yg baru

78
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir dari rangkaian proses belajar mengajar adalah tes akhir suatu mata pelajaran yang dilakukan melalui soal ujian , tes akhir cawu, tes akhir semester atau tes ujian kenaikan kelas bagi siswa kelas enam sekolah dasar. Di dalam menghadapi tes ujian kenaikan kelas bagi siswa Kelas V sekolah dasar perlu adanya refreshing terhadap materi ajar yang telah diterima oleh siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. Bagaimanakah caranya agar siswa tidak melupakan materi pelajaran yang telah diterimanya agar siswa nantinya siap menghadapi ujian kenaikan kelas yang siap atau tidak siap harus mereka hadapi. Bagaimanakah membuat suatu materi ajar agar agar tidak terlupakan oleh anak didik. Dalam hal ini guru harus mencari metode untuk mengingatkan segala memori di benak siswa yang telah mereka terima. Guru harus bisa membangkitkan kembali memori itu. Salah satu metode pengajaran yang bisa membuat anak bisa dan harus mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka terima adalah cara 1

Upload: sriwijaya-university

Post on 13-Apr-2017

281 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: yg baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Akhir dari rangkaian proses belajar mengajar adalah tes akhir suatu

mata pelajaran yang dilakukan melalui soal ujian , tes akhir cawu, tes akhir

semester atau tes ujian kenaikan kelas bagi siswa kelas enam sekolah dasar. Di

dalam menghadapi tes ujian kenaikan kelas bagi siswa Kelas V sekolah dasar

perlu adanya refreshing terhadap materi ajar yang telah diterima oleh siswa

selama mengikuti proses belajar mengajar.

Bagaimanakah caranya agar siswa tidak melupakan materi pelajaran

yang telah diterimanya agar siswa nantinya siap menghadapi ujian kenaikan

kelas yang siap atau tidak siap harus mereka hadapi. Bagaimanakah membuat

suatu materi ajar agar agar tidak terlupakan oleh anak didik. Dalam hal ini

guru harus mencari metode untuk mengingatkan segala memori di benak

siswa yang telah mereka terima. Guru harus bisa membangkitkan kembali

memori itu.

Salah satu metode pengajaran yang bisa membuat anak bisa dan harus

mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka terima adalah cara

belajar aktif model pembelajaran Gabungan model Ceramah dan Kerja

Kelompok .

Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.

Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan Kinerja KKG

yang hanyalah kegiatan belajar aktif.

Agar belajar manjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali

tugas.Mereka haru menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan

masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit,

menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering

meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras

(moving about dan thinking aloud).

1

Page 2: yg baru

Bertitik tolak dari latar belakang permasalahan tersebut di atas maka

dalam penelitian ini penulis mengambil tema “Upaya Meningkatkan Kinerja

Guru Mengajar Matematika Di Kelas Melalui Metode Belajar Aktif Model

Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok Di SDN 9 Kecamatan Pedamaran

Kabupaten Ogan komering ilir

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, serta hasil pengamatan peneliti dengan menggunakan model gabungan antara ceramah dengan kerja kelompok , maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:

1.2.1 Pendekatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh peran guru, dan guru satu-satunya sumber belajar,selain buku paket.

1.2.2 Pembelajaran yang dikembangkan di kelas – kelas kelihatannya lebih ditekankan pada pemikiran reproduktif, menekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban benar terhadap soal-soal yang diberikan

1.2.3 Dalam kegiatan pembelajaran guru belum mampu menerapkan model gabungan antara ceramah dengan kerja kelompok pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan sehingga kurang mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.

1.2.4 Dalam proses pembelajaran guru sangat jarang memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, walaupun materi pelajaran ada kaitannya dengan lingkungan sekolah.

1.2.5 Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) belum dimanfaatkan dan dilaksanakan secara optimal

1.3 Analisis Masalah

Karena banyak faktor yang diperkirakan turut memberikan dapat

meningkatkan kemampuan mengajar, guru dalam memanfaatkan lingkungan

sekolah sebagai sumber belajar melalui KKG agar menciptakan pembelajaran

yang aktif inovatif kreatif efektif dan menyenangkan.

2

Page 3: yg baru

Guna memperoleh fokus penelitian, maka penelitian ini dibatasi

pada Peningkatan Keterampilan mengajar dengan metoda kreativitas guru

SD melalui kegiatan KKG gugus V kecamatan pedamaran.

Alasan memilih metode kreativitas dan kegiatan KKG sebagai

faktor yang diharapkan memiliki pengaruh terhadap Peningkatan

Keterampilan mengajar kelompok kerja guru kecamatan pedamaran

pembelajaran dapat menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif dalam

proses pembelajaran dan pada achirnya tercipta pembalajaran yang

menyenangkan dengan demikian siswa mampu menyelesaikan berbagai

persoalan dan kesulitan dalam belajar dan pada achirnya nanti akan

tercipta pembelajaran pembelajaran yang aktif inovatif kreatif efektif dan

menyenangkan sehingga daya serap dan hasil siswa akan manfaatkan

lingkungan sekolah sebagai sumber belajar inofatip.

1.4 Perumusan Masalah Dalam Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada permasalahan yang

mengacu pada latar belakang masalah di atas, yang timbul dalam penelitian

ini yakni sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat penguasaan materi pelajaran matematika siswa di

SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir ?

2. Bagaimanakah tingkat kompetensi guru materi pelajaran matematika yang

dalam menghadapi ujian kenaikan kelas di SDN 9 Kecamatan Pedamaran

Kabupaten Ogan komering ilir ? Bagaimana pengaruh metode belajar aktif

model Gabungan Ceramah dan kerja Kelompok matematika yang

diarahkan oleh peneliti kepada guru di SDN 9 Kecamatan Pedamaran

Kabupaten Ogan komering ilir

3

Page 4: yg baru

1.5 Tujuan Penelitian

Dilandaskan dan disesuaikan dengan focus permasalahan di atas,

maka penelitian ini memiliki sasaran untuk:

1. Mengetahui tingkat pengusasaan materi pelajaran matematika yang telah

dipelajari di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir

2. Mengetahui pengaruh positif setelah metode belajar aktif model Gabungan

Ceramah dan kerja Kelompok matematika diterapkan oleh guru di SDN 9

Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir

1.6 Manfaat Penelitian

Peneliti berasumsi bahwa dalam penelitian tindakan ini dapat

memberikan manfaat yang sangat berharga demi perkembangan dan kemajuan

di dunia pendidikan terutama bagi :

1. Sekolah sebagai institusi folse guna meningkatkan komitmen guru

dalam memprejuangkan pengajaran di kelas khususnya pada mata

pelajaran matematika

2. Guru, sebagai input edukatif dalam menentukan model pembelajaran

inovatif yang dapat memberikan manfaat bagi siswa dan bermuara pada

peningkatan prestasi belajar.

