaterbuka.

Kehadiran misi Protestan dan kolonialisasi di Tanah Karo dimulai ketikaseorang zendeling dari badan NZG dan beberapa orang dari Minahasa padatahun 1890. Setelah melihat situasi yang ada, lalu mereka membuat tempatperhentian di Buluhawar, sebuah kampung yang terdiri dari dua ratus rumahtangga, sekitar lima puluh kilometer sebelah selatan kota Medan. Di sinilahkemudian dibangun sekolah yang pertama, akan tetapi kekristenan belum

diterima oleh orang Karo pada masa itu. Baru ketika H.C. Kruyt digantikanoleh J.K. Wijngaarden yang dipindahkan dari Sawu, Indonesia Timur,melakukan pembaptisan pertama terhadap enam orang Karo pada bulanAgustus 1893. Kemudian kekristenan ini berkembang walaupun menghadapitantangan karena pada waktu itu. Setiap orang Karo yang menjadi Kristenmemiliki dua tantangan, yaitu mengkomunikasikan kepercayaan orangKristen bagi mereka yang masih hidup dalam agama awal dan mengajakorang-orang Karo untuk tidak memandang Kristen itu secara otomatis adalahBelanda Hitam.

Misi Kristen di Tanah Karo tahun 1890-1942 secara signifikan dapat dilihat

melalui komunikasi-komunikasi orang Eropa, melalui misi yangmemperkenalkan teknologi, mempelajari bahasa, dan pendidikan. Semua inimerupakan sumbangan yang berharga dari para misionaris kepada orang-orang Karo. Demikanlah pada akhirnya masyarakat Karo sebagiandipengaruhi oleh kekristenan, ini sangat terlihat dengan bagaimana Zendingmembentuk persekutuan orang muda Karo, kemudian juga mencetak tenagapendeta melalui sekolah-sekolah di Sipoholon, dan membentuk klasis yangpada akhirnya bertumbuh menjadi Sinode. Tahun 1940 setelah lima puluhtahun aktivitas misionaris di Tanah Karo, hanya ada sekitar lima ribu orangKaro yang dibaptis yang dilayani oleh misionaris NZG dan tiga puluh delapanguru evangelis Karo. Perkembangan misi yang lebih sukses terjadi ketika

perang dunia ke II berakhir. Dalam kongres sejarah budaya Karo 1958disimpulkan, ketika misionaris mengakhiri karyanya dan menghasilkanberbagai hal-hal yang berkembang, sedikit banyak telah membuatkeberhasilan bagi orang-orang lokal.

Selain masuknya Protestan di Tanah Karo, Katolik yang masuk ke Tanah Karo juga berkembang. Misi Katolik yang ditujukkan ke daerah Simalungun, Dairiadalah dasar pendekatan yang pada akhirnya menyentuh Tanah Karo. MisiKatolik di Tanah Karo kemudian dihentikan oleh Jepang. Hal ini disebabkankarena hampir semua imam-imam Belanda tidak boleh diizinkan lagimenjalankan pekerjaannya sepanjang revolusi, dan komunitas Katolik Bataksepanjang periode ini sesekali didatangi oleh imam dari Jawa. Dalam periode

ini pengajaran hanya dilakukan pada saat-saat tertentu dilakukan olehseorang imam yang berasal dari Jawa. Baru setelah tahun 1947 dimulailahmisi yang sebenarnya di Tanah Karo.

Dalam perjuangan revolusi untuk kesatuan bangsa dan kebebasan, sepertisebuah pekerjaan yang mendorong partisipasi orang Karo Kristen untuk ikutambil bagian, dengan kesetiaan kepada bangsa yang baru dan untukmewujudnyatakan sebuah bangsa yang ideal. Sepanjang revolusi sosialtahun 1946, sebagian orang Karo Kristen menderita. Pdt. Pasaribu dan GuruAgama Simatupang ditangkap oleh orang lain di Lingga dan dibunuh olehanggota-anggota dari Barisan Harimau Liar, yang sepanjang tahun 1946

melakukan pesta pembantaian di Tanah Karo. Pa Rita Tarigan juga dibunuholeh orang tak dikenal di Kabanjahe karena diduga bersekutu dengan

Page 98: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 98/152

Belanda. Banyak orang Kristen yang lain juga mengalami penderitaankekerasan karena diduga mendukung rezim kolonial.

Ketika tentara Belanda memasuki dataran tinggi Karo pada bulan Juli danAgustus 1947, semasa konflik pertama, pemimpin GBKP menolak untukmengakui kebenaran campur tangan kolonial dan menolak ijin kepadaseorang militer Belanda berkhotbah di GBKP, walaupun ia adalah seorang

mantan misionari dan fasih berbahasa Karo. Ketika sinode membuatkeputusan formal, pemimpin gereja itu dan jemaat-jemaat Kristenmengambil posisi yang pro-republik, berdoa pada hari Minggu untukperjuangan republik, di mana banyak anggota gereja yang juga secara aktif termasuk di dalamnya. Sepertinya, gambaran pro-kolonial gereja menjadiancaman bagi beberapa anggotanya dalam memperjuangkan kebebasanrepublik. Begitulah seterusnya, untuk menjaga keamanannya, maka gerejaturut berperan dalam perjuangan bangsa, sehingga ia tidak dipandangsebagai bagian dari pendukung kolonial.

Masuknya GBKP (sebagai salah satu gereja wilayah) ke dalam struktural,bukan untuk mengusahakan Perda-Perda Kristiani, tapi untuk mengusahakanmasyarakat yang berlandaskan kebenaran dan keadilan.

Sungguh tantangan yang sangat menarik untuk didiskusikan. GBKP dituntutmenjadi saksi, menjadi garam dan terang, bagi Pemda Kabupaten Karo (lebih jauh lagi, PGI dengan Pemerintah Indonesia). Caranya ? Jelas harus adanyakesinambungan komunikasi yang baik dan sejajar. Satu-satunya cara, GBKPharus masuk ke dalam struktural sistem politik Indonesia. Tapi bagaimana ?Mungkin hanya Tuhan yang tahu.

GBKP Dan Politik 

Filed under: Seminar — mamatepu at 7:38 pm on Thursday, December 18,2008

PENDAHULUAN

Masalah mendasar hubungan GBKP dan pemerintah saat ini adalah tidakadanya komunikasi. Baik dalam pembangunan fisik dan moral masyarakat.Belajar dari sejarah bahwa Gereja dan Pemerintah selalu merasa lebihberkepentingan untuk di dengar. Ada kalanya, Gereja merasa di atasPemerintah dan juga sebaliknya, Pemerintah merasa Gereja berada dalamkekuasaannya (Band. Tugas dan panggilan Jemaah terhadap lingkungannya,Hasil-hasil KGM mengenai hukum dan politik, hal. 150).

Dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat, terasa adanyakebingungan sebagian warga jemaat dalam menampakkan hidup kristianitapi juga harus memelihara berbagai norma pemerintah. Di berbagai tempatada kecenderungan perasaan saling curiga, antara pejabat gerejawi denganpemerintahan setempat. Selain itu di beberapa tempat, masih ada MajelisGereja yang berorientasi pada pembangunan, merasakan sangat kurangdana yang diperuntukkan kegiatan pembinaan, sementara sumber danakemasyarakatan dari pemerintah tidak bisa disentuh sama sekali (Band.Pernyataan Keputusan Rapat Kerja PGI Sumut, Medan 3-8 Juli 2007).

Disharmoni tersebut, bukan timbul dengan sendirinya, namun karena Gereja

dan Pemerintah seperti bekerja di dua aspek yang sepertinya sama, namuntidak sejalan beriringan. Bersama bekerja bukan bekerja sama.

GBKP DAN PEMERINTAH

Dalam sejarahnya, GBKP sebagai salah satu perintis pembangunan TanahKaro, cukup banyak menyumbang modernisasi bagi masyarakat. Pendirian-pendirian lembaga pendidikan (Sekolah-sekolah), lembaga kesehatan(Rumah sakit dan balai pengobatan), lembaga kemasyarakatan (sistemkoperasi dan perekonomian), komunikasi dan transportasi (pasar,perhubungan jalan darat) dan pertanian dan lain-lain adalah sebagian contohsaja. Namun GBKP, yang hanya sebagai salah satu motor penggerakdinamika masyarakat, tidak dapat bergerak sendirian. Di dalamnya, GBKPmasih harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga lainnya, seperti Gerejalainnya, Umat beragama lain dan terutama pemerintah.

Page 99: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 99/152

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sendiri berkembang dari ajaran Calvinisyang menganut presbiterial sinodal. Artinya dalam menentukan arah gerejadiputuskan oleh suara jemaat melalui sidang-sidang. Sistem ini diadopsilangsung dari pemikiran John Calvin, melalui buku Institutio yang ditulissemasa reformasi gereja di Eropa. Untuk melayani para pedagang danpelayar Eropa pada abad XVII, gereja-gereja di Belanda mengirim pendeta keAsia terutama di daerah-daerah koloni. Kemudian berkembang untukmenjangkau kaum turunan Belanda dan pribumi, serta akhirnya melahirkangereja-gereja lokal (Lihat Ragi Cerita I, Orang Barat datang ke Indonesia).

Masuk akal pada masa itu, untuk menginjili masyarakat lokal mereka harusterlebih dahulu mempelajari bahasa dan budaya lokal. Seperti halnyadilakukan H.C. Kruyt yang datang ke dataran tinggi Karo tahun 1890. Halyang sama dilakukan kolega-koleganya dari Netherlands ZendelingGeenoschap di Tanah Karo, seperti: M. Joustra, J.K. Wijngaarden, J.H.Neumann, E.J van den Berg, dan seterusnya. Mereka mempelajari budayalokal, yaitu budaya Karo. Cara itu merupakan metode yang kontekstual padasaat itu, supaya mereka dapat ber-PI. Sekalipun demikian lebih dua tahun

kemudian baru ada 6 orang Karo yang menjadi Kristen. (Lihat Bunga RampaiSejarah GBKP I, Dekade perintisan hingga pembinaan)

Artinya, GBKP pada awalnya sungguh-sungguh berorientasi padapembangunan modernisasi masyarakat luas. Untuk saat ini, program-program GBKP, lebih banyak berorientasi pada Pembinaan Jemaatnya. GBKPsudah kurang mencermati pembangunan pendidikan (ada beberapaprogram, tapi belum menyentuh pendidikan dasar masyarakat), kesehatan(sering juga diperbincangkan belakangan ini, tapi hanya mengulang-ulangprogram dulu) dan yang terutama pertanian (masih dalam wacana diskusi,hingga akhir 2008 ini, belum menyentuh hakikat pertanian itu sendiri). Halini dapat dimaklumi, sebab banyaknya pemikir (konseptor) yang tidakditindaklanjuti, kurangnya dana (???) dan kurangnya ahli yangberpengalaman dalam pelayanan (tulus) serupa ini.

Pemerintah di lain sisi, dengan perkembangan terbaru akibat terjadinyareformasi di segala sisi, masih mencari bentuknya sendiri. Pemerintahanmencari-cari dan berusaha menyesuaikan diri dengan sistemnya yangsebagian besar baru (Lihat E. G. Singgih, Iman & Politik dalam era reformasi,Pemberdayaan wacana generasi muda Kristen guna meningkatkanpelayanan masyarakat dalam era reformasi di Indonesia, hal 41-42).

  Jadi, GBKP lebih memikirkan perkembangan jemaatnya, dan pemerintahmasih menyesuaikan diri dengan sistem yang baru. Masyarakat luas hanya

bisa menunggu.BEBERAPA KENDALA

Ada pendapat umum mengatakan bahwa yang terpilih menjadi pendetamerupakan “ping-pingna” atau menjadi pendeta merupakan pilihan terakhir.Dalam pengamatan penulis, sejak dulu, jabatan pendeta memang kurangmenarik bagi jemaat GBKP. Semua merasakan profesi pendeta yang mulia.  Tapi berapa banyak yang anaknya sungguh-sungguh diarahkan menjadipendeta ? Akibatnya, SDM dalam GBKP bukan nomor 2, tapi tidak optimal,apalagi maksimal. Sudah saatnya diberi penekanan pada “serviceintelligence quality”. Seumpama sebuah partai/golongan, untuk menarik

peminat, diperlukan program-program partai yang menyentuh kebutuhanmasyarakat, figur-figur partai yang berkharisma dan mampu memberikansolusi di masa sulit. Bila tidak, Partai ini akan ditinggalkan pendukungnyayang kebanyakan orang Karo.

Seorang Pendeta, tidak hanya mampu berbicara mengenai Kerajaan Surgadan keselamatan, tapi juga mengenai krisis ekonomi danpenanggulangannya. Tidak hanya mampu berbicara mengenai dosa dankematian, tapi juga mengenai hukum pidana dan perdata. Tidak hanyamampu berbicara mengenai baptisan dan Roh kudus, tapi juga mengenaiwabah Jeruk, pupuk Kol dan sistem finansial keluarga yang baik. Dan tidakhanya mampu berbicara mengenai kolekte dan berkat, tapi juga mengenaipeluang-peluang tenaga kerja yang menguntungkan. GBKP perlu

Page 100: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 100/152

menyekolahkan pendetanya yang mampu dan berkualitas, ke bidang-bidanghukum, pertanian, ekonomi, teknik dan lain-lainnya.

Itu satu pemikiran yang baik. Namun, untuk sekarang ini, pemikiran tersebutmasih merupakan angan-angan Pa Cendol menunggu hujan reda. Jadibagaimana ? Sambil tetap mengusahakan hal tersebut di atas, GBKP perlubekerja sama dengan motor penggerak lainnya, dalam hal ini Pemerintah.

 Tidak sedikit peluang pembangunan masyarakat, yang dimiliki kedua motortersebut, antara lain, Pemerintah memiliki APBD dan staf ahlinya, GBKPmemiliki masyarakat dan penggeraknya (Pendeta). Pemerintah memilikiDana Bantuan Pembangunan dan aparat hukumnya, GBKP memiliki ruanggerak dan ruang wilayah. Mengapa tidak disatukan ?

Momentum ini, GBKP masih memiliki masyarakat dan Pemerintah memilikiSumber Daya, yang dijadikan satu kekuatan, hanya dapat dijalankan jika,dan hanya jika, di antara keduanya Pemerintah dan Pendeta memilikikomunikasi yang baik. Artinya, GBKP (Moderamen, Klasis dan Runggun)memiliki hubungan yang berstruktur dengan Pemerintah (Baik PemDa Kab,Camat dan Kepala Kampung/Desa). Ideal ya ? Anggota Moderamen menjadi

Ketua DPRD (Why not ?). Setara dan saling membangun. Hanya saja, rentan juga terjadi kolusi di dalamnya. Tapi itulah yang perlu diusahakan, GBKPmengarahkan kependidikan kependetaannya memiliki intelektual setinggilangit dan motivasi pelayanan sedalam lautan. Penulis teringat kata-kata Yesus,

Matius 10:16, Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengahserigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus sepertimerpati.

 Tidak berhenti di situ, tapi lihat ayat selanjutnya,

Matius 10:17, Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yangakan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akanmenyesah kamu di rumah ibadatnya.Matius 10:18, Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagiorang-orang yang tidak mengenal Allah.

  Jadi, di dalamnya ada misi : “menjadi kesaksian”. Bukan untukmengusahakan kolusi.

BAB IV

WARI-WARI KARO

GUNA WARI SI 30

1. ADITIA :Wari Medalit, wari mehuli, metenget kerna erkaipe, mehuli menai pendahin.

2. SUMA :Wari piangko, wari sidua nahe, wari kurang ulina, adi motong manuklantabeh adi lit kematen ibas wari e, perlu ibahan ngarkari.

3. NGGARA :

Page 101: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 101/152

Wari Melas (wari merawa), wari erperang, sinerang menang, sitandangi latahan, mehuli erbahan tambar, ngarkari, ngulak, erburu, ngerabi juma,metenget api.

4. BUDAHA :Wari si empat nahe, wari page mbuah, mehuli nuan-nuan, mehuli erbahankerja. La mehuli erdaya si empat nahe, mena nuan, mena mutik, muat pageku keben.

5. BERASPATI :Wari medalit, wari mehuli, metenget kerna kai pe, kerja simehuli mehulikrina, mulai erbinaga, ndarami dahin, majek rumah, mengket rumah, mukausaha, ergendang.

6.CUKERA 6 BERNGI:Wari pembukui, wari salang sai, mehuli berkat erlajang, ndarami pendahin,kerja erkata gendang mehuli, mulai erbinaga, mengket rumah, ndahi

simbelin, ngelamar.7. BELAH NAIK:Wari pengguntur, wari Raja, wari erdaulat, mehuli erbahan kerja mbelin(gendang), mehuli njumpai simbelin, ngelamar kerja, muka usaha, mulainanggerken gula, erpangir enggo seh sura-sura, berkat erdahin ndauh,kerina kerja-kerja mehuli.

8.ADITIA NAIK:Wari mehuli, kerja-kerja kitik tah mbelin kerina mehuli, wari salang sai, mulaiwari-wari e arih-arih kerina tembe, mehuli mengket rumah mbaru, nampeken

tulan-tulan, merenaken man orang tua, ngosei orang tua, erbahan tambat,ngelegi pengambat.

9.SUMANA SIWAH :Wari kurang ulina, dahin kai saja pe perlu metenget, wari pinangko, kerja-kerja banci ibahan, simehuli erburu, ngawil, niding, jaga pintun rumah.

10.NGGARA SEPULUH :Wari melas, wari merawa, murah rubat, murah mambur dareh, awas api,mehuli erbahan tambar, ngarkari, erpangir silamsam, ngalakken pinakit,nampeken tulan-tulan, kalak sireh mehuli, kalak simantandangen latahan,

nerang menang, ertahan talu.

11. BUDAHA NGADEP:Wari salangsai, kerina mehuli erbahan kerja mbelin ras kitik, erkatagendang, guro-guro aron, kerja mbelin, erpangir kulau, nampeken rejeki,panggil semangat, ertoto man Dibata, mere babah, nampeken upah tendi,mola-mola, mere babah.

12. BERAS PATI TANGKEP :Wari mehuli, mulai erpangir kulau, erpangir nguras, mere penjaga

rumah/pagar jabu, mereken upah tendi, ndilo tendi, nampeken tendi, penaikerjeki, nuan galuh lape-lape tendi, erpangir nguras, mengket rumah, ndahikalinbubu, kerja mbelin.

13. CUKARA DUDU CUKERA LAU:Wari erpangir kulau, buang sial, buang kengalen, nampaiken rejeki,ertambul, engkicik tendi, erjinujung erpangir kulau, erbahan tambar,erpangir enggo seh sura-sura, mola-moal begu jabu, mulai erbinaga, mulaikujuma, nungkuni.

14. BELAH PURNAMA RAYA:

Wari raja, rayat erkerja banci latahan, wari kerja kalk erjabatan, gurupenggual, pandai, tukang, raja, kalak bayak rsd.Kerja- kerja mbelin, kerjatahun, muncang kuta, guro-guro aron, rerpangir nguras, mereken nakan man

Page 102: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 102/152

orang tua, ngelegi besi mersik man kalimbubu, caburken bulung, mindopengambat, tupuk.

15. TULA :Wari sial, mekisat kalak erbahan kerja ibas wari tula, adi lit anak tubuh bancinunda kubapana ras nandena, emak ibahan kalak ibahbahi alu bulungsimalem-malem, kerja simehuli nuan tualah, ngerabi juma.

16. SUMA CEPIK:Wari kurang mehulina, adi lit urak bilangen ibas wari e ibahan bulungsimalem-malem, kerja simehuli, niding, ngawil, erburu, ngerabi juma, ndurui.

17. NGGARA ENGGO TULA:Wari merawa, wari melas, awas api, mekisat kalak mambur dareh, metengetngerana man ise pe, simehuli erbahan tambar, ngulaken pinakit, ngarkarinipi gulut/selamsam, wari perperangen, sinerang menang, ertahan talu,kekurangen..

18. BUDAHA GOK:Wari page mbuah, mulai nuan, mulai mutik, mulai muat page kukeben,kerina nuan-nuan kujuma,mehuli nukur asuhen siempat nahe, erdaya kurangulina, kerja-kerja pe mehuli.

19. BERAS PATI SEPULUH SIWAH (19):Mulai menaken dahin, ngerabi, mulai aron kujuma, erbahan lipo manuk,pesikap parik, pesikap tapak rumah.

20. CUKERA SIDUA PULUH :

Mehuli erbahan tambar, erpangir kulau, erpangir silamsam, buang kengalen,ndilo tendi, nampeken/ngurkuri tulan-tulan simate, berkat lajang, ndaramidahin perkuta-kutaken, ngeranaken kai pe muat simehuli.

21.BELAH TURUN :Mehuli erbahan tambar, buang sial kulau malir, erpangir silamsam, ngekawil,niding, ngaci, ngerabi juma,wari pesalangken.22.ADITIA TURUN :Mehuli erbahan tangkal pinakit,tambar-tambar penjaga diri, ngulakkenpinakit, erbahan sambar/pengganti diri, erbahan tawar.

23. SUMANA MATE :Wari munuh, mehuli munuhi tambar, metenget rubati murah sipaten,ndungiperarihen, ndungi tambar, ngulakken pinakit, eburu kekurangen ngkawil,ngaci.

24. NGGARA SIMBELIN :Mehuli erbahan tambar, buang sial, erpangir pinakit erden-den, ndaramiipemeteh, erbahan tangkal penjaga badan, tangkal juma, erperang, warimelas, wari merawa, erburu kekurangen, kulawit muat binurung.

25. BUDAHA MEDEM :Wari simalem-malem, mehuli erbahan runggun, lamurah pesimbak sora,berkat erlajang, erdalan ndauh, kekurangen lit siman buaten, mere page,mutik page menaken ranan/nungkuni ngena ate, maba nangkih diberu ,erbahn tambar.

26. BERAS PATI MEDEM :Wari damai, mehuli osei man orangtua, mereken nakan, mereken ciken,ngaluni/nambari pinakit mulajadi, nungkuni anak kalimbubu, nukur barangrsd.

27. CUKERA MATE :Mehuli kerja ngulaken pinakit, munuhi tambar, ngerabi kujuma, buang sial,lamehuli pajentik ras anak/ndehara, lamehuli lawes la erturin/la ertujun, wari

Page 103: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 103/152

e ngerim-rim setan, perlu metenget, labanci rubat.

28. MATE BULAN :Wari bicuk, kurang ulina erbahan kerja-kerja, jandi pe murah mobar, murahla siteken, kurang ulina berkat adi la pentingkal, kecuali terpaksa kal,erdahin banci,erbahan sapo, erbahan pengkalaki, erbhan lumbung wili,niding, erbahan kerja saber lebe.

29. DALAN BULAN:Endek-endek bulan, sabar lebe erbahan kerja-kerja, terlebih kerja erpudun,dahin-dahin biasa saja mehuli, erbahan tambar pe kisat kalak.

30. SAMISARA :Wari pendungi, mehuli nutup kerja, ndungi runggun, numbuki gegeh aron,mulung tambar, nutup pertambaran/pertapaan, numbuki pola, waripesalangken, mekisat kalak erbahan kerja-kerja simehuli.

Menurut kata orang tua siadi, adi tengteng warina, cocok ketikana, nitik warisi 30 lameleset, ketika sipinang rambai, ras menurut Pustaka Najati, adi tik-tik wari eteh kapal tombang itengah laut. Adi lit kalak lawes i rumah nari,eteh kuja per lawesna, adi nambari eteh gerek-gerekenna, banci lampasmalem tah lang, banci malem tah lang.

KETIKA

ketiken kalak KaroIbas nini-nininta nari, sinoria pe enggo meteh ketika, ras guna-guna wariKaro. Sope denga reh bangsa sideban, kalak Karo nggo lit ngiani Taneh Karo.Menurut bangsa Belanda, tahun 1200 kalak Karo enggo ngiani Taneh Karo.Menurut sinoria, adi ia berkat kujapa pe nehen lebe warina, nehen ketikanakai pe lalit alangen nina wari-wari emaka berkat.

