laporan praktikum topografi

76
Laporan Praktikum Survei Topografi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemetaan topografi dilakukan untuk menentukan posisi planimetris (x,y) dan posisi vertikal (z) dari objek-objek dipermukaan bumi yang meliputi unsur-unsur alamiah seperti : sungai, gunung, danau, padang rumput, rawa dan sebagainya serta unsur-unsur buatan manusia seperti rumah, sawah, jembatan, jalan, jalur pipa, rell kereta api dan sebagainya. Ilmu Geodesi pada mulanya adalah cabang terapan dari ilmu matematis, ilmu bumi bersama ilmu geologi, geofisika dan lain sebagainya. Yang perkembanganya dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan metodologi dan aplikasi instrument ukur Geodesi untuk keperluan pengukuran dan rekayasa yang dikenal dengan engineering surveying yang di Indonesia dikenal dengan Teknik Geodesi. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu: 1. Maksud Ilmiah : menentukan bentuk dari permukaan bumi 2. Maksud Praktis : membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil dari permukaan bumi. 1

Upload: vikky-ardhianto

Post on 05-Dec-2014

2.906 views

Category:

Documents


105 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemetaan topografi dilakukan untuk menentukan posisi planimetris (x,y)

dan posisi vertikal (z) dari objek-objek dipermukaan bumi yang meliputi

unsur-unsur alamiah seperti : sungai, gunung, danau, padang rumput, rawa

dan sebagainya serta unsur-unsur buatan manusia seperti rumah, sawah,

jembatan, jalan, jalur pipa, rell kereta api dan sebagainya. Ilmu Geodesi

pada mulanya adalah cabang terapan dari ilmu matematis, ilmu bumi

bersama ilmu geologi, geofisika dan lain sebagainya. Yang

perkembanganya dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan

metodologi dan aplikasi instrument ukur Geodesi untuk keperluan

pengukuran dan rekayasa yang dikenal dengan engineering surveying yang

di Indonesia dikenal dengan Teknik Geodesi.

Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:

1. Maksud Ilmiah : menentukan bentuk dari permukaan bumi

2. Maksud Praktis : membuat bayangan yang dinamakan peta dari

sebagian besar atau sebagian kecil dari permukaan bumi.

Dalam laporan praktikum ini akan dibicarakan maksud kedua yang praktis,

yaitu guna pembuatan peta topografi, maksud ini dicapai dengan

melakukan pengukuran-pengukuran diatas permukaan bumi yang

mempunyai bentuk tidak beraturan, karena adanya gunung-gunung yang

tinggi dan lembah-lembah yang curam. Pengukuran-pengukuran yang

dilakukan dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapatkan

hubungan mendatar titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi dan

pengukuran tegak guna mendapatkan hubungan tegak antara titik-titik

yang diukur. Untuk memindahkan keadaan dari permukaan bumi yang

tidak beraturan dan yang melengkung kebidang peta yang datar,

diperlukan bidang perantara yang dipilih sedemikian rupa, hingga

pemindahan keadaan itu dapat dilakukan dengan semudah-mudahnya.

1

Page 2: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

1.2. Maksud dan Tujuan

Pengukuran dalam praktikum mempunyai maksud dan tujuan yang akan

dijelaskan pada sub bab berikut ini.

1.2.1. Maksud Praktikum

Maksud dilakukannya praktikum adalah sebagai berikut ini :

1. Mahasiswa dapat melakukan praktikum sesuai dengan yang diajarkan

pada bangku perkuliahan.

2. Mahasiswa dapat memperoleh gambaran yang lebih luas mengenai

bidang keilmuan geodesi, khususnya ilmu ukur tanah yang semakin

maju perkembangannya.

3. Mahasiswa dapat mengatasi masalah yang terjadi pada waktu

pengukuran.

4. Mahasiswa dapat mengenal azimuth matahari.

5. Mahasiswa dapat mengenal poligon tertutup.

6. Mahasiswa dapat mengenal peta topografi dengan menggunakan garis

kontur.

1.2.2. Tujuan Praktikum

Secara garis besar, praktikum ini bertujuan untuk :

1. Menerapkan teori yang didapat selama dibangku kuliah dalam

prakteknya dilapangan.

2. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pembuatan peta

topografi.

3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mata kuliah Ilmu Ukur

Tanah.

4. Dapat melakukan pengamatan dan perhitungan azimuth matahari.

5. Dapat melakukan pengukuran dan perhitungan poligon tertutup.

1.3. Volume Pekerjaan

1. Orientasi lapangan

2. Pengukuran polygon tertutup

3. Pengukuran Jarak Langsung

2

Page 3: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

4. Pengukuran beda tinggi (waterpassing)

5. Pengukuran detail

6. Pengamatan azimuth matahari

7. Penggambaran peta topografi dan garis kontur

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam punyusunan laporan praktikum

ini adalah :

a. Metode Literatur, didasari pada teori-teori yang diberikan selama

perkuliahan dan dari buku-buku lain yang berkaitan dengan Ilmu Ukur

Tanah.

b. Metode Lapangan, berdasarkan pada pelaksanaan praktikum yang

dilaksanakan pada bulan Desember 2009, Jalan Kedung Ombo

Malang.

3

Page 4: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Peta Topografi

Sebelum mengetahui apa itu Peta Topografi, perlu diketahui terlebih

dahulu pengertian tentang kata Topografi. Topografi berasal dari bahasa

Yunani dan terdiri dari dua kata: topos = lapangan dan grafos =

penjelasan tertulis. Jadi topografi berarti penjelasan tertulis tentang

lapangan. Peta topografi adalah peta yang menyajikan unsur-unsur alam

asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur

alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada posisi yang sebenarnya.

Pengukuran melalui titik kontrol menguraikan cara-cara penempatan titik

kontrol yang dibutuhkan untuk pengukuran pemetaan topografi. Pemetaan

topografi dibuat berdasarkan koordinat yang telah ditentukan pada

pengukuran titik kontrol.

Pemetaan topografi merupakan suatu pekerjaan yang memperlihatkan

bentuk planimetris permukaan bumi, bentuk diukur dan hasilnya

digambarkan diatas kertas dengan simbol-simbol peta pada skala tertentu

yang hasilnya berupa peta topografi.

Peta topografi mempunyai ciri khas yang dibuat dengan teliti (secara

geometris dan georeferensi) dan penomorannya berseri, standart. Peta

topografi mempunyai peta dasar (base map) yang berarti kerangka dasar

(geometris / georeferensi) bagi pembuatan peta - peta lain.

2.2. Orientasi Lapangan

Sebelum melaksanakan kegiatan pengukuran, berbagai persiapan

diperlukan agar pengukuran dapat berjalan lancar. Beberapa tahapan yang

harus disiapkan tersebut antara lain meliputi :

Reconnaissance, yaitu penentuan lokasi secara garis besar ditentukan

secara hati-hati pada peta-peta skala kecil dan dari foto udara serta

penjelajahan lapangan.

Preliminary, yaitu survey yang dilakukan pada lokasi terpilih dan pada

survey ini dilakukan penentuan titik kontrol kerangka peta dan sudah

4

Page 5: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

ditentukan metode pengukuran yang paling efisien. Pada tahapan ini

biasanya juga dihitung kebutuhan logistik, masa kerja dan target yang

harus dicapai setiap hari kerja.

Dengan adanya persiapan yang matang dan juga kesiapan fisik dan mental

dari surveyor, maka diharapkan agar tugas pengukuran dapat dilaksanakan

secara baik, teratur, berkeseinambungan dan selesai tepat waktu.

2.3. Kerangka Kontrol Peta

Penentuan kerangka kontrol peta adalah salah satu tahapan yang harus

dilaksanakan dalam proses pembuatan peta topografi. Adapun kerangka

kontrol peta terbagi atas dua macam yaitu : kerangka kontrol horizontal

dan kerangka kontrol vertikal.

2.3.1. Kerangka Kontrol Horizontal

Kerangka kontrol horizontal (KKH) sangat penting peranannya dalam

pembuatan peta topografi. Pengukuran kerangka kontrol horizontal

biasanya dilakukan dengan menggunakan :

a. Metode Triangulasi (rangkaian segitiga untuk KKH dengan diketahui

sudutnya )

b. Metode Trilaterasi (rangkaian segitiga untuk KKH dengan diketahui

jaraknya)

c. Metode Poligon (rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak)

Dalam laporan praktikum ini akan dijelaskan mengenai pengukuran

kerangka kontrol horizontal dengan menggunakan metode polygon dan

dengan menggunakan metode ini, akan didapat tiga data yaitu : sudut,

jarak, dan azimuth.

a. Pengukuran Sudut

Sudut adalah perbedaan antara dua buah arah.

