zakat untuk kesejahteraan bersama

Upload: willie

Post on 30-May-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    1/22

    ZAKAT UNTUK KESEJAHTERAAN BERSAMAOleh : Afifi Fauzi AbbasA. PendahuluanZakat adalah ibadah maaliyah ijtima'iyyah yang memiliki posisi sangat penting,strategis, dan menentukan bagi pembangunan kesejahteraan umat. Ajaran zakat ini

    memberikan landasan bagi tumbuh dan berkembangnya kekuatan sosial ekonomiumat. Kandungan ajaran zakat ini memiliki dimensi yang luas dan kompleks,bukan saja mengandung nilai-nilai ibadah, moral, spiritual, dan ukhrawi, melainkanjuga nilai-nilai ekonomi dan duniawi.Beragamnya nilai-nilai yang terkandung dari ajaran zakat tersebut, memberikanlandasan (hujjah) yang kuat dan rasional bagi pemberdayaan dan pengembangankehidupan masyarakat secara menyatu dan menyeluruh dari potensizakat. Teraktualisasikannya nilai-nilai tersebut, dapat memberikan manfaat yangsangat besar bagi pembangunan dan peningkatan harkat dan martabat manusiaserta membangun peradaban secara hanif.Namun, tentu saja kita menyadari bahwa dalam perjalanan sejarah masyarakatIslam, kandungan nilai-nilai tersebut baik secara teoritis maupun aplikatifmengalami dinamika sesuai dengan situasi dan kondisi (dhuruf wa zaman). Bahkantidak bisa dipungkiri bahwa pada sebagian masyarakat terjadi stagnasi ataukebekuan dalam pengungkapan kandungan nilai-nilai tersebut. Akses informasidan pembelajaran yang tidak merata menimbulkan "kejumudan" yangberkepanjangansehingga mengakibatkan pemahaman yang parsial dari hakikat ditetapkannyaajaran zakat ini.Kita mengetahui bahwa Tuhan memberikan suatu kewajiban pada umatmanusia bertujuan untuk membawa kebaikan bagi manusia itu sendiri. Begitu

    pula konsep zakat, terdapat tujuan dan hikmah secara intrinsik dari ajaran itu.Menelaah konsep zakat dari sisi tujuan dan hikmahnya akan membuat zakat lebihrelevan aktualisasinya dalam masyarakat. Kurangnya pemahaman terhadaptujuan dan hikmah dari pelaksanaan zakat dapat menghilangkan kekuatan dorong(ghirah) dari adanya konsep zakat itu sendiri. Dengan menjadikan tujuan danhikmah zakat sebagai pengembangan konsep zakat, maka kita mengharapkanterjadinya sintesa di antara berbagai ketentuan yang bersifat parsial dalampenentuan konsep zakat sehingga terwujud konsep yang integral tentang materizakat dan ahlinya.Berkaitan dengan hal tersebut, pengkajian yang terus-menerus dan penerapanyang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan pada zamannya, akan sangat berarti

    bagi percepatan proses pemberdayaan dan pembangunan tersebut. Tulisan inimerupakan kajian awal memahami konsep zakat khususnya berkaitan denganpendayagunaan zakat (tasharruf al-zakah) khususnya untuk mengembangkanperekonomian mayarakat.Afifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    2

    B. Pengertian ZakatZakat secara bahasa berarti suci (ath-thaharah), tumbuh dan berkembang (alnama'),

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    2/22

    keberkahan (al-barakah), dan baik (thayyib). Sedangkan dalam rumusanfikih, zakat diartikan sebagai "sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allahuntuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya denganpersyaratan tertentu".Rumusan definisi tersebut bila dihubungkan dengan pengertian secara

    kebahasaan menunjukkan bahwa harta yang dikeluarkan untuk berzakat akanmenjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik. Hal inisebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 103; Al-An'amayat 141 dan; Ar-Rum ayat 39. Di samping diungkapkan dengan kata-kata zaka,prinsip zakat juga disampaikan dengan kata shadaqah dan infak, seperti dalam suratAt-Taubah ayat: 60,34, dan 103Zakat adalah rukun Islam yang ketiga. Di dalam zakat terkandung potensisosial yang cukup besar berupa pembagian kemakmuran yang merata sehinggaberkuranglah rasa iri hati dan rasa tidak puas di antara mereka yangberkekurangan terhadap mereka yang berkelebihan, di antara simiskin dengansikaya.

    Dengan zakat, harta/kekayaan tidak akan dimonopoli dalam penguasaanorang-orang kaya dan berada saja. Al-Quran menyatakan Agar supaya harta itutidak hanya berputar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu (Al-Hasyr : 7).Dengan zakat terjalin pula rasa kasih sayang dan hidup tolong-menolong antarakalangan orang yang berada dengan kalangan orang yang tidak berada. Ia jugaakan memupuk iman, memupuk kesadaran beribadah, membina watak danmental, menghindari sikap kikir dan perbuatan dhalim.C. Kewajiban Berzakat.Kenapa kita harus berzakat ? Kewajiban adanya zakat berkaitan dengankonsep istikhlaf, al-maal, dan al-milk dalam Islam. Ketiga konsep tersebut salingberkaitan dan memiliki implikasi fungsional bagi manusia. Di samping fungsiuntuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga juga untuk meningkatkanpengabdian kepada Allah SWT melalui sarana beramal, baik yang mahdhah(hubungan vertikal) dengan Allah maupunghair mahdhah (hubungan horisontal)dengan sesama ciptaan-Nya.Tugas kekhalifahan/istikhlafmanusia secara umum adalah tugas mewujudkankemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan (QS Al-An'am:165) serta tugas pengabdian atau ibadah dalam arti luas (QS Adz-Dzariyat:56). Untuk menunaikan tugas tersebut, Allah memberikan manusia anugerahsistem kehidupan dan sarana kehidupan (QS Luqman: 20).Harta sebagai sebuah sarana bagi manusia, dalam pandangan Islam merupakan

    hak mutlak milik Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relatif,sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai denganketentuannya (QS Al-Hadid: 7 dan QS An-Nur: 33). Harta yang dianggap sebagaiAfifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    3

    perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dan sebagaibekal ibadah dapat pula sebagai ujian keimanan. Adanya ujian merupakan satubentuk penilaian terhadap kesadaran kepatuhan dan pengakuan bahwa apa yang

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    3/22

    dimilikinya benar-benar merupakan karunia dan kepercayaan dari Allah bagiyang menerimanya. Untuk itu kewajiban zakat merupakan suatu yang alamiahbagi kehidupan manusia, karena zakat yang diberikan atau dikeluarkan olehseseorang dari harta yang diperolehnya, pada hakikatnya dikembalikan kepadapemilik utamanya yaitu Allah SWT.

