01laporan topografi surgem

24
Kata Pengantar Laporan ini merupakan Laporan Survai Topografi pekerjaan ” Rencana Teknik Akhir Penambahan Lajur Ruas Waru-Porong Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-Dupak Jalur A/B pada Jalan Tol Surabaya-Gempol”. Laporan ini pada dasarnya merupakan laporan setiap kegiatan dari pelaksanaan pekerjaan studi yang telah dikerjakan dilapangan pada suatu ruas jalan. Laporan Topografi dijelaskan antara lain mengenai latar belakang perlunya studi, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan keluaran yang diinginkan, serta perhitungan data penggambaran situasi ruas jalan. Kami berharap semoga hasil laporan ini dapat bermanfaat bagi optimalnya kinerja Lajur Ruas Waru-Porong Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-Dupak Jalur A/B pada Jalan Tol Surabaya-Gempol. Juga tidak lupa kami mangucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu upaya penyusunan laporan ini. Jakarta, Agustus 2013 Laporan Topografi Bab 1-1

Upload: alam-mungkin

Post on 07-Feb-2016

50 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan

TRANSCRIPT

Page 1: 01Laporan Topografi Surgem

Kata Pengantar

Laporan ini merupakan Laporan Survai Topografi pekerjaan ” Rencana Teknik

Akhir Penambahan Lajur Ruas Waru-Porong Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-

Dupak Jalur A/B pada Jalan Tol Surabaya-Gempol”. Laporan ini pada dasarnya

merupakan laporan setiap kegiatan dari pelaksanaan pekerjaan studi yang telah

dikerjakan dilapangan pada suatu ruas jalan.

Laporan Topografi dijelaskan antara lain mengenai latar belakang perlunya

studi, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan keluaran yang diinginkan, serta

perhitungan data penggambaran situasi ruas jalan.

Kami berharap semoga hasil laporan ini dapat bermanfaat bagi optimalnya

kinerja Lajur Ruas Waru-Porong Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-Dupak Jalur

A/B pada Jalan Tol Surabaya-Gempol. Juga tidak lupa kami mangucapkan

terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu upaya penyusunan

laporan ini.

Jakarta, Agustus 2013

PT.YODYA KARYA PERSERO

KONSULTAN

Laporan Topografi Bab 1-1

Page 2: 01Laporan Topografi Surgem

Daftar Isi

COVER PENDAHULUAN I

KATA PENGANTAR II

DAFTAR ISI III

DAFTAR GAMBAR IV

DAFTAR TABEL VI

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. DATA PROYEK 1

1.2. LATAR BELAKANG 1

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN SURVAI TOPOGRAFI 3

1.4. SASARAN 3

1.5. RUANG LINGKUP PEKERJAAN 3

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN 3

BAB 2 KEGIATAN SURVAI TOPOGRAFI 4

2.1. SURVAI TOPOGRAFI 4

2.2. METODE PELAKSANAAN PENGUKURAN TOPOGRAFI 8

2.3. PERHITUNGAN POLIGON 10

2.4. PERHITUNGAN BEDA TINGGI (WATERPASS) 10

2.5. PENGUKURAN SITUASI 14

DAFTAR PUSTAKA 15

Laporan Topografi Bab 1-2

Page 3: 01Laporan Topografi Surgem

BAB 1 Pendahuluan

1.1. DATA PROYEK

Adapun data dan lokasi proyek seperti tertera dibawah ini :

Pekerjaan / Paket : Rencana Teknik Akhir Penambahan Lajur Ruas Waru-

Porong Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-Dupak Jalur

A/B pada Jalan Tol Surabaya-Gempol

Pengguna Jasa : PT. Jasa Marga (Persero)

Lokasi : Surabaya, Jawa Timur

1.2. LATAR BELAKANG

Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jalan tol terutama

yang berkaitan dengan hal kepadatan dan keselamatan lalu lintas yang dapat

mengurangi kapasitas jalan yang pada akhirnya mengurangi kenyamanan pada

Jalan Tol Surabaya-Gempol, maka PT Jasa Marga (Persero) Tbk., sebagai

pengelola jalan tol akan melaksanakan pekerjaan Penambahan Lajur Ruas Waru-

Porong Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-Dupak Jalur A/B pada Jalan Tol

Surabaya-Gempol.

