[]-kajian semiotik dalam …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/kajian_semiotik... · 1...

23
http://contoh.in 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER OLEH: Mochammad Ilcham Mohamad Sahril Ninin Herlina PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Upload: dangthu

Post on 02-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

1

 

KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA

ROMAN

BUMI MANUSIA

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

OLEH: Mochammad Ilcham

Mohamad Sahril Ninin Herlina

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 

Page 2: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

2

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya

kepada sekalian makhluk. Selanjutnya Shalawat dan salam turut penulis sanjungkan

kepada Nabi Muhammad saw, dengan perjuangan dan kasih sayangnya membawa umat

manusia menuju kehidupan yang memiliki peradaban.

Penulis memanjatkan syukur yang sedalamnya karena telah menyelesaikm

makalah sederhana tentang suatu kajian budaya yakni merupakan bagian dari beragam

pendekatan dalam penelitian sastra. Penulis memandang penting untuk mengkaji

pendekatan penelitian sastra guna pengembangan dan pemaknaan yang lebih sistematis

terhadap sebuah karya sastra. Dalam hal ini pendekatan penelitian sastra yang

digunakan adalah pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik ini digunakan dalam

menganalisis konsep sastra dalam sebuah Roman Bumi Manusia karya Pramoedya

Ananta Toer.

Namun, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik dalam

penyajian teori bahkan dalam pemaparan analisis yang masih kurang mendalam.

Sehingga penulis berharap adanya sumbangan pemikiran atau tanggapan yang bersifat

konstruktif demi kelengkapan dan kedalaman kajian selanjuntya.

Demikian kami sampaikan ucapan terima kasih kepada dosen Pembimbing yang

telah mengarahkan penulis dalam menemukan konsep kajian dalam penelitian sastra

serta kepada teman-teman dan pembaca sekalian.

Jakarta, 13 Desember 2011

Penulis

Page 3: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

3

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. .................................................................................................... Latar

Belakang Kajian ................................................................................... 1

B. .................................................................................................... Fokus

Kajian………………………………………………………… ........... 2

C. .................................................................................................... Manfaat

Kajian ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

A. .................................................................................................... Kajian

Teori ..................................................................................................... 3

1. ............................................................................................... Hakikat

Semiotika........................................................................................ 3

2. ............................................................................................... Pemikir

an dan Konsep Semiotika ............................................................... 3

3. ............................................................................................... Semioti

ka dalam Sastra............................................................................... 7

B. .................................................................................................... Analisis

Semiotik dalam Novel Bumi Manusia ................................................. 7

1. ............................................................................................... Biografi

Pengarang ....................................................................................... 7

Page 4: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

4

 

2. ............................................................................................... Sinopsi

s Novel Bumi Manusia ................................................................... 11

3. ............................................................................................... Aplikas

i Semiotik ‘Ketidaklangsungan Ekspresi’ dalam Novel Bumi Manusia 12

BAB II PENUTUP................................................................................................ 16

A. ............................................................................................. Kesimp

ulan................................................................................................ 16

B. ............................................................................................. Saran 16

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 5: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

5

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kajian

Proses kajian sastra memiliki peran penting dalam kehidupan kebahasaan serta

dalam upaya pencarian makna yang lebih dalam tentang sebuah karya sastra. Dalam hal

ini dikenal beberapa macam pendekatan sastra. Adapun pendekatan sastra disini adalah

teknik yang mengarah pada upaya untuk memperngaruhi emosi dan perasaan pembaca.

Sastra sebagai karya imajinatif yang mempergunakan bahasa memiliki

perbedaan dengan karya-karya kebahasaan lainnya yang lebih mementingkan fungsi

referensi bahasa berupa penyampaian pesan. Sebaliknya karya sastra mementingkan

fungsi estetik bahasa sebagai sarana ekspresinya. Dalam karya sastra pengarang

berusaha mendapatkan efek dari penggunaan bahasanya itu, berupa keterkesanan dan

keterpesonaan pembaca, disamping diterimanya nilai-nilai tertentu yang biasanya

bernilai pendidikan oleh pembaca tanpa disadari.

Karya sastra selalu mendapat tanggapan dan pemaknaan yang beraneka ragam

dari pembacanya dan tidak selalu tepat dengan pemaknaan yang dimaksud penulis

sastra itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan perbedaan zaman, pengalaman, kemampuan,

pemahaman, dan situasi pembacanya. Dengan kata lain perbedaan pemaknaan tersebut

terjadi karena horizon harapan pembaca yang berbeda, sehingga timbul bermacam-

macam penafsiran terhadap teks sastra tersebut.

Dalam kaitannya dengan pembahasan di atas, Hirsch dalam Djoko Pradopo

membedakan arti dan makna. Menurutnya, arti yang diberikan oleh pembaca terhadap

teks adalah makna (signifikansi), ia berubah sesuai dengan horizon harapan pembaca

teks sastra tersebut. Arti yang diberikan pengarang bersifat tetap dan tidak berubah,

disebut arti (meaning).1 Dengan demikian muncul masalah manakah yang harus

dipegang? Arti yang diberikan pengarang atau makna yang diberikan pembaca?.

Berdasarkan subjektifitas yang berkemungkinan muncul dalam penafsiran karya sastra,

                                                            1Rachmat Djoko Paradopo, Kritik Sastra Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gama Media, 2002), h. 40  

Page 6: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

6

 

maka pembatasan yang lebih relevan adalah memahami beragam pendekatan analisis

yang ada sebagai upaya menganalisis sebuah karya sastra secara lebih sistematis dan

menyamai alur makna yang dimaksud penulis itu sendiri.