    Pada dasarnya, sebagai kelanjutan dari konsep khilafah, Allah sendiri memberikebebasan kepada manusia untuk menggunakan apa yang diperoleh dari karunia-Nya. Namun ditegaskan bahwa karena dia bukanlah satu-satunya khalifah dankarenanya terdapat jutaan manusia lain yang berkedudukan sama sebagai khalifah,maka mereka itu pun mempunyai hak yang sama. Untuk itu dalam proses pendaya-gunaan karunia Tuhan, perlu dilakukan dengan cara yang efisien dan adil agar"saudara" yang lainnya mendapatkan kemakmuran sebagaimana yangdiperolehnya.Pada dataran ini, maka adanya solidaritas sosial (al-ta'awwun al-ijtima'i)merupakan bagian lain dari dasar adanya kewajiban zakat.Pengabaian kewajiban seseorang terhadap sesamanya dipandang sebagai

    kegagalan yang serius dalam memenuhi kewajibannya terhadap Tuhan.1 Olehkarenanya, menurut Al-Quran pembayaran zakat oleh muzakki atau aghniya bukanmerupakan bentuk pemihakan kepada si miskin. Karena si kaya bukanlah pemilikriil kekayaan itu (Al-Hadid : 7). Begitu pula sebaliknya, mustahik/penerima zakattidak boleh memandang penerimaan zakat sebagai perlakuan tidak baik karenaapa yang mereka terima sebenarnya adalah hak mereka yang telah ditentukanoleh Allah dalam kekayaan orang-orang kaya (QS Adz-Dzariyat: 91 dan Al-Ma'arij: 25).Dengan demikian, penolakan terhadap adanya kewajiban zakat merupakansikap yang bertentangan dengan sunnatullah, bahwa manusia sebagai khalifah dankekayaan adalah amanah Tuhan. Mereka yang melanggar sunnatullah dianggaptermasuk orang yang tidak mensyukuri karunia-Nya (Ali Imran: 180).D. Harta yang Wajib DizakatiPada dasarnya zakat itu dapat dikelompokkan menjadi dua bahagian yaitu :1. Zakat mal (zakat harta)2. Zakat Fitrah (zakat jiwa).Dalam rangka intensifikasi zakat (infak dan sadakah) termasuk apa yangdisebut zakat profesi, memerlukan pemahaman yang utuh dan konprehensiftentang apa yang wajib dizakatkan. Untuk itu diperlukan pemahaman yangjelas dan mantap tentang mal atau amwal yang dibebani wajib zakat atasnya.Menurut Al-Quran dan al-Sunnah yang wajib dizakatkan itu adalah harta

    (amwal-rizki-kanzun dan zira'at) yang dimiliki oleh seseorang yang sudah sampai1 Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa shalat tetapi tidak membayar zakat, maka shalatnya tidak

    bernilai". Lihat Abu Ubaid, Kitab al-Amwal, h. 492.Afifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    4

    pada jumlah tertentu (senisab, punya potensi untuk berkembang dan melebihikebutuhan pokoknya. Hal ini antara lain dapat dicermati dari ayat-ayat al-Quran antara lain :- al-Maarij/70 : 240,

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    4/22

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    5/22

    Tidak semua harta yang kita miliki wajib dizakatkan. Yang wajib kitazakatkan adalah manakala harta tersebut telah memenuhi beberapa syarat, yaitu :1. Telah dimiliki secara sempurna (milk al-tam).2. Punya potensi untuk berkembang (al-nama').3. Sampai pada jumlah minimum (senisab).

    4. Kelebihan dari kebutuhan pokok (al-ziyadah).5. Bebas dari utang/tanggungan.6. Telah cukup haulnya (hari panen - setahun).Harta yang dimiliki oleh seseorang dapat berwujud dalam bermacam-macamragam barang-barang berharga. Maka peranan uang sebagai alat moneter sangatmembantu sekaligus sangat menentukan. Dengan dapat disimpannya harta dalambentuk uang dan dipergunakannya tanda-tanda pemilikan dalam bentuk suratsuratberharga (spt. saham, cek, obligasi, bilyet, giro dll), maka pembedaan antarapenda-patan/penghasilan dengan kekayaan (harta yang wajib dizakatkan) adalahsangat penting sekali.Harta yang wajib untuk dizakatkan bukanlah pendapatan, karena pendapatan

    belum tentu semuanya menjadi harta yang dimiliki secara sempurna oleh yangbersangkutan, karena mungkin masih ada biaya atau hak orang lain berupahutang atau kewajiban lainnya. Apalagi jika pengertian al-afwa dalam surat al-Baqarah/2 : 219 difahami secara sungguh-sungguh. Oleh karenanya menelusurikebutuhan sehari-hari seseorang tak dapat dielakan. Batas kepatutan kebutuhanpada suatu masyarakat pada satu zaman dan perkembangan kebutuhan itudalam sejarah peradaban tentulah sangat berbeda dari waktu ke waktu.Pendapatan seseorang bisa berasal dari dua sumber :pertama : penghasilan dari pekerjaan atau usahanya karena tenaganya sendiriikut dalam proses produksi. (Cermati al-Baqarah/2 : 267)kedua : penghasilan dari harta yang dinvestasikan, atau pemberian dari pihakketiga (waris, hibah wasiat dll).Jadi memang harus dapat dibedakan antara pendapatan yang diterimasebagai penghasilan/kasab, dengan pendapatan yang berasal dari penghasilanharta yang diinvestasikan dan pemberian pihak ketiga. Pendapatan yangdiperoleh dari profesi, berbeda dengan deviden saham yang dimiliki.Hasil produksi suatu masyarakat merupakan pendapatan masyarakat yangbersangkutan, yang dibagi melalui mekanisme sumbangan faktor produksi yangikut dalam proses produksi.Tenaga kerja mendapat upah/gaji, manajemenmendapat gaji dan bagian keuntungan, serta penyerta modal mendapat perolehanmelalui pembagian keuntungan. Masing-masing memperoleh pendapatan yang

    menjadi penghasilan pribadinya.Pendapatan itulah yang dibelanjakan seseorang untuk kebutuhan hidupnyasehari-hari. Apabila kebutuhan sehari-hari lebih kecil dari pendapatan, makaterjadilahtabungan yang merupakan kekayaannya. Tabungan ini dapat menjadisumber modal investasi, yaitu menanamkan kekayaan melalui pembelian alatAfifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    6

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    6/22

    produksi, dan ini berarti menaikan pendapatan. Makin meningkat pendapatanseseorang makin bertambah kekayaannya.Tidak semua penerimaan otomatis menjadi harta yang wajib dizakatkan,walaupun kelihatannya seperti telah mencapai ambang batas nisab. Yang harusdiperhatikan adalah beban hutang dan beban kebutuhan sehari-hari. Kekayaan

    adalah tumpukan kemanfaatan yang terhimpun dalam harta yang berwujudmateri maupun yang bukan materi nyata yang dikaitkan dengan pemiliknya. Jadikekayaan itu adalah harta yang dimiliki.Kekayaan dapat diperoleh melalui tiga sumber :1. dari sisa hasil pendapatan sendiri,2. dari hasil investasi, dan3. dari penerimaan kekayaan orang atau badan lain (hibah, hadiah, sedekah,warisan dll).Akan tetapi penerimaan harta orang lain berupa pinjaman, titipan, hutang atauyang semacamnya tidaklah dianggap sebagai kekayaan. Seseorang yang padamulanya tidak mempunyai kekayaan apapun, akan mempunyai kekayaan pertama

    dari sisa penghasilan yang tidak dikomsumsi. Perbuatan menyisakan hasilpendapatan dengan cara mengurangi komsumsi atau menambah penghasilanmembuahkan tabungan baginya. Tabungan itu adalah kekayaannya. Kekayaaninilah yang wajib dizakatkan.Allah telah menciptakan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumiuntuk dinikmati dan diambil manfaatnya. Adalah usaha/kasab manusia untukmemperoleh manfaatnya. Pada tingkat pertama kasan manusia itu hanyalahmengumpulkan. Pada tingkat berikutnya memelihara, mengolah, melestarikandan mengelolanya.Kasab adalah kerja atau upaya yang menambah nilai sehingga melahirkannilai tambah. Nilai tambah yang diperoleh seseorang sangat tergantung darikasabnya masing-masing. Nilai tambah itu akan meningkat besarnya jika ia :memakai perlengkapan (alat produksi), menggunakan tenaga terlatih. Kasabmanusia yang menguasai teknologi mutaakhir akan menghasilkan nilai tambahyang lebih meningkat. Laju peningkatan pertambahan nilai itu dapat dilihat daridimensi waktu.Dari sini semakin kelihatanlah bahwa kasab yang satu dapat menghasilkannilai tambah yang lebih besar dibanding dengan kasab yang lain. Kasab yangmemakai peralatan produksi yang lebih baik dan ketrampilan yang lebih mahirakan menghasilkan nilai tambah yang lebih besar. Inilah yang kemudian yangmembedakan hasil perolehan antara seorang yang bekerja seadanya dengan orang

    yang bekerja secara profesional.Kerja yang profesional akan menghasilkan nilai tambah yang lebih besar.Penghasilan yang lebih besar biasanya akan menyisakan tabungan yang lebihbesar pula. Inilah yang secara akumulatif akan menjadi kekayaan. Kekayaaninilah yang wajib untuk dizakatkan.E. Mustahiq ZakatAfifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    7

