topografi map

117

Click here to load reader

Upload: shafa18

Post on 20-Oct-2015

121 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

topografi map

TRANSCRIPT

Page 1: topografi map

1

BAB I

PETA TOPOGRAFI

1.1 Jenis Peta

a. Fungsi Dan Tujuan Pembuatan Peta

a) Fungsi Peta

Menunjukkan lokasi permukaan bumi.

Menentukan arah dan jarak berbagai tempat.

Memperlihatkan bentuk - bentuk permukaan bumi atau

kenampakan geografi, misalnya lautan, daratan, dan gunung

sehingga dimensinya dapat terlihat dalam peta.

Mengumpulkan dan menyeleksi data-data atau keterangan dari

suatu daerah yang akan disajikan pada peta dengan bentuk simbol

yang konvensional.

b) Tujuan Pembuatan Peta

Menyimpan data-data yang ada di permukaan bumi.

Menganalisis data spasial seperti perhitungan volum.

Memberikan informasi dalam perencanaan tata kota dan

pemukiman.

Memberikan informasi tentang ruang yang bersifat alami, baik

manusia maupun budaya.

b. Jenis-Jenis Peta

a) Jenis Peta Berdasarkan Skalanya

Peta skala besar berskala antara 1 : 5.000 s.d 1 : 250.000

Peta skala sedang berskala antara 1 : 250.000 s.d 1 : 500.000

Peta skala kecil berskala antara 1 : 500.000 s.d 1 : 1.000.000

Peta kadaster berskala antara 1 : 100 s.d 1 : 5.000

Peta geografi berskala 1 : 1.000.000 atau lebih

Page 2: topografi map

2

b) Jenis Peta Berdasarkan Isinya

Peta umum adalah peta yang menggambarkan segala sesuatu yang

terdapat pada suatu daerah yang dipetakan.

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk (relief)

permukaan bumi.

Peta chorografi adalah peta yang menggambarkan sebagian atau

seluruh permukaan bumi yang bercorak umum dan berskala kecil,

misalnya peta dunia dan atlas.

Peta khusus atau peta tematik adalah peta yang menggambarkan

suatu aspek atau kenampakan tertentu di permukaan bumi.

Contohnya:

o Peta curah hujan

o Peta iklim

o Peta tata guna lahan

o Peta pariwisata

o Peta jalur penerbangan

o Peta geologi

o Peta sejarah

o Peta industri

o Peta penduduk

c) Jenis Peta Berdasarkan Sifat Datanya

Peta stasioner adalah peta yang sifat datanya menggambarkan

keadaan permukaan bumi yang tetap atau relatif stabil. Contohnya:.

o Peta geologi

o Peta kontur

o Peta laut menurut kedalamannya

o Peta topografi

o Peta jalur pegunungan

Page 3: topografi map

3

Peta dinamis adalah peta yang sifat datanya menggambarkan

keadaan permukaan bumi yang bersifat dinamis atau berubah-ubah.

Contoh:

o Peta kepadatan penduduk, Peta penyebaran penduduk

memperlihatkan tingkat kepadatan penduduk di suatu

tempat pada suatu wilayah.

o Peta jaringan transportasi

o Peta jaringan irigasi

o Peta jaringan telepon

d) Jenis Peta Berdasarkan Bentuknya

Peta timbul

Peta timbul adalah peta yang dibuat berdasarkan bentuk

permukaan bumi yang sebenarnya, misalnya peta relief.

Peta dasar (peta biasa)

Peta dasar adalah peta yang menggambarkan keadaan suatu

wilayah yang belum diberi data, misalnya peta dasar Indonesia atau

peta dasar Pulau Jawa. Dengan adanya peta dasar tersebut kita

dapat membuat berbagai jenis peta yang kita inginkan.

Peta digital

Peta digital adalah peta yang datanya terdapat pada pita

magnetik, sedangkan pengolahan dan penyajian datanya

menggunakan komputer, misalnya peta yang digambarkan melalui

layar televisi atau layar komputer.

1.2 Pengenalan Peta Topografi

Peta adalah gambaran suatu permukaan datar dari seluruh atau

sebagian permukaan bumi untuk memperlihatkan kenampakan fisik, politik

atau yang lainnya yang di hubungkan oleh titik-titik dengan skala dan

proyeksi tertentu. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan

penyebaran, bentuk, dan ukuran muka bumi. Gambaran tersebut di tunjukkan

oleh garis-garis ketinggian dengan referensi tertentu, yang di sebut garis

Page 4: topografi map

4

kontur, yaitu garis imajiner di permukaan bumi yang menghubungkan titik-

titik dengan ketinggian yang sama (Drs. Firdaus, M.Si, 2011).

Latar belakang topografi adalah peta yang menunjukkan lokasi dan

peningkatan fitur alam dan budaya suatu daerah tertentu. Warna standar dan

simbol telah di tunjuk untuk di gunakan pada peta-peta oleh peta rupa bumi

umumnya berorientasi untuk menunjukkan arah utara di atas topographic

maps. Timbangan dan interval kontur pada peta topografi bervariasi

tergantung pada seri peta dan relief (variasi elevasi) dari topografi. Tujuan

peta topografi yaitu untuk mempelajari tanda-tanda simbol standar dan warna

yang di gunakan di peta topografi, akrab dengan arah, sisik. Jadi, elevasi

bacaan, dan cara mencari berbagai fitur pada peta topografi informasi secara

global dari peta. Peta menggambarkan informasi keruangan yang dapat di

gunakan untuk berbagai keperluan dan data dapat di gunakan kembali untuk

keperluan visual. Data yang di masukkan ke dalam peta dapat berupa simbol-

simbol yang berfungsi menggambarkan sebagian atau seluruh permukaan

bumi serta kenampakan-kenampakan atau fenomena yang ada. Penulis lain

mendefinisikan peta topografi dengan membandingkan mereka dengan jenis

lain peta, mereka di bedakan dari skala kecil “peta chorographic” yang

mencakup daerah besar, “peta planimetrik” yang tidak menunjukkan

peningkatan dan “peta tematik” yang berfokus pada topik tertentu. Namun,

dalam vernakular dan hari ke hari dunia, representasi lega (kontur) yang

populer di adakan untuk menentukan genre, sehingga bahkan peta skala kecil

menunjukkan relief yang umumnya (dan keliru, dalam arti teknis) yang di

sebut “topografi”. Sedangkan tertarik lega, sebenarnya yang lebih luas banyak

bidang studi yang memperhitungkan semua alam dan manusia membuat fitur

dari medan.

Peta rupa bumi memiliki kegunaan beberapa pada hari ini: semua jenis

geografis perencanaan atau berskala besar, arsitektur ilmu bumi dan banyak

lainnya geografis disiplin, pertambangan dan usaha berbasis bumi lainnya, dan

menggunakan rekreasi seperti hiking atau khususnya orienteering, yang

menggunakan peta sangat rinci dalam persyaratan standar.

Page 5: topografi map

5

Berbagai fitur yang di tampilkan pada peta yang di wakili oleh tanda-

tanda atau simbol konvensional. Sebagai contoh, warna dapat di gunakan

untuk menunjukkan klasifikasi jalan. Tanda-tanda ini biasanya di jelaskan

dalam margin peta, atau pada karakteristik lembar di terbitkan secara terpisah.

Peta topografi juga biasa di sebut peta kontur atau peta topo. Peta rupa bumi

konvensional menunjukkan topografi atau kontur tanah, dengan cara garis

kontur. Garis kontur merupakan kurva yang menghubungkan titik-titik

berdekatan yang sama ketinggian (isohypse). Dengan kata lain, setiap titik

pada garis di tandai dari 100 m elevasi adalah 100 m di atas permukaan laut.

Peta ini biasanya di tunjukkan tidak hanya kontur, tetapi juga setiap

signifikan.

Istilah topografi di ambil dalam bahasa Yunani (topos yang berarti

“tempat”, dan graphia “menulis”), merupakan studi permukaan bumi, maupun

planet-planet, bulan dan asteroid. Ada 2 istilah yang sering di temukan yang

berkaitan dengan topografi, yakni ukur topografi dan peta topografi. Ukur

topografi adalah pemungutan dan pengumpulan data mengenai kedudukan dan

bentuk permukaan bumi. Kaidah-kaidah yang di gunakan di dalam ukur

topografi antara lain ukur aras, tekimetri, meja datar, fotogrametri dan

penginderaan jauh. Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang

datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas, di

perkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan

secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa di

perkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi di

gambarkan dalam bentuk garis-garis kontur. Peta topografi menampilkan

semua unsur yang berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun

buatan manusia. Peta jenis ini biasa di pergunakan untuk kegiatan-kegiatan di

alam bebas, terrmasuk peta untuk kepentingan militer, teknik sipil dan

arkeologi. Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi atau benda

angkasa, yang meliputi perwujudan, letak, maupun data yang berkaitan,

seperti tampaknya apabila di lihat dari atas. Sumbernya dapat berupa hasil

Page 6: topografi map

6

pengukuran, foto udara, atau citra satelit. Ilmu yang mempelajari peta di sebut

topografi.

Secara umum peta merupakann gambar atau dimensi dari suatu objek

yang dilihat dari atas yang ukurannya direduksi. Dengan mengamati dan

melihat peta akan memudahkan pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan

hakekat daripada peta topografi adalah peta yang menggambarkan keadaan

suatu daerah yang dilihat dari atas yang kurang lebih sesuai dengan keadaan

sebenarnya. Ada beberapa cara penggambaran peta topografi yaitu :

a. Garis Kontur, adalah garis yang menghubungkan titik- titik ketinggian

yang sama pada suatu permukaan bumi

b. Garis hachures, yaitu garis lurus yang ditarik dari titik- titik ketinggian

tertinggi ke titik- titik yang lebih rendah disekitarnya (lereng curam

garisnya makin merapat )

c. Pewarnaan (Tinting),daerah yang mempunyai relief tinggi warnanya

makin gelap sebaliknya relief rendah warnanya makin cerah contohnya

atlas.

d. Bayangan (shading), topografi curam diberi bayangan yang tebal,rapat

serta pendek, sebaliknya daerah landai diberi garis bayangan tipis,

panjang dan renggang.

e. Kombinasi, dengan cara menggabungkan antara kontur dengan warna

dan lain-lainnya.

