1-bab i pendahuluan
DESCRIPTION
testTRANSCRIPT
Penyusunan Dan Analisa Data/Informasi Perencanaan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2013
Pendahuluan | I - 1 Laporan Akhir
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pandangan Umum
Indonesia merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia demikian
menurut United Nations International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR; Badan PBB
untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana).Berbagai bencana alam mulai
gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan
kebakaran hutan rawan terjadi di Indonesia.
Bahkan untuk beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama
dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban meninggal
akibat bencana alam.Inilah yang memposisikanIndonesia sebagai negara dengan resiko dan
dampak bencana alam tertinggi di dunia.
Dari berbagai jenis bencana alam, United Nations International Stategy for Disaster
Reduction (UNISDR) memeringkat (ranking) jumlah korban pada 6 (enam) jenis bencana
alam yang meliputi tsunami, tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin topan, dan
kekeringan.
Dan dari keenam jenis bencana alamtersebut, Indonesia menduduki peringkat
pertama pada dua bencana alam yakni tsunami dan tanah longsor, peringkat ketiga pada
gempa bumi, dan peringkat keenam pada banjir.Hanya di dua bencana alam yakni
kekeringan dan angin topan, Indonesia tidak pada daftar pendek pemeringkat.
Rencana Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana sebagai usaha secara sistematis untuk
mengidentifikasi potensi bencana. Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi
berulang setiap tahun. Meskipun bencana datang secara rutin dan mudah diprediksi, namun
penanganan bencana di Indonesia cenderung kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh
berbagai hal, antara lain paradigma penanganan bencana yang parsial, sektoral dan kurang
terpadu, yang masih memusatkan tanggapan pada upaya pemerintah dan dilakukan hanya
pada kondisi kedaruratan. Selain itu juga diakibatnya belum tersedianya informasi tentang
peta kerawanan bencana serta sistem mitigasi bencana yang jelas dan terukur.
Penyusunan Dan Analisa Data/Informasi Perencanaan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2013
Pendahuluan | I - 2 Laporan Akhir
Kebijakan otonomi daerah serta semakin terlibatnya organisasi non-pemerintah telah
menimbulkan perubahan mendasar pada sistem penanganan bencana. Kebijakan otonomi
daerah ditujukan untuk memberdayakan pemerintah daerah dan mendekatkan serta
mengoptimalkan pelayanan dasar kepada masyarakat, sekaligus mengelola sumber daya dan
resiko bencana yang melekat pada kebijakan ini sering dipahami hanya sebagai keleluasaan
untuk memanfaatkan sumberdaya tanpa dibarengi kesadaran untuk mengelola secara
bertanggung jawab.
Penanganan bencana merupakan salah satu perwujudan fungsi pemerintah dalam
perlindungan rakyat oleh karenanya rakyat mengharapkan pemerintah untuk melaksanakan
penanganan bencana sepenuhnya. Dalam paradigma baru, penanganan bencana adalah
suatu pekerjaaan terpadu yang melibatkan masyarakat secara aktif. Pendekatan yang
terpadu semacam ini menuntut koordinasi yang lebih baik diantara semua pihak, baik dari
sektor pemerintah, lembaga masyarakat, badan-badan internasional dan sebagainya.
1.2 Latar Belakang
Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu secara geografis terletak di dataran tinggi / high
land (sebagian berada di kawasan Pegunungan Meratus), dataran tengah / middle land, dan
dataran rendah / low land di kawasan pesisir. Pada dataran tinggi, terdapat kawasan potensi
bencana longsor dan erosi, sedangkan untuk kawasan dataran menengah tergantung dari
kondisi fisik dasar kawasannya, untuk kawasan permukiman masih dimungkinkan adanya
bahaya bencana, sedangkan pada kawasan dataran rendah di kawasan pesisirnya, terdapat 2
(dua) ancaman bahaya dan potensi bencana, bencana yang berasal dari hulu seperti banjir/
genangan, dan bahaya yang berasal dari lautan lepas, banjir ROB/ masuknya air laut ke
daratan dan perubahan garis pantai yang semakin masuk kedalam daratan. Keadaan seperti
itu menimbulkan ketidakseimbangan ekologi dan degradasi lingkungan permukiman.
Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada satu wilayah
untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
Resiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun wantu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
Penyusunan Dan Analisa Data/Informasi Perencanaan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2013
Pendahuluan | I - 3 Laporan Akhir
masyarakat.Mitigasi Bencana adalah istilah yang digunakan untuk menujukkan pada semua
tindakan untuk mengurangi dampak dari satu bencana yang dapat dilakukan sebelum
bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka
panjang.Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi
mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan.
Berdasarkan United NationsInternational Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR),
bahaya ini dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu :
1) Bahaya beraspek geologi, antara lain gempabumi, tsunami, gunungapi. longsor.
2) Bahaya beraspek hidrometeorologi, antara lain: banjir, kekeringan, angin topan,
gelombang pasang.
3) Bahaya beraspek biologi, antara lain : wabah penyakit, hama dan penyakit tanaman.
4) Bahaya beraspek teknologi, antara lain : kecelakaan transportasi, kecelakaan industri,
kegagalan teknologi.
5) Bahaya beraspek lingkungan, antara lain : kebakaran hutan, kerusakan lingkungan,
pencemaran limbah.
Kerentanan merupakan suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang
mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.
Tingkat kerentanan adalah suatu hal penting untuk diketahui sabagai salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya bencana. Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari
kerentanan fisik (infrastruktur), sosial kependudukan, dan ekonomi.Kerentanan fisik
(infrastruktur) menggambarkan suatu kondisi fisik (infrastruktur) yang rawan terhadap faktor
bahaya (hazard) tertentu. Kondisi kerentanan ini dapat dilihat dari berbagai indikator
sebagai berikut : penggunaan lahan; kepadatan bangunan, kemiringan lahan, jenis tanah,
geologi, curah hujan dan hidrologi
Resiko bencana adalah interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan
ancaman bahaya (hazard) yang ada. Ancaman bahaya, khususnya bahaya alam bersifat
tetap karena bagian dari dinamika proses alami pembangunan atau pembentukan roman
muka bumi baik dari aspek internal maupun eksternal, sedangkan tingkat kerentanan daerah
dapat dikurangi, sehingga kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut semakin
meningkat.
Rencana Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana sebagai usaha secara sistematis untuk
mengidentifikasi potensi bencana. Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi
Penyusunan Dan Analisa Data/Informasi Perencanaan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2013
Pendahuluan | I - 4 Laporan Akhir
berulang setiap tahun. Meskipun bencana datang secara rutin dan mudah diprediksi, namun
penanganan bencana di Indonesia cenderung kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh
berbagai hal, antara lain paradigma penanganan bencana yang parsial, sektoral dan kurang
terpadu, yang masih memusatkan tanggapan pada upaya pemerintah dan dilakukan hanya
pada kondisi kedaruratan. Selain itu juga diakibatkan belum tersedianya informasi tentang
peta kerawanan bencana serta sistem mitigasi bencana yang jelas dan terukur.
Penanganan bencana merupakan salah satu perwujudan fungsi pemerintah dalam
perlindungan rakyat oleh karenanya rakyat mengharapkan pemerintah untuk melaksanakan
penanganan bencana sepenuhnya. Dalam paradigma baru, penanganan bencana adalah
suatu pekerjaaan terpadu yang melibatkan masyarakat secara aktif. Pendekatan yang
terpadu semacam ini menuntut koordinasi yang lebih baik diantara semua pihak, baik dari
sektor pemerintah, lembaga masyarakat, badan-badan internasional dan sebagainya.