Ibas kalak Karo enda, lit ketika nininta nai tehna nge ngenehen bintang I

langit, bintang merdang, bintang nuan, bintang sayep rsd. Ibas se e kerinapang ia I uji. Banci datca bunin-bunin. Tehna anak-anak sape tubuh dilaki tahdiberu. Beluh ia ndarami kalak lawes, bancipe idilona anem ijapape kalklawes e, mesti mulih ku rumah.

Page 104: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 104/152

BAB V

TAMBAR-TAMBAR KARO

 Tambar-tambar Karo ndauh sope reh penjajah Belanda enggo lit. Tambar-tambar enda asalna erbage-bage sumber.Adi sinehen sumber-sumbertambar Karo enda, situhuna piga-piga kita kalak Karo lit hubungenna rasDibata secara langsung. Lit ka perantara keramat-keramat, Lit ka perantaranabi-nabi rsd. Enda pertanda kalak Karo labo lebih kitik asa suku-sukusideban. Kalak Karo melala kelebihenna, melala ilmu-ilmuna, pemetehna,cara-carana, ras akalna.

Lit nge tambar-tambar Karo reh sendiri ibas Dibata nari. Ia reh arah ilham,reh arah nipi, em isuratken ibas lak-lak kayu, gelarna PUSTAKA. Pustaka lak-

lak kayu enda mbue erbagena. Asa paksa sigenduari pe lit denga. Pustakalak-lak kayu e ibas piga-piga kalak Karo si terkenal em Pustaka NAJATI.Pustaka NAJATI enda seh kal jilena, mehulika. Tik-tik pustaka e, ietehtombang kapal ilawit. Arah pustaka enda melala erlajar guru-guru kalakKaro. Tuhu kata pustaka e, maka melala ipake kalak sebab seh jilena.

Isi Pustaka Najati e lengkap emkap :

1. Sungkun berita.2. Tambar-tambar.3. Mang-mang.

4. Niktik wari desa si waluh.5. Guna wari Karo.6. Ngenehen nasib rasa tuah rejeki, baban nggeluh rsd.

Pustaka Najati Ibaba Belanda ku Megerina.

Asum Belanda I taneh Karo njajah, ipepulungna kerina kalak sipintar, guru-guru, sibayak-sibayak, penghulu rsd. Ipindo Belanda buku pustaka e, ninamari ku cetak alu mehuli gelah mejile. Pustaka jali enggo negeri Belandagantina alu Pustaka Sibadia. Genduari Pustaka Najati I negeri Belanda.

Sumber Tambar-tambar Karo.Arah nini-nini nari.Arah buku pustaka lak-lak kayuArah nipi.Arah ilham, orang halus, keramat, jinujung, begu jabu, nini pagar rsd.Lit arah suku ras bangsa sideban, misalna arah agama Islam, arah suku Toba, arah suku Cina, suku India atau agama Hindu.Ras sumber-sumber sideban.Melala kalak sakit totoken man begu jabu, mis malem. Deba begu jabungataken tambarna ipepulung, tambarken, pinaket e.

Guna Tambar-tambar Karo.Suku Karo itandai kalak ras bangsa luas em salah sada alu tambar Karo. Tambar Karo em sada masuk budaya sibanci ngangkat suku ras gelar Karoku permukaan.Guru Patimpus Sembiring Pelawi em pendiri kota Medan, nambar-nambarpinakit mesinting melala pinakit madan. Guru Patimpus simeteh tambar. Timpusna tambar-tambar piah ia pe igelari guru Patimpus.

Pinakit Sitambari Kalak Karo.

1.Patah tulang, pertawar penggel.2.Tambar batu karang.3.Tawar sembelit.

Page 105: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 105/152

4.Tambar pinakit mulajadi.5.Tambar aji (kelangker).6.Tambar pustab, (Rematik)7.Tambar beltek (maagh)8.Tambar sakit gula.9.Tambar pusuhen (sakit jantung).10.Tambar-tambar sideban.Pinakit kai pe banci iperiksa ras itambari ibas Karo nari.

 Tengguli ras Dadih.Adi ia kin guru penawar, ia arus suci jiwana, suci ukurna bersih, perbahennabersih, ibas tanna sikawes dadih. Jarina, lambarna e campur dadih, entebumelam kerina simehuli. Enda maka enggo tambar ngenca ibaba gurupenawar e, labanci ibaba tawar ras bisa merawa Dibata.

Guru Belin.Adi guru belin lit isina, em tanggapan kalak sinoria, ibas kata-katana nina :

Lit bisa, Lit nge tawar. Ibas guru belin e, lit kai pe, lit bisa-bisa, lit pupuktawar, lit tongkat malaikat, tongkat penalian, lit sikat, lit sarana, litpengentasan, lit dewal-dewal, lit begu-beguna, lit buku lak-lak kayu(pustaka). Beluh ia ngarkari, beluh ngulak, beluh ia ersilihi, beluh ia erbahantawar, tapi beluh ka ia nasak bisa-bisa, nasak racun, nasak ipuh, nasaksibiangsa, nasak pupuk sangga bunuh.

 Tehna gelar bulung-bulung tawar, tehna gelar bulung-bulung si erbisa, litibas ia tawar ras bisa.Guru belin enda genduari lanai mehuli, adi ipakaina kintawar ras bisa. Genduari guru sibagenda lanai zamanna. Enda sinai ngencalako.

Guru Penawar.Mesera muat guru penawar ibabo doni enda. Sebab guru penawar, em kalaksi enggo ipilih Dibata. Ia dahinna bagi Nabi ras Rasul.Ibas ia lit erbagai-bagaitawar. Guru Penawar la perlu ngarak-ngarak harta doni. Ia enggo lit suratentubuhna, ia i doni enda nampati manusia sisakit, siausah, simesera, simesuitah kalak suin.

Erbagai-bagai Guru.Guru lit erbagai-bagai, lit guru Namura, lit guru Belin lit guru Penawar, litGuru Pengarkari, lit Guru Ngulak, Guru Ersilihi, Guru Singoge wari si telu

puluh (30), Guru Siniktik Wari, Guru Sungkun Berita, Guru Pedewal-dewal,Guru dua lapis pengenen matana, guru lit penggejapenna, guru singogegerek-gereken, lit guru simeteh benda-benda sakti, umpana batu cincin,piso, tongkat malaikat. Tongkat penaluan cincin siadi, benda-benda gaib,rsd. Lit guru sibaso, dahinna perumah begu, kikuta kalak. Kerina guru endatermasuk sierjabat-jabaten.

Pemeteh guru e lit dalanna erbage-bage em kap :

1. Arah iguruken:2. Keturunen nini-nini nari:

3. Arah nipi:4. Ilham:5. Ibas keramat nari :6. rsd.

Suraten tubuh/Padan sindube.Melala guru labo sura-surana jadi guru, tapi ia sakit, ertambar ku dokter lamalem-malem. Enggo puas ertambar la malem pinakit. Duit enggo keri,harta lanai lit, kade-kade enggo bosan, lanai diate kalak adi ndekahsasakit.Turah nipina, reh penggejapenna, begina sora, bengket kupusuhna.Buat bulung besi-besi sangke sempilet, bulung lelesi, laklak ndarasi, kerin

renjom, launa inem, ibahanna bage, mis tergejap, malem pinakitna.Ngenehen kelek pinakitna, nungkun kalak ija ia ertambar. Katakenna arahnipi, begina sora ibahanna tambarna, malem kerina pinakitna. Dungna ia

Page 106: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 106/152

nambari kalak piah pe jadi guru penawar. Endam adi enggo suraten tubuh.

Beda Tabib ras Dukun.

Pendapat sienterem, tabib ras dukun seri.Lain tabib, lain dukun. (Gurupenawar) :

 Tabib nambari pakai pulungen (ramuan).Lit ibahanna tambar guna kalak sakit spesial sada kalak. Lit ka ibahannatambar banci guna sienterem (obat jadi) siap pakai. Tabib membuat pil (kuning) jamu (tawar) minyak urat, minyak gelanggang,dll. Tabib banci mbuka Balai Pengobatan (rumah obat) jadi gorosen tambar. Tabib em guru Dokter, makai pulung-pulungen, gelar bulung-bulung ras urat-urat, ras erbagai pulungen bagepe untuk tambar, beluh ia. Tabib (guru penawar) sini andalkenna em gegeh ramuan tambar-tambar e,guna pepalemken pinakit.

 Tabib (guru penawar) ipelajarina ilmu anatomi. Ilmu tulang-tulang, urat,dalim dareh. Perkesah timbarna.Lit ka ia tabib, ia ka dukun. Dwi fungsi ia nambari.

Pengertian dukun ialah:

Sini ikataken dukun em kap kalak si lit pemetehna nambari tah pe litkelebihenna asa kalak biasa.Dukun em guru sierpemeteh ningen ia banci nambari erbagai-bagai pinakitalu singkibul rimi mungkur, tah pe alu sembur belo saja.Dukun banci nambari secara gaib, kalak sakit ipen, karat lipan, nambari

kalak sakit banci jarak jauh.Tapi erbahan kalak sakit pe beloh ka.Dukun melala nabas tah kataken tabas-tabas.Beluhka ia erbahan ajimat, tangkal, janah tehna barang-barang siertuah,beluh ia ngenen retak tubuh, nasib, tuah, rejeki, kai dirulahi adi lit kinpinakit.Dukun seri ras guru timur, tehna Yesus tubuh.Dukun menguasai pawang perkara pawang, misalna, pawang beraga,pawang lebas, nipe, arimo, gajah, pawang udan rsd.

 TABAS-TABAS

 Tabas-tabas ibas kalak Karo melala sumberna emekap: Islam nari, Cina nari,India nari, ras sidebanna. Bismillah Islam nari, Hong nina mirip bahasa Cina,ras sidebanna.

Sini tambari Karo malem, emekap:Sakit batu karang.;Sakit beltek (magg);Sakit mulajadi (sawan);Alum-alum (kanker ganas); Tumor/bareh ;

Sakit gadam ; Tawar gadam ;Sakit syaraf (gila) ;Kena setan-setan ;Luka bakar/kena api ;Luka kena piso ;Gigit ular berbisa ;

 TERAKA Teraka (tato) adalah suatu seni untuk merajah diri dengan gambar-gambaryang kita sukai. Gambar atau rajahan yang terjadi meresap kedalam kulit,

tidak luntur dan sukar untuk dihilangkan. Teraka (Tato) sudah mempunyaisejarah amat panjang, sebab 2000 tahun sebelum masehi seni merajah diriini sudah dikenal.

Page 107: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 107/152

 Tato berasal dari bahasa Tahiti, yaitu: Tatu, yang diketemukan olehekspedisi James Cook pada tahun 1969. Pada waktu itu sudah ada kebiasaanmerajah diri pada masyarakat polinesia. Pada masyarakat Indonesia, Tato inisudah lama pula dikenal, seperti kebiasaan yang terdapat pada masyarakatMentawai di Sumatera dan Dayak Kalimantan. Di kalangan masyarakat Karo juga terdapat kebiasaan merajah diri ini, terutama pada kam wanitanya.

Pembuatan teraka (Tato) pada suku ini berhubungan dengan religi setempat.Ada kepercayaan bahwa wanita yang sedang hamil, atau sedang, atau barumelahirkan, mudah sekali di serang oleh setan yang disebut dengan “SedangBela”. Apabila seseorang diserang Sedang Bela, maka ia akan semaput,kemudian meninggal atau gila.

Untuk menghindari serangan Sedang Bela ini, maka dibuatlah penangkalnyayaitu teraka (rajahan) tertentu pada diri orang tersebut. Gambar itu sudahtertentu, yang dikenal dengan nama : Teraka Sipitu-pitu.

 TUJUAN MEMBUAT TERAKA (TATO)

Adapun tujuan dari pembuatan teraka (rajah) ini, seperti dikatakan oleh: dr.IGusti Putu Panteri, Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa UNUD (kompas 25-7-1983), sebagai berikut:Untuk mendapat kekuatan magis ;Memperindah diri ;Menarik lawan jenis ;

Mengobati /menyembuhkan penyakit tertentu.

Adapun pemakaian teraka pada suku Karo berhubungan dengan masalahreligi (kepercayaan), karena teraka itu diyakini dapat menolak ataumenangkal serangan. Sedang Bela atau setan, pada saat –saat sedangmelampaui masa-masa kritis.Seperti telah diuraika, bahwa orang yangmudah diserang Sedang Bela ini, adalah perempuan yang sedang hamil,perempuan yang sedang melahirkan, perempuan yang baru melahirkan, dananak yang baru lahir.

Sedang Bela mahluk halus yang selalu berpindah-pindah tempatnya, untukmengintai korbannya. Demikianlah Sedang Bela bertempat tinggal di hilirpemandian (jahen tapin), simpangan jalan (serpang), dapur (dapur) danmenyembul pada kirai tempat tidur (menggep-menggep bas kire-kire).

Adapun cara Sedang Bela ini menyerang manusia, dapat melalui beberapacara; antara lain: karena terkejut (sengget), melihat (pengidah) melalui matadan kemungkinan mati, kalau tidak diobati.

Pembuatan teraka

Pembuatan teraka pada umumnya diwariskan secara turun temurun, darigenerasi ke generasi berikutnya dikalangan wanita Karo.Teraka ini sudahdibuat pada diri seseorang ketika ia masih gadis.

Untuk membuat terka ini dipergunakanlah : patron, yang dibuat darirumputan; kemudian sebagai alat gambarnya dapat dipergunakan getahlimus atau tahi pantat kuali yang dicampur dengan minyak tanah laluditisukan kedalam kulit.

Page 108: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 108/152

BAB VI

SISTEM PERKAWINAN

PADA MASYARAKAT KAROA. Cara perkawinan1. ExogamiIni dianut oleh marga Ginting, Karo-Karo, dan Tarigan.2. Eleutrogamie TerbatasIni dianut oleh marga Perangin-angin dan Sembiring. Letak keterbatasannyaadalah eleutrogamie itu hanya dapat diadakan diantara sub merga, bukanantara individu di dalam suatu merga trsebut.

B. Jenis-jenis Perkawinan1. Berdasarkan jauh dekatnya hubungan kekeluargaan :a. Erdemu bayu (perkawinan dengan impal);b.Petuturken (perkawinan bukan dengan impal tetapi arus);c. La arus/sumbang (perkawinan yang menurut adat sumbang, sepertimengawini turang impal). Untik itu terlebih dahulu diadakan upacara “Nabei”d.Merkat Sinuan (Mengawini putri Puang Kalimbubu)

2. Berdasarkan Keadaan Sekawinan :1) Mindo nakan (Lakoman kepada isteri saudara ayah);2) Mindo Cina (Lakoman kepada isteri kakek)3) Ciken (Lakoman yang sebelumnya telah diperjanjikan terlebih dahulu,karena si wanita kawin dengan pria yang sudah tua)4) Iyaken (Lakoman kepada suaminya yang masih hidup, ini menurut ceritayang terjadi pada merga sebayang dengan Pincawan dan Merga Kembarenantara Sijagat dengan Penghulu Parti di Gunung Meriah).Ini terjadi karenapenghulu Pincawan dan penghulu parti mempunyai dua orang isteri dansalah satu diantaranya (beru Perangin-angin) tidak mempunyai keturunan,sementara Lambing (Sebayang) dan sijagat Kembaren tidak mempunyaiisteri.

3. Berdasarkan kesungguhan perkawinan :

a. Kawin sesungguhnya ;b.Kawin Cabur Bulong (Tarohken persadaan man);

Page 109: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 109/152

C. Proses perkawinan :1.Karena pacaran (arih simedanan);2.Kehendak orangtua (sungkuni);

D. Nangkih1.Diberu baba nangkih (petuturken)2.Dilaki ku rumah kalimbubu (Erdemu bayu)

E. Maba Belo SelambarAdalah upacara meminang seorang gadis menurut tata cara adat karo,adapun isi runggun pada waktu itu adalah :1. Persentabin (Kampil penjujuri);2. Nungkun kata kalimbubu (acara pinangan), erdalan kampilpengarihi/pengorati;3. Singet-singet Gantang Tumba/Unjuken ;4. Kerna kerja ;5. Sijalapen ;

6. Pedalan pudun dan penindih pudun.F. Nganting Manok.Adapun acara dalam Nganting Manok adalah :1. Pedalin Kampil Penjujuri (persentabin) ;2. Gantang Tumba/Unjuken ;3. Acara Pesta (kerja) ;4. Ose sierjabu, orang tua dan sembuyak;5. Pada waktu makan :a. Erdalan nakan baluten (adat 5 buah) ;b. Erdalan luah cimpa gulame/rires ;

c. Gulen manok i ciperai.6. Sijalapen7. Pedalan pudun.

G. Kerja1. Persiapan Pedalan Emas.- Tanyakan apakah ada perubahan pada Gantang Tumba/Unjuken :- Sijalapen ;- Alat-alat penyerahan uang jujuren (pinggan pasu, Lanam uis arinteneng,amak cur, beras meciho, deraham 2 buah, lada, belo berkis-berkisen, mbako,gamber, kapor) ;

2. Pedalan EmasDahulu yang diserahkan melalui pinggan hanyalah simecur, sementarasisanya diserahkan langsung oleh Anak Beru si empo kepada Anak Beru siNereh. Adapun si mecur terdiri dari :

a. Bena Emas (Erdemu Bayu)/ Batang Unjuken (Petutorken);b. Ulu Emasc. Bere-bered. Perkempun dane. Perbibin

Akan tetapi sekarang penyerahan Gantang Tumba/ Unjuken ini adakalanyasebagai berikut :

Pertamaa. Bena Emas/ Batang Unjuken + 1 buah dirhamb. Ulu Emas + 1 buah dirham ;c. Rudang-rudang ;d. Senina ku ranan ;Keduaa. Bere-bere ;b. Perkempun ;

c. Perbibin ;KetigaPerkembaren (erdemu bayu) /Perseninan (Petutorken) / Sabe (ade ibaba

Page 110: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 110/152

nangkih)Dahuku Gantang Tumba/ Unjuken ini sering disebut perkerbon atau gantigigeh.Bentuknya dahulu adalah barang, apkah emas (perhiasan) atau pisau(barangPusaka) dan tidak dibagikan, akan tetapi hanya ditujukan kepada yang hadir.

3. Acara landek/ Mereken Telah-telah.Dahulu yang memberikan telah-telah dari pihak perempuan hanyalah singalobere-bere dan singalo bere-bere dan singalo perkempun, sementara daripihak pria kalimbubu Singalo Ulu Emas. Akan tetapi semua (SangkepEnggeloh) memberikan telah-telah. Adapun urutan menari dalam pestaperkawinan sentua adalah sebagai berikut :

Gendang Sukut :a) Landek sukut, ngalo-ngalo Anak beru ;b) Landek sembuyak, ngalo-ngalo sukut ;

c) Landek Senina/Sepemeren/Siparibanen/Sepengalon/Sendalanen, ngalo-ngalo sukut.

Gendang Kalimbubu :Landek Kalimbubu Singalo Bere-bere, Singalo perkempun Singalo perbibin(arah sinereh), sementara dari siempo disebut : landek Kalimbubu sitelusada dalanen erkiteken Kalimbubu Singalo Ulu Emas, emekap KalimbubuSingalo Ulu Emas, Singalo Perkempun ras Perbibin.Selesai menari danmemberikan telah-telah diikuti dengan memberikan luah.

Gendang Anak Beru :

Landek Anak Beru, atau boleh juga bersama Anak Beru Menteri dan AnakBeru Pemeren. Urutan menari ini boleh di pecah-pecah menurut urutan anakberu.

F. Uang JujurenUang Jujuren dalam adat Karo disebut Gantang Tumba (ErdemuBayu),Unjuken (Petutorken) dan Nungsang Galum (La arus/Sumbang).Adapun bentukmya adalah sebagai berikut :1. Bena Emas / Batang Unjuken.2. Gantang Tumba / Unjuken.3. Rudang-rudang.

4. Senina ku rananAloken Kalimbubu terdiri dari :1. Bere-bere ;2. Perkempun ;3. Perbibin ;

Didaerah Kecamatan Payung adat terbagi dua, yakni 9 kampung mengikutiadat Kuta bBluh dan 11 kampung mengikuti adat Lingga. Bagi kampungyang mengikuti adat Lingga, disamping yang telah disebutkan di atas, jugaada :

1. Si rembah ku lau ;2. Perninin ;

Demikian juga di daerah Juhar, ada utang adat yang disebut : Ciken-cikenyang di serahkan kepada Binuang (Kalimbubu Bapa).Aloken Anak Beru, adalah : Perkembaren (Erdemu Bayu), perseninan(petuturken) dan sabe untuk perkawinan yang di awali dengan “ Nangkih”.

G. SijalapenPada acara maba belo selambar, Nganting Manok dan pedalan Ulu Emas

biasanya diadakan “Sijalapen” yakni menanyakan “Sangkep Enggeluh” darimasing-masing pihak, terdiri dari :

Page 111: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 111/152

1. Nama yang berkawin (pria/wanita) ;2. Simupus (yang melahirkan) ;3. Sipempoken / sinerehkenca (sembuyak) ;4. Senina ku ranan ;5. Anak Beru Tua ;6. Anak Beru Cekoh Baka Tutup ;7. Anak Beru Menteri (khusus pihak pria).

Dalam hal perkawinan, prof.Dr Payung Bangun BA, menulis dalam buku“Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia” tentang “Kebudayaan Batak”,sebagai berikut :

Perkawinan pada orang Batak pada umumnya, merupakan suatu pranata,yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan seorang wanita, tetapi juga mengikat juga dalam suatu hubungan tertentu, kaum kerabat dari silaki-laki (“sipempoken”- dalam bahasa Karo, “peranak” dalam bahasa Toba)dengan kaum kerabat si wanita (“sinereh” dalam bahasa Karo, “parboru”

dalam bahasa Toba). Karena itu, menurut adat kuno, seorang laki-laki tidakbebas dalam hal memilih jodohnya. Perkawinan yang dianggap ideal dalammasyarakat Batak adalah perkawinan antara orang-orang “rimpal”(marpariban dalam bahasa Toba) ialah antara seorang laki-laki dengan anakperempuan saudara laki-laki ibunya, dengan demikian maka seorang laki-lakiBatak sangat pantang kawin dengan wanita marganya sendiri dan jugadengan anak perempuan dari saudara perempuan ayah.

Pada zaman sekarang sudah banyak pemuda yang tidak lagi menuruti adatkuno ini. Dalam hal ini dipetik pula tulilsan DR.Henry Guntur Tarigan yangberjudul “Poligami dan Perceraian pada Masyarakat Karo” dimuat pada

majalah “Dalihan Na Tolu” No.2 Tahun 1977. Ditulisnya antara lain :Poligami (seorang suami mempunyai isteri lebih dari seorang) danperceraian pada prinsipnya tidak diingini oleh seluruh kerabat padamasyarakat Karo. Wanita manakah yang rela dimadu atau “erkidua”? Wanitamanakah yang rela di cerai/ ditalak begitu saja? Apalagi orang tua besertasenina, anakberu dan Kalimbubu-nya. Mereka tidak akan rela hal itu terjadi.Dalam kesempatan ini, kita akan meninjau dan meneliti dalam hal-halbagaimanakah poligami dan perceraian pada masyarakat Karo dapatditerima, dapat ditoleransi oleh seluruh kerabat, oleh adat kebiasaan ?

Memang poligami dan pereceraian merupakan kejadian yang menyedihkandan yang pahit dan getir, ibarat menelan duri campur empedu. Namundalam beberapa hal, hal ini dijelaskan demi kepentingan seluruh kerabat dankelangsungan keturunan: ibarat menelan pil kina yan pahit danmenyembuhkan penyakit demam yang mencekam. Perlu diketahui bahwasepanjang pengetahuan penulis apa yang disebut poliandri (yaitu suatubentuk perkawinan yang mengizinkan seorang isteri mempunyai lebih dariseorang suami) tidak terdapat pada masyarakat Karo.Kami kutipkan kembali tulisan DR.Henry Guntur Tarigan, berdasar rujukanyang sama, yang antara lain menulis sebagai berikut :

Sebagai pemberi dara (Kalimbubu) kita akan dihormati, disegani oleh anakberu kita. Bila menghadapi suatu masalah, mengadakan pesta atauperjanjian berat lainnya, maka anak beru akan menyelesaikan semuanyadengan sebaik-baiknya. Berbahagialah suatu keluarga yang mempunyaianak beru yang bijaksana yang dapat memecahkan segala pekerjaandengan sebaik-baiknya sehingga memuaskan segala pihak. Tentu sebaiknyabegitu : sungguh sedih dan sial-lah kita, bila anak beru kita tidak dapatmelakukan tugasnya dengan baik, apalagi sampai membuat hal-hal yangmemalukan pula.