1.3 Elemen Peta Topografi

Unsur-unsur penting dalam peta topografi meliputi :

a. Relief, menggambarkan beda tinggi suatu tempat ke tempat lain di suatu

daerah misal bukit, dataran, pegunungan, lembah, lereng dan lain

sebagainya. Biasanya untuk peta topografi berwarna digunakan warna

coklat untuk dataran dan biru untuk lautan, dengan variasi warna

disesuaikan dengan keadaan relief, daerah berelief tinggi warna semakin

tua dan gelap. Relief terjadi karena adanya resistensi antara batuan

Page 7: topografi map

7

terhadap proses erosi dan pelapukan juga dipengaruhi gejala-gejala asal

dalam seperti perlipatan, patahan dan lain sebagainya.

b. Pola Aliran, pola aliran dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan

jalan-jalan pengaliran di dalam suatu kawasan, tanpa memperhatikan

apakah jalan-jalan pengaliran itu mempunyai sungai permanen atau tidak.

Pola aliran dapat dikelompokan ke dalam pola dasar yakni :

a) Derinitik, bentuk sungai berupa cabang-cabang pohon dimana

cabang-cabang sungai berhubungan dengan induk sungai

membentuk sudut-sudut yang meruncing.Biasanya terbentuk pada

batuan yang himogen dengan sedikit atau tanpa pengendalian

struktur.

b) Pararel, pola aliran yang mempunyai arah relatif sejajar, mencuram,

dapat pula pada daerah dengan morfologi yang pararel dan

memanjang. Pola ini mempunyai kecendrungan berkembang kea rah

dendritik atau trellis.

c) Trellis, menyerupai bentuk tangga, dimana sungai-sungai sekunder

(cabang sungai) membentuk sudut siku-siku dengan sungai utama

mencirikan daerah sungai pegunungan lipatan (antiklin, sinklin) dan

kekar.

d) Rectangular, pola aliran yang dibentuk oleh percabangan sungai-

sungai yang membentuk sudut siku-siku, lebih banyak dikontrol oleh

factor kekar-kekar yang saling berpotongan dan juga sesar.

e) Redial, pola ini dicirikan oleh suatu jaringan yang memancar keluar

dari satu titik pusat, biasanya mencirikan daerah pegunungan atau

kubah.

f) Annular, pola ini hampir sama dengan pola radial hanya saja yang

membedakan jika pada pola radial jaringan sungai memancar keluar

dari suatu titik sedangkan pada pola annular jaringan sungai

berkumpul pada suatu daerah.

g) Pola pengaliran multi basinal Disebut juga sink hole, adalah pola

pengaliran yang tidak sempurna, kadang tampak kadang hilangyang

Page 8: topografi map

8

disebut sebagai sungai bawah tanah, pola ini bekembang pada daerah

karst atau batu gamping

h) Pola pengaliran contorted, adalah pola pengaliran yang arah

alirannya berbalik dar arah semula, pola ini terdapat pada daerah

patahan.

c. Kebudayaan (culture), yaitu segala bentuk hasil budi daya manusia,

misalnya perkampungan, jalan, persawahan, dan sebagainya. Culture

sangat membantu geologi dalam penentuan lokasi. Pada umumnya pada

peta topografi relief akan digambarkan dengan warna coklat, drainage

dengan warna biru dan culture dengan warna hitam. Hal ini sangat

membantu dalam hal penentuan lokasi.

Page 9: topografi map

9

Gambar 1.1 Pola Pengairan Umum

Page 10: topografi map

10

Gambar 1.2 Modifikasi Pola Pengaliran, Dalam Skala Yang Luas

Page 11: topografi map

11

Gambar 1.3 Modifikasi Pola Pengaliran-Pengaliran

Page 12: topografi map

12

1.4 Kelengkapan Peta Topografi

Pada peta topografi yang baik harus terdapat unsur atau keterangan yang

dapat digunakan untuk berbagai kegiatan penelitian atau kemiliteran yakni :

a. Skala

Merupakan perbandingan jarak horizontal yang sebenarnya dengan

jarak peta. Perlu diketahui bahwa jarak yang diukur pada peta adalah jarak

horizontal. Ada 3 macam skala yang biasa dipakai pada peta topografi.

a) Representative Feaction Scale (Scala R. F.)

Ditunjukan dengan pecahan contoh 1:10000. Artinya 1 cm di peta

sama dengan 10000 cm di lapangan atau sama dengan 100 m di

lapangan. Kelemahan penggunaan skala ini yaitu jika peta mengalami

pemuaian maka skala tidak akan berlaku lagi.

b) Grafik Scale ( Skala Grafik)

Yaitu perbandingan jarak horizontal sesungguhnya dengan jarak

pada peta yang ditunjukan dengan sepotong garis. Skala ini adalah

paling baik karena tidak terpengaruh oleh pemuaian maupan penciutan

dari peta.

c) Verbal Scale (Skala Verbal)

Dinyatakan dalam ukuran panjang, contah 1 cm = 10 km. Skala ini

hampir sama dengan skala R. F.

b. Arah Utara Peta

Salah satu perlengkapan peta yang tidak kalah pentingnya adalah

arah utara, karena tiap peta dapat digunakan dengan baik haruslah

diketahui arah urtaranya. Arah utara ini berguna untuk penyesuaian

dengan antara utara peta dngan arah utara jarum kompas. Ada 3 macam

arah utara jarum kompas yaitu:

arah utara magnetik

Grid North

True North

Page 13: topografi map

13

c. Legenda

Peta topografi banyak digunakan tanda untuk mewakili bermacam-

macam keadan yang ada di lapangan dan biasanya terletak di bagian

bawah peta.

d. Judul Peta

Judul peta meruapakan nama daerah yang tercakup didalam peta

dan berguna unuk pencairanpeta bila suatu waktu diperlukan. Sumber

pembagian nomor lembar peta tersebut disebut Quadrangle.

e. Converage Diagram

Maksudnya peta tersebut dibuat dengan cara atau metode yang

bagaimana, hal ini untuk dapat memperkirakan sampai sejauh mana

kebaikan atau ketelitian peta. Misalnya dibuat berdasarkan foto udara atau

dibuat berdasarkan pengukuran di lapangan.

a. Indeks Administrasi

Pembagian Daerah berdasarkan hokum administrasi, hal mini

penting untuk memudahkan pengurusan surat izin untuk melakukan atau

mengadakan penelitian pemetaan.

b. Indeks Adjoing Sheet

Menunjukan kedudukan peta yang bersangkutan terhadap lembar-

lembar peta di sekitarnya.

c. Edisi Peta

Edisi peta dapat dipakai untuk mengetahui mutu dari pada peta

atau mengetahui kapan peta tersebut dicetak atau dibuat.

1.5 Peta Topografi dengan Garis Kontur

Untuk memahami peta kontur perlu dipelajari terlebih dahulu tentang garis

kontur. Beserta sifat-sifatnya yang antara lain adalah sebagai berikut:

a) Garis Kontur

Merupakan garis-garis yang menghubungkan titik yang mempunyai

ketinggian sama yang diukur dari suatu bidang perbandingan. Bidang

pembanding ini biasanya diambil dari permukaan air laut rata-rata.

Page 14: topografi map

14

b) Intrval Kontur

Jarak vertical antara garis kontur satu dengan garis yang lainnya

yang berurutan.

c. Indeks Kontur

Garis kontur yang dicetak tebal pada peta, yang mana merupakan

kelipatan tertentu dari beberapa garis kontur.

d. Kontur Setengah

Garis kon tur yang harga ketinggiannya adalah setengah dari

interval kontur. Biasanya digambar dengan garis putus-putus.

1.6 Penentuan Interval Kontur

Untuk hal-hal yang umum dapat menggunakan rumus:

IK =

12000 x N

Di mana:

IK = interval kontur

N = skala peta

Misal peta dengan skala 1 : 50.000, sehingga interval konturnya adalah

25 m. Tetapi penentua interval kontur dengan rumus seperti di atas tidaklah

mutlak tergantung daripada kebutahan atau tujuan pembuatan peta tersebut.

Misal peta untuk daerah petambangan dengan luasan yang kecil tentunya

menggunakan interval kontur yang lebih kecil sehingga relief daerah dapat

dilihat dengan jelas.

Sifat-Sifat Garis Kontur

a) Garis kontur tidak akan berpotongan satu sama lainnya.

b) Garis kontur tidak akan bertemu satu dengan garis kontur yang memiliki

ketinggian berbeda.

c) Garis kontur akan meregang jika landai dan rapat jika curam.

d) Garis kontur yang memotong sungai meruncing kearah hulu.

e) Garis kontur harus digambarkan hingga batas tepi peta.

f) Garis kontur setngah digambarkan degan garis putus-putus.

Page 15: topografi map

15

1.7 Penentuan Titik Ketinggian dan Jarak

Ada beberapa cara untuk menentukan titik ketinggian dan jarak yakni:

a) Pada indeks kontur langsung dapat diketahui.

b) Pada intermediate kontur dihitung dari indeks kontur dengan

mesmperhatikan interval kontur.

c) Pada intermediate kontur cara interpolasi.

d) Titik triangulasi.

1.8 Sistem Quadrangle

Sistem Quadrangle adalah suatu cara dalam penataan pembuatan

registrasi pada peta topografi. Sistem Quadrangle di Indonesia ada 2 macam

yaitu system lama dan system baru. Perbedaan keduanya terletak pada

perbandingan luas peta , notasi, dan pembagian derajat busurnya.

a) Sistem Quadrangle Lama

Adalah sisa peninggalan jaman pendudukan Belanda. Ketentuan-

ketentuan yang ada dam sisitem ini adalah:

Pembagian kotak dengan luas 20’ x 20’ berskala 1 : 100.000

Titik 0o bujur ada di Jakarta dan titik 00 lintang ada di equatorial.

Penomoran garis lintang dengan angka Romawi sedang penomoran

garis bujur dengan angka akrab.