Metode pengukuran sudut dapat menjadi 2(dua) yaitu :

- Sudut tunggal

Pada pengukuran sudut tunggal hanya didapatkan satu data ukuran

sudut horizontal

5

Page 6: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Sudut tunggal

- Sudut ganda

Sudut ganda disebut juga dengan pernyataan seri. Sudut seri

didapatkan dua data ukuran sudut, yaitu data ukuran sudut pada

kedudukan biasa dan data ukuran sudut pada kedudukan luar biasa.

Sudut ganda

Adapun cara pengukuran sudutnya :

Pada titik 1 dimana alat theodolit didirikan, teropong diarahkan ke

titik 4 sebagai backside dan set piringan horizontal menjadi 000000.

Setelah itu arahkan kembali teropong ke titik 2, bacalah bacaan

piringan horisontalnya. Untuk mendapatkan sudutnya yaitu dengan

mengurangkan bacaan piringan horisontal pada titik 2 ke titik 4.

Untuk mengontrol sudut tersebut perlu dilakukan pembacaan skala

piringan horisontal luar biasa pada titik-titik tersebut sehingga

didapatkan 4 sudut yaitu 2 sudut biasa dan 2 sudut luar biasa

(pengukuran 1 seri rangkap). Cara ini disebut juga cara reitrasi .

6

A

23

1

A

23

1

Page 7: Laporan Praktikum Topografi

Pengukuran jarak langsungGambar 2.3.1.i

Laporan Praktikum Survei Topografi

b. Pengukuran jarak

Pengukuran jarak untuk kerangka kontrol peta, dapat dilakukan

dengan cara langsung menggunakan alat sederhana yaitu roll meter

atau dengan alat sipat datar yaitu jarak optis, sedangkan untuk

mendapatkan data jarak yang lebih teliti dibandingkan dengan dua

cara yang ada, data jarak didapat juga dengan alat pengukur jarak

elektonis EDM ( elektro distance measurement ).

Terdapat dua macam pengukuran jarak yaitu :

1. Pengukuran jarak langsung

Dalam pengukuran kerangka kontrol horisontal yang digunakan

adalah jarak langsung, dalam pengukuran jarak langsung perlu

dilakukan pelurusan apabila roll meter yang digunakan tidak

menjangkau dua buah titik yang sedang diukur.

7

d 2 d 3d 1

2’1’ 21

Keterangan :1 ; 2 = titik kontrol yang akan diukur1’ ; 2’ = titik bantuan untuk pelurusand = jarakd12 = dtotal = d1+d2+d3

d total

Page 8: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

2. Pengukuran jarak optis

Pengukuran jarak optis adalah pengukuran jarak secara tidak

langsung karena dibantu dengan alat sipat datar atau theodolite dan

rambu ukur. Dimana pada teropong alat terdapat tiga benang

silang, benang atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah (bb)

yang merupakan data untuk mendapatkan jarak.

D = (ba - bb) x 100 ; untuk sipat datar dan dapat juga digunakan

pada penghitungan Dm pada alat theodolit.

Dd = (ba - bb) x 100 x sin2 Z ; untuk theodolite sistem zenith.

Dd = (ba - bb) x 100 x sin2 H ; untuk theodolite sistem helling.

2.3.2. Kerangka Kontrol vertikal.

8

ti

A

Pengukuran jarak optis

Gambar 2.3.1.ii

HZDmm

Ba

Bt

Bb

Ddh AB

B

Keterangan gambar:

A,B : titik target

Dm : jarak miring

Ti : tinggi alat/tinggi instrument

Z : sudut zenith

H : sudut helling

Dd : jarak datar

∆h AB : beda tinggi antara titik A & titik B

Ba,Bt,Bt : bacaan skala rambu ukur

Page 9: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Pengukuran posisi vertikal (ketinggian) dapat diperoleh dengan metode

barometris, tachimetri, dan metode levelling. Pada laporan ini akan

dijelaskan mengenai penentuan Kerangka Kontrol Vertikal (KKV) dengan

menggunakan metode levelling (waterpass pergi pulang).

Waterpass (level / sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang

dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik yang

berdekatan yang ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong)

horisontal yang ditujukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan

pengukuran yang menggunakan alat ini disebut waterpassing atau levelling

yang akan ditentukan ketinggiannya berdasarkan suatu sistem referensi

atau datum tertentu. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan beda

tinggi suatu titik bidang acuan. Sistem referensi yang dipergunakan adalah

tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level) atau sistem referensi

lain yang dipilih.

Pada pengukuran beda tinggi dengan waterpass didasarkan atas kedudukan

garis bidik teropong yang dibuat horisontal dengan menggunakan

gelembung nivo.

Dimana: Ba = pembacaan skala rambu untuk benang atas

Bt = pembacaan skala rambu untuk benang tengah

Bb = pembacaan skala rambu untuk benang bawah

BtA = pembacaan skala rambu untuk benang tengah dititik A

BtB = pembacaan skala rambu untuk benang tengah dititik B

hAB = beda tinggi titik A dan B

9

Waterpassing dengan sipat datarGambar 2.3.2

hAB = BtA - BtBA

B

Ba

Bt

Bb

Ba

Bt

Bb

Page 10: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Persamaan di atas merupakan persamaan dasar untuk penentuan beda

tinggi dengan cara sipat datar. Hasil pengukuran beda tinggi digunakan

untuk menentukan tinggi titik terhadap titik tetap atau bidang acuan yang

telah dipilih. Tinggi titik (elevasi) hasil pengukuran waterpass terhadap

titik acuan dihitung dengan rumus :

Hb = Ha + hAB

Dimana :

Hb : tinggi titik yang akan ditentukan

Ha : tinggi titik acuan

hAB : beda tinggi antara A dan B

Ada berbagai macam cara penentuan tinggi titik dengan menggunakan

waterpassing atau sipat datar, salah satunya yaitu :

Waterpassing memanjang / waterpassing berantai.

Waterpassing memanjang mempunyai tujuan untuk menentukan tinggi

titik secara teliti. Waterpassing memanjang ini diperlukan dalam

pengukuran kerangka

kontrol vertikal, misalnya penentuan tinggi titik poligon.

10

B

A1

2

Btb A Bt m1

Bt b1 Bt m2Bt b2 Bt mB

Waterpasing MemanjangGambar 2.3.2.b

Ket : Bt b : pembacaan skala rambu ukur

Untuk benang tengah belakang Btm : pembacaan skala rambu ukur

Untuk benang tengah muka A,1,2,B : no. titik

Page 11: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Pada pengukuran waterpasing memanjang, pengukuran dibagi menjadi

beberapa slag. Beda tinggi antara A dan B merupakan jumlah beda tinggi

dari semua slag. Beda tinggi A dan B dapat dihitung sebagai berikut :

hA1 = Bt b A – Bt bm1

h12 = Bt b 1 – Bt bm2

h23 = Bt b2 – Bt m3

hnn = Btbn – Btmn

hAB = hnn = Btbn - Btmn

Keterangan rumus diatas :

h : beda tinggi

Bt b : pembacaam skala rambu ukur untuk benang tengah

belakang

Bt m : pembacaam skala rambu ukur untuk benang tengah muka

: jumlah

D : nilai jarak pengukuran dalam satuan kilometer

Syarat-Syarat Waterpass adalah:

1. Garis bidik sejajar dengan garis arah nivo.

2. Garis arah nivo tegak lurus pada sumbu satu.

3. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu satu.

2.4. Azimut Matahari

11

hA

B

C DD

B

A

btA

btA

Rambu ukur Rambu ukur

hAB=btA-btb

Keterangan :hAB= Beda tinggiA,B = TitikD = Jarak datarC = Tempat wp

Waterpass berada diantara dua titik

Page 12: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Azimuth adalah suatu sudut yang dibentuk meridian yang melalui

pengamat dan garis hubung pengamat sasaran, diukur searah jarum jam

positif dari arah utara meridian.

Macam-macam azimuth:

Azimuth magnetis adalah azimuth yang diperoleh dengan bantuan

kompas atau bosulle.

Azimuth astronomis adalah azimuth yang diperoleh dengan

melakukan pengamatan benda-benda langit.

Ada dua cara yang sering digunakan untuk menentukan azimuth, yaitu :

a. Penentuan azimuth magnetis dilakukan dengan menggunakan kompas.

b. Penentuan azimuth astronomis dilakukan dengan alat yang dinamakan

geotheodolite. Untuk menentukan azimuth astronomis dengan

pengamatan matahari dapat dilakukan dengan metode tinggi matahari

dan metode sudut waktu.