1.7 Hipotesis Masalah

1. Metode Ceramah

Adalah suatu cara penyampain bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.

2. Metode simulasi adalah:

Tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan,

dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang

bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih

memegang perenan sebagai orang lain

4

Page 5: yg baru

3. Motivasi belajar adalah:

Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam nilai atau skor

yang setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

4. Kinerja Guru adalah:

Kinerja Guru yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran.

1.8 Batasan Masalah Penelitian Tindakan

Penulis mendapatkan sedikit hambatan dalam melakukan penelitian

yakni keterbatasan waktu, oleh karena itu diperlukan pembatasan masalah,

agar cakupan yang diteliti oleh penulis selaku pengawas TK/SD di Kecamatan

9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir tidak luas, sehingga

dalam batasan masalah ini hanya meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan di pada guru yang mengajar matematika di

SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September– Nopember 2014 pada

semester Ganjil tahun Pelajaran 2014-2015

5

Page 6: yg baru

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Hakekat Matematika

Matematika berkembang sesuai dengan perkembangan zaman peradapan

dan kebutuhan dimana masyarakat berada. Orang-orang disekitar kita dahulu

mengenal istilah matematika dengan nama ilmu pasti. Pemakaian istilah ini

mengakibatkan timbulnya anggapan bahwa ilmu pasti adalah suatu ilmu yang

tidak ada kurang lebihnya serta tidak pernah berubah lagi. Tetapi itu masih

kurang tepat pengunaan kata ilmu pasti untuk matematika seakan akan

membenarkan bahwa di dalam matematika semua hal sudah pasti kemudian

orang cenderung untuk menggunakan istilah matematika, sebab dengan belajar

matematika orang akan belajar mengatur jalan pikirannya dan belajar

menambah ilmu pengetahuan dan kepandaiannya. Para ahli pendidikan

banyak yang mendefinisikan tentang makna istilah matematika diantaranya :

Menurut Tambunan ( 2001:24) matematika adalah angka-angka dan per-

hitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong

manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide kesimpulan-kesimpulan.

Menurut Hudoyo ( 2001:96), hakekat matematika berkenaan dengan ide-

ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan

yang logis.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa matematika pada

hakekatnya merupakan masalah yang berkenaan dengan struktur-struktur, ide-

ide dan hubungan-hubungan yang diatur menurut aturan yang logis jadi

matematika berkanaan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran

matematika di-kembangkan berdasarkan atas alasan logis dengan

menggunakan pembuktian deduktif oleh karena itu matematika sering disebut

ilmu deduktif. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa matematika

berkanaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun secara interaksi

6

Page 7: yg baru

dan penalarannya secara deduktif yang akan membawa akibat-akibat

bagaimana terjadinya proses belajar matematika.

2.2 Ruang Lingkup

Menurut Hudoyo ( 2001:7), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya mengajar dan belajar matematika meliputi antara

lain :

.Peserta didik

Kegagalan atau keberhasilan belajar sangatlah tergantung

pada peserta didik misalnya saja bagaimana kemampuan dan

kesiapan peserta didik untuk mengikuti kegiatan belajar

matematika bagaimana sikap dan minat terhadap matematika

disamping itu juga bagaimana kondisi peserta didik. Misalnya

diskusi psikologisnya orang yang dalam keadaan segar jasmaninya

akan lebih baik belajarnya dari pada orang yang dalam keadaan

lelah. Kondisi psiko-loginya seperti perhatian, pengamatan, ingatan

dan bagaimana juga pengaruh terhadap kegiatan belajar sekarang

serta intelegensi peserta didik juga berpengaruh terhadap

kelancaran belajarnya.

Pengajar

Faktor berikutnya setelah peserta didik adalah pengajar,

pengajar melaksanakan kegiatan mengajar sehingga proses belajar

diharapkan dapat berlangsung efektif. Kemampuan pengajar

didalam menyampaikan materi matematika dan sekaligus

menguasai materi yang diajarkan sangat mem-pengaruhi terjadinya

proses belajar kepribadian, pengalaman dan motivasi belajar

mengajar.Dalam mengajar materi matematika juga dapat

berpengaruh terhadap efektifitas belajar.

7

Page 8: yg baru

Prasarana dan sarana

Prasarana yang mapan seperti ruangan yang sejuk dan

bersih dan dengan tempat duduk yang nyaman biasanya lebih

memperlancar terjadinya proses belajar demikian pula yang

lengkap seperti adanya buku paket dan alat bantu belajar dan

merupakan fasilitas belajar yang penting. Penyediaan sumber

belajar yang lain. Seperti majalah tentang perjanjian matematika

laboratorium matematika dan lain-lain akan meningkatkan pula

kualitas belajar peserta didik.

Penilaian

Penilaian dipergunakan disamping untuk melihat

bagaimana hasil belajar, juga untuk melihat bagaimana

berlangsungnya interaksi antara pelajar dan peserta.

2.3 Metode Kreativitas

Prestasi hasil belajar berarti sebagai keberhasilan dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan bentuk nilai atau skor yang

diperoleh dari hasil test .

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan prestas belajar matematika

adalah tingkat keberhasilan proses yang disengaja pada siswa yang

menimbulkan perubahan kemampuan dan ketrampilan menggunakan

matematika dengan arah dan tujuan yang telah ditetapkan dalam bentuk nilai

atau skor yang diperoleh dari hasil test.

2.4 Karakteristik pengembangan siswa

Pendekatan mengajar merupakan suatu komponen di dalam kurikulum

matematika agar dalam suatu kurikulum matematika dapat tersusun menjadi

suatu komponen yang utuh. Empat pernyataan kurikulum matematika :

8

Page 9: yg baru

Mengapa, apa, bagaimana dan kepada siapa materi matematika diajarkan perlu

dijawab dengan kata lain bagaimana cara kita untuk menyampaikan struktur-

struktur dan kosep-konsep matematika kepada anak didik sedemikian rupa

sehingga mereka ikut aktif berpartisipasi di dalam proses pelajarannya.

Dengan proses belajar mengajar mengikutsertakan anak secara aktif

dapat berjalan efektif, bila pengorganisasian dan penyampaian materi sesuai

dengan kesiapan mental anak kita dapat memilih suatu pedekatan mengajar

yang tepat, apabila kita megetahui berbagai pendekatan pengajaran.

2.5 Definisi Pembelajaran

Untuk mengupas suatu istilah tentu ada pendekatan makna dan arti dari

kata tersebut, maka definisi pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman. (Diknas, 2002: 14).

Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.

Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah

laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,

tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya

pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).

Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan

nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan

siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada

situasi tertentu.

9

Page 10: yg baru

2.6 Hasil penelitian yang relevan

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan.

Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material,

formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada

khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan

suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi

kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan

akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu

berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah

merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung brhari-

hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar

merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu

terjadai dalam diri seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang

dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi

prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam

mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.

Agar belajar dapat dicapai hasil yang baik, siswa harus mau belajar

dengan sebaik mungkin. Supaya mereka mau belajar dengan baik yaitu

belajar dengan baik dan teratur secara sendiri-sendiri, secara kelompok

dan berusaha memperkaya bahan pelajaran yang diterima di sekolah

dengan bahan pelajaran ditambah dengan usaha sendiri. Belajar dengan

baik dapat diciptakan, apabila guru dapat mengorganisir belajar siswa,

sehigga minat dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan dalam suasana

kelas yang menggairahkan. Tugas siswa mengorganisir terletak pada si

pendidik, oleh karena itu bagaimana cara membantu si pendidik dalam

menggunakan alat pelajaran yang ada.

Belajar merupakan aktivitas/usaha perubahan tingkah laku yang

terjadi pada dirinya atau diri individu. Perubahan tingkah laku tersebut

merupakan pengalaman-pengalaman baru. Dengan belajar individu

10

Page 11: yg baru

mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Perubahan dalam kepribadian

yang menyatakan sebagai suatu pola baru dan pda reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Untuk mempertegas

pengertian belajar penulis akan memberikan kesimpulan bahwa belajar

adalah suatu proses lahir maupun batin pada diri individu untuk

memperoleh pengalaman baru dengan jalan mengalami atau latihan.

2. Pengertian Kinerja Guru

Sebelum dijelaskan pengertian mengenai Kinerja Guru, terlebih

dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Sudah dijelaskan di

muka bahwa yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah

dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah

dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas

tertentu.

Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua

individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu

belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu

setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya

berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang

mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang

dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu. Jika dibandingkan dengan

pendapat yang pertama, maka pengertiannya sama yaitu berupa hasil yang

diperoleh dari kemampuan seseorang.

Pengertian dari dua kata prestasi dan belajar atau Kinerja Guru

berarti Kinerja Guru, secara lebih khusus setelah siswa mengikuti

pelajaran dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan penilaian yang

dilaksanakan guru di sekolah, maka Kinerja Guru dituangkan atau

diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyatan verbal

(kualitatif). Kinerja Guru yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya

10, 9, 8, dan seterusnya. Sedangkan Kinerja Guru yang dituangkan dalam

bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang, dan

sebagainya.

11

Page 12: yg baru

Berdasarkan kapan tes atau evaluasi harus dilaksanakan evaluasi

sumatif, evaluasi formatif dan evaluasi belajar tahab akhir, dengan

demikian ada Kinerja Guru formatif yaitu Kinerja Guru yang diproleh

siswa setelah mengikuti satuan pelajaran, prestasi sumatif yaitu prestasi

yang diperoleh setelah mengikuti peralajaran selama satu semester/catur

wulan, dan prestasi ujian kenaikan kelas pada jenjang tertentu.

3. Pedoman Cara Belajar

Untuk memperoleh prestasi/Kinerja Guru yang baik harus

dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang

mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar.

Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi

mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan

karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan

dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.

Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus

dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi

faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu

sendiri. Untuk dapat mencapai Kinerja Guru yang sebaik-baiknya harus

mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

2.7 Kerangka berfikir

Telah dikatakan di muka bahwa belajar adalah berusaha memperoleh

kepandaian, ilmu pengetahuan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat

dicapai atau dengan kata lain berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung

pada macam-macam faktor.

Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendir yang kita sebut faktor individu.

Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan

atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

12

Page 13: yg baru

b. Faktor yang da pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial

Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah

tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan

yang ada atau tersedia dn motivasi sosial.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas

menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks.

Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di

atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan

belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan

memperoleh prestasi atau Kinerja Guru yang baik.

Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang

tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh

faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat

atau menemui kesulitan.

Aktivitas belajar individu memang tidak selamanya

menguntungkan. Kadang-kadang juga tidak lancar. Kadang-kadang mudah

menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang sulit mencerna materi

pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa dapat belajar

sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar.

2.7.1 Bagaimana Menjadikan Siswa Aktif Sejak Awal

Dalam memulai pelajaran apapun, kita sangat perlu

menjadikan siswa aktif semenjak awal. Jika tidak, kemungkinan besar

kepasifan siswa akan melekat seperti semen yang butuh waktu lama

untuk mengeringkannya. Susunlah aktivitas pembuka yang

menjadikan siswa lebih leluasa, ikut berfikir, dan memperlihatkan

minat terhadap pelajaran. Pengalaman-pengalaman ini bisa dianggap

sebagai hidangan pembuka sebelum makana utama, pengalaman ini

membuat siswa berselera untuk menikmati hidangan selanjutnya.

Memang ada sebagian guru yang memilih untuk memulai pelajaran

hanya dengan pengenalan singkat, namun menambahkan setidaknya

satu latihan pembuka pada rencana pengajaran.

13

Page 14: yg baru

2.7.2 Bagaimana Menjadikan Belajar Tidak Terlupakan

Sebagian guru mengajar hingga batas akhir masa sekolah,

semester, atau bidang studi. Mereka mmungkin beranggapanbahwa

pada saat –saat akhri mereka dapat mejejalkan lebih banyak informasi

dan menyelesaikan topic dan materi yang masih dalam agenda mereka.

Makna dari “meyelesaiakan” mata pelajaran masih pernli

dipertanyakan, karena adakalanya guru hanya sekedar menyelesaikan

materi yang masih tersisa. Memaksakan diri untuk mengajar hingga

batas akhir sering kali berakibat pada terjadinya pengajaran yang tidak

tertata, ada yang terlewatkan, atau ada yang masih belum jelas.

Sebaliknya, bila kegiatan belajar berisfat aktif, adas peluang untuk

terjadinya pemahaman. Baila kita menyediakan waktu untuk

memantapkan apa yang telah dipelajari, maka ada peluang untuk

terjadinya pengigatan.

Pikirkanlah apa yang terjadi bila anda bekerja keras

menggunakan computer, mencari informasi, memecahkan masalah,

dan menyusun konsep – namun, anda lupa menyimpan hasil pekerjaan

anda. Tentu saja, semua pekerjaan anda aan hilang sia-sia. Demikian

pula, hasil pembelajaran dapat menghilang bila siswa tidak diberi

kesempatan untuk menyimpannya.