1.3 Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Maksud dari Penyusunan dan Analisis Data/ Informasi Perencanaan Pembangunan
Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan
mitigasi (aspek - aspek mengenai antisipasi, penanganan, dan pengelolaan)
kebencanaan di daerahnya sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, dan, UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.
2) Mengkaji indikator dalam penentuan wilayah rawan bencana (bencana geologi,
meteorologi, dan antropogenis) dan mitigasi bencana.
3) Menyusun basis data tata ruang kawasan rawan bencana dan mitigasi bencana.
4) Penyusunan peta kawasan rawan bencana berdasarkan Sistem Informasi
Geografis (GIS) yang mendukung proses perencanaan, penataan, monitoring,
dan evaluasi tata ruang kawasan rawan bencana.
5) Menyusun kebijakan dan strategi mitigasi termasuk penataan kelembagaan
managemen bencana dan rancangan program serta strategi penanganan
bencana secara terpadu dan berkesinambungan.
Penyusunan Dan Analisa Data/Informasi Perencanaan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2013
Pendahuluan | I - 5 Laporan Akhir
b. Tujuan
Tujuan dilaksanakan kegiatan Penyusunan dan Analisis Data/ Informasi
Perencanaan Pembangunan Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Tanah Bumbu
adalah teridentifikasinya kejadian dan potensi bencana. Tujuannya antara lain:
1) Mengantisipasi kejadian bencana yang disebabkan oleh semakin pesatnya
pemanfaatan ruang dan faktor alam.
2) Mengidentifikasi kejadian dan potensi yang selama ini yang sudah dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
3) Meningkatkan mutu lingkungan hidup dan mendukung keseimbangan
ekosistem
c. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam Kerangka Acuan Kerja ini meliputi sasaran
fungsional, sasaran operasional dan sasaran lokasi.
Sasaran Fungsional adalah:
1) Teridentifikasinya kejadian dan potensi bencana sebagai masukan teknis bagi
Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu dalam bentuk rincian penanganan dan
pengelolaan.
2) Tersedianya data yang akurat dan lengkap mengenai kebencanaan.
3) Tersedianya peta lokasi-lokasi bencana
4) Tersedianyapeta rawan bencana yang representatif dan bermanfaat bagi
perencanaan pembangunan
Sasaran Operasional adalah terlaksananya kegiatan sesuai dengan pekerjaan yang
tertuang dalam DPA SKPD Badan Penanggulangan Bencana Daeran Kabupaten
Tanah Bumbu.
Sasaran Lokasi yaitu 10 kecamatan yang berada di Kabupaten Tanah Bumbu.
1.4 Dasar Hukum
Beberapa peraturan terkait dapat dipakai sebagai referensi:
1) Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Undang -Undang ini membuat terobosan sangat mendasar dengan menyatakan
dalam konsideran “menimbang” bahwa penataan ruang seharusnya berbasis
mitigasi bencana. Amanat Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan
Penyusunan Dan Analisa Data/Informasi Perencanaan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2013
Pendahuluan | I - 6 Laporan Akhir
Ruang menekankan bahwa secara garis besar dalam penyelenggaraan penataan
ruang diharapkan :
a) Dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna
serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan;
b) Tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang;
c) Tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.
Dengan demikian tentunya Penataan Ruang dalam mempertimbangkan potensi,
kondisi, permasalahan, prospek suatu daerah dan berbagai tantangan yang
dihadapi termasuk pula memperhatikan daerah rawan bencana sebagai basis
dalam mengembangkan dan mengelola suatu daerah.