Sebagai penerima dara atau anak beru, kita harus menghormati kalimbubu

serta dapat menyelesaikan segala persoalan dan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Nama baik kalimbubu kita harus dijaga. Disini jelas betapa beratnyatugas kita sebagai anak beru. Demikianlah suatu keluarga selalu berada di

Page 112: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 112/152

antara anak beru dan kalimbubu : disuatu pihak menjadi anak beru, di pihaklain menjadi kalimbubu, kalau kita mau dihormati, disegani oleh anak beru,maka kitapun harus mau menghormati mengangkat derajat kalimbubu kita.

Kalau ternyata bahwa sang suami yang mandul, maka kalau tidak dicari jalan keluar tentu garis keturunan berdasarkan marga sang suami akanputus. Hal ini tentu tidak diingini. Orang tua-tua putus asa, jalan yang penuhduri harus ditempuh secara bijaksana, tabah dan rahasia. Orang tua-tua,biasanya wanita yang telah tua, mengambil inisiatif dalam hal ini. Sang isteridari sang suami yang mandul itu di approachkan dengan baik, diberipenjelasan betapa pentingnya anak dalam satu keluarga untukmelangsungkan garis keturunan. Oleh karena itu, sang isteri dimohondengan sangat agar dia mau mengadakan hubungan kelamin dengan salahseorang saudara suami. Memang hal ini sungguh sulit untukdilaksanakan.Tetapi mengingat pentingnya garis keturunan dan garis marga,maka ada isteri yang mau (dan ada juga yang tidak mau), sebab adiksuaminya toh sedarah dan semarga dengan suaminya. Tahap kedua adalah

meng-approach salah seorang saudara suami, agar ia mau meniduri isterisaudaranya demi keselamamatan keluarga serta keturunan sauadaranya itu.

Kalau dia rela melakukan hal itu, maka orang tua-tua menentukan waktunyadan tempat, yang telah diatur secara rapih dan rahasia, mengadakanhubungan kelamin itu. Dalam bahasa Karo seperti ini disebut dengan“ipetangkoken”, yaitu melakukan suatu pekerjaan secara mencuri-curi,secara diam-diam, secara rahasia, baik kepada sang isteri, maupun kepadasaudara sang suami, diperingatkan benar-benar untuk menjaga rahasia inisebaik-baiknya. Agar jangan ada orang lain dalam kerabat, lebih-lebih sangsuami yang mandul itu yang mengetahuinya.

Orang tua-tua yang mengatur beberapa lama kedunya harus tidur bersama.Biasanya kalau sang wanita telah hamil (atau dalam bahasa Karo disebut“mehulidagingna”), hubungan itu diputuskan. Anehnya setelah anakpertama lahir, anak kedua mungkin lahir pula atas hubungan suami isteri itusendiri. Perlu dicatat, bahwa jalan yang telah kita utarakan diatas jarangsekali terjadi, dan kalau adapun yang menempuhnya, sulit sekali untukmengetahuinya, karena memang benar-benar dirahasiakan oleh orang-orangyang bersangkutan, bagaimana halnya kalau sang isteri yang mandul ?Kalau segala usaha yang telah dijalankan untuk mengobati kemandulan sangisteri tidak berhasil, maka orang tua-tua (setelah berunding dengan “anak

beru”,”senina” serta “kalimbubu” kalau perlu) memohon kesediaan sangisteri untuk mengizinkan sang suami untuk kawin lagi dengan wanita lain,supaya garis keturunan suaminya jangan sempat putus dan punah. Dalamhal inilah poligami dapat diizinkan dalam masyarakat Karo. Kemungkinanketiga (sebagai penyebab tidak mendapat keturunan, yaitu baik suamimaupun isteri yang mandul) tidak perlu kita perbincangkan dalam hal ini.

Dari kutipan tersebut di atas, dapat kita menyadari pentingnya anak bagimasyarakat dengan sistem kekeluargaan patrilineal, apalagi anak laki-laki.Demikian kiranya dapat ditegaskan kembali bahwa tindakan ini tidak perludisepakati oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Peristiwanya juga sangat

 jarang sekali terjadi.

Kami kutip tulisan orang Batak sendiri, yang dimuat dalam Nomor PerdanaMajalah Kebudayaan Batak.”Dalihan Na Tolu” Yang berjudul “Mengapa perkawinan Se-Marga Dilarang ?” sebagai berikut :

Bagaimanapun juga; hingga saat ini masyarakat Batak masih melarangpekawinan semarga. Meskipun pad kenyataannya saat ini sudah banyakyang melanggar adat sedemikian ini, namun prinsip yang masih dipegangsekarang dengan teguh menolak perkawinan semarga. Sehingga, bilapunperkawinan semarga, hal tersebut akan menjadi pergunjingan yang cukup

ramai dikalangan masyarakat Batak, dan sampai kinipun kasus perkawinansemarga ini cukup kontroversial. Menurut catatan –catatan yang dapatdiperoleh hingga saat ini, larangan perkawinan di kalangan masyarakat

Page 113: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 113/152

Batak erat hubungannya dengan eksistensi “Dalihan Na Tolu”. SedangkanDalihan na tolu adalah eksistensi sosiologis masyarakat Batak, sebab bilamana dua orang satu marga melakukan perkawinan, maka hal ini berartihilangnya sebuah fungsi dalihan na tolu, yaitu fungsi ‘boru’. Sebab kasussedemikian ini, maka yang menjadi boru dan hula-hula, adalah temansemarga (dongan sabutuha) jua. Kemungkinan atas sedemikian inilah yangmenjadi ‘rasionalisasi’ dilarangnya perkawinan semarga.

Walaupun bila kita telusuri lebih lanjut, justru perkawinan semerga ini telahmerupakan asal mula perkembangan masyarakat Batak, dapat dilihat sejakSariburaja yang mengawini adiknya sendiri ‘Siboru Pareme’ sehingga iadiusir dari ‘Sianjur mula-mula’, dan menghasilkan migrasi pertama orangBatak

 Jelas bahwa gambaran bisa diproyeksikan pada lingkungan masyarakat kita.Kontruksi “Dalihan Na Tolu”, seperti telah diungkapkan, tak berbeda dengan“Sangkep Si Telu”. Demikian pula peran-peran “anak beru” “senina” dan

“kalimbubu”. Permasalahan lebih lanjut, kaitannya dengan suku-suku lain,akan tetapi masih dalam lingkungan suku Batak, adanya marga yangdianggap sama kendati ia berasal dari Batak yang lain. Misalnya, mergaGinting pada suku Karo, sama dengan Sijabat atau Saragih pada suku Tapanuli dan Simalungun. Oleh karenanya, perkawinan antara mereka jugadianggap merupakan perkawian semerga yang berarti terlarang. Dengankeadaan sedemikian, lingkungan larangan perkawinan semakin luas, yangdengan demikian juga berarti ‘sedarah’. Layak kiranya dalam hal ini dikutipan kembali pendapat dari rujukan yang sama, sebagai berikut :

Gambaran-gambaran diatas ini menunjukan bahwa ‘filsafat’ larangan kawin

semerga adalah karena perikatan atau hubungan darah. Mereka yang satumerga adalah mereka yang dianggap satu darah satu ayah satu ibu, meskihal itu berlangsung selama antar generasi. Dan anggapan satu ayah satu ibuitu mengakibatkan bahwa perkawinan antar satu marga adalah tabu. Namunbilamana kita mengikuti pendapat bahwa larangan perkawinan satu margaadalah karena mereka dianggap ‘satu darah’, maka akan terdapat beberapa‘kejanggalan di dalam masyarakat Batak dalam hubungannya denganhubungan perkawinan ini. Masyarakat Batak mengenal hubunganperkawinan dengan anak paman (tulang) yaitu disebut ‘pariban’.

Sebagaimana diketahui, seseorang yang mempunyai pariban (putri paman),

dalam kebiasaan masyarakat Batak dahulu (mungkin juga masih dianutdewasa ini) mempunyai ‘hak’ untuk mengawini sang pariban tersebut.Bahkan tidak jarang terjadi, para orangtua menjodohkan atau memaksaputranya atau putrinya, untuk mengambil paribannya sebagai isteri atausuami. Hubungan pariban, adalah hubungan darah, artinya dua orang yang‘marpariban’ masih diikat suatu pertalian darah yang langsung, masih satu‘nenek’. Jadi sebenarnya , perkawinan dengan pariban sebenarnya adalahsama dengan perkawinan ‘keluarga’. Sehingga bila kasus demikian ini kitagunakan untuk melihat larangan kawin antara satu marga, adalah karenamereka masih dianggap satu darah, atau masih dalam pertalian kakak-adik,maka adalah suatu kejanggalan bila masyarakat Batak sejak dulu mengakui

bahkan sering memaksakan perkawinan pariban. Suatu marga yang samadari dua orang misalnya, mungkin amatlah jauh pertalian ‘darah-nya’.Sedangkan antara dua orang yang marpariban, meski mereka adalah berasaldari dua marga yang berbeda, namun amatlah dekat.

Dua orang yang bermarga panggabean misalnya, dilarang untuk dapatkawin, meskipun mungkin antara keduanya, (sudah pasti putra dan putri)ada suatu ikatan ‘cinta’. Sebabnya karena keduanya masih dianggap kakakberadik.Tetapi antara dua orang yang marpariban antara marga Silitongadengan paribannya boru Siregar misalnya, tidak dilarang untuk kawinbahkan mungkin sering untuk ‘dijodohkan’ meskipun antara keduanya tidak

ada saling saling mencintai. Dengan uraian ini, bukanlah ada maksud untukmenentang adat, namun apakah hal-hal sedemikian ini tidak pernah untukdipikirkan ?”.

Page 114: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 114/152

Hal lain, yang masih berkaitan dengan soal larangan, adalah masalah yangdalam lingkungan masyarakat Karo dikenal dengan istilah “rebu”.Istilah inisebenarnya tak bermakna terlarang, akan tetapi lebih tepat :berpantang.Suatu tingkah yang dianggap tidak pantas, seandainya “rebu”tadi dilanggar. Rebu yang sangat dikenal adalah :

- a). Antara ‘mami’ dengan ‘kela’- b). Antara “bengkila” dengan “permain” dan antara “turangku” dengan“turangku”. Menyampaikan isi pembicaraan dalam hal keadaan sedemikian,ada dua cara yang bisa ditempuh, seperti yang ditulis DR.Henry Guntur Tarigan, sebagai berikut :

Pertama, sang kela membubuhkan perkataan “nina mami” (berarti “katamertua”) dan sang mami membubuhkan perkataan “nina kela” (berarti “katamenantu”) pada setiap kalimat yang hendak mereka ucapakan. Dengan katalain, sang kela harus pandai mempergunakan “nina mami” atau “ber-nina

mami”, yang dalam bahasa Karo disebut “ngerana ernina mami” – berbicaraber-nina mami. Begitu juga mami harus pandai “ngerana ernina kela”-berbicara ber-nina kela. Dengan berbuat demikian, seolah-olah terasa bahwakomunikasi itu bukan komunikasi langsung. Ucapan mami yang dikeluarkansang kela terasa sebagai ucapan mami sendiri, sebab membubuhi perkataandengan perkataan ‘nina mami’; begitu juga dengan ucapan yang dikeluarkanoleh mami terasa sebagai ucapan kela sendiri dengan adanya “nina kela”itu.

Kedua, dengan mempergunakan benda-benda yang kebetulan ada padatempat mereka mengadakan komunikasi itu sebagai perantara. Marilah kita

mengandaikan mereka mengadakan komunikasi dengan memprgunakanbenda mati batu sebagai perantara dalam pembicaraan. Dalam hal ini,setiap akhir kalimat yang mereka yang ucapkan harus dibubuhi/ diikutiucapan “ nindu o batu” yang berarti “anda katakanlah (begitu) hai batu.Dengan berbuat demikian, mereka merasa bahwa komunikasi yang merekaadakan bukanlah komunikasi langsung, sebab sudah mempergunakan batuitu sebagai perantara, yang fungsinya dapat disamakan dengan orangketiga.

Lebih jauh dari sekedar komunikasi langsung, adalah pantang bersentuhanbadan. Sementara rebu yang lain adalah berupa duduk berhadap-hadapan

atau duduk pada sehelai tikar, atau sekeping papan, tanpa ada orang lainyang duduk diantara mereka. Pada umumnya, rebu antara mami dan kela iniberlaku pula bagi bengkila/ permain dan turangku dengan turangkuPada dasarnya alasan moral, kekhawatiran tingkah sumbang merupakanpokok serta alasan sikap dari “terciptanya” susunan demikian, makaterjagalah jarak diantara mereka, yang diharapkan akan menerbitkan rasasegan-menyegan, rasa hormat menghormati, sesuai posisi masing-masingdalam keluarga.

Page 115: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 115/152

BAB VII

TATA BUSANA ADAT-KARO

A. Ose Orang Kawin (Pengantin)1.Pakaian (ose) Pengantin Pria.a. Uis Nipes/Beka Buloh, untuk bulang-bulang ;b. Sertali, untuk hiasan bulang-bulang dan kalung-kalung ;c. Rudang-rudang, hiasan bulang-bulang ;d. Gelang Sarong, hiasan tangan kanan ;e. Uis Arinteneng/ julu, sebagai gonje ;f. Uis remas-emas, sebagai kadang-kadangen ;g. Uis Nipes, sebagai cengkok-cengkok ;h. Ragi Jenggi, sebagai ikat pinggang ;i. Cincin Tapak Gajah, sebagai hiasan jari ;

2.Ose Pengantin Wanita.a. Kelam-kelam, sebagai tudong (Teger Limpek)b. Uis remas-emas, sebagai jujungen ;c. Sertali, sebagai hiasan tudung tudung dan kalung ;d. Anting-anting kodang-kodang, sebagai cimberah ;e. Uis Arinteneng, sebagai abit (sinjang) ;f. Uis Nipes, sebagai Langge-langge.

B.Ose Orangtua Pengantin, terdiri dari :1.Ose Ayah (Bapa) :a. Uis Nipes/ Beka Buloh, sebagai Bulang ;b. Uis Arinteneng, sebagai gonje;c. Uis remas-emas, sebagai kadang-kadangen ;d. Uis Nipes, cengkok-cengkok ;e. Ragi Jenggi, sebagai ikat pinggang (Benting).

2.Ose Ibu (Nande) :a. Kelam-kelam, sebagai tudong (Teger Limpek)b. Uis rambu-rambu, sebagai jujungen ;c. Uis arinteneng, sebagai abit ;d. Uis Nipes, sebagai langge-langge ;

 JENIS-JENIS UIS (KAIN ADAT).

1. UIS ARINTENENG.Warnanya hitam agak pekat, karena kain ini dibuat dari benang kapas yangdicelup dengan sejenis bahan yang warnanya hitam (proses tradisionil),dalam bahasa Karo disebut ipelebuhken pemakainnya :

Kain ini dipergunakan dalam acara pesta perkawinan yaitu pada waktu emaskawin diserahkan, kain ini di pakai sebagai alas pinggan pasu. Pinggan pasu(piring), yang bentuknya cekung dan lebih besar dari piring biasa, warnanyaputih, dan piring ini biasanya punya makna tersendiri.2. UIS GATIP.Warnanya hitam dan berbintik-bintik putih di tengah, tepian kain warnanyahitam pekat dan ujungnya terjalin dan berumbai. Jenis kainnya agak tebalhingga disebut dengan uis kapal (kain tebal). Proses pembuatannya jugamasih tradisionil.Pemakaiannya :Dipakai sebagai ose laki-laki, dan pada upacara-upacara perkawinan adat,memasuki rumah baru, guro-guro aron (pesta muda-mudi) dsb.

3. UIS JONGKIT.Warnanya dan bahannya sama dengan uis gatip, hanya saja uis jongkit di

Page 116: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 116/152

tengah-tengah kain memakai benang emas yang motifnya melintang-melintang pada kain tersebut, hingga warna dan bentuknya lebih cerah.Pemakaiannya :Pemakaiannya sama seperti uis gatip, kain ini sekarang lebih disenangi danbanyak dipakai pada upacara-upacara adat.

4. UIS BEKA BULUH.Warna dasar kainnya merah cerah, bagian tengah bergaris kuning, ungu,putih dan pada tepian kain motif-motif Karo dengan benang emas, demikian juga pada ujung kain.Pemakaiannya :Kain ini dipakai sebagai Bulang (penutup kepala/topi) pada laki-laki, dan jugadipakai juga sebagai cekok-cekok (penghias bahu) yang diletakansedemikian rupa pada bahu laki-laki. Kain ini juga biasa diletakkan di atastudung wanita.

5. UIS KELAM-KELAM.

Warnanya hitam pekat, bahan kainnya lebih tipis dan polos tanpa motif.Sepintas seperti kain hitam biasa, hanya kain ini lebih keras karena prosespembuatannya juga masih tradisionil.Pemakainnya :Dipakai oleh wanita sebagai tudung pada upacara-upacara adat, tudungyang bahannya dari uis kelam-kelam disebut Tudung Teger Limpek,bentuknya khas dan unik. Proses pembuatan tudung ini memang sangatunik, hingga saat ini tidak semua orang dapat membuat tudung ini.

6. UIS JULU.Kain ini tebal seperti kain jongkit/ gatip, warnanya hitam kebiru-biruan,

tepian kain hitam dan ujungnya berumbai.Pemakaiannya :Dipakai oleh para wanita sebagai abit (kain sarung/kampuh) pada waktuupacara adat.

7. UIS GARA.Warnanya merah tua, dan ada juga yang bergaris-garis kecil warnanya putihdi tengah, tepian kain ini warnanya merah tua dan ujungnya berumbai, dansebagian kain ini memakai benang emas, kain ini jenisnya agak tebal dansekarang sudah banyak motif baru.Pemakainnya :

Dipakai sebagai tudung oleh wanita, yang tidak memakai benang emas biasadipakai wanita sehari-hari sebagai penutup kepala di desa. Dan yangmemakai benang emas dipakai juga pada upacara-upacara pesta adatsebagai tudung, dan bentuknya lebih pendek dari tudung teger limpek.Proses pembuatannya juga sama dengan teger limpek, hanya ini lebihsederhana.

8. UIS TEBAWarnanya kebiru-biruan dan bergaris-garis putih, tepian kain hitam dan

ujungnya berumbai, tebal kain hampir sama dengan uis gara. Prosespembuatannya juga masih tradisionil.Pemakainnya :Biasanya dipakai sebagai tudung oleh wanita yang sudah tua dan jugadipakai sebagai maneh-maneh (tanda mata) dari wanita yang sudah tuameninggal untuk kalimbubnya (garis ayah) atau asalnya.

9. UIS JUJUNG-JUJUNGEN.Warnanya merah bersulamkan benang emas dan kedua ujungnya berumbaibenang emas, kain ini tidak selebar kain yang lainnya, bentuknya hampirsama dengan selendang.

Pemakaiannya :Dipakai oleh wanita dan biasanya letaknya di atas tudung dan rumbainyaterletak di sebelah depan. Pada saat sekarang kain ini jarang digunakan, dan

Page 117: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 117/152

diganti dengan uis beka buluh.

10. UIS NIPES.Kain ini jenisnya lebih tipis dari kain-kain lainnya dan bermacam-macammotif dan warnanya (merah, coklat, hijau, ungu) dsb.Pemakaian :Sebagai selendang bagi wanita.

OSE PENGANTIN WANITA KARO.Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa “ose” adalah seperangkat kain-kain adat yang dipakai pada upacara adat-adat tertentu. Sedangkan “rose”yaitu orang yang memakai kain lengkap pada upacara adat tersebut.

OSE PADA PENGANTIN WANITA TERDIRI DARI :- Tudung mbiring (Teger Limpek)

- Uis julu- Uis Nipes- Uis jujung-jujungen- Kampil- Baju kebaya- Sertali (perhiasan).

OSE PENGANTIN PRIA TERDIRI DARI :- Uis Jongkit (2 lembar)- Uis Beka Buluh (3 lembar)- 1 (satu) pasang jas

- Hem lengan panjang- Dasi (bila diperlukan)- Sertali (perhiasan)

Osei-osei PengantinPengantin Rosei kuh pakai emas-emas atau sekarang disebut AKSESORISpengantin.

Osei pengantin wanitaRose kuh terdiri dari :1. Tudung lengkap jujungen (Dasar kelam-kelam, junjungen uis remas-emas)

2. Abid Dasar. (taba/julu)3. Abid julu4. Pengalkal Uis Nipis.5. Kampil kuh isisna.6. Emas-emas. (sertali)

Kategori Pengantin Wanita.1. Tudung kelam-kelam model teger limpek erjujungen (Beka buluh, Pilo-pilo,Ragi Barat).2. Abid dasar teba (tidak pernah pakai batik)3. Abid julu (Abid khusus).

4. Pengalkal uis nipes Sutra Ulat, Torus Tarutung, Ragi Barat dan lain-lain.5. Kampil kuh ibas isina.6. Emas-emas.

Osei Pengantin Pria.1. Bulang2. Cengkok3. Abid Gatib.4. Kadangen (selempang)5. Tumbuk lada.

Kategori pengantin pria1. Bulang-bulang Beka buluh.2. Cengkok-cengkok Baka Buluh, Ragi Barat.

Page 118: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 118/152

3. Abid Gatib 20, gatib 9.4. Selampang teba (kadangen)5. Tumbuk lada.6. Emas-emas sertali, layang-layang, rudang emas, gelang sarong, tambahcincin.

Osei orang tua pekeparSeri ras osei pengantin, hanya orangtua la pakai emas-emas (yang laki-laki).

Osei orangtua sidiberu1. Tudung2. Abid3. Pengalkal.Keterangan1. Tudung jongkit 9 model limpek, teger limpek.2. Abid dasar songkit, samarenda dan lain-lain.3. Pengalkal uis nipes sutra ulet, Ragi barat dan lain-lain.

Osei Sukut si dilaki1. Tanda-tanda2. Abid (kampuh)Keterangan : Tanda-tanda i cengkokken I kudukAbid i sampanken sebatas lutut

Osei Anak Beru Pekepar :Sidiberu erbenting kibul (uis nipes diikatkan di pinggang) si dilaki kampuhdiikat di pinggang (Ersampan sebatas lutut). Endame osei-osei Pengantin

Kerja Sintua.OSEI MUKUL

Osei pengantin sesudah selesai pesta siang, maka malamnya acara mukulras acara ngobah tutur. Untuk itu pengantin di osei lagi.

Osei pengantin pria1. Abid : Gatib 9 (Gatip 20)2. Bulang : Beka Buluh.3. Kadangen : Uis Teba. Tidak pakai baju jas.

Osei pengantin si diberu1. Tudung : Jongkit model limpek.2. Abid : Samarenda, tepas dan lain-lain.3. Langge-langge : Uis nipes.Enda me osei mukul ras ngobah tutur.

OSEI MENGGKET RUMAH MBARU

Osei untuk mengket rumah mbaru ini tergantung dengan besar kecilnya

pesta tersebut, hanya saja untuk mengket rumah ini ada dua tingkat :1. Kerja mbelin (pesta besar).2. Kerja biasa (pesta umum).

Osei Kerja MbelinSama dengan osei-osei pengantin kerja sintua. Baik yang masuk rumah,simupus, sukut.

Osei kerja biasa.Simada rumah rosei kuh tapi tidak pakai emas-emas. Simupus pekepar rassukut sama dengan osei pengantin kerja sintengah.

Endame osei-osei mengket rumah mbaru.

