dinkopukm.slemankab.go.iddinkopukm.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2019/04/... · web viewpasal...

132
1 KAJIAN PENGEMBANGAN PUSAT LAYANAN USAHA TERPADU (PLUT) USAHA MIKRO DI KABUPATEN SLEMAN

Upload: others

Post on 13-Jan-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

KAJIAN PENGEMBANGAN PUSAT LAYANAN USAHA TERPADU (PLUT) USAHA MIKRO DI KABUPATEN SLEMAN

DAFTAR ISI

Daftar Isi.......................................................................................................................2

Kata Pengantar..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4

A. Latar Belakang ............................................................................................4

B. Perumusan Masalah.....................................................................................6

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................7

D. Landasan Hukum.........................................................................................7

E. Tinjauan Pustaka..........................................................................................9

F. Metode Penelitian.........................................................................................22

BAB II LESSON LEARNED PENGEMBANGAN PLUT...........................................26

A. Pengembangan PLUT di Beberapa Daerah Lain.........................................26

BAB III URGENSI PLUT DI KABUPATEN SLEMAN............................................33

A. Evaluasi Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas KUKM Sleman...........33

B. Pengembangan PLUT di Kabupaten Sleman...............................................36

C. Tugas Sasaran dan layanan PLUT KUKM di Kabupaten Sleman..............44

D. Indikator Kinerja Utama (IKU PLUT-KUMKM).......................................52

BAB IV MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PLUT............................56

A. Analisis Kelebihan dan Kelemahan Alternatif Kelembagaan

PLUT di Sleman..........................................................................................56

B. Pilihan Kelembagaan untuk Pengembangan PLUT di Sleman.....................62

BAB V PENUTUP.......................................................................................................76

A. Kesimpulan..................................................................................................76

B. Saran............................................................................................................77

Daftar Pustaka...............................................................................................................79

Lampiran.......................................................................................................................80

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat dan

karunia-Nya kajian penelitian terkait pembentukan PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman dapat

terselesaikan. Isi dalam kajian ini diharapkan dapat menjadi baseline untuk pembentukan dan

pengembangan PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman. Laporan ini disusun dari kerangka

teoritis PLUT hingga mengkaji pengembangan PLUT-KUMKM di daerah lain. Selain itu, model

dan urgensi pengembangan PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman juga kami kaji yang tentunya

disesuaikan dengan data-data empiris yang ada di Kabupaten Sleman. Laporan ini diharapkan

dapat menjadi dasar akademik dalam pengembangan dan pembentukan PLUT-KUMKM di

Kabupaten Sleman.

Penelitian ini tidak dapat terlaksana jika tanpa bantuan dari pihak-pihak yang selama ini

mendukung. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten

Sleman yang telah menggagas adanya penelitian ini. Selanjutnya kami juga mengucapkan terima

kasih kepada pelaku serta penggiat koperasi dan UMKM di Kabupaten Sleman yang banyak

memberikan masukan dalam penyusunan laporan ini. Selain itu, tidak lupa juga kepada

stakeholder terkait yang selama ini telah memberikan masukan dan mendukung penyusunan

laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini bukanlah sebuah hasil yang sempurna. Kritik dan

saran yang membangun terkait laporan penelitian ini sangat kami harapkan.

Sleman, Desember 2018

Tim Penyusun

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok pelaku ekonomi

terbesar dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini juga dipandang cukup strategis karena

memberikan peluang kerja yang cukup besar bagi masyarakat. Meskipun memiliki peran yang

cukup penting akan tetapi UMKM selalu dihadapkan pada berbagai permasahan klasik seperti

permodalan, pasar, teknologi dan sebagainya. Secara struktural, berbagai tantangan dan kendala

juga menghambat perkembangan sektor UMKM seperti liberalisasi perdagangan, ekspansi

jejaring toko modern. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan upaya untuk meningkatkan

akses UMKM pada informasi pasar, lokasi usaha dan jejaring usaha agar produktivitas dan daya

saingnya.

Kabupaten Sleman adalah salah satu kabupaten yang memiliki banyak potensi sektor

UMKM. Sektor pertanian masih menjadi unggulan di kabupaten Sleman, karena masih tingginya

masyarakat yang mengembangkan sektor pertanian. Pada tahun 2014, penyerap terbesar

pekeraan adalah sektor pertanian yakni mencapai 23, 56 persen dari jumlah penduduk Sleman

pada saat itu. Dalam RPJM daerah Kabupaten Sleman dijelaskan bahwa pembangunan sektor

peranian diarahkan pada agribisnis dengan memperkuat sektor pertanian sendiri. Di luar sektor

pertanian, potensi-potensi UMKM di Sleman bervariatif misalnya dari sektor perdagangan dan

jasa, teknologi informasi, kuliner, agrobisnis dan sebagainya. Dari berbagai sektor UMKM

tersebut, didominasi oleh sektor perdagangan. Tabel I.1 berikut ini potensi data UMKM di

Sleman.

4

Tabel I.1Potensi UKM Sleman Tahun 2018 (Di Luar Sektor Pertanian)

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Sleman

Di sektor pertanian, potensi di Kabupaten Sleman juga cukup besar. Berdasarkan data

dinas Pertanian Kabupaten Sleman, sampai dengan tahun 2017 terdapat 3457 kelompok tani

yang terbagi ke dalam beberapa kelompok produksi yakni, kelompok produksi tanaman pangan

dan hortikultura (983 kelompok), kelompok peternakan (759), kelompok perikanan (643),

kelompok kehutanan (65) dan kelompok perkebunan (159). Setiap kelompok tersebut minimal

20 orang sehingga diperkirakan jumlah petani di Sleman ada 70.000 petani.

