1175-2239-1-sm

27
1 FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL BIJI MELINJO (Gnetun gnemon Linn.) Shanti Septiani, Nasrul Wathoni, Soraya R. Mita Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor 45363 *Email: [email protected] ABSTRAK Senyawa antioksidan dapat mengurangi efek buruk radikal bebas terhadap kulit. Biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) mengandung senyawa antioksidan yang tinggi, seperti senyawa golongan fenol, vitamin C, dan vitamin E. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi sediaan mesker gel dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) yang tepat sehingga dihasilkan produk masker gel peel off yang efektif, stabil, dan aman dalam penggunaannya. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Formulasi masker gel dibuat dengan basis Polyvinyl Alcohol (PVA) dengan konsentrasi 10%. Evaluasi sediaan masker gel meliputi pengamatan perubahan konsistensi, warna, bau, pH, dan viskositas selama 28 hari pada suhu penyimpanan yang berbeda, yaitu pada suhu 8 o C, 25 o C, dan 40 o C. Nilai IC 50 dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) adalah sebesar 459,318 μg/mL. Hasil uji sifat fisik sediaan menunjukkan bahwa semua sediaan masker gel stabil dalam aspek konsistensi, warna, dan bau. pH masker gel mengalami penurunan, tetapi masih berada pada rentang persyaratan pH untuk sediaan topikal. Viskositas masker gel mengalami penurunan, pada suhu 40 o C penurunan viskositas cukup besar. Hasil uji antioksidan dan uji efektivitas sediaan menunjukkan bahwa sediaan masker gel formula 3 paling efektif dalam meningkatkan kelembaban dan kehalusan kulit, serta hasil uji iritasi menunjukkan sediaan masker gel tidak mengiritasi. Kata kunci: antioksidan, Gnetum gnemon Linn., masker gel FORMULATION OF ANTIOXIDANT GEL MASK FROM ETHANOL EXTRACT OF Gnetum gnemon SEEDS ABSTRACT Antioxidant compounds can reduce the adverse effects of free radical on the skin. Gnetum gnemon seeds contain high antioxidant compounds, such as phenol type compounds,vitamin C, and vitamin E. The aim of this study was to determine the formulation of gel mask from ethanol extract of Gnetum gnemon seeds produced gel mask peel-off isan effective, stable, and safe in use. Antioxidant activity assays performed with the Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Gel mask formulations prepared with 10% Polyvinyl Alcohol (PVA). Evaluation of gel mask preparations include effectiveness test, irritant test, and physical properties test of gel mask preparations covering changes in consistency, color, odor, pH, and viscosity during 28 days was determined at different storage temperature of 8 o C, 25 o C, and 40 o C. The IC 50 values of Gntum gnemon seeds ethanol extract was 459,318 μg/ml. The results showed that all gel mask preparations is stable in terms consistency, color, and odor. pH of gel mask was descreased but remained in the range of Ph requirements for topical preparations. Viscosity

Upload: lailyami

Post on 27-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL

BIJI MELINJO ( Gnetun gnemon Linn.)

Shanti Septiani, Nasrul Wathoni, Soraya R. Mita

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor 45363

*Email: [email protected]

ABSTRAK

Senyawa antioksidan dapat mengurangi efek buruk radikal bebas terhadap kulit. Biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) mengandung senyawa antioksidan yang tinggi, seperti senyawa golongan fenol, vitamin C, dan vitamin E. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi sediaan mesker gel dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) yang tepat sehingga dihasilkan produk masker gel peel off yang efektif, stabil, dan aman dalam penggunaannya. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Formulasi masker gel dibuat dengan basis Polyvinyl Alcohol (PVA) dengan konsentrasi 10%. Evaluasi sediaan masker gel meliputi pengamatan perubahan konsistensi, warna, bau, pH, dan viskositas selama 28 hari pada suhu penyimpanan yang berbeda, yaitu pada suhu 8oC, 25oC, dan 40oC. Nilai IC50dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) adalah sebesar 459,318 µg/mL. Hasil uji sifat fisik sediaan menunjukkan bahwa semua sediaan masker gel stabil dalam aspek konsistensi, warna, dan bau. pH masker gel mengalami penurunan, tetapi masih berada pada rentang persyaratan pH untuk sediaan topikal. Viskositas masker gel mengalami penurunan, pada suhu 40oC penurunan viskositas cukup besar. Hasil uji antioksidan dan uji efektivitas sediaan menunjukkan bahwa sediaan masker gel formula 3 paling efektif dalam meningkatkan kelembaban dan kehalusan kulit, serta hasil uji iritasi menunjukkan sediaan masker gel tidak mengiritasi. Kata kunci: antioksidan, Gnetum gnemon Linn., masker gel FORMULATION OF ANTIOXIDANT GEL MASK FROM ETHANOL EXTRACT OF

Gnetum gnemon SEEDS

ABSTRACT Antioxidant compounds can reduce the adverse effects of free radical on the skin. Gnetum gnemon seeds contain high antioxidant compounds, such as phenol type compounds,vitamin C, and vitamin E. The aim of this study was to determine the formulation of gel mask from ethanol extract of Gnetum gnemon seeds produced gel mask peel-off isan effective, stable, and safe in use. Antioxidant activity assays performed with the Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Gel mask formulations prepared with 10% Polyvinyl Alcohol (PVA). Evaluation of gel mask preparations include effectiveness test, irritant test, and physical properties test of gel mask preparations covering changes in consistency, color, odor, pH, and viscosity during 28 days was determined at different storage temperature of 8oC, 25oC, and 40oC. The IC50 values of Gntum gnemon seeds ethanol extract was 459,318 µg/ml. The results showed that all gel mask preparations is stable in terms consistency, color, and odor. pH of gel mask was descreased but remained in the range of Ph requirements for topical preparations. Viscosity

2

of gel mask more stable in the storage temperature of 8oC and 25oC for all formula,in the storage temperature of 40oC occured largest decrease. Antioxidant activity test and effectiveness test of the preparation showed that formula 3 of the gel mask is the most effective in increasing skin moisture and smoothness, as well as irritation test results showed that the mask preparation gel is not irritating. Key word: antioxidant, Gnetum gnemon Linn, gel mask

PENDAHULUAN

Kulit merupakan organ yang

menutupi seluruh tubuh manusia,dan

mempunyai daya proteksi terhadap

pengaruh luar.Kulit sangat mendukung

penampilan seseorang sehingga perlu

dirawat, dipelihara, dan dijaga

kesehatannya. Dengan perawatan dan

pemeliharaan, maka penampilan kulit akan

terlihat sehat, terawat, serta senantiasa

memancarkan kesegaran (Wirajayakusuma,

1998).

Proses perusakan kulit yang ditandai

oleh munculnya keriput, sisik, kering, dan

pecah-pecah lebih banyak disebabkan oleh

radikal bebas. Selain tampak kusam dan

berkerut, kulit menjadi lebih cepat tua dan

muncul flek-flek hitam (Maysuhara, 2009).

Salah satu penangkap efek buruk

dari radikal bebas adalah senyawa

antioksidan. Melinjo adalah tumbuhan

berumah dua dan merupakan marga

tunggal (monogenera) dalam suku

Gnetaceae, yang termasuk kelompok

Gymnospermae (Hanan dan Sutrisno,

2000), diketahui memiliki kandungan

antioksidan yang tinggi. Kadar

antioksidan yang tinggi pada biji melinjo

dapat menghambat radikal bebas dan juga

sebagai anti aging. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya, pada biji

melinjo terkandung senyawa polifenol

(fenol sederhana, flavonoid, dan tanin),

senyawa gnemonoside yang merupakan

salah satu golongan stilbenoid yang

berperan sebagai senyawa antioksidan

yang dapat menangkal radikal bebas.