Dengan demikian mengenal salah satu pendekatan kajian sastra dalam makalah

ini adalah suatu keharusan guna memahami konsep kerkaryaan yang lebih utuh.

Selanjutnya, pendekatan yang menjadi bahasan dalam makalah ini adalah pendekatan

semiotik, yakni suatu kajian tentang tanda, makna dan arti. Semiotik sebagai ilmu

tentang tanda lahir pada awal abad 20. Teori dan metode semiotik tidak dapat

dipisahkan dari teori strukturalisme karena ia merupakan kelanjutannya.

B. Fokus Kajian

Berdasarkan latar belakang kajian, maka sekiranya penting menentukan fokus

kajian, mengingat aka nada banyak criteria kajian yang menarik untuk dibahas. Dalam

hal ini penulis menentukan fokus kajian yakni dalam menganalisis “Bagaimana

memahami konsep kajian Novel Bumi Manusia dengan menggunakan pendekatan

semiotik?’.

C. Manfaat Kajian

Secara sederhana kajian sastra dalam pendekatan semiotik memiliki manfaat

yang cukup signifikan terhadap proses pemaknaan sebuah karya sastra. Dalam hal ini

penulis berusaha mengungkapkan bahwa pendekatan semiotik ini memiliki potensi

dalam penganalisisan dan penginterpretasian sebuah novel yang sarat unsur pendidikan

dan budaya. Seperti halnya dalam novel Bumi Manusia yang memunculkan banyak

tafsiran dan pemaknaan model kehidupan yang holistik.

Page 7: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

7

 

BAB II PEMBAHASAN

A. Kajian Teori

1. Hakikat Semiotika

Banyak definisi dan pengertian yang diberikan para ahli terhadap semiotik,

Mansur Pateda menuliskan bahwa semiotik adalah teoeri tentang sistem tanda. Nama

lain semitiok adalah semiologi dari bahasa Yunani semeion yang bermakna tanda,

mirip dengan istilah semiotik.2 Alex Sobur menganggap semiotik sebagai suatu model

ilmu social yang memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar

yang disebut tanda.3

Semiotik sebagaimana disimpulkan oleh Burhan adalah ilmu atau metode

analisis untuk mengkaji tanda. Tand adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain

yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain.4 Perintis awal

semiotik adalah Plato (428-348 SM), ia memeriksa asal-muasal bahasa dalam bukunya

Cratylus, juga Aristoteles yang mencermati kata benda dalam bukunya Poetics dan On

Interpretation. Keterangan tersebut menunjukkan bahwa sejak awal telah disadari

bahwa sistem penandaan memiliki pengaruh yang besar, bahkan sejak dulu tanda

menjadi sumber perdebatan. Meskipun konsen terhadap sistem tanda-tanda yang ada di

sekitar manusia telah ada sejak lama, tetapi dasar penelusuran tentang tanda baru

diletakkan pada abad pertengahan dalam ajaran St. Augustinus (345-430 M).5

2. Pemikiran dan Konsep Semiotika

Disamping tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, dalam kajian semiotik tentu

kita tidak terlepas dari teori Saurrese. Kajian semiotik adalah pengenalan atas tanda-

tanda yang terdapat pada unsure atau bagian dari kebudayaan. Saussure (1915)

                                                            2Mansur Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rioneka Cipta, 2001), hal. 28  3Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 87  4Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998), hal. 40  5Paul Cobley, Semiotika for Beginners, (Bandung: MIzan, 2002)., hal. 6  

Page 8: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

8

 

menyebutkan bahwa tanda terdiri atas dua muka yang tak terpisahkan, yakni signifiant

dan signifié. Untuk memahami semiotik dalam kebudayaan, Barthes dalam bukunya

yang terkenal Mythologies (1957) telah mendefinisikan. Ia bertolak dari teori Saussure

yang melihat semua gejala dalam kebudayaan sebagai tanda yang terdiri atas significant

(penanda), yaitu gejala yang tercerap secara mental oleh manusia sebagai “citra

akustik”, dan signifié (petanda), yaitu makna atau konsep yang ditangkap dari signifiant

tersebut.

Dalam kebudayaan Prancis, Barthes menggambarkan pemahaman significant

pada signifié-nya sebagai suatu proses dua tahap. Karena significant adalah gejala yang

selain diperhatikan oleh kognisi manusia juga diproduksi, maka ditinjau dari

pemroduksi tanda, significant disebutnya expression (E) (ekspresi, pengungkapan),

signifié sebagai contenu (isi atau konsep).

Menurut Barthes, hubungan (R) antara E dan C terjadi terjadi pada manusia

dalam lebih dari satu tahap. Tahap pertama adalah dasar (primer) yang terjadi pada saat

tanda dipahami untuk pertama kalinya, yang kemudian diklasifikasikan dengan R1

antara E1 dan C1. Namun pemaknaan tanda tidak pernah terjadi hanya pada pemaknaan

primer. Prosesnya akan berlanjut dengan pengembangannya pada system sekunder,

yakni R2 antara E2 dan C2. Sistem sekunder adalah lanjutan yang mengembangkan baik

system E maupun C.

Aliran yang lain dalam semiotik juga dikemukakan Charles Sanders Peirce. Ia

beranggapan bahwa jagat raya terdiri atas tanda-tanda. Ini merupakan pandangan

pansemiotok tentang jagat raya kita.