Notasi lembar peta dan skala ditulis, missal L

Peta no.40/XX, skala 1 :100.000

Peta no.40/XX-A, skala 1 : 50.000

Peta no.40XX-a, skala 1 : 25.000

40

XX A B C d

E F G h

I J K l

M N O p

Page 16: topografi map

16

b) Sistem Quadrangle Baru

Notasinya semua ditulis dengan angka Arab. Pembagian kotak-

kotaknya mempunyai luas 30’ x 20’ dengan 0 derajat dihitung dari

Greenwich. Cara penulisanya adalah missal 5018 angka 50 merupakan

angka perubahan secara horizontal dan angka 18 merupakan perubahan

secara vertical.

Peta no.5019 berskala 1 : 100.000 sedangkan peta no.5019-IV

berskala 1 : 50.000

1.9 Profil Topografi

Untuk mengetahui kenampakan morfologi dan kenampakan sturktur

geologoi suatu daerah, maka daerah tersebut perlu digambarkan suatu

penampang tegak atau profil. Penampang tegak atau sayatan tegak adalah

gambaran yang memperlihatkan profil atau bentukan dari permukaan bumi.

Profil ini diperoleh dari line of section.

5019 5119

5018 5118 5019

IV I

II II

Page 17: topografi map

17

Gambar 1.4 Profil Topografi suatu daerah

1.10 Penentuan Besar Kelerengan dan Beda Tinggi

Peta Topografi merupakan peta yang menggambarkan keadaan relief

suatu daerah, dimana kontur renggang menggambarkan daerah yang relative

datar, sedangkan kontur yang rapat menggambarkan daerah yang terjal atau

curam, di dalam peta topografi kadangkala kita banyak diperhadapkan degan

pertanyaan di antaranya berapa besar kelerngan suatu tempat? Atau berapa

beda tinggi daerah x? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di dalam acara

praktikum ini akan kita bahas cara-cara mengetahui nilai suatu kelerengan

dan beda tinggi suatu daerah.

Rumus mencari besar kelerengan dan beda tunggi:

d(m) = panjang sayatan x skala peta

h(m) = (n kontur – 1) x IK

hr =

∑ h

n

kr =

∑ k

n

Keterangan:

d = jarak datar (m)

h = ketinggian (m)

hr = beda tinggi (m)

kr = kelerengan (%)

Page 18: topografi map

18

1.11 Hasil Praktikum

a. Jenis Praktikum

Peta Topografi

b. Tujuan

Tujuan pada praktikum peta topografi ini adalah:

a) Untuk membuat peta topografi.

b) Untuk menggambar penampang, penentuan garis kontur, dan

beda ketinggian pada peta tofografi.

c) Untuk menjelaskan penyebaran bentuk dan ukuran muka bumi

berdasaarkan peta topografi yang di buat.

c. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah :

Alat dan Bahan Fungsi

Drawing pen Sebagai alat untuk membuat garis pada penampang

peta topografi.

Pensil Untuk menggambar dan membuat garis-garis kontur

pada peta topografi.

Penghapus Untuk mnghapus tulisan yang salah

Kertas kalkir Tempat untuk menggambar penampang

Penggaris Untuk membuat garis lurus

Kertas millimeter blok Untuk menggambar penampang pada peta topografi

Lembar pengamatan Untuk menggambar peta topografi.

Tabel 1.1 Alat Dan Bahan Dalam Peta Topografi

d. Pembahasan Hasil Praktikum

Page 19: topografi map

19

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan

penyebaran, bentuk, dan ukuran muka bumi. Gambaran tersebut di

tunjukkan oleh garis-garis ketinggian dengan referensi tertentu,

yang di sebut garis kontur, yaitu garis imajiner di permukaan

bumi yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang

sama.

Garis Kontur, Merupakan garis-garis yang

menghubungkan titik yang mempunyai ketinggian sama yang

diukur dari suatu bidang perbandingan. Bidang pembanding ini

biasanya diambil dari permukaan air laut rata-rata.

Peta Topografi merupakan peta yang menggambarkan

keadaan relief suatu daerah, dimana kontur renggang

menggambarkan daerah yang relative datar, sedangkan kontur

yang rapat menggambarkan daerah yang terjal atau curam, di

dalam peta topografi kadangkala kita banyak diperhadapkan

degan pertanyaan di antaranya berapa besar kelerngan suatu

tempat? Atau berapa beda tinggi daerah x? Untuk menjawab

pertanyaan tersebut, di dalam acara praktikum ini akan kita bahas

cara-cara mengetahui nilai suatu kelerengan dan beda tinggi suatu

daerah.

Rumus mencari besar kelerengan dan beda tunggi :

P.S : Panjang Sayatan

Skala : Dalam (M)

d : Jarak Datar (panjang sayatan x skala peta) (m)

n : Jumlah Kontur

Ik : Interval Kontur

h : Beda Tinggi ((n-1) x Ik) (m)

k : Kelerengan (h/d x 100 %) (%)

Dari hasil praktikum diperoleh 256 sayatan

Page 20: topografi map

20

Contoh :

Diketahui : P.S : 0,4 cm

Skala : 250 m

n-1 : 3 - 1 = 2

Ik : 12,5

d = panjang sayatan x skala peta = 0,4 x 250 = 100 m

h = ((n-1) x Ik) = 2 x 12,5 = 25 m

k = (h/d x 100 %) = 25/100 x 100% = 25 %

Untuk mengetahui kenampakan morfologi dan kenampakan

sturktur geologoi suatu daerah, maka daerah tersebut perlu

digambarkan suatu penampang tegak atau profil. Penampang

tegak atau sayatan tegak adalah gambaran yang memperlihatkan

profil atau bentukan dari permukaan bumi. Profil ini diperoleh

dari line of section.

Page 21: topografi map

21

BAB II

BATUAN BEKU

2.1 Ganesa Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis,

"api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang

mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik

di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di

atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat

berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada,

baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan

terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan

temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih

dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian

besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi. Berdasarkan

teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku

plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari

besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya

terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga

mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku

plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan

hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk

dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan

gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya

adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan

dacite.

Page 22: topografi map

22

Gambar 2.1 Contoh Batuan Beku

Berdasarkan komposisi mineralnya batuan beku di bagi menjadi :

1. Batuan Beku Asam jika mengandung SiO2 lebih dari 66%. Contohnya

Granit , Rhyolit

Gambar 2.2 Batuan Beku Asam (Granit)

Page 23: topografi map

23

2. Batuan beku Menengah/ intermediate jika mengandung SiO2 52-66% .

Contohnya Diorit, andesit.

Gambar 2.3 Batuan Beku Intermediet (Diorite)

3. Batuan Beku basa jika mengandung SiO2 45-52%. Contohnya Gabro ,

Basalt.

Gambar 2.4 Batuan

Beku Basa (Gabro)

4. Batuan Beku ultra basa jika mengandung SiO2 kurang dari 52%.

Contohnya Peridotit, dunit.

Page 24: topografi map

24

Gambar 2.5 Batuan Beku Ultra Basa (Peridotit)

Batuan beku terbagi atas batuan beku dalam dan batuan beku luar:

1. Batuan Beku Dalam 

Magma yang membeku di bawah permukaan bumi,

pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun),

memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna

bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku

dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada

kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup

pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan

pada batuan di sekelilingnya. Bentuk-bentuk batuan beku yang

memotong struktur batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk

di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang vulkanik. 

1) Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar

dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-

lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan

kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang

berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan

bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit

mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya.

Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan

didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite tidak

terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena

tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya,

batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun

batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang

bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang

bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan

yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok

hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik,

Page 25: topografi map

25

sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini

bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua

magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap

frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah

membeku dinamakan Xenolith.  

2) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya

lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km.

Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas

batholit.

3) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang

dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya

tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong

struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.

4) Jenjang Vulkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang

mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang

menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang

bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi

disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di

sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit

dan lopolit. 

Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar

terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk

tabular dan sisi-sisinya sejajar.

Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah

bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya

melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai.

Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat

proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya

eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan. 

Page 26: topografi map

26

Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian

atas dan bawahnya cekung ke atas.

Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh

intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada

komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara

tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik. 

2. Batuan Beku Luar

Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui

rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin

dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya

magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut sebagai fissure

eruption. Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya rendah

dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt

yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang

kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat

mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke

atas bersama gas-gas sebagai piroklastik. Lava terdapat dalam

berbagai bentuk dan jenis tergantung apda komposisi magmanya dan

tempat terbentuknya. Apabila magma membeku di bawah

permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), dinamakan

demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air. Dalam

klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam

kelompok batuan beku afanitik. 

Page 27: topografi map

27

Gambar 2.6 Contoh Batuan Beku

2.2 Struktur Batuan Beku

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan

menjadi batuan beku ekstrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya akan

menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut.

Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama

yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai

struktur batuan beku.

1. Struktur Batuan Beku Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses

pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku

ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang

memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat

pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

1) Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan

yang terlihat seragam.

2) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai

lapisan

3) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan

terpisah poligonal seperti batang pensil. Pillow lava, yaitu

struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal

ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

Gambar 2.7 Columnar Joint

Page 28: topografi map

28

4) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada

batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat

pembekuan.

5) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh

mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit

6) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya

kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran

2. Struktur Batuan Beku Intrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses

pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan

kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur

tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan

diskordan.

1) Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan

disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :

a) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan

perlapisan batuan disekitarnya.

b) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah

(dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar

menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini,

sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih

berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan

meter.

c) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan

dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke

bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari

laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan

kedalaman ribuan meter.

Page 29: topografi map

29

d) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau

antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan

paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.

2) Diskordan

Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan

batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:

a) Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan

disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang.

Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan

kilometer dengan panjang ratusan meter.

b) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang

sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman

yang besar.

c) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi

ukurannya lebih kecil.

Page 30: topografi map

30

Gambar2.8 Struktur Batuan Beku Intrusif

2.3 Tekstur Batuan Beku

Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi

penurunan temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi,

larutan magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal

tersebut pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan

yang memilki tekstur yang berbeda.

Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan

yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama

maka mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk

sistem kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan

pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang

rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk

sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak

memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran

relatif kecil.

Page 31: topografi map

31

Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:

1. Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf)

2. Afanitik (fine grained texture), bebrutir sangat halus hanya dapat dilihat

dengan mikroskop

3. Fanerik (coarse grained texture), berbutir cukup besar sehingga

komponen mineral pembentuknya dapat dibedakan secara megaskopis.

4. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran

antara butiran-butian kasar di dalam massa dengan butiran-butiran yang

lebih halus. Butiran besar yang bentuknya relative sempurna disebut

Fenokrist sedangkan butiran halus di sekitar fenokrist disebut

massadasar.

Secara ringkas, klasifikasi batuan beku dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tabel.2.1 klasifikasi batuan beku

Page 32: topografi map

32

Pengamatan tekstur meliputi, tingkat kristalisasi, keseragaman

kristal dan ukuran kristal yang masing-masing dapat dibedakan menjadi

beberapa macam berdasarkan :

1) Derajat Kristalisasi

a. Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun

oleh kristal.

b. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas

c. Holohialin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh

gelas.

2) Granularitas

a. Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh

mineral-mineral yang berukuran kasar.

b. Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh

mineral berukuran halus.

3) Bentuk kristal

Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk

pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk

terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak

sempurna.

Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:

a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

4) Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya

a) Panoidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi

oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)

b) Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya

berbentuk euhedral dan subhedral.

c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian bear penyusunnya merupakan

kristal yang berbentuk anhedral.

5) Berdasarkan keseragaman antar butirnya

Page 33: topografi map

33

Relasi adalah hubungan antara kristal yang satu dengan yang

lainnya dalam batuan. Secara garis besar dibagi dua yaitu:

a) Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama

b) Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama

2.4 Komposisi Mineral

Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku kita cukup

mempergunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan

mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun

batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:

1) Mineral Felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama dari

mineral kuarsa, feldspar, feldspartoid, dan muskovit.

2) Mineral mafik, yaitu mineral-mineral yang berwarna gelap, terutama

biotit, amphibol, dan olivin.

Gambar 2.10 Skoria

Page 34: topografi map

34

Gambar 2.11 Rhyolit

Gambar 2.12 Granodiorit

Gambar 2.13 Diorit

Gambar 2.14 Andesit

Page 35: topografi map

35

2.5 Hasil praktikum

a. Jenis Praktikum

Deskripsi Batuan Beku

b. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan praktikum acara

indentifikasi batuan beku adalah sebagai berikut :

a) Praktikan mampu mengidentifikasi batuan beku.

b) Praktikan mampu mengklasifikasikan batuan beku.

c. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah :

Alat dan Bahan Fungsi

Drawing pen dan Pensil Sebagai alat untuk menggambar batuan

Lembar pengamatan Sebagai hasil data pengamatan

Mesin ketik Untuk mengetik hasil deskripsi dari batuan

Pensil warna Untuk menggambar batuan yang diamati

Penghapus Untuk mnghapus tulisan yang salah

Penggaris Untuk membuat garis lurus

Kaca pembesar Untuk melakukan pengamatan

Granodiorit Sebagai bahan acara 1

Andesit Sebagai bahan acara 2

Page 36: topografi map

36

Diorit Sebagai bahan acara 3

Tabel 2.2 Alat Dan Bahan Dalam Deskripsi Batuan Beku

d. Kesimpulan

Granodiorit

Granodiorite merupakan batuan beku intermediete dengan

tekstrur faneritik. Mineral-mineral yang hadir dalam batuan ini adalah

Plagioklas, Kuarsa, Orthoklas, Biotite, dan Hornblenda.

Deskripsi mineralogi :

o Plagioklas, dengan warna putih hingga abu-abu, memiliki kilap

kaca hingga mutiara. Kekerasan 6 skala mohs, berbentuk

kristalin dan berstruktur granular dengan pecahan uneven.

Mineral ini meiliki ketembusan cahaya translucet dengan

kelimpahan melimpah pada Granodiorite ini.

o Kuarsa, dengan kilap kaca, colourless, memiliki kekerasan 7

skala mohs. Mineral ini hadir dengan ketembusan cahaya

transparent, memiliki pecahan choncoidal, sifat dalamnya brittle

dan berbentuk kristalin serta berstruktur prismatic dengan

kelimpahan melimpah. Mineral ini merupakan hasil pembekuan

magma yang bersifat felsic pada suhu 600°C.

o Ortoklas, dengan warna merah daging, memiliki kilap kaca

hingga mutiara. Mineral ini memiliki kekerasan kurang lebih 6

skala mohs, pecahan uneven, berbentuk kristalin dan berstruktur

granular dengan ketembusan cahaya transparent to translucent.

Kelimpahan mineral ini dalam Granit bisa dikatakan melimpah

cukup melimpah.

o Biotit, merupakan mineral dengan warna hitam dan kilap

mutiara. Mineral ini memiliki kekerasan 2-3 skala mohs dengan

bentuk kristalin dan berstruktur foliasi karena memiliki belahan 1

arah. Ketembusan cahayanya translucent. Kelimpahan mineral ini

sedikit melimpah.

Page 37: topografi map

37

o Hornblenda, dengan warna hitam dan memiliki kilap kaca.

Berbentuk kristalin dengan struktur prismatic. Kekerasan mineral

ini 5-6 skala mohs dengan ketembusan cahaya translucent.

Kelimpahan mineral ini sedikit melimpah.

Genesa Batuan :

Granodiorite merupakan batuan beku plutonik, yang

terbentuk dari sebuah intrusi magma yang kaya silika dan

mendingin pada batholit di bawah permukaan bumi. Granodiorite

dapat terekspos pada permukaan setelah pengangkatan dan erosi

Andesit

Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan

komposisi antara dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan

pada lingkungan subduksi tektonik di wilayah perbatasan lautan

seperti di pantai barat Amerika Selatan atau daerah-daerah

dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti Indonesia. Nama

andesit berasal dari nama Pegunungan Andes.

Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-

unsur, silikat, alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium,

kalium, titanium, mangan, fosfor dan air.  Prosentasi kandungan

unsur-unsur tersebut sangat berbeda di beberapa tempat.

Andesit berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna

dalam keadaan lapuk berwarna abu-abu kecoklatan. Berbutir

halus sampai kasar, andesit mempunyai kuat tekan berkisar

antara 600 – 2400 kg/cm2 dan berat jenis antara  2,3 – 2,7,

bertekstur porfiritik, keras dan kompak.

Diorit

Diorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar

hingga sedang, warnanya agak gelap. Diorit merupakan batuan

yang banyak terdapat di alam. Di Jawa Tengah banyak terdapat

di kota Pemalang dan Banjarnegara. Diorit dapat digunakan

untuk pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain.

Page 38: topografi map

38

BAB III

BATUAN SEDIMEN

3.1 Ganesa Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat proses litifikasi

dari hancuran batuan lain. Litifikasi batuan adalah proses yang meliputi

kompaksi, autigenik, diagnesa yaitu proses terubahnya material pembentuk

batuan yang bersifat lepas menjadi batuan yang kompak. Batuan ini juga

dibentuk oleh proses-proses yang terjadi di permukaan bumi, oleh

Koesoemadinata (1979) telah membedakan batuan sedimen menjadi lioma

golongan.

a. Golongan Detritus Kasar

Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk

dalam golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan

batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan

sungai dan danau atau laut.

Page 39: topografi map

39

Gambar 3.1 Golongan Detritus Kasar

b. Golongan Detritus Halus

Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di

lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala

golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.

Gambar 3.2 Golongan Dedritus halus

c. Golongan Karbonat

Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang

moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang

merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di

endapkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan

laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada

Page 40: topografi map

40

lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak

sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.

Golongan ini disusun oleh kelompok mineral karbonat (misal

kalsit, dolomite, aragomit) dan cangkang-cangkang binatang karang.

Golongan ini dapat terbentuk sebagai hasil :

Sedimentasi mekanis : misal batugamping bioklastik,

batugamping olit.

Sedimentasi organik : misal batugamping terumbu.

Sedimentasi kimiawi : misal batugamping kristalin, dolomite.

Gambar 3.3 Golongan Karbonat

d. Golongan Sedimen Silika

Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross

organik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk

golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan

golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.

Page 41: topografi map

41

Gambar 3.4 Golongan Sedimen Silika

e. Golongan Evaporit

Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki

larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di

lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat

memungkinkan terjadi pengayaan unsur – unsur tertentu. Dan faktor

yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk

suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan – batuan yang termasuk

kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.

Batuan evaporit atau sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil

proses penguapan (evaporation) air laut. Proses penguapan air laut

menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang pada

akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air

manjadi uap. Prosespembentukan garam dilakukan dengan cara ini.

Proses penguapan ini memerlukan sinar matahari yang cukup lama.

Batuan garam (Rock salt) yang berupa halite (NaCl).

Batuan gipsum (Rock gypsum) yang berupa gypsum

(CaSO4.2H2O)3

Travertine yang terdiri dari calcium carbonate (CaCO3),

merupakan batuan karbonat.Batuan travertin umumnya

terbentuk dalam gua batugamping dan juga di kawasan

air panas (hot springs).

Page 42: topografi map

42

Gambar 3.5 Golongan Evaporit

f. Golongan Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari rgani – rgani rganic yaitu dari

tumbuh – tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan

cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak

akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya

batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali

tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di

tempat tersebut. ( Danang Endarto, 2005 )

Page 43: topografi map

43

Gambar 3.6 Golongan Batubara

Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat

yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar

kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah

dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah

akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen

tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin

banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami

penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga

semakin banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan

sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang

ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar

cekungan seperti adanya patahan.

Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu :

1) Suspension, ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang

sangat kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu

diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.

2) Bed load , ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti

pasir, kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada

aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-

partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai

Page 44: topografi map

44

pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran

pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut

bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong

sedimen yang satu dengan lainnya.