Selain itu, terkandung pula senyawa

vitamin C dan tokoferol (Santoso, et al.,

2010).

Kandungan protein yang tinggi dalam

biji melinjo, memberikan juga aktivitas

antioksidan. Protein utama dengan berat

molekul 30 kDa sangat efektif untuk

3

menghilangkan radikal bebas yang menjadi

penyebab berbagai macam penyakit

(Siswoyo, et al., 2011).

Saat ini telah dikembangkan

pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai

sumber antioksidan dalam sediaan

kosmetika (Mario,2001). Kosmetika adalah

bahan atau sediaan yang dimaksudkan

untuk digunakan pada bagian luar tubuh

manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir,

dan organ genital bagian luar), atau gigi,

dan membran mukosa mulut, terutama

untuk membersihkan, mewangikan,

mengubah penampilan, dan/atau

memperbaiki bau badan atau melindungi

atau memelihara tubuh pada kondisi baik

(BPOM RI, 2011).

Kosmetika wajah tersedia dalam

berbagai bentuk sediaan, salah satunya

dalam bentuk masker. Bentuk sediaan

masker yang banyak terdapat di pasaran

adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan

sediaan masker bentuk gel masih jarang

dijumpai, padahal masker bentuk gel

mempunyai beberapa keuntungan

diantaranya penggunaan yang mudah, serta

mudah untuk dibilas dan dibersihkan.

Selain itu, dapat juga diangkat atau

dilepaskan seperti membran elastik

(Harry,1973).

Berdasarkan latar belakang di atas,

maka dilakukan penelitian mengenai

pengujian antioksidan ekstrak etanol biji

melinjo dan formulasi sediaan masker gel

berbahan dasar ekstrak etanol biji melinjo

(Gnetum gnemon Linn.) yang baik, efektif,

stabil, dan aman dalam penggunaannya.

BAHAN DAN METODE

Bahan Tumbuhan: Simplisia biji melinjo

(Gnetum gnemon Linn.) diperoleh dari

Perkebunan Manoko, Lembang, dan

dideterminasi di Jurusan Biologi FMIPA-

Universitas Padjadjaran.

Bahan kimia: DPPH, etanol 95%, etanol

70%, amonia 10%, kloroform, HCl 2N,

pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff,

pereaksi Lieberman-Burchard, pereaksi

Nessler, aquadestilata, FeCl3 1%, larutan

gelatin 1%, serbuk Mg, eter, larutan vanilin

10%, H2SO4 pekat, KOH 5%, larutan α-

naftol 5%, larutan Ninhidrin 1%, vitamin

C, Mueller Hinton Agar (MHA) ,

4

Sabouraud Dextrose Agar (SDA), Polivinil

Alkohol (PVA),

Hydroxypropylmethylcellulose (HPMC),

trietanolamin, gliserin, nipagin, dan

nipasol.

Alat: Magnetic stirrer(ika®eurostar),

mechanical stirrer (Yellow MAG HS 7),

timbangan digital (Mettler Toledo), pH

spear(Oakton), viscotester Brookfield

(Brookfield, DV II+ Pro), otoklaf

Hirayama, inkubator (Sakura, IF-4), oven

(Memmert), Spektrofotometer UV-Visible

(Specord 200 Analytik Jena), skin analyzer

HL 611, dan Dino Lite(AM-21.10X-200X).

Metode

Ekstraksi

Simplisia biji melinjo (Gnetum gnemon

Linn.)dirajang lalu diekstraksi dengan cara

maserasi selama 3x24 jam menggunakan

pelarut etanol 70%, kemudian diuapkan

dengan menggunakan rotary evaporator

sehingga diperoleh ekstrak kental.

Identifikasi Kualitatif Ekstrak

Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan untuk

mengetahui kandungan senyawa metabolit

sekunder yang berasal dari bahan alam.

Proses skrining dilakukan terhadap ekstrak.

Kromatografi Lapis Tipis(KLT)

Fase diam berupa pelat silika gel GF

254 dan fase gerak berupa kombinasi

pelarut etil asetat : metanol : air (40:5.4:5)

(Masoko and Ellof, 2007). Pelat silika

dimasukkan ke dalam bejana kromatografi

yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan

fase gerak. Pola kromatogram diamati

setelah disemprotdengan penampak bercak

larutan DPPH 40 ppm.

Freeze drying Ekstrak

Ekstrak kental biji melinjo

diserbukkan dengan menggunakan metode

freeze drying. Proses freeze drying ekstrak

kental dilakukan di Laboratorium Biologi

Farmasi, Institut Teknologi Bandung.

Rendemen serbuk ekstrak yang diperoleh

kemudian dihitung.

Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak

5

Pembuatan Larutan Sampel

Dibuat larutan uji dalam berbagai

konsentrasi yaitu 1200 ppm, 1000 ppm, 800

ppm, 600 ppm, dan 400 ppm. Dibuat pula

larutan uji vitamin C dengan berbagai

konsentrasi, yaitu 20 ppm, 9 ppm, 8 ppm, 6

ppm, 4 ppm, dan 2 ppm. Larutan uji

vitamin C digunakan sebagai pembanding.

Pembuatan Larutan DPPH

Serbuk DPPH ditimbang sebanyak

0,002 g, dilarutkan dalam etanol 95 %

sampai 50 mL sehingga didapat larutan 40

ppm. Larutan dijaga pada suhu rendah,

terlindung dari cahaya untuk segera

digunakan.

Penetapan λ Maksimum DPPH

Larutan DPPH ditambahkan etanol

(3:2), dihomogenkan, dan diamati

absorbansinya pada panjang gelombang

400-600 nm. Panjang gelombang

maksimum ditandai dengan serapan yang

paling besar. Untuk blanko digunakan

etanol.

Penetapan Operating Time DPPH dalam Etanol

Larutan DPPH ditambahkan etanol

(3:2), dihomogenkan, lalu diamti

absorbansinya pada panjang gelombang

maksimum DPPH, dengan interval waktu 5

menit sampai didapat absorbansi yang stabil

yaitu tidak terlihat adanya penurunan

absorbansi sampai waktu 120 menit (2

jam). Blanko yang digunakan etanol.

Penetapan Waktu Inkubasi Sampel

Larutan DPPH ditambahkan ke

dalam larutan ekstrak uji atau larutan

vitamin C (3:2), dihomogenkan, lalu

diamati absorbansinya pada panjang

gelombang maksimum DPPH, dengan

interval waktu 5 menit sampai didapat

absorbansi yang stabil yaitu tidak terlihat

adanya penurunan absorbansi sampai waktu

120 menit (2 jam). Blanko yang digunakan

yaitu larutan ekstrak uji atau larutan

vitamin C ditambahkan etanol (2:3).