Berbagai kebijakan pengembangan UMKM telah dilakukan oleh Kabupaten Sleman

seperti kebijkaan permodalan, fasilitasi pemasaran, revitalisasi pasar tradisional, pengembangan

rumah kreatif bisnis, bantuan teknologi dan sebagainya. Meskipun telah banyak kebijakan yang

dilakukan akan tetapi kebijakan-kebijakan tersebut dirasakan belum mampu menyentuh beberapa

permasalahan yang dihadapi oleh sektor UMKM khususnya sektor usaha mikro dan kecil. Sektor

usaha mikro dan kecil masih seringkali kalah daya saing dengan usaha-usaha kecil dan

5

menengah karena lemahnya akses informasi pemasaran, akses teknologi dan akses permodalan.

Proses-proses start up usaha seringkali juga mengalami kendala dikarenakan lemahnya

pendampingan atas usaha-usaha rintisan. Dalam konteks ini, peran lembaga inkubasi menjadi

sangat penting sebagai sarana pendampingan bagi pelaku UMKM.

Ada beberapa lembaga inkubasi yang sudah dikembangkan oleh pemerintah daerah

misalnya melalui pengembangan Rumah Kreatif BUMN (RKB) maupun Pusat Layanan Usaha

Terpadu (PLUT) yang dikembangkan oleh pemerintah Propinsi. Namun demikian, kehadiran

lembaga tersebut dirasakan belum menyentuh sektor usaha mikro dan kecil di Sleman termasuk

di dalamnya koperasi. Rumah Kreatif BUMN cenderung memberikan fasilitasi usaha untuk

usaha usaha yang sudah masuk kategori menengah dan belum memberikan pelayanan secara

komprehensif berbagai aspek yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha mikro dan kecil.

RKB ini juga dikelola oleh BUMN (BNI) yang bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan. Selain itu, keberadaan PLUT masih berada di level propinsi sehingga akan

menyulitkan pelaku-pelaku usaha mikro kecil di dalam mengakses pelayanan yang ada dalam

PLUT khususnya dari sisi intensitas pendampingan.

Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sleman sebenarnya juga sudah memiliki wahana

untuk pendampingan bisnis yakni Pojok Konsultasi UMKM yang secara rutin sudah

melaksanakan kegiatan. Kegiatan ini sudah dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis dan

menempati salah satu ruang di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sleman. Dari data yang

ada terdapat lebih dari 250 pelaku usaha yang sudah memanfaatkan jasa konsultasi tersebut.

Namun demikian, Kegiatan Pojok Konsultasi ini juga memiliki keterbatasan baik dari dukungan

sumber daya manusia, ruang, anggaran maupun dukungan sarana prasarana.

Dengan melihat keterbatasan dari lembaga-lembaga yang sudah ada tersebut, maka

keberadaan PLUTD di level kabupaten menjadi urgen untuk dikembangkan. Keberadaan PLUT

ini kabupaten ini diharapkan mampu memberikan dukungan penyediaan jasa layanan (non

financial) kepada usaha mikro dan kecil serta koperasi sehingga mereka memiliki daya saing,

produktivitas yang lebih baik. PLUT diharapkan mampu menjadi lembaga inkubasi yang

memberikan pendampingan secara intens terhadap permasalahan usaha mikro , menjadi pusat

informasi permodalan, pemasaran, teknologi dan pusat inovasi dalam pengembangan usaha

mikro.

6

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perumusan masalah riset ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana model pengembangan PLUT Sleman?

2. Model Kelembagaan apa yang tepat untuk mewadahi PLUT Sleman.

C. Tujuan Penelitian

1) Memberikan masukan untuk pengembangan model PLUT Sleman.

2) Merekomendasikan model kelembagaan yang tepat untuk PLUT di Sleman.

D. Landasan Hukum

Dalam melakukan setiap kegiatan yang dilakukan, pemerintah memiliki landasan

hukum sebagai payung hukum serta panduan pelaksanaan. Landasan hukum ini bisa saja berasal

dari pusat maupun daerah. Terdapat 4 aturan yang menjadi landasan hukum bagi upaya

pengembangan Koperasi dan UMKM yang dilakukan oleh pemerintah. Peraturan-peraturan

tersebut adalah sebagai berikut.

Landasan hukum yang pertama adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Menurut pasal satu, Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat

daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pasal 11, Urusan

Pemerintahan Wajib sebagaimana dimaksud pemerintah daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan

yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan

Pelayanan Dasar. Dalam pasal 12, Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan

Pelayanan Dasar meliputi ssalah satunya bidang koperasi, usaha kecil, dan menengah.

Landasan hukum yang kedua adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah. Dalam pasal satu dinyatakan bahwa

Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan

masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha

7

yang tangguh dan mandiri. Dalam pasal 3 Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah: (a) penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri; (b) perwujudan kebijakan publik yang

transparan, akuntabel, dan berkeadilan; (c) pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan

berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; (d)

peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan (e) penyelenggaraan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu. Dalam pasal 7, Pemerintah dan

Pemerintah Daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-

undangan dan kebijakan yang meliputi aspek: (a) pendanaan; (b) sarana dan prasarana; (c)

informasi usaha; (d) kemitraan; (e) perizinan usaha; (f) kesempatan berusaha; (g) promosi

dagang; dan (h) dukungan kelembagaan.