OSEI KERJA CEDA ATE

Page 119: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 119/152

Untuk osei erceda ate ini, di khususkan untuk yang meninggal lanjut usia(cawir metua) dan orang yang berpengaruh, atau yang dapat dikatakanmeninggal sudah tidak ada lagi meninggalkan anak yang belum kawin(berumah tangga), inilah yang disebut cawir metua. Osei-osei kebanyakanbebas, tetapi di jauhkan dari warna-warni dan ber emas-emas atau warnamenyolok.

Seperti tudung tidak pernah di buat dari jongkit atau pakai emas-emas,biasanya yang harus diosei adalah seorang cucu dari pihak anak laki-lakiyakni yang perempuan, dan cucu laki-laki dari anak yang perempuan bolehdikatakan (harus berimpal). Orang inilah yang diosei kuh rosei lengkap danperbulangen adi simate si diberu.Ndehara adi simate si dilaki, rosei kuh tapi la pake emas-emas. Anak sidiberu ertudung uis gara la ertudung jongkit. Anak beru tanda-tanda.

NB: Osei ini pada dasarnya yang memakaikan kepada pemakai adalahorangtua dari isteri atau saudaranya, dalam bahasa Karo disebut Kalimbubu

singalo ulu emas ras kalimbubu si perdemui.

OSEI PENARI (OSEI GURO-GURO ARON)

Penghulu aron ras nande aron biasanya disahkan salah seorang anakpengulu atau anak si manteki kuta, dan juga kemberahen ataupun nandearon salah seorang anak kalimbubu kuta yakni berimpal. Pembantu merekaadalah merga silima dan salah seorang diantara mereka harus ada yangmenjunjung kampil (sinjujung kampil) yakni biasanya diangkat putri rajaataupun anak simanteki kuta. Pengulu aron ras nande aron rosei lengkap

(kuh) tapi lapake emas-emas, pembantu pengulu aron seri ras osei simantek.

Osei si dilaki (si mantek)1. Erkampuh (ersampan kampoh).2. Erbulang (Beka Buluh).3. Cengkok-cengkok (Beka Buluh, Ragi Barat)

Osei si diberu (Simantek)1. Ertudung kelam-kelam model tiger limpek.2. Rabit dasar tapi tak pernah batik.

3. Erjujungen, janah banci la erjujungen.Osei Sehari-hari :Osei ini pada umumnya hanya orang-orang tua saja yang memakainya yakni:1. Yang pria bawa kampuh baik dikampuhkan maupun hanya sekedardilengketken saja.2. Wanita pakai tudung lompek dan langge-langge.3. Dan pakaian seperti halnya orang indonesia lainnya.

Page 120: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 120/152

BAB VIII

TARI-TARI KARO

Secara umum, tari pada masyarakat Karo disebut “landek”. Dalam budayaKaro, penyajian landek erat hubungan dengan kontekstual. Denganperkataan lain, keberadaan landek ditentukan konteks penyajiannya. Sejauhini saya dapat melihat bahwa konteks penyajian landek pada masyarakat.Karo secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Konteks penyajian dalam adat istiadat.2. Konteks penyajian dalam religi, dan3. Konteks penyajian hiburan.

Akibat adanya perbedaan konteks penyajian, maka dalam budaya tari Karodapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu : tari adat, religi, dan tari hiburan.

Bentuk Pertunjukan dan Teknik Penyajian.Berdasarkan bentuk pertunjukan penyajian, tari Karo dapat ditemukan

pada :- Guro-guro aron (pertujukan seni tari dan musik pada masyarakat Karo yangdilaksanakan oleh muda-mudi).- Ngalo-ngalo tamu.- Pameran.- Festival.- Perlombaan.

Dari semua bentuk pertunjukan di atas, yang terpenting adalah guro-guroaron. Karena seni tari yang terdapat pada guro-guro aron dapat merangkumsemua jenis tari yang terdapat pada pertunjukan lain.

Melihat tehnik penyajian, seni tari pada masyarakat Karo dapat dibagimenjadi :

- Tari perkolong-kolong.- Tari aron.- Tari khusus (tari yang telah mempunyai pola lantai).-Pada umumnya, ketiga tehnik penyajian tersebut dibuat berpasang-pasangan.Tari perkolong-kolong merupakan salah satu tehnik penyajianyang sangat rumit. Karena penari melakukan dengan penuh improvisasi.

Berdasarkan konteks penyajian tersebut, maka seni musik Karo adalahbudaya musik yang mempunyai konteks penyajian dalam hiburan. Karena

Page 121: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 121/152

tujuan utama penyajian, semata-mata untuk memeperlihatkan nilai estetisdari musik tersebut. Penonjolan nilai estetis merupakan ciri utama seni (finearts).

Memperhatikan musik yang mempunyai konteks penyajian dalam hiburan,sejauh ini saya hanya membagi dua, yaitu : untuk hiburan yang bersifatumum (entertaiment) dan untuk hiburan pribadi (self amusement). Untukhiburan yang bersifat umum adalah guro-guro aron. Sedangkan untukhiburan yang bersifat pribadi, diantaranya : Nurdam, Erbalobat, Erio-io,Erpingko-pingko, rende dalam arti yang luas.

Komposisi Alat MusikMelihat komposisi alat musik yang dimainkan dalam guro-guro aron, terdiriatas : satu buah sarune sebagai pembawa melodi, satu buah gung danpenganak, sebagai pembawa kolotomis, satu buah gendang indung, sebagaipembawa ritmis variasi, dan satu buah gendang anak, sebagai pembawaritmis variabel.

GURO-GURO ARON

1.PENGANGKAAN

- Guro-guro aron asal katana ibas “guro-guro” ras “aron”. Guro-guro ertinamain-main, pesta, hiburan. Aron ertina anak perana/singuda-nguda si ras-raserdahin ku juma. Jadi GURO-GURO ARON eme sada kerja si ipantek anakperana ras singuda-nguda si enggo ikut ibas aron alu make gendangseperanggun ras penggual 5 sedalanen + perkolong-kolong (adit lit).

- Guna ras sura-sura erbahan guro-guro aron, nina ranan eme :1. Maka lit siman dedahen si banci nambahi keriahan ibas kuta bagepe mankerina anak kuta. (hiburen).2. Maka anak perana ras singuda-nguda beluh makeken entahpe metik uisadat Karo, rikut uis/paken simeherga sidebanna. (erlajar metik).3. Maka anak perana ras singuda-nguda beluh ras reh jilena landekngikutken gendang Karo sini palu penggual lima sedalinen. (erlajar landek).Landek ibas kalak Karo pantang “goyang pinggul”, gitek ras geol, si perluteridah cibal daging metunggung, tan lempir, pernen mata la banci meliar,ayo pe cirem. Tambah sie, endek pe sikap ngikutken buku gendang, bagepe

ikut jolena.4. Maka anak perana ras singuda-nguda banci jumpa atena ngena, encanatap ras ngidah pemetik, perlandek sapih-sapih anak perana/singuda-nguda. Sebab enggo kenca ia metik pekepar tuhu enggo mejile, metunggungngidah perlandekken jemah jemole banci rutang tah pe ndabuh pusuhnapekepar. Lit pe deba anak perana sibeluh ermayan entahpe “ndikkar”.(ndarami-ndarami ate jadi).5. Maka anak perana singuda-nguda ibas kuta e mejingkat dingen ergiah-giah ukurna erdahin ku juma, ndarami duit man penukur uis na ras patungkerja.6. Notoken mbuah page nisuan, meriah manuk niasuh, si danak-danak

lampas mbelin, simbelin maka ajar meteh mehuli, si enggo erjabu sangapnjabuken bana, anak perana/singuda-nguda lampas jumpa atena ngena, sienggo metua cawir metua, sadape lalit sibangger-bangger ras simagin-magin. Biasana kerna sie tergejap bas ukur sekalak-sekalak. Janah adi basgendang e lit perende-pernde eme perkolong-perkolong gundari, tersingetibas rende.7. Maka anak perana ras singuda-nguda erlajar ertutur (meteh adat), sebabteman landek la banci la arus. Bagepe arus ipelajarina uga cara ngalo-ngalotemue alu mehamat, ras ija ingan kundul.8. Maka piga-piga anak perana sini iangkat jadi pengulu aron, entahpe anakberu aron bagepe singuda-nguda sini jadi kemberahen aron, erlajar jadi

pemimpin ngaturken uga maka guro-guro e erdalan bagi sura-sura.

2.TOROSEN ERBAHAN GURO-GURO ARON

Page 122: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 122/152

- Nai ibas kuta kalak Karo lit si erdahin ku juma siurup-urupen, eme si igelariAron. Aron lit dua erbage, eme aron tanggung ras aron belin. Aron tanggungpendahinna la uga beratna, tapi aron belin enggo ngasup ngengkal, emengerukah juma. Janah ibas kuta simbelin banci lit 5 entah 6 terpuk, tapi ibaskuta si kitik 2 tah 3 terpuk.. Nandangi ciger matawari, aron ngadi-ngadi i juma perbahan enggo latih erdahin. Gelah mburo latihna, lit sekalak singuda-nguda landek janah rende. Ngidah sie sekalak anak perana ngerana, nina :Nari, jemaka nandangi singgem gelap, gendang ipengadi lebe.

- Gendang iumputi berngina enca elah man.

Aturen Perlandek :- Landek pengulu ras kemberahen naruhken anak beru, ngalo-ngalo kerinaaron.- Landek perbapaan si lima merga.- Landek pernanden ras beru silima.- Emaka landek sierjabaten-jabaten kuta, guru, pande, si natang wari.

- Iumputi landek aron perana/singuda-nguda.- Landek anak kuta sideban (aron) si itenahken.- Adi lit perkolong-kolong banci ia tetap ikut landek ras masu-masu, banci kapiga- pipiga saja ia ikut.

Cara perlandek si dekah :1. a. Landek si mantek kuta.b. Landek kalimbubu kuta.c. Landek anak beru kuta.2. Landek per merga-merga ras kemberahenna (5 merga).3. Emaka landek aron.

Sangana gendang ipalu, landek si landek, aron singuda-nguda ersurak, rasertepuk, maka gendang enda mehaga, meriah ras rejin. Adi lalit sie, gendangenda tempa gendang simate-mate entah nurun-nurun.

Pepegina, iumputi denga gendang. Ibenaken nangkih-nangkih matawari sehasa nandangi ciger. Gendang sie buen si landek anak perana ras singuda-nguda. Gendang bas nangkih-nangkih matawari eme si igelari gendang“pesalang sai”. Ijeme kerina aron radu ras mindo ola sisangkuten ukur entahija kurang lebihna ibas pengerana, perlandek sapih-sapih ia. Bagepeperkolong-kolong rende erbahan persentabin nandangi sirang gendang ipalu.

Meriah kal siakap, erguro-guro aron bagenda rupana iadap-adap nandebapanta ras sangkep nggeluh. Rende kami itengah-itengah enda.

Page 123: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 123/152

BAB IX

KEBUDAYAAN KARODANPERUBAHAN SOSIAL

Kebudayaan (culture) sebagaimana yang dikemukakan oleh Ignas Kleden(1987) adalah dialektika antara ketengangan dan kegelisahan, antarapenemuan dan pencarian, antara integrasi dan disintegrasi, antara tradisidan reformasi. Dalam arti yang lebih luas, tanpa tradisi dan integrasi suatukebudayaan menjadi tanpa identitas, sedangkan tanpa reformasi atau tanpadisintegrasi kebudayaan akan kehilangan kemungkinan untuk berkembang,untuk memperbaharui diri, atau untuk menyesuaikan diri dengan paksaanperubahan sosial (social change coercion).Berbicara tentang kebudayaan, selalu dipandang sebagai sesuatu yang khasmanusia, baik karena ia manusiawi ataupun karena ia mampumemanusiakan dan karena itu selalu dihubungkan dengan keindahan,kebaikan atau keluhuran. Dengan singkat, hampir tidak ada selisih pendapatmengenai value judgement tentang kebudayaan. Dalam pengertian sepertiitu, kebudayaan adalah a pursuit of total perfection (Karober dan Kluckhohn,1967) dan kebudayaan itu diturunkan sebagai ’warisan yang diturunkantanpa surat wasiat’ . Akan tetapi, jauh daripada itu, kebudayaan adalahrealitas objektif yakni sebagai reality judgement terhadap mana setiapkelompok akan mencari persepsinya, dipertegas dan dijadikan sebagaiidentitas kelompoknya . Dengan demikian, kebudayaan adalah Aufgabe(tugas).

Menyoal hubungan antara pembangunan dengan kebudayaan, denganmeminjam bahasa Dove (1985) pembangunan diartikan sebagai perubahanyang dikehendaki dan dibutuhkan. Dalam arti bahwa apa saja yang dianggap

Page 124: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 124/152

kuno dan tidak mengalami perubahan dengan sendirinya dianggap sebagaiketerbelakangan. Ironisnya, kebudayaan dan gaya hidup tradisional itu jugadianggap sebagai penghalang besar bagi pembangunan sosio-ekonomi(socio-economic development). Lebih daripada itu, sebagai bangsa yangmajemuk (plural societies) ada semacam ketakutan dari negara apabila’identitas kebudayaan’ (cultural identity) lebih terasa daripada ’identitasnasional’ (national identity). Negara khawatir bahwa ’ikatan-ikatanprimordial’ (primordial ties) yakni ikatan terhadap tradisi lokal akan menjadilebih kuat daripada perasaan memiliki negara dan pada akhirnya mungkinakan menggoyahkan integrasi bangsa. Oleh karenanya, dirasa perlu untukmembentuk identitas nasional melalui apa yang disebut dengan kebudayaannasional. Karena itu, dalam perencanaan pembangunan, salah satu hal yangdiusahakan adalah mengutuk dan mengubah, bahkan menyingkirkankebudayaan tradisional itu. Inilah yang dimaksud dengan dilema kebudayaan(daerah) Indonesia. Disatu sisi ia diharapkan mampu bangkit dan bertahan-sebagai common heritages, sebagai ethnic and local identity -yang memilikikemampuan menyaring budaya asing, tetapi disisi lain ia justru dianggap

sebagai bianglala, tepatnya penghambat pembangunan. Sehingga, dalamkonteks yang lebih luas, kita patut bertanya apa yang kita maksud denganbudaya ketimuran kita itu? bukankah kita sudah mengalami degradasikebudayaan kita?

II

Boleh jadi, adanya kepincangan dalam pembangunan nasional (nationaldevelopment) adalah sebagai dampak daripada keniscayaan kebudayaandan mentalitas terhadap pembangunan. Dalam bukunya, Koentjaraningrat(1992) menyangkal adanya hubungan antara kebudayaan, mentalitasdengan pembangunan. Disebutkan bahwa kedua varian tersebut-untukkasus Indonesia-tidak memiliki hubungan sama sekali atau bahkan tidakcocok sama sekali dengan arus modernisasi. Akibatnya, melihat fenomena diIndonesia, Dove (1982) mengemukakan bahwa agen perubahan (agent of change) tidak pernah menganggap masyarakat kebudayaan sebagai ’guru’tetapi justru ’menggurui’nya dengan hal-hal yang ’dianggap’ baru dan lebih’beradab’ (civilized) . Oleh karena itu, tidak ayal, warisan-warisan budayadan sejarah (cultural and historical heritages) daerah cenderung memudar,ditinggalkan, dirusak dan dimusnahkan dan segera digantikan dengan unsur-unsur budaya yang dianggap lebih elegans, bermartabat dan beradab.Bahkan, undang-undang No 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya(BCB) misalnya, ternyata kurang mampu melindungi benda-benda cagarbudaya, akibatnya banyak diantara BCB tersebut terlantar, tidak terawat danmusnah .Dalam satu pemaparannya terhadap pengrusakan terhadap Benteng PutriHijau Delitua Medan, McKinnon (2008) mengemukakan bahwa Ironis sekalibahwa pada ‘Visit Indonesia Year’ dan pada waktu pemerintah inginmembangkitkan usaha parawisata di seluruh Indonesia, sebagian dari satuwarisan budaya dan peninggalan kuno yang menonjol di Sumatera Utaradiancam punah. Dalam pada itu, museum sebagaimana yang diberitakanoleh Waspada tanggal 1 Juli 2008 dan Kompas pada 20 Agustus 2008 justrutidak layak dikunjungi. Padahal di museum tersebut dapat dilihat beragamartifak kebudayaan yang menandai aspek kebudayaan dan sejarahmasyarakat pada kawasan dimana museum tersebut didirikan. Adalah cukupberbeda dengan eksistensi museum di negara Barat seperti Jerman dimanamuseum dianggap sebagai old palace dan kota-kota akan merasa banggaapabila museum terdapat dan banyak dikunjungi dikotanya. Oleh karena itu,tidak mengherankan apabila permuseuman di negara maju berlombamenghadirkan koleksi-koleksi lengkap dari seluruh dunia danmenggangapnya sebagai miniatur global village. Namun, tampaknya, belajardi Museum masih harus dibudayakan pada masyarakat Sumatra Utara.Menyoal tentang tahun kunjungan wisata Indonesia, mungkin ada baiknyakita menoleh kembali terhadap produk yang ditawarkan yang mampumenarik wisatawan dimaksud. Harus diakui bahwa, wisatawan datang

berkunjung ke satu negara bukan lagi untuk melihat keindahan panorama,tetapi lebih dari itu adalah untuk melihat ciri khas daerah dimasa lalu.Konsep yang tepat untuk menjelaskan kenyataan ini adalah dengan

Page 125: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 125/152

menggalakkan wisata budaya dan sejarah (cultural and historical tours). Tetapi persoalannya adalah, banyak artifak dan situs sejarah dan budayakita yang sudah dirusak hingga tidak ada lagi semacam bukti autentikdimana sejarah dan budaya dimasa lalu pernah dibentangkan. Di negaramaju misalnya-tidak tanggung-tanggung-proyek pembangunan kejayaanbudaya dan sejarah masa lalu kembali di lakukan seperti yang dilakukanoleh China, Italia, dan bahkan Jerman. Dari sudut ekonomi, sektor wisatasejarah dan budaya ini ternyata mampu menyumbang hingga 0,25-0,40persen penghasilan negara non taxes.Dalam penyelidikannya tentang Peranan Kebudayaan Tradisional DalamModernisasi yang disunting oleh Michael R. Dove (1985) menyimpulkanbahwa kebudayaan tradisional terkait erat dengan dan secara langsungmenunjang proses sosial, ekonomis dan ekologis masyarakat secaramendasar. Lebih dari pada itu, kebudayaan tradisional bersifat dinamis,selalu mengalami perubahan dan karena itu tidak pernah bertentangandengan proses pembangunan itu sendiri. Menurutnya, adanya kekeliruanterhadap proses pembangunan selama ini adalah karena tidak didasarkan

pada evaluasi empiris, baik mengenai perencanaan itu sendiri maupunmengenai kebudayan tradisional dimana rencana-rencana itu diterapkan.Kesulitan yang dialami oleh bangsa Indonesia dewasa ini terutamamenjawab tantangan globalisasi adalah riskannya kebudayaan daerahterhadap pengaruh-pengaruh budaya ’universal’. Masyarakat kita, justrulebih terbuka dan menerima segala sesuatu yang dipertontonkan oleh duniaBarat karena dianggap lebih berbudaya. Sementara itu, kebudayaan yangmenjadi simbol masyarakatnya justru dianggap kolot dan tidak pantasdiadopsi atau dikembangkan. Begitu mudahnya bangsa ini larut dalamkonsumerisme, hedonisme dan seakan melompat pada era postmo .Menyinggung soal konsumerisme yang menggejala pada masyarakat kita,

bisa jadi karena rapuhnya pemahaman dan pengetahuan terhadapkebudayaan daerah itu sendiri. Masyarakat kita justru menjadi objek yangdisusun dalam kapitalisme global yang dipercepat dengan budaya konsumen(consumer culture) ataupun sebagai budaya massa (mass culture) yangmempertentangkan sesuatu yang dianggap sesungguhnya dengan sesuatuyang dianggap semu. Dalam arti kata ’bagaimana untuk membuat penilaianestetis’ yang terhubung dengan pertanyaan praktis seperti ’bagaimana kitaharus hidup?’ (Featherstone, 2001). Dengan begitu, kita justru lebih tertarikuntuk minum Cocacola daripada Air Tebu dibawah pohon Beringin, ataumakan Spaghetti daripada Rendang Jengkol di warung mbok Inah, atau jugamakan KFC daripada makan sate Padang di pinggir jalan WR. Supratman

Dikhawatirkan, moral, etika dan estetika bangsa ini akan runtuh sebagaidampak dan pengaruh budaya global yang bergerak tanpa batas. Dalampada itu, kebudayaan nasional yang diperjuangkan tidak kunjung ditemukandan tidak dapat dijelaskan posisinya diantara kebudayaan lokal. Gejala inisama artinya pada saat kita berbicara tentang nasionalisme kita yangsemakin kerdil dan melayu karena nasionalisme itu sendiri tidak mendapattempat berpijak pada budaya Indonesia. Etnonationalism yang berkembangsebelum deklarasi pembentukan negara bangsa (nation state) dandigantikan dengan konsep nasionalisme negara pasca deklarasi adalahtantangan yang hingga kini belum mampu dijawab. Lain daripada itu adalahterlalu banyak kebohongan dan penyesatan yang dilakukan oleh Sejarah

bangsa ini seperti yang disebutkan oleh Foulcher (2000), Resink (1987),Hatta (1970) ataupun Asvi Warman Adam (2007) yang menyebutkan sekitar25 kontroversi sejarah Indonesia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwaterdegradasinya budaya daerah seakan menjadi jawaban terhadap coercionof cultural universalism yang selama ini dilakukan oleh perencanapembangunan.

III

Budaya lokal sebagai identitas budaya daerah, tidaklah sekedar mampumenyebutkan dan memahaminya, tetapi lebih daripada itu adalah untukmengupayakannya sebagai sumber inspirasi atau sumber perubahan. Pada

tataran konsep seperti ini, kebudayaan adalah sistem gagasan yang harusdikembangkan dan diberdayakan. Selanjutnya, kebudayaan sebagai polatindakan yakni menjadikannya sebagai acuan perilaku.

Page 126: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 126/152

Bagaimanapun, dengan meminjam bahasa Ignas Kleden, ’Kebudayaanadalah Agenda Buat Daya Cipta’ yang menonjolkan kemampuan untukmembangkitkan identitas bangsa yang sedang melayu itu.Menyoroti penelantaran dan pengrusakan terhadap artifak dan situs sejarahdan budaya, yang justru perlu dilakukan adalah preservasi terhadap objekdimaksud dan menjadikkan sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya.Memang, adalah mahal ongkos yang harus dibebankan untuk menghidupkankembali nuansa masa lalu itu. Tetapi, agaknya kita harus belajar dariMalaysia yang hingga kini gencar berburu aset-aset budaya yang dapatdiklaim sebagai warisan budaya mereka meski itu dicap sebagai pencurikebudayaan. Niscaya, tanpa upaya dan usaha yang gigih, maka mustahilartifak, aksesoris maupun tinggalan kebudayaan masa lalu itu dapatdilestarikan.