Pengukuran Absorbansi % Inhibisi Sampel Larutan DPPH ditambahkan ke

dalam larutan uji ekstrak biji melinjo dan

vitamin C (3:2) dalam berbagai konsentrasi

pada menit ke-45 setelah pembuatan larutan

6

DPPH, dihomogenkan, kemudian untuk

larutan ekstrak uji diinkubasi selama 35

menit, dan untuk larutan vitamin C

diinkubasi selama 30 menit, kemudian

dibaca absorbansinya pada panjang

gelombang maksimumnya. Sebagai blanko

digunakan larutan uji ekstrak biji melinjo

atau larutan vitamin C dalam berbagai

konsentrasi dan etanol (2:3). % Inhibisi

ekstrak dan vitamin C dihitung dengan

rumus:

% inhibisi = [ 1 – (Auji/Akontrol)] x 100 %

Dimana:

Auji = Serapan rata-rata larutan DPPH

dalam sampel

Akontrol = Serapan larutan DPPH dalam

etanol

% inhibisi = Persentase kapasitas

penghambatan radikal

bebas

Pengukuran IC50

Harga IC50 dihitung dari kurva

regresi linier antara % inhibisi serapan

dengan berbagai konsentrasi ekstrak dan

vitamin C (larutan uji).

Pembuatan dan pemilihan basis masker gel Pemilihan basis masker gel yang

akan digunakan dalam formulasi didasarkan

pada sifat fisik basis masker gel (pH dan

viskositas) selama waktu penyimpanan dan

waktu yang diperlukan oleh masker untuk

mengering.

Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo 3.1 Tabel Formula Masker Gel Antioksidan

dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo

Komposisi bahan (% b/b)

Formula masker gel

F0 (%) F1 (%) F2 (%)

F3 (%)

PVA 10 10 10 10

HPMC 1 1 1 1

Gliserin 12 12 12 12

TEA 2 2 2 2

Nipagin 0,2 0,2 0,2 0,2

Nipasol 0,05 0,05 0,05 0,05

Ekstrak - 0,195 0,584 0,973

Aquadestilata add 100 100 100 100

Keterangan: F0: tidak mengandung ekstrak, F1: mengandung ekstrak 1 x IC100, F2: mengandung ekstrak 3 x IC100, F3: mengandung ekstrak 5 x IC100

Prosedur pembuatan: dikembangkan

PVA dalam aquadestilata panas suhu 80o

hingga mengembang sempurna, kemudian

diaduk. Dikembangkan pula HPMC dalam

aquadest dingin hingga mengembang

sempurna. Kemudian, ditambahkan

gliserin, nipagin dan nipasol yang telah

7

dilarutkan dalam aquadestilata panas,

HPMC, serta TEA secara berturut-turut ke

dalam massa PVA, diaduk hingga

homogen. Setelah itu ditambahkan ekstrak

yag telah sebelumnya dilarutkan dalam

aquadestilata sedikit demi sedikit, lalu

diaduk hingga homogen.

Pengujian aktivitas antioksidan sediaan masker gel dengan metode DPPH

Pengujian aktivitas antiradikal bebas

masker gel ekstrak biji melinjo dilakukan

dengan mengukur inhibisi terhadap DPPH

dengan menggunakan spektrofotometer UV

pada panjang gelombang maksimal larutan

DPPH.

Sediaan masker gel dilarutkan

dalam aquadestilata terlebih dahulu,

selanjutnya untuk pengkondisian sediaan

dilarutkan dalam etanol, kemudian larutan

dibuat dalam berbagai konsentrasi. Masing-

masing larutan sampel dimasukkan ke

dalam vial, ditambahkan larutan DPPH 40

ppm dengan perbandingan 2:3, didiamkan

selama 35 menit. Absorbansi DPPH diukur

pada panjang gelombang maksimumnya.

Kemudian ditentukan % inhibisi dari

masing-masing formula sediaan, dan

dihitung nilai IC50.

Pengujian sifat fisik sediaan masker gel

Pengujian sifat fisik masker gel

yang telah dibuat meliputi pengamatan

perubahan organoleptis, pengukuran

viskositas, dan pengukuran pH selama 28

hari pada kondisi suhu penyimpanan yang

berbeda, yaitu pada suhu 8oC, 25oC, dan

40oC (Akhtar, et al., 2011).

Pengamatan Organoleptis

Dilakukan dengan mengamati

perubahan-perubahan bentuk, warna, dan

bau dari sediaan masker gel.

Pengujian Viskositas

Sebanyak 2 g sediaan masker gel

ditempatkan pada Viskotester Brookfield,

kemudian diatur spindle dan kecepatan

yang akan digunakan, dan Viskotester

Brookfield dijalankan, kemudian viskositas

dari masker gel akan terbaca.

Pengujian pH

Dilakukan dengan cara

mencelupkan elektroda pH meter ke dalam

setiap sediaan masker gel yang sebelumnya

telah dilarutkan dengan aquadestilata.

8

Setelah elektroda tercelup, nyalakan pH

meter kemudian didiamkan hingga layar

pada pH meter menunjukkan angka yang

stabil.

Pengujian waktu untuk sediaan mengering

Pengujian waktu kering dilakukan

dengan cara mengoleskan masker gel

antioksidan ekstrak etanol biji melinjo

berbagai konsentrasi ke punggung tangan

dan diamati waktu yang diperlukan sediaan

untuk mengering, yaitu waktu dari saat

mulai dioleskannya masker gel hingga

benar-benar terbentuk lapisan yang kering.

Kemudian waktu tersebut dibandingkan

dengan waktu kering masker produk

inovator yang beredar di pasaran yaitu

sekitar 10 – 20 menit. Pengujian dilakukan

secara triplo dan dilakukan selama waktu

penyimpanan (Vieira, et al., 2009).

Pengujian secara mikrobiologi

Pengujian mikrobiologi yang

dilakukan adalah berupa uji cemaran

mikroba dan uji efektivitas pengawet.

Kedua pengujian ini dilakukan dengan

langkah berikut:

1. Media untuk pertumbuhan bakteri yaitu

MHA (Mueller Hinton Agar) dan media

untuk jamur yaitu SDA (Sabouraud

Dextrose Agar).

2. Sediaan masing-masing diencerkan

dengan pengenceran 10%, 1% dan 0,1%.

3. Pada masing-masing sediaan diambil

0,25 ml dengan berbagai pengenceran ke

dalam cawan petri yang berbeda. Hal ini

dilakukan terhadap semua formula.

Kemudian ditambahkan 4,75 ml MHA

atau SDA dan diratakan secara

homogen. Diinkubasikan selama 1 x 24

jam untuk bakteri dan 3 x 24 jam untuk

jamur. Amati pertumbuhan bakteri dan

jamur.

Pengujian efektivitas sediaan masker gel

Pengujian efektivitas sediaan

dilakukan untuk mengetahui adanya

peningkatan kelembaban, kehalusan dan

struktur kulit wajah. Pengujian efektivitas

ini dilakukan terhadap sediaan masker gel

yang memiliki efek penangkal radikal bebas

DPPH yang paling baik, yaitu masker gel

formula 3. Pengujian dilakukan terhadap 11

orang sukarelawan wanita dengan rentang

9

umur 30 – 40 tahun. Masker gel dioleskan

pada kulit wajah setiap satu minggu 1 – 2

kali. Efektivitas masker gel dilihat dengan

alat skin analyzer setiap minggu selama

empat minggu pemakaian dengan indikator

pengukuran berupa kandungan air, tingkat

kandungan minyak, dan tingkat kekasaran

kulit. Selain itu, digunakan pula alat Dino

Lite untuk melihat struktur kulit wajah,

sebelum pemakaian dan setelah satu bulan

pemakaian (Akhtar and Yazan, 2008).