Pembangunan penambahan lajur ruas jalan tersebut dimaksud untuk

mengurangi beban jaringan jalan tol yang sudah ada pada ruas Surabaya-

Gempol agar dapat melayani arus lalu lintas di ruas tersebut tanpa adanya

hambatan dan kepadatan.

Laporan Topografi Bab 1-3

BAB 1

Page 4: 01Laporan Topografi Surgem

Dengan adanya pekerjaan ini maka diperlukan Jasa Konsultansi Pekerjaan

Desain untuk merancang desain penambahan lajur yang meliputi jalan dan

jembatan.

Sumber dana untuk Jasa Konsultasi Pekerjaan Desain adalah berasal dari RKAP

tahun 2012 dan 2013 PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN SURVAI TOPOGRAFI

Maksud Pekerjaan Teknis Jalan ini adalah dalam rangka membuat perencanaan

teknis jalan lengkap (Detail Engineering Design).

Adapun tujuannya dalam pengukuran topografi ini adalah mengumpulkan data

koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan

jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi

dengan skala 1 : 1000 untuk perencanaan jalan dan skala 1 : 500 untuk

jembatan yang akan digunakan untuk perencanaan geometrik jalan.

1.4. SASARAN

Sasaran dari pekerjaan perencanaan teknis ini adalah untuk mendapatkan

jaminan bahwa hasil pekerjaan yang diperoleh sudah sesuai dengan isi

Dokumen Pelelangan Konstruksi, sehingga kinerja penanganan jalan yang

ditangani dapat memberikan layanannya sampai akhir umur rencana.

1.5. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan Rencana Teknik Akhir Penambahan Lajur Ruas Waru-Porong

Jalur A/B dan Ruas Tanjung Perak-Dupak Jalur A/B pada Jalan Tol Surabaya-

Gempol sebagai berikut :

− Pemasangan patok - patok pengukuran

− Pengukuran titik kontrol horisontal

− Pengukuran titik kontrol vertikal

− Pengukuran situasi

− Pengukuran Penampang Melintang

Laporan Topografi Bab 1-4

Page 5: 01Laporan Topografi Surgem

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN

Sesuai dengan yang diuraikan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS),

sistem pembahasan Usulan Teknis dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Pada tahap ini akan diuraikan mengenai latar belakang, maksud, tujuan, dan

sasaran, jenis dan lokasi kegiatan, serta tujuan yang akan dicapai dalam

kegiatan pekerjaan ini.

Bab 2 Kegiatan Survai Topografi

Bab ini berisi mengenai hasil survai Topografi beserta perhitungan poligon,

waterpas, dan situasi dan analisa data koordinat yang akan digunakan dalam

penggambaran situasi.

Laporan Topografi Bab 1-5

Page 6: 01Laporan Topografi Surgem

BAB 2 Kegiatan Survai Topografi

2.1. SURVAI TOPOGRAFI

Pekerjaan ini adalah suatu kegiatan pengumpulan data permukaan bumi,

perhitungan dan melakukan pemetaan dengan skala tertentu serta disajikan pada

lembaran kertas.

Survai topographi dilakukan dengan kegiatan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan

sebagai berikut :

a. Pekerjaan Pendahuluan

Pekerjaan pendahuluan yaitu membuka sebagian daerah yang akan diukur

sehingga pengukuran dapat berjalan lancar dan tidak terhalang oleh pohon,

semak belukar atau tanaman pada umumnya.

Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah parang, kampak, dan

sebagainya.