Landasan Hukum yang ketiga adalah Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia Nomor 02 /Per/M.Kukm/ I /2016 Tentang Pendampingan

Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil. Dalam pasal satu, Pendampingan adalah proses

peningkatan produktivitas dan daya saing Koperasi dan UMK melalui bimbingan, konsultasi dan

advokasi yang dilakukan oleh Lembaga Pendamping dan atau Tenaga Pendamping Perorangan.

Dalam pasal 4 Ruang lingkup pendampingan Koperasi dan UMK meliputi: (a) tenaga

pendamping; (b) pelaksanaan pendampingan; (c) pengembangan pendampingan; (d) monitoring

dan evaluasi; dan (e) pelaporan. Dalam pasal 5 Lembaga Pendamping dan tenaga pendamping

perorangan ditetapkan berdasarkan persyaratan dan kriteria tertentu. Dalam pasal 6

Penyelenggaraan Pendampingan Koperasi dan UMK diatur lebih lanjut dalam Peraturan Deputi.

Selanjutnya adalah Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah

Republik Indonesia Nomor 09/Per/M.Kukm/Xii/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program

Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Melalui Tugas

Pembantuan Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Tahun 2014. Dalam pasal

satu, Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang

selanjutnya disebut PLUT - KUMKM adalah program yang diselenggarakan oleh Kementerian

Koperasi dan UKM dalam rangka memberikan jasa layanan yang komprehensif dan terpadu bagi

pengembangan usaha Koperasi dan UMKM. Dalam pasal 3, Ruang lingkup pedoman

pelaksanaan kegiatan dan anggaran Tugas Pembantuan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah tahun 2014 ini, meliputi : (a) fasilitasi pemberian layanan pengembangan usaha

8

KUMKM; (b) melakukan mediasi bagi KUMKM dalam membangun hubungan dengan

pemangku kepentingan lainnya; (c) menstimulasi perkembangan usaha KUMKM; dan (d)

peningkatan kualitas KUMKM secara inovatif, kreatif & produktif.

E. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Pengembangan Koperasi dan UMKM

Koperasi merupakan sokoguru perekonomian Indonesia. Koperasi menjadi salah satu

sektor potensil yang dapat berkontribusi bagi pembangunan Indonesia. Pembangunan bukan

hanya pada aspek ekonomi namun juga sosial. Terdapat beberapa definisi terkait koperasi.

Menurut “Bapak Koperasi Indonesia” Moh. Hatta adalah usaha bersama untuk memperbaiki

nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Sedangkan definisi Koperasi

menurut UU No.25 / 1992, Koperasi adalaah badan usaha yang beranggotakan orang seorang

atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasar atas azas kekeluargaan.5 unsur

koperasi Indonesia yakni:

1. Koperasi adalah badan usaha

2. Koperasi adalah kumpulan orang – orang atau badan hukum koperasi

3. Koperasi Indonesia , koperasi yang bekerja berdasarkan prinsip – prinsip koperasi

4. Koperasi Indonesia adalah gerakan ekonomi rakyat

5. Koperasi Indonesia berazaskan kekeluargaan

Sedangkan prinsip Koperasi Indonesia Menurut UU No.25 tahun 1992 adalah sebagai

berikut.

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi

3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa masing-masing

9

4. Pemberian batas jas yang terbatas terhadap modal

5. Kemandirian

6. Pendidikan perkoperasian

7. Kerja sama antar koperasi

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan usaha

milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 3000.000.000 (tiga

ratus juta rupiah)

2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh

orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria

yakni :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ra-

tus juta rupiah).

3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang di-

lakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusa-

haan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria :

10

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta`rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima

puluh milyar rupiah).

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga

kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang samapai dengan

19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20

orang sampai dengan 99 orang. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor

316/KMK 016/1994 tanggal 27 Juni 1994, Usaha Kecil sebagai perorangan/badan usaha yang

telah melakukan kegiatan /usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya

Rp. 600.000.000 atau asset (aktiva ) setinggi-tingginya Rp.600.000.000 (diluar tanah dan

bangunan yang ditempati ). Contohnya Firma, CV, PT, dan Koperasi yakni dalam bentuk badan

usaha. Sedangkan contoh dalam bentuk perorangan antara lain pengrajin industri rumah tangga,

peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa dan yang lainnya.

Dari berbagai pendapat diatas, pengertian UMKM dilihat dari berbagai aspek, baik dari segi

kekayaan yang dimiliki pelaku, jumlah tenaga kerja yang dimiliki atau dari segi penjualan/omset

pelaku UMKM. Dalam rangka pemberdayaan UMKM di Indonesia, Bank Indonesia (2011)

mengembangkan filosofi lima jari/ Five finger philosophy, maksudnya setiap jari mempunyai

peran masing-masing dan tidak dapat berdiri sendiri serta akan lebih kuat jika digunakan secara

bersamaan.

1. Jari jempol, mewakili peran lembaga keuangan yang berperan dalam intermediasi

keuangan, terutama untuk memberikan pinjaman/pembiayaan kepada nasabah mikro, kecil

dan menengah serta sebagai Agents of development (agen pembangunan).