Pengujian iritasi sediaan masker gel

Uji iritasi dilakukan terhadap 10

orang relawan dengan teknik patch test

yaitu tempel terbuka yang dilakukan

dengan mengoleskan sediaan (F1, F2, dan

F3) seluas 2,5 cm2 pada punggung tangan

kanan sukarelawan dan punggung tangan

kiri basis (F0) sebagai pembanding. Uji

keamanan dilakukan selama tiga kali dalam

sehari selama tiga hari berturut turut setelah

pembuatan dan pada hari terakhir

penyimpanan untuk masing-masing

sediaan. Gejala yang timbul diamati,

umumnya iritasi akan segera ditunjukkan

dengan adanya reaksi kulit sesaat setelah

pelekatan atau penyentuhan pada kulit,

iritasi demikian disebut iritasi primer.

Tetapi jika reaksi ini timbul beberapa jam

setelah penyentuhan atau pelekatan pada

kulit, maka iritasi ini disebut iritasi

sekunder (Depkes, 1985).

Analisis data

Analisis data dilakukan secara

statistik ANAVA dengan desain faktorial,

karena terdapat beberapa faktor (formula

dan suhu), sebagai unit eksperimen adalah

hasil uji sifat fisik (pH dan viskositas).

Sedangkan hasil pengujian waktu untuk

sediaan mengering, dan hasil pengujian

efektivitas sediaan masker gel yang dilihat

dari nilai kandungan air kulit wajah

dianalisis dengan desain blok acak lengkap

(DBAL).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi

Ekstrak yang diperoleh dari proses

ekstraksi 691,67 g simplisia biji melinjo

adalah sebanyak 33,23 g. Nilai rendemen

ekstrak yang diperoleh melalui perhitungan

adalah sebesar 4,8%. Adapun karakteristik

dari ekstrak yang diperoleh yaitu berbentuk

10

kental, berwarna coklat, tidak berasa,dan

berbau khas.

Identifikasi kualitatif ekstrak

Skrining fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk

mengetahui golongan senyawa metabolit

sekunder yang terdapat pada ekstrak.

Metabolit sekunder yang terdapat pada

ekstrak etanol biji melinjo diantaranya

adalah flavonoid, polifenol, monoterpenoid,

seskuiterpenoid, dan kuinon.Polifenol dan

flavonoid merupakan golongan senyawa

metabolit sekunder yang memiliki aktivitas

antioksidan, sehingga dalam ekstrak biji

melinjo diduga bahwa senyawa inilah yang

berperan menangkal radikal bebas.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Hasil uji kualitatif ekstrak dengan

menggunakan KLT adalah berupa bercak

berwarna kuning berlatar ungu, setelah

pelat yang dikembangkan dengan

menggunakan fase gerak etilasetat :

metanol : air (40:5.4:5) disemprot dengan

penampak bercak larutan DPPH. Hasil KLT

tersebut menunjukkan bahwa dalam ekstrak

terdapat senyawa yang memiliki aktivitas

antioksidan. Hal ini dikarenakan menurut

literatur adanya senyawa antioksidan dalam

uji kualitatif dengan menggunakan KLT

ditandai dengan terbentuknya bercak

berwarna kuning berlatar ungu pada pelat

KLT yang disemprot dengan penampak

bercak larutan DPPH (Masoko and Eloff,

2007).

Freezee drying ekstrak

Serbuk ekstrak biji melinjo yang

diperoleh dari proses freeze drying 25,555 g

ekstrak kental biji melinjo adalah sebanyak

22,232 g. Nilai rendemen ekstrak yang

diperoleh melalui perhitungan adalah

sebesar 87,01 %.Adapun karakteristikdari

ekstrak biji melinjo yang telah di freeze

drying yaitu berupa serbuk berwarna

kuning, tidak berasa, dan berbau khas.

Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak dengan metode DPPH Penetapan λ DPPH

Larutan DPPH menunjukkan

absorbansi maksimum pada

panjanggelombang 512 – 520 nm

(Molyneux, 2004). Panjang gelombang

11

maksimum yang diperoleh dari penelitian

ini adalah 517 nm.

Penetapan Operating Time DPPH dalam Etanol Penetapan operating time DPPH

dalam etanol bertujuan untuk mengetahui

waktu kerja paling baik atau paling stabil

senyawa DPPH dalam etanol.Berdasarkan

hasil yang diperoleh operating time dari

larutan DPPH berada pada menit ke-45

hingga menit ke-120 setelah penambahan

etanol.

Penetapan waktu inkubasi sampel

Pengujian ini bertujuan untuk

melihat rentang waktu dimana larutan

DPPH memberikan absorbansi yang stabil

dan telah bereaksi secara sempurna dengan

sampel membentuk senyawa DPPH-H

(Diphenylpicrylhydrazine). Berdasarkan

hasil pengujian, waktu inkubasi untuk

larutan ekstrak berada pada rentang waktu

30 – 45 menit, sedangkan waktu inkubasi

untuk larutan vitamin C berada pada

rentang waktu 30 – 40 menit.

Pengukuran Absorbansi % Inhibisi Sampel

Penetapan % inhibisi larutan ekstrak

dilakukan secara duplo. Data absorbansi

dan % inhibisi dari beberapa konsentrasi

ekstrak biji melinjo dapat dilihat pada Tabel

4.2. Sedangkan kurva regresi linier antara

konsentrasi ekstrak dan %inhibisi ekstrak

dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Tabel 4.2 Data Absorbansi dan % Inhibisi dari Beberapa Konsentrasi Ekstrak

Konsentrasi

(µg/ml) Absorbansi

(A) Rata-rata

% Inhibisi

1200 0,128 0,103 0,116 74,783

1000 0,136 0,164 0,150 67,391

800 0,153 0,188 0,171 62,826

600 0,206 0,205 0,206 55,217

400 0,270 0,215 0,243 47,174

DPPH 0,460

Gambar 4.1 Kurva Regresi Linier antaraKonsentrasi Ekstrak dan % Inhibisi

Dari data yang diperoleh pada Tabel

4.1 menunjukkan bahwa semakin besar

konsentrasi ekstrak maka semakin kecil

absorbansi DPPH sehingga peningkatan

y = 0,0336x + 34,602R² = 0,9914

01020304050607080

0 300 600 900 1200 1500

%in

hibi

si e

kstr

ak (

%)

Konsentrasi ekstrak (µg/ml)

12

konsentrasi hambat radikal bebas DPPH

semakin besar.

Sedangkan data absorbansi dan %

inhibisi dari beberapa konsentrasi vitamin C

dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan kurva

regresi linier antara konsentrasi vitamin C

dan % inhibisi vitamin C dapat dilihat

Gambar 4.2.

Tabel 4.3 Data Absorbansi dan % Inhibisi dari Beberapa Konsentrasi Vitamin C

Konsentrasi

(µg/ml) Absorbansi

(A) Rata-rata

% Inhibisi

9 0,263 0,188 0,226 56,202

8 0,334 0,212 0,273 47,093

6 0,345 0,332 0,338 35,076

4 0,429 0,362 0,396 23,256

DPPH 0,516

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 sama

halnya dengan ekstrak, bahwa semakin

besar konsentrasi vitamin C maka semakin

kecil absorbansi DPPH sehingga

peningkatan konsentrasi hambat radikal

bebas DPPH semakin besar.

Gambar 4.2 Kurva Regresi Linier antara Konsentrasi Vitamin C dan % Inhibisi

Pengukuran IC50 sampel

Setelah dilakukan perhitungan dengan

memasukkan konsentrasi sebagai x dan %

inhibisi sebagai y maka diperoleh

persamaan regresinyay = 0,0337x +

34,521dan nilai dari IC50 ekstrak etanol biji

melinjo didapat sebesar 459,318 µg/mL.