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    7/22

    Zakat merupakan ibadah yang memiliki dua sisi. Pada satu sisi zakatmerupakan ibadah yangberfungsi sebagai penyucian terhadap harta dan diripemiliknya,2 pada sisi lain zakat mengandung makna sosial yang tinggi.3 Dengansemakin luasnya objek zakat dengan jenis usaha yang sangat variatif di bidangpertanian, perindustrian, peternakan, dan profesi, semakin besar peluang untuk

    penggalangan dana dari sektor zakat. Akan tetapi kesuksesan dalampenggalangan dana saja tidak akan mencapai sasaran, jika pendistribusian danazakat tidak dikelola secara profesional.Kenyataan di lapangan, pendistribusian zakat merupakan salah satu faktoryang dijadikan tolok ukur bagi umat Islam untuk memilih lembaga yangdipercaya dalam pengelolaan zakat. Kekhawatiran umat Islam bahwa dana yangada sampai atau tidak kepada yang berhak sering menjadi penyebab kurangberdayanya lembaga amil yang ada. Mungkin ini yang diisyaratkan oleh QS At-Taubah ayat 60 yang menekankan pada pendistribusian harta zakat bukan padaupaya penggalangannya.1. Latar belakang turunnya ayat tentang penerima zakat

    Kelompok yang berhak mendapatkan zakat pada tataran aplikasi dibatasipada yang sudah disebutkan dalam Al-Quran. Jika diperhatikan urutan ayat QSAt-Taubah ayat 60 tersebut terletak antara ayat-ayat yang bercerita tentang orangmunafik. Pada ayat 59 sebelumnya, Allah menceritakan tentang orang yangmerasa senang kalau diberi zakat dan mencaci maki Rasul jika ia tidakmendapatkan zakat. Bahkan sebab turun ayat tentang delapan asnaftersebutuntuk mengeluarkan orang munafik dari mustahik zakat. Hal itu terbukti denganjawaban Rasul terhadap gugatan seorang munafik yang tidak mendapatkan zakatdengan ungkapan: jika kamu termasuk delapan asnaftersebut maka kamumendapatkan bagian zakat.4Dengan demikian, mungkin adat hesar/pembatasan dalam ayat malah bukanmemberikan batasan tentang penerima zakat yang sesungguhnya, tapi lebihkepada tujuan untuk memberikan pembatasan terhadap orang munafik yangberambisi dan berharap mendapatkan harta zakat, sehingga tidak ada tempat bagimereka sebagai kelompok yang perlu dibantu dengan dana umat Islam.Konsekuensi logis dari tindakan mereka yang tidak mau bersama-samamenggalang kekuatan umat Islam, maka mereka pun tidak mendapatkan fasilitastunjangan finansial.2. Kriteria penerima zakat2 QS At-Taubah: 103

    3 QS Az-Zariyat: 19

    4 Abd Al-Rahman Jalal al-Din al-Suyuthi,AL-Dur al-Mantsurfi Tafsir al-Ma 'tsur, Beirut: Dar al-Fikr,

    1414/1993, Jilid 4, juz 10, h. 220.Afifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    8

    Dari urutan penerima zakat yang disebutkan dalam ayat 60 At-Taubah,penerima zakat dilihat dari penyebabnya dapat dikelompokkan dalam duakelompok besar, yaitu:a. Ketidakmampuan dan ketidakberdayaanKelompok atau orang yang masuk dalam kategori ini dapat dibedakan pada

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    8/22

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    9/22

    fikih dibatasi pada orang yang punya hutang untuk keperluannya sendiri dandana dari zakat diberikan untuk membebaskannya dari hutang. Namunbeberapa pendapat membedakannya kepada dua kelompok, yaitu orang yangberhutang untuk keperluannya sendiri dan orang yang berhutang untukkepentingan orang lain. Syafi'iyyah menyatakan bahwagharim meliputi: 1)

    Hutang karena mendamaikan dua orang yang bersengketa. Dana zakat dapatdiberikan untuk pengganti pengeluaran tersebut, meskipun orangnya secarapribadi mampu; 2) Hutang untuk kepentingan pribadi, dan 3) Hutang karenamenjamin orang lain.5 Untuk dua yang terakhir, dana zakat diberikan kepadayang berhutang kalau dia tidak mampu membayarnya.Hutang yang disebabkan oleh kegiatan untuk kepentingan orang lain,seperti upaya mendamaikan dua orang yang bersengketa, ia berhakmendapatkan distribusi dana zakat untuk mengganti dana yang dikeluarkannyameskipun yang berhutang secara pribadi kaya. Begitu juga hutang yangdiakibatkan karena program atau kegiatan untuk kepentingan sosial, sepertidana yayasan anak yatim, atau rumah sakit untuk pengobatan masyarakat

    miskin atau sekolah untuk kaum Muslimin.6Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa hutang yang timbul akibatdari operasional mengurusi masalah umat Islam, atau upaya penyelesaiansengketa dalam bentuk apa pun dapat didanai oleh dana zakat. Sepertiadvokasi, penegakan HAM, perlindungan anak dan bantuan hukum, terutamabagi umat Islam yang tidak mampu untuk mendapatkan haknya. Biayaoperasional program dimaksud tentu saja dapat didanai dengan dana zakat.Hal itu disebabkan kegiatan tersebut termasuk pada upaya untuk menyelesaikansengketa dan biasanya dialami oleh masyarakat tidak mampu baikakses atau pun ekonomi.4.MuallafMuallafpada umumnya dipahami dengan orang yang baru masuk Islam.Namun, dilihat dari sejarahnya, pada masa awal Islam, muallafyang diberikandana zakat dibagi kepada dua kelompok. 1) Orang kafir, yang diharapkandapat masuk Islam seperti Safwan bin Umayyah dan yang dikhawatirkan5 Abdurrahman al-Jaziri,Kitab al-Fiqh ala al-Mazahib Arbaah, juz I, Beirut, Dar al-Fikr. 1986/1406,h. 625-626

    6 Jusuf Qardhawi.Fiqh Zakat, Beirut : Muassasah al-Risalah,. juz 2, 1412/1991. h.630Afifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    10

    menjahati orang Islam seperti Ibn Sufyan bin Harb. 2) Orang Islam, terdiri daripemuka Muslim yang disegani oleh orang kafir, Muslim yang masih lemah

    imannya agar dapat konsisten pada keimanannya, Muslim yang berada didaerah musuh.7Menurut Syafi'iyyah, muallafadalah: 1) Muslim yang lemah imannya, agarimannya menjadi kuat; 2) Pemuka masyarakat yang masuk Islam, diharapkandapat mengajak kelompoknya masuk Islam; 3) Muslim yang kuat imannya,yang dapat mengamankan dari kejahatan orang kafirserta; 4) Orang yangdapat menghambat tindakan jahat orang yang tidak mau berzakat.8Pemberian zakat kepada muallafkelihatannya dengan tujuan agar umat

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    10/22

    Islam merasa nyaman dan terjauh dari tindakan anarkhis kelompok agamalain. Meskipun ada perbedaan muallaf yang diberi tetapi tujuannya sama yaituuntuk menjaga umat Islam tetap dalam keyakinannya dan menjauhkannya daritindakan kelompok lain yang dapat mengganggu dan merusak. At-Thabarimenyatakan bahwa hakikat pemberian zakat kepada muallafadalah untuk

    mengantisipasi hancurnya umat Islam dan mengokohkan serta menguatkanIslam. Karena itu Rasul masih memberikan zakat pada muallafpada saatfathMekah dan umat Islam sudah banyak.9 Yusuf Qardhawi mengemukakanbahwa zakat yang diberikan kepada muallafdengan tujuan agar hatinya tetapdalam Islam, mengokohkan orang yang lemah imannya atau usaha untukmenolongnya; dan menahan tindakan jahat kelompok lain.10Dengan demikian, untuk saat sekarang dapat dipahami bahwa semuakegiatan yang dilakukan untuk membuat umat Islam yang lemah iman tetapdalam keyakinannya dan tidak tergoda untuk berpindah ke agama selainIslam, dapat didanai dengan dana zakat. Karena esensi dari kegiatan tersebutdapat dikategorikan pada pemberian dana untuk kelompok muallafini.