Di bawah ini akan diuraikan penentuan azimuth garis dengan pengamatan

matahari metode tinggi matahari, dengan cara menadah bayangan

matahari menggunakan kuadran sehingga didapatkan bayangan matahari

yang jelas.

Dalam penentuan azimuth astronomis ada 3 metode :

1. Metode Sudut Waktu

Pada metode ini, bayangan matahari harus diamati sepasang (pagi dan

sore hari) dengan anggapan bahwa deklinasi matahari pagi dan sore

adalah sama. Kesulitan dalam metode ini adalah tingkat kegagalanya

lebih besar.

2. Metode Tinggi Matahari

Pada metode ini dilakukan pengukuran tinggi matahari yang biasa

dilakukan dengan cara :

a. Dengan filter gelap

Pada pengamatan ini filter dipasang di okuler teropong, sehingga

pengamat dapat langsung membidik kearah matahari.

b. Dengan Prisma Roelofs

Pada pengamatan ini prisma roelofs digunakan apabila teropong

tidak memiliki lingkaran dan titik filter. Keistimewaan lain dari

12

Page 13: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

alat ini adalah pengamatan dapat menempatkan benang silang pada

tepi-tepi matahari dengan mudah.

3. Metode Azimuth Magnetis

Pada metode ini tabular kompas dapat dilekatkan dengan mudah pada

theodolite. Dengan terlebih dahulu teropong diarahkan ke salah satu

titik yang lain. Sebagai titik ikatnya (misalnya poligon), dalam hal ini

dimaksudkan untuk pengesetan nol derajat pada skala piringan

horizontalnya, lalu setelah itu teropong diputar kembali sedemikian

rupa hingga menunjuk arah utara magnetis.

Dalam laporan ini penentuan azimuth dilakukan dengan cara azimuth

astronomis, yaitu dengan metode pengamatan tinggi matahari.

Penentuan azimuth dengan pengamatan tinggi matahari sering kali

ditemukan kesalahan-kesalahan, yaitu :

13

1 2

U

Matahari

12

s. hor

mth

Gambar 2.4: pengamatan matahariKet : U : utara : azimuth

hor : horisontalmth : matahari1, 2 : no. titik kontrol

Page 14: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

a. Kesalahan paralaks, yaitu kesalahan yang disebabkan karena

pengamatan dilakukan dari permukaan bumi, sedangkan hitungan

dilakukan dari pusat bumi.

Besarnya koreksi karena kesalahan paralaks, yaitu

P = 8,8 x Cos hu……………………………………..(1-24)

Dimana : P : koreksi paralaks

hu : tinggi matahari

b. Refraksi astmosfer, yaitu kesalahan karena terjadinya pembelokan

sinar yang melewati lapisan atmosfer dengan kerapatan yang berbeda.

Besarnya koreksi akibat refraksi atmosfer :

r = rm x Cp x Ct ……………………….……..(1-24)

14

Tempat pengamatan

hu

Matahari

Lapisan 4

lapisan 3

Lapisan 2

Lapisan1Refraksi atmosfer

Gambar 2.4.b

Gambar 2.4.aKesalahan paralaks

Matahari

Hu

h

H

V

Pusat bumi

Page 15: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Cp = p / 760

Ct = 283 / (273 + t)

Dimana : r : sudut refraksi atmosfer

rm : koreksi normal pada 100 C, 760 mm Hg

dan kelembaban 60

p : tekanan udara ( mm Hg )

t : suhu udara (0 C)

c. Jika pembidikan matahari tidak dilakukan pada titik pusatnya maka

perlu diberikan diametral :

Koreksi diameter diberikan pada tinggi matahari (h) dan sudut

horizontal (s). Besarnya diametral : dh = ½ d dan ds = ½ d

Dimana : dh = koreksi diametral untuk tinggi matahari ukuran

ds = koreksi diametral untuk sudut horizontal

Setelah diberikan koreksi adanya kesalahan paralaks, refraksi atmosfer

dan diametral, maka tinggi matahari terkoreksi adalah :

h = hu + p + r + ½ d ………..………………..……..(1-26)

dimana : h = tinggi matahari terkoreksi

hu = tinggi matahari ukuran

p = koreksi paralaks

r : koreksi refraksi atsmosfer

d : koreksi diametral

d. Koreksi untuk sudut horizontal :

Sin ½ d / Sin ½ d = Sin 900 / Sin Z

½ d / ½ d = 1 / Sin Z, dan Z = 900 - h

½ d = ½ d / Cos h …………………………………...…….(1-27)

15

Koreksi ½ dGambar 2.4.c

Page 16: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

dimana : d = diameter, h = tinggi pusat matahari, Z = zenith

e. Cara mencari deklinasi ( )

Swp = wp – 07 00 00 (pagi hari)

= x Swp

(pada jam 6.28) = +

dimana : Swp = selisih waktu pengamatan

= perbedaan deklinasi

wp = waktu pengamatan

= deklinasi pada jam 07.00

2.5. Pengukuran Poligon

Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak.

Rangkaian titik tersebut dapat diguakan sebagai kerangka peta. Koordinat

titik tersebut dapat dihitung dengan data masukan yang merupakan hasil

dari pengukuran sudut dan jarak. Posisi titik-titik di lapangan dapat

ditentukan dengan mengukur jarak dan sudut ke arah titik kontrol. Posisi

titik-titik kontrol haruslah mempunyai ketelitian yang tinggi dan

distribusinya dapat menjangkau semua titik.

Berdasarkan bentuk geometrisnya, poligon dapat dibedakan atas poligon

terbuka dan poligon tertutup.

2.5.1. Poligon Terbuka

Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak

berimpit atau tidak pada titik yang sama. Poligon terbuka terbagi atas :

a. Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa

titik yang tetap.

16

UU

1

D34

D23

T

BT

S1

Sn

S3

S2

S4

DnB

D12

n

3

2

B

A

Page 17: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Dimana : A, B, S, T : titik tetap 1, 2, 3,….n : titik yang akan ditentukan koordinatnya

DA1,…,DnB : jarak sisi-sisi poligon

S1, S2,…,Sn : sudut

A1, BT : azimuth awal dan azimuth akhir

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk poligon terbuka terikat

sempurna :

1. S + F(S) = (akhir - awal) + (n-1) x 1800.....(1-1)

2. d Sin + F(X) = X akhir – X awal ……………………(1-2)

3. d cos + F(Y) = Y akhir - Yawal ……………………(1-3)

ket : S : jumlah sudut

d : jumlah jarak

: azimuth

F(S) : kesalahan sudut

F(X) : kesalahan koordinat X

F(Y) : kesalahan koordinat Y

b. Poligon Terbuka Terikat Sepihak

Merupakan poligon terbuka yang titik awal atau titik akhirnya berada

pada titik yang tetap.

17

Poligon Terbuka Terikat SempurnaGambar 2.5.1.a

D3nD23

Poligon Terbuka Terikat SepihakGambar 2.5.1.b

A1

Sn-1S3

S2

S1

D n-1.nD 12D A1

n-1

3

2

1n

A

Page 18: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Dimana : A, n : titik tetap

1,2,…,n : titik yang akan ditentukan kordinatnya

S1,S2,…,S n : sudut

.A 1 : azimuth awal

D A1, D 12,… : jarak antar titik

Pada poligon jenis ini hanya dapat dilakukan koreksi sudut saja dengan

persyaratan geometris, sebagai berikut :

S + F(S) = (akhir – awal) + n x 1800……………………..(1-4)

ket : akhir : azimuth akhir

awal : azimuth awal

S : jumlah sudut

F(S) : kesalahan sudut

c. Poligon Terbuka Sempurna

Merupakan poligon terbuka tanpa titik tetap. Pada poligon ini juga

hanya dapat dilakukan koreksi sudut dengan menggunakan persamaan

(1-4) dan tanpa ada pengikatan titik.