Peirce melihat tanda bukan sebagai sebuah struktur, namun berupa suatu pemaknaan

“tiga tahap”. Model Peirce adalah suatu model triadic. Manusia membari makna pada

tanda melalui sebuah proses pemaknaan tanda yang disebutnya semiosis. Semiosis

merupakan suatu proses “tiga tahap”, yakni:

Tahap 1: pencerapan representamen (R), yaitu ‘wajah luar’ tanda yang berkaitan

dengan manusia secara langsung (ini sering disamakan dengan

pengertian ‘tanda’)

Page 9: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

9

 

Tahap 2: perujukan representamen pada obyek (O), yakni yang merupakan konsep

yang dikenal oleh pemakai tanda berkaitan dengan representamen

tersebut.

Tahap 3: penafsiran lanjut oleh pemakai tanda, yang disebut interpretan (I)

setelah representamen dikaitkan dengan objek.

Beberapa contoh yang bisa dikemukakan terhadap teori tersebut dalam

penafsiran ‘setengah jalan’.

Contoh 1: cahaya yang kita lihat menyembur di ufuk timur ketika pagi hari (R)

dipresepsikan dan dirujuk pada suatu peristiwa terbitnya matahari (O).

Contoh 2: kata badik yang dituliskan dalam sebuah cerita (R) dipresepsikan dan

dirujuk pada sesuatu yang berkaitan dengan suku Bugis, Makassar atau

suku lain di Sulawesi Selatan.

Contoh 3: lampu hijau pada rambu-rambu lalu lintas (R) kita rujuk makna/konsep

‘jalan terus’ (O)

Ketiga contoh tersebut merupakan proses semiosis setengah jalan (R O).

Contoh 1 memperlihatkan R yang berkaitan langsung dengan atau bagian dari O

(cahaya dengan matahari), yang disebut indeks. Contoh 2 memperlihatkan R yang

mewakili identitas O (Bandik dengn suku Bugis, Makassar dan suku-suku di Sulawesi

Selatan), yang disebut ikon. Contoh 3 memperlihatkan R yang perujukkannya pada O

bersifat konvensional (disepakati oleh masyarakat). Lampu rambu lalu lintas berwarnah

hijau (R) memiliki O yang disepakati, yakni ‘jalan terus’ atau dipersilahkan, yang

disebut lambang.

Proses dari ketiga contoh di atas masih ‘separuh jalan’ karena sebenarnya masih

akan berlanjut pada proses penafsiran yang disebut interpretan.

Seperti pada contoh 1 penafsiran yang mungkin adalah misalnya (ada cahaya)

menyembur di bagian timur Jakarta mungkin daerah Rawamangun ayam

berkokok para penduduk terbangun dan menyibukkan diri dengan aktifitasnya

masing-masing, kenderaan mulai lalu lalang di jalanan anak-anak mulai

berangkat ke sekolah, dan seterusnya.

Page 10: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

10

 

Contoh 2 (badik) interpretan yang mungkin adalah alat bukti yang didapatkan polisi

pada sebuah peristiwa pembunuhan yang berlatarbelakang dendam lama

kejadian terjadi di sebuah terminal bus di Makassar, dan seterusnya.

Contoh 3 (lampu hijau) dapat ditafsirkan waktunya jalan terus alau tidak jalan

justeru akan melanggar atau sebuah kesempatan bagi seseorang untuk mendapatkan

sesuatu.

Sementara teori Peirce mengatakan bahwa sesuatu itu dapat disebut sebagai

tanda jika ia mewakili sesuatu yang lain. Sebuah tanda haruslah mengacu/mewakili

sesuatu yang yang disebut obyek/acuan (denotatum/referent). Tanda tersebut harus

ditangkap dan dipahami dalam perespektif kesaling hubungan antara tanda itu sendiri,

ground atau sebuah tata acuan atau konvensi yang mendasari pemahaman tanda,

denotatum yaitu suatu kelas dari acuan yang ditunjuknya,6 dan pemahaman makna yang

timbul dalam kognisi lewat interpretasi yang disebut interpretant.7

Pierce membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya dalam tiga jenis

hubungan yaitu: (1) ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan. Foto, peta geografis,

penyebutan atan penempatan di bagian awal atau depan (sebagai tanda bahwa sesuatu

itu dipentingkan) merupakan contoh ikon, (2) indeks, jika ia berupa hubungan

kedekatan eksistensi, misalnya asap hitam sebagai pertanda adanya kebakaran, wajah

muram sebagai tanda hati yang gundah dan sedih, dan (3) symbol, jika ia berupa

hubungan yang sudah terbentuk secara konvensi, mislanya morse dari bahasa.8

Selanjutnya menurut Eco ketika seseorang menuturkan kata (image) maka ia

terlibat dalam sebuah proses produksi tanda, ia mempekerjakan tanda-tanda (memilih,

menyeleksi, menata, dan mengkombinasikan dengan cara dan aturan main tertentu).9

                                                            6Uki Sukiman, Ikonitas dalam Novel Hamamah Salam Karya Najib al-Kailani dalam Jurnal Adabiyat vol. 1. No. 2, Maret 2003 (Yogyakarta: Jurusan BSA Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003), hal. 114  7Nurgiyantoro, Op. Cit, hal. 41  8Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, UI: Depok, 2004), hal. 17 9Alex Sabour, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hal. xiv  

Page 11: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

11

 

3. Semiotika dalam Sastra

Karya Sastra memiliki watak otonom dan komunikatif, dengan demikian karya

sastra dapat ditinjau dalam ancangan semiotik secara structural (signifikansi) dan

komunikatif (ekstrinsik). Secara otonom pengkajian sastra dapat menggunakan pokok-

pokok pikiran Charles Morris (1971), menurutnya ada empat macam yang dikaji secara

semiotik: (1) hubungan antar lambing, (2) penafsiran lambing, (3) maksud lambing, (4)

cara pemakaian lambang.10 Pengkajian semiotika secara otonom cukup menggunakan

pokok-pokok pikiran Morris. Tetapi secara komunikatif itu tidak cukup, hal ini

disebabkan bahwa setiap tanda tentu memiliki tataran kebahasaan dan tataran mitis.