Di samping menyimpan apa yang telah dipelajari, penting pula

untuk menikmatinya. Seperti halnya pengalaman, pembelajaran akan

dapat dinikmati bila ada kesempatan untuk mengingatnya dan

memberinya sentuhan akhir yang menyentuh perasaan. Sebagaimana

yang telah kita bicarakan tentang “hidangan pembuka” dan “entri” dari

kegiatan belajar akatif, sekarang akan kita bahas adalah “hidangan

penutup”.

2.7.3 Sepuluh Strategi untuk Membentuk Kelompok Kecil

Kerja kelompok kecil merupakan kegiatan penting dari

kegiatan belajar aktif. Ini penting untuk membentuk kelompok secara

cepat dan efisien dan, pada saat bersamaan, memvariasikan komposisi

14

Page 15: yg baru

serta besaran kelompok di dalam kelas. Pilihan-pilihan berikut ini

merupakan alternatif menarik untuk membebaskan siswa dalam

memilih kelompok mereka sendiri atau menentukan jumlah anggota

sesuai yang anda perintahkan.

1. Kartu pengelompokan: Tentukan berapa banyak siswa yang ada di

kelas dan berapa banyak pengelompokan yang anda inginkan

selama pelajaran berlangsung. Sebagai contoh, dalam kelas yang

berisi dua puluh siswa, satu kegiatan dapat memerlukan empat

kelompok yang beranggotakan lima siswa; kegiatan lain bisa

memerlukan lima kelompok beranggotakan empat siswa; kegiatan

lainnya lagi memerlukan enam kelompok beranggotakan tiga

siswa dengan dua siswa sebagai pengamat. Tandai kelompok-

kelompok ini menggukan titik-titik berwarna (merah, biru, hijau,

dan kungin untuk empat kelompok), stiker hias (lima stiker

berbeda dengan tema yang sama untuk lima kelompok, misalnya

gambar singa, monyet, macan, jerapah, gajah), dan nomor (1

hingga 6 untuk enam kelompok). Tempatkan secara acak angka,

titik berwarna, dan striker pada sebuah kartu untuk masing-masing

siswa dan sertakan kartu untuk masing-masing siswa. Bila anda

sudah siap untuk membentuk kelompok, kenalilah kode yang anda

gunakan dan arahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok

mereka dalam tempat yang telah ditentukan. Siswa akan dapat

bergerak cepat menuju kelomoik mereka, menghemat waktu,

dantidak lagi bingung dengan apa yang harus dikerjakan. agar

prosesnya lebih efisien lagi, anda mungkin perlu menempelkan

tanda yang menunjukan area pertemuan kelompok.

2. Puzzle: Belilah Puzzle Jigsaw (teka-teki menyusun potongan

gambar) atau buatlah sendiri dengan memotong-motong gambar

dari majalah; tempelkan potongan-potongan itu pada kertas karton

tebal; dan potonglah menjadi bentuk, ukuran dan jumlah yang

dikehendaki. Pilih jumlah puzzle sesuai dengan jumlah kelompok

yang hendak anda buat. Pisahkan puzzle kepada tiap satu orang

15

Page 16: yg baru

siswa. Bila anda sudah siap membentuk kelompok, perintahkan

siswa untuk menempatkan potongan-potongan gambar yang

diperlukan agar terbentuk gambar utuh.

3. Menemuan sahabat dan keluarga fiktif terkenal: Susunlah sebuah

daftar berisi anggota keluarg aatau sahabat fiktif terkenal dalam

kelompok yang beranggotakan tiga atau empat siswa (misalnya,

Peter, Pan, Tinker, Kanten Hook, Wendy; Alice, Chesire, Cat,

Queen of Heart, Mad Hatter; Superman, Lois Lane, Jimmy Olsen,

Clark Kent). Pilihlah jumlah yang sama dari karakter fiksional

sesuai jumlah siswa. Tulislah nama-nama fisonal pada kartu

indeks, satu nam satu kartu, untuk membuat kelompok keluarga

kartu. Acaklah kartu-kartu itu dan tiap siswa diberi satu kartu

denga sebuah nama fiksional. Bila anda sudah siap cari anggota

keluarga yang lain dari “keluarga” mereka. Bila kelompok orang

terkenal sudah terbentuk, mereka dapat mencari tempat untuk

berkumpul.

4. Label nama: Gunakan label nama dengan bentuk atau warna yang

berbeda untuk menandai pengelompokkan yang berberda.

5. Hari kelahiran: Perintahkan siswa untuk berbaris sesuai urutan

kelahiran, kemudian pecah menjadi sejumlah kelompok-kelompok

yang anda perlukan untuk kegiatan tertentu. Dalm kelas yang

besar, bentuklah kelompok berdasarkan bulan kelahiran. Sebagai

contoh, 60 siswa bisa dibagi menjadi tiga kelompok dengan

anggota yang kira-kira sama dengan menyusun kelompok yang

dianggotai oleh siswa yang lahir pada (1) Januari, February, April

dan April, (2) April, Juni, Juli, Agustus, dan (3) September,

Oktober, November, dan April.

6. Kartu remi: Gunakan satu dus kartu remain untuk menandai

kelompok. Sebagi contoh, gunakan yoker, ratu, raja, dan as untuk

membuat kelompok beranggotakan empat siswa, dan tambahkan

jumlah kartu sesuai dengan jumlah kartu sesuai denga jumlah

siswa. Kocoklah kartu itu dan bagikan satu kartu satu siswa,

16

Page 17: yg baru

selanjutnya arahkan siswa untuk menemukan siswa yang

memegang kartu yang sama guna membentuk kelompok.

7. Sebut angka: tentukan jumlah dan kuran kelompok yang ingin

anda buat, tempatkan anka pada masing-masing selipan kertas,

dan tempatkan di dalam sebuah kotak. Siswa mengambil satu

angka dari kotak untuk menandai kelompoknya. Sebagai contoh,

jika anda menginginkan empat kelompok beranggotakan empat

siswa. Anda mesti memiliki enam belar selipan kertas dengan

empat kumpulan yang masing-masing terdiri dari angka 1 hingga

4.

8. Rasa permen: Beri siswa masing-masing satu permen bebas gula

deng aberbagai rasa untuk menunjukan pengelompokan. Sebagi

contoh, keempat kelompok anda bisa terdiri dari lemon, anggur,

cerry, dan strawberry.

9. Pilih benda-benda yang mirip: Pilihlah mainan dengan tema yang

sama dan gunakan untuk menunjukan atau melambangkan

kelompok. Sebagai contoh, anda dapat memilih tema transportasi

dan menggunakan mobil, pesawat terbang, perahu, dan kereta api.