Pekerjaan pendahuluan diusahakan mengikuti jalur atau koridor yang telah

diplot diatas peta topographi atau yang telah direncanakan sebagai trase yang

dipilih atau atas petunjuk Kepala Proyek atau yang mewakilinya.

b. Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan ini terdiri dari:

Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertikal

1) Pengukuran situasi

2) Pengukuran penampang memanjang dan melintang

3) Pengukuran khusus

4) Perhitungan dan penggambaran peta

Pekerjaan pengukuran topographi dilakukan sepanjang sumbu jalan dengan

mengadakan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan

Laporan Topografi Bab 2-6

BAB 2

Page 7: 01Laporan Topografi Surgem

sungai dan jalan lain, sehingga memungkinkan diperoleh sumbu jalan yang sesuai

dengan standar yang ditentukan.

Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenali dan aman.

Awal dan akhir pekerjaan hendaknya diikatkan pada titik-titik tetap (BM).

Ketentuan dan tata cara pelaksanaan pengukuran di lapangan, adalah sebagai

berikut:

1) Pemeriksaan dan koreksi alat ukur

a. Sebelum melakukan pengukuran harus dilakukan pemeriksaan dan koreksi

terhadap alat-alat ukur yang digunakan. Pemeriksaan harus dilakukan di

lokasi pekerjaan.

b. Ketelitian pengukuran :

Kesalahan sudut yang diperoleh adalah 10"√n, (n adalah jumlah titik

poligon dari pengamatan matahari pertama ke pengamatan matahari

selanjutnya atau dari pengukuran GPS geodetik yang mempunyai

presisi tinggi pertama ke pengukuran GPS berikutnya.

Kesalahan azimuth pengontrol kurang dari 5"

c. Alat ukur Waterpass harus memenuhi syarat-syarat:

Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung

Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo

d. Cara pemeriksaan dan koreksi alat berdasarkan pada standar teori ilmu

ukur tanah atau buku petunjuk pemakaian alat.

e. Hasil pemeriksaan dan koreksinya serta hasil akhir setelah dikoreksi harus

dicatat dalam buku ukur sesuai pekerjaannya, dan dilampirkan dalam

laporan.

2) Pemasangan patok-patok

Patok - patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm atau

pipa pralon ukuran beton 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan diatasnya

dipasang nut dari baut dengan ujung kepala baut (nut) diberi alur silang (cross

grooving), ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat.

Patok BM dipasang / ditanam dengan kuat, bagian yang tampak di atas

tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang Bina Marga,

notasi dan nomor BM dengan warna hitam.

Patok BM yang sudah terpasang, kemudian difoto sebagai dokumentasi

yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.

Laporan Topografi Bab 2-7

Page 8: 01Laporan Topografi Surgem

Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang

cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang -

kurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan

diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi

nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan

patok bantu.

untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok

diberi tanda-tanda khusus,

3) Pengukuran titik kontrol horizontal

Pengukuran titik kontrol horisontal dilakukan dengan sistem poligon, dan

semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.

Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur

dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.

Sudut - sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian

baca dalam detik.

4) Pengukuran titik kontrol vertikal

Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri / pembacaan

pergi - pulang

pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon,

sifat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.

Rambu - rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala

benar, jelas dan sama.

Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan pembacaan ketiga

benangnnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Bawah (BB), dan Benang

Tengah (BT), dalam satuan milimeter. Pada setiap pembacaan harus

dipenuhi 2BT = BA + BB

5) Pengukuran situasi

Pengukuran situasi dilakukan dengan alat ukur Theodolit (To).

Ketelitian alat yang dipakai adalah 10 detik terbaca

Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup

semua keterangan yang ada didaerah tersebut

Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain

pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus)

Untuk membentuk gambar tikungan yang sesuai dengan kenyataannya

(untuk jalan yang sudah ada), maka pada daerah tikungan/lengkungannya

Laporan Topografi Bab 2-8

Page 9: 01Laporan Topografi Surgem

harus mempunyai paling sedikit 3 (tiga) titik koordinat sumbu jalan

(jaraknya kurang dari 25 m).