Budaya suatu bangsa, adalah gambaran cara hidup masyarakat dari bangsayang bersangkutan. Tinggi rendahnya budaya suatu bangsa, tercermin darimateri-materi budaya yang ada pada bangsa itu. Suku Karo sebagai bagiandari bangsa Indonesia yang besar, pada masa lampau telah memiliki budaya

yang cukup tinggi (kata cukup tinggi menunjukkan nilai luhur), yang dapatdibuktikan dari materi budaya Karo yang dapat dikatakan telah lengkap,seperti :

a. Tatanan kehidupan masyarakat Karo yang terikat di dalam suatu sistem,yaitu : Merga Silima, Tutur Siwaluh, Rakut Sitelu.b. Tulisan dan bahasa Karo yang cukup kaya (perhatikan istilah bisbis,cekurang, meluat, permalna, mbergohna, daluna, buganna, bajarna, iluh,dlsb, yang masih banyak lagi).c. Peralatan hidup yang cukup lengkap, seperti : kudin, tendang, ukat, kerpe,busan-busan, cuan, kiskis, capah, sapo, sangketen, kampoh, sekin, tajak,

benangun, palas, ret-ret-sangka mamok, dlsb.Hal ini sangat tinggi nilainya karena nama-namanya “asli” bahasa Karo,bukan berasal dari bahasa asing, seperti cangkul, piring, sendok, garpu,gambar, potret, dlsb.d. Pembinaan rohaniah/kepercayaan serta tata cara pelaksanaannya sepertingaleng tendi, perumah begu, persilihi, erpangir ku lau, dlsb.e. Alat-alat kesenian Karo yang beragam jenisnya, sesuai dengankepentingannya, seperti perangkat gendang, sarune, gendang, gunung,penganak, belobat, sordam, kulcapi, ketteng-ketteng, dlsb.f. Ragam busana, baik untuk pria maupun wanita, bentuk busananyaberbeda-beda dalam berbagai jenis dan ragam pesta. Seperti pesta

perkawinan, guro-guro aron, kemalangan, ngelandekken galuh, dlsb. Semuaacara ini memiliki bentuk busana yang berbeda-beda.g. Penentuan hari untuk turun ke ladang menanam padi, didasarkan kepadamusim (semacam ramalan cuaca)h. Nama-nama hari, seperti aditia, suma, nggara, dlsb.i. Dan lain-lain

Demikianlah beberapa data yang dapat membuktikan, bahwa suku Karomemang memiliki suatu budaya yang cukup tinggi.

Dalam masyarakat Batak Karo, masa atau periode transisi ini jelas terlihat,

karena proses itu berlangsung dalam satu generasi. Pengaruh luar terhadapbudaya Karo dimulai sekitar tahun 30-an dan masa pendudukan Jepang.Pada periode sebelumnya, kehidupan tradisional masyarakat Karoberlangsung secara murni.

Penjajah Belanda yang efektif di Tanah Karo menjelang akhir abad ke-19,tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pola hidup tradisional bangsaBatak Karo. Zending dari negeri Belanda yang berusaha meng-kristen-kanmasyarakat Karo ternyata kurang berhasil. Sekolah-sekolah Zending yangdidirikan di beberapa tempat, tidak mendapat tanggapan dari masyarakat.

Pendirian rumah sakit Zending di Sibolangit dan Kabanjahe, terlampau kecilpengaruhnya. Walaupun mampu mendidik putra-putri Karo menjadi

Page 127: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 127/152

paramedis, yang juga sekaligus berubah agamanya, dari pelebegu menjadikristen. Dapatlah disimpulkan, bahwa penjajah Belanda hanya sedikitpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat Karo.

Barulah pada masa pendudukan Jepang terjadi suatu dinamika radikal,dimana pemuda-pemuda Karo dididik menjadi prajurit. Sekolah-sekolahditingkatkan, guru-guru diperbanyak. Nyanyian-nyanyian Jepang yangmembangkitkan semangat, berkumandang hingga ke desa-desa. Pengaruhkekuasaan Jepang juga terasa hingga ke desa-desa. Seperti penguasaanproduksi, sistem catu, latihan baris-berbaris, dan lain sebagainya. Mobilitasmasyarakat Karo juga mulai meningkat, terutama frekwensi kunjungan kekota-kota.

Hal ini semua mengakibatkan kesiagaan masyarakat Karo untukmenyongsong kemerdekaan yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.Masyarakat Karo telah siap menerima kemerdekaan dan sekaligusmempertahankannya. Dengan demikian, maka masyarakat Karo juga telah

siap dan sadar dengan perubahan sosial yang ditimbulkan pendudukan Jepang dan proklamasi kemerdekaan itu.

ADAT SEBAGAI SUMBER NORMA

Mengantar awal dari tulisan (bagian) ini, penulis ingin mengutipkanbeberapa catatan yang dibuat oleh Budhi K. Sinulingga, dalam artikelnyaberjudul “Selayang Pandang Sejarah Suku Karo” yang dimuat majalah“Dalihan Na Tolu”, Nomor 4 tahun 1978 sebagai berikut:

Seorang ahli sejarah di Indonesia, Porf. Moh. Yamin mengatakan, pengaruhHindu di Sumatera hanya sampai di Jambi. Tapi kurang diketahui dasarnya,Muhammad Said, Pemimpin Harian Waspada di Medan mengatakan, Hindu juga mempunya pengaruh hingga ke Dairi dan Dataran Tinggi Karo.

Katanya, ketika Islam pertama kali masuk di Baros, Hindu menyingkir kearah Dairi dan Kab. Karo. Peristiwa itu terjadi sekitar tahu 19200-an. Dalamhal ini dapat pula dilihat adanya cabang-cabang marga Sembiring memakainama-nama berbau Sanserkerta, yaitu Brahmana, atau Meliala yangdianggap berasal dari Malyalah: Pandia – Pandya; Colia-Solyan; Tekang- Tekhanam. Upacara `Perkualuh` di Suka Piring, yaiut upacara penghanyutan

abu jenazah, adalah berasal pengaruh Hindu. Perkataan Perkualuhberasaldari kata “aloe”, yaitu bahasa Aceh yang berarti air.

 Tentang adanya pengaruh Hindu ini, disamping bukti-bukti tentangditemukannya temple di Sembahe, Bangun Purba dan Sarinembah (1923), juga terlihat dari upacara-upacara yang berhubungan dengan roh-roh atautendi. Umpamanya dalam upacara `Persilihi` dan Erpangir ku Lau. Perselihiadalah upacara substitusi dimana gana-gana atau patung dijadikan gantidari orang yang telah dinyatakan dukun atau guru akan mengalami bahayamaut. ‘Ndilo Tendi’ adalah pemanggilan tendi dari orang yang dianggaptelah mengembara atau ditawan oleh kuasa-kuasa natural. Sedang Erpangir

ku Lau adalah upacara untuk memulihkan rezeki dengan berlangir ke sungai.Upacara-upara ini hanya berhubungan dengan mytho kejadian dunia. SiDunda Katekuten, Si Kosar Baru Dayang dan sebagainya.

Dalam upacara Perselihi, nama Debata Keci-keci disebut-sebut sebagaikesatuan dari Tiga Dewa yang dikenal, yaitu ; Dewa atau Dibata Batara Guruyang bersemayang di atas, Paduka Aji atau dewa yang bersemayam di bumitengah, serta Dewa Banua Koling di dunia bawah.

 Jelasnya, sistem kedewataan Hindu tidak sepenuhnya diterima masyarakatKaro, karena tipisnya pengetahuan suku ini tentang dewa-dewa yang

universil sifatnya. Adanya pengaruh Hindu makin jelas apabila kita amatimantera-mantera. Mantera yang dimulia dengan kata ‘hong’, adalah berasaldari Hindu. Sementara yang dimulai dari ‘Bismillah’, berasal dari pengaruh

Page 128: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 128/152

Islam. Selain itu, dalam mantera itu juga terdengar nama-nama :Muhammad, malaikat Jibril, Panglima Hamzah dan lain-lain.

Keterikatan masyarakat Karo terhadap pengaruh ini, berbeda dari satudaerah ke daerah yang lain. Bukti lain dari adanya pengaruh Hindu padamasyarakat Karo terlihat dari ‘Erlige-lige’, yaitu suatu upacara penguburanyang menarik jenazah di atas lige-lige, yaitu suatu bangunan tinggi yangditarik ratusan orang. Upacara ini sangat mirip dengan upacara-upacarayang ada di agama Hindu, yang hingga kini masih dilakukan di Bali.

Erlige-lige yang terakhir dilakukan yaitu tahun 1960 di Medan. Ketika itu Jamin Gintings menjabat Pangdam II/Bukit Barisan. Upacara Erlige-lige masihdilakukan di Tanah Karo sebelum kedatangan Jepang tahun 1942. Disamping itu, patut kiranya dicatat bahwa, di atas kuburan-kuburan orangKaro biasa dikibarkan bendera putih, khususnya di atas kuburan dukun, yanghingga kini masih terdapat pada pemeluk Hindu Bali di Pulau Bali.

‘Upacara Pe (te) rumah Nini’, yang kurang lebih merupakan upacarapemanggilan roh nenek moyang untuk memasuki raga Guru si Baso,sehingga si nini bisa berdialog dengan keturunannya. Dalam hal ini,sebenarnya bukanlah pengaruh agama Hindu semata. Akan tetapi masih adabekas sisa-sisa kepercayaan lama, yaitu yang lazim disebut, Pemena,Pelbegu dan lain-lain. Tentu saja dalam hal ini tak perlu membuat gusarbenar, sebab pengaruh-pengaruh demikian, wajar adanya. Upacara-upacarasedemikian, lengkap diikuti dengan segala macam “Sajen” (Sajian) jugaterjadi di Jawa.

Ungkapan mantera yang memakai ‘hong’, juga dikenal antara lain dalam

bentuk : hong wilaheng awigena, mas putu batara langgeng. Suatuungkapan yang biasa terjadi di dalam dunia perwayangan. Pengaruh lain dariagama Islam. Dalam hal tentang pengaruh Islam dalam masyarakat Karosangat jelas terlihat bahwa di Kesultanan Aceh, ujung utara pulau Sumaterahingga sungai Asahan di Timur Danau Toba, sangat kuat pengaruh Islamterutama dalam pemerintahan Sultan Iskandar Muda (sekitar tahun 1650-an). Pada masa inilah suku bangsa Karo yang tinggal di Langkat dan DeliSerdang masuk agama Islam. Jadi Islam telah masuk kurang lebih tiga ratustahun yang lalu.

Anderson, penulis ‘Mission to the East Coast of Sumatera’, 1923, menyebut-

nyebut bahwa orang Karo turut membantu Sultan Deli memberontakterhadap Kesultanan Aceh. Ada dugaan, bahwa orang Karo yang dimaksud disini, adalah orang Karo yang telah masuk Islam di bawah raja-raja yangmemakai marga Karo, seperti Datuk Sukapiring, Datuk Sabernaman,Kejurusan Sanembah Deli, Kejurusan Bahorok (Langkat Hulu) dan lain-lain.

Snouck Hurgronje, seorang Belanda yang banyak menulis tentang sejarahAceh dan Islam, dalam bukunya ‘The Gayo Land’, berpendapat bahwapenduduk Lingga pernah beremigrasi ke Gayo. Pendapat ini didasarkan atasterdapatnya marga Lingga di Gayo, yang bersamaan dengan margaSinulingga di Lingga. Hubungan Lingga dengan Gayo diperkuat dengan

adanya makam Tengku Syeh, seorang penganjur Islam di Uruk Ndoli, sebuahbukit antara desa Perbesi dan Bintang Meriah di Kabupaten Karo. Bintangmeriah diakui sebagai marga Sinulingga yang berasal dari Lingga. Perkataan‘Lau Bahing’ yaitu pemandian Bintang Meriah, dikatakan berasal dari kata‘Perbandingan’, sebuah tempat mandi di Lingga.

 Tengku Syeh yang dimakamkan di Uruk Ndoli itu, dalam misinya berjalandari Gayo ke Kabupaten Karo, memintas pegunungan Bukit Barisan menujuBahorok di sekitar-sekitar desa Perbesi, Bintang Meriah dan Kuta Buluh.Bahwa ia dimakamkan di Uruk Ndoli tidak perlu diherankan apabila diingatbahwa di kaki bukit itu terdapat pancuran bernama Tambak Malim. Diduga

dalam perjalanannya yang panjang itu, almarhum sering mandi danbersembahyang di Tambak Malim. Makam itu hingga kini terawat baik, danbanyak orang datang mengunjunginya. Terutama mereka yang percaya

Page 129: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 129/152

kepada ilmu gaib. Ada dugaan bahwa pemandian itu mendapat nama Tambak Malim dari dari Tengku Syeh. Malim diduga berasal dari kata alim.Dalam hal ini, kemungkinan lainnya asal kata tersebut adalah TambarMalem. Dua kata ini mempunya arti yang sangat baik dalam bahasa Karo.

Pada tahun 1905, Letnan Kolonel Van Daleen dengan para serdadunyadalam rangka operasi pembersihan dalam perang Aceh yang formil telahberakhir dengan menyerahnya Sultan Aceh pada tahun 1903 memasukidataran tinggi Karo dan menempatkan di sini Kapten H. Colijn sebagaipenguasa perang (militaire gezagheber) di Tanah Karo. Kemudian Colijndigantikan oleh Kontelir Poortman yang dipindahkan dari Sipirok ke TanahKaro. Maka mulailah berlangsung penjajahan Belanda di daerah tersebutyang mana berakhir pada Maret 1942 dengan kedatangan tentara Jepangyang dapat menaklukkan seluruh Hindia Belanda dalam waktu yang sangatsingkat. Kontelir Poortman segera mengusahakan agar pemerintahankolonial berjalan secara efektif. Tindakannya yang pertama adalah membagitanah Karo.

Dalam menetapkan para kepala dari swaparaja tersebut, Poortmanmenemukan kesulitan. Karena daerah Karo yang tidak pernah mengenalsistem kerajaan dalam arti yang sesungguhnya. Serta tidak pernah memilikisatu pemerintahan sentral. Sukar sekali memperoleh orang yang dapatditokohkan sebagai kepala swapraja. Tidak ada orang yang menonjolkeahliannya dalam melaksanakan pemerintahan. Dalam hal pemerintahantradisional selama ini yang sifatnya sangat demokratis, yang memegangtampuk pimpinan hanyalah ‘orang pertama diantara sesamanya’ (primusinter pares)

Poortman mengatasi kesulitan ini dengan mengangkat dua orang yangsemarga sebagai kepala swaparaja (twee hoofdige zelfbetuur) secaratemporer dengan ketentuan bahwa yang terpanjang usianya diantara yangsemarga ini kelak akan ditetapkan sebagai kepala swapraja dengan titelsibayak, yang bersifat hereditair. Setiap Sibayak memerintah daerahnyamasing-masing secara otonom. Sedangkan Kontelir yang ditempatkan diKabanjahe, bertindak selaku penasehat, meskipun dalam prakteknya dalammasalah penting kata terakhir terletak pada penasehat tersebut.

Dalam tahun-tahun berikutnya, Belanda berusaha meniadakan isolasi daerahKaro dengan membuka jalan yang dikeraskan (kemudian diaspal), mulai dari

Medan menembus jantung dataran tinggi Karo terus ke Kuta Cane di daerahAceh Tenggara. Pertimbangan strategi militer dalam pembangunan jalan ini,yakni untuk mempermudahkan transportasi militer berikut alat-alatnya tentu juga merupakan faktor yang penting, mengingat bahwa meskipun PerangAceh telah resmi berakhir, namun masih tetap merupakan daerah rawan,karena perlawanan rakyat masih terus berjalan meskipun bersifat sporadis.

Namun dengan dibukanya jalan tersebut, rakyat Karo memperoleh manfaatbesar. Karena sekarang daerah Karo menjadi daerah yang terbuka bagidunia luar. Isolasi physik geografis oleh Belanda, meskipun masih dalamtingkat rendah, dan tujuan utamanya adalah untuk mempersiapkan tenaga

administratif lapisan bawah dalam rangka menjalankan pemerintahanKolonial.

Didirikanlah sekolah-sekolah dasar, baik yang berbahasa pengantar Melayumaupun yang berbahasa Belanda.Usaha pertanian juga dipermodern, baikdengan cara memperkenalkan teknik pertanian modern ( pemupukan, antihama, dlsb) maupun dengan cara memasukkan jenis tanaman baru(kentang, kol, wortel, dlsb). Tanah Karo pernah terkenal karena bunga-bungaan yang pohon induknya berasal dari Eropah. Peternakan juga diberiperhatian secukupnya, dengan memberi pemberantasan penyakit hewan,usaha menaikkan jumlah populasi ternak, dan sebagainya.

Dengan bertambahnya mata-dagangan akibat perbaikan pertanian danpeternakan dan usaha lainnya, maka guna menyalurkan hasil-hasil baru

Page 130: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 130/152

tersebut, didirikanlah beberapa lokasi pertemuan antara pembeli-penjualberupa pekan-pekan yang diadakan secara bergilir menurut jalannya hari-hari per-minggu. Kegiatan perdaganganpun mulai dikenal. Sanitasi danpengobatan modern juga dipentingkan dengan mendirikan Rumah Sakit danleproserie (oleh Zending) dan Balai Pengobatan, pemberantasan penyakitmenular antara lain cacar, kolera, thypus, digiatkan.

Berastagi dan Kabanjahe dijadikan daerah peristirahatan sehingga benihbagi dunia kepariwisataan mulai ditanamkan. Namun harus diakui bahwa,peningkatan mutu perumahan kurang diperhatikan, sedangkan usaha-usahaperindustrian tidak diperkenalkan secara mendalam. Dalam pada itu tidakboleh dilupakan, bahwa sebelum tahun 1905, daerah kediaman orang Karodi luar dataran tinggi Karo, misalnya daerah Langkat, Deli Serdang dan Dairi,telah mendapat sentuhan pengaruh luar, terutama pengaruh Melayu.

Dapat dikonstatir bahwa sebelum perang dunia ke-II, di daerah Langkatbanyak orang Karo ‘masuk’ Melayu (menjadi orang Melayu dengan me-

resipier kebudayaan Melayu inklusi agama Islam). Dibukanya usaha-usahaperkebunan oleh maskapai-maskapai Belanda di daerah Langkat dan DeliSerdang menyebabkan selimut isolasi yang selama ini meliputi masyarakatKaro, secara berangsur-angsur semakin terbuka.

PERUBAHAN SOSIAL

Penjajahan Belanda di daerah dataran tinggi Karo hanya berlangsungsingkat, tidak lebih dari 37 tahun (1905-1942), sehingga dapat dikatakanbahwa daerah tersebut bahwa daerah di Indonesia yang paling singkat

berada di bawah penjajahan. Waktu yang relatif singkat itu menyebabkanBelandabelum mempunyai kesempatan cukup banyak untuk merubah wajahdan isi masyarakat Karo, baik dari segi positif maupun negatif.

Di atas sudah dikemukakan apa yang telah diperbuat Belanda. Tidakdiragukan lagi, bahwa apa yang dibuatnya itu, ditinjau dalam rangka apayang mungkin dilakukan dalam jangka panjang, adalah sangat minim dantidak berarti banyak dalam skala modernisasi.

Namun dampak dari kontak budaya Karo dengan Belanda yang modernsungguh di luar dugaan, bahkan jauh di luar perhitungan Belanda sendiri.

Seperti telah diuraikan di atas, kontak tersebut telah mengangkattirai/selubung isolasi yang selama ini meliputi masyarakat. Secara tidaksadar, Belanda telah menanam benih-benih perubahan sosial, yangdikemudian hari dikembangkan oleh masyarakat Karo untuk kebaikan dirinyasendiri.

Sewaktu Belanda datang, masyarakat Karo masih merupakan masyarakatmurni tradisional. Susunan perekonomiannya dan budayanya masih bersifatagratis. Kesuburan tanah dan iklim yang baik, menyebabkan masyarakatnyasekaligus bersifat swasembada. Hanya beberapa jenis kebutuhan yangdimasukkan dari daerah luar, antara lain garam.

Semua kebutuhan diprodusir – dan hanya diprodusir – untuk konsumsisendiri. Perdagangan hampir tidak dikenal, kalaupun ada hanya dalambentuk bartar. Setiap orang dapat memenuhi sendiri kebutuhan pokoknya.Waktu yang diperlukan untuk itu (menanam, merawat dan panen padian,dsb), hanya beberapa bulan saja sepanjang tahun. Yang selebihnya merekapergunakan untuk bersantai. Dapat dimaklumi bahwa dalam masyarakatyang demikian itu, orang cenderung untuk lekas merasa puas. Jenis dan jumlah kebutuhan tidak pernah bertambah. Masyarakat menjadi statis.Anggota masyarakat menerima keadaan statis itu sebagai suatu hal yangwajar. Perubahan ke arah yang lebih baik, maupun kemungkinan ke arah itu

tidak pernah terpikirkan.

Kontak dengan Belanda menyebabkan jendela untuk melihat dunia yang

Page 131: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 131/152

lebih luas menjadi terbuka. Kemungkinan-kemungkinan terbaru terhampardihadapan mata. Pada mulanya secara kabur dan tidak mempunyai bentukyang tegas dan karena itu kurang mempesona.

Secara berangsur-angsur dan perlahan tapi pasti, gambaran itu semakin jelas. Dunia pendidikan yang meskipun masih dalam tingkatan rendah,semakin membuka mata orang Karo. Terbukanya mata masyarakat Karoterhadap orang luar bukanlah tujuan utama kedatangan Belanda, melainkanefek sampingan dari kedatangan politik kolonial Belanda yang menjadikanIndonesia termasuk daerah Karo, sebagai suplier bahan mentah pasarandunia. Sekaligus juga menjadikan Indonesia menjadi tempat pelemparanhasil industri Eropah Barat.

Kedatangan Belanda sendiri membawa serta perubahan sosial yang bersifatfundamental, terutama dalam bidang kekuasaan pemerintahan dengandigesernya kekuasaan tersebut dari tangan rakyat Karo ke tanganPemerintahan Belanda. Perubahan lainnya yang diadakan Belanda, hanyalah

dalam rangka penegakan dan kelanjutan pemerintahan kolonial. Namundalam perubahan tersebut, terselip pula benih-benih perubahan, yang padawaktunya kelak akan berkembang menjadi perubahan yang membawamanfaat kepada rakyat Karo, antara lain dibukanya jalan-jalan sepertitersebut sebelumnya.

Pemerintahan pendudukan Jepang yang hanya singkat itu, telah mampumenimbulkan rasa cinta kepahlawanan dan disiplin, yang kemudian ternyatabermanfaat dalam usaha perjuangan kemerdekaan. Untuk mengisikemerdekaan yang telah berhasil diperjuangkan bangsa Indonesia.Perubahan sosial adalah suatu hal yang perlu dan harus, oleh karena itu kita

perjuangkan dengan sungguh dan secara berencana.

 JAKARTA PERIODE : 1950-AN

Paksa Belanda jadi penguasa denga i Indonesia enda, labo piga kalak Karotading i Jakarta. Tapi kenca proklamasi 1945, terlebih kenca penyerahenkedaulatan tahun 1949, piga-piga kalak Karo berkat ku Jakarta. Lit perbahanerdahin bas pemerintahen, lit berusaha, tapi si melalana anak sekolah,nerusken pendidikan ku perguruan tinggi.

Ngadi-ngadi tahun 1960, la she 20 jabu kalak Karo i Jakarta. Tapi bage gia,situhuna ibas tahun 1954, enggo me lit perpulungen kalak Karo, gelarna :KARO SADA KATA. Sedekah kurang lebih 20 tahunen, KSK enggo berperanpersada ras pepulung kalak Karo i Jakarta. Kerina acara kebudayaan Karo lit iteruh panji-panji KSK. Umpamana, guro-guro aron, kerja tahun, acaraperjabun, kepaten, acara tahun baru, ras acara halal bi halal, pagelaranbudaya bas acara nasional, se Jakarta tahpe acara masyarakat SumateraUtara i Jakarta. Radu ras runggun Gereja GBKP si paksa si e, ersada dengaras Klasis Medan. KSK enggo mereken pengepkeppen perpulungen raspersadaan man kalak Karo i Jakarta.

 JAKARTA PERIODE : 1970-AN

Mengketi periode tahun 1970-an, per reh kalak Karo ku Jakarta, enggo kalbali bagi kalak Karo mengketi Medan tahun 1950-an. Terlebih bas paksa si e,enggo lit perusahaan angkutan PO Saudaranta, si karina karyawanna kalakKaro. La persoalen lit SIMna ntah lahang. Asal nggit ngarak-ngarak motornggo dat nakan ras belanja, janah enggo ka danci gawah-gawah tare motorndedah Jakarta. Diher terminal/Pool Saudaranta, umpamana : Cililitan,Lenteng Agung bagepe Taneh Kusir, she asa gundari enggo jadi perkutaankalak Karo.