2) Undang Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Dalam undang-undang ini selain definisi bencana yang disebutkan lebih
komprehensif juga diatur pengelolaan dan kelembagaan di tingkat pusat sampai
daerah beserta pembagian tanggung jawabnya.Termasuk dalam komponen
utama di dalam rencana aksi dalam Undang-Undang Penanggulangan Bencana
yaitu, melakukan identifikasi, asesmen, dan pemantauan terhadap resiko
bencana dan pemantauan terhadap berbagai resiko benacna dan meningkatkan
kemampuan deteksi dini.Salah satu fokus dalam dalam penanggulangan bencana
yang dicantumkan dalam undang-undang ini adalah penguatan Penataan
Ruang.Dalam hal ini berarti bahwa domain pengelolaan dampak bencana
sesungguhnya tidak hanya bergerak pada segi penaggulangan saja (ex post),
melainkan harus pula memasukkan segi antisipasi (ex ante).
3) Undang Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil
a) Mitigasi Bencana Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil adalah upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan
fisik alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
b) Bencana Pesisir adalah kejadian karena peristiwa alam atau karena perbuatan
Orang yang menimbulkan perubahan sifat fisik dan/atau hayati pesisir dan
Penyusunan Dan Analisa Data/Informasi Perencanaan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2013
Pendahuluan | I - 7 Laporan Akhir
mengakibatkan korban jiwa, harta, dan/atau kerusakan di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
c) Dalam menyusun rencana pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan
Pulau–Pulau Kecil terpadu, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah wajib
memasukkan dan melaksanakan bagian yang memuat mitigasi bencana di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan jenis, tingkat, dan
wilayahnya (Pasal 56).
4) Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 33 Tahun 2006 Tentang Mitigasi
Bencana
Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :
a) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana;
b) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana;
c) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
d) Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untukmengurangi ancaman
bencana.
Berbagai potensi bencana diuraikan dalam pedoman ini :
a) Bencana Banjir
b) Bencana Longsor
c) Bencana letusan Gunung Api
d) Bencana Gempa Bumi
e) Bencana Tsunami
f) Bencana Kebakaran
g) Bencana Kekeringan
h) Bencana Angin Siklon Tropis
i) Bencana Wabah Penyakit
j) Bencana Kegagalan Teknologi
k) Bencana Konflik
Dalam hal Identifikasi Kawasan Rawan Bencana dikhususkan pada Kawasan Rawan
Bencana Geologi. Untuk itu beberapa Pedoman dapat dipakai sebagai literatur yaitu:
Penyusunan Dan Analisa Data/Informasi Perencanaan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2013
Pendahuluan | I - 8 Laporan Akhir
a) Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan
Rawan Gempa Bumi
b) Pedoman Penataan Ruang Kawasan Bencana Longsor
c) Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Banjir
d) Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Tsunami
Pedoman-pedoman ini diatur dengan Peraturan Menteri pekerjaan Umum No.21, 22,
23 dan 24 Tahun 2007
5) Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 8 Tahun 2011
tentang Standarisasi Data Kebencanaan.
Peraturan ini menjelaskan tentang standarisasi data kebencanaan yang
dikelompokkan kedalam 3 (tiga) tahap yaitu :
a) Data pra bencana, merupakan basis data yang dapat digunakan apabila
diperlukan. Data ini memberikan gambaran mengenai kondisi geografis, geologis,
iklim, ketersediaan sumber daya dan lain sebagainya. Ketersediaan data tersebut
akan membantu sebagai informasi awal dalam penanganan bencana.
b) Data tanggap darurat, merupakan rekapitulasi kejadian bencana mulai dari
tempat kejadian, korban sampai dengan dampak yang ditimbulkan. Formulir ini
diisi oleh BPBD/OPD yang menangani bencana yang bersumber dari OPD yang
mengelola data terkait dengan tanggap darurat dengan petunjuk pengisiannya.
c) Data pasca bencana, adalah data yang dikompilasi setalah terjadi bencana. Data
yang dibutuhkan adalah data kerusakan aset yang mencakup lima sektor:
pemukiman, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial dan lintas sektor. Kerusakan
dimaksud meliputi : tingkat kriteria kerusakan rusak berat, rusak sedang dan
rusak ringan.