3) Saltation, yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya

terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada

mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya

karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen

pasir tersebut ke dasar.

Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar

dalam membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan

jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya gravitasi yang ada. Setelah itu

proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu mengubah

sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen. Material yang

menyusun batuan sedimen adalah lumpur, pasir, kelikir, kerakal, dan

sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan sedimen apabila mengalami

proses pengerasan.

Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan

atau pembatuan (lithifikasi) yang melibatkan proses pemadatan

(compaction), sementasi (cementation) dan diagenesa dan lithifikasi. Ciri-

ciri batuan sedimen adalah: (1). Berlapis (stratification), (2) Mengandung

Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua

cara, yaitu:

1. Batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan pengendapan atau

dengan kata lain tidak mengalami proses pengangkutan. Sedimen

ini dikenal sebagai sedimen autochthonous. Yang termasuk dalam

kelompok batuan autochhonous antara lain adalah batuan evaporit

(halit) dan batugamping. 

2. Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi, atau dengan

kata lain, sedimen yang berasal dari luar cekungan yang ditransport

dan diendapkan di dalam cekungan. Sedimen ini dikenal dengan

Page 45: topografi map

45

sedimen allochthonous. Yang termasuk dalam kelompok sedimen

ini adalah Batupasir, Konglomerat, Breksi, Batuan Epiklastik.

Selain kedua jenis batuan tersebut diatas, batuan sedimen

dapat dikelompokkan pada beberapa jenis, berdasarkan cara dan

proses pembentukkannya, yaitu :

1) Terrigenous (detrital atau klastik).

Batuan sedimen klastik merupakan batuan yang berasal dari

suatu tempat yang kemudian tertransportasi dan diendapkan

pada suatu cekungan. Contoh:

a) Konglomerat atau Breksi

b) Batupasir;

c) Batulanau;

d) Lempung 

2) Sedimen kimiawi/biokimia (Chemical/biochemical).

Batuan sedimen kimiawi / biokimia adalah batuan hasil

pengendapan dari proses kimiawi suatu larutan, atau organisme

bercangkang atau yang mengandung mineral silika atau fosfat.

Batuan yang termasuk dalam kumpulan ini adalah:

a) Evaporit

b) Batuan sedimen karbonat (batugamping dan dolomit)

c) Batuan sedimen bersilika (rijang)

d) Endapan organik (batubara)

3) Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic rocks).

Batuan volkanoklastik yang berasal daripada aktivitas

gunungapi. Debu dari aktivitas gunungapi ini akan terendapkan

seperti sedimen yang lain. Adapun kelompok batuan

volkanoklastik adalah : Batupasir tufa dan Aglomerat.

Secara garis besar, berdasarkan cara terjadinya batuan

sedimen dibagi dua yaitu: Batuan Sedimen Klastik dan Batuan

Sedimen Non-klastik

Page 46: topografi map

46

Batuan sedimen klastik

Batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang

sudah ada (batuan beku, metamorf, atau sedimen) yang

kemudian diangkut oleh media (air, angin, gletser) dan

diendapkan disuatu cekungan. Proses pengendapan sedimen

terjadi terus menerus sesuai dengan berjalannya waktu

sehingga endapan sedimen semakin lama semakin bertambah

tebal. Beban sedimen yang semakin tebal mengakibatkan

endapan sedimen mengalami kompaksi. Sedimen yang

terkompaksi kemudian mengalami proses diagenesa, sementasi

dan akhirnya mengalami lithifikasi (pembatuan) menjadi

batuan sedimen.

Batuan sedimen Non-klastik

Batuan sedimen yang genesanya (pembentukannya) dapat

berasal dari proses kimiawi, atau sedimen yang berasal dari

sisa-sisa organisme yang telah mati.

Gambar 3.7 Batu Pasir

Page 47: topografi map

47

Gambar 3.8 Batubara

Gambar 3.9 Batugamping Terumbu

Page 48: topografi map

48

Gambar 3.10 Contoh Batuan Sedimen

3.2 Batuan sedimen klastik

Didalam pemerian batuan sedimen klastik yang mempunyai ukuran

butir yang relatif kasardibedakan atas tiga bagian yakni:

a. Komposisi

Pada batuan sedimen klastik ini, pemerian komposisi mineralnya

didasarkan atas :

Fragmen, yakni butiran pembentuk batuan yang berukuran paling

besar, fragmen dapat berupa butiran mineral, batuan, atau fosil.

Matrik, yakni bagian dari butiran pembentuk batuan yang

berukuran lebih kecil dari fragmen, biasanya mempunyai

komposisi yang sama dengan fragmen.

Semen, yakni bahan pengikat antara matrik dan semen.

Bahan-bahan semen yang lazim adalah :

o Semen karbonat (kalsit, dolomit)

o Semen silika (kalsidon, kwarsa)

Page 49: topografi map

49

o Semen oksia besi (limonit, hematit, siderit)

Gambar 3.11 komposisi Mineral Batuan Sedimen Klastik

b. Tekstur

Ada tiga hal yang menjadi perhatian dalam pengamatan tekstur dalam

batuan sedimen:

a) Ukuran Besar Butir (Grain Size)

Dalam pemerian ukuran besar butir digunakan pedoman ukuran

berdasarkan skala Wentworth, yaitu:

Table 3.1 Skala Wentworth untuk mentukan besarnya ukuran butir.

b) Derajat Pemilahan/ Sortasi

Yang dimaksud dengan derajat pemilahan atau sortasi adalah

tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan sedimen. Derajat

Page 50: topografi map

50

pemilahan ini pun hanya dapat diamati secara megaskopis pada

batuan yang bertekstur kasar, tingkat derajat pemilahan terdiri dari

pemilahan baik (well sorted), pemilahan sedang (moderately sorted),

dan pemilahan buruk (poorly sorted).

Gambar 3.12 Derajat Pemilahan/ Sortasi Batuan Sedimen

klastik

A = Pemilahan Baik

B = Pemilahan Sedang

C = pemilahan Buruk

c) Derajat Pembundaran (Roundness)

Yang dimaksud dengan derajat pembundaran atau roundness

adalah nilai membulat/meruncingnya fragmen pembentuk batuan

sedimen, yang dapat dikategorikan kedalam menyudut (angular),

menyudut tanggung (subangular), membulat (rounded) membulat

tanggung (subrounded), dan membulat baik (well rounded).

Page 51: topografi map

51

Gambar 3.13 pembundaran

Gambar 3.14 Derajat Kebundaran Batuan Sedimen Klastik

c. Struktur

Struktur batuan sedimen tidak banyak dilihat dari contoh-contoh

batuan di laboratorium. Macam-macam struktur batuan sedimen yang

penting antara lain Struktur Perlapisan, dimana struktur ini merupakan

sifat utama dari batuan sedimen klastik yang menghasilkan bidang-

bidang sejajar sebagai hasil proses pengendapan.

o Masif, bila tidak menunjukan struktur dalam pettijhon &

potter 1994), atau ketebalan lebih dari 120 cm (Mc. Kee &

Weir, 1953).

o Perlapisan sejajar, bidang perlapisan saling

o Laminasi, perlapisan sejajar yang ukurannya/ ketebalannya

kurang dari 1 cm. Terbentuk dari suspensi tanpa eneri

mekanis.

o Perlapisan pilihan, bila perlapian disusun atas butiran yang

berubah teratur dari halus ke kasar pada arah vertikal,

terbentuk dari arus pekat.

o Perlapisan silang siur, perlapisan yang membentuk sudut

terhadap lapisan diatasnya tau dibawahnya dan dipisahkan

oleh bidang erosi, terbentuk akibat intesitas arus yang

berubah-ubah.

Page 52: topografi map

52

Gambar 3. 15 sruktur batuan sedimen

3.3 Batuan Sedimen Non-klastik

1) Batuan Sedimen Organik

Batuan sedimen organik adalah yang dihasilkan olek aktifitas

organisme yang terdapat sebagai sisa organisme yang biasanya tetap

tinggal di tempatnya. Contohnya dari batuan sedimen semacam ini

adalah batu gamping koral, diatomea, dll. Pada batuan sedimen organik

selalu terlihat struktur-struktur organismenya dengan jelas walaupun

seringkali terdapat rekristalisasi.

2) Batuan Sedimen Kimia

Sebagian dari sedimen semacam ini dihasilkan oleh proses

penguapan. Contohnya adalah endapan gypsum, garam, dan lain-lain.

Batuan sedimen kimiawi biasanya hanya terdiri dari satu macam mineral

saja yang jelas walaupan bersifat berhablur tetapi kilapnya adalah non-

metalik.

a) Tekstur Non – Klastik

Pada umumnya batuan sedimen non - klastik terdiri atas satu

jenis mineral atau yang biasa disebut monomineralik. Pembagian

jenis-jenis tekstur pada batuan sedimen non-klastik biasanya dengan

memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya. Macam-macam

tekstur batuan sedimen non-klastik adalah sebagai berikut :

Amorf, partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau

berupa koloid, non-kristalin.

Oolitik, tersusun atas kristal-kristal yang berbentuk bulat atau

elipsoid. Berkoloni atau berkumpul, ukuran butirnya berkisar

0,25 mm - 2mm.

Pisolitik, memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki

ukuran butir yang lebih besar, lebih dari 2mm.

Page 53: topografi map

53

Sakaroidal, terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus

dengan ukuran yang sama besar.

Kristalin, tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar

Ukuran butir kristal batuan sedimen non-klastik dibedakan atas:

- Berbutir kasar, dengan ukuran >5mm

- Berbutir sedang, dengan ukuran 1-5mm

- Berbutir halus, dengan ukuran <1mm

b) Struktur Non Klastik

Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses

reaksi kimia ataupun kegiatan organik.

Fosillirous, struktur yang dicirikan oleh adanya fosil atau

komposisi terdiri dari fosil (sedimen organik).

Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral

non klastik, bersifat konsentris dengan diameter berukuran lebih

kecil dari 2 mm.

Posolitik, sama dengan Oolitik tetapi ukurannya lebih besar dari 2

mm.

Konkresi, kenampakan struktur ini sama dengan Olitik tetapi tidak

menunjukan adanya sifat konsentris.