Mulai me tubuh perpulungen-perpulungen merga. Megati ikataken arisen,kerina merga lit arisenna. Lebih asa merga, sub merga pe lit arisenna.Malahen sub merga ngikutken kesain tahpe ripe i kuta lit arisenna. Acara

Page 132: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 132/152

guro-guro aron, selain ngikutken perpulungen se Jabotabek, enggo erdalanngikutken pemukimen saja. Lit gendang Tanah Kusir, Gendang Tj Priok,Gendang Cililiten ras sidebanna, janah si erjabaten I tenahken tahpe I leginangkeng.

 JAKARTA PERIODE : 1980-AN

Kenca tahun 1980-an, perpulungen kalak Karo enggo tuhu-tuhu melalaerbagena. Lit ngikutken merga, sub merga, kesain, ripe ras anak beruna.Perpulungen kuta-kuta kemulihen, ras perpulungen ngikutken wilayah.Perbahan metirna arus pembangunen, khususna perluasen pemukimen,gundari enggo merupaken sada perpulungen si mbelin kalak Karo se: Jakarta, Tanggerang, Bogor, ras Bekasi (Jabotabek).

 Tapi adi lit kerja, janah iban surat undangen kade-kade/keluarga si ikutngundang labo si se Jabotabek ngenca, tapi ikut se Pulau Jawa ras Lampung,tempa-tempa jadi sada kuta si mbelin. Tambah si e tentuna, lit ka

perpulungen ngikutken kiniteken (religi), Kristen ras Islam, enggo erperanmbelin ibas mpepulung kalak Karo.

GBKP Klasis Jakarta umpamana, khusus untuk wilayah Jakarta, Tanggerang,Bogor ras Bekasi, ngengkep 12 runggun. Emkap Jakarta Pusat, Cililitan, Tanjung Priok, Kebayoran Lama, Rawamangun, Depok/LA, Cijantung, Tanggerang, Bogor, Bekasi, Pondok Gede ras Pengumben.

Adi tiap runggun, lit 3 sektor saja, enggo lit 36 perpulungen jabu-jabu tiapminggu. 144 perpulungen tiap bulan, tambah ka PA Moria, Permata KKRtahpe Mamre. Benana 36 kali kebaktian bas cakap Karo tiap bulan. Tiap

minggu lit acara petandaken anggota si mbaru reh, janah la enggo pernah litminggu kosong bas acara petandaken. Arah si e, menam-menam litregistrasi otomatis kerehen kalak Karo ku Jakarta.

PERPINDAHAN SUKU-SUKU KARO

DARI DATARAN TINGGIKE WILAYAH DUSUN-DUSUN DELI

GURU PATIMPUS SEMBIRING MENDIRIKAN KUTA MEDAN

Seperti telah disinggung sebelumnya, di wilayah “dusun” (pedalaman/dikakai Bukit Barisan), ada suatu suku yang menyebut dirinya Karo (atau Harodi Asahan) yang kini sisanya masih tinggal di kampung Siberaya (dekat diatas Deli Tua), dan mereka disebut Karo Sekali (asli). Mereka inilah (yangIslam), yang bercampur baur dengan orang-orang Melayu pesisir yangmenjadikan penduduk kerajaan Haru (deli).

Di dataran tinggi Karo, pada awal abad ke-17, datanglah gelombang invasidari berbagai marga dari arah Dairi dan Toba. Yaitu, Barus, Lingga danSitepu, yang menurut suku Karo, itu bukan asli Karo, sehingga dinamakanKaro-karo. Mereka itu lalu menetap dan membuat perkampungan (kuta)sampai di dataran rendah dekat Deli Tua dan Binjai. Marga Tarigan datangdari Dolok dan Simalungun, dan juga dari Lehe (Dairi), berjalan menujuNagasaribu dan Jupar. Satu cabang mereka pergi turun ke pesisir (Ale – Delidekat Pulau Berayan, dan bahkan sampai ke Siak. Masa itu juga GuruPatimpus mendirikan perkampungan – perkampungan (kuta-kuta) sampai diMedan sekarang.

 J.H Neumann menduga, mereka pindah bergelombang dari datarang tinggiKaro, karena adanya desakan dari orang-orang India Tamil yang datang dari

Page 133: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 133/152

arah Singkel dan Barus yang masuk ke Taneh Karo, dan juga karena mergaSembiring diusir dari Aceh. Kemungkinan lain ialah, karena tanah di dataranrendah relatif lebih subur daripada di dataran tinggi dimana tanah tidakmencukupi lagi. Itu dimungkinkan karena penduduk di dataran rendah telahmenciut akibat peperangan-peperangan dengan Aceh berkali-kali dalamperiode 1539-1640, sehingga bandar-bandar hancur, dan kampung-kampungditinggalkan.

Marga Ginting datang via Tengging lewat pegunungan (layo Lingga) masuk Tanah Karo. Banyak pula daerah mereka yang diambil merga Sembiring.Merga Perangin-angin datang dari Pinem dan Layo Lingga. Mereka menujuke utara, ke Kuta Buluh dan ke sebelah barat Gunung Sinabung. Juga merekamelintasi pegunungan menuju dataran rendah dekat Binjai. Hanya Perangin-angin Batu Karang yang datang dari arah Siantar, tetapi akhirnya mengaku juga datang dari arah Dairi. Sembiring Kembaren datang melalui Lau Balengdan via Samperaja (Liang Melas), masuk Bahorok di Langkat. Ada juga yangterus ke Tanah Alas. Invasi yang terakhir adalah dari marga-marga

Sembiring lainnya (Brahmana, Meliala, Depari dan lainnya), yang jugamelalui jalan tadi, agak ke timur menghulu Sungai Biang dan menuju arahSiberaya.

 Jika ditelusuri cerita dari Perbesi, maka marga-marga Sembiring ini barumasuk Dusun Deli dan Serdang kira-kira 150 tahun yang lalu. Merga-mergaini sangat sedikit, dan tidak pernah menjabat Kepala Kampung (Penghuluatau Perbapaan) di Deli dan Serdang. Jadi hampir dari semua mereka inidatang dari Hulu Sungai Singkel dan hulu sungai-sungai di sebelah pantaibarat Sumatera.Apa faktor-faktor dan motif yang mendorong mereka itu pindah ke dataran

rendah ? Ada beberapa penyebab: Jika ditelusuri cerita-cerita dari pustaka mereka, adat Karo zaman dahulumenghendaki putera-putera raja harus merantau dan mendirikan kampung-kampung dan kerajaan-kerajaan yang baru agar turunan mereka menjadibesar. Kita ambil contoh Datuk Sunggal. Sebahagian berpenduduk Karo dariwilayahnya (Serbanyaman) dihuni oleh mereka-mereka yang berasal darikerajaan Teluk Kuru di dataran tinggi. Di situ yang berkuasa marga Karo-karoGajah, yang di dataran rendah sangat sedikit jumlahnya.

Selain faktor kesuburan dataran rendah, juga adanya sifat bertualang bagi

orang-orang Karo, terutama yang masih lajang, atau kalah perang dan harusmengungsi.

Petualangan-petualangan secara individu juga terjadi, marga-marga dan submarga saling bercampur untuk tinggal dimana-mana. Mungkin ketika dalamperjalanan berdagang menuju pesisir dan muara-muara sungai dimana adapedagang-pedagang Melayu, di dalam perjalanan pulang mereka tersesat.Lalu di suatu tempat yang baik, mereka membuka kediaman yang baru,yang disebut ‘Dagang’. Petualangan individu itu bisa juga terjadi dimanaorang-orang yang bersalah di kampungnya, lari dan mendirikan pemukiman-pemukiman di dataran rendah. Pemukiman-pemukiman suku Karo ini pada

awalnya sampai ke daerah 10 KM dari pesisir pantai. Mereka yang berdiamdi pesisir itu telah di Islamkan orang-orang Melayu, seperti halnya Datuk-datu Kepala Urung di Sunggal, Hamparan Perak (XII Kuta), Sukapiring danSenembah. Mereka inilah perantara dengan rekannya sesama suku yangmasih belum beragama di Hulu.

Kampung-kampung Karo yang baru didirikan disebut Kuta, dan kepalakampungnya ialah marga yang mula-mula mendirikan/membuka tanah disitu. Ia berhubungan erat dengan Kepala Kampung Induknya di datarantinggi. Ia tak ubahnya sebagai koloni baru yang otonom. Kalau dua ataulebih marga berlainan yang mendirikan bersama-sama sebuah kampung,

maka masing-masing marga mengepalai satu komplek, yang disebut kesaindari kampung itu. Kepala Kampung ini disebut Penghulu atau Raja, dan kalautitel turunan bangsawan disebut Sibayak. Penghulu tidak memerintah

Page 134: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 134/152

sendiri-sendiri, tetapi didampingi:

1. Anak Beru (anak laki-laki saudari perempua yang lain marga)2. Senina (salah seorang dari sub marga yang sama dengan penghulu)3. Kalimbubu (pihak mertua dari Penghulu)4. Anak Beru Menteri (anak beru dari anak beru penghulu)5. Pertuha Kuta (orang tua yang dianggap peduli adat dipilih dewan desa)

 Jadi, ‘dusun’ yang mempunyai ‘kuta’ (kampung), adalah republik-republikkecil.

PERBAPAAN

 Jika suatu kuta baru didirikan oleh orang-orang dari kuta (kampung) Induk,maka kampung induk itu disebut PERBAPAAN (tempat dimana bapaktinggal). Serta kuta yang baru itu tidaklah merdeka sepenuhnya. Karena itu, jika ada perkara dan penduduknya kurang puas, bisa naik banding kepada

putusan kampung perbapaan disebut ‘Balai’. Satu Perbapaan bersama-samaanak kampung membentuk ‘kuta’nya satu negeri yang disebut URUNG. Ada juga beberapa kepala kampung yang berjasa kepada Datuk dan diberi gelar‘Penghulu Kitik’. Sedangkan Perbapaan diberi gelar ‘Penghulu Belin’.

FEDERASI URUNG – URUNGSetiap wilaya dari Datung (Urung) 4 suku di Deli (terutama Sunggal, SepuluhDua Kuta Hamparan Perak dan Sukapiring, dibagi lagi atas 2 wilayah ;

1. Sinuan Bunga, (dimana kapas ditanam). Ini adalah daerah-daerah yang

berbatasan dengan dataran pesisir dimana tinggal suku Melayu.2. Sinuan Gambir (dimana gambir ditanam), ialah wilayah-wilayah pendudukKaro yang berbatas dan bersatu dengan daerah Hulu sampai ke Dataran Tinggi Karo. Jadi, daerah berpenduduk suku Karo di Deli terbagi atas :

a. Kampung – kampung (kuta)b. Urung (Perbapaan)c. Hoofd-Perbapaand. Datuk-datuk

Di dalam masa interregnum inilah tiba seseorang yang bernama Guru

Patimpus ke Medan sekarang ini. Ini dikisahkan dalam riwayat HamparanPerak. Dokumen asli dalam aksara Karo dan ditulis dalam pustaka yangterdiri dari lempengan-lempengan bambu, tetapi dokumen asli ini yangdisimpan di rumah Datuk Hamparan terakhir (Datuk Hafiz Haberham), telahterbakar ketika berkecamuk revolusi sosial yang disponsori kaum komunis diSumatera Timur, tanggal 4 Maret 1946. Yang ada sekarang hanyalah salinanyang diketik dalam bahasa Indonesia dengan aksara Romawi. Singkatnya, isidokumen itu adalah sebagai berikut;

RAJA SINGA MAHRAJA memerintah negeri Bekerah kawin dengan puteri dariorang besarnya bernama PUANG NAJELI dan nama orang besarnya itu JALIFA.

Dari perkawinan ini, lahirlah dua orang putera, masing-masing bernama Tuan Manjolong (yang kemudian menggantikan kedudukan bapaknyasebagai raja dan Tuan Si Raja Hita, yang belakangan pergi merantaubersama neneknya Jalipa, dan akhirnya tiba di sekitar Gunung Sibayak(Tanah Karo). Sesampainya di sana, salah seorang kesasar di dalam hutansehingga keduanya terpisah. Jalipa akhirnya sampai ke kampung Kendit. Turunan suku Karo di XII Kuta, asalnya datang dari Kendit ini kemudiannya.Setelah perpisahan ini, Tuan Si Raja Hita kembali ke Bekerah via laut Tawar.Kemudian kawin serta menetap di kampung Pekan. Disana ia memperoleh 3orang anak. Yang nomer 2 dirajakan di kampung Pekan (Pekan) ini, sedangyang nomor 3 kemudian dirajakan di Kampung Balige. Dan yang tertua

bernama Patimpus, yang tak mau menjadi raja, namun suka merantaumenambah ilmu, sehingga lama kelamaan ia dikenal sebagai Guru Pa Timpus. Si Raja Hita meninggal. Guru Pa Timpus kemudian pergi ke kampung

Page 135: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 135/152

Pekan. Ia kemudian kawin dengan anak raja Ketusing, dan menetapsementara di sana. Dari perkawinan ini ia memperoleh putera-puteri :1. Benara, yang mendirikan kampung Benara2. Kuluhu, yang mendirikan kampung Kuluhu3. Batu, yang mendirikan kampung Batu4. Salahan, yang mendirikan kampung Salahan5. Paropa, yang mendirikan kampung Paropa6. Liang, yang mendirikan kampung Liang7. Serta seorang gadis yang kawin dengan Raja Tangging (Tingging)

Demikianlah kesemua kampung-kampung itu menjadi anak beru darikampung Ketusing. Tiada berapa lama kemudian, terjadilah huru-hara didataran tinggi Karo. Guru Pa Timpus sangat masygul memikirkan nasibmoyangnya Jalipa yang tinggal di Kaban kini. Ketika ia menuju Kaban,sampailah ia di Aji Jahe, yang waktu itu sedang dilanda perang saudara. Iadapat menyelesaikan huru-hara itu, sehingga tercipta perdamaian dan ia laludikawinkan di sana. Dari perkawinan itu, lahirlah dua orang putera bernama

Si Janda (menetap di Aji Jahe) dan Si Gelit (Bagelit). Tiada berapa lama, terbitpula huru-hara di kampung Batu Karang. Guru Pa Timpus diminta kesanamenyelesaikannya. Setelah diperoleh perdamaian, maka ia dikawinkan disana. Dari perkawinan itu, lahir pula dua orang putera, yaitu Si Aji (kemudianPerbapaan Perbaji), dan Si Raja Hita, yang kemudian dirajakan di kampungDurian Kerajaan (Langkat Hulu).

Pada suatu ketika ia berada di Aji Jahe, terdengarlah kabar bahwa “ Jawibangsa Said datang dari negeri Jawa diam di Kota Bangun, dinamakan DatukKota Bangun, sangat luar biasa tinggi ilmunya. Guru Pa Timpus besertapengiring-pengiringnya, lalu pergi ke arah hilir, dan kemudian sampailah

mereka di Kuala Sungai Sikambing. Dia menetap di sana selama 3 bulan.Barulah dia pergi menemui ulama Datuk Kota Bangun tadi.

Setelah sama-sama mencoba kepandaian ilmu mistik masing-masing,akhirnya ternyata Datuk tadi lebih unggul, akhirnya Guru Pa Timpus tadibersedia masuk Islam. Di sini istilahnya “masuk Jawi” = masuk Melayu.Kemudian ia kembali ke gunung dan berunding dengan pengikut-pengikutnya. Di dalam kata perpisahan antara lain disebutnya ;

“… serupa juga aku di sini atau di sana, sebab kita punya tanah sampai kelaut, aku pikir jikalau aku tiada masuk Islam, tentulah tanah kita yang dekat

laut diambil oleh Jawi dari seberang…”

Kemudian Guru Pa Timpus bersama 7 orang besarnya, masuk Islam olehDatuk Kota Bangun. Di sana mereka berguru agama Islam selama 3 tahun,dan ia lewat di kampung Pulau Berayan. Ketika itu Pulau Berayan masihberpenduduk asal Karo. Dan raja di kampung itu bermarga Tariganketurunan Panglima Hali (bandingkan Pustaka Tarigan yang menyebut ‘AleDeli’) yang sudah lama memeluk Islam. Raja ini memiliki seorang putri yangcantik, kepada siapa Guru Pa Timpus jatuh hati. Tetapi gadis ini selalu sajamenghinanya dan tidak akan bersuamikan “ Batak masuk Jawi “. Guru Pa

 Timpus lalu sakit hati, kemudian mengguna-gunai gadis itu sehingga tergila-gila kepadanya. Sehingga akhirnya dapat disembuhkan Pa Timpus sendiri,maka gadis itu dikawinkan ayahnya dengan Guru Pa Timpus. Tiada beberapalama, Guru Pa Timpus kemudian membuka kampung Medan (Kuta yang ke-12). Sesudah ia siap membuat rumah dan kampung, lalu dari Medan inilah iamemerintah dusun-dusun taklukkannya yang ada di Hulu. Ketika di Medaninilah lahir 2 orang puteranya, masing-masing bernama Hafidz Tua (sebutanKolok) dan Hafidz Muda (panggilan Kecik).

Saat berumur 7 dan 8 tahun, anak-anak ini berguru kepada Datuk KotaBangun. Ketika sampai pada masa khatam Al Quran dan mau menyunat

rasulkan putera-putera ini, maka dibuatlah pesta yang besar, denganmengundang kerabat yang dari gunung. Berhubung puteranya Si Bagelitmenuntut supaya dia nanti bakal pengganti raja, sedangkan Hafidz Tua dan

Page 136: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 136/152

Hafidz Muda sudah dewasa pula, maka Guru Pa Timpus menentang hal itu.Setelah berunding dengan para pembesar-pembesarnya, lalu 1/3 dari tanahkerajaannya ke arah gunung, yang kemudian disebut dengan Sukapiring,diserahkan kepada Si Bagelit selaku rajanya, dan berpusat di DurianSukapiring, setelah Si Bagelit di Islamkan oleh Datuk Kota Bangun.

Atas nasihat Datuk Kota Bangun, maka kedua putranya disuruh menghadapkepada Sultan Aceh. Sesampai di sana, oleh Sultan Aceh mereka dianugrahipangkat panglima dengan alat kebesaran sebuah Gedubang dan mereka laludikawinkan di sana. Kemudian mereka pulang ke Medan. Guru Pa Timpusmembuat kampung yang baru di Pulau Bening, lalu meninggal dunia, dandimakamkan di sana. Karena abangnya tidak mau menggantikan posisi ayahmereka menjadi raja, maka Hafidz Muda kemudian yang menjadi rajamenggantikan singgasana Guru Pa Timpus.

BAB X

KESUSASTERAAN KARO

Kesusasteraan Karo memiliki dua bentuk, yakni lisan dan tulisan. Namun,sastra bentuk lisan lebih dikenal dibandingkan tulisan.

BENTUK-BENTUK SASTRA LISAN

Bentuk-Bentuk Sastra Lisan yang Terkenal Pada Masyarakat Karo, antaralain:

Ndungdungen : Dapat disamakan dengan pantun Melayu, biasanya terdiridari 4 baris bersajak abad. Dua baris pertama berisi sampiran dan dua baris

terakhir merupakan isi.

Bilang-bilang : Yang berupa ‘dendang duka’, biasanya didendangkan dengan

Page 137: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 137/152

ratapan oleh orang-orang yang pernah mengalami duka nestapa, seperti ibuyang telah meninggal dunia, meratapi idaman hati yang telah direbut oranglain atau pergi mengembara ke rantau orang.

Cakap Lumat : Atau ‘bahasa halus’ yang penuh dengan bahasa kias, pepatahpepitih, perumpamaan, pantun, teka-teki, dan lain-lain. Cakap lumatbiasanya digunakan oleh bujang dan gadis bersahut-sahutan pada masapacaran dimalam terang bulan; atau oleh orang tua pemuka adat dalamberbagai upacara, misalnya upacara meminang gadis.

 Turin-turin : Atau cerita berbentuk prosa, misalnya mengenai asal usulmarga, asal-usul kampung, cerita bintang, cerita orang sakti, cerita jenakadan lain-lain. Biasanya diceritakan oleh orangtua pada malam harimenjelang tidur.

 Tabas-tabas : Atau mantra-mantra yang pada umumnya hanya para dukunsaja yang mengetahuinya. Konon kabarnya kalau para mantra sudah

diketahui orang banyak maka keampuhannya akan hilang.Kuning-kuningen : Atau ‘teka-teki’ yang dipergunakan oleh anak-anak,pemuda-pemudi,orang dewasa diwaktu senggang sebagai permainandisamping mengasah otak.

BENTUK SASTRA TULIS

Bentuk Sastra Tulis Yang Terkenal Pada Masyarakat Karo, Antara Lain:

Sastra tulis juga dikenal oleh masyarakat Karo. Sastra tulis itu pada itu padamasa dulu dituliskan pada laklak atau kulit kayu dan bambu dengan suratKaro ’Aksara Karo’ yang berupa huruf silabis ( semua huruf atau silabe dasarberbunyi a ) yang biasa disebut: haka bapa nawa yang merupakan enamsilabe pertama aksara Karo:

Pada tahun 1961 G. Smit menerbitkan sebuah buku yang ditulis dalamaksara Karo, di Leiden Negeri Belanda. Buku tersebut dimaksudkan olehpenyusunnya sebagai bahan bacaan bagi masyarakat Karo, terlebih lebihuntuk anak-anak sekolah. Buku bacaan yang setebal 64 halaman itu berjudul“ Surat ogen man guna urang Karo, iapke surat Karo jine” atau ‘kitab bacaan

untuk kepentingan orang Karo dengan menakai aksara Karo’(Voorhoeve,1955:36).Buku bacaan G. Smit itu adalah buku bacaan pertama yang mempergunakanaksara Karo. Kiranya setengah abad setelah terbitnya buku Smit tersebut,barulah ada usaha dari putra Karo untuk menyusun bahan bacaan untukanak-anak sekolah di Tanah Karo, termasuk bahan bacaan yangmempergunakan aksara Karo.

KEPUSTAKAAN KARO

Karya-karya tulis mengenai bahasa, sastra, dan budaya Karo memang relatif sedikit sampai kini. Dari karya yang sedikit ini, dapat dibuatpengklasifikasian atas bidang-bidang PERKAMUSAN, KEBAHASAAN,KESUSASTERAAN, dan PENELITIAN.

A. BIDANG PERKAMUSAN

M. Joustra merupakan pelopor dalam penyusunan kamus bahasa Karo. Padatahun 1907, E.J. Brill menerbitkan kamus karya M. Joustra yang berudul KaroBataksch Woordenboek (IX + 244 halaman) di Leiden, Negeri Belanda.Dalam kamus ini, setiap artikel atau entry atau kepala ditulis dengan aksara

Karo, disertai dengan transkripsinya dalam aksara latin, lalu diberikan artisecara penjelasannya dalam bahasa Belanda.

Page 138: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 138/152

Empat puluh tahun kemudian, pada tahun 1951 menyusullah J.H Neumandengan kamusnya KARO BATAKS NEDERLAND WOORDENBOEK ( 344halaman) diterbitkan oleh Varekamp & Co di Medan. Kamus berbahasa Karo– Belanda ini disusun menurut abjad atau alfabet Latin dan arti, sertapenjelasannya diberikan dalam bahasa Belanda.

Pada tahun 1971, Henry Guntur Tarigan menerbitkan dalam berstensil KATADASAR BAHASA KARO ( IV + 65 halaman) di Bandung. Buku kecil inimengetengahkan suatu teori untuk menghitung kata dasar suatu bahasatermasuk bahasa Karo. Berdasarkan jumlah suku katanya, kata dasar bahasaKaro dapat dibagi atas ekasuku, dwisuku, trisuku, catursuku, yang masing-masing mempunyai 2,18,16 dan sepuluh tipe pula. Kata dasar dwisukumenduduki tempat teratas bila ditinjau dari segi kwalitas tipe maupunbutirnya (18 tipe,5005 butir)

B. BIDANG KEBAHASAAN.

Pada tahun 1992, J.H. Neumann menerbitkan karyanya yang berjudul Schetder Karo Bataks Spraakkunst ‘Sketsa Ilmu Bahasa Batak Karo’ (IV +138halaman) dalam VBC 63/4 di Welkvreden/’s- Hage. Karya Neumann inimerupakan pelopor dalam bidang kebahasaan Karo.