Tempat-tempat yang merupakan sumber material jalan yang terdapat

disekitar jalur pengukuran, dilakukan pengukuran dan dicatat untuk

dipetakan dan difoto (lokasi dan jenis material).

6) Pengukuran penampang memanjang dan melintang

Pengukuran kondisi dan situasi daerah sisi kiri dan kanan as jalan selebar

sampai dengan batas ROW untuk main road, dan minimal 500 m pada daerah

crossing jembatan atau simpang susun dengan referensi pada suatu sistem

grid yang dapat diterima.

7) Pengukuran khusus

Pengukuran sekitar perpotongan dengan sungai

Daerah sungai diukur:

– 100 m di kiri-kanan sungai sepanjang jalan

– 100 m di kiri-kanan dari as jalan/pada daerah sungai

8) Perhitungan dan Penggambaran

Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik-titik ikat yang

dipergunakan.

Penggambaran titik-titik poligon harus didasarkan pada hasil perhitungan

koordinat, tidak boleh secara grafis.

Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok yang dipakai

sebagai titik pengukuran detail, dihitung secara tachymetris.

Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus digambar berdasarkan titik-

titik poligon dengan skala 1:1000 sedangkan jembatan 1 : 500 dan interval

kontur 1 meter.

Untuk titik-titik ikat (BM) harus dicantumkan koordinatnya (x,y,z).

Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur begitu pula

semua keterangan-keterangan yang penting.

Laporan Topografi Bab 2-9

Page 10: 01Laporan Topografi Surgem

Gambar 2.1 Pengukuran Poligon

2.2. METODE PELAKSANAAN PENGUKURAN TOPOGRAFI

Tujuan dari pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah

mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang

rencana trase jalan dan jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk

penyiapan peta topografi dengan skala 1 : 1000 untuk perencanaan jalan dan

skala 1 : 500 untuk jembatan yang akan digunakan untuk perencanaan geometrik

jalan.

Sebelum dilakukan pengukuran, hal yang pertama dilakukan yaitu

mempersiapkan beberapa kebutuhan survai meliputi alat survai, personil survei,

seta formulir pengukuran.

a) Alat Survai Topografi

Total Station

Waterpass

GPS Map

Patok Bench Mark

Control Point

Meteran, Bak Ukur, Palu, dan perkakas lain

Laporan Topografi Bab 2-10

Page 11: 01Laporan Topografi Surgem

b) Personil untuk pengukuran

Chief Surveyor

Ahli Surveyor

Tenaga Pendukung

Geodetic Engineer

Drafter

c) Formulir Survai

Bagan alir pengukuran topografi :

Laporan Topografi Bab 2-11

Page 12: 01Laporan Topografi Surgem

Frame Work Pelaksanaan Kegiatan

07/2012Mulai

Penyusunan Metode dan Rencana Kerja

Orientasi Lapangan termasuk Penentuan Base Camp, Tenaga

Lokal, dan logistik

Dokumentasi Survei (Foto BM dan Situasi)

Pengukuran Poligon Utama

Pemasangan Patok BM Awal

Pengukuran Poligon Cabang/Patok

Chek Terhadap poligon utama

Chek Sudut Azimut terhadap

arah Utara

Perhitungan Poligon

Data meliputi data poligon, profil, dan situasi

Kordinat BM, poligon, dan cross section

Pengumpulan Peta Dasar

Persiapan antara lain alat ukur Total Station, Personil, dan

Formulir Survei

Mobilisasi Personil Survei

Penentuan Titik Awal Sesuai Survei Pendahuluan

Pengukuran BedaTinggi dengan Waterpass

Perhitungan Profil dan Situasi

Chek Loop atau pergi pulang

Perhitungan Beda Tinggi

Tinggi BM dan patok

PENGGAMBARAN (PETA SITUASI, LONG DAN CROSS SECTION)