2. Jari telunjuk, mewakili regulator yakni Pemerintah dan Bank Indonesia yang berperan

dalam Regulator sektor riil dan fiskal, Menerbitkan ijin-ijin usaha, Mensertifikasi tanah

sehingga dapat digunakan oleh UMKM sebagai agunan, menciptakan iklim yang kondusif

dan sebagai sumber pembiayaan.

11

3. Jari tengah, mewakili katalisator yang berperan dalam mendukung perbankan dan UMKM,

termasuk Promoting Enterprise Access to Credit (PEAC) Units, perusahaan penjamin

kredit.

4. Jari manis, mewakili fasilitator yang berperan dalam mendampingi UMKM, khususnya

usaha mikro, membantu UMKM untuk memperoleh pembiayaan bank, membantu bank

dalam hal monitoring kredit dan konsultasi pengembangan UMKM.

5. Jari kelingking, mewakili UMKM yang berperan dalam pelaku usaha, pembayar pajak dan

pembukaan tenaga kerja.

Kebersamaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan bank komersial

merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk simbiosis mutualisme dalam ekonomi.

Kebersamaan tersebut bukan saja bermanfaat bagi keduanya, tetapi juga bagi masyarakat dan

pemerintah. Masyarakat menikmati ketersediaan lapangan kerja dan pemerintah menikmati

kinerja ekonomi berupa naiknya Pendapatan Domestik Bruto (PDB), yang menyumbang lebih

dari separuh PDB Indonesia. Namun demikian, kerja sama tersebut tetap perlu memegang

prinsip kehati-hatian untuk memastikan terwujudnya manfaat bagi kedua pihak. Dalam

pengembangan UKM di Indonesia sendiri menurut Agnes Sunartiningsih dan Hempri Suyatna

(2009: 47-88), beberapa hal yang perlu dilakukan adalah:

a. Melakukan pengembangan jaringan usaha dan jaringan pemasaran

b. Kemudahan akses permodalan

c. Peningkatan sumber daya manusia

d. Peningkatan dan intensifikasi penggunaan teknoogi dalam pengembangan

usaha

e. Menciptakan iklim bisnis yang kondusidf

f. Kebijakan pro UMKM seperti One Village One Product

g. Melakukan dukungan kelembagaan

h. Pembatasan terhadap komoditi impor

Perkembangan Koperasi dan UMKM sesungguhnya saling berkaitan. Keberhasilan

pengembangan Koperasi akan mengembangkan UMKM disekitarnya. Sebaliknya

perkembangan sektor UMKM sebagaimana yang terjadi saat ini yang cenderung stagnan

mengindikasikan ketidakmampuan koperasi dalam memberdayakan UMKM (Suyatna dan

12

Sunartiningsih, 2017: 182-183). Koperasi seharusnya dilandaskan pada nilai-nilai kebersamaan,

kekeluargaan dan juga gotong royong. Koperasi bukan semata-mata lembaga yang berorientasi

sepenuhnya pada akumulasi kapital. Koperasi menjadi lembaga yang dapat mendorong

pengembangan UMKM karena keberadaanya baik secara fisik maupun non fisik yang dekat

dengan masyarakat. Pengembangan Koperasi dan UMKM pada akhirnya akan membawa pada

kesejahteraan sosial melalui keberdayaan masyarakat.

2. Urgensi Lembaga Inkubasi Untuk Pengembangan Koperasi dan UMKM

Beberapa tahun belakangan ini, isu lembaga inkubasi menjadi salah satu isu yang banyak

dibahas terutama dalam kaitannya dengan era perdagangan bebas yang dihadapi Indonesia.

Pengusaha lokal bukan hanya dihadapkan pada persaingan dengan sesama pengusaha lokal

namun juga internasional. Era perdagangan bebas menunut Indonesia untuk mempersiapkan

wirausahanya untuk da[at bersaing secara global. Lembaga inkubasi inilah yang menjadi salah

satu cara yang dianggap efektif untuk menganggulangi permasalahan ini guna mempersiapkan

sektor bisnis Indonesia khusunya .

Menurut Dr. Laurence Hewick dari Canadian Business Incubator (2006), Inkubasi

mrmiliki definisi “the concept of nurturing qualifying entrepreneurs in managed workspaces

called incubators”. Sedangkan Inkubator adalah “a dedicated workspace (building) to support

qualifying businesses with: mentorship, training, professional networking, & assistance in

finding finances until they graduate & can survive in the competitive environment”.

Menurut Menteri Negara Koperasi dan UKM No.81.3/Kep/M.KUKM/VIII/2002,

Inkubasi adalah proses pembinaan bagi Usaha Kecil dan atau pengembangan produk baru yang

dilakukan oleh Inkubator Bisnis dalam hal penyediaan sarana dan prasarana usaha,

pengembangan usaha dan dukungan manajemen serta teknologi. Sedangkan Inkubator adalah

lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas dan pengembangan usaha, baik

manajemen maupun teknologi bagi Usaha Kecil dan Menengah untuk meningkatkan dan

mengembangkan kegiatan usahanya dan atau pengembangan produk baru agar dapat

berkembang menjadi wirausaha yang tangguh dan atau produk baru yang berdaya saing dalam

jangka waktu tertentu.