    5. AmilMuhammad Rasyid Rida mengemukakan maksud dari amil pada ayatadalah mereka yang ditugaskan oleh imam/ pemerintah atau yangmewakilinya untuk melaksanakan pengumpulan zakat, menyimpan ataumemeliharanya, termasuk para pengelola, dan petugas administrasi... .11Sementara Yusuf Qardhawi_ memberikan batasan yang lebih rinci tentang amilyaitu semua orang yang terlibat/ikut aktif dalam organisasi zakat, termasukpenanggung jawab, para pengumpul, pembagi, bendaharawan, sekretaris, dan7 Muhammad Rasyid Ridla, Tafsir Al-Qur'an al-Hakim (al-Manar)juz 10, Darul Fikr, t.t., h. 495,

    bandingkan dengan Abu Bakar Ahmad al-Razi al-Jashshash,Ahkamul Qur'an, juz 3, Beirut: Darul Fikr,1414/1993, h.181 dan Sayid Quthub,Fi Zhilalil Qur'an,jilid 3, juz 10, Beirut: Darul Syuruq, 1412/1992, h.

    1669 .8 Abdur Rahman al-Jaziri, op.cit., h. 6259 A1-Thabari, juz l4, h. 316.

    10 Yusuf Qardhawi,fiqh Zakat,juz 2, h. 60911 Muhammad Rasyid Ria, op.cit.,jilid 10, h. 513Afifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    11

    sebagainya.12 Dari kedua pengertian amil tersebut dapat diketahui bahwa amilbertugas mulai dari penentuan wajib zakat, penghitungan, dan pemungutanzakat. Mereka juga bertugas mendistribusikan harta zakat tersebut kepadaorang yang berhak menerimanya. Namun, Ibn Rusyd memahami bahwa amilbukan hanya terbatas pada amil zakat, tetapi termasuk juga para hakim dan

    orang yang termasuk dalam pengertian mereka yang mengabdikan dirinyauntuk kepentingan umum umat Islam.13Lebih jauh dinyatakan bahwa amil meliputi amil zakat dan yang semaknadengan itu seperti hakim, wali, mufti, dan Iain-lain yang mengabdikan dirinyauntuk kepentingan umat. Meskipun secara pribadi mereka mampu namunmendapatkan dana zakat sebagai kompensasi dari usaha dan kegiatan yangmereka lakukan.14 Menurut Yusuf Qardhawi, fuqaha pada umumnyamenyatakan bahwa mereka hakim, wali, mufti dan yang semakna tidak masuk

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    11/22

    kelompok amil. Oleh sebab itu kompensasi untuk mereka diambil dari danaselain zakat, kecuali mereka yang termasukfi sabilillah.15 Meskipun terdapatperbedaan, yang pasti bahwa orang yang menyibukkan dan mengabdikandirinya untuk kepentingan umum umat Islam, mendapatkan dana dari zakat.Bisa dari kelompok amil atau dari kelompokfi sabilillah. Dalam konteks

    kekinian, orang yang mengurusi kepentingan umum umat Islam, apalagi untukmemperjuangkan nasib dan ketidakberdayaan umat Islam dapat menggunakandana zakat sebagai kompensasi dari usaha mereka. Besarnya dana zakat yangdipakai disesuaikan dengan berat ringannya kerja mereka.6. RiqabDalam sejarahnya, jauh sebelum Islam datang riqab terjadi karena sebabtawanan perang. Oleh sebab itu, ada beberapa cara yang digunakan untukmembantu memerdekakan budak, seperti sebagai sanksi dari beberapapelanggaran terhadap aturan Islam.16 Harta zakat pun diperuntukkan bagibudak yang masuk Islam untuk mendapatkan hak kemerdekaannya sebagaimanusia merdeka.

    7. SabilillahSabilillah pada masa awal dipahami denganjihad fi sabilillah, namun dalamperkembangannya sabilillah tidak hanya terbatas padajihad, akan tetapi mencakupsemua program dan kegiatan yang memberikan kemaslahatan padaumat Islam. Dalam beberapa literatur secara eksplisit ditegaskan bahwa sabilillahtidak tepat hanya dipahamijihad, karena katanya umum, jadi termasuk12 Yusuf Qordhowi,Fiqh al-Zakah, (Beirut: Muassasat al-Rislat Dr al-Qalm, 1981), cet. Ke6,juz2,h. 576.

    13 Ibn Rusyd,Bidayatul Mujtahid, juz 1, h. 276..14 Kitab Nail wa Syarhuhu, juz 2, h. 134

    15 Yusuf Qardhawi, Op.Cit. h. 593.16Kaffaratbagi suami isteri yang melakukan persetubuhan pada bulan Ramadhan, hukuman pengganti

    qisasAfifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    12

    semua kegiatan yang bermuara pada kebaikan seperti mendirikan benteng,memakmur-kan masjid, termasuk mengurus mayat.17 Bahkan termasuk didalamnya para ilmuwan yang melakukan tugas untuk kepentingan umat Islam,meskipun secara pribadi ia kaya.18Dapat dipahami bahwa dana zakat untuk sabilillah, dapat diberikankepada pribadi yang mencurahkan perhatiannya untuk kepentingan umumumat Islam, sebagai kompensasi dari tugas yang mereka lakukan. Di sampingitu juga diberikan untuk pelaksanaan program atau kegiatan untuk

    mewujudkan kemaslahatan umum umat Islam, seperti mendirikan rumah sakitdan pemberian layanan kesehatan. Bahkan termasuk dalam kategori ini semuaupaya pemberantasan kejahatan.8. Ibn SabilIbn sabil sebagai penerima zakat sering dipahami dengan orang yangkehabisan biaya di perjalanan ke suatu tempat bukan untuk maksiat. Tujuanpemberian zakat untuk mengatasi ketelantaran, meskipun di kampunghalaman-nya ia termasuk mampu. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    12/22

    Islam memberikan perhatian kepada orang yang terlantar. Penerima zakatpada kelompok ini disebabkan oleh ketidakmampuan yang sementara. Jikaorang terlantar sementara saja dibantu dengan dana zakat, apalagi merekayang benar-benar tidak mampu tentu saja mendapatkan prioritas lebih.Perhatian yang diberikan Islam kepada orang yang kurang mampu di

    samping adanya kewajiban zakat, juga dengan memberikan ancaman kepadaorang yang tidak mengabaikan orang miskin (QS Al-Maun: 3). Perhatian jugadiberikan kepada orang yang tidak mempunyai pelindung. Dalam hadisditemukan bahwa Rasulullah SAW menyatakan orang yang membantu merekasama denganjihad di jalan Allah.19 Pada satu sisi, penyamaan ini mungkinpada reward yang akan diterima nanti di akhirat dan mungkin juga fasilitasyang akan diterima di dunia. Dapat dikatakan bahwa orang yang mengerahkanwaktu dan pengetahuannya untuk membantu orang yang tidak mampu, makaia mendapatkan distribusi zakat seperti orang yang melakukanjihad di jalanAllahF. Pendayagunaan Zakat

    Pembicaraan tentang sistem pendayagunaan zakat berarti membicarakan beberapausaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuantertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah sesuai dengantujuan zakat itu disyariatkan. Dalam pendekatan fikih, dasar pendayagunaanzakat umumnya didasarkan pada surah At-Taubah ayat 60.17 Al-Razi, op.cit., h. 189 bandingkan dengan Muhammad Rasyid Ridha, op.cit., h. 01.