2.3. PERHITUNGAN POLIGON

Kegunaan dari pengkuran poligon antara lain :

Laporan Topografi Bab 2-12

Page 13: 01Laporan Topografi Surgem

1. Sebagai kerangka Horizontal pada daerah pengukuran

2. Kontrol Jarak dan sudut

3. Dasar titik untuk pengukuran selanjutnya

4. Memudahkan dalam perhitungan dan ploting peta

Dalam pengukuran desain jalan, digunakan metode poligon terbuka terikat

dengan GPS geodetik yang diukur pada patok BM setiap interval 5 Km. Tahap

perhitungan poligon yaitu tahap persiapan, orientasi lapangan, penentuan

azimuth awal, pengukuran sudut dan jarak, hitungan poligon, kemudian ploting

poligon.

Gambar 2.2 Bagan alir perhitungan poligon

2.4. PERHITUNGAN BEDA TINGGI (WATERPASS)

Perhitungan waterpass dimaksudkan untuk mengetahui ketinggian suatu

titik diatas permukaan tanah. Ketinggian disini adalah perbedaan vertical antara

dua titik atau jarak dari bidang referensi yang telah ditetapkan kesuatu titik

tertentu sepanjang garis vertical.

Laporan Topografi Bab 2-13

Page 14: 01Laporan Topografi Surgem

Gambar 2.3 Pengukuran beda tinggi

a) Penentuan beda tinggi antara dua titik

Gambar 2.4 Waterpass dengan instrument ditengah antara 2 titik

Selisih tinggi antara titik A dan titik B adalah sebesar H. Arah bidikan ke titik

A disebut pembacaan baak belakang dan titik B disebut pembacaan baak

muka. Untuk mengurangi kesalahan diusahakan letak instrument ditengah-

tengah antara titik A dan B. Selisih tinggi besarnya adalah:

ΔH = BT Belakang – BT muka

Dimana, BT belakang = Pembacaan benang tengah pada baak belakang

BT muka = Pembacaan benang tengah pada baak muka

Jika hasil positif maka kondisi permukaan tanah dari titik A ke titik B naik,

sebaliknya bila ΔH negative maka titik A ke titik B turun. Pembacaan dilakukan

melalui rambu-rambu ukur yang dapat dilihat dari teropong. Pembacaan

terlihat dalam bidang diafragma yaitu benang atas (BA), benang tengah (BT)

dan benang bawah (BB), dimana:

ΔH = BT Belakang – BT muka

Serta jarak dapat diketahui yaitu : D = (BA – BB) x 100

Angka yang tercantum menunjukkan jarak antara angka tersebut dengan alas

mistar.

Laporan Topografi Bab 2-14

A

B

H B

belakang muka

H A H = H B - H A

Page 15: 01Laporan Topografi Surgem

Gambar 2.5 Waterpass dengan istrument tidak ditengah antara 2 titik

Cara lain untuk menentukan beda tinggi seperti terlihat pada Gb. 7 instrumen

ditempatkan disebelah kanan titik B atau sebelah kiri titik A serta titik di A dan

B atau sebelah kiri titik A serta tinggi titik di A dan B diketahui, selisih tinggi

(ΔH) besarnya: ΔH = HA - HB

Dimana, ΔH= Selisih tinggi antara titik A dan B

HA = Tinggi titik A (pembacaan benang tengah di titik A)

HB = Tinggi titik B (pembacaan benang tengah di titik B)

Pembacaan pada rambu di titik B bisa dianggap pembacaan muka, sedang

pada rambu di titik A adalah pembacaan belakang.

b) Pengukuran tinggi dengan garis tinggi bidik

Apabila selisih tinggi (ΔH) telah diketahui, maka tinggi suatu titik dapat dicari

bila tinggi titik lainnya diketahui.