13

Secara sederhana Inkubator bisnis merupakan lembaga yang melakukan kegiatan

inkubasi bisnis. Hal ini juga senada dengan definisi Bank Indonesia (2006) yang menyatakan

inkubator sebagai organisasi yang menyediakan infrastruktur dan pelayanan yang menaikkan

nilai tambah suatu usaha. Keberadaan inkubator bukan lagi hanya sebagai sebuah pilihan namun

menjadi sebuah kebutuhan terutama untuk mempersiapkan Koperasi dan UMKM dalam

menghadapi perdagangan bebas.

Dalam konteks Negara Indonesia, Inkubator mulai dikembangkan sejak tahun 1992, atas

inisiatif pemerintah melalui Departemen Koperasi bekerjasama dengan perguruan tinggi. Upaya

itu berlanjut ketika pada tahun 1997 diselenggarakan program Pengembangan Budaya

Kewirausahaan di Perguruan Tinggi, yang salah satu kegiatannya adalah Inkubator Wirausaha

Baru (INWUB). Sehingga pada tahun 1999, jumlah Inkubator telah mencapai sebanyak 29,

dimana sebagian besar merupakan program perguruan tinggi. Menurut Kemenkop dan UKM dari

ratusan Inkubator yang pernah berdiri, namun sayangnya tidak banyak yang masih secara

konsisten memberikan pendampingan kepada wirausahawan-wirausahawan lokal yang ada di

Indonesia.

Memasuki era perdagangan bebas, Koperasi dan UMKM bukan saja dihadapkan pada

peluang meluaskan pasar namun disisi lain menghadapi tantangan persaingan melawan produk-

produk luar negeri yang masuk ke pasar Indonesia. Tak bisa dipungkiri produk-produk dalam

negeri masih memiliki celah yang cukup besar yang memungkinkan produk luar negeri masuk

dan menggantikan. Produk yang berasal dari luar negeri bukan saja bersifat komplementer dalam

arti melengkapi kebutuhan pasar domestik yang tidak dapat diproduksi dalam negeri seperti

telepon genggam, komputer dan beragam alat dengan teknologi canggih. Produk yang mampu

diproduksi dalam negeri juga seperti batik, buah-buahan dan ragam produk lokal lainnya juga

terancam oleh kehadiran produk luar negeri yang biasanya menjanjikan harga yang lebih

terjangkau (Batik) ataupu tampilan yang lebih baik (buah-buahan impor) sebagai contohnya.

Lembaga inkubasi menjadi salah satu jalan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi

Koperasi dan UMKM di Indonesia. Kehadiran lembaga inkubasi dapat meningkatkan daya saing

yang dimiliki oleh pelaku Koperasi dan UMKM sehingga mampu bersaing dengan produk-

produk yang berasal dari luar negeri. Peningkatan daya saing bukan hanya untuk

memepertahankan pasar dalam negeri namun juga untuk memenuhi kriteria menembus pasar

global dalam bentuk ekspor. Tentunya keterlibatan kita dalam perdagangan global bukan hanya

14

sebatas untuk dijadikan sasaran pasar bagi produk luar namun harus mampu menjadikan negara

lain sebagai pasar kita. Untuk itulah mengapa inkubator bisnis menjadi sesuatu yang penting

dalam mendorong pengembangan Koperasi dan UMKM.

3. PLUT ( Pusat Layanan Usaha Terpadu)

Lembaga inkubasi atau inkubator yang ada di Indonesia mayoritas berada dibawah

naungan lembaga pendidikan tinggi sebagai salah satu wadah untuk implementasi pembelajaran

selama bangku kuliah di kehidupan nyata. Namun demikian bukan berarti pemerintah tidak

memilikinya. Mengingat pentingnya inkubator ini bagi perkembangan Koperasi dan UMKM,

pemerintah juga memiliki lembaga inkubasi melalui program PLUT KUMKM (Pusat Layanan

Usaha Terpadu Koperasi dan Usaha Mikro,Kecil dan Menengah). Program ini berada dibawah

naungan Kementerian Koperasi dan UKM. Program ini dilandasi pada upaya Kementerian

KUKM memfasilitasi pemberian jasa layanan yang komprehensif dan terpadu bagi

pengembangan usaha Koperasi dan UMKM. Lembaga ini menyediakan jasa-jasa nonfinansial

untuk meningkatkan daya saing, produktivitas, nilai tambah dan kualitas kerja kinerja KUMKM.

Dalam melaksanakan program ini, PLUT tentunya memiliki sasaran. Sasaran ini sebagai

acuan bagaimana program di implementasikan sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan.

Sasaran pengembangan program PLUT-KUMKM PERATURAN DEPUTI MENTERI

KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH BIDANG PENGEMBANGAN DAN

RESTRUKTURISASI USAHA NOMOR : 02/PER/DEP.6/II/2014 TENTANG PETUNJUK

TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT LAYANAN USAHATERPADU KOPERASI

DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH pasal 3, yaitu:

a. Meningkatnya produktivitas Koperasi dan UMKM;

b. Meningkatnya nilai tambah Koperasi dan UMKM;

c. Meningkatnya kualitas kerja Koperasi dan UMKM;

d. Meningkatnya daya saing Koperasi dan UMKM;

e. Bertambahnya potensi unggulan daerah yang dikembangkan oleh Koperasi dan

UMKM;

f. Menguatnya jaringan layanan usaha yang dikembangkan bersama dengan lembaga

kemitraan setempat.

15

Untuk mencapai sasaran tersebut, PLUT-KUMKM memiliki standar pelayanan minimal.