Sedangkan untuk vitamin C dengan

memasukkan konsentrasi sebagai x dan %

inhibisi sebagai y maka diperoleh

persamaan regresinyay = 6,4447x -

3,0952dan nilai dari IC50 vitamin C didapat

sebesar 8,239 µg/mL.

Dengan membandingkan IC50 ekstrak

etanol biji melinjo terhadap vitamin C

diperoleh aktivitas antioksidan ekstrak

etanol biji melinjo 1,794% dari vitamin C.

Aktivitas antioksidan ekstrak lebih rendah

dari vitamin C dapat disebabkan vitamin C

yang lebih murni dibanding ekstrak etanol

biji melinjo yang mengandung berbagai

macam metabolit sekunder.

Pembuatan dan pemilihan basis masker gel

y = 6,583x - 4,256R² = 0,992

0

10

20

30

40

50

60

0 2 4 6 8 10

% In

hibi

si

Konsentrasi vitamin C (µg/ml)

13

Basis masker gel yang telah dibuat

sebanyak empat macam formula dengan

menggunakan basis PVA dengan

konsentrasi 10%, dan eksipien lain berupa

HPMC, gliserin, dan TEA dengan variasi

konsentrasi. PVA digunakan sebagai

gelling agent memiliki sifat adhesive atau

dapat membentuk lapisan film yang dapat

dikelupas setelah mengering. Penambahan

HPMC dalam formula berfungsi sebagai

peningkat viskositas dari basis masker gel.

Kemudian gliserin berfungsi sebagai

humektan yang memiliki kemampuan untuk

mengikat air (hidrasi), sehingga sediaan

menjadi tetap lembab dan tidak kering.

TEA digunakan untuk mengatur pH dari

sediaan, sedangkan nipagin dan nipasol

berfungsi sebagai pengawet.

Empat macam formula basis masker

gel kemudian diuji sifat fisik (pH dan

viskositas) dan waktu yang diperlukan

sediaan untuk mengering selama 2 minggu

penyimpanan, hasil pengujian sifat fisik

basis masker gel dapat dilihat pada Tabel

4.4 berikut.

Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengujian Sifat Fisik Basis Masker Gel

For

mula

Pengam

atan

Perubahan setelah hari ke-

1 3 7 14

1 Bentuk K+ K+ K+ K+

Warna AK AK AK AK

Bau - - - -

pH 7,59 7,27 6,82 6,8

Viskosita

s

354,1 336,9

3

308,9

3

306,47

Waktu

Kering

10

menit

15

menit

14

menit

13

menit

2 Bentuk K+++ K+++ K+++ K+++

Warna AK AK AK AK

Bau - - - -

pH 7,49 7,19 7,14 7,12

Viskosita

s

2548 1980 1884,

67

1883

Waktu

Kering

9

menit

16

menit

16

menit

15

menit

3 Bentuk K++ K++ K++ K++

Warna AK AK AK AK

Bau - - - -

pH 7,80 7,23 6,85 6,68

Viskosita

s

1263,

33

1154,

33

1025,

33

1021,3

3

Waktu

Kering

10

menit

17

menit

10

menit

12

menit

4 Bentuk K++ K++ K++ K++

Warna AK AK AK AK

Bau - - - -

pH 7,72 7,33 7,02 7,00

Viskosita

s

1422,

33

1307 1236 1221,6

7

Waktu

Kering

10

menit

17

menit

17

menit

17

menit

14

Keterangan: F1: Formula basis dengan gliserin 6 % dan TEA 1 %, F2: Formula basis dengan gliserin 12 % dan TEA 2 %, F3: Formula basis dengan HPMC 1 %, gliserin 12 %, dan TEA 2 %, F4: Formula basis dengan HPMC 2 %, gliserin 12 %, dan TEA 2 %, K+: Kental rendah, K++: Kental sedang, K+++: Kental tinggi, AK: Agak keruh, -: Tidak berbau Kental tinggi, AK: Agak keruh, -: Tidak berbau Berdasarkan hasil pengamatan hasil

pengamatan sifat fisik dan waktu sediaan

untuk mengering selama 2 minggu

penyimpanan, dari keempat formula yang

telah dibuat, maka formula 3 yang akan

digunakan sebagai basis dalam formulasi

sediaan masker gel antioksidan.

Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo

Formula masker gel dibuat dalam

berbagai konsentrasi ekstrak etanol biji

melinjo berdasarkan pada nilai IC100 yang

diperoleh dari pengujian aktivitas

antioksidan dengan menggunakan DPPH.

Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam

formulasi berdasar pada nilai IC100 karena

diharapkan ekstrak etanol biji melinjo yang

ditambahkan dalam formulasi dapat

menghambat 100% radikal bebas. Hasil

formulasi sediaan masker antioksidan dari

ekstrak etanol biji melinjo dapat dilihat

pada Gambar 4.3, dan hasil pengamatan

organoleptis sediaan dapat dilihat pada

Tabel 4.4.

Gambar 4.3 Gambar Hasil Formulasi Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo

Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengamatan Organoleptis Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo

Formula Bentuk Warna Bau

F0 K+++ AK -

F1 K+++ K Khas

F2 K++ KC+ Khas

F3 K+ KC++ Khas

Keterangan: K+++ = Kental tinggi, K++ = Kental sedang, K+ = Kental rendah, - = Tidak berbau, AK = Agak keruh, KC+ = Kuning kecoklatan lebih muda, KC++= Kuning kecoklatan lebih tua Pengujian aktivitas antioksidan sediaan

Sediaan masker gel antioksidan dari

ekstrak etanol biji melinjo diuji aktivitas

antioksidannya pada hari pertama

pembuatan dan pada hari terakhir

penyimpanan. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya aktivitas

15

antioksidan pada sediaan, baik pada saat

Hari pertama pembuatan maupun setelah

waktu penyimpanan selama 28 hari. Berikut

diagram nilai IC50 untuk sediaan dapat

dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Diagram Nilai IC50 Ekstrak dan Sediaan Masker Gel Keterangan:F0: tidak mengandung ekstrak, F1: mengandung ekstrak 1 x IC100, F2: mengandung ekstrak 3 x IC100, F3: mengandung ekstrak 5 x IC100

Dapat terlihat dari Gambar 4.4

bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak

yang ditambahkan, maka semakin baik

aktivitas antioksidan sediaannya. Hal ini

didasarkan pada nilai IC50 yang lebih

rendah. Selain itu, dari diagram di atas

dapat diketahui bahwa waktu penyimpanan

berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan

sediaan. Aktivitas antioksidan sediaan

menurun selama penyimpanan, terlihat dari

nilai IC50 yang lebih besar dari sebelum

penyimpanan.Menurunnya aktivitas

antioksidan setelah penyimpanan dapat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan

misalnya cahaya yang dapat menyebabkan

proses oksidasiyang dapat menurunkan

aktivitas antioksidan sediaan. Kemudian

cara pengemasan dapat pula berpengaruh

terhadap penurunan aktivitas antioksidan.

Cara pengemasan yang kurang baik

membuat sediaan lebih banyak kontak

dengan lingkungan, sehingga dapat

menurunkan aktivitas antioksidan sediaan.

Pengujian sifat fisik masker gel

Pengamatan Organoleptis

Seluruh formula sediaan masker gel

antioksidan ekstrak etanol biji melinjo

selama 28 hari penyimpanan tidak

mengalami perubahan konsistensi, warna,

dan bau.

Pengukuran Viskositas

Hasil pengukuran viskositas pada

suhu 8oC, 25oC, dan 40oC selama masa

penyimpanan tertera pada grafik di bawah

ini.