Ket : D12,D23,.. : jarak antar titik

S2, S3,… : sudut

12 : azimuth awal

18

n

Poligon Terbuka SempurnaGambar 2.4.1.c

D3nD34

12

Sn-1S4

S3

S2

Dn-1.nD23

D12

n-14

3

2

1

Page 19: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

d. Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth

Pada prinsipnya poligon terbuka dua azimuth sama dengan poligon

terbuka terikat sepihak hanya saja pada titik awal dan titik akhir

diadakan pengamatan azimuth sehingga koreksi sudutnya sebagai

berikut :

S = (akhir - awal) + n x 1800

ket : S : jumlah sudut

akhir : azimuth akhir

awal : azimuth awal

Ket : A (XA;YA) : koordinat awal

1,2,... : titik –titik poligon

S1,S2 : sudut

A1 : azimuth awal

e. Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat

Poligon terbuka terikat dua koordinat merupakan poligon yang titik

awal dan titik akhirnya berada pada titik tetap. Pada poligon ini hanya

terdapat koreksi jarak sebagai berikut :

d sin = Xakhir - Xawal

d sin = Yakhir - Yawal

ket : d sin : jumlah X / jumlah Y

X / Y akhir : koordinat X / Y akhir

X / Y awal : koordinat X / Y awal

19

n.n-1

Poligon Terbuka Terikat SempurnaGambar 2.5.1.d

A1

Sn-1S3

S2

S1 n-13

2

1

A (XA;YA)

Page 20: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Ket : A(XA;YA) : koordinat awal

DA1,D12,… : jarak pengukuran antar titik

B(XB;YB) : koordinat akhir

S1,S2,… : sudut

2.5.2. Poligon Tertutup

Merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir berada pada titik yang

sama.

Ket : 1,2,3,… : titik kontrol poligon

d12,d23…. : jarak pengukuran sisi poligon

S1,S2,S3,… : sudut pada titik poligon

Persyaratan geometris yang harus dipenuhi bagi poligon tertutup :

1. S + F(S) = (n-2) x 1800…………………………(1-5)

2. d sin A+ F(X) = 0…….…..…………………..(1-6)

3. d cos A + F(Y) = 0…………...………………..(1-7)

ket : S : jumlah sudut

d sin : jumlah X dalam meter

d cos : jumlah Y dalam meter

F(S) : kesalahan sudut

20

A(XA;YA)

D3nD23

Poligon Terbuka Terikat Dua KoordinatGambar 2.5.1.e

SnS3

S2

S 1

DnBD 12D A1

n3

2

1B (XB;YB)

Poligon terutupGambar 2.5.2

Sn

nn

S5

5

S4

4

S3S2

S1

Dn5

D45

D34

D23

d12

4

n 6

32

1

Page 21: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

F(X) : kesalahan koordinat X

F(Y) : kesalahan koordinat Y

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon :

1. Jarak, sudut, azimuth rata-rata dihitung dari data ukuran :

dimana : X : data ukuran rata-rata

Xi : data ukuran ke-I

n : jumlah pengukuran

2. Besar sudut tiap titik hasil setelah koreksi

S’ = S + F F(S) / n………………(1-9)

Dimana : S’ : sudut terkoreksi

S : sudut ukuran

3. Azimuth semua sisi poligon dihitung berdasarkan azimuth awal dan

sudut semua titik hasil koreksi (S’) :

a. Jika urutan hitungan azimuth sisi poligon searah dengan jarum jam,

rumus yang digunakan :

An.n+1 = (An-1.n + 1800) - Sd’………….(1-10)

An.n+1 = (An-1.n + S1’) – 1800…………..(1-11)

b. Jika urutan hitungan azimuth sisi poligon berlawanan dengan arah

jarum jam, rumus yang digunakan :

An.n+1 = (An-1.n + Sd’) – 1800….……….(1-12)

An.n+1 = (An-1.n + 1800) – S1’….………..(1-13)

Dimana : n : nomor titik

An.n+1 : azimuth sisi n ke n+1

An-1.n : azimuth sisi n-1 ke n

Sd’ : sudut dalam terkoreksi

S1’ : sudut luar terkoreksi

4. Koordinat sementara semua titik poligon, rumus yang digunakan :

Xn = Xn-1 + d Sin An-1.n………….(1-14)

Yn = Yn-1 + d Cos An-1.n…………(1-15)

Dimana: Xn, Yn : koordinat titik n

X n-1,Yn-1 : koordinat titik n-1

21

Page 22: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

5. Koordinat terkoreksi dari semua titik poligon dihitung dengan rumus :

Xn = Xn-1 + dn Sin An-1.n + (d n / d) x F(X)………..(1-16)

Yn = Yn-1 + dn Cos An-1.n + (d n / d) x F(Y)……….(1-17)

Dimana : n : nomor titik

Xn, Yn : koordinat terkoreksi titik nX n-1.n, Y n-1.n : koordinat titik n-1

d n : jarak sisi titik n-1 ken

A n-1 : azimuth sisi n-1 ken6. Ketelitian poligon dinyatakan dengan :

a. F(L) = F(X)2 + F(Y)2 1/2……………….(1-18)

K = F(L) / d

Dimana: F(L) : kesalahan jarakF(X) : kesalahan linier absis

F(Y) : kesalahan linier ordinat

d : jumlah jarak

K : ketelitian linier poligon

b. Kesalahan azimuth.

Eb = Arc Tan (∑X / ∑Y )

2.6. Pengukuran Detail

Yang dimaksud dengan detail atau titik detail adalah semua benda-benda

di lapangan yang merupakan kelengkapan daripada sebagian permukaan

bumi. Jadi, disini tidak hanya dimaksudkan pada benda-benda buatan

seperti bangunan-bangunan, jalan-jalan dengan segala perlengkapan dan

lain sebagainya. Jadi, penggambaran kembali sebagian permukaan bumi

dengan segala perlengkapan termasuk tujuan dari pengukuran detail, yang

akhirnya berwujud suatu peta. Berhubung dengan bermacam-macam

tujuan dalam pemakaian peta, maka pengukuran detailpun menjadi

selektif, artinya hanya detail-detail tertentu yang diukur guna keperluan

suatu macam peta.

Tahap-tahap pengukuran detail :

1. Pengukuran posisi vertikal

Pada pengukuran posisi vertikal dilakukan dengan menggunakan alat

ukur theodolite sehingga memungkinkan untuk menentukan posisi

22

Page 23: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

vertikal dan horizontal dari titik detail secara bersamaan (metode

tachimetri).

Rumus : Dm = ( Ba – Bb ) x 100

Dd = Dm . sin2 Z

Dd = Dm . cos2 h

h = (Ti – Bt) + Dd * Cotan Z

H1 = HA + hA1

Dimana : Dm : jarak miring

Ba : pembacaan skala rambu ukur untuk benang atas

Bb : pembacaan skala rambu ukur untuk benang bawah

Z : sudut zenith h : beda tinggi

h : heling Dd : jarak datar

H : elevasi

2. Pengukuran posisi horisontal

Pada pengukuran posisi horisontal dapat dilakukan dengan beberapa

metode yaitu metode polar dan radial. Pengukuran metode polar

menggunakan grid – grid yang digunakan untuk membantu

pengukuran detail. Titik-titik detail pada grid diukur dari titik poligon

tempat berdiri alat.

23

Gambar 2.6.1: Pengukuran Posisi Vertikal

ti

hZ

Dmm

Ba

Bt

Bb

Dd

h AB

B

Gambar 2.5.2: Pengukuran Detail Metode Polar

P2

P1

Page 24: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Pengukuran posisi horisontal dengan metode radial tidak

menggunakan bantuan grid-grid, titik-titik detail langsung diukur dari

titik poligon tempat berdiri alat ke titik detail yang akan dipetakan.

2.7. Penggambaran Peta

Dalam penggambaran peta biasanya dilaksanakan beberapa tahapan,yaitu :

a. Penyiapan grid peta

Penyiapan nilai absis (x), dan ordinat (y) dari grid-grid peta.

b. Plotting titik-titik kerangka kontrol peta

Koordinat titik-titik poligon (KKH)

Elevasi titik poligon (KKV)

c. Plotting titik-titik detail

Plotting titik-titik detail dapat dilakukan dengan cara:

Cara Grafis : posisi horisontal dari titik-titik detail digambar secara

langsung dengan bantuan alat-alat gambar (busur derajat dan

24

Rumus :

= dt- backsight

= (A - ) 1800

X 1 = Xa + d sin

Y 1 = Ya + d cos

ket :

= sudut X1,Y1 = koordinat

A = Awal dt = detail

= azimuth P 1, P 2 = tempat berdiri alat

Page 25: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

penggaris skala), dan posisi vertikal titik detail langsung diplot

dari hasil hitungan datanya.