Standar tersebut untuk memastikan bahwa lembaga ini dapat memfasilitasi wirausahawan dalam

pengembangan bisnisnya. Standar layanan minimal PLUT-KUMKM menurut PERATURAN

DEPUTI MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH BIDANG

PENGEMBANGAN DAN RESTRUKTURISASI USAHA NOMOR : 02/PER/DEP.6/II/2014

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT LAYANAN USAHA

TERPADU KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH pasal 7, meliputi:

a. Konsultasi Bisnis KUMKM;

b. Pendamping atau Mentor Bisnis (Business Coaching);

c. Pelatihan Bisnis dan Teknis;

d. Promosi, Pemasaran dan Transaksi Bisnis KUMKM;

e. Membantu KUMKM dalam melakukan akses ke Pembiayaan;

f. Penguatan kelembagaan dan kerja sama (Networking);

g. Memberikan layanan Pustaka Entrepreneur atau Pusat Informasi laporan ke dinas

koperasi umkm terus ke kepala daerah terus ke menteri dengan tembusan deputi

Pelaksanaan PLUT sendiri dilandasi pada aturan baik pada level pusat hingga daerah.

Regulasi mengenai PLUT dinaungi dalam dokumen kerangka pemberdayaan KUMKM dalam

RPJPN 2005-2025 (UU no. 17/2007). Misi RPJPN 2005-2025 salah satunya yaitu pemerataan

pembangunan dan berkeadilan. Untuk mewujudkan misi itu maka arah kebijakan RPJPN 2005-

2025 salah satunya dengan pemberdayaan usaha mikro melalui upaya peningkatan pendapatan

masyarakat berpendapatan rendah. Usaha mikro menjadi sektor penyengga perekonomian

masyarakat kecil . Hal ini dikarenakan usaha mikro ini cenderung tersebar secara merata dalam

kehidupan masyarakat dan cenderung lebih mudah diakses karena tidak memerlukan keahlian

khusus. Pemberdayaan ini menjadi ssalah satu upaya pemerintah untuk melakukan pemerataan

dan merupakan wujud perhatian pemerintah kepada kelompok rentan berpendapatan rendah.

Selain itu juga tercantum dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN

2015-2019. Didalam peraturan itu memuat tentang arah kebijakan yakni peningkatan daya saing

UMKM dan Koperasi sehingga mampu tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala

yang lebih besar (“naik kelas” atau scaling-up ) dalam rangka untuk mendukung kemandirian

perekonomian nasional. Untuk mewujudkannya maka disusun strategi untuk mewujudkan arah

16

kebijakan tersebut. Menurut Dokumen Evaluasi, Pelaksanaan dan Rencana Kebijakan dan

Program Kementerian Koperasi dan UKM 2018, strategi tersebut adalah:

a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia;

b. Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan;

c. Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran;

d. Penguatan kelembagaan usaha; dan

e. Peningkatan kemudahan,kepastian dan perlindungan usaha

Dari kebijakan-kebijakan diatas, program PLUT menjadi salah satu upaya pemerintah

untuk memberikan akses peningkatan daya saing bagi Koperasi dan UMKM. Hal ini semata-

mata bukan hanya demi kebaikan usaha itu sendiri namun pada gilirannya akan mendukung

perekonomian nasional. PLUT ini menjadi salah satu langkah strategis pemerintah agar Koperasi

dan UMKM tidak kalah bersaing dan mampu terus berkembang seiring dengan perkembangan

pasar yang ada baik pasar domestik maupun internasional. Komitmen pemerintah untuk

pengembangan PLUT ini dapat kita cermati dalam rencana kegiatan strategis tahun 2018

Kementerian Koperasi dan UKM, bidang restrukturisasi usaha yaitu

a. Sarana Prasarana Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT)-KUMKM;

b. Operasional PLUT-KUMKM;

c. Fasilitasi Penanganan Dampak Bencana Bagi KUMKM;

d. Fasilitasi Kemitraan Produksi dan Pemasaran Bagi KUMKM

Hal ini juga tercantum dalam rencana kegiatan strategis tahun 2019 Kementerian

Koperasi dan UKM bidang restrukturisasi usaha dimana aspek Sarana prasarana Pusat Layanan

Usaha Terpadu (PLUT) menjadi Prioritas Nasional. Komitmen pemerintah untuk menggalakan

PLUT guna meningkatkan kualitas serta kuantitas Koperasi dan UMKM di Indonesia bukan lagi

hanya sebatas janji. Hingga saat ini terdapat 51 PLUT-KUMKM yang berlokasi 24 Provinsi dan

27 Kabupaten dan Kota yang ada di Indonesia. Harapannya angka ini akan semakin bertambah

sehingga Koperasi dan UMKM yang ada dapat memperoleh kesempatan untuk mengembangkan

dirinya.