0500

100015002000250030003500

IC50

Sediaan

hari ke-1

hari ke-28

16

Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 8oC selama Masa Penyimpanan

Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 25oC selama Masa Penyimpanan

Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 40oC selama Masa Penyimpanan

Berdasarkan grafik pada Gambar

4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7 dapat

dilihat bahwa viskositas mengalami

penurunan pada tiap suhu pengujian dan

selama waktu penyimpanan. Hal ini

menunjukkan bahwa suhu dan waktu

penyimpanan berpengaruh terhadap

viskositas. Pada semua formula penurunan

viskositas paling besar tiap waktu

penyimpanannya terjadi pada suhu

pengujian 40oC, sedangkan pada suhu 8oC

dan 25oCpenurunan viskositas tidak terlalu

besar.Hal tersebut menunjukkan bahwa

suhu berpengaruh terhadap viskositas,hal

ini sesuai dengan persamaan kinetika

Arrhenius η = AeEvRT,dari persamaan

tersebut diketahui bahwa viskositas

berbanding terbalik dengan suhu, semakin

tinggi suhu maka semakin kecil viskositas.

Selain itu waktu penyimpanan pun

berpengaruh terhadap viskositas, semakin

lama waktu penyimpanan, maka semakin

menurun pula viskositas sediaan.

Penurunan ini terjadi karena semakin lama

waktu penyimpanan, maka semakin lama

juga sediaan terpengaruh oleh lingkungan,

misalnya udara. Kemasan yang kurang

kedap dapat menyebabkan sediaan

menyerap uap air dari luar, sehingga

menambah volume air dalam sediaan.

0500

100015002000250030003500

1 3 7 14 21 28

Vis

kosi

tas

(cP

)

Hari ke-

Formula 0Formula 1Formula 2Formula 3

0500

100015002000250030003500

1 3 7 14 21 28

Vis

kosi

tas

(cP

)

Hari ke-

Formula 0Formula 1Formula 2Formula 3

0500

100015002000250030003500

1 3 7 14 21 28

Vis

kosi

tas

(cP

)

Hari ke-

Formula 0Formula 1Formula2Formula3

17

Hasil pengukuran viskositas selama

penyimpanan kemudian diolah secara

statistik. Hasil analisis statistik

menunjukkan bahwa nilai viskositas yang

diperoleh berbeda signifikan antar formula,

suhu, dan waktu. Hal ini karena nilai

signifikan untuk masing-masing pengaruh

formula dan waktu penyimpananadalah

0,00, sedangkan 0,01 untuk pengaruh suhu,

berarti Hipotesis 0 (H0) ditolak karena nilai

signifikan lebih kecil dari taraf signifikan α

= 5%. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut

dengan menggunakan uji lanjut LSD dan

Tukey. Hasil uji lanjut untuk pengaruh

formula menunjukkan bahwa F3 berbeda

signifikan dengan F2, F1, dan F0.Adanya

perbedaan yang signifikan antara F3 dengan

F0 dapat disebabkan karena adanya

penambahan ekstrak pada F3, sedangkan

pada F0 tidak ada penambahan ekstrak.

Ekstrak yang ditambahkan menyebabkan

viskositas lebih rendah. Sedangkan F3

berbeda signifikan dengan F1 dan F2 dapat

disebabkan oleh perbedaan konsentrasi

ekstrak yang ditambahkan, sehingga

memberikan hasil yang berbeda secara

signifikan.Hasil uji lanjut untuk suhu

menunjukkan bahwa hasil pengukuran

viskositas pada suhu 40oC berbeda dengan

suhu 8oC dan 25oC.Selain itu, waktu

penyimpanan pun berpengaruh terhadap

hasil pengukuran viskositas, yaitu

memberikan hasil viskositas yang berbeda

signifikan dalam tiap waktu

penyimpanan.Hasil uji lanjut dari pengaruh

waktu penyimpanan terhadap viskositas

menunjukkan bahwa hasil pengukuran pada

hari ke-28 dan 21 berbeda signifikan

dengan hasil pengukuran pada hari ke-1, 3,

7, dan 14.Hari ke-14 berbeda dengan hari

ke-1 dan ke-3, serta hari ke-7 berbeda

dengan hari ke-1. Semakin lama waktu

penyimpanan, semakin lama pula sediaan

terpengaruh oleh lingkungan, sehingga

berpengaruh pada viskositas.

Pengukuran pH

Hasil pengukuran pH pada suhu 8oC,

25oC, dan 40oC selama masa penyimpanan

dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

18

Gambar 4.8 Grafik Pengukuran pH pada Suhu 8oCselama Masa Penyimpanan

Gambar 4.9 Grafik Pengukuran pH pada Suhu 25oC selama Masa Penyimpanan

Gambar 4.10 Grafik Pengukuran pH pada Suhu 40oC selama Masa Penyimpanan

Berdasarkan grafik pada gambar

4.8, gambar 4.9, dan gambar 4.10 di atas

dapat dilihat bahwa nilai pH mengalami

penurunan selama waktu penyimpanan.

Namun terlihat bahwa pH sediaan masih

memenuhi persyaratan pH untuk sediaan

topikal yaitu antara 4 sampai 8 (Aulton,

1988). Pada semua formula memiliki nilai

lebih dari 7 karena disebabkan oleh

komponen-komponen pada sediaan

didominasi oleh bahan yang bersifat basa.

Selain itu terjadi penurunan nilai pH selama

penyimpanan dapat terjadi karena pengaruh

CO2, karena CO2 bereaksi denganfasa air

sehingga menjadi asam. Selanjutnya data-

data hasil pengukuran pH selama waktu

penyimpanan dianalisis secara

statistik.Hasil analisis statistik data pH

tersebut menunjukkan bahwa pH antar

formula tidak berbeda secara signifikan,

karena nilai signifikan yang diperoleh

sebesar 0,186 lebih besar dari taraf

signifikan =5%, artinya tidak ada perbedaan

pH yang signifikan antar formula. Untuk

pengaruh suhu nilai signifikan yang

diperoleh sebesar 0,00 lebih kecil dari taraf

signifikan α = 5%, sehingga Hipotesis 0

(H0) ditolak, artinya ada perbedaan yang

signifikan antar suhu yang diberikan

terhadap pH. Maka dilakukan uji lanjut

0123456789

1 3 7 14 21 28pH

Hari ke-

Formula 0

Formula 1

Formula 2

Formula 3

0123456789

1 3 7 14 21 28

pH

Hari ke-

Formula 0

Formula 1

Formula 2

Formula 3

0123456789

1 3 7 14 21 28

pH

Hari ke-

Formula 0

Formula 1

Formula 2

Formula 3

19

untuk mengetahui perbedaannya, uji lanjut

yang digunakan adalah LSD dan Tukey.

Hasil kedua uji lanjut tersebut menunjukkan

bahwa ketiga suhu (8oC, 25oC, dan 40oC)

memberikan hasil pH yang berbeda

signifikan satu sama lain. Dan waktu

penyimpanan pun berpengaruh terhadap

hasil pengukuran pH, yaitu memberikan

hasil pH yang berbeda signifikan dalam tiap

waktu penyimpanan, dapat dilihat pula dari

nilai signifikan yang diperoleh yaitu sebesar

0,00 yang lebih kecil dari taraf signifikan α

= 5%. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut.