Cara numeris /digital : penggambaran titik-titik detail dengan

menggunakan komputer.

d. Penggambaran obyek (detail)

Penggambaran titik-titik detail dapat dilakukan dengan menggunakan

busur derajat dan mistar skala. Pusat busur diletakkan tepat pada titik

tempat alat (P) dan skala busur diarahkan ke sumbuY. Bila sudut yang

dibaca adalah azimuth, maka bacaan titik poligon harus disesuaikan

dengan skala sudut pada busur derajat. Sedangkan titik detail yang

lain dapat diplot sesuai dengan pembacaan sudut horisontal dengan

pembacaan sudut horisontal dan jaraknya.

e. Interpolasi garis kontur

Garis-garis kontur tidak pernah berpotongan

Ujung-ujung garis kontur akan bertemu kembali

Garis-garis kontur yang semakin rapat menginformasikan bahwa

keadaan permukaan tanah semakin terjal

Garis-garis kontur yang semakin jarang menginformasikan bahwa

keadaan permukaan tanah semakin datar/landai

25

11.45

10.35

12.01

12.75 13.1

13.314.21Gambar 2.7.e : Proses

Interpolasi

Page 26: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

f. Penggambaran Kontur

Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang

mempunyai ketinggian yang sama di permukaan bumi, atau dengan

kata lain garis permukaan tanah yang mempunyai ketinggian tertentu.

Pada peta garis kontur, kontur digambarkan sebagai garis lengkung

yang menutup artinya garis kontur, kontur digambarkan sebagai garis

lengkung yang menutup artinya garis kontur tersebut tidak

mempunyai ujung pangkal akhir. Interval garis kontur tergantung oleh

skala peta tersebut.

1. Sifat-sifat garis kontur : Bentuk kontur sungai

2. Bentuk kontur danau

3. Bentuk kontur gunung/bukit

4. Bentuk kontur jalan

2000

peta Skalakontur Interval

26

98.5 98 97.5 97

Arah arus

Gambar 2.7.f.1: Contoh kontur

Gambar 2.7.f.2: Contoh kontur sungai

9898

97.5AB

Keterangan :A = Elevasi MinimumB = Elevasi Maximum A < B

97.597

97.598

98.5AB

Keterangan :A = Elevasi MinimumB = Elevasi Maximum A < B

Gambar 2.7.f.2: Contoh kontur gunung/bukit

98

98.5

Gambar 2.7.f.3: Contoh kontur jalan

Page 27: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

98,5 99 99,5

Contoh penggambaran garis kontur :

27

904.99 907.035

907.123905.000

906.

504

890

7.0

0

906.

008

905.

50

905.

50

906.

005

906.

505

907.

005

Gambar 2.7.f.4 : Penggambaran garis

kontur

Keterangan :

= Garis kontur

905.50, 906.00, 905.50,… = Elevasi

dengan interval kontur 0,50

Page 28: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Orientasi Lapangan

Sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk

kelancaran praktikum dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan dan penentuan batas wilayah dimana praktikum akan

dilaksanakan.

2. Memasang patok yang sudah dilengkapi dengan paku payung untuk

titik-titik poligon.

3. Pemilihan alat yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi lapangan.

3.2. Pengukuran Waterpass Memanjang

Hari / Tanggal : Jum’at / 1 Agustus 2010

Lokasi : Jalan Kedung Ombo Kec. Lowokwaru Kab. Malang

Alat yang digunakan :

1. Waterpass Wild NAK 1..............................................1 buah

2. Statif……...................................................................1 buah

3. Rambu ukur................................................................2 buah

4. Roll meter ..................................................................1 buah

5. Payung….....................................................................1 buah

6. Jalon……....................................................................2 buah

Materi Praktikum : Pengukuran waterpass pergi pulang

Tujuan :

Untuk mengetahui beda tinggi antara masing-masing titik poligon

sehingga bisa dihitung elevasinya.

28

Page 29: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Pelaksanaan Praktikum :

Langkah kerja pelaksanaan pengukuran waterpass memanjang adalah

sebagai berikut :

1. Dirikan alat diantara titik A dan titik B, usahakan tepat

ditengah- tengah kedua titik tersebut kemudian centering alat

waterpass sesuai prosedur.

2. Dirikan rambu ukur di titik A dan titik B

3. Bidik rambu ukur di titik A dengan alat waterpass,

tepatkan perpotongan benang silang teropong pada bacaan rambu

kemudian baca bacaan benang atas, benang tengah dan benang

bawah dan catat sebagai bacaan rambu belakang titik A. Lakukan

kontrol bacaan benang dengan menggunakan rumus :

4. Bidik rambu ukur di titik B dengan alat waterpass, tepatkan

perpotongan benang silang teropong pada bacaan rambu

kemudian baca bacaan benang atas, benang tengah dan benang

bawah dan catat sebagai bacaan rambu muka titik B. Lakukan

kontrol bacaan benang dengan menggunakan

rumus :

5. Pindahkan alat pada posisi antara titik B dan titik C dan

lakukan langkah pekerjaan seperti yang telah dijelaskan diatas

sampai selesai.

29

Page 30: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Sket pengukuran waterpass memanjang :

3.3 Pengukuran Poligon Tertutup

Hari / Tanggal : Jumat / 1 Agustus 2010

Lokasi : Jalan Kedung Ombo Kec. Lowokwaru Kab. Malang

Alat yang digunakan :

1. Theodolit Topcon TL 6...........................................1 buah

2. Statif ..................................................................1 buah

3. Patok .................................................................4 buah

4. Paku payung............................................................4 buah

5. Payung ..................................................................1 buah

6. Roll meter ............................................................... 1 buah

30

BC

AD

Pergi

Pulang

P 1

P 2

P 3

P 4

Gambar 3.4 Pengukuran waterpass

pergi pulangKeterangan :

P1,P2.. = posisi waterpass = titik poligon

A,B,.. = titik poligon

Page 31: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Materi Praktikum : Pengukuran poligon tertutup

Tujuan :

Agar para mahasiswa mampu melakukan pengukuran poligon yang

nantinya berfungsi sebagai titik ikat / titik kontrol dalam pemetaan.

Pelaksanaan Praktikum :

Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

1. Orentasi lapangan dari daerah yang akan dipetakan dan menancapkan

patok-patok sebagai titik poligon pada tempat yang baik agar dapat

melakukan pengukuran poligon dengan baik, antara patok belakang

dengan patok muka harus saling kelihatan.

2. Patok-patok tersebut diberi nomor urut sesuai urutan dan masing-

masing ujungnya dipasangkan paku payung.

3. Theodolit didirikan diatas titik (BMA) atau titik poligon awal dan

lakukan centering optis terhadap paku payung kemudian diatur sesuai

prosedur.

4. Bidikkan teropong theodolit secara kasar menggunakan visir pada titik

(D) sebagai Backsight Theodolite dalam keadaan biasa, bidik tepat

pada ujung kepala paku payung jika patok yang dipasang tersebut

dapat terlihat oleh teropong. Jika paku payung tidak dapat dibidik

secara langsung, gunakan bantuan jalon yang didirikan diatas patok

yang diatasnya sudah ditancapkan paku payung kemudian bidik jalon

tersebut.

5. Kunci penggerak limbus dan penggerak piringan horisontal serta

penggerak piringan vertikal kemudian tepatkan perpotongan benang

silang teropong pada paku payung dengan menggunakan penggerak

halus horisontal maupun penggerak vertikal.

6. Baca bacaan skala horisontal dan catat sebagai bacaan “Biasa “ arah

titik D.

7. Buka kunci penggerak piringan horisontal dan vertikal kemudian bidik

titik B.

8. Baca bacaan skala piringan horisontal dan catat sebagai bacaan “Biasa

“ arah titik B.

31

Page 32: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

9. Buka kunci penggerak horisontal dan vertikal kemudaian putar

Theodolite pada keadaan “ Luar Biasa “. Kemudian bidik titik D dan

B dan baca skala piringan horisontalnya.

10. Untuk titik poligon selanjutnya (A-D) sampai selesai, langkah

pengukuran sama dengan langkah pengukuran seperti yang tersebut

diatas.

Sket pengukuran poligon :

Keterangan:

A,B,… : titik poligon

S1,S2,… : sudut dalam

αAB : sudut azimuth matahari

dAB,dBC… : jarak antar titik poligon

Data poligon:

S1: 84o 7’ 50”

S2: 95o 12’ 20”

S3: 81o 20’20”

S4: 99o 19’20”

dAB : 109.99 m

dBC : 55.55 m

dCD : 110.333 m

dDA : 48.89 m

αAB : 195o 27’19.33”

αBC : 99o 35’ 11.83”

αCD : 14o 47’34.33”

αDA : 276o 7’56.83”

32

DBM

C

S2S3

S4 S1

A

B

αABdDA

dCD

dBC

dA

B

U

Page 33: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

3.4 Pengukuran Detail

Hari / tanggal : Sabtu / 2 Agustus 2010

Lokasi : Jalan Kedung Ombo Kec. Lowokwaru Kab. Malang

Alat yang digunakan :

1. Theodolit Topcon TL 6..............................................1 buah

2. Statif ..................................................................1 buah

3. Rambu ukur................................................................2 buah

4. Payung ..................................................................1 buah

5. Roll meter ..................................................................1 buah

Materi Praktikum : Pengukuran situasi / pengukuran detail

Tujuan :

Untuk mengetahui besar sudut, jarak, dan elevasi dari titik detail yang

akan diukur dan dipetakan.