Sudah barang tentu untuk pengkajian sastra kita harus menghubungkannya dengan

sesuatu tanda yang ada di luar konteksnya, misalnya latar sejarah atau faktor-faktor

ekstern lainnya.11

Sesungguhnya pembaca dalam tataran semiotiok akan mengalami transfer

semiotik dari tanda yang satu ke tanda yang lain, karena pembaca berkedudukan

sebagai subyek/obeyk. Sebagai subyek pembaca adalah pemberi makna, perebut

amanant dan pemberi nilai terhadap karya sastra yang ditelaahnya. Sebaliknya sebagai

obyek pembaca selalu terkena bermacam pengaruh dan kekuatan social budaya yang

melingkupinya.

B. Analisis Semiotik dalam Novel Bumi Manusia

1. Biografi Pengarang

Pramoedya dilahirkan di Blora, di jantung Pulau Jawa, pada 1925 sebagai anak

sulung dalam keluarganya. Ayahnya ialah guru dan ibunya ialah pedagang nasi. Ia

meneruskan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya dan bekerja sebagai juru ketik

untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia. Pada masa

kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan seringkali

ditempatkan di Jakarta di akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen dan buku

                                                            10Puji Santosa, Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra, (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 20  11Ibid, hal. 22  

Page 12: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

12

 

sepanjang karir militernya dan dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada

1950-an ia sanggup tinggal di Belanda sebagai bagian program pertukaran budaya, dan

saat kembalinya ia menjadi anggota Lekra, organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya

penulisannya berubah selama masa itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya

Korupsi, fiksi kritik pada pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Ini

menciptakan friksi antara dia dan pemerintahan Soekarno.

Selama masa itu, ia mulai mempelajari penyiksaan terhadap Tionghoa

Indonesia, dan pada saat yang sama mulai berhubungan erat dengan para penulis di

China. Khususnya, ia menerbitkan rangkaian surat menyurat dengan penulis Tionghoa

yang membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau di Indonesia. Ia

merupakan kritikus yang tak mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada keperluan

dan keinginan dari daerah lain di Indonesia, dan secara terkenal mengusulkan bahwa

mesti dipindahkan ke luar Jawa. Pada 1960-an ia ditahan pemerintahan Soeharto karena

pandangan pro-Komunis Chinanya. Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan

tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di pulau-pulau

di sebeluah timur Indonesia.

Selain pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa

Orde Lama, selama masa Orde Baru Pramoedya merasakan 14 tahun ditahan sebagai

tahanan politik tanpa proses pengadilan: 13 Oktober 1965 - Juli 1969, Juli 1969 - 16

Agustus 1969 di Pulau Nusakambangan, Agustus 1969 - 12 November 1979 di Pulau

Buru, November - 21 Desember 1979 di Magelang.

Ia dilarang menulis selama masa penahanannya di Pulau Buru, namun tetap

mengatur untuk menulis serial karya terkenalnya yang berjudul Bumi Manusia, serial 4

kronik novel semi-fiksi sejarah Indonesia. Tokoh utamanaya Minke, bangsawan kecil

Jawa, dicerminkan pada pengalamannya sendiri. Jilid pertamanya dibawakan secara

oral pada para kawan sepenjaranya, dan sisanya diselundupkan ke luar negeri untuk

dikoleksi pengarang Australia dan kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dan

Indonesia.

Page 13: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

13

 

Pramoedya dibebaskan dari tahanan pada 21 Desember 1979 dan mendapatkan

surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat G30S, tapi masih

dikenakan tahanan rumah di Jakarta hingga 1992, serta tahanan kota dan tahanan

negara hingga 1999, dan juga wajib lapor satu kali seminggu ke Kodim Jakarta Timur

selama kurang lebih 2 tahun. Selama masa itu ia menulis Gadis Pantai, novel semi-fiksi

lainnya berdasarkan pengalaman neneknya sendiri. Ia juga menulis Nyanyi Sunyi

Seorang Bisu (1995), otobiografi berdasarkan tulisan yang ditulisnya untuk putrinya

namun tak diizinkan untuk dikirimkan, dan Arus Balik (1995).

Ketika Pramoedya mendapatkan Ramon Magsasay Award, 1995, diberitakan

sebanyak 26 tokoh sastra Indonesia menulis surat 'protes' ke yayasan Ramon Magsasay.

Mereka tidak setuju, Pramoedya yang dituding sebagai "jubir sekaligus algojo Lekra

paling galak, menghantam, menggasak, membantai dan mengganyang" di masa

demokrasi terpimpin, tidak pantas diberikan hadiah dan menuntut pencabutan

penghargaan yang dianugerahkan kepada Pramoedya.