    18 Seperti yang dkutip oleh Muhammad Rasyid Ridha, ibid., h. 50219 18 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 3, h. 2212, juz 4, h. 2435, Muslim,shahih Muslim., juz 4, h. 52-53, al-Turmuzi, sunan al-Turmuzi.,juz 3, h. 224, al- Nasa'i, sunan al-Nasa'L,juz 5, h. 86-87, Ibn Majah,

    sunan Ibn Majah.,juz 2, h. 724, dan Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal.,juz 2, h. 361.Afifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    13

    Ayat ini menjelaskan tentang peruntukan kepada siapa zakat itu diberikan.Para ahli tafsir menguraikan kedudukan ayat tersebut dalam uraian yangberagam, baik terhadap kuantitas, kualitas, dan prioritas. Di antara uraian tersebutsecara singkat adalah sebagai berikut:20a. Menurut sebagian ulama, zakat boleh dibagikan kepada satu golongan saja daridelapan golongan itu, yaitu diberikan kepada mereka yang palingmembutuhkan.b. Menurut sebagian ulama lain, zakat hanya diberikan kepada delapan asnaf dantidak boleh diberikan kepada selain delapan asnaf itu.c. Menurut al-Qurthubi dalam tafsirnya menarik kesimpulan bahwa tidak adacara tertentu dan tetap, sejak masa Rasulullah SAW maupun pada masaAl-Khulafaurrasyidin. Al-Khulafaurrasyidin menempuh kebijaksanaan sistemprioritas.d. Sebagian lain, tidak ada penjelasan mengenai perincian pembagian di antara 8golongan tersebut. Ayat tersebut hanya menetapkan kategori-kategori yangberhak menerima zakat hanya ada delapan golongan. Nabi sendiri tidakpernah menerangkan cara pembagian itu, bahkan beliau memberi mustahiksesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, dan disesuaikan pula dengan

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    13/22

    jumlah persiapan harta benda yang ada.Penjelasan yang beragam dari para ulama terhadap maksud ayat tersebutmenunjukkanbahwa konsep pendayagunaan atau pihak-pihak yang berhak menerimazakat, dalam penerapannya memberikan atau membuka keluasan pintu

    ijtihad bagi mujtahid termasuk kepala negara dan Badan Amil Zakat, untukmendistribusikandan mendayagunakan zakat sesuai dengan kebutuhan situasi dankondisi sesuai dengan kemaslahatan yang dapat dicapai dari potensi zakattersebut.Sebagaimana dimaklumi konsep maslahat senantiasa berkembang sesuaidengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan umat. Untuk penentuan tingkatkemaslahatan, biasa dikenal dengan adanya skala prioritas. Metode prioritas inidapat dipakai sebagai alat yang efektif untuk melaksanakan fungsi alokatif dandistributif dalam kebijaksanaan pendayagunaan zakat.Misalnya penafsiran katafi sabilillah dan ibn sabil, secara periodik dan

    kondisional selalu berkembang sesuai kondisi. Pada waktu perang, fi sabilillahyang secara harfiah berarti "jalan Allah", adalah berperang melawan orang-orangkafir. Definisi tersebut untuk sekarang tentu tidak hanya itu, karena keadaansudah berubah dan lebih kompleks. Penyelenggaraan sistem pemerintahan ataukenegaraan yang mengabdi pada kepentingan rakyat; melindungi keamananwarga negara dari kekuatan-kekuatan destruktif yang bertentangan dengan hakhakkemanusiaan dan kewarganegaraan; menegakkan keadilan hukum (yudikatif)bagi warga negara; serta meningkatkan kualitas manusia dalam rangkamenunaikan tugas sosialnya untuk membangun peradaban di muka bumi,20 lihat, Al-Qurtubi, al-Jami' Liahkamil Quran, Mesir: Dar al-Kitab, t.th. h, 168Afifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    14merupakan bagian dari bagian maksudfi sabilillah.21 Begitu pula pengertian ibnsabil, yang secara bahasa berarti anak jalanan atau " musafir yang kehabisanbekal", untuk selanjutnya juga mengalami perkembangan makna. Kata ibn sabildapat diartikan bukan saja untuk keperluan musafir yang kehabisan bekal, tetapijuga untuk keperluan pengungsi, bencana, dan sejenisnya.22Dengan demikian, bahwa maksud At-Taubah ayat 60, sangat berkaitandengan kepentingan kemaslahatan manusia secara keseluruhan. Dari ayat tersebutdipahami bahwa Allah SWT tidak menetapkan perbandingan yang tetap antarabagian masing-masing delapan pokok alokasi (asnaf), tidak menetapkan delapanasnaftersebut harus diberi semuanya, tidak boleh keluar dari delapan asnaf, dan

    tidak menetapkan zakat harus dibagikan dengan segera setelah masa pungutanzakat serta tidak ada ketentuan bahwa semua hasil pungutan zakat harusdibagikan semuanya.23G. Hikmah dan Tujuan PendayagunaanIslam adalah agama rahmat dan kemanusiaan, oleh karena itu pada setiapajar-annya harus mengandung aspek kemaslahatan dan kemanfaatan terhadapkehidupan manusia, termasuk dalam hal ini ajaran zakat. Sebagaimana dijelaskan

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    14/22

    di atas, salah satu pengertian zakat adalah tumbuh atau menumbuhkan yaitumenumbuh dan mengembangkan martabat manusia. Di sini zakat mengandungmakna pemberdayaan diri terhadap seorang yang lemah. Untuk itu zakat harusmenjadi kekuatan yang men-dorong, memperbaiki dan meningkatkan keadaanbagi penerimanya

    Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah danmanfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yangberzakat (muzakki), penerimanya (mustahik) harta yang dikeluarkan zakatnya,maupun bagi masyarakat keseluruhan.Dalam hal ini, para ulama telah membahas mengenai apa hikmat dan tujuandari adanya zakat. Di antaranya, menurut Yusuf Qardhawi, secara umum terdapatdua tujuan dari ajaran zakat, yaitu untuk kehidupan individu dan untukkehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan yang pertama meliputi pensucian jiwadari sifat kikir, mengembangkan sifat suka berinfak atau memberi,mengembangkan akhlak seperti akhlak Allah, mengobati hati dari cinta duniayang membabi buta, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa

    simpati dan cinta sesama manusia. Dengan ungkapan lain, esensi dari semuatujuan ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk memperkaya jiwa manusiadengan nilai-nilai spiritual yang dapat meninggikan harkat dan martabat manusiamelebihi martabat benda, dan menghilangkan sifat materialisme dalam diri21 Lihat, Masdar F. Mas'udi,Zakat (Pajak) Berkeadilan, Jakarta : P3M, 1993, h.160-161; Safwan Idris,Gerakan Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Jakarta: Citra Putra Bangsa, 1997.22 Ibid