Tiap siswa akan mengambil mainan yang sama untuk membentuk

kelompok.

10. Materi siswa: Anda dapat menandai materi belajar siswa dengan

mengunaan klip kertas berwarna, handout berwarna, atau stiker

pada map untuk menandai kelompok.

2.7.4 Kerja Kelompok

Teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar. Ialah

suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai

suatu kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 (lima) atau 7 (tujuh)

siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau

melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran

yang ditentukan pula oleh guru.

17

Page 18: yg baru

Robert L. Cilstrap dan William R Marti, memberikan

pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang

biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar.

Keberhasilan kerja kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar

siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai

tujuan bersama.

Adapun pengelompokkan itu biasanya didasarkan pada:

1. Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya.

Agar penggunaannya dapat lebih efisien dan efektif, maka

siswa perlu dijadikan kelomok-kelompok kecil. Karena bila

seluruh siswa sekaligus menggunakan alat-alat itu tidak mungkin.

Dengan pembagian kelompok mereka dapat memanfaatkan alat-

alat yang terbatas itu sebaik mungkin, tanpa saling menunggu

gilirannya.

2. Kemampuan belajar siswa

Di dalam satu kelas kemampuan belajar siswa tidak sama.

Siswa yang pandai di dalam bahasa Inggris, belum tentu sama

pandainya dalam pelajaran sejarah. Dengan adanya perbedaan

kemampuan belajar itu, maka perlu dibentuk kelompok menurut

kemampuan belajar masing-masing, agar setiap siswa dapat belajar

sesuai kemampunnya.

3. Minat Khusus

Setiap individu memiliki minat khusus yang perlu

dikembangkan: hal mana yang satu pasti bereda dengan yang lain.

Tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak yang minat

khususnya sama, sehingga memungkinkan dibentuknya kelompok,

agar mereka dapat dibina dan mengembangkan bersama minat

khusus tersebut.

4. Memperbesar partisipasi siswa.

Di sekolah pada tiap kelas biasanya jumlah siswa terlalu

besar, dan kita tahu bahwa jumlah jam pelajaran adalah sangat

terbatas, sehingga dalam jam pelajaran yang sedang berlangsung

18

Page 19: yg baru

sukar sekali untuk guru akan mengikutsertakan setiap murid dalam

kegiatan itu. Bila itu terjadi siswa yang ditunjuk guru akan aktif,

yang tidak disuruh akan tetap pasif saja. Karena itulah bila

berkelompok, dan diberikan tugas yang sama pada masing-masing

kelompok, maka banyak kemungkinan setiap siswa ikut serta

melaksanakan dan memecahkannya.

5. Pembagian tugas atau pekerjaan.

Di dalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang

meliputi berbagai persoalan, maka perlu tugas membahas masing-

masing persoalan pada kelompok, sesuai dengan jumlah persoalan

yang akan dibahas. Dengan demikian masing-masing kelompok

harus membahas tugas yang diberikan. Itu.

6. Kerja sama yang efektif.

Dalam kelompok siswa harus bisa bekerja sama, mampu

menyesuaikan diri, menyeimbangkan pikiran/pendapat atau tenaga

untuk kepentingan bersama, sehingga mencapai suatu tujuan

bersama pula.

Apakah keuntungan penggunaan teknik kerja kelompok itu?

Keuntungannya ialah:

Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk

lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai

sesuatu kasus atau masalah.

Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk

lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai

sesuatu kasus atau masalah.

Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan

mengajarkan keterampilan berdiskusi.

Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan

siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.

19

Page 20: yg baru

para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran

mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam

diskusi.

Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk

mengembangkan rasa menghargai dan menghormati

pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal

mana mereka telah saling membantu kelompok dalam

usahanya mencapai tujuan bersama.

Tetapi ini tidak ditunjang oleh penelitian yang khusus.

- Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang

mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka

yang kurang.

- Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang

berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.

- Keberhasilan strategi kelompok ini tergantung kepada kemampuan

siswa memimpin kekompok atau untuk bekerja sendiri.

Bentuk-bentuk kerja kelompok yang bisa dilaksanakan ialah:

a. Keja kelompok berjangka pendek.

Bentuk ini dapat disebutu pula “rapat kilat” karena hanya mengambil

waktu ± 15 menit, yang mempunyai tujuan untuk memecahkan

persoalan khusus yang terdapat pada sesuatu masalah. Umpamanya:

Ketika instruktur menjelaskan sesuatu pelajaran terdapat suatu masalah

yang perlu didiskusikan. Guru dapat menunjuk beberapa siswa, atau

membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk membahas masalah

itu dalam waktu yang singkat.

b. Kerja Kelompok berjangka panjang.

Pembicaraan di sini memakan waktu yang panjang, misalnya

memakan waktu 2 hari, satu minggu atau mungkin tiga bulan,

tergantung pada luas dan banyaknya tugas yang harus diselesaikan

siswa. Apabila siswa telah menyelesaikan tugasnya di dalam suatu

20

Page 21: yg baru

kelompok, ia boleh memilih membantu kelompok lain sesuai dengan

minat mereka.

Kerja kelompok berjangka panjang dapat dilaksanakan dengan tujuan:

b.1. Membahas masalah yang benar-benar ada di dalam masyarakat,

umpamanya: masalah koperasi, lingkungan sehat, pembuangan

sampah dan lain sebagainya. Masalah itu dibahas agar siswa

mengetahui, memahami dan dapat memberikan sumbangan

pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di

dalam masyarakat tersebut.

b.2. Memotivasi siswa ke arah kegiatan-kegiatan yang berhubungan

dengan masyarakat. Misalnya: penerangan tentang makanan

sehat, penggunaan metode mengajar yang lebih efisien,

menggalakkan KB dan sebagainya. Jadi dengan kerja kelompok

di sini siswa dapat menerapkan teori yang dipelajari di sekolah

ke dalam praktek hidup sehari-hari, di samping dapat

menyumbangkan pemikirannya/ide-ide serta tenagannya bagi

masyarakat sekitarnya.

b.3. Dengan melaksanakan kerja kelompok kerja kelompok memberi

pengalaman kepada siswa untuk mengenal

kepemimpinan/leadership, seperti membuat rencana sebelum

melakukan sesuatu pekerjaan, membagi pekerjaan, memecahkan

masalah/menyelesaikan tugas dengan bekerja bersama.

b.4. Dengan bekerja sama itu siswa dapat mengumpulkan bahan-

bahan informasi atau data lebih banyak tentang berbagai jenis

aspek suatu masalah di dalam waktu relatif singkat.

c. Kerja Kelompok Campuran

Di sini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang disesuaikan

dengan kemampuan belajar siswa. Dalam kerja kelompok ini siswa

diberi kesempatan untuk bekerja sessuai dengan kemampuan masing-

masing sehingga kelompok yang pintar dapat selesai terlebih dahulu

tidak usah menunggu kelompok yang lain. Kelompok siswa yang agak

21

Page 22: yg baru

lamban, diizinkan menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang sesuai

dengan kemampuannya.agar kerja kelompok campuran itu mencapai

sasaran, guru perlu memperhatikan hal-hal ialah harus menyediakan

tugas atau kegiatan belajar yang sesuai dengan kemampuan belajar

setiap kelompok, kemudian setiap tugas harus disusun sedemikian rupa

sehingga setiap kelompok dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan

orang lain atau guru. Akhirnya guru harus memberi petunjuk yang

jelas, sehingga siswa tahu apa yang harus dilakukan, dan apa yang

diharapkan dari mereka masing-masing.

Supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka harus melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

- Menjelaskan tugas kepada siswa.

- Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu.

- Membagi kelas menjadi beberapa kelompok.

- Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat

laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut.

- Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu

memberi saran/pertanyaan.

- Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil

kerja kelompok.

22

Page 23: yg baru

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

3.1 Metode Penelitian

Penelitian yang akan penulis lakukan berfokus pada masalah

tindakan guru materi pelajaran matematika dengan menerapkan konsepsi

cara belajar aktif model pembelajaran Gabungan model Ceramah dan

Kerja Kelompok

Jenis penelitian yang akan digunakan tergolong pada penelitian

kelas (classroom reaserch) yang berkolaborasi dengan tindakan sekolah,

dimana penulis selak peneliti hanya melakukan observasi di kelas dan guru

materi pelajaran matematika melakukan tindakan kelas, penelitian ini biasa

lazim disebut penelitian tindakan kolabaratif .

Penelitian tindakan kelas dan penelitian tindakan sekolah mampu

menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan

dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan

profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar di kelas atau

implementasi berbagai program di sekolah dengan mengkaji berbagai

indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada

siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Stenhause di

Hopkin 1993 dalam kasbollah bahwa :

"Penelitian Tindakan membuat guru dapat meneliti dan mengkaji pembelajaran yang ia lakukan di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan aktual. Dengan demikian guru dapat langsung berbuat sesuatu untuk memperbaiki praktik-praktik pengajaran yang kurang berhasil agar menjadi lebih baik dan lebih efektif. Dalam hal ini guru dilatih untuk dapat mengendalikan kehidupan profesinya serta terlibat dalam pengambilan keputusan secara profesional."

Selain itu Ebbuf`(1285) dalam Kasbollah mengemukakan bahwa :

23

Page 24: yg baru

"Penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistimatis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan-tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut yang berupa suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan dan diantara siklus-siklus itu ada informasi yang merupakan balikan."

Bentuk penelitian kelas yang penulis gunakan adalah penelitian

tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dan partisipatoris. Sesuai dengan

yang diungkapkan Kasbolah (1999: 14), bahwa sebagai dasar pemikiran,

Lewin (orang yang mempopulerkan penelitian tindakan) menekankan

pentingnya kolaboratif dan partisipatoris. Kolaboratif diterapkan untuk

menciptakan adanya hubungan kesejawatan kerja sedangkan partisipatoris

merupakan penelitian tindakan kelas yang pada pelaksanaannya

melibatkan guru kelas.

Penulis memilih metode ini dengan pertimbangan bahwa guru

kelas merupakan pihak yang langsung mengalami dan menemukan

berbagai masalah pembelajaran.

Dengan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat meningkatkan

kinerja dan kemampuan guru dalam rangka meningkatkan mutu

pembelajaran serta terciptanya hubungan antar guru SD dalam mencari

jalan pemecahan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran.

3.2 Subjek dan objek penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penulis mengambil lokasi dalam penelitian tindakan ini

sebagai langkah konkrit melakukan penelitian tindakan sekolah di

SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir

Tahun Pelajaran 2014-2015.

3.2.2 Subyek Penelitian

Penulis menentukan subyek penelitian adalah beberapa

guru yang sedang dan pernah mengajar materi pelajaran

matematika di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogn

komering ilir.

24

Page 25: yg baru

3.3 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian

atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Agustus sampai Nopember pada semester ganjil tahun

pelajaran 2013-2014.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kolaboratif

antara PTK dengan PTS, dimana penulis hanya sebagai observer dalam

penelitian ini sementara guru yang melaksanakan tindakan namun penulis

menganalis dan membahas atas hasil tindakan. Menurut Tim Pelatih

Proyek KKG, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh

pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional

dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta

memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan

(dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk

memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk

memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara

berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah

menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian

tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari

Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari

25

Page 26: yg baru

siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning

(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection

(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah

direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1

dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada

gambar berikut.

26

Page 27: yg baru

Gambar diatas adalah Alur Penelitian Tindakan

1. Rencana permulaan, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di

dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Aktivitas observasi, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model

gabungan ceramah dan kerja kelompok.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat

rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3,

dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang

sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan soal

27

Page 28: yg baru

ujian di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan

untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

3.5 Instrumen Penelitian Tindakan

Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan Instrumen

sebagai berikut :

3.5.1 Silabus Kepengawasan

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian Kinerja Guru.

3.5.2 Rencana Pembelajaran

Rencana pembelajaran biasanya digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.

Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian

Kinerja Guru, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar

mengajar.

3.5.3 Form LKS

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk

membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.

3.5.4 Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep

matematika pada yang telah dipelajari selama ini. Tes formatif ini

diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah

pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal

yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal

tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini

digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat

digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi butir soal

adalah sebagai berikut:

28

Page 29: yg baru

Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk

mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal.

Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang

diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi

Product Moment:

r xy=N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )

√ {N ∑ X2−(∑ X )2} {N ∑Y 2−(∑ Y )2} (Suharsimi

Arikunto, 2001: 72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal

Reliabilitas

Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini

menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:

r11=2r1/21 /2

(1+r1/21/2 ) (Suharsimi Arikunto, 20001: 93)

Dengan: r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar

dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliable.

29

Page 30: yg baru

Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu

soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk

menentukan taraf kesukaran adalah:

P= BJs (Suharsimi Arikunto, 2001: 208)

Dengan: P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan

benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal

adalah sebagai berikut:

Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal

untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi

dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang

menunjukkan besarnya daya pembeda desebut indeks

diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks

diskriminasi adalah sebagai berikut:

D=BA

J A−

BB

J B=PA−PB

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab

dengan benar

30

Page 31: yg baru

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab

dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

PA=

BA

J A=

Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

PB=

BB

J B=

Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal

sebagai berikut:

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

3.6 Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan metode pembelajaran aktif mdel Gabungan Ceramah

dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran, dan soal ujian .

Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam

kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian

ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu

metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau

fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

mengetahui Kinerja Guru yang dicapai siswa juga untuk

memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

31

Page 32: yg baru

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase

keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap

putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa

soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana

yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau soal ujian

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang

diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah

siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-

rata soal ujian dapat dirumuskan:

X=∑ X

∑ N

Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara

perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunju

pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,

1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah

mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas

belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah

mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%.

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan

rumus sebagai berikut:

P=∑ Siswa . yang . tuntas .belajar

∑ Siswax100 %

32

Page 33: yg baru

BAB IV

HASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Di bab IV ini, penulis menguraikan terhadap hasil penelitian tindakan

sejauh mana hasil obrsevasi peneliti yang sekaligus pengawas TK/SD di SDN 9

Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir akan dijelaskan di bawah

ini sebagai berikut :

4.1. Hasil Penelitian Siklus I

4.1.1 Siklus I

a. Tahap Planning

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal

ujian 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Action

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus

I dilaksanakan pada tanggal 25 September 2014 di Kelas V

dengan jumlah siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti

bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar

mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil

penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

33

Page 34: yg baru

Tabel . Nilai Ujian Pada Siklus I

RespondenNilai

Point

RespondenNilai

Pont

B KB B KB

1 70 √ 19 80 √

2 60 √ 20 70 √

3 70 √ 21 40 √

4 80 √ 22 80 √

5 80 √ 23 60 √

6 40 √ 24 50 √

7 70 √ 25 80 √

8 50 √ 26 60 √

9 80 √ 27 80 √

10 40 √ 28 70 √

11 70 √ 29 80 √

12 50 √ 30 80 √

13 70 √ 31 80 √

14 60 √ 32 70 √

15 70 √ 33 40 √

16 80 √ 34 80 √

17 80 √ 35 60 √

18 60 √ Jumlah 1160 11 6

Jumlah 1180 12 6

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode

belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi

pelajaran diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 66,80 dan ketuntasan belajar

mencapai 64,00% atau ada 16 siswa dari 35 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum

tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar

65,71% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar

34

Page 35: yg baru

85%. Hal ini disebabkan karena siswa banyak yang lupa dengan materi

pelajaran yang telah diajarkan selama hampir satu semester ini.

4.1.2 Siklus II

a. Tahap Planing

Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal

ujian II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Action

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus

II dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2014 di Kelas V

SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering

ilir dengan jumlah siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti

bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar

mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan

revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah soal ujian II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut.

Table 4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

RespondenNilai

Point

RespondenNilai

Point

B KB B KB

1 80 √ 19 70 √

2 70 √ 20 80 √

3 60 √ 21 70 √

4 70 √ 22 50 √

35

Page 36: yg baru

5 60 √ 23 70 √

6 70 √ 24 70 √

7 70 √ 25 60 √

8 80 √ 26 50 √

9 70 √ 27 70 √

10 70 √ 28 80 √

11 50 √ 29 90 √

12 50 √ 30 80 √

13 70 √ 31 70 √

14 80 √ 32 80 √

15 70 √ 33 70 √

16 60 √ 34 50 √

17 70 √ 35 70 √

18 70 √ Jumlah 1180 14 3

Jumlah 1220 13 5

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 68,57%

dan ketuntasan belajar mencapai 77,14% atau ada 27 siswa dari 35

siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II

ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan

sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan Kinerja Guru

siswa ini karena siswa-siswa telah mulai mengulang pelajaran yang

sudah diterimanya selama ini sehingga para siswa sebagian sudah

mengingat meteri yang telah diajarkan oleh guru.

4.1.3 Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal soal

ujian 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus

III dilaksanakan pada tanggal 8 Nopember 2014 di Kelas V

SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering

36

Page 37: yg baru

ilir dengan jumlah siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti

bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar

mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan

revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus II tidak terulang laig pada siklus III.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah soal ujian III. Adapun data hasil penelitian pada

siklus III adalah sebagai berikut.

Table 6.

Nilai Ujian Pada Siklus III

RespondenNilai

Point

RespondenNilai

Point

B KB B KB

1 90 √ 19 50 √

2 70 √ 20 80 √

3 70 √ 21 80 √

4 70 √ 22 70 √

5 80 √ 23 80 √

6 70 √ 24 80 √

7 60 √ 25 70 √

8 80 √ 26 80 √

9 70 √ 27 60 √

10 90 √ 28 80 √

11 70 √ 29 80 √

12 70 √ 30 90 √

13 90 √ 31 50 √

14 90 √ 32 80 √

15 70 √ 33 80 √

16 70 √ 34 70 √

17 70 √ 35 80 √

18 80 √ Jumlah 1260 14 3

37

Page 38: yg baru

Jumlah 1360 17 1

38

Page 39: yg baru

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata soal ujian

sebesar 74,85 dan dari 35 siswa yang telah tuntas sebanyak 31 siswa

dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,57% (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan

lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan Kinerja Guru pada siklus

III ini dipengaruhi oleh adanya usaha siswa untuk mempelajari

kembali materi ajar yang telah disampaikan oleh guru. Disamping itu

siswa juga merasa belajar mengulang ini adalah juga sebagai

persiapan untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang sudah dekat

waktunya.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan

baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan

Kerja Kelompok pada materi pelajaran. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Kinerja Guru siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan metode belajar aktif

model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran

dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta Kinerja Guru siswa

39

Page 40: yg baru

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.

Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu

diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode

belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada

materi pelajaran dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4.2. Pembahasan Atas Hasil Tindakan

4.2.1 Ketuntasan Kinerja Guru Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode

belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada

materi pelajaran memiliki dampak positif dalam meningkatkan

Kinerja Guru siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru untuk

menghadapi ujian kenaikan kelas (ketuntasan belajar meningkat

dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 65,71%, 71,14%, dan

88,57%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal

telah tercapai.

4.2.2 Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam

proses metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja

Kelompok pada materi pelajaran dalam setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap Kinerja Guru

siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata

siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

4.2.3 Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

40

Page 41: yg baru

analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran matematika dengan metode belajar aktif model

Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran

yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan

alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan

diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan

bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah metode belajar aktif model

Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran

dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di

antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam

mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan materi yang

sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana

prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

41

Page 42: yg baru

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga

siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan

Kerja Kelompok pada materi pelajaran memiliki dampak positif dalam

meningkatkan Kinerja Guru yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan

belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,71%), siklus II

(77,14%), siklus III (88,57%).

3. Penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja

Kelompok pada materi pelajaran mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata

jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat

dengan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja

Kelompok pada materi pelajaran sehingga mereka menjadi termotivasi

untuk belajar.

4. Penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja

Kelompok pada materi pelajaran efektif untuk mengingatkan kembali

materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa

siap untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang segera akan

dilaksanakan.

42

Page 43: yg baru

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar

proses belajar mengajar Bahasa Inggris lebih efektif dan lebih memberikan

hasil yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan

Kerja Kelompok pada materi pelajaran memerlukan persiapan yang cukup

matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang

benar-benar bisa diterapkan dengan metode belajar aktif model Gabungan

Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran proses belajar

mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagi metode, walau dalam taraf yang

sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan pengetahuan baru,

memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau

mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering

ilir.

43

Page 44: yg baru

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineksa Cipta

Ali, Muhammad. 2003. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algesindon.

Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak.

Psikologi UGM.

Lee, W.R. 1985. Language Teaching Games and Contests. London: Oxfortd

University Press.

Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif.

Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Weed, Gretchen, E. 1971. Using Games in Teaching Children. ELEC Bulletin No.

32. Winter. Tokyo. Japan.

44

Page 45: yg baru

Lampiran I

Data Tabel Hasil Peningkatan Per siklus

Tabel . Nilai Ujian Pada Siklus I

45

Responden Nilai Point

RespondenNilai

Pont

B KB B KB

1 70 √ 19 80 √

2 60 √ 20 70 √

3 70 √ 21 40 √

4 80 √ 22 80 √

5 80 √ 23 60 √

6 40 √ 24 50 √

7 70 √ 25 80 √

8 50 √ 26 60 √

9 80 √ 27 80 √

10 40 √ 28 70 √

11 70 √ 29 80 √

12 50 √ 30 80 √

13 70 √ 31 80 √

14 60 √ 32 70 √

15 70 √ 33 40 √

16 80 √ 34 80 √

17 80 √ 35 60 √

18 60 √ Jumlah 1160 11 6

Jumlah 1180 12 6

Page 46: yg baru

Table 4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

46

Page 47: yg baru

Table 6. Nilai Ujian Pada Siklus III

47

Responden Nilai Point

RespondenNilai

Point

B KB B KB

1 80 √ 19 70 √

2 70 √ 20 80 √

3 60 √ 21 70 √

4 70 √ 22 50 √

5 60 √ 23 70 √

6 70 √ 24 70 √

7 70 √ 25 60 √

8 80 √ 26 50 √

9 70 √ 27 70 √

10 70 √ 28 80 √

11 50 √ 29 90 √

12 50 √ 30 80 √

13 70 √ 31 70 √

14 80 √ 32 80 √

15 70 √ 33 70 √

16 60 √ 34 50 √

17 70 √ 35 70 √

18 70 √ Jumlah 1180 14 3

Jumlah 1220 13 5

Page 48: yg baru

48

Responden Nilai Point

RespondenNilai

Point B KB B KB

1 90 √ 19 50 √2 70 √ 20 80 √3 70 √ 21 80 √4 70 √ 22 70 √5 80 √ 23 80 √6 70 √ 24 80 √7 60 √ 25 70 √8 80 √ 26 80 √9 70 √ 27 60 √10 90 √ 28 80 √11 70 √ 29 80 √12 70 √ 30 90 √13 90 √ 31 50 √14 90 √ 32 80 √15 70 √ 33 80 √16 70 √ 34 70 √17 70 √ 35 80 √18 80 √ Jumlah 1260 14 3

Jumlah 1360 17 1

Page 49: yg baru

Lampiran II

Diagram Alur Penelitian Tindakan sebagai parameter PTS

49

Page 50: yg baru

Lampiran III

TABEL DAFTAR HADIR SUBJEK PENELITIAN TINDAKAN

Aspek Kegiatan PTS : Pembelajaran Gabungan Model Ceramah DanKerja Kelompok

Tanggal Kegiatan : 8 September 2014

Tempat Kegiatan : SDN 9 Pedamaran

No Nama SP Uraian Kegiatan TTD

1 Armitik 1

2 Sumarni 2

3 Rukmini 3

4 Ernawati 4

5 Damro 5

6 Netty Ekaria 6

7 Sumarni S.Pd 7

8 Astuti 8

Pedamaran, 8 September 2014 Peneliti

YULIANI.K.S.Pd. NIP: 196007011980112001

Lampiran IV

50

Page 51: yg baru

Sampel Draf : Surat permohonan Ijin Tempat Penelitian Tindakan Kepada Kepala Sekolah di SD Binaan

Kepada YTH. Bapak / Ibu Kepala Sekolah SDN 9 Pedamaran Di T e m p a t

Dengan Hormat,

Dengan surat ini, saya selaku Pengawas TK/SD Di Kecamatan Pedamaran

Kabupaten Ogan komering ilir memohon Ijin kepada Sdr. Kepala Sekolah : SDN

9 Pedamaran untuk mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah.

Adapun Jadwal Kegiatan PTS, saya lampirkan di bawah ini

Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan izin peneyelenggaran

kegiatan tersebut di Sekolah Dasar Negeri 9 Pedamaran.

Demikian Surat permohonan ijin ini, saya buat dan terima kasih atas

kerjasamanya.

Pedamaran , September 2014

Hormat Saya,

YULIANI.K.S.Pd. NIP: 196007011980112001

51

Page 52: yg baru

Lampiran V

Sampel Draf : Surat Permohonan Ijin Penyelenggaraan Penelitian Tindakan Sekolah di Lingkungan Kantor Pendidikan Kecamatan Pedamaran Kepada YTH. Kepala dinas UPTD Kecamatan Pedamaran

Kabupaten Ogan komering ilir Di T e m p a t

Dengan Hormat,

Dengan surat ini, saya selaku Pengawas TK/SD Di Kecamatan

Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir memohon Ijin kepada Ibu selaku

Kepala dinas pendidikan Kecamatan pedamaran, untuk mengadakan Penelitian

Tindakan Sekolah di Lingkungan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan

Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir.

Adapun Jadwal Kegiatan PTS, saya lampirkan di bawah ini

Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan izin penyelenggaran

Kegiatan tersebut.

Demikian Surat permohonan izin ini saya buat, dan terima kasih atas

kerjasamanya.

Pedamaran, September 2014 Hormat Saya,

YULIANI.K.S.Pd. NIP: 196007011980112001

52