Cone in cone, struktur pada batugamping kristalin yang

menunjukan pertumbuhan kerucut per kerucut.

Bioherm, tersusun oleh organisme murni dan bersifat insite.

Piostrome, seperti Bioherm, tetapi bersifat klatik. Bioherm dan

Biostrome merupakan struktur luar yang hanya tampak

dilapangan.

Sepratin, sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempung.

Ciri khasnya adanya rekahan-rekahan yang tidak teratur sebagai

akibat penyusutan bahan lempungan tersebut karena proses

dehidrasi yang kemudian celah-celah yang terbentuk, terisi oleh

kristal-kristal karbonat yang kasar.

Page 54: topografi map

54

Geode, banyak dijumpai pada batuan gamping, berupa rongga-

rongga yang terisi oleh kristal-kristal yang tumbuh kearah pusat

rongga tersebut. Kristal berupa kalsit atau kwarsa.

Styolit, merupakan hubungan antar butir yang berigi.

c) Komposisi Mineral Batuan Sedimen Non Klastik

Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting

dan menentukan penamaan batuan. Pada batuan jenis non klastik

biasanya komposisi mineralnya sederhana yaitu biasa terdiri dari satu

jenis atau dua mineral saja. Sebagai contoh :

Batugamping : kalsit, dolomit

Chert : kalsidon

Cipsum : mineral gipsum

Anhidrit : mineral anhidrit

3.4 Hasil Praktikum

a. Jenis praktikum

Deskripsi Batuan Sedimen

b. Maksud dan Tujuan

Maksud

Praktikum ini bermaksud untuk memberikan pengetahuan kepada

para praktikan mengenai jenis-jenis batuan sedimen, baik itu dari segi

keterdapatanya, bentuk khas, warna batuan, tekstur, struktur maupun

mineral penyusun dari batuan sedimen tersebut.

Tujuan

Tujuan dari praktikum deskripsi Batuan adalah sebagai berikut :

o Praktikan mampu mengenal jenis jenis batuan sedimen.

o Praktikan mampu mendeskripsikan batuan sedimen.

Page 55: topografi map

55

c.Alat dan Bahan

Alat dan Bahan Fungsi

Drawing pen dan Pensil Sebagai alat untuk menggambar batuan

Pensil warna Untuk menggambar batuan yang diamati

Penghapus Untuk mnghapus tulisan yang salah

Penggaris Untuk membuat garis lurus

Kaca pembesar Untuk melakukan pengamatan

Mesin ketik Untuk mengetik hasil deskripsi dari batuan

Batubara Sebagai bahan acara 1

Batugamping Kalsilutit Sebagai bahan acara 2

Batugamping Terumbu Sebagai bahan acara 3

Batulempung Sebagai bahan acara 4

Tabel 3.2 alat dan bahan dalam deskripsi batuan sedimen

d. Kesimpulan

a) Batubara

Tekstur :

Batubara adalah batuan sedimen mudah terbakar hitam atau

berwarna hitam kecoklatan biasanya terjadi pada lapisan batuan di

lapisan atau urat yang disebut tempat tidur batubara. Bentuk-bentuk

lebih keras, seperti batu bara antrasit, dapat dianggap sebagai batuan

metamorfik karena paparan kemudian untuk suhu tinggi dan tekanan.

Batubara adalah terutama terdiri dari karbon bersama dengan jumlah

variabel unsur lainnya, terutama belerang, hidrogen, oksigen dan

nitrogen

Struktur :

Fosiliferous,komponennya fosil tumbuhan

Perusahaan penambang:

Kaltim Prima Coal (KPC), PTBA, PTBL

b) Batu Gamping Terumbu

proses pembentukan Batu Gamping Terumbu berasal dari

penggumpalan plankton, moluska, algae, yang kemudian membentuk

terumbu. Jadi, Batu Gamping Terumbu berasal dari organisme.

Page 56: topografi map

56

c) Batu lempung

Tekstur :

Terbentuk dari butiran mineral yang sangat halus karena

tertransportasi di bagian paling ujung sungai. Teksturnya tersusun atas

matriks dan semen.

Struktur :

Ukuran butir : 0,0390625 mm

Kebundaran butir : rounded

Pemilahan(sorting) : terpilah buruk(poorly sorted)

Kemasan(fabric) : kemasan tertutup

BAB IV

BATUAN METAMORF

4.1 Ganesa Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses

metamorfose pada batuan yang.telah ada sebelumnya. Proses metamorfose

sendiri adalah proses perubahan mineral, tekstur atau struktur batuan dalam

keadaan padat akibat perubahan tekanan (P) dan suhu yang tinggi /

temperature (T) dalam kerak bumi tanpa perubahan pada komposisi kimia.

Proses metamorfose ini berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa

melalui fase cair. Dimana komposisi kimia batuan tidak berubah tetapi yang

Page 57: topografi map

57

berubah hanya susunan mineraloginya. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi

dalam pembentukan batuan metamorf adalah:

Terjadi dalam suasana padat

Bersifat isokimia

Berbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas

metamorfosa

Terbentuknya tekstur dan struktur baru.

Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua faktor utama yaitu Tekanan

dan Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah sumber utama

yang menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi diakibatkan oleh beban

perlapisan diatas (lithostatic pressure) atau tekanan diferensial sebagai hasil

berbagai stress misalnya tektonik stress (differential stress). Fluida yang

berasal dari batuan sedimen dan magma dapat mempercepat reaksi kima yang

berlangsung pada saat proses metamorfosa yang dapat menyebabkan

pembentukan mineral baru. Metamorfosis dapat terjadi di setiap kondisi

tektonik, tetapi yang paling umum dijumpai pada daerah kovergensi lempeng.

4.2 Tipe-tipe Metamorfose

a. Metamorfose Sentuh / Termal / Kontak

Metamorfose yang terjadi akibat intrusi magma atau ekstrusi lava.

Perubahan yang terjadi akibat temparatur (T) yang tinggi.

b. Metamorfose Dinamik

Metamorfose yang terjadi pada daerah yang mengalami dislokasi

intensif. Biasanya didapatkan di daerah sempit, misal akibat patahan.

Metamorfose yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan tekanan .

c. Metamorfose Regional

Metamorfose yang terjadi pada daerah yang luas akibat

pembentukan pegunungan atau orogenesa. Batuan yang termetamorfose

diakibatkan terutama oleh kenaikan tekanan (P) dan temperatur (T)

Page 58: topografi map

58

secara bersama-sama. Biasanya didapatkan di daerah geosinklin yang

dasarnya mengalami penurunan.

Fasies metamorfosis dicirikan oleh mineral atau himpunan mineral

yang mencirikan sebaran T dan P tertentu. Mineral-mineral itu disebut

sebagai mineral index. Beberapa contoh mineral index antara lain:

Staurolite : intermediate high-grade metamorphism

Actinolite : low intermediate metamorphism

Kyanite : intermediate high-grade

Silimanite : high grade metamorphism

Zeolite : low grade metamorphism

Epidote : contact metamorphism

4.3 Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur dalam batuan metamorf menyangkut mengenai rekristalisasi

dari mineral yang sangat dipengaruhi oleh temperatur yang terjadi saat

metamorfose. Tekstur dalam batuan metamorf akan dicerminkan oleh

ukuran dan bentuk butir penyusun.

Tekstur dalam batuan metamorf dibedakan atas dua macam yaitu

Kristaloblastik dan Palimpsest.

a. Kristaloblastik

Yaitu mineral-mireral batuan asal sudah mengalami kristalisasi kembali

seluruhnya pada waktu terjadi metamorfose. Terjadi pada saat tumbuhnya

mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak tampak lagi),

dalam pembentukan batuan beku mineral tumbuh pada suasana cair.

Penamaannya biasanya diakhiri dengan kata blastik.

a) Lepidoblastik

Terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika

(muskovit,biotit).

Page 59: topografi map

59

Gambar 4.1 Lepidoblastik

b) Nematoblastik

Terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas, k-

felspar, piroksen.

Gambar 4.2 Nematoblastik

c) Granoblastik

Terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batas-

batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya

kuarsa.

Gambar4.3 Granoblastik

Page 60: topografi map

60

d) Porfiroblastik

Tekstur pada batuan metamorf dimana suatau kristal besar (fenokris)

tertanam pada massa dasar yang relatif halus.

Gambar 4.4 Porfiroblastik

e) Idioblastik

Tekstur pada batuan metamorf di mana bentuk mineral-mineral

penyusunnya berbentuk euhedral.

f) Xenoblastik

Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral

penyusunnya berbentuk anhedral.

Page 61: topografi map

61

Gambar 4.5 Tektur Dari Kristaloblatik

b. Relict texture (tekstur sisa) atau Palimpsest

Yaitu tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan tekstur batuan

asalnya. Penamaanya biasanya diawali dengan kata blasto.

a) Blastoporfiritik

Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.

b) Blastoopitik

Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur apitik.

4.4 Struktur

Struktur batuan metamorf merupakan hubungan antar butir-butir

penyusun dalam batuan metamorf. Struktur dalam batuan metamorf

dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur foliasi dan nonfoliasi.

a. Struktur Foliasi

Struktur batuan metamorf yang disebabkan oleh adanya penjajaran

mineral-mineral penyusun batuan. Dibedakan lagi menjadi :

a) Slaty cleavage

Yaitu kenampakan (kesejajaran) pada batuan metamorf yang

berbutir halus ditunjukkan oleh kehadiran bidang-bidang belah yang

sangat rapat. Keteraturan bidang-bidang belah tersebut merupakan

percerminan susunan mineral-mineral yang sangat halus. Nama

batuannya disebut slate (batu sabak).

Page 62: topografi map

62

Gambar 4.6 Slaty cleavage

b) Phyllitic

Yaitu struktur yang hampir sama dengan slaty cleavage, tapi

tingkatannya lebih tinggi, ditunjukkan oleh kahadiran kilap sutra

yang disebabkan olehh kehadiran mika yang sangat halus. Nama

batunnya disebut phillit  (filit).