Secara umum untuk mendorong keberhasilan program PLUT dalam meningkatkan daya

saing Koperasi dan UMKM, Lembaga ini memberikan layanan-layanan kepada Koperasi dan

17

UMKM mitranya. Layanan ini berupaya untuk menyentuh segala aspek yang berkaitan dengan

pengembangan Koperasi dan UMKM itu sendiri. Menurut Perdep RU No.08/ Per/ Dep.4.4/ IV/

2016, bab VIII pasal 12 layanan yang diberikan adalah:

1. Bidang Kelembagaan.

2. Bidang SDM.

3. Bidang Produksi.

4. Bidang Pembiayaan.

5. Bidang Pemasaran

Melalui PLUT, Koperasi dan UMKM dapat naik kelas. definisi dari naik kelas tersebut

adalah terjadinya peningkatan kualitas maupun kuantitas dari usaha sendiri dinilai dari segi

produktivitas, daya saing, kualitas kerja serta nilai tambah (Dokumen Program dan Kegiatan

Deputi Bidang Restrukturasi Usaha Tahun 2017). Semakin banyaknya Koperasi dan UMKM

yang mampu bersaing dalam pasar maka akan memberikan implikasi pembangunan nasional

meliputi aspek tenaga kerja, pertumbuhan serta pemerataan. Jumlah Koperasi dan UMKM yang

meningkat tentunya akan menyerap tenaga kerja yang ada. Selain itu hal ini juga akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat

bawah hal ini akan membawa pemerataan bagi Indonesia dan mempersempit ketimpangan yang

saat ini masih menjadi salah satu permasalahan krusial bagi kita.

4. Alternatif Kelembagaan PLUT di Daerah

Mengingat betapa peran PLUT bukanlah sebuah peran sederhana, perlulah kiranya

pelaksanaan program ini juga dilakukann oleh daerah bukan hanya pada tingkat nasional.

Keberadaan PLUT di daerah akan mendorong tumbuhnya wirausaha dari daerah. Selain itu

pengembangannya di daerah juga akan menciptakan sebuah program yang mampu menyentuh

semua lapisan. Dengan demikian tujuan PLUT bagi perkembangan kewirausahaan di Indonesia

akan efektif. Dalam implementasi program ini terdapat beberapa alternatif kelembagaan yang

dapat diterapkan bagi pengembangan PLUT di daerah. Alternatif tersebut yakni menjadi bagian

struktur OPD, UPTD sistem BLUD, BUMD dan UPTD.

a. Bagian Struktural Organisasi Perangkat Daerah (Bidang atau Seksi)

18

Dalam penyelenggaraan urusan administrasi pemerintahan, pelaksanaan program serta

kegiatan pemerintah, Kepala Daerah baik itu Gubernur dan Bupati/Walikota dibantu oleh

perangkat daerah. Perangkat Daerah atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD) merupakan organ-

isasi atau lembaga dalam pemerintahan daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang bersangkutan. Perangkat Daerah ini

dibentuk oleh masing-masing daerah dilandaskan pada pertimbangan karakteristik, potensi, dan

juga kebutuhan daerah.

Dasar utama bagi penyusunan organisasi perangkat daerah adalah urusan-urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri atas urusan wajib   dan urusan

pilihan, namun tidak berarti setiap penanganan urusan pemerintahan harus dilakukan dengan

membentuk sebuah organisasi tersendiri. Pembentukan perangkat daerah semata-mata

didasarkan pada pertimbangan rasional dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah tersebut secara efektif dan efisen.

Penataan Organisasi Perangkat Daerah serta penyusunan struktur organisasi saat ini

dilakukan berdasarkan pada kerangka regulasi serta kebutuhan obyektif dan kondisi lingkungan

strategis daerah. Hal ini sesuai dengan prinsip desentralisasi dimana pada aspek tertentu

termasuk pemerintahan, daerah memiliki otoritasnya sendiri atau yang kita kenal sebagai

otonomi daerah. Kerangka regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 2016 sebagai perubahan terhadap Peraturan Pemerintah sebelumnya. Dalam konsideran

PP 18/2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah, bahwa untuk penyelenggaraan pemerintahan

daerah, kepala daerah perlu dibantu oleh perangkat daerah yang dapat menyelenggarakan seluruh

urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah. Pasal 35 ayat (3) PP 18/2016

menyatakan Dinas daerah mempunyai tugas membantu bupati/wali kota melaksanakan Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada

kabupaten/kota. Artinya, semua urusan pemda dilaksanakan oleh OPD, khususnya Dinas. Selain

PP No. 18/2016, penataan kelembagaan perangkat daerah juga memperhatikan peraturan

perundang-undangan yang memiliki relevansi dengan program penataan organisasi yang

bersangkutan. Alternatif pertama dari pelembagaan PLUT untuk daerah adalah dengan menjadi

bagian dari OPD ini.

b. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

19

Alternatif kelembagaan lainnya untuk PLUT adalah dengan menjadi UPTD. Unit

Pelaksana UPTD adalah organisasi yang melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau

kegiatan teknis penunjang tertentu pada Dinas atau Badan Daerah (Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Permendagri RI) Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pembinaan dan Penataan Perangkat

Daerah). UPTD kabupaten/kota ini berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala

Dinas atau kepala Badan sesuai dengan bidang Urusan Pemerintahan atau penunjang Urusan

Pemerintahan yang diselenggarakan. Oleh karena itu UPTD tidak berarti lepas dari dinas terkait

yang menaunginya. Dalam pelaksanaannya UPTD ini dipimpin oleh seorang kepala yang akan

melakukan tanggung jawab pelaporan kepada kepala dinas/ badan yang menaunginya. Pada

UPTD kabupaten/kota yang secara geografis mempunyai jangkauan pelayanan cukup luas, untuk

memudahkan pelaksanaan tugas UPTD dapat dibentuk wilayah kerja/unit kerja nonstruktural.