Uji lanjut yang digunakan adalah uji lanjut

LSD dan Tukey. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa pH pada hari ke-14

berbeda dengan pH pada hari ke-1, 3, 21,

dan 28, serta hari ke-7 berbeda dengan hari

ke-1. Adanya perbedaan pH pada hari-hari

tersebut menunjukkan bahwa waktu

penyimpanan berpengaruh terhadap pH.

Seperti halnya dengan viskositas, pada pH

pun semakin lama waktu penyimpanan,

maka semakin lama pula sediaan

terpengaruh oleh lingkungan yang dapat

mempengaruhi pH sediaan.

Pengujian waktu untuk sediaan mengering

Sediaan masker gel antioksidan dari

ekstrak etanol biji melinjo memiliki waktu

untuk mengering antara 8 – 16 menit. Hasil

pengujian tersebut menunjukkan bahwa

waktu kering dari semua formula dan pada

setiap waktu penyimpanan masih berada

pada rentang waktu kering dari produk

masker yang ada di pasaran, yaitu antara 10

– 20 menit.

Selanjutnya data-data hasil

pengujian waktu kering masing-masing

formula dianalisis secara

statistik.Berdasarkan hasil analisis data

statistik untuk pengaruh formula

menunjukkan bahwa H0 ditolak, karena

nilai signifikan yang diperoleh sebesar

0,001 lebih kecil dari taraf signifikanα=

5%, artinya terdapat perbedaan waktu

kering yang signifikan antar formula

masker gel. Oleh karena antar formula

memberikan hasil yang berbeda secara

signifikan, maka dilakukan uji lanjut berupa

uji lanjut LSD dan Tukey, dan hasil uji

lanjut tersebut menunjukkan bahwa waktu

20

kering F1 berbeda signifikan dengan F0 dan

F2, dan waktu kering F3 berbeda signifikan

dengan F2.Adanya perbedaan waktu kering

antar formula dapat disebabkan oleh adanya

pengaruh penambahan ekstrak, ekstrak

yang ditambahkan menyebabkan semakin

lamanya proses evaporasi masker gel. Hal

ini dikarenakan ekstrak biji melinjo yang

ditambahkan memiliki kadar air yang cukup

banyak, sehingga kandungan air dalam

masker gel bertambah dan waktu kering

sediaan pun menjadi lebih lama. Hasil

analisis statistik untuk pengaruh waktu

penyimpanan terhadap pH adalah H0

diterima, karena nilai signifikan yang

didapat sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf

signifikan α = 5%. Hasil tersebut

menunjukkan adanya perbedaan waktu

kering yang signifikan pada masing-masing

waktu penyimpanan.Hasil uji lanjut untuk

waktu penyimpanan menunjukkan bahwa

waktu kering pada hari ke-1 berbeda

dengan hari ke-3, hari ke-7, hari ke-14, hari

ke-21, dan hari ke-28.Serta hari ke-3

berbeda dengan hari ke-7, 14, 21, dan 28.

Pengujian secara mikrobiologi

Pengujian secara mikrobologi yang

dilakukan berupa cemaran mikroba dan

pengujian efektivitas pengawet. Kedua

pengujian ini dilakukan terhadap bakteri

dan jamur. Berdasarkan hasil uji cemaran

mikroba dan efektivitas pengawet

menunjukkan tidak terjadinya pertumbuhan

bakteri maupun jamur. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa proses pembuatan dan

penyimpanan sediaan sudah cukup baik,

tidak terjadi kontaminasi dengan

lingkungan, sehingga sediaan yang dibuat

tidak tercemar oleh bakteri dan jamur, baik

pada saat pertama pembuatan maupun

setelah waktu penyimpanan.

Pengujian efektivitas sediaan

Sediaan masker gel yang diuji

efektivitasnya adalah sediaan masker gel

formula 3, karena berdasarkan hasil

pengujian aktivitas antioksidan sediaan

diketahui bahwa sediaan formula 3

memiliki nilai IC50 terendah yang artinya

memiliki aktivitas antioksidan yang paling

baik di antara formula lainnya. Selain

sediaan formula 3, pada pengujian

21

efektivitas ini digunakan pula formula 0

sebagai blanko dan produk inovator sebagai

pembanding. Pengujian efektivitas sediaan

ini dilihat dari kemampuan sediaan uji

dalam meningkatkan kelembaban dan

kehalusan kulit wajah. Dalam pengujian ini

digunakan alat skin analyzer untuk

mengukur kandungan air, tingkat

kandungan minyak, dan tingkat kekasaran

kulit wajah. Selain itu digunakan pula alat

Dino Lite untuk melihat struktur kulit wajah

sebelum dan sesudah pemakaian sediaan uji

selama empat minggu. Diagram hasil

pengukuran kandungan air kulit wajah pada

tiga sediaan uji selama empat minggu

pemakaian dapat dilihat Gambar 4.11 di

bawah ini.

Gambar 4.11 Diagram Hasil Pengukuran Kandungan Air (%) Kulit Wajah pada Tiga Sediaan Uji selama Empat Minggu Pemakaian

Berdasarkan Gambar 4.11 dapat

dilihat bahwa peningkatan kelembaban dan

kehalusan kulit wajah cukup signifikan tiap

minggunya setelah pemakaian sediaan F3

dan produk inovator, karena kandungan air

pada kulit wajah mampu mencapai 37% -

41% pada minggu terakhir pemakaian, hasil

ini menunjukkan bahwa nilai kandungan air

tersebut termasuk pada rentang kandungan

air wajah yang normal, yaitu sebesar 38% -

42%. Sediaan F3 mampu membuat kulit

yang awalnya cenderung kering dan kasar,

menjadi lebih lembab dan halus. Hal ini

disebabkan oleh adanya kandungan ekstrak

biji melinjo dalam F3, yang berdasarkan

pengujian aktivitas antioksidan sediaan F3

memiliki aktivitas yang paling baik. Begitu

pula dengan produk inovator, hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa produk

inovator memberikan peningkatan

kelembaban dan kehalusan kulit. Hal ini

dikarenakan pada produk inovator ini

mengandung ekstrak buah stroberi yang

diketahui memiliki aktivitas antioksidan.

Sedangkan untuk sediaan F0 atau blanko,

peningkatan kelembaban dan

05

1015202530354045

0 1 2 3 4

Kan

dung

an a

ir (%

)

Minggu ke-

Blanko

Formula 3

Produk Inovator

22

kehalusannyasangat kecil selama

pemakaian empat minggu. Hal ini

dikarenakan pada sediaan tidak terdapat

ekstrak apapun, tetapi hanya basis masker

gel saja.

Dari hasil pengujian efektivitas

sediaan dengan melihat parameter-

parameter yang diukur dengan alat skin

analyzer telah diketahui bahwa sediaan

masker gel antioksidan dari ekstrak etanol

biji melinjo F3 mampu untuk meningkatkan

kelembaban dan kehalusan kulit. Namun,

bila dilihat dari stabilitas fisik atau sifat

fisik yang berupa pengamatan organoleptis,

pengukuran viskositas, dan pengukuran pH

selama 28 hari penyimpanan, menurut hasil

pengamatan organoleptis yang diperoleh

bahwa sediaan masker gel F3 tidak

mengalami perubahan selama 28 hari

penyimpanan. Namun, apabila melihat hasil

pengujian sifat fisik sediaan, viskositas dan

pH sediaan masker gelF3 cenderung

mengalami penurunan selama 28 hari

penyimpanan tetapi masih memenuhi

rentang viskositas dan pH yang

dipersyaratkan. Hal ini disebabkan oleh

adanya pengaruh perlakuan suhu yang

diberikan, adanya pengaruh lingkungan,

dan lamanya waktu penyimpanan.