Mendapatkan tinggi titik pengukuran untuk B bila titik A telah diketahui

tingginya Tinggi garis vizir/bidik (tgv) adalah: Tgv =TP + TA

Dimana, tgv = Tinggi garis vizie

TP = Tinggi pesawat

TA = Tinggi titik A

Tinggi titik B dapat dicari yaitu TB = tgv - BT

Pengukuran cara ini dipakai untuk pengukuran titik detail/kipas yang akan

diuraikan kemudian. Cara lain untuk mencari vizir adalah tgv = BT + TA.

c) Waterpass memanjang

Laporan Topografi Bab 2-15

H B

H A

A

B

H

Pesawat

TB =B T B

TP =B T

A

B

Page 16: 01Laporan Topografi Surgem

Waterpass memanjang/berantai dimaksud untuk memperoleh suatu rangkaian

/ jaring-jaring pengukuran.

Gambar 2.6 Waterpass memanjang

Untuk menentukan tinggi antara titik A dan titik B dibagi dalam jarak-jarak

yang lebih kecil. Jarak-jarak tersebut disebut 1 slag, sehingga pengukuran

dapat dilakukan dengan mudah diteliti.

ΔH1 = b1 – m1

ΔH2 = b2 – m2

ΔH3 = b3 – m3

H4 = b4 – m4

∑1nH = (b1+b2+b3+………+bn) – (m1+m2+m3+………+mn)

∑1nH = ∑1

nb - ∑1nm

Dimana, ∑ H = Jumlah beda tinggi

∑ b = Jumlah pembacaan benang tengah belakang

∑ m= Jumlah pembacaan benang tengah muka

Untuk memberikan hasil yang teliti maka dilakukan pengukuran pergi dan

pulang, dimana apabila hasil antara dua pengukuran mempunyai selisih

terhadap hasil rata-rata antara dua pengukuran tersebut maka harganya

harus memenuhi toleransi yang diisyaratkan. Toleransi tersebut dinyatakan

dalam rumus:

E = K x S

Dimana, E = nilai kesalahan

K = konstanta

S = Jarak

Tabel berikut adalah toleransi kesalahan pada berbagai tingkat pengukuran

Laporan Topografi Bab 2-16

H1 H2 H3 H4

b1 m1 b2 m2

b3 m3 b4 m4

A

B

12

3

Page 17: 01Laporan Topografi Surgem

Tabel 2.1 Toleransi kesalahan pada berbagai tingkat pengukuran

KeteranganTingkat Pertama

Tingkat Kedua

Tingkat Ketiga

Catatan

Perbedaan dua

pembacaan (Kedepan

dan kebelakang)

2,5mm x S 5 mm x S 10 mm x SS adalah

jarak satu arah

Kesalahan penutup

2 mm x S 5 mm x S 10 mm x S S dalam Km

d) Waterpass memanjang

Yang dimaksud dengan waterpass lapangan adalah untuk menentukan

ketinggian dari titik-titik dilapangan sehingga mendapatkan gambaran

lengkap tentang kedudukan tinggi dari wilayah dilapangan tersebut. Metode

ini disebut metode koordinat kutub. Titik-titik dilapangan diukur sudut

horizontal dan vertikanlnya serta jarak optisnya dengan menggunakan

Theodolit. Dengan cara ini semua titik-titik dilapangan dapat ditentukan letak

situasi maupun tingginya. Cara ini diuraikan lebih lanjut pada pengukuran

detail. Toleransi pengukuran untuk tingkat ketiga 10 mm x S = 10 x 0.326 =

5,7 mm, pada perhitungan diatas selisih = 6 mm maka pengukuran harus

diulangi karena kesalahan (selisih) lebih besar dari toleransi yang diisyaratkan.

e) Pengukuran Detail

Yang dimaksud dengan pengukuran detail atau pengukuran kipas adalah

pengukuran sama benda-benda atau titik-titik dilapangan yang merupakan

kelengkapan daripada sebagian permukaan bumi baik benda buatan seperti

jalan, jembatan, bangunan, dsb ataupun benda alam seperti gunung, sungai

dsb. Dari pengukuran ini kedudukan tinggi dari keadaan dilapangan dapat

diketahui dapat digambarkan kembali dan akhirnya berwujud suatu peta.