Tetapi beberapa hari kemudian, Taufik Ismail sebagai pemrakarsa, meralat

pemberitaan itu. Katanya, bukan menuntut 'pencabutan', tetapi mengingatkan 'siapa

Pramoedya itu'. Katanya, banyak orang tidak mengetahui 'reputasi gelap' Pram dulu.

Dan pemberian penghargaan Magsasay dikatakan sebagai suatu kecerobohan. Tetapi di

pihak lain, Mochtar Lubis malah mengancam mengembalikan hadiah Magsasay yang

dianugerahkan padanya di tahun 1958, jika Pram tetap akan dianugerahkan hadiah yang

sama. Lubis juga mengatakan, HB Yassin pun akan mengembalikan hadiah Magsasay

yang pernah diterimanya. Tetapi, ternyata dalam pemberitaan berikutnya, HB Yassin

malah mengatakan yang lain sama sekali dari pernyataan Mochtar Lubis.

Dalam berbagai opini-opininya di media, para penandatangan petisi 26 ini

merasa sebagai korban dari keadaan pra-1965. Dan mereka menuntut pertanggungan

jawab Pram, untuk mengakui dan meminta maaf akan segala peran 'tidak terpuji' pada

'masa paling gelap bagi kreativitas' pada jaman demokrasi terpimpin. Pram, kata

Mochtar Lubis, memimpin penindasan sesama seniman yang tak sepaham dengannya.

Sementara Pramoedya sendiri menilai segala tulisan dan pidatonya di masa pra-1965 itu

Page 14: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

14

 

tidak lebih dari 'golongan polemik biasa' yang boleh diikuti siapa saja. Dia menyangkal

terlibat dalam pelbagai aksi yang 'kelewat jauh'. Dia juga merasa difitnah, ketika

dituduh ikut membakar buku segala. Bahkan dia menyarankan agar perkaranya dibawa

ke pengadilan saja jika memang materi cukup. Kalau tidak cukup, bawa ke forum

terbuka, katanya, tetapi dengan ketentuan saya boleh menjawab dan membela diri,

tambahnya. Semenjak Orde Baru berkuasa, Pramoedya tidak pernah mendapat

kebebasan menyuarakan suaranya sendiri, dan telah beberapa kali dirinya diserang dan

dikeroyok secara terbuka di koran.

Pramoedya telah menulis banyak kolom dan artikel pendek yang mengkritik

pemerintahan Indonesia terkini. Ia menulis buku Perawan Remaja dalam Cengkraman

Militer, dokumentasi yang ditulis dalam gaya menyedihkan para wanita Jawa yang

dipaksa menjadi wanita penghibur selama masa pendudukan Jepang. Semuanya dibawa

ke Pulau Buru di mana mereka mengalami kekerasan seksual, mengakhiri tinggal di

sana daripada kembali ke Jawa. Pramoedya membuat perkenalannya saat ia sendiri

merupakan tahanan politik di Pulau Buru selama masa 1970-an.

Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda,

kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa. Banyak dari tulisannya juga

semi-otobiografi, di mana ia menggambar pengalamannya sendiri. Ia terus aktif sebagai

penulis dan kolumnis. Ia memperoleh Hadiah Ramon Magsaysay untuk Jurnalisme,

Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif 1995. Ia juga telah dipertimbangkan untuk Hadiah

Nobel Sastra. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000 dan pada

2004 Norwegian Authors' Union Award untuk sumbangannya pada sastra dunia. Ia

menyelesaikan perjalanan ke Amerika Utara pada 1999 dan memenangkan hadiah dari

Universitas Michigan.

Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun

akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok. Pada 12 Januari 2006, ia

dikabarkan telah dua minggu terbaring sakit di rumahnya di Bojong Gede, Bogor, dan

sedang dirawat di rumah sakit. Menurut laporan, Pramoedya menderita diabetes, sesak

napas dan jantungnya melemah. Pada 6 Februari 2006 di Teater Kecil Taman Ismail

Page 15: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

15

 

Marzuki diadakan pameran khusus tentang sampul buku dari karya Pramoedya.

Pameran ini sekaligus hadiah ulang tahun ke-81 untuk Pramoedya. Pameran bertajuk

Pram, Buku dan Angkatan Muda menghadirkan sampul-sampul buku yang pernah

diterbitkan di mancanegara. Ada sekitar 200 buku yang pernah diterjemahkan ke

berbagai bahasa dunia.

2. Sinopsis Novel Bumi Manusia

Roman ‘Bumi Manusia’ sesungguhnya roman sejarah yang menggambarkan

perlawanan. Perlawanan kaum pribumi terdidik terhadap penjajah, dan kaum pribumi

sendiri yang mempunyai kekuasaan: para kaum priyai. Perlawanan tersebut

ditunjukkan oleh tokoh perempuan, Nyai Ontosoroh yang didukung oleh tokoh utama,

Mingke, pada beberapa peristiwa yang digambarkan dalam cerita, terutama terhadap

suaminya sendiri yang notabene adalah seorang Belanda, pejabat VOC.

Mingke sendiri adalah anak seorang bupati, yang mendapat kesempatan

bersekolah di sekolah Belanda, sekolah HBS di Surabaya. Dengan pendidikan yang ia

dapatkan, perilaku dan gaya berpikirnya pun ikut kebarat-baratan. Selain kepada

suaminya, Nyai Ontosoro juga melawan orangtuanya, yang telah tega

mempersembahkan dirinya kepada seorang pejabat VOC (suaminya) untuk menjadi

gundik.