    23 Sjechul Hadi Pernomo,Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, Jakarta:Pustaka Firdaus, 1992, h. 41

    Afifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    15

    manusia.24

    Tujuan kedua memiliki dampak pada kehidupan kemasyarakatan secara luas.Dari segi kehidupan masyarakat, zakat merupakan suatu bagian dari sistemjaminan sosial dalam Islam. Kehidupan masyarakat sering terganggu olehproblema kesenjangan, gelandangan, problema kematian dalam keluarga danhilangnya perlindungan, bencana alam maupun kultural dan lain sebagainya.25Sedangkan tujuan dan hikmat lain dari zakat di antaranya adalah sebagaiberikut:26pertama, merupakan perwujudan ketundukan, ketaatan dan rasa syukuratas karunia Tuhan (QS At-Taubah: 103; Ar-Rum: 39; dan Ibrahim: 7); kedua, zakatmerupakan hak mustahik yang berfungsi untuk menolong, membantu danmembina mereka ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, agardapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak dan dapat beribadah kepada-Nya; ketiga, merupakan pilar amal bersama (jama'i) antara orang-orang kaya yangberkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya untuk berjihaddi jalan Allah (QS Al-Baqarah: 273; Al-Maidah: 2); keempat, sebagai sumber danabagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam,seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi sekaligussarana pengembangan kualitas sumber daya manusia; kelima, untukmemasyarakatkan etika bisnis yang benar sebab zakat itu bukanlah membersihkan

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    15/22

    harta yang kotor akan tetapi menge-luarkan bagian dari hak orang lain atas hartakita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai ketentuan Allah SWT;keenam, merupakan salah satu instrumen/ sarana bagi pembangunankesejahteraan umat, pertumbuhan dan pemerataan pendapatan serta; ketujuh,mendorong umat untuk bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta untuk

    dapat memenuhi kehidupan diri dan keluarganya serta dapat berzakat/berinfak.Dengan demikian, tujuan pendayagunaan zakat pada dasarnya apa saja yangdapat memberikan dan melanggengkan kemaslahatan bagi seluruh masyarakattermasuk usaha-usaha yang mengarah ke situ, maka dapat menjadi bagian daripendayagunaan zakat dilihat dari sisi maqashid al-syariah.Namun demikian, belum ekspansifnya pendayagunaan zakat selama iniuntuk program-program keumatan yang "abstrak" dan berjangka panjang, bolehjadi di samping karena keterbatasan dana juga perbedaan dalam penilaianterhadap prioritas dari pengembangan program keumatan. Tetapi secarakonsepsional, bahwa konsep zakat dan pendayagunaan zakat bertujuan untukmenumbuhkan dan meningkatkan harkat dan martabat manusia sehingga tercapai

    kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.Untuk itu segala program yang bertujuan meningkatkan harkat dan martabatmanusia seperti bantuan hukum, advokasi pemahaman hak-hak dan kewajiban,pemberdayaan perempuan dan anak, serta terjaminnya lingkungan adalahmerupakan bagian dari tujuan kemaslahatan manusia, dankarenanya berhak24 Yusuf Qardhawi,Hukum Zakat, Jakarta : Lentera, 1991, h. 848-87625Ibid, h. 881-917

    26 Lihat, Didin Hafidhuddin,Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, h. 10-15Afifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    16

    mendapatkan bagian dari pendistribusian atau pendayagunaan dana zakat.H. Manajemen ZakatSeiring dengan perintah Allah kepada umat Islam untuk membayarkanzakat, Islam mengatur dengan tegas dan jelas tentang pengelolaan harta zakat.Manajemen zakat yang ditawarkan oleh Islam dapat memberikan kepastiankeberhasilan dana zakat sebagai dana umat Islam. Hal itu terlihat dalam Al-Quranbahwa Allah memerintahkan Rasul SAW untuk memungut zakat (QS At-Taubah:103). Di samping itu, QS At-Taubah ayat 60 dengan tegas dan jelas mengemukakantentang yang berhak mendapatkan dana hasil zakat yang dikenal dengankelompok delapan asnaf.Dari kedua ayat tersebut di atas, jelas bahwa pengelolaan zakat, mulai darimemungut, menyimpan, dan tugas mendistribusikan harta zakat berada di bawah

    wewenang Rasul dan dalam konteks sekarang, zakat dikelola oleh pemerintah.Dalam operasional zakat, Rasul SAW telah mendelegasikan tugas tersebut denganmenunjuk amil zakat.Penunjukan amil memberikan pemahaman bahwa zakat bukan diurus olehorang perorangan, tetapi dikelola secara profesional dan terorganisir. Amil yangmempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya, memungut, menyimpan, danmendistribusikan harta zakat kepada orang yang berhak menerimanya.Pada masa Rasul SAW, beliau mengangkat beberapa sahabat sebagai amil

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    16/22

    zakat. Aturan dalam At-Taubah ayat 103 dan tindakan Rasul SAW tersebutmengandung makna bahwa harta zakat dikelola oleh pemerintah. Apalagi dalamQS At-Taubah ayat 60, terdapat kata amil sebagai salah satu penerima zakat.Berdasarkan ketentuan dan bukti sejarah, dalam konteks kekinian, amil tersebutdapat berbentuk yayasan atau Badan Amil Zakat yang mendapatkan legalisasi

    dari pemerintah.Akhir-akhir ini di Indonesia, selain ada Lembaga Amil Zakat yang telahdibentuk pemerintah berupa BAZIS mulai dari tingkat pusat sampai tingkatkelurahan/desa, juga ada lembaga atau yayasan lain seperti Dompet Dhuafa diJakarta, Yayasan Dana Sosial Al-Falah di Surabaya, Yayasan Daarut Tauhid diBandung, dan Yayasan Amil Zakat di Lampung. Bahkan sebagian yayasantersebut sudah dapat menggalang dana umat secara profesional dengan nominalyang sangat besar. Dan pendayagunaan zakat sudah diarahkan untuk pemberianmodal kerja, penanggulangan korban bencana, dan pembangunan fasilitas umumumat Islam.Apalagi dengan situasi dan kondisi sekarang banyak sekali lembaga atau

    yayasan yang peduli terhadap masalah-masalah ketidakberdayaan danketidakmampuanumat Islam. Ada beberapa program yang diperuntukkan juga bagiumat Islam yang tidak mampu seperti advokasi kebijakan publik, HAM, bantuanhukum, pemberdayaan perempuan. Semua program tersebut memerlukan danayang tidak sedikit, sementara itu pendanaannya tidak mungkin dibebankankepada merekaAfifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    17

    Berdasarkan kenyataan tersebut, muncul pertanyaan apakah dana dari zakatdapat digunakan untuk pelaksanaan program yayasan atau badan yang mengurus

    kepentingan umat Islam yang tak mampu secara finansial, akses, ataupunpengetahuan. Mereka dengan segala keterbatasannya juga harus dibantu. Programtersebut pun memerlukan dana operasional, bahkan mereka yang membantu punperlu dana. Pada satu sisi, penerima zakat telah ditetapkan secara tegas dan jelas,yang sebagian orang memahami tidak mungkin keluar dari aturan tersebut.Apabila asnafyang ditetapkan dalam QS At-Taubah ayat 60 tersebut dipahamisecara tekstual, ada asnafyang tidak dapat diaplikasikan sekarang, yaitu riqab.Riqab adalah budak Muslim yang telah dijanjikan untuk merdeka kalau ia telahmembeli dirinya. Begitu juga denganfuqara', masakin, dan gharimin. Pemahamantekstual akan menyebabkan tujuan zakat tidak tercapai, karena pemberian danazakat kepada yang bersangkutan sifatnya hanya charity. Masalah krisis ekonomiyang dihadapi sebagian umat Islam yang memerlukan bukan hanya bagaimanakebutuhan dasarnya terpenuhi. Akan tetapi bagaimana mengatasi krisis tersebutdengan mengatasi penyebab munculnya krisis.Dengan demikian, untuk pencapaian tujuan zakat dan hikmah pewajibanzakat, maka pemahaman kontekstual dan komprehensif terhadap delapan asnafpenerima zakat perlu dilakukan, sehingga kelompok yang berhak mendapatkandana zakat dapat menerima haknya