Pelaksanaan Praktikum :

Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai

berikut :

1. Theodolit dirikan di titik A dan lakukan prosedur centering optis

terhadap paku payung sesuai dengan prosedur.

2. Ukur tinggi alat dan tinggi patok dengan roll meter dan catat

dalam formulir.

3. Back sight ke titik poligon terdekat ( titik D ) dan piringan skala

horisontal ditepatkan pada bacaan 0 0 0’ 0” , kemudian kunci

penggerak horisontal dan penggerak limbus.

4. Gambar sket dari titik-titik yang berada disekitar titik A yang

akan diukur dan diberi nomor urut untuk memudahkan

pencatatannya.

5. Dirikan rambu ukur pada titik detail yang akan diukur sesuai

dengan gambar sketnya dengan dilengkapi nivo rambu.

6. Buka kunci penggerak horizontal, bidik rambu pada titik detail

tersebut, kemudian baca bacaan benang atas, benang tengah dan

benang bawah dan skala piringan horizontal dan skala piringan

vertikal kemudian catat pada formulir ukur.

33

Page 34: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

7. Pindahkan rambu ukur pada titik detail berikutnya sesuai dengan

gambar dan lakukan pengukuran seperti langkah no.5 sehingga

didapatkan titik detail disekitar titik poligon A terukur semua.

8. Pindahkan theodolit pada titik poligon B kemudian lakukan

centering optis terhadap paku payung dan atur sesuai prosedur.

9. Ukur kembali tinggi alat dan tinggi patok dengan roll meter dan

catat dalam formulir.

10. Lakukan langkah-langkah pengukuran seperti langkah

pengukuran no.3 sampai no.9, sehingga titik detail terukur semua.

Sket pengukuran detail :

Keterangan :

a, b, c = posisi titik detail Titik D = sebagai back sight

A, D,. = posisi titik poligon = posisi alat

Sa = Sudut yang dibentuk ke titik a

Sb = Sudut yang dibentuk ke titik b

Sc = Sudut yang dibentuk ke titik c

34

A

D

B

U

Sc

BACKSIGHT

Sb

Sa

ba

cd

αAc

αAb

αAa

FORSIGHT

Gambar 3.5 Sket pengukuran situasi

Page 35: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

3.5 Pengamatan Azimuth Matahari

Hari / Tanggal : Minggu / 3 Agustus 2010

Lokasi : Jalan Kedung Ombo Malang

Alat yang digunakan :

1. Theodolit Topcon TL 6 ...............................................1 buah

2. Statif 1 buah

3. Tadah 1 buah

4. Payung 1 buah

Materi Praktikum : Pengukuran azimuth matahari

Tujuan :

Untuk menghitung azimut matahari dari daerah yang akan dipetakan

Pelaksanaan Praktikum :

Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

1. Dirikan Theodolit disalah satu titik poligon ( titik D), dan

lakukan centering optis terhadap paku payung kemudian atur theodolit

sesuai prosedur.

2. Bidikkan teropong pada titik yang lain ( titik A), bidik tepat

pada paku payung. Jika paku payung tidak dapat dibidik secara

langsung, gunakan bantuan jalon yang didirikan diatas patok

kemudian bidik jalon tersebut.

3. Kunci penggerak limbus dan penggerak horisontal serta

penggerak vertikal kemudian tepatkan perpotongan benang silang

teropong pada paku payung dengan menggunakan penggerak halus

horisontal maupun penggerak vertikal dan catat sebagai bacaan “

Biasa “.

4. Buka pengunci penggerak horisontal dan vertikal, bidik

matahari dengan menggunakkan visir. ( jangan sekali-kali membidik

matahari langsung dengan menggunakan mata karena bisa

mengakibatkan kerusakan pada mata).

5. Pasang tadah kertas putih dibelakang lensa okuler untuk

melihat posisi bayangan matahari terhadap perpotongan benang silang

teropong.

35

Page 36: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

6. Tepatkan bayangan matahari pada kuadran I pada

perpotongan benang silang teropong .

7. Jika bayangan matahari sudah berhimpit dengan

perpotongan benang silang pada kuadran I, baca detik, menit dan jam

dan piringan horisontal dan vertikal dan baca sebagai bacaan “ Biasa”.

8. Buka kunci penggerak horisontal dan vertikal, putar

theodolit pada kedudukan luar biasa dan ulang langkah pengukuran

no.2-7 untuk mendapatkan bacaan “ Luar Biasa “ pada posisi

bayangan matahari di kuadran I.

9. Untuk pengukuran selanjutnya bayangan matahari berada di

kuadran III, Kemudian di kuadran II dan terakhir di kuadran IV.

Lakukan pengamatannya dengan mengikuti langkah pekerjaan seperti

yang dijelaskan diatas.

Sket Pengamatan Matahari :

AM = Azimuth matahari

D-A = Azimuth titik D ke A

Backsight

= sudut titik 2 ke M

U

Gambar 3.6 Pengukuran Azimuth Matahari

36

Page 37: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Bayangan matahari di kuadran I :

Bayangan matahari di kuadran II :

Bayangan matahari di kuadran III :

Bayangan matahari di kuadran IV :

Keterangan:

= Arah bayangan matahari

3.6. Penggambaran Detail

Setelah tahap perhitungan selesai, tahap selanjutnya adalah tahap

penggambaran. Penggambaran detail ini dapat dilakukan dengan bantuan

atau memakai busur derajat. Penggambaran yang kami adalah

penggambaran peta situasi dengan skala 1: 250.

Adapun tahap penggambaran situasi adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama:

Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan

Mempersiapkan data yang telah diolah untuk diplot atas kertas

milimeter.

2. Tahap kedua:

Pengeplotan titik-titik kerangka dasar horisontal berdasarkan

koordinat hasil perhitungan poligon.

37

Page 38: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Pengeplotan titik-titik detail dari hasil pengukuran situasi.

Pada titik-titik detail tersebut langsung ditulis elevasinya.

3. Tahap ketiga:

Penarikan garis kontur dengan cara interpolasi.

Pada setiap garis kontur dicantumkan ketinggiannya.

4. Tahap keempat:

Setelah tahap-tahap diatas selesai kemudian dipindahkan atau

diplot diatas kertas kalkir dengan mamakai rapido.

38

Page 39: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Perhitungan Azimuth Matahari

Langkah perhitungan azimuth matahari :

1. Tinggi matahari (hu)

(hu) Biasa = 90º 00’00” - bacaan vertikal

= 90º 00’00” - 56º 22‘ 20”

= 33º 37’40”

(hu) Luar biasa = bacaan vertikal – 270º 00’ 00”

= 308º 57’ 10”- 270º

= 38º 57’ 10”

2. Koreksi refraksi (r)

(r) biasa = -58” . ctg hu

= -58” . ctg 33º 37’40”

= -0º 1’ 27.2”

(r) luar biasa = -58” . ctg hu

= -58” . ctg 38º 57’ 10”

= -0º 1’ 11.74”

3. Koreksi paralaks (p)

(p) Biasa = 8,8” . Cos hu

= 8,8” . Cos 33º 37’40”

= 0º 0’ 7.327”

(p) Luar Biasa = 8,8” . Cos hu

= 8,8” . Cos 38º 57’ 10”

= 0º 0’ 6.843”

4. Koreksi ½ d

Koreksi ½ d didapat dari tabel Almanak Matahari pada tanggal 14

Desember dengan penjelasan sebagai berikut :

Kuadran I = 00º 16’ 16”

39

Page 40: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Kuadran II = 00º 16’ 16”

Kuadran III = 00º 16’ 16”

Kuadran IV = 00º 16’ 16”

5. Tinggi pusat matahari (h)

Biasa (h) = hu + r + p + ½ d

= 33º 37’40” + (-0º 1’ 27.2”) + 0º 0’ 7.327” –

00º 16‘ 16”

= 33º 52’ 36.12”

Luar Biasa (h) = hu + r + p + ½ d

=38º 57’ 10” + (-0º 1’ 11.74”) + 0º 0’ 6.843” -

00º 16‘ 16”

= 39º 12’ 21.10”