Gambar 4.7 Phyllitic

c) Schistosic

Yaitu struktur foliasi yang disebabkan oleh penjajaran

mineral-mineral pipih. Kenampakan belahannya lebih jelas dari filit

sehingga lebih mudah dibelah. Nama batuannya disebut sekis.

Page 63: topografi map

63

Gambar 4.8 Schistosic

d) Gneissic

Yaitu struktur foliasi yang diperlihatkan, oleh penjajaran

mineral-mineral.granular atau berbutir kasar, umumnya berupa

kwarsa dan feldspar. Struktur ini seringkali memperlihatkan

belahan-belahan tidak rata (perlapisan mineral membentuk jalur yang

putus-putus). Nama batuannya disebut gneis (gneissic).

Gambar 4.9 gneissic

b. Struktur Non-Foliasi

Yaitu struktur batuan metamorf yang dicirikan dengan tidak

adanya penjajaran mineral-mineral yang ada dalam batuan metamorf

tersebut. Dibedakan lagi menjadi :

a) Hornfelsik (Hornfels)

Page 64: topografi map

64

Yaitu struktur batuan metamorf dimana butir-butirnya

equidimensional dan tidak menunjukkan pengarahan atau orientasi.

Nama batuannya disebut hornfels.

Gambar 4.10 Hornfelsik (hornfels)

b) Kataklastik

Yaitu struktur yang terdiri dari pecahan -pecahan atau

fragmen-fragmen batuan atau mineral. Kelompok batuan/ mineral

tersebut tidak menunjukkan arah. Misalnya breksi patahan yang

biasanya dijumpai pada zona-zona patahan atau sesar.

c) Milonitik

Struktur hampir sama dengan kataklastik, tetapi butirannya

lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti schistose. Struktur

milonitik ini disebabkan oleh sesar yang sangat kuat, sehingga

fragmennya lebih halus dan biasanya menunjukkan foliasi.

Page 65: topografi map

65

Gambar 4.11 Milonitik

Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada

metamorfosa kataklastik. Ciri struktur ini adalah mineralnya

berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan

searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer.

Batiannya disebut mylonite (milonit).

4.5 Komposisi Mineral

Dalam mendeskripsikan batuan metamorf secara megaskopis

komposisi mineral batuan ini akan mengalami sedikit kesulitan sehingga

harus dilakukan pengamatan lebih lanjut di laboratorium dengan

menggunakan alat perbesaran sehungga dapat teliha kandungan mineral

pambentuk batuan metamorf tersebut.

a) Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorf dan batuan beku kuarsa,

feldspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksen, olivin, dan bijih besi.

b) Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorf dan batuan sedimen

kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit, dan dolomit.

Page 66: topografi map

66

Gambar 4.12 komposisi batuan metamorf

Gambar 4.13 Proses Metamorfosa Kuarsit

GGambar 4.14 Proses Metamorfosa Marmer

Page 67: topografi map

67

Gambar 4.15 Gneiss

Gambar 4.16 Sekis

Gambar 4.17 Batusabak (slate)

Page 68: topografi map

68

4.6 Hasil Praktikum

a. Jenis Praktikum

Deskripsi Batuan Metamorf

b. Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum mengenai Batuan Metamorf ini adalah

agar praktikan mampu mengaplikasikan materi praktikum geologi

fisik, sebagai kegiatan pertambangan yang sesungguhnya.

Tujuan dari praktikum geolgi fisik kali ini yang mengenai

Batuan Metamorf yaitu :

a) Praktikan diharapkan dapat memahami batuan beku.

b) Praktikan diharapkan dapat mengetahui klasifikasi batuan beku.

c) Praktikan diharapkan dapat mengetahui tekstur batuan beku.

d) Praktikan diharapkan mampu mengetahui struktur batuan beku.

c. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah :

Alat dan Bahan Fungsi

Drawing pen dan Pensil Sebagai alat untuk menggambar batuan

Pensil warna Untuk mewarnai gambar batuan yang diamati

Penghapus Untuk mnghapus tulisan yang salah

Penggaris Untuk membuat garis lurus

Mesin Ketik Untuk mengetik hasil deskripsi dari batuan

Kaca pembesar Untuk melakukan pengamatan

Marmer Sebagai bahan acara 1

Sekis Mika Sebagai bahan acara 2

Kuarsit Sebagai bahan acara 3

Tabel 4.1 Alat dan Bahan Dalam Deskripsi Batuan Metamorf

d. Kesimpulan

Page 69: topografi map

69

Marmer

Jenis Batuan : Batuan Metamorf

Deskripsi Batuan

Warna : Putih

Tekstur : Granoblastik

Struktur : Non Foliasi

Komposisi Mineral : Kalsit 30%

Deskripsi Komposisi :

Batuan marmer terdiri dari mineral kalsit sebagai mineral

pembentuk utamanya.

Nama Batuan : Marmer

Petrogenesa : Batu marmer terbentuk dari kristal – kristal

kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada batuan

gamping. Batuan ini padat, kompak dan massive dapat terjadi

karena metamorfosa kontak atau regional.

Sekis Mika

Sekis mika adalah batuan metamorf berwarna abu-abu

kecoklatan dengan tekstur lepidoblastik dan struktur schistossic.

Mineral-mineral dalam batuan ini adalah mika muscovite, biotit,

kuarsa, dan feldspar, hornblenda serta garnet dengan jumlah

yang sedikit.

Deskripsi Mineralogi :

o Muskovit, dengan warna putih kemerah-merahan atau

kecoklat-coklatan dengan kilap kaca, berstruktur lamellar,

ketembusan cahaya transparent. Kelimpahan mineral ini

sangat melimpah.

o Biotit, merupakan mineral dengan warna hitam dan kilap

mutiara. Mineral ini memiliki kekerasan 2-3 skala mohs

dengan bentuk kristalin dan berstruktur foliasi karena

memiliki belahan 1 arah. Ketembusan cahayanya translucent.

Kelimpahan mineral ini pada sangat melimpah.

Page 70: topografi map

70

o Kuarsa, dengan kilap kaca, colourless, memiliki kekerasan 7

skala mohs. Mineral ini hadir dengan ketembusan cahaya

transparent, memiliki pecahan choncoidal, sifat dalamnya

brittle dan berbentuk kristalin serta berstruktur prismatic

dengan kelimpahan sangat melimpah.

o Plagioklas, dengan warna putih hingga abu-abu, memiliki

kilap kaca hingga mutiara. Kekerasan 6 skala mohs, berbentuk

kristalin dan berstruktur granular dengan pecahan uneven.

Mineral ini meiliki ketembusan cahaya translucet dengan

kelimpahan cukup melimpah.

o Hornblenda, dengan warna hitam dan memiliki kilap kaca.

Berbentuk kristalin dengan struktur prismatic. Kekerasan

mineral ini 5-6 skala mohs dengan ketembusan cahaya

translucent. Kelimpahan mineral cukup melimpah.

o Garnet, dengan berbagai macam warna dan ada juga yang

colourless. Memiliki kilap kaca, kekerasannya 6.5-7.5 skala

mohs. Ketembusan cahayanya transparent to translucent,

berbentuk kristalin dan berstruktur granular atau juga

prismatic. Kelimpahan mineral ini sedikit melimpah.

Genesa Batuan :

Sekis mika merupakan batuan metamodr hasil dari

metamorfosa regional. Kesejajaran minerral-mineral ini juga

diakubatkan oleh metamorfosa regional tersebut. Kehadiran

garnet sebagai mineral aksesori pada batuan metamorf sebagai

mineral baru yang terbentuk dalam proses metamorfisme juga

menjadi pencirinya.

Kuarsit

Page 71: topografi map

71

Kuarsit merupakan batuan metamorf hasil dari

metamorfosa kontak dan regional dari batupasir kuarsa. Beberapa

Kuarsit terbentuk saat air mengendapkan kuarsa di sekeliling

batupasir lalu mengalami metamorfisme.

Kuarsit merupakan batuan metamorf non foliasi berwarna

putih dengan mineral penyusunnya berupa Kuarsa.

Deskripsi Mineralogi :

Kuarsa, dengan kilap kaca, colourless, memiliki kekerasan

7 skala mohs. Mineral ini hadir dengan ketembusan cahaya

transparent, memiliki pecahan choncoidal, sifat dalamnya brittle

dan berbentuk kristalin serta berstruktur prismatic dengan

kelimpahan sangat melimpah.

Jenis Batuan : Batuan Metamorf

Deskripsi Batuan

Warna :   Putih

Tekstur :  Granoblastik

Struktur : Non Foliasi

Komposisi Mineral : Kuasa 40%

Deskripsi Komposisi : Batu metamorf ini terdiri dari mineral –

mineral kuasa.

Nama Batuan : Kuarsit

Petrogenesz : Batuan metamorf ini terdiri dari kuarsa

yang terbentuk dari batuan asal batu pasir kuarsa umumnya terjadi

pada metamorfisme regional.

BAB V

Page 72: topografi map

72

DASAR STRATIGRAFI

5.1 Pengertian Strarigrafi

Stratigrafi berasal dari kata strata yang berarti lapisan dan grafi yang

berarti gambaran atau pemerian. Sehingga stratigrafi dapat diartikan sebagai

ilmu yang mempelajari tentang pemerian lapisan batuan dalam kulit bumi.

Secara luas dapat diartikan sebagai salah satu cabang ilmu geologi yang

mempelajari tentang urutan-urutan , hubungan dan kejadian batuan di alam

dalm konsep ruang dan waktu geologi.

5.2 Hukum Dasar Stratigrafi

a. Hukum Superposisi

Dalam keadaan normal( belum mengalami gangguan) dalam suatu

urutan batuan yang diendapkan maka lapisan yang berada paling bawah

umurnya paling tua.

b. Hukum Kesinambungan Lateral

Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara

lateral dan hanya membaji pada tepian cekungan pengendapan, pada masa

proses cekungan tersebut terbentuk.

c. Hukum Horizontalitas

Lapisan sedimen yang pada mulanya diendapkan pada keadaan

mendatar, sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal.

d. Hukum Cross Cutting (Potong Memotong)

Suatu intrusi adalah lebih muda umurnya jika dibandingkan dengan

batuan yang diterobos.

e. Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succestion)

Dalam urutan-urutan batuan sedimen, sekelompok lapisan dapat

mengandung sekumpulan fosil tertentu dengan sekelompok lapisan yang

ada di atasnya ataupun yang ada di bawahnya.