2.5. PENGUKURAN SITUASI

Pengukuran situasi dilakukan berdasarkan aturan yang tercantum dalam

Kerangka Acuan Kerja (KAK). Pengukuran Situasi meliputi :

– Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup

semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada

Laporan Topografi Bab 2-17

Page 18: 01Laporan Topografi Surgem

disepanjang jalur pengukuran, seperti alur, sungai, bukit, jembatan, rumah,

gedung dan sebagainya.

– Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan

kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar.

Pada lokasi - lokasi khusus (misalnya : sungai, persimpangan dengan jalan

yang sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat kerapatan

yang lebih tinggi.

– Untuk pengukuran situasi digunakan alat theodolit

Selain pengukuran situasi, juga diikuti dengan pengukuran penampang melintang.

Pengukuran penampang melintang dilakukan sesuai dengan KAK.

DAFTAR BENCH MARK (BM)

Laporan Topografi Bab 2-18

Page 19: 01Laporan Topografi Surgem

No

.

NAMA

KOORDINAT UTM (ZONA 49)

KETERANGANX (m) Y (m) Z (m)

Laporan Topografi Bab 2-19

Page 20: 01Laporan Topografi Surgem

RUAS TANJUNG PERAK - DUPAK

1. BM. 1 POSISI DI MEDIAN JALAN

2. BM. 1A POSISI DI MEDIAN JALAN

3. BM. 2 POSISI DI MEDIAN JALAN

4. BM.3 POSISI DI MEDIAN JALAN

5. BM.4 POSISI DI MEDIAN JALAN

RUAS WARU - PORONG

1. BM. 1 688782.408

9

9187386.60

33

10.9171 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

2. BM. 1A 688772.636

9

9187403.32

40

10.8916 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

3. BM. 2 689119.756

8

9186388.54

33

4.7933 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

4. BM.3 689209.679

7

9185398.60

76

4.3123 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

5. BM.4 689258.533

6

9184411.2658

4.4845 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

6. BM.5 689592.7920

9183481.4924

5.2856 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

7. BM.6 690006.8814

9182572.69

80

6.3913 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

8. BM.7 690432.7826

9181676.8268

5.9447 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

9. BM.7A 690400.272

5

9181714.2191

6.2329 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

10

.

BM.8 691059.419

9

9180909.5093

6.2089 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

11

.

BM.9 691563.4553

9180045.9054

6.2811 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

12

.

BM.10 691948.5515

9179166.2931

5.3103 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

13

.

BM.11 692720.3661

9178560.6066

4.1631 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

14

.

BM.12 693439.3721

9177868.9545

3.7153 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

15 BM.12A 693528.179 9177745.61 5.3380 POSISI DI BAHU LUAR

Laporan Topografi Bab 2-20

Page 21: 01Laporan Topografi Surgem

. 6 59 JALAN

16

.

BM.13 693883.9121

9177032.6052

2.7977 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

17

.

BM.14 694178.1780

9176078.7540

3.2780 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

18

.

BM.15 694454.1673

9175121.2594

3.9477 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

19

.

BM.16 694746.9237

9174170.7832

3.7847 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

20

.

BM.17 695319.2181

9173371.2857

2.8150 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

21

.

BM.17A 695358.2088

9173344.5142

2.8194 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

22

.

BM.18 696189.5285

9172905.9442

2.8895 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

23

.

BM.19 697136.4317

9172509.3341

2.6007 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

24

.

BM.20 697816.5537

9171818.0337

2.7014 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

25

.

BM.21 698629.6338

9171247.1091

2.4447 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

26

.

BM.21A 698782.3804

9171247.1375

2.5478 POSISI DI BAHU LUAR

JALAN

Laporan Topografi Bab 2-21

Page 22: 01Laporan Topografi Surgem