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    17/22

    I. Potensi Dana ZakatHarapan aktifitas gerakan Islam untuk mendapatkan sokongan dana Zakatbagi lembaga dan kegiatannya tidaklah berlebihan. Kita sadar bahwa dana Zakatdi Indonesia cukup besar dan berpotensi menjadi salah satu sumber pendanaanbagi lembaga dan program sosial keagamaan. Pada masanya Menteri Agama Said

    Aqiel Munawar menyatakan bahwa potensi dana zakat di Indonesia per tahunnyamencapai Rp 7,5 triliun. Sementara hasil survei yang dilakukan PIRAC mengenaiPola & Kecenderungan Masyarakat Berzakat di 11 kota besar menyebutkan bahwanilai zakat per muzakki sebesar Rp 124.200/ tahun. Sedangkan nilai zakat yangdibayarkan berkisar antara Rp 44.000 sampai Rp 339.000 per tahun. Dari datatersebut PIRAC memperkirakan jumlah dana ZIS yang tergalang di Indonesiaberjumlah sekitar Rp 4 triliun.Besarnya potensi dana ZIS ini dikarenakan ajaran agama menjadi motivasiutama masyarakat untuk berderma. Hal ini tercermin dari salah satu hasil survei"Potensi dan Perilaku Masyarakat dalam Menyumbang" yang dilakukan PIRAC {PublicInterest Research and Advocacy Center) di 11 kota besar di Indonesia. Salah satu

    temuanmenarik dari survei yang melibatkan 2.500 orang responden tersebut adalahdominannya peran ajaran agama dalam mempe-ngaruhi seseorang untukmenyumbang. Hampir seluruh responden (99%) mengaku menyumbang karenadorongan ajaran agama. Kegiatan keagamaan juga mendapatkan porsi sumbanganyang cukup besar karena sebagian besar dari responden (84%) mengakupernah menyumbang untuk organisasi keagamaan atau kegiatan keagamaan.Afifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    18

    Hanya sebagian kecil saja (16%) yang mengaku dalam setahun terakhir ini tidakpernah menyumbang organisasi atau kegiatan keagamaan. Sedangkan rata-rata

    jumlah sumbangan untuk organisasi atau kegiatan keagamaan pun relatif besaryaitumencapai Rp 304.679 per tahun atau setara dengan US$ 34 (jika 1 US$ = Rp 10.000).Tentu hal yang demikin tidak akan jauh berbeda di kalangan masyarakat VII Kototalago, karena disadari betul bagaimana kuatnya motivasi dan pengaruh agamadalam kehidupan masyarakat.Meski potensinya besar, sebagian besar dana ZIS itu memang belum terkelolasecara baik. Penggalangan ZIS umumnya dilakukan oleh tempat ibadah ataulembaga sosial. Lembaga resmi yang didirikan oleh pemerintah adalah BAZISyang berkedudukan di setiap propinsi sampai ke tingkat desa/kelurahan. Lembagalain yang juga terlibat dalam pengelolaan dana umat adalah mesjid-mesjid,yayasan dan lembaga sosial umat Islam lainnya. Pengumpulan dana ZISumumnya dilakukan secara konvensional, dengan menerima dana yang masuk,dan biasanya dilakukan pada waktu tertentu, misalnya menjelang hari raya IdulFitri atau Idul Adha.Namun, dalam 10 tahun terakhir ada kemajuan yang cukup pesat dalampenggalangan dana ZIS yang dilakukan oleh beberapa lembaga sosial Islam.Beberapa lembaga seperti Yayasan Dompet Dhuafa (DD) di Jakarta, Yayasan Dana

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    18/22

    Sosial Al-falah (YDSF) di Surabaya, Yayasan Darut Tauhid (DT) di Bandung, PosKeadilan Peduli Umat (PKPU) di Jakarta, dan Rumah Zakat Indonesia di Bandung,melakukan penggalangan dana ZIS secara profesional dan inovatif. Sepertilayaknya lembaga filantropi modern, mereka menggunakan strategi direct mail(penggalangan dana lewat surat), media campaign (penggalangan dana lewat

    kampanye di media), membership (merekrut donatur menjadi anggota lembaga ataupartisipan program), special event (menggalang dana lewat kegiatan atau eventkhusus) dan strategi modern lainnya dalam menggalang dana Zakat, Infak,Sedekah, Wakaf, dan Qurban.Berbagai terobosan yang dilakukan lembaga-lembaga sosial tersebut bisadibilang sebagai langkah yang reformatif dalam pengelolaan dana ZIS.Sebelumnya, proses pengumpulan ZIS umat yang dilakukan oleh berbagailembaga sosial lebih bersifat konvensional dan biasanya sangat pasif. Merekahanya menunggu masyarakat yang datang untuk menyalurkan dananya.Lembaga semacam ini biasanya mengalami "booming" pemasukan pada saatRamadhan. Mereka juga cenderung hati-hati dalam mengelola dananya dan

    program-program yang digarap terbatas pada penyaluran dana dan pemberianbantuan.Berbeda dengan lembaga sosial lainnya, kelima lembaga itu tidak hanyamenggunakan strategi konvensional dalam menjaring dana umat, tapi jugamencari terobosan yang baru dan bersifat inovatif. Mereka secara aktif mencaridan mendatangi orang-orang yang berpotensi untuk berderma, melakukancampaign di berbagai media dan mengenalkan lembaga dan program-programnyadengan cara presentasi atau membagikan brosur ke berbagai instansi danperusahaan. Berbagai seminar, kegiatan amal, dan kegiatan lainnya gencarAfifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    19

    dilakukan dalam rangkapositioning dan menumbuhkan brand image kepadamasyarakat.Program penggalangannya juga dikemas dengan canggih dan inovatif sehinggamenarik minat masyarakat untuk berpartisipasi. Dompet Dhuafa, misalnya,meluncurkan program Zakat On-line dan Internet Banking yang memungkinandonatur untuk membayarkan zakatnya lewat internet atau lewat debet rekening.Mereka juga menggunakan email atau SMS (short message service) untuk menggalangdana dari masyarakat. Sedangkan DPU Daarut Tauhiid menggunakan radiocampaign lewat Radio MQ dan program televisi yang dikelolanya untuk menggalangdana masyarakat.Kesan profesionalisme juga nampak dengan adanya divisi khusus penggalangdana atau divisi pemasaran yang menjadi semacam "mesin pencari" dana bagikelima lembaga tersebut. Lewat divisi inilah berbagai program yang berkaitandengan penggalangan dana digarap, seperti merancang strategifundraising,melakukan kampanye, mencari donatur baru, menyusun data base, dan kegiatanlainnya. Didukung oleh tenaga-tenaga muda yang profesional dan strukturlembaga yang ramping dan efisien, mereka tampil lebih progresif dan berusahauntuk mempelopori berbagai terobosan baru di bidang pengelolaan Zakat.