Dalam situasi tersebut, sang Nyai berlaku keras memutuskan tali silaturahmi

dengan kedua orangtuanya. Ia tak mengakui lagi kedua orangtuanya. Sementara

Mingke, juga diam-diam melawan tradisi Jawa yang ia anggap tidak memanusiakan

manusia. Menciptakan kelas sosial, dan cenderung merendahkan martabat perempuan.

Keduanya terlibat dalam sebuah perjuangan, setelah Mingke resmi menikah dengan

putri Nyai Ontosoroh, Annelies. Perjuangan mereka dimulai setelah suami Nyai

Ontosoroh, Tuan Herman Mellema, meniggal dunia dalam kondisi mengenaskan di

sebuah rumah bordir milik baba Ahong, yang juga adalah tetangga mereka sendiri.

Insinyur Maurits Mellema yang merupakan anak Herman Mellema dengan isteri

pertamanya di Nederland tiba-tiba kembali menghantui keluarga Nyai Otosoroh.

Page 16: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

16

 

Sebagai anak pertama dari isteri pertama, ia keberatan dan menggugat. Ia

menginginkan semua harta benda ayahnya sebagai warisan yang hanya untuknya.

Mauritus berkeras karena ia adalah anak sah tuan Mellema dari hubungan yang sah

pula. Bukan seperti kedua saudara tirinya, yang lahir dari hubungan suami isteri yang

tiak sah menurut negara dan agama. Gugatan yang dilayangkan Mauritus melalui

pengadilan putih ketika itu bukan hanya berbuntut pada harta warisan, tapi juga

menghendaki Annalies untuk dibawah ke Nederland. Perlawanan atas gugatan Mauritus

tersebut disambut hangat oleh media cetak.

Sebagai seorang siswa HBS yang tulisannya sudah menghiasi halaman-halaman

koran, Mingke menggunakan tulisan-tulisannya sebagai alat perjuangan, untuk

mempropaganda. Dalam tulisan-tulisannya, Minke mencoba membangun opini publik

bahwa perjuangan mereka melawan Mauritus di pengadilan, bukan hanya perjuangan

perebutan harta gono-gini dalam sebuah keluarga, tapi juga adalah sebuah perlawanan

atas kuasa bangsa penjajah. Perjuangan yang penuh suka cita itu tak berbuntut baik.

Orang-orang yang bersimpati untuk membantu Nyai Ontosoroh dan Mingke tak mampu

berbuat banyak. Akhirnya, pengadilan putih memutuskan kemenangan Mauritus

sebagai penggugat. Ia menguasai semua harta ayahnya dan membawa adik tirinya,

Annalies ke Nederland. Berikut ini adalah dialog terakhir antara Mingke dan ibu

mertuanya.

“Kita kala, Ma,”

“Kita telah melawan Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya,”

3. Ketidaklangsungan Ekspresi dalam Novel Bumi Manusia

Dalam kajian semiotik Novel BM banyak terdapat ungkapan-ungkapan yang

secara tidak langsung dinyatakan. Ungkapan-ungkapan tersebut merupakan suatu

sistem tanda yang menunjukkan sistem budaya pada saat itu. Sehingga, beragam kata

yang ditemukan dalam novel tersebut merupakan kekhasan bahasa Pramoedya dan juga

suatu model ungkapan yang memunculkan banyak makna, dengan demikian semakin

jelas dimana posisi semiotic memiliki peranan penting dalam menginterpretasikan

Page 17: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

17

 

tanda-tanda atau ungkapan-ungkapan yang dinyatakan secara tidak langsung, bahkan

melalui symbol-simbol kehidupan sekalipun.

Selanjutnya, dalam menganalisis unsur semiotik dalam suatu karya sastra, maka

juga perlu adanya penafsiran dari setiap kata atau dikenal dengan istilah Heuristik, atau

disebut semiotik tingkat pertama, dan juga penafsiran secara totalitas yakni dikenal

dengan istilah Hermeunitik, atau disebut juga dengan semiotic tingkat kedua. Adapun

contoh pengenalan kedua unsure semiotic tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nyai

Secara heuristik (semiotik tingkat pertama), kata ‘Nyai’ sudah dapat

diinterpretasikan sebagai simbol ketercelaan dalam masyarakat Jawa yang dilekatkan

pada perempuan simpanan, atau mereka yang dijadikan gundik bagi kaum priyai atau

oleh petinggi VOC. Tanda atau simbol tersebut hidup di masyarakat Jawa pada zaman

kolonial. Secara hermeunitik (semiotic tingkat kedua), kita dapat menafsirkan

keberadaan ‘Nyai’ tersebut menunjukkan tanda kehidupan perempuan pribumi yang

dipandang rendah oleh bangsawan kolonial, sehingga tahapan pemaknaan secara

totalitas melekat pada Nyai Ontosoroh sebagai perempuan pribumi yang menjadi

gundik pada masa kolonial. Nyai Ontosoroh merupakan mertua Mingke, tokoh utama

dalam roman ‘Bumi Manusia’.

2. Pada jam lima sore Surabaya telah ada di bawah roda kereta.

Tahapan proses pemaknaan semiotiknya adalah: Telah ada di bawah roda kereta

(Representamen), yang menjelaskan tempat (Objek) yaitu Surabaya. Sehingga analisis

semiotik menunjukkan bahwa pemaknaan akan keberadaan kereta di suatu tempat atu

daerah.