6. Lintang pengamatan ( )

Pada peta pengamatan topografi untuk daerah yang bersangkutan,

Lintang pengamatan ( ) = 7º 57‘ 34.89” LS

7. Deklinasi ( )

Dari tabel deklinasi matahari pada pukul 07.00 di peroleh 2312’58.9’’

dan perubahan yang terjadi setiap jam adalah -00’8.4’’ dan

pengamatan matahari pertama kali dilakukan pada pukul 07:46:30,

maka :

Nilai pada bacaan biasa :

Selisih waktu pengamatan dengan jam

07:00 = 07 jam 00 menit 00detik

= 07 jam 46 menit 30 detik _

= 00 jam 46 menit 30 detik

= 0.775 jam

Sehingga perbedaan deklinasi ( ) = 0.775 -00’8.4’’

= -0 0’ 6.51”

Sehingga deklinasi () pada jam 06:28 = 2312’58.9” - 0 0’ 6.51”

= 23º 12’ 52.39”

40

Page 41: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Nilai pada bacaan luar biasa :

Selisih waktu pengamatan dengan jam

07:00 = 07 jam 00 menit 00detik

= 06 jam 52 menit 10 detik _

= 00 jam 52 menit 10 detik

= 0.87 jam

Sehingga perbedaan deklinasi ( ) = 0.87 - 00’8.4’’

= -0 0’ 7.31”

Sehingga deklinasi () pada jam 06:28 = 2312’58.9” - 0 0’ 7.31”

= 23º 12’ 51.59”

8. Azimuth pusat matahari

Cos A =

=

A = 112 40’ 40.9”

9. Koreksi ½ d . sec h

= Koreksi ½ d .

= 00º 16‘ 16”.

= 0 0’ 28.81”

Koreksi ½ d sec h yang didapat sebesar 0 0’ 28.81”

10. AP = Azimuth titik acuan

= ((180º - )+ A) + 180º + Koreksi ½ d . sech

= ((180º - 84º7’50”) + (112 40’ 40.9”) + 180º +

(0 0’ 28.81”)

= 195°41'9.71''

11. Azimuth matahari rata-rata

= Ap / 4

= (195°41'9.71''+ 19517’21.36”+ 1967’3.57”+ 19443’42.7”)/8

= 195°27'19.33''

41

Page 42: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

4.1.2. Perhitungan Poligon

a. Perhitungan Sudut Horizontal (β)

Sudut horizontal yang dipakai dalam perhitungan poligon

adalah sudut horizontal rata-rata.

∑β = βA + βB + βC + βD

= 84º7’50”+ 95º12’20”+ 81º20’20”+ 99º19’20”

= 359º59’50”

Koreksi sudut β (horizontal) = 360° - ∑β

= (360°- 359º59’50”)/4 titik

= 0°0’10”/4 titik

= 0°0’2,5”

Keterangan : βA = sudut horizontal di titik A

∑β = jumlah sudut horizontal

b. Perhitungan Azimuth ( α )

Untuk azimuth awal didapatkan dengan menggunakan metode

pengamatan tinggi matahari.

Untuk azimuth lainnya dihitung dengan menggunakan rumus :

α = (αawal + 180°) + (β + koreksi sudut β) - 360°

contoh perhitungan:

αP1-P2 = (αawal + 180°) + (βP1-P2 + koreksi sudut β) - 360°

= (19527’19.33”+180°) + (84°7’50” + 0°0’2.5”) –

360°

= 99º35’11.83”

dst.

42

Page 43: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Keterangan : α : azimuth yang dicari

αawal : azimuth awal

β : sudut horizontal

c. Perhitungan Jarak

Dalam pengukuran kerangka kontrol horizontal, jarak yang diambil

adalah jarak langsung, pengukurannya menggunakan dengan roll

meter.

No.

Bacaan JarakJarak Rata-

rataPergi

(m)

Pulang

(m)

P1 – P2 110 48.6 79.3

P2 – P3 55.2 108.2 81.7

P3 – P4 109.6 55.8 82.7

P4 – P1 45 103.8 74.4

Σd 318.10

d. Perhitungan Harga Absis (ΔX) dan Ordinat (ΔY)

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung absis dan ordinat

adalah:

ΔX = d sin α

ΔX1 = 109.99 sin 9935’11.83”

= 108.454

ΔX2 = 55.55 sin 14º47’34.33”

43

Page 44: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

= 14.183

dst.

∑ ΔX = -0.093

Koreksi ∑ ΔX

Untuk mencari koreksi digunakan rumus:

F ∑ΔX = (∑ ΔX*jarak)/jumlah jarak

F ∑ΔX = -(-0.093*109.99)/324.76

= 0.031

(koreksi dibagi sesuai dengan porsi kesalahan, semakin besar

nilai kesalahan maka semakin besar koreksinya, begitu juga

sebaliknya.)

Dst.

ΔY = d cos α

ΔY1 = 109.99 cos 9935’11.83”

= -18.318

ΔY2 = 55.55 cos 14º47’34.33”

= 53.709

dst.

∑ ΔY = 0.056

Koreksi ∑ ΔY

Untuk mencari koreksi digunakan rumus:

F ∑ΔY = (∑ ΔY*jarak)/jumlah jarak

F ∑ΔY = (0.056*109.99) / 324.76

= -0.019

(koreksi dibagi sesuai dengan porsi kesalahan, semakin besar

nilai kesalahan maka semakin besar koreksinya, begitu juga

sebaliknya.)

Dst.

44

Page 45: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Keterangan : ΔX : absis

ΔY : ordinat

∑ΔX : jumlah absis

∑ΔY : jumlah ordinat

D : jarak

α : azimuth

F∑ΔX : koreksi jumlah absis

F∑ΔY : koreksi jumlah ordinat

Perhitungan Koordinat Titik Poligon

1. Diketahui koordinat awal titik poligon ( BMA) adalah :

Xawal = 2000.000

Yawal = 2000.000

Maka koordinat pada titik poligon dapat diketahui dengan

rumus:

X2 = X awal + x + koreksi

Y2 = Y awal + y + koreksi

Perhitungan koordinat untuk setiap titik poligon adalah :

XA = 2000.000 + (108.454)+ (0.031)

= 2108.485

YA = 2000.000 + (-18.318) + (-0,019)

= 1981.664

45

Page 46: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

2. Data koordinat UTM / Grid yang didapat dari GPS Handheald

hasilnya sebagai berikut :

Xawal = 677615.958

Yawal = 9119812.356

XA = 677615.958 + (108.454)+ (0.031)

= 677724.443

YA = 9119812.356 + (-18.318) + (-0,019)

= 9119794.020

Data koordinat yang didapat dari perhitungan :

Ketelitian Linier Poligon

Perhitungan ketelitian linier poligon menggunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan rumus :

CD = Kesalahan Penutup Jarak

KL = ketelitian linier

D = jumlah jarak poligon

f(X) = kesalahan penutup absis

f(Y) = kesalahan penutup ordinat

46

Page 47: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

= 0.108

= 1 : 2997.469

Jadi ketelitian linier poligon dalam pengukuran ini adalah 1 : 2997

4.1.3. Perhitungan Waterpass Memanjang

Perhitungan beda tinggi dan Elevasi titik poligon.

Untuk perhitungan beda tinggi tiap-tiap titik poligon menggunakan rumus

sebagai berikut :

h12 = btB - btM

Keterangan :

h12 = beda tinggi antara dua titik ( titik 1 ke titik 2 )

btB = bacaan benang tengah rambu belakang

btM = bacaan benang rambu muka

Hitungan h pergi :

h12 = 0.954 – 2.042

= -1.088

h23 = 1.571 – 0.998

= 0.573

h34 = 2.162 – 1.345

= 0.817

h41 = 1.256 - 1.566

= -0.310

Hitungan h pulang :

h14 = 1.524 - 1.213

= 0.311

h43 = 1.340 – 2.161

= -0.821

h32 = 1.031 - 1.606

= -0.575

h21 = 2.013 – 0.924

= 1.089

47

Page 48: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Jadi selisih beda tinggi (h) pada pengukuran pergi dan pulang adalah :

hpergi + hpulang = -0.008 + 0.004

= -0.004

Pada poligon tertutup, jumlah beda tinggi yang diukur dengan waterpass

pergi pulang harus sama dengan nol (0) atau mendekati nol (0), karena

pengukuran kembali ketitik semula.