Page 73: topografi map

73

f. Strata Identified by Fossil

Urutan Lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan

mengenali kumpulan fosilnya.

5.3 Pemanfaatan Dasar Stratigrafi

a. Kepentingan Ilmiah

Mempelajari bagaimana keadaan lapisan batuan misalkan, tebal

lapisan batuan atau kemiringan lapisan batuan, dan lain-lain sebagainya.

b. Kepentingan Teknik

Dalam mempelajari stratigrafi biasanya kita akan membuat

sesuatu penampang stratigrafi, kegunaan daripada kolom stratigrafi

tersebut antara lain mempelajari secara keseluruhan urutan-urutan vertikal

dari suatu perlapisan, mempelajari secara detail litologi batuan,

mengetahui tebal lapisan, mengetahui hubungan antar lapisan, megetahui

sejarah geologinya dan lin sebagainya.

5.4 Keselarasan dan Ketidakselarasan

a. Keselarasan

Merupakan pengendapan yang berlangsung secara terus

menerus tanpa ada selang waktu dari suatu lapisan yang lain di bawah

lapisan yang berada di atasnya.

b. Ketidak Keselarasan

Merupakan tidak menerusnya proses pengendapan atau

sedimentasi disebabkan adanya proses erosi. Ketidakselarasan ini di bagi

tiga, yaitu:

a) Ketidakselarasan menyudut (Angular Unconformity)

Yaitu kelompok batuan yang berada di bawah

ketidakselarasan membentuk sudut dengan kelompok batuan lain

yang berada di atasnya.

b) Ketidakselarasan sejajar (Disconformity)

Page 74: topografi map

74

Lapisan batuan yang berada di atas dan di bawah dibang

ketidakselarasan saling sejajarsatu sama lainnya tetapi jelas

nampak suatu bidang erosi.

c) Nonconformity

Merupakan bidang erosi antara batuan sedimen yang berada

di atas batuan kristalin di bawahnya.

5.5 Korelasi Antar Batuan

Dalam pengembangan ilmu geologi terutama untuk mengetahui

bagaimana penyebaran statigrafi batuan dalam skala yang cukup besar, perlu

dilakukan korelasi antar batuan , dimana korelasi tersebut bertujuan

menujukan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili

lithologi yang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Dalam

melakukan korelasi batuan tersebut ada hal-hal yang harus diperhatikan,

yaitu:

1) Harus menghubungkan batuan yang mempunya lithologi yang sama.

2) Dapat menggunakan tampilan dua dimensi.

3) Dapat melakukan korelasi 3 dimensi.

Gambar 5.1 Keselarasan

Page 75: topografi map

75

Gambar5.2 Nonconformity

Gamabar5.4 Angular Unconformity

Page 76: topografi map

76

Gambar 5.5 Kolerasi Antar Batuan

Page 77: topografi map

77

BEBERAPA SIMBOL LITOLOGI YANG PENTING

Page 78: topografi map

78

Page 79: topografi map

79

5.6 Hasil Praktikum

a. Jenis Praktikum

Stratigrafi

b. Tujuan

a) Praktikan diharapkan dapat memahami stratigrafi.

b) Praktikan diharapkan dapat mengetahui hokum dasar stratigrafi.

c) Praktikan diharapkan dapat mengetahui tentang keselarasan dan

ketidakselarasan.

d) Praktikan diharapkan mampu mengetahui tentang intrusi.

c. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah :

Alat dan Bahan Fungsi

Pensil Sebagai alat untuk membuat garis

Drawing pen Sebagai alat untuk menebalkan garis

Pensil warna Untuk pewarnaan gambar batuan yang diamati

Penghapus Untuk mnghapus tulisan yang salah

Penggaris Untuk membuat garis lurus

Mesin Ketik Untuk mengetik hasil deskripsi dari batuan

Table 5.1 Alat dan Bahan Dalam Praktikum Stratigrafi

d. Kesimpulan

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur

relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan

batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau

korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut

studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi),

dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita

pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.

Page 80: topografi map

80

BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Peta adalah gambaran suatu permukaan datar dari seluruh atau

sebagian permukaan bumi untuk memperlihatkan kenampakan fisik,

politik atau yang lainnya yang di hubungkan oleh titik-titik dengan skala

dan proyeksi tertentu. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan

penyebaran, bentuk, dan ukuran muka bumi. Gambaran tersebut di

tunjukkan oleh garis-garis ketinggian dengan referensi tertentu, yang di

sebut garis kontur, yaitu garis imajiner di permukaan bumi yang

menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama.

Peta Topografi adalah gambaran atau dimensi dari suatu objek

yang dilihat dari atas yang ukurannya direduksi daerah sangat dipengaruhi

oleh berbagai faktor unsur-unsur penting yang meliputi: relief, pola aliran,

serta kebudayaan(culture). Semua itu tidak pernah terlepas dari keadaan

topogafi suatu wilayah. Dimana peta topografi pada hakekatnya adalah

peta yang menggambarkan keadaan topografi suatu wilayah atau daerah

yang dilihat dari atas yang kurang lebih sesuai dengan keadaan

sebenarnya. Namun topogarfi sendiri harus memiliki kelangkapan-

kelengkapan tertentu, diantaranya: skala, arah utara peta, legenda, judul

peta, converage diagram, indeks administrasi, indeks adjoing sheet, serta

edisi peta.

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang

mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di

bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas

Page 81: topografi map

81

permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal

dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel

ataupun kerak bumi. yang terbentuk karena pendinginan dan pembekuan

magma. Magma adalah cairan sislikat pijar di dalam bumi yang bersuhu

tinggi (900-13000C) terbentuk secara alamiah dan berasal dari bagian

bawah kerak bumi atau bagian atas selubaung bumi. Struktur batuan beku

sebagaimana besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya pillow

java, jointing structure, sheeting joint, dan hanya beberapa saja yang dapat

dilihat dalam sample setangan. Dan batuan beku mempunyai tekstur yang

unik seperti derajat kristalisai, granularitas, bentuk kristal, serta memiliki

hubungan antar kristal.

Batuan sedimen/endapan terbentuk oleh batuan beku yang terkikis,

kemudian mengalami proses pengangkutan lalu diendapkan di tempat lain

Batuan sedimen adalah batuan yang proses pembentukannya terbentuk

akibat prises litifikasi dari hancuran batuan lain.

Litifikasi batuan adalah proses terubahnya material pembentuk

batuan yang bersifat lepas menjadi batuan yang kompak. Dan Batuan

sedimen di bedakan menjadi lima golongan utama, yaitu: golongan

detritus, golongan karbonat, golongan evaporasi, golongan sedimen silika

dan golongan batubara. Batuan sedimen juga dibedakan menjadi batuan

sedimen klastik dan nonklastik. Bauan sedimen klastik adalah batuan yang

terbentuk dari pengendapan kembali dari batuan pecahan asal. Batuan asal

dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf. Sedangkan

batuan sedimen nonklastik adalah batuan yang terbentuk dari hasil reaksi

kimia reduksi atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme.

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses

perubahan temperatur dan tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya.

Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan sebelumnya.

Proses metamorfose ini berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa

melalui fase cair akan berubah tektur dan strukturnya sehingga

membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula.

Page 82: topografi map

82

Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan

perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari

batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu

pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan

meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses

pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi. Tipe

metamorfose ada tiga yaitu : metmofose thermal, metamorfose dinamo,

serta metamorfose regional.

Stratigrafi berasal dari kata strata yang berarti lapisan dan grafi

yang berati gambaran atau pemerian. Sehingga stratigrafi dapat diartikan

sebagai suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang pemerian

lapisan batuan dalam kulit bumi. Secara luas dapat diartikan sebagai salah

satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang urutan-urutan,

hubungan, dan kejadian batuan di alam dalam konsep ruang dan waktu

geologi. Stratigrafi memiliki enam hukum –hukum dasar stratigrafi, yaitu :

Hukum Superposisi, Hukum Kesinambungan Lateral, Hukum

Horizontalitas, Hukum Cross Cutting(Potong Memotong), Hukum Urutan

Fauna,(Law of Fauna Succestion), serta Hukum Strata Identified by Fossil.

5.2 Saran

Berdasarkan dari keseluruhan pertemuan dan pelaksanaan praktikum,

penulis menyarankan agar pelaksanaan praktikum selanjutnya dapat lebih baik

lagi, yaitu persediaan peralatan-peralatan agar dapat diperbanyak dan

diperbaharui sehingga membuat mahasiswa lebih terampil dan mahir dalam

pengaplikasiannya, serta untuk pelaksanaan praktikum alangkah lebih baiknya

dilaksanakan langsung di lapangan (out door), mengingat kegiatan praktikum

di lapangan lebih aplikatif.

Sebaiknya asisten dosen lebih membimbing mahasiswa yang

praktikum agar kami bisa memahami praktikum geologi ini,sebab kami

banyak kendala baik dalam pendiskripsian batuan maupun yang lainnya..

Page 83: topografi map

83

DAFTAR PUSTAKA

Berry L.G. and Mason B,. 1989. Mineralogy, Freeman WH. and Co San Fransisco

Bronto, S. 2001. Geokimia. STTNas. Yogyakarta, Indonesia.

Endarto, D. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Lembaga Pengembangan

Pendidikan UNS, UPT Penerbitan dan Percetakan UNS. Surakarta,

Jawa Tengah.

Graha, D.S. 1987. Batuan dan mineral. Nova. Bandung, Indonesia.

http://sain-kifamona.blogspot.com/2011/06/batu-batuan-di-bumi-jenis-

terbentuknya.html

Munir, m. 1996. Geologi dan mineralogy tanah. Pustaka Jaya Jakarta, Indonesia.

Tim Penyusun. 2012. Buku petunjuk praktikum geologi fisik. Teknik

Pertambangan Universitas Palangka Raya.

Page 84: topografi map