Pada tahun 1966, Henry Guntur Tarigan menulis kata KATA TUGAS BAHASAKARO (30 halaman) di Bandung. Berturut-turut pada tahun 1972 dan 1975penulis ini menyelesaikan Fonologi Bahasa Karo (64 halaman) dan MorfologiBahasa Karo (X+97 halaman) di Bandung.

Pada tahun 1967, Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan menulis

SINTAKSIS BAHASA KARO ( 97 halaman) di Bandung, yangmemperbincangkan frase, klausa, dan kalimat bahasa Karo.

C. BIDANG KESUSASTERAAN

Dalam bidang kesusasteraan pun, nama-nama M Joustra dan J.H Neumanntetap akan dikenang, karena mereka merupakan pelopor dalampendokumentasian cerita-cerita rakyat di Tanak Karo dari awal abad keduapuluh.

Dalam Mededelingen yang wege het Nederlansche Zendelinggenootschap( disingkat MNZG) 45 (1901) halaman 91-101, dimuat sebuah artikael M. Joustra yang berjudul: Een en ander uit de litteratur der Karo Bataks, yangmengetengahkan sejumlah teka-teki dalam bahasa Karo besertaterjemahaannya dalam bahasa Belanda.

Iets over Bataksche litteratur adalah judul tulisan M.Joustra yang berturut-turut dimuat dalam MNZG 45(1901) halaman 165-185, MNZG 46 (1902)halaman 357-372, dan MNZG 47 (1903) halaman 140-165. dalam tulisanberturut-turut diketengahkan nyanyian anak-anak, pantun, perumpamaan,dendang duka dan beberapa cerita Karo.

 Juga dalam MNZG 46(1902) halaman1-22 dimuat tulisan M. Joustra yangberjudul HET PERSILIHI MBELIN yang memaparkan upacara persilihi atauupacara untuk menggantikan tendi (roh) seseorang dengan gana-gana(patung) agar orang tersebut selamat. Upacara ini dipimpin oleh seorangguru (dukun) yang mempergunakan mantra khusus yang disebut: tabaspersilihi mbelin ( mantra patung besar).

Pada tahun 1904, majalah VBC 56/1 memuat karya M. Joustra yang berjudulKaro Bataksche Vertelinggen ( cerita-cerita Batak Karo ) yang agak panjang(123 halaman). Tulisan tersebut memuat empat buah cerita Karo, yaitu si

Laga Man, Ai Adji Deonda Katekoetan, Sarindoe Tubuh dan Raja Ketengahen.Setiap teks cerita Karo disertai terjemahaan dan penjelasan dalam bahasaBelanda.

Page 139: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 139/152

 Toeri-toeri Karo adalah karya M. Joustra yang terdiri dari dua jilid, diterbitkanoleh S.C. van Doesburgh di leiden. Jilid pertama terbit pada tahun 1914 yangmemuat tiga buah cerita: Beru Patimar, Sibayak kuta buluh, dan simandupa(46 halaman). Jilid kedua terbit pada tahun 1918 dan hanya memuat sebuahcerita yang berjudul: Teori-teori anak Karo Mergana, Sibayak Baroes Jahe (52halaman). Keempat cerita itu tertulis dalam bahasa Karo tanpa terjemahandalam bahasa Belanda.

Demikian telah kami utarakan beberapa karya M.Joustra dalam bidangkesusasteraan Karo. Sekarang kita beralih kepada J.H.Neumann.

Dalam MNZG 46(1902) halaman 23-39 dimuat karya J.H.Neumann yangberjudul De Begoe in de godsdienstige begrippen der Karo – Bataks in deDoesoen (Begu dalam pengertian Ketuhanan orang Batak Karo di dusun).Dalam tulisan di atas Neubegu ganjang, begu menggep, begusidangbela/begu mentas, begu jabu, begu naga lumayang, begu mate sada

wari, begu bicara guru, begu tungkup.Dalam MNZG 48(1904) halaman 101-145 dapat dibaca tulisan J.H. neumannyang berjudul De Tendi in verband metsi dayang. Dalam tulisan inidibicarakan bagaimana hubungan tendi dengan si Dayang yangmelambangkan kecantikan kehalusan budi seorang wanita. Menurut guru,ada tiga jenis tendi yang memiliki nama sendiri, yaitu : Si Junjung, SiGalimang, Si Ndakara, SiNdakiri, Si Berka Kondang, Si Berkah Kasih, Si OlahLapat/ Si Lindung Bulan. Dan untuk menghormati/memanggil ada beberapacara, yaitu: ngicik tendi, ngkap tendi, raleng tendi, ngkirep tendi, manggiltendi, ndilo tendi, dan upacara mengusir/mengenyahkan tendi dan roh

disebut: ngeleka tendi. Baik dalam upacara memanggil atau mengusir roh itusang dukun mempergunakan tabas atau mantra.

Ben en ander aangaande de Karo-Bataks adalah judul karangan JH.Neumannyang dimuat berturut-turut secara bersambung dalam MNZG 48 (1904)halaman 361-377;MNZG 49(1905) halaman 54-67; MNZG 50(1906) halaman26-40; MNZG 51(1907) halaman 347-364. dalam tulisan ini JH.Neumannmengemukakan serba serbi mengenai budaya Karo, antara lain: persebahanpada nenek moyang, tafsir mimpi, naga lumayang,hari dan bulan,masalahtapa, masalah nasib sial,membawa bayi kepancuran, pawanglebah,matahari,bulan dan bintang, halilintar,memanggil roh,mantra, dan

permainan anak-anak. Disamping bahasa Karo disertakan pula terjemahandan keterangan dalam bahasa Belanda.

Untuk keperluan anak-anak sekolah ditanah Karo, tempat pendeta Neumannbertugas sebagai pengembala domba-domba Tuhan, beliau menyusun puladua jilid buku bacaan yang bejudul ERBAGE BAGE TEORITORIN. Jilid pertama(27 halaman) terbit pada tahun 1907 di Rotterdam,negeri Belanda;jilid(kedua 35 halaman) terbit pada tahun 1911, di lagoeboti,Tapanuli. Jilidkedua berisi 12 cerita. Semua cerita ini tertulis dalam bahasa Karo tanpaterjemahan, ada yang bersal dari cerita rakyat Karo asli dan ada juga yangberasal dari cerita Melau yang diterjemahakan kedalam bahasa Karo.

Dalam tulisannya yang berjudul “Bijdrage tot de Genschiedenis der KaroBataktammen(I)” yang dimuat dalam BKI 82 (1926)halaman 1-36, JH.Neumann mengemukakan sejarah asal – usul suku batak Karo, dan jugaasal usul setiap marga yang terdapat pada masyarakat Karo ( Karo-karo,Ginting, Peranginangin, Sembiring,Tarigan). Terjemahannya dalam bahasaIndonesia telah diterbitkan oleh LIPI Jakarta.

Dalam Bijdrage tot de Genschiedenis der Karo Bataktammen (II) dalam BKI83 (1927 ) halaman 162-180, J.H.Neumann menyajikan Pustaka Kenbarenbeserta terjemahan dan penjelasan dalam bahasa Belanda. Dalam tulisan ini

dikatakan bahwa asal usul merga Kembaren adalah dari pagarruyung,minangkabau.

Page 140: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 140/152

Dalam Feesbundel BKI vol.II (1929) halaman 215-222 dan dalam TGB & 3(1933), halaman 184-215, dimuat karya J.H.neumann mengenai bilang-bilangadalah karya sastra berupa prosa berirama yang penuh dengan kata-katakias, pepatah-pepitih, pantun, serta bahasa halus lainnya, yang mengandungdendang duka seseorang akan kematian, perpisahan dengan orang yangdikasihi, ataupun pengalaman serta penderitaan dalam perantauan.

Dalam TBG 70 (1930 ) halaman1-47, J.H Neumann muncul dengan karyanya“ Poestaka Ginting’ yang menceritakan asal usul orang Karo yang bermargaginting yang datang dari Kalasen melalui Tinjo ke Tanah Karo, sertaberkembang biak menjadi ‘ Siwah Sada Ginting’ ( sembilan putra danseorang putri Ginting). Di samping teks disertakan pula terjemahannya danpenjelasan dalam bahasa Belanda.

‘Asnteekeningen over de Karo Bataks’ adalah tulisan J.H. Neumann yangdimuat dalam TBG 79 (1939) halaman 529-571. dalam tulisan tersebutpendeta Neumann mengemukakan beberapa catatan mengenai aneka

budaya Karo, antara lain:a) Sumpah serapah kepada orang yang sangat dibencib) Ketakutan dengan halilintarc) Kematian dan penguburan mayatd) Pacaran dan perkawinane) Merga, beru, dan bebere

Walaupun tak seproduktif M.Joustra dan J.H Neumann, masih ada penulisyang menulis hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan sastra dan budayaKaro, antara lain Dr.R.Romer dan H.Guillaume.

Dalam TBG 50 (1908) halaman 205-287 dimuat tulisan DR.R.Romer yangberjudul ‘Bijdrage tot de Geneeskunst der Karo-Bataks’. Sebagai seorangDoktor yang bertugas pada Deli Maatschappij, dia mengakui akan adanyaobat-obat tradisionil Karo, bahan-bahannya, cara membuatnya, dan caramengobatkannya. Nama-nama penyakit, nama-nama obat tradisionil, bahan-bahan ramuannya ditulis baik dalam bahasa Karo dan bahasa Melayu,bahkan dimana perlu disertakan pula istilah-istilahnya dalam bahasa Latin.Keterangan-katerangannya diberikan dalam bahasa Belanda.

Dalam MNZG 47 (1903 )halaman 1-14 dimuat tulisan H. Guillaume yang

berjudul’Beschrijering van het tandenveilen ( erkiker ) bij de Karo-Bataks.Dalam tulisan tersebut, Guillaume memaparkan sebuah upacara adat, yaituupacara pengikiran/pemotongan gigi pada masyarakat Karo di desa Bukum,Karo Jahe. Upacara erkiker ini dipimpin oleh seorang dukun yangmengucapkan mantra khusus yaitu tabas erkiker. Teks tabas erkiker inidisertai pula dengan terjemahan dan penjelasannya dalam bahasa Belanda.

Segala bahan di atas yang merupakan karya orang Belanda yang memangtelah berusia relatif lama’ dan kini hanya terdapat pada orang-orang tertentudan perpustakaan-perpustakaan tertentu saja, antara lain perpustakaanKITLV di Leiden, Perpustakaan Rumah Zending di Oegstgeest Negeri

Belanda. Dari kedua perpustakaan inilah penulis memperoleh sertamengumpulkan bahan-bahan berharga di atas pada tahun 1971-1973, waktumengikuti kuliah pasca sarjana linguistik di Universitas Leiden.

Demikianlah telah kita utarakan karya-karya tulis beberapa orang Belandamengenai bahasa dan budaya Karo. Berikut ini akan kita perbincangkan pulabeberapa karya tulis putera-puteri Karo mengenai Bahasa, sastra danbudaya mereka sendiri.

Pada tahun 1965, Henry Guntur Tarigan menerbitkan ‘nurenure di Karo’ (85halaman) di bandung, yang memuat percakapan dalam cakap lumat ‘bahasa

halus’ antara bujang dan gadis, mulai dari pertemuan pertama, masapacaran, sampai perkawinan. Teks bahasa Karo disertai dengan terjemahandalam bahasa Indonesia.

Page 141: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 141/152

Pada tahun 1976 itu juga, Jaman Tarigan telah menyelesaikan penyusunanPantun Karo: Anak Perana ras Singuda-nguda yang diterbitkan olehPercetakan Toko Buku Mbelin Gunana di Kabanjahe ( 145 untai pantun )

Sebuah antologi Puisi Karo (122 halaman ) diterbitkan oleh Henry Guntur Tarigan pada tahun 1972 di Bandung. Buku ini berisi 17 karya penyair Karo,yang pernah dimuat dalam beberapa majalah, terutama majalah ‘SuaraPemuda’ yang terbit di Medan pada tahun lima puluhan. Teks bahasa Karodisertai dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh penyusun.

Pada tahun 1977, Henry Guntur Tarigan telah menyusun sebuah naskah‘Tabas-tabas Karo’ ( 40 halaman). Teks bahasa Karo disertai terjemahanbahasa Indonesia.

Pada tahun 1960, Masri Singarimbun menampilkan karyanya ‘1000Perumpamaan Karo’ yang diterbitkan oleh CV. Ulih Saber di Medan. Suatu

usaha yang amat berguna bagi masyarakat Karo serta pendokumentasianbahasa dan sastra Karo. Sayang teks perumpamaan Karo itu tidak disertaiterjemahan dalam bahasa Indonesia. Hal ini menyebabkanpenyebarluasannya terbatas pada masyarakat Karo serta orang-orang yangmengerti bahasa Karo saja. Tebal buku 175 halaman.

Pada tahun 1977, Henry Guntur Tarigan telah menyiapkan naskah yangmemuat kumpulan perumpamaan Karo di Bandung, yang diperoleh darisumber tertulis di Leiden dan Oegstgeest, dan sumber lain di Indonesia.Setiap perumpamaan Karo disertai terjemahan dan arti kiasannya dalambahasa Indonesia ( 140 halaman ). Pada tahun ini juga Henry Guntur Tarigan

telah menyiapkan naskah ‘Pantengan Karo’ ( 100 halaman ) dan ‘ Kuning-kuningen Karo’ (100 halaman ). Teks bahasa Karo disertai terjemahannyadalam bahasa Indonesia.

Begitu pula naskah ‘Turin-turin Karo’ (500 halaman) telah selesai pula diBandung pada tahun 1977. dalam naskah tersebut, Henry Guntur Tariganmenghimpun 25 buah cerita Rakyat Karo beserta terjemahannya dalambahasa Indonesia.

Penerbit Yayasan Kobe di Delitua Medan pada tahun 1975 telah menerbitkancerita ‘Pawang Ternalem’( dalam dua jilid ).

 Toko Bukit pada tahun 1977 menerbitkan karya Ngukumi Barus dengan judul‘Guru Pertawar Reme ras Perdagang Ganggang’ ( 24 halaman ) dalambahasa Karo tanpa terjemahan dalam bahasa Indonesia. Dan pada tahun1978 Toko Bukit pun menerbitkan ‘ Sekelumit Dari Cerita-cerita Karo’ (30halaman) yang dikumpulkan oleh S.P. Keliat.

Pada tahun 1972 di Bandung, Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan telahmenerbitkan dua jilid ‘ Syair Lagu-lagu Karo’, masing-masing 105 halamandan 110 halaman yang masing-masing memuat 41 dan 45 teks syair laguKaro disertai terjemahan dalam bahasa Indonesia.

Pada tahun 1972, Rahmat Tarigan tampil dengan karyanya ‘TambatenPusuh’ (108 halaman) yang merupakan kumpulan 4 cerita pendek dan 26puisi. Teks bahasa Karo disertai terjemahan dalam bahasa Indonesia.

Pada tahun 1977, Henry Guntur Tarigan menerbitkan ‘Percikan Budaya Karo’yang merupakan kumpulan karangan mengenai budaya Karo yang pernahdimuat dalam beberapa majalah di Jakarta, Bandung, Jogya (229 halaman ).

Pada awal tahun 1978, Henry Guntur Tarigan telah pula menyelesaikannaskah ‘Tendi Nipi’ Tafsir Mimpi, (100 halaman). Setiap teks mimpi disertai

terjemahan dan penjelasan dalam bahasa Indonesia.

Pada tahun 1952, Balai Pustaka menerbitkan karya P. Tamboen ‘Adat

Page 142: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 142/152

Istiadat Karo’ (206). Buku ini merupakan pelopor mengenai adat istiadatKaro karya putra Karo sendiri. Buku ini terdiri atas 11 bab, yang berturut-turut memaparkan mengenai letak geografis, sejarah penduduk,pemerintahan, pengadilan, keuangan, persawahan, pengajaran, kesehatan,bank anak negeri.

Pada tahun 1958 Toko Bukit menerbitkan “Isi Kongres 1958” yang berjudulSejarah Adat Istiadat dan Tata Susunan Rakyat Karo (134 halaman). DalamKongres Kebudayaan Karo yang diketuai oleh Mr. Roga Ginting terdapatseksi adat yang terdiri atas 4 subseksi, yaitu :

1. Sejarah Adat/Tata Susunan Rakyat2. Adat Kekeluargaan3. Hukum Adat Tanah4. Hukum Perselisihan.

Pada tahun 1978, Toko Bukit menerbitkan sebuah brosur karya seorang

pensiunan ABRI, Jaman Tarigan yang berjudul “Gelemen Merga Silima, IketSitelu, Tutur Siwaluh Kalak Karo” (25 halaman), yang memaparkan apa yangdisebut ‘Merga Silima’ (Karokaro, Ginting, Perangin-angin, Sembiring, Tarigan), apa yang disebut ‘Iket Sitelu’ (senina, kalimbubu, anak beru) danapa yang disebut ‘Tutur Siwaluh’ (sembuyak, senina, senina sipemeren,senina siperibanen, anak beru, anak beru menteri, kalimbubu, puangkalimbubu).

Pada tahun 1976 itu juga, Toko Bukit menerbitkan brosur lain, yaitu karyaRaja Malem Bukit yang berjudul “Peranan Marga Dalam Perkawinan AdatKaro” (30 halaman). Kedua karya di atas, yaitu karya Jaman Tarigan dan Raja

Malem Bukit dapat saling mengisi, saling melengkapi satu sama lain.Pada awal tahun 1977, Palestin Sitepu muncul dengan karyanya yangberjudul “Kesenian Tradisional Karo” (58 halaman) di Medan. Buku ini terdiriatas 14 bab yang berturut-turut membicarakan : seni musik Karo tradisionil,pola teori Karo tradisionil, peraturan-peraturan gendang, upacara kematian,para seniman tradisionil Karo, ose-ose (busana tradisional Karo), teori jenishiburan, guro-guro aron, nure-nure, upacara-upacara religius, upacaraberhubungan dengan adat-istiadat, rumah adat Karo, merga silima,pentahbisan merga kepada orang bukan orang Karo.

Pada tahun 1983, Moderamen GBKP mengadakan Seminar Adat Istiadat Karodi Berastagi dan hasilnya telah terekam dalam buku ‘Adat Istiadat Karo’yang merupakan kumpulan makalah (+ 200 halaman) yang terdiri dari 5bab, yaitu:

I. Adat Istiadat Batak Karo ( 20 halaman )II. Perjabun ( 120 halaman )III. Majekken Rumah ( 30 halaman )IV. Turi-turin kerna Peradaten Kalak Mate ( 28 halaman )V. Kesimpulan dan Saran ( 2 halaman )

Disela-sela kesibukan mengajar, menatar, berseminar, dan menulis buku,pada masa-masa akhir ini Henry Guntur Tarigan telah menyiapkan naskah(teks, terjemahan, dan penjelasan ) :I. Turi-turin Beru Ginting Sope Mbelin ( 200 halaman )II. Turi-turin Tangtung Batu ( 150 halaman )III. Turi-turin si Katak-katak ( 100 halaman )IV. Puisi Jaga Depari ( 320 halaman )

D. BIDANG PENELITIAN

Penelitian terhadap budaya Karo yang dilakukan para sarjana dalam dan luarnegeri cukup menggembirakan, bahkan telah muncul beberapa ‘disertasi’

Page 143: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 143/152

mengenai Batak Karo. Hal ini menandakan bahwa perhatian kalanganilmuwan di dalam dan luar negeri sudah bertambah meningkat akan budayadan bahasa Karo.

Pada tahun 1965, Masri Singarimbun menggondol gelar doktor dengandisertasinya yang berjudul Kinship and Affinal Relations among the Karo of North Sumatera (Kekerabatan dan hubungan Kesemendaan pada orang Karodi Sumatera Utara ) pada Australian National University di Canberra (357halaman ). Pengumpulan data dilakukan oleh Masri Singarimbun dan istrinyadi Kuta Gember dan Liren dari September 1960 sampai April 1962. Setelahdirevisi, diterbitkan dengan judul : Kinship, Descent and Alliance among theKaro Batak pada tahun 1975 oleh University of California Press, Berkeley(246 halaman ). Daftar isi buku ini adalah sebagai berikut :

Pengantar : Tanah Karo dan Rakyatnya.KampungKeluarga Karo

Rumah AdatKelompok KeturunanHubungan Anakberu – Kalimbubu, IHubungan Anakberu – Kalimbubu, IIPerkawinanRingkasan

Apendiks 1 : Mite Siwah Sada Ginting, suatu singkatan.Apendiks 2 : Klasifikasi Kekerabatan KaroApendiks 3 :Analisis Semantik Struktural daripada Sistem Klasifikasikekerabatan Karo. M oleh : H .W. Scheffler.

Pada tahun 1976, Rita Smith Kipp memperoleh gelar doktor dengandisertasinya yang berjudul : The Ideology of Kinship in Karo Batak Ritual(Ideologi Kekerabatan dalam Ritual Batak Karo ) pada University of Pittsburgh, USA ( 296 halaman ). Daftar isinya adalah sebagai berikut :Pengantar Tanah Karo dan Kampung PayungKekerabatan KaroAgama dan RitualPerkawinanPenguburan

Kesimpulan.Pada tahun 1978, suami Rita Kipp yang bernama Richard Dean Kipp berhasilmenggondol gelar doktor dengan disertasinya yang berjudul : The SocialOrganization of Karo Batak Rural Migration ( Organisasi Sosial MigrasiPedesaan pada Batak Karo ) pada University of Pittsburgh, USA (230halaman ). Suami isteri Kipp berdiam di kampung Payung untukpengumpulan data disertasi mereka. Daftar isi disertasi itu adalah sebagaiberikut :

PengantarLatar Belakang Sejarah Migrasi Pedesaan

 Tanah Karo dan Lingkungan PedesaanOrganisasi SosialStudi Kasus Seseorang Migran PedesaanMigrasi ke Sungai NetekMigrasi ke Sungai Beras SekataKesimpulan ( Singarimbun, 1980 ; 110 – 11 )

Pada tahun 1978, Payung Bangun juga menggondol gelar doktor dengandisertasinya yang berkenaan dengan Karo. Sayang, saya belum memperolehketerangan mengenai hal ini. Lain kali akan saya lengkapi setelah bertemudengan pengarangnya, yang nota bene teman seangkatan saya.

Pada tahun 1981, suami isteri H. Slaats dan K. Portier dari negeri Belandamenggondol gelar doktor dengan disertasi mereka yang berjudul :

Page 144: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 144/152

Crodenrecht en Zijn Verwekelijking in de Karo Batakse Dorpsamenleving dariUniversitas Nijmegen dan merupakan Publicaties over Volksrecht, No. IX.Sayang, saya belum memperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai hal inidari mereka. Lain kali saya berusaha memperoleh karya tersebut daripengarangya.

Artikel-artikel suami-istri Kipp dan suami-istri Slaats-Portier mengenai Karo,dapat juga kita baca dalam ‘Beyond Samosir’ : Recent Studies of the BatakPeople of Sumatera, yang disunting oleh suami-istri Kipp dan diterbitkan olehOhio University Center for International Studies, Southeast Asia Program,Athens, Ohio 1983, terlebih-lebih halaman 125 – 155.

Pada pertengahan tahun 1978, Henry Guntur Tarigan dan Djago Tariganmengadakan penelitian mengenai struktur bahasa Karo yang disponsori olehPusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa. Sebagai hasilnya telah terbitpada tahun 1979, BAHASA KARO ( 225 halaman ) dengan daftar isi sebagaiberikut :

PendahuluanFonologiMorfologiSintaksis

Pada pertengahan tahun 1980, Henry Guntur Tarigan dan kawan-kawanmengadakan penelitian mengenai sastra lisan Karo yang disponsori olehPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Sebagai hasilnya telah selesainaskah ‘Sastra Lisan Karo’ (580 halaman ) dengan daftar isi sebagai berikut :

Pendahuluan Tinjauan Terhadap Sastra Lisan KaroCerita, Terjemahan, dan Keterangan

Buku ini menganalisa 32 buah buku cerita atau Turi-turin Karo. Hanyadengan memiliki tata bahasa baku bahasa Karo lah kita semua dapatmenjunjung dan melestarikan cir-ciri khas masyarakat kita, masyarakat Karo,yaitu:

A. Dalikan si telu : a. Seninab. Kalimbubu

c. Anak beruB. Merga si Lima : a. Karo-karob. Gintingc. Perangin-angind. Sembiringe. Tarigan

C. Tutur si Waluh : a. Sembuyakb. Seninac. Senina sipemeren

d. Senina siparebanene. Anak beruf. Anak beru menterig. Kalimbubuh. Puang kalimbubu.