Disamping itu, jelas juga tergambarkan model pengungkapan yang secara tidak

langsung mencirikan karakter perbedaan atau status budaya dalam tafsiran Pramoedya,

antara lain sebagai berikut:

1. Produk Jawa yang dibesarkan di Eropa

Page 18: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

18

 

Seorang Minke yang merupakan keturunan Jawa digambarkan oleh Pramoedya

sebagai pribumi yang berilmu pengetahuan Eropa, dimana pada akhirnya dialah yang

dihadapkan pada dua hasil bandingan baik atau buruk budaya Jawa dan Eropa. Ini dapat

dilihat pada:

“Ilmu dan pengetahuan, yang kudapatkan dari sekolah dan kusaksikan sendiri

pernyataannya dalam hidup, telah membikin pribadiku menjadi agak berbeda dari

sebangsaku pada umumnya. Menyalahi wujudku sebagai orang Jawa atau tidak aku

pun tidak tahu…(hal. 2)”

Juga pada:

“Jelas aku keturunan satria Jawa maka sendiri seorang satria Jawa pula.

Hanya mengapa justru bukan orang Jawa yang membikin aku jadi begini gagah ? dan

ganteng ? mengapa orang Eropa ?......(hal. 128)”.

Hal yang sama juga terjadi pada Nyai Ontosoroh yang dalam hal ini adalah

seorang pribumi namun karena menjadi gundik Herman Mellema, maka secara tidak

langsung budaya Eropa tertanam dalam dirinya, terlihat ketika dia membiarkan putrinya

tidur sekamar dengan lelaki yang bukan suaminya (Minke) meski dalam budaya Jawa

hal itu tidak diperkenankan.

2. “Malu” hanya milik orang Jawa dengan segala kerendahannya

“Jangan sekali-kali bicara soal malu tentang Eropa. Mereka hanya tahu

mencapai maksud-maksudnya. Jangan kau lupa, Nak, Nyo”(hal 330)

Penggalan tersebut menunjukkan bagaimana Eropa yang tidak pernah tahu

malu, berbeda dengan orang Jawa yang selalu memegang teguh kehormatannya meski

untuk melindungi kehormatannya itu mereka selalu merendah, pasrah dan tak jarang

melatah. Ini karena rasa malu yang dimiliki oleh orang Jawa, takut seandainya

pandangan orang lain atas dirinya jatuh.

3. Ilmu pengetahuan dan hukum Eropa yang buta

“Ilmu pengetahuan semakin banyak melahirkan keajaiban. Dongengan leluhur

sampai pada malu tersipu. Tak perlu lagi orang bertapa bertahun untuk dapat bicara

dengan seseorang di seberang lautan…(hal. 316)”

Page 19: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

19

 

Ilmu pengetahuanlah sebenarnya yang membuat Eropa begitu kuat dan

berkuasa, sedang orang jawa yang selamanya selalu hanya menunggu hasil cipta bangsa

Eropa masih terlihat kebudak-budakan, seperti di bawah ini :

“Minke, kalau kau bersikap begitu terus, artinya mengambil sikap Eropa, tidak

kebudak-budakan seperti orang Jawa seumumnya, mungkin kelak kau bisa jadi orang

penting…(hal 143)”.

Sedangkan untuk hukum yang mengatur dan mengikat, seakan tidak ada nurani

dalam hukum itu sendiri. Apa yang telah diputuskan maka itulah yang harus dijalankan.

“Dengan akan dilaksanakannya perampasan terhadap istriku daripadaku

sesuai dengan keputusan Pengadilan, bertanyalah aku pada nurani Eropa: Adakah

perbudakan terkutuk ini akan dihidupkan kembali ? ………(hal.336)”.

Sampai pada akhirnya Minke harus kehilangan seorang istri yang telah dinikahi

secara syah, dan kalah pada keputusan pengadilan yang mencoba menginventariskan

manusia.

Dari beberapa uraian diatas tergambar jelas bagaimana seorang Minke dalam

menghadapi dua budaya sesungguhnya dia lebih menerima cara pandang Eropa yang

terbuka untuk maju daripada cara pandang orang Jawa yang selalu merendah,

sedangkan untuk hukum, dia lebih menerima hukum jawa yang didasarkan pada etika

dan nilai kemanusiaan daripada hukum Eropa yang buta. Semua bahasa atau ungkapan-

ungkapan yang dimunculkan menunjukkan polemik tanda kehidupan yang sarat

dilemma.

Unsure-unsur ketidaklangsungan ekspresi dalam roman tersebut menjadi cirri

penulis dalam menawarkan makna kehidupan melalui tanda-tanda budaya yang melekat

pada saat itu, sehingga kekhasan pengungkapan menjadi milik sepenuhnya pengarang

dan pembaca juga merupakan subyek utuh dalam menafsirkan makna tanda dengan

senantiasa memahami latar belakang serta alur kehidupan pada masa itu. Jadi,

ketidaklangsungan ekspresi akan turut dipahami pembaca melalui kedalaman berfikir

dan memperhatikan pengaruh-pengaruh ekspresi secara menyeluruh.

Page 20: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

20

 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karya sastra adalah cermin kehidupan sosial. Ia merupakan kristalisasi nilai dan

pengalaman hidup. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan adalah

kenyataan budaya. Kehidupan mencakup hubungan antar manusia, hubungan antar

masyarakat, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin manusia. Paparan tersebut

menunjukkan bahwa karya sastra tidak berangkat dari ketiadaan budaya. Kode budaya

dalam sastra memberi pengertian bahwa karya sastra merupakan wujud hasil budaya

yang di dalamnya jelas terepresentasikan nilai-nilai budaya masyarakat. Seperti yang

ditunjukkan Pramoedya dalam novel bumi manusia ini, budaya barat yang berkembang

dengan cepat dihadapkan pada budaya timur khususnya budaya Jawa.