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    19/22

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    20/22

    Tabel 1. Kelompok Penerima ZakatPenerima utama zakat ProsentaseFakir Miskin 46Yatim Piatu 39Janda tidak mampu 6

    Orang tua jompo 3Butuh biaya sekolah 2Ibnu Sabil 1Lain-lain (muallaf, orangberutang)3Pola menyumbang yang karitatif ini juga terjadi saat mereka menyumbanglewat yayasan atau lembaga sosial keagamaan. Masyarakat umumnya lebih sukamenyumbang kepada organisasi-organisasi yang program atau kegiatannyaberkaitan erat atau bersentuhan langsung dengan dirinya dan penderitaan oranglain, seperti organisasi pelayanan sosial, organisasi yang mengurusi perbaikan di

    kawasan perumahan dan kampung halaman, dan organisasi sekolah. Sebaliknyakepada organisasi yang bidang kegiatannya tidak berkaitan langsung dengankepentingan-nya, seperti organisasi seni dan kebudayaan, organisasi penyelamatanlingkungan hidup, organisasi peningkatan derajat kesehatan, organisasibisnis dan kegiatan olah raga, hanya sebagian kecil masyarakat yang pernahmenyumbangnya.Kedua, prioritas program dan cara pemecahannya. Minimnya dukungan danaterhadap organisasi atau kegiatan tertentu, advokasi misalnya, karena masyarakatAfifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    21

    atau lembaga pengelola Zakat belum melihat program-program advokasi sebagai

    salah satu prioritas utama yang perlu didukung. Mereka melihat sektor ekonomi,pendidikan, penyantunan kaum miskin dan korban bencana, sebagai programatau kegiatan yang selayaknya harus diprioritaskan. Karenanya, merekamenganggap persoalan-persoalan lain di luar itu belum menjadi persoalan umatIslam dan belum layak mendapat dukungan pendanaan. Pemilihan prioritas initerkait dengan tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat dalam memahamimasalah sosial dan solusi pemecahannya.Sayangnya, pemecahan masalah untuk program atau persoalan yangdianggap prioritas itu selalu dilakukan dengan pendekatan karitas. Misalnya,dalam kasus banjir yang melanda Jakarta beberapa waktu lalu, masyarakat danlembaga pengelola Zakat berbondong-bondong memberikan sumbangan atauZakat untuk korban bencana. Upaya semacam ini tidak sepenuhnya salah karenakorban bencana itu memang butuh pertolongan. Masalahnya, problem banjir tidakbisa diatasi hanya dengan memberikan santunan kepada korban musibah tersebut.Upaya penyelesaian semacam itu hanya bersifat parsial, jangka pendek dan tidakbisa menuntaskan persoalan secara umum. Dengan pola penyelesaian semacamitu, dipastikan tahun depan masyarakat kembali harus memberikan santunankarena akar masalahnya tidak terpecahkan dan banjir kembali terjadi. Masyarakat

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    21/22

    perlu disadarkan bahwa bencana itu timbul karena rusaknya keseimbanganlingkungan, minimnya kesadaran masyarakat, serta korupnya pemerintah daerahdalam penataan wilayah. Persoalan-persoalan itulah yang mestinya harus diatasilewat program advokasi. Pendeknya, kalau masyarakat atau lembaga pengelolaZakat mau membantu korban banjir lewat Zakat yang disalurkannya, mereka

    tidak bisa sekedar memberikan santunan, tapi juga harus mendukung danmendanai program advokasi untuk mengatasi masalah tersebut.Ketiga, pemahaman teologi atau ajaran keagamaan. Faktor ketiga ini jugaberkontribusi terhadap faktor pertama dan kedua. Pemahaman ajaran keagamaanyang sempit yang berkaitan dengan pendayagunaan Zakat, baik oleh masyarakatdonatur maupun lembaga pengelola Zakat, juga menjadi penyebab tidakoptimalnya pendayagunaan dana Zakat. Hal ini tercermin dari pandangansebagian besar masyarakat bahwa "surga" menyumbang terletak pada kasus atauprogram penyantunan fakir miskin, anak yatim, orang jompo, korban bencana danseba-gainya. Mereka melakukannya karena kelompok-kelompok tersebut secaraeks-plisit disebutkan dalam Al-qur'an sebagai golongan yang lebih berhak

    menerima Zakat. Hal itu tidak berlaku bagi orang atau organisasi sosial yangbergerak di bidang pemberdayaan perempuan, advokasi hukum dan HAM,perlindungan konsumen, perlindungan anak, seni budaya atau pelestarianlingkungan, karena mereka dianggap bukan golongan atau cause yang berhakmendapatkan Zakat. Hal yang sama juga dilakukan oleh lembaga pengelola Zakatdalam mengelola dan menyalurkan dana sosial yang diperolehnya darimasyarakatDalam penyaluran zakat, misalnya, mereka masih berpegang pada pedoman"8 asnaf(delapan kelompok yang berhak menerima zakat) dengan pemaknaanAfifi Fauzi Abbas, Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    22

    yang kaku. Akibatnya, program-program advokasi yang secara eksplisit tidaktercantum dalam "8 asnafsama sekali tidak mendapatkan dukungan pendanaandari mereka. Penyaluran dananya juga lebih difokuskan pada orang, bukan padalembaga atau cause-nya. Karena itu, jarang ada pemberian dana zakat padalembaga atau organisasi yang bergerak atau berjuang di "8 asnaftersebut.Dengan pola pendayagunaan semacam ini, terjadi ketimpangan dalampendistribusian dana maupun dukungan. Lembaga-lembaga sosial Islam yangbergerak di bidang charity atau penyantunan mendapatkan banyak dukungan,sementara organisasi-organisasi Islam yang bergerak di bidang pemberdayaanmasyarakat, misalnya advokasi kebijakan yang tidak Islami, pemberian bantuanhukum dan pembelaan bagi umat Islam yang tertindas, pemberdayaanperempuan, perlindungan anak, pelestarian lingkungan, ataupun pengembanganseni dan budaya Islam, tak banyak mendapatkan sokongan. Akibatnya, merekalebih suka mencari bantuan dari lembaga dana internasional, ketimbangmenggalangnya dari lembaga sosial Islam maupun dari masyarakat.Agar pendistribusian dana Zakat juga bisa berkembang seperti layaknyaupaya penggalangannya, sebagian ulama dan praktisi Zakat memandangperlunya dilakukan reinterpretasi atau perluasan wacana terhadap pendayagunaan

  • 8/14/2019 Zakat Untuk Kesejahteraan Bersama

    22/22

    dana Zakat. Misalnya, perluasan wacana mengenai kemungkinanpemanfaatan dana-dana umat (zakat, inf ak dan sedekah) untuk kegiatan-kegiatanyang berdampak jangka panjang (seperti pemberdayaan kaum perempuan,perlindungan hak anak-anak, pelestarian lingkungan hidup, dan sebagainya).Berkaitan dengan persoalan tersebut, PIRAC (Public Interest Research and

    Advocacy Center) sebagai lembaga yang peduli dengan pengembangan filantropi(kedermawanan) di Indonesia mengundang beberapa ulama, akademisi,pemerhati dan praktisi Zakat untuk memberikan pemikirannya seputar perluasandan aktualisasi wacana pendayagunaan Zakat. Kumpulan pandangan danpemikiran mereka yang disajikan dalam bentuk tulisan kemudian diterbitkandalam bentuk. buku dengan judul: Reinterpretasi Pendayagunaan Zakat. Buku inidiharapkan bisa membuka cakrawala dan pemahaman baru masyarakat / muzakkidan pegiat lembaga pengelola Zakat dalam menyalurkan dana sosialnya.Sumbangan pemikiran itu juga diharapkan bisa memecahkan kekakuan dalampemaknaan dan penafsiran hukum Islam yang berkaitan dengan pendayagunaandana ZIS. Dengan demikian, di masa mendatang pemanfaatan dana Zakat tidak

    lagi hanya terfokus pada program atau masalah yang sifatnya karitatif, tapi jugamendanai program advokasi kebijakan, bantuan hukum, lingkungan, anak,perempuan, HAM, seni dan budaya, serta program-program lain yang sifatnyajangka panjang.J. PenutupDari urai di atas terlihat bahwa dana zakat dapat didistribusikan kepadaorang tak mampu atau lembaga yang tujuannya memberikan bantuan untukmeringankan himpitan ekonomi, membantu mereka untuk mendapatkan haknyadan untuk tujuan kemaslahatan umum dan kesejahteraan bersama.Wallahu Alam bi al-Shawab.