Berbahagialah orang yang dapat menghargai, apalagi menerapkan bahasadan budayanya dengan baik dan benar.

APA SUMBANGANKU TERHADAP BUDAYA KARO

 Jangan tanya “apa yang dapat disumbangkan oleh budaya Karo terhadapku”tetapi tanyakanlah “apa yang dapat kusumbangkan bagi budaya Karo”.

Page 145: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 145/152

Pertanyaan diatas khusus ditujukan kepada para mahasiswa dan terutamasekali kepada para sarjana dan cendikiawan Karo. Kalau direnungkan dalam-dalam, jelas pertanyaan itu “menggelitik” dan “merangsang”.

Mungkin ada orang yang menjawab dengan pertanyaan “apa lagi yang dapatsaya perbuat bagi budaya Karo”. Aduh, masih banyak, masih sangat banyakbidang-bidang yang menanti uluran tangan anda, bahkan ada yang sangatrawan, kalau tidak segara ditangani akan punah dan akan membuat kitamenyesal meratapi nasib karena kita tidak dapat berpacu dengan sangwaktu. Apakah kita rela menyesali kelalaian kita dan hanya mengeluhkarena “tading kune-kune nari kal ngenca”? saya yakin tidak!!.

Agar para mahasiswa mendapat gambaran mengenai hal-hal apa saja yangdapat disumbangkan bagi kejayaan dan kelestarian budaya Karo, marilahkita telaah kehidupan rakyat atau folklife Karo.

Kehidupan rakyat mencakup lima bagian utama, dalam setiap bagian

mempunyai, memiliki komponen-komponen tertentu pula, sebagai berikutini:

 Telaah Kehidupan Rakyat Karo

A.Foklore Lisan : 1. cerita rakyat2. puisi rakyat3. epik rakyat4. peribahasa rakyat

5. teka-teki rakyat6. pidato rakyat

B. Kebiasaan Rakyat Karo : 7. pesta perayaan rakyat8. rekreasi, permainan rakyat9. obat-obat rakyat10. agama / kepercayaan rakyat

C. Kebudayaan Material : 11. keterampilan rakyat12. seni rupa rakyat13. arsitektur rakyat

14. busana rakyat15. masakan rakyat

D. Seni Rakyat : 16. drama rakyat17. musik rakyat18. tarian rakyat(disarikan dari : Dorson, 1972 ).

Demikianlah, dari segi “kehidupan rakyat” Karo saja terdapat 18 aspek yangperlu digarap. Yang menjadi pertanyaan sekarang ialah : “siapa yang akanmenggarap lahan-lahan yang luas terbentang itu?”. Jawabnya sudah tegas :

“kita putra-putri Karo, kita para mahasiswa dan para sarjana Karo yangharus menggarap lahan-lahan ‘kehidupan rakyat’ Karo tersebut’.

Marilah kita menyingsingkan lengan baju, memilih bidang yang sesuaidengan diri masing-masing; kita membuat skripsi, tesis, disertasi, paper,makalah, tulisan mengenai budaya Karo. Kalau hal ini kita sadari danmelaksanakannya dengan sepenuh hati, barulah SEMINAR BUDAYA KAROyang kita adakan ini ada manfaatnya, kalau tidak, percuma saja membuang-buang waktu, daya dan dana yang begitu banyak. Malu dong!!.

Sebagai akhir dari pembicaraan ini, saya menghimbau putra-putri Karo, para

mahasiswa Karo, para sarjana Karo, untuk bersama-sama melestarikanbudaya Karo kebanggaan kita semua, dengan berkarya tulis. Khusus untukpara sarjana Karo saya mengajak anda semua bergotong-royong membina,

Page 146: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 146/152

mengembangkan karya Karo sebagai salah satu aspek kebudayaan Nasionalkita. Maaf, saya mengingatkan anda kembali :

“gajah mati meninggalkan gading,sarjana mati meninggalkan karya”.

Mengenai bentuk sastra Karo, Tarigan ( 1979) membaginya sebagai berikut:

1. Ndungndungen, dapat disamakan dengan pantun biasanya terdiri dari 4baris bersajak dan dua baris terakhir merupakan isi. Setiap baris umumnyaterdiri atas tiga atau empat kata dan setiap baris mempunyai suku kata 7-10.2. Bilang-bilang, yang berupa dendang duka, biasanya didendangkan denganratapan oleh orang-orang yang pernah mengalami duka nestapa, sepertiratapan terhadap ibu yang telah meninggal dunia, meratapi kekasih idamanhati yang telah direbut orang lain atau pergi mengembara kerantau orang.3. Cakap lumat atau ‘bahasa halus’ yang penuh dengan bahasa kias,

pepatah pepitih, perumpamaan, pantun, teka-teki, dan lain-lain.4. Turin-turin atau ‘cerita’ yang berbentuk prosa, misalnya mengenai asalusul merga, asal usul kampung, cerita binatang, cerita orang-orang sakti,cerita jenaka dan lain-lain.Biasanya diceritakan oleh orang tua-tua pada malam hari menjelang tidur.5. Tabas atau ‘mantra’; umumnya hanya dukun yang mengetahuinya. Kononkabarnya kalau mantra itu sudah diketahui oleh orang banyak makakeampuhannya akan hilang.

Dari apa yang dikemukakan oleh Tarigan di atas dapat disimpulkan bahwamenurut bentuknya, sastra lisan Karo itu dapat dibedakan atas tiga bentuk

yaitu:1. bentuk puisi2. bentuk prosa liris dan3. bentuk prosa

yang termasuk kedalam bentuk puisi ialah1. ndungndungen2. cakap lumat3. tabas

yang termasuk kedalam bentuk prosa liris yaitu: bilang-bilangyang termasuk ke dalam bentuk prosa ialah turin-turin.

1. BENTUK PUISI

Di muka telah dijelaskan bahwa yang termasuk kedalam bentuk puisi adatiga yaitu :

1. ndungndungen

2. cakap lumat dan3. tabas

Berikut ini akan diterangkan masing-masing contohnya:

1.1. NDUNGNDUNGEN ( PANTUN )

Contoh:Gundera salak gundera : Bawang salak bawangBuluh belin kubenteri : Bambu besar kulempariKutera kalak kutera : Bagaimana orang bagaimana

Beltekku mbelin kubesuri : Perutku besar kukenyangi

Mejile tuhu bunga ndapdap : Sungguh cantik bunga ndapdap

Page 147: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 147/152

Rupa megara la erbau : Warna merah tak berbauMejile tuhu rupandu itatap : Sungguh cantik wajahmu dipandang Tapi pacik kena erlagu : tetapi busuk tingkah lakumu.Rirang-rirang gumpari : nama tumbuh-tubuhanRirang meruah-ruah : Rirang tercabut-cabutSirang gia kita pagi : Berpisahpun kita nantiGelah sirang mejuah-juah : Asal dalam keadaan sehat-sehat.

1.2. CAKAP LUMAT ( BAHASA HALUS )

Cakap lumat ( bahasa halus ) ini dapat dibedakan atas:

1. Bahasa kias2. Pepatah-pepitih3. Perumpamaan4. Pantun dan

5. Teka-teki ( sikuning-kuningan ).Di bawah ini akan diterangkan contoh masing-masing cakap lumat ( bahasahalus ) ini.

a. Bahasa KiasContoh: Biang nangko beltu-beltu, kambing ipekpekiArtinya: Anjing yang mencuri daging, kambing yang dipukuli

Dikiaskan kepada orang yang menghukum orang yang tidak bersalah, lainyang bersalah, lain yang mendapat hukuman.

Contoh : Pengindo sikaciwer, adi udan erkubang-kubang adi lego rabu-abu.Artinya : Nasib kencur, bila hujan berkubang-kubang, bila kemarau berabu-abu.

Dikiaskan kepada orang yang selalu mendapat kesusahan (pikiran kusut).

b. Pepatah-petitihcontoh : Adi pang ridi ula mbiar litapArtinya : kalau berani mandi jangan takut basah

Maksudnya : kalau berani melakukan sesuatu perbuatan harus berani pulamenanggung resikonya.

Contoh : Siksik lebe maka tindesArtinya : Dicari terlebih dahulu baru dibunuh

Maksudnya : pikirkan terlebih dahulu baru diambil keputusan.

c. Perumpamaan

contoh : Bagi nimai buah parimbalang, erbunga pe lang apai ka erbuah.Artinya : Seperti menanti buah parimbalang, berbunga pun tidak konon pulaberbuah.

Diumpamakan kepada orang yang mengharapkan sesuatu yang tak mungkindiperoleh.

Contoh : Bagi kurmak sampe rakit, nggeluh erpala-pala mate terbiar-biar.Artinya : Seperti kerakap tumbuh di batu hidup segan mati tak mau.

Diumpamakan kepada yang susah penghidupannya, mungkin disebabkanoleh penyakit yang dideritanya, badan sudah kurus, harta sudah habis,tetapi ia tak mati-mati.

Page 148: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 148/152

d. Pantun

Contoh : Tah kurung tah labang Tah surung tah lahang

Artinya : Entah jangkrik tanahEntah jangkrik ilalangEntah jadi entah tidak

Contoh : Sere-sere sala gundiSiarah lebe arah pudi

Artinya : Sere-sere sala gundi Yang di depan menjadi ke belakang.

e. Teka-teki ( Sikuning-kuningen )contoh : Tulihken reh dohna. Kai?Artinya : Semakin dilihat kebelakang semakin jauh, apakah itu ? Jawabnya : cuping ‘ Telinga’

Contoh : Ipake reh baruna. Kai ?Artinya : Dipakai bertambah baru, Apakah itu ? Jawabnya : Dalan ‘ Jalan’

Contoh : Bide kalak i idah bidente lang. kai ?

Artinya : Pagar orang kita lihat pagar kita tidak. Apakah itu ? Jawabnya : Ipen ‘ gigi’

Contoh : Elah man ndelis. Kai ?Artinya : Selesai makan gantung diri, apakah itu ? Jawabnya : ukat ‘ sendok nasi’

Contoh : Tawa kenca ia naktak ipenna. Kai ?Artinya : bila tertawa jatuh giginya. Apakah itu ? Jawabnya : Jantung galuh ‘ jantung pisang’

Contoh : Elah kenca man, kesip beltekna. Kai ?Artinya : Setelah selesai makan kempis perutnya. Apakah itu ? Jawabnya : Sumpit nakan ‘sumpit nasi’

Contoh : Nguda-ngudana erlayam pukul Tua-tuana narsak buk. Kai ?Artinya : Pada waktu mudanya bersanggulPada waktu tuanya berurai rambut. Apakah itu ?

 Jawabnya : Ersam ‘pakis’

Contoh : Nguda-ngudana erbaju ratah Tua-tuana erbaju gara. Kai ?Artinya : Pada waktu muda berbaju hitamPada waktu tuanya berbaju merah. Apakah itu ? Jawabnya : Lacina ‘cabai’

Contoh : Adi siinget la sibabaAdi la siinget sibaba. Kai ?Artinya : Kalau kita ingat tidak kita bawa

Kalau tidak ingat kita bawa. Apakah itu ? Jawabnya : Kacileket ‘ sejenis rumput yang bijinya lengket dibaju biladisenggol baju

Page 149: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 149/152

( rumput Genit )

Contoh : Adi itaka ia jumpa kulingAdi itaka kuling jumpa tulanAdi itaka tulan jumpa dagingAdi itaka daging jumpa lau. Kai ?Artinya : kalau ia dibelah jumpa kulitKalau kulit dibelah jumpa tulangKalau daging dibelah jumpa air. Apakah itu? Jawabnya : Tualah ‘kelapa’

1.3. TABAS ATAU MANTRA

Sastra lisan Karo yang berbentuk tabas atau mantra ini terbatas yangmengetahui dan menggunakannya. Hanya para datu atau dukun yangbiasanya yang bisa mengucapkan tabas ini pada waktu mengobati orang

sakit. Sebelum obat yang di pakai untuk mengobati orang sakit itu itabasi( dimantrai ) baru kemudian obat itu dimakan ( diobatkan ) kepada orangyang sakit. Biasanya dimulai dengan kata-kata : Toron kaci-kaci ‘turunlahdewa-dewa’ dan seterusnya sebelum pengaruh Islam masuk. Setelahpengaruh Islam masuk ke Karo, maka tabas itu ada pula yang dimulai dengakata – kata Arab yaitu sebagai berikut :

Bismillah irohmani irohim ‘dengan nama Allah yang maha pengasih lagimaha penyayang’.

Begitu sulitnya memperoleh tabas ini, oleh sebab itu, peneliti hanya berhasil

memperoleh contohnya yang telah kena pengaruh Islam. Mungkin padakesempatan lain tabas yang kena pengaruh Hindu akan terpenuhi. Contoh Tabas yang telah kena pengaruh Islam, Kun payakun, Kun kata Allah payakun kata Muhammad, hukum kata Ali. Nuri pa Tujum kabul aku perkasih,durma si Alam keturunan Nabi Ullah, nasa ula aku terukum si dua mata sahmmat si dua mata.Mmat, mmat, mmat,mmat, mmat,mmat,mmat.

Artinya : Tunduk, supaya tunduk, tunduk kata Allah supaya tunduk kataMuhammad. Memnohon pak Tujum supaya dikabulkan memakai Pekasih,pekasih si alam. Keturunan Nabi Allah,agar aku tidak di hukum si mata dua,

Diam,diam,diam,diam,diam,diam,diam.

2. BENTUK PROSA LIRIS

Sastra lisan Karo yang berbentuk prosa lisan liris hanya ada satu yangdisebut bilang-bilang. Bilang-bilang ini berbentuk prosa, tetapi terikat padalagu karena bilang-bilang ini biasanya didendangkan dengan ratapan atauditiup melalui seruling bambu oleh orang-orang yang pernah mengalamiduka nestapa. Apakah ditinggal oleh kekasih idaman hati, atau karenaditinggal oleh ibu yang meninggal dunia, atau karena penderitaan yang

dialami di rantau, atau dikucilkan dari masyarakat, yang melanggar adat.

Contoh: Entah nidarami kin pe jelma ibabo taneh mekapal enda ni taruhlangit meganjang enda entah di langir nge bagi ajangku enda sera suinanggeluh. Di turina ateku mesui kidah bagi ranting taman ku para nge kidahrusur. Emaka lanai bo kueteh nurikenca de suntuk nari nge kuidak kerina temesui. Man ukurenku, onande beru Tariganku. I je makana entah nidaramikal pe jelma perliah si la lit nge bagi turina ajang mama nak Karo-karomergana endah sera suine. Apai nge dah kam la bage ningku, onandebibingku karina. Enggo kuidah ajangku endah bagi sumpamana jelangkedataren kutera kin nge turinna jelang kedataren aji nindu gia min. o turang

beru Sembiringku. Di turinna jalang kedataran sekali kelajangen pe labo litsingembarisa amina sekali penggel pe. Labo kenan tambaren sekalikedabuhen gelap auri pe la lit sipekarangsa amina sekali bene pe la lit

Page 150: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 150/152

sidaram-daram, o turang. E kal me turina ajang anak karo-karo merganaenda, o enda beru Sembiring. E makana nidarami kin pe jelma perliah si la litnge bagi ajangku enda sera suina nggeluh. Ngkai maka la bage ningku,enggo kalajangku enda bagi sarintantang ndabuh ku namo, anima ndabuhpe sea tama buena, amina la ndabuh pe sea tama urakna, o me taktak cibalgeluahku ras adumku o nandengku kerina. Emakana labo lit gunan turikenningku.

3. BENTUK PROSA

Sastra lisan Karo yang berbentuk prosa pun hanya ada satu, yang disebut Turin-turin. Turin-turin atau cerita ini ada bermacam-macam. Menurut Tarigan ( 1979:9 ) Turin-turin atau cerita yang berbentuk prosa ini dibedakanatas :

1. cerita mengenai asal-usul merga

2. cerita mengenai asal usul kampung3. cerita binatang4. cerita orang-orang sakti5. cerita jenaka dan lain-lain.

 Yang dinamakan sastra lisan karo adalah bentuk penuturan cerita yangdisebarkan dan diturunkan secara lisan ( dari mulut ke mulut ). Berdasarkanisi cerita, jenis sastra lisan Karo dapat di bedakan atas :

1. mite2. legenda

3. dongengMite adalah cerita yang benar-benar dianggap terjadi dan dianggap sakraloleh pemilik cerita. Mite mengandung tokoh-tokoh dewa atau setengahdewa. Tempat terjadinya dunia lain, dan masa terjadinya sudah jauh dizaman purba.

Legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri mirip dengan mite, yaitubenar-benar dianggap terjadi, tetapi tidak dianggap sakral. Tokoh legendaadalah manusia biasa yang memiliki sifat-sifat yang luar biasa, seringdibantu oleh makhluk-makhluk gaib. Tempat terjadinya legenda di dunia kiniwaktu terjadinya tidak setua mite.

Dongeng adalah cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi oleh yangmenceritakan atau yang mendengarkannya. Dongeng tidak terikat denganwaktu dan tempat.

Dari uraian di atas dapatlah diklasifikasikan jenis sastra lisan Karo itusebagai berikut.

4.1. MITE

Cerita yang berhubungan dengan keajaiban dan erat hubungannya dengankepercayaan terhadap dewa-dewa mendapat tempat luas dalammasyarakat. Cerita tentang ciptaan dunia, penciptaan merga silima, perihaladat istiadat dan kepercayaan masyarakat Karo dapat diikuti dalam :

a Cerita “ Manuk Sinanggur Dewa”. Mengapa masyarakat Karo sangatmenghargai padi dan mengapa padi dikaitkan dengan sistem dan nilai-nilaikekerabatan pada masyarakat Karo, dapat pula dilihat pada cerita.b “ Beru Dayang”, hal ini dapat diikuti pada ceritac “ Padan Pengindo” dan juga pada cerita “ Manuk Sinanggur Dewa”.Mengapa merga Ginting Pase lenyap dari induk merga Ginting terkenal

dengan julukan “Siwah Sada Ginting “, dapat diikuti pada cerita “ BeruGinting Pase ‘. Selanjutnya pada cerita “ Si Aji Bonar “.d “ Begu Ganjang “ ‘hantu’ termasuk cerita yang masih tetap hidup dan

Page 151: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 151/152

dianggap menyeramkan dan menegakkan bulu tengkuk pendengaran.Apalagi, diperhebat dengan cerita mengenai kematian karena begu ganjang.

4.2. LEGENDA

Masyarakat Karo umumnya mempercayai cerita-cerita yang berhubungandengan asal-usul kejadian suatu tempat, bukit, pelangi, telaga, merga, danlain-lain. Sebagaimana cerita lainnya, legenda sebagai warisan dari nenekmoyang besar pengaruhnya bagi anggota masyarakat, sebab mengandungajaran moral. Benda-benda peninggalan termasuk tempat dianggap sebagaibukti kebenaran cerita.

Legenda yang tersebar luas dalam masyarakat Karo, antara lain:a “ Turi-turin Si Beru Tole” yang menceritakan hubungan seks yang terlarangantara paman dan kemanakan yang membuahkan keturunan sehinggamereka kena kutuk oleh dewata. Maka mereka berubah menjadi pelangi.b “ Telagah Pitu i Sarinembah”

c “ Tengku Lau Bahun’.

4.3 DONGENG

Masyarakat Karo juga mendengar certa-cerita dongeng, baik cerita dongengmengenai binatang maupun cerita dongeng mengenai manusia.Sebagaimana cerita lainnya, dongeng ini juga tersebar dan diceritakan turuntemurun. Dongeng sebagai warisan dari nenek moyang, besar pengaruhnyabagi anggota masyarakat. Sebab cerita dongeng itu disamping ada yang

berisi hiburan, ada juga yang berisi pengajaran atau edukatif.Dongeng yang tersebar luas dalam masyarakat Karo antara lain:

a “ Kucing Siam” yang menceritakan seorang anak yang mencari ibu sejati.b “ Cincing Ganjang Panura” diajarkan agar anak-anak jangan terlalu tinggiangan-angan, jangan lebih besar kemauan dari kemampuan.c “Sibetah-betah” dikisahkan mengapa burung puyuh tidak berekor, kudatidak bertanduk, kaki kerbau pecah, kepiting berbentuk gepeng, dantumbuhan pakis( tenggiang ) berbulu seperti warna rambut curai kuda.

d “ Nipe Sipurih-purih” diceritakan mengapa ular lidi hanya bisa menelanbinatang kecil seperti jangkrik dan kayu busuk. Ini semua karena kutukanakibat ketamakannya.e “ Pais Ma Solmih” pendengar diajarkan agar saat mengadili suatu perkara,bertindaklah sejujurnya karena bila tidak jujur yang diadili itu akanmengutuknya dan kutukannya itu akan dikabulkan Tuhan seperti apa yangdiminta Solmih kepada Tuhan atas putusan pengadilan yang tidak jujurterhadap dirinya. Solmih tetap pada pendiriannya walau apaun hukumanyang diberikan kepadanya. Hanya dia bermohon kepada Tuhan agarmenghukum orang yang mengadilinya itu. Doa Solmih dikabulkan Tuhan.f “ Kekelengan Nande’ dikisahkan bagaimana kisah seorang ibu terhadap

anaknya.g“Si Jinaka” merupakan kisah yang kocak. Si Jinaka dianggap orang bodoh.Ia menumpang di rumah pamannya. Ia sudah yatim-piatu sejak kecil.Pekerjaannya sehari-hari hanya menemani pamannya ketempat perjudian.Apa yang diperintahkan pamannya selalu diturutinya, tetapi bila tidakdisuruh apa pun yang terjadi tidak diperdulikannya sehingga pamannyamerasa kesal. Oleh sebab itu si Jinaka yang dijual pamannya, berhasilmenipu pembelinya. Dalam perjalanan si Jinaka menipu pembelinya,sehingga Si Jinaka berhasil lolos dan kembali ke kampungnya. Di kampung iamengaku kembali dari tempat orang mati dan menceritakan kepadapenduduk kampung tentang keadaan saudara-saudaranya yang telah

meninggal itu dan membawa segala harta bendanya. Oleh Si Jinaka merekadibawa melalui jalan yang sukar melalui tepi jurang sudah dipasang talirotan oleh Jinaka. Semua barang mereka Si Jinaka yang membawanya, dan

Page 152: 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

8/9/2019 25246707 Karo Dulu Dan Sekarang

http://slidepdf.com/reader/full/25246707-karo-dulu-dan-sekarang 152/152

dia yang berjalan paling belakang. Setelah semuanya berpegangan pada talirotan, dipotong Si Jinaka rotan itu. Mereka semua jatuh dan Si Jinaka menjadikaya raya. Ia kawin dengan putri pamannya.

Demikianlah beberapa contoh cerita dongeng yang ditemui dalam ceritalisan Karo.

5. KESIMPULAN

Dari apa yang telah diuraikan terlebih dahulu, maka dapatlah ditarikkesimpulan sebagai berikut :- Menurut bentuknya, sastra lisan Karo dapat dibedakan atas :

1. puisi2. prosa3. prosa liris

- Menurut jenisnya, sastra lisan Karo dapat dibedakan atas :

1. mite2. legenda3. dongeng

Sastra lisan biasanya dipergunakan pada upacara-upacara adat, sepertiupacara melamar gadis, upacara perkawinan, upacara kelahiran anak,upacara menghormati orang yang lanjut usia, upacara kematian, upacarapeletakan batu pertama pendirian rumah, upacara memasuki rumah baru,

upacara pemanggilan roh, upacara menanam dan menuai pada, upacarapesta tahunan, upacara menolak bala dan roh-roh jahat, upacara memanggildan menolak hujan, dan lain-lain.