Pentingnya mnganalisis makna dalam sebuah karya sastra menjadi keharusan

manakala pembaca ingin memahami secara mendalam keindahan dan unsure etik dalam

suatu karya sastra, sehingga beragam pendekatan yang ada merupakan jalan yang tepat

digunakan untuk menganalisis sebuah karya sastra. Semiotik adalah salah satu

pendekatan yang kerap digunakan dalam menganalisis karya sastra dengan tinjauan dan

pemberian makna terhadap beragam tanda yang muncul.

B. Saran

Dalam kajian sastra ini, penulis memaparkan konsep pendekatan semiotik yang

cukup sederhana bila ditinjau dari konsep analisis yang sebenarnya, dalam arti penulis

masih menginterpretasikan kedalaman pendekatan semiotik dengan singkat, dengan

demikian penulis berharap adanya kelayakan dan tinjauan yang lebih dalam terhadap

Page 21: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

21

 

proses aplikasi dan telaah sebuah sastra dalam pendekatan semiotik demi kelengkapan

dan pengembangan pengetahuan selanjutnya.

Lampiran:

Berikut beberapa kutipan dalam Novel ‘Bumi Manusia’ yang Dianalisis secara Semiotik

No. Uraian dalam Cerita Analisis Semiotik

1 Memang keluarga teka-teki, setiap orang menduduki peran dalam sandiwara seram. (hal. 68)

Sandiwara seram yang dimaksud adalah ketidakpastian pada setiap anggota keluarga Mellema atas statusnya masing-masing, sehingga menimbulkan misteri atas apa yang akan terjadi berikutnya.

2 ..., rasanya lebih dari pada kepada ibuku sendiri, dan kembali kurasai daya sihirnya mencekam. (hal. 70)

Daya sihirnya mencekam bermaksud menggambarkan bagaimana pengaruh Nyai Ontosoroh kepada Mingke begitu luar biasa seakan membuat Mingke untuk selalu saja berbuat apa yang Nyai mau.

3 “Mengapa kalian pada diam seperti sepasang anak kucing kehujanan?” (hal. 71)

Sepasang anak kucing kehujanan adalah bentuk perumpamaan untuk dua orang yang diam membisu tiada kata yang mengalir dari lisan masing-masing seakan-akan terdiam karena kedinginan.

4 “...ayahmu menjadi rusak binasa karena kejadian yang satu itu. Ia berubah jadi hewan yang tak kenal anak dan istri lagi.” (hal. 78)

Ia berubah menjadi hewan yang tak kenal anak dan istri lagi merupakan sebuah simbol yang menggambarkan bagaimana perilaku tokoh Tuan Mellema (ayah Annalies) yang tidak lagi bersopan santun dan berbudi baik sebagaimana yanng dikenal oleh istri dan anaknya terdahulu.

5. ...Mereka telah buat aku jadi Nyai begini maka aku harus jadi

Sekalipun hanya sebagai Nyai adalah simbol pengungkapan yang menggambarkan

Page 22: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

22

 

Nyai, jadi budak belian...aku harus lebih berharga daripada mereka, sekalipun hanya sebagai Nyai.

bagaimana konteks sosial masyarakat ketika itu sangat merendahkan derajat Nyai (gundik) yang tugas mereka ketika itu hanyalah sebagai pemuas nafsu para pemegang kekuasaan saja tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah.

6. ...Tak bisa begitu, aku seorang Raden Mas, tak bisa diperlakukan asal saja begini, aku punya Forum Privilegiatum . (hal. 125)

Forum Privilegiatum adalah sebuah forum sederajat di depan pengadilan dengan orang Eropa untuk bangsawan pribumi sampai seorang bergelar Raden Mas sampai ke anak cucu bupati. Ini menggambarkan konteks sosial yang sangat timpang antara seorang pribumi totok dengan oranng Eropa dan para banngsawan di depan hukum.

7. “Jangan sentuh ini, siapa kasih kau hak membukanya? Tutur Mingke. “Memang sudah bukan Jawa lagi”. Sela Abang Mingke. “Apa guna jadi Jawa kalau hanya untuk dilanggar hak-haknya” sahut mingke. (hal. 139)

Jawa pada dialog Mingke dan Abangnya adalah sebuah simbol adat dan adab mengenai bagaimana seharusnya seoranng Jawa (pribumi) bertindak, bersikap dan berbudi pekerti.

 

Page 23: []-KAJIAN SEMIOTIK DALAM …contoh.in/wp-content/uploads/downloads/2012/06/KAJIAN_SEMIOTIK... · 1 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KARYA SASTRA ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

http://contoh.in

23

 

DAFTAR PUSTAKA

Christomy, Tommy, Semiotika Budaya, (Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, UI:

Depok, 2004)

Cobley, Paul, Semiotika for Beginners, (Bandung: Mizan, 2002)

Djoko Pradopo, Rachmat Kritik Sastra Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gama

Media, 2002)

Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1998)

Pateda, Mansur, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rioneka Cipta, 2001),

Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003)

----------------, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001),

Uki Sukiman, Ikonitas dalam Novel Hamamah Salam Karya Najib al-Kailani dalam Jurnal Adabiyat vol. 1. No. 2, Maret 2003 (Yogyakarta: Jurusan BSA Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003), hal. 114