Toleransi kesalahan dari pengukuran waterpass pergi pulang yang

diberikan adalah 8√d

o Dari pengukuran pergi

Dengan jarak pengukuran pergi 319.8 m = 0,3198 km maka :

Ketelitian : 8√0.3198 = 4.524 mm

o Dari pengukuran pulang

Dengan jarak pengukuran pulang 322.8 m = 0,3228 km maka :

Ketelitian : 8√0.3228 = 4.545 mm

Jadi pengukuran waterpass memanjang pergi – pulang masih dalam

toleransi yang ditentukan, yaitu . Maka dapat disimpulkan bahwa

selisih hasil pengukuran beda tinggi pergi-pulang termasuk dalam

toleransi. Dan data yang digunakan adalah data pengukuran pergi –

pulang.

Rumus yang digunakan untuk menghitung elevasi adalah :

H1 = Hawal h1 koreksi

Keterangan :

H1 = Elevasi titik1

Hawal = Elevasi yang diketahui

h12 = Beda tinggi titik 1 ke titik 2

Perhitungan data hasil pengukuran :

H1 = Hawal h1 koreksi

= 499.533 + (-1.088 - 0.00200)

= 498.477

Untuk menghitung Jarak pada pengukuran waterpass memanjang

menggunakan rumus sbb :

D = (ba-bb)*100

Keterangan : D = Jarak

48

Page 49: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

ba = bacaan benang atas

bb = bacaan benang bawah

contoh :

Perhitungan jarak pada pengukuran pergi :

D1 = (ba1 – bb1)*100

= (1.246-0.662)*100

= 58.4 meter

dst.

Perhitungan jarak pada pengukuran pulang :

D1 = (ba1 – bb1)*100

= (1.630-1.418)*100

= 21.2 meter

dst.

4.1.4. Perhitungan Titik Detail

Hasil pengukuran titik-titik detail yang diperoleh di lapangan dibagi

menjadi :

1. Perhitungan jarak

Penghitungan data hasil pengukuran :

Dm = ( ba – bb ) . 100

= ( 1.627-1.137 ) . 100

= 49 m

Dd = Dm . Sin²

= 49 x Sin² 89 49’ 20”

= 48.99 m

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada formulir di lembar

lampiran.

2. Perhitungan beda tinggi titik detail

Untuk perhitungan beda tinggi titik-titik detail menggunakan metode

trigonometris, dengan rumus :

h = ( Ti – bt ) + Dd . Cotg

49

Page 50: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

= ( 1.550- 1.382 ) + 48.99 x

= 0.1525 m

Untuk data perhitungan beda tinggi selengkapnya dapat dilihat pada

formulir di lembar lampiran.

3. Perhitungan elevasi titik-titik detail

Untuk perhitungan digunakan rumus :

H = Hawal h1

= 200.000 - 0.1525

= 199.8475 m

Untuk perhitungan elevasi yaitu Hawal ± h1 (beda tinggi di titik detail

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran data tabel

pengukuran.

4. Perhitungan koordinat Easting dan Northing titik-titik detail

Koordinat Easting dan Northing didapat dari Handheald, yang dicari

adalah koordinat titik poligon yang nantinya akan dipakai pada

penghitungan titik detail.

Perhitungan koordinat Easting dan Northing titik detail menggunakan

rumus dibawah ini:

X1 = Xawal + (Dd* sin (azimuth + sudut horizontal))

= 677615,958 + (47.80*sin(101.1199538))

= 677662.8606

Y1 = Yawal + (Dd* cos (azimuth + sudut horizontal))

= 9119812.356+ (47.80*cos(101.1199538))

= 9119803.137

X1 = koordinat Easting baru

Y1 = koordinat Northing baru

Xawal = koordinat Easting awal

Yawal = koordinat Northing awal

Dd = jarak datar

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengamatan Azimuth Matahari

50

Page 51: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Dalam pengukuran azimuth matahari menggunakan metode tinggi matahari yaitu

dengan cara menadah bayangan matahari pada selembar kertas. Bayangan

matahari diletakkan pada kuadran yang telah ditentukan dan pengukurannya

dilakukan secara Biasa dan Luar Biasa. Maksud dari pengukuran azimuth

matahari adalah untuk mendapatkan nilai tinggi matahari, koreksi refraksi,

koreksi paralaks, koreksi ½ diameter matahari, tinggi pusat matahari, dan

deklinasi, dimana semua data tersebut digunakan sebagai referensi dalam

menentukan azimuth rata-rata matahari dan azimuth ini dipakai sebagai azimuth

awal pada penggambaran peta topografi. Jadi Azimuth rata-rata matahari adalah

195°27'19.33''

4.2.2. Poligon Tertutup

4.2.2.1. Pengukuran dan Perhitungan Sudut

Dalam pengukuran poligon tertutup ini, metode pengukuran sudut yang

digunakan adalah metode pengukuran sudut satu seri rangkap. Metode

ini dimaksudkan supaya data sudut yang diperoleh dapat lebih akurat.

Pengukuran dengan pengukuran 1 seri rangkap, yaitu dengan

melakukan 4 kali pembacaan (sudut horizontal biasa dan luar biasa)

sehingga didapatkan sudut dalam rata – rata, dan dihitung dengan rumus

yang telah di bahas sebelumnya.

4.2.2.2. Pengukuran dan Perhitungan Jarak

Pada pengukuran jarak metode yang dipakai adalah metode metode jarak

optis, yaitu pengukuran jarak titik-titik poligon dengan menggunakan alat

ukur theodolite maupun waterpass melalui pembacaan benang silang

(benang atas, benang tengah, benang bawah) pada rambu ukur.

4.2.2.3. Perhitungan Kesalahan Sudut dan Ketelitian Linier

Dari pengukuran poligon tertutup diperoleh data sebagai berikut :

Sudut yang diukur adalah sudut dalam dengan menggunakan metode

satu seri rangkap.

51

Page 52: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

Jumlah sudut dalam adalah (n-2).180 = 360º00’00”, tetapi dalam

pengukuran didapat jumlah sudut dalam 359º59’50”, jadi kesalahan

sudut yang harus dikoreksi sebesar 0º0’10”

Ketelitian Linier poligon dalam pengukuran ini adalah 1 : 2997 dan

dihitung dengan rumus yang telah di bahas sebelumnya.

4.2.3. Pengukuran dan Perhitungan Waterpass Memanjang

Pada poligon tertutup, jumlah beda pengukuran waterpass pergi pulang harus

sama dengan nol (0) atau mendekati nol (0), karena pengukuran kembali ke titik

semula.

Toleransi kesalahan dari pengukuran waterpass pergi pulang yang

diberikan adalah 8√d.

52

Page 53: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa dalam

pengukuran ini adalah sebagai berikut :

1. Ketelitian linier poligon ditentukan oleh jarak yang dipakai untuk

pengukuran, makin teliti jarak ketelitian linier maka poligon makin

teliti.

Kesalahan jarak yang dapat terjadi :

a. Kelengkungan pita rol meter

b. Pelurusan kurang baik

c. Kesalahan pengiraan/pembacaan pada rol meter

2. Terjadinya penyimpangan beda tinggi antara titik awal pengukuran

dan titik akhir pengukuran pada poligon tertutup disebabkan oleh :

a. Kesalahan pengiraan/pembacaan bacaan pada rambu ukur

b. tidak tegaknya rambu ukur pada saat pembacaan

c. karena refraksi atmosfir

3. Dengan melihat garis kontur dapat diketahui kondisi suatu daerah,

misal :

perbukitan, lembah, ataupun sungai. Garis kontur juga dapat

membantu pekerjaan teknik seperti pembangunan bendungan, jalan

dan lain-lain.

4. Kesalahan dan hambatan dalam melakukan pengukuran/pekerjaan

lapangan adalah :

a. Kurang teliti dalam mengambil data di lapangan

b. Alat yang dipakai tidak dikoreksi dengan baik

c. Keadaan alam dan cuaca yang kurang mendukung

53

Page 54: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

5.2. Saran

1. Sebelum melakukan pengukuran, sebaiknya diadakan survey lokasi

yang akan diukur.

2. Gunakan alat yang sesuai dengan kegunaanya serta memenuhi syarat.

3. Periksa alat ukur sebelum ke lokasi, untuk memastikan apakah alat

ukur tersebut siap untuk digunakan atau tidak.

4. Persiapkan formulir ukur dan alat yang lain yang diperlukan dalam

pengukuran di lapangan.

5. Dalam pengamatan azimuth matahari hendaknya harus

memperhatikan waktu pengamatan karena ini mempengaruhi pada

proses perhitungan azimuth.

6. Pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukan pada saat liburan jangan

sampai mengganggu jam kuliah.

54

Page 55: Laporan Praktikum Topografi

Laporan Praktikum Survei Topografi

DAFTAR PUSTAKA

Basuki Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Wongsotjitro S. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

55