Selanjutnya hasil pengukuran

kandungan air kulit selama empat minggu

diolah secara statistik. Berdasarkan hasil

analisis statistik yang diperoleh dapat

diketahui bahwa Hipotesis Nol (H0) ditolak,

karena nilai signifikan untuk sediaan uji

sebagai perlakuan adalah sebesar 0,00 atau

lebih kecil dari taraf signifikan α = 5%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ketiga

sediaan uji memberikan hasil yang berbeda

secara signifikan dalam meningkatkan

kandungan air kulit wajah. Oleh karena

berbeda signifikan, maka dilakukan uji

lanjut dengan menggunakan uji lanjut LSD

dan Tukey. Hasil yang diperoleh dari kedua

uji lanjut tersebut adalah bahwa F0 berbeda

secara signifikan dengan F3 dan produk

inovator, sedangkan F3 dan produk

inovator tidak berbeda secara signifikan.

Dari hasil uji lanjut tersebut dapat pula

diketahui bahwa F3 dan produk inovator

memliliki kemampuan yang hampir sama

dalam meningkatkan kandungan air kulit.

23

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan

F3 efektif dalam meningkatkan kelembaban

dan kehalusan kulit.

Selain sediaan uji, ingin diketahui

pula pengaruh waktu pemakaian terhadap

respon yang diamati, dan berdasarkan hasil

yang diperoleh bahwa Hipotesis Nol (H0)

ditolak, karena nilai signifikan yang

diperoleh sebesar 0,00 atau lebih kecil dari

taraf signifikan α = 5%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antar waktu pemakaian

dengan hasil peningkatan kandungan air

kulit wajah. Oleh karena adanya perbedaan

yang signifikan, maka dilakukan pula uji

lanjut dengan menggunakan uji lanjut LSD

dan Tukey. Berdasarkan hasil kedua uji

lanjut tersebut dapat diketahui bahwa pada

minggu ke-0 hasil yang diberikan berbeda

secara signifikan dengan hasil pada minggu

ke-1, 2, 3, dan 4. Pada minggu ke-1

memberikan hasil yang berbeda secara

signifikan dengan hasil pada minggu ke-3

dan ke-4. Serta hasil pada minggu ke-2

berbeda signifikan dengan minggu ke-4.

Pada minggu ke-0 memberikan hasil yang

berbeda dengan hasil pengukuran pada

minggu ke-1, 2, 3, dan 4 karena pada

minggu ke-0 belum digunakannya sediaan

uji, sedangkan hasil pengukuran pada

minggu ke-4 berbeda dengan pada minggu

ke-1, 2, 3, dan 4 karena minggu ke-4

merupakan waktu pemakaian terakhir atau

pemakaian terlama sediaan uji sehingga

hasil yang diperoleh akan berbeda dengan

hasil pada minggu ke-0, 1, 2, dan 3.

Pengujian iritasi

Uji iritasi sediaan masker gel antioksidan

dari ekstrak etanol biji melinjo yang

dilakukan terhadap 10 orang relawan

memberikan hasil bahwa sediaan masker

gel yang dibuat tidak menimbulkan reaksi

apapun baik panas, gatal, eritema, ataupun

perih. Sehingga sediaan masker gel

antioksidan dari ekstrak biji melinjo aman

untuk digunakan sebagai sediaan topikal.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol biji

melinjo (Gnetum gnemon Linn.)1,794%

dari aktivitas antioksidan vitamin

C.Ekstrak etanol biji melinjo memiliki

24

nilai IC50 sebesar 459,318 µg/ml,

sedangkan vitamin C memiliki nilai IC50

sebesar 8,239 µg/ml.

2. Penelitian ini menghasilkan formula

sediaan masker gel antioksidan

berbentuk peel-off dengan berbagai

konsentrasi ekstrak etanol biji melinjo

(F1 = 0,194%, F2= 0,582%, dan F3 =

0,970%).

3. Sediaan masker gel secara umum stabil

dalam aspek konsistensi, warna dan bau.

pH masker gel mengalami penurunan,

tetapi masih berada pada rentang

persyaratan pH untuk sediaan topikal.

Viskositas masker gel pun mengalami

penurunan, penurunan terbesar terjadi

pada suhu penyimpanan 40oC. Serta

semua sediaan masker gel tidak

mengiritasi kulit.

4. Formula 3 merupakan sediaan yang

memiliki aktivitas antioksidan dan

efektivitas yang paling baik, suhu

penyimpanan yang disaranakan untuk

formula 3 adalah pada suhu 25oC pada

wadah tertutup dan terhindar dari sinar

matahari.

Saran

Penelitian dapat dikembangkan

dalam bentuk sediaan dan formula yang

lain. Serta dapat dilakukan pula penelitian

mengenai aktivitas lain dari biji melinjo

(Gnetum gnemon Linn.).

DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, Naveed., Arshad Mehmood.,

Barkat Ali Khan., Tariq Mahmood.,

Haji Muhammad Shoaib Khan and

Tariq Saeed. 2011. Exploring

cucumber extract for skin

rejuvenation. African Journal of

Biotechnology Vol. 10 (7), pp.

1206-1216.

Akhtar, Naveed and Yasemin Yazan. 2008.

Formulation and in-vivo evaluation

of a cosmetic multiple emulsion

containing vitamin C and wheat

protein. Pak. J. Pharm. Sci. Vo.21

No. pp.45-50.

Aulton, M. 1988. Pharmaceutics: The

Science of Dosage Form Design.

Curcill Livingstone. Edirberd.

London.p.244.

25

Hanan, Abdul dan Sutrisno. 2000. Gnemon:

Tumbuhan Lahan Kering Multi

Guna dan Konservasinya di Kebun

Raya Bogor.Seminar Nasional

Konservasi dan Pendayagunaan

Keanekaragaman Tumbuhan Lahan

Kering. Bogor: Kebun Raya Bogor-

LIPI. Tersedia di

http://eprints.uns.ac.id/204/1/170492

2411201011351.pdf [Diakses pada

tanggal 17 Januari 2012].

Harry, Ralph G. 1973. Harry’s

Cosmeticology. Edisi Keenam. New

York. Chemical Publishing Co., Inc.

Hal: 103 – 109.

Molyneux, Philip. 2004. The use of the

stable free radical

diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for

estimating antioxidant activity.

Songklanakarin J. Sci. Technol.,

26(2) : 211-219.

Mario, M. 2001. Inovasi Masker. Tersedia

di http://www. Kosmetika-

online.net. [diakses pada tanggal 19

September 2011].

Masoko, P and J.N. Eloff. 2007. Screening

of twenty-four South African

Combretum and six Terminalia

species (Combretaceae) for

antioxidant activities. Research

Paper. Afr. J. Trad. CAM (2007) 4

(2): 231 – 239.

Maysuhara, S. 2009. Rahasia Cantik, Sehat

dan Awet Muda. Edisi I.

Yogyakarta: Pustaka Panasea.

Santoso, Martha., Yuko Nata, Clement

Angkawidjaja, Tomoko Yamaguchi,

Teruyoshi Matoba, and Hithosi

Takamura. 2010. Antioxidant and

DNA Damage Prevention Activities

of the Edible Parts of Gnetum

gnemon and Their Changes upon

Heat Treatment. Food Sci. Technol.

Res., 16(6), 549-556.

Wirajayakusuma, Hembing. 1998. Hidup

Sehat Cara Hembing. Cetakan ke-1.

Edisi ke-15. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo. Gramedia.

26

27