Hal ini dalam rangka untuk memkasimalkan kinerja dari UPTD ini sendiri. Semakin mudah

masyarakat menjangkau layanan dari pemerintah semakin mudah pula organisasi untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Pembiayaan untuk mendukung kegiatan Unit Pelaksana Teknis Daerah kabupaten/kota

dibebankan pada APBD kabupaten/kota dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Oleh karena itu UPTD tidaklah berorientasi

pada keuntungan. Orientasinya ada pada pemberian layanan bagi masyarakat agar dapat

dijangkau oleh pemerintahan daerah. Secara umum, Unit Pelaksana Teknis Dinas mempunyai

tugas dan fungsi sebagai berikut :

Tugas :

1. Melaksanakan tugas dinas sesuai bidang operasionalnya di lapangan

2. Melaksanakan urusan administrasi teknis operasional

3. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

Fungsi :

1.Pelaksanaan tugas dinas sesuai bidang operasionalnya di lapangan

2. Pelaksanaan urusan administrasi teknis operasional

20

c. UPTD Sistem Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

Alternatif kedua untuk pelembagaan PLUT adalah dengan menjadi BLUD. Latar

Belakang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) tidak terlepas dari peraturan tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Daerah) yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum Daerah. Pasal 1 angka 1 PP 23/2005 tentang Badan Layanan Umum

menyatakan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di

lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa

penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan

dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Pasal 1 angka 1 Permendagri 61/2005 menyatakan Badan Layanan Umum Daerah yang

selanjutnya disingkat BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan

Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip

efisiensi dan produktivitas. Sedangkan pada Pasal 1 angka 2 pada Permendagri yang sama

menyatakan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD, yang selanjutnya disingkat PPK-BLUD adalah

pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan

praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sepagai

pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.

d. Badan Usaha milik Daerah (BUMD)

Alternatif ketiga dalam pelembagaan PLUT adalah menjadi Badan Usaha Milik Daerah.

Dalam Pasal 5 UU 5/1962 tentang Perusahaan Daerah menyatakan Perusahaan Daerah adalah

suatu kesatuan produksi yang bersifat memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum dan

memupuk pendapatan. Tujuan perusahaan daerah ialah untuk turut serta melaksanakan

pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya, dalam rangka

ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan

ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan

21

makmur. Perusahaan Daerah yang bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah

tangganya menurut peraturan-peraturan yang mengatur pokok-pokok Pemerintahan Daerah.

Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan yang menguasai hajat hidup orang

banyak di daerah yang bersangkutan diusahakan oleh perusahaan daerah yang modalnya untuk

seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Selain UU tersebut diatas, pasal 174 UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah

menyatakan dalam hal APBD diperkirakan surplus dapat digunakan untuk penyertaan modal

(investasi daerah) dan Pasal 177 UU 32/2004 menyatakan Pemerintah Daerah dapat memiliki

BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya

ditetapkan dengan Perda yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

BUMD menurut PP Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah adalah

badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah. Terdapat dua

bentuk BUMD, yaitu: 1) Perusahaan Umum Daerah adalah BUMD yang seluruh modalnya

dimiliki oleh satu Daerah dan tidak terbagi atas saham, dan 2) Perusahaan Perseroan Daerah

adalah BUMD yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang

seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh satu Daerah.

Sedangkan menurut pasal 3 Permendagri 52/2012 tentang Pedoman Pengelolaan

Investasi Pemerintah Daerah, bahwa Investasi pemerintah daerah bertujuan untuk:

a. meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah;

b. meningkatkan pendapatan daerah; dan

c. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Secara umum tujuan BUMD adalah menyelenggarakan kemanfaatan umum dan

pendapatan daerah. Selain berdasarkan tujuan organisasi, sebaiknya juga mempertimbangkan

dengan sifat dan desain organisasi dalam memberikan pelayanan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan tentunya memerlukan metode yang digunakan sebagai dasar

untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan untuk menggali pengembangan PLUT di

22

Kabupaten Sleman. Selain itu, penelitian ini juga mengelaborasi kelembagaan apa yang tepat

untuk PLUT di Kabupaten Sleman. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini menggunakan jenis

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (2007:67)

pendekatan deskriptif ialah prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan

keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, masyarakat, dan lain lain) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta atau sebagaimana adanya. Pendekatan ini tidak terbatas sampai pada

pengumpulan dan menyusun data, tetapi juga analisa dan intrepretasi tentang arti data itu.

Berdasarkan pemaparan tersebut penelitian ini mencoba menggali secara mendalam tentang

model pengembangan PLUT di Kabupaten Sleman serta kelembagaan yang tepat untuk

pengembangan PLUT di Kabupaten Sleman tersebut. Konsep atau teori yang sudah ada dalam

rancangan digunakan sebagai landasan awal berfikir peneliti. Jenis penelitian Kualitatif

Deskriptif ini memungkinkan peneliti untuk melakukan interaksi yang intens dengan informan.

Hal ini dilakukan agar peneliti dapat menggali mengenai potensi pengembangan PLUT,

kelembagaan apa yang akan digunakan, serta masalah yang selama ini dialami stakeholder

terkait serta para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Sleman.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara atau strategi yang dilakukan untuk

mengumpulkan informasi dan data-data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Selain itu, data-data yang digali untuk disesuaikan dengan tujuan dari penelitian yang dilakukan.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ialah sebagai berikut,

a. Wawancara

Wawancara dalam metode pengumpulan data ialah cara untuk mendapatkan informasi

dengan strategi bertanya langsung kepada informan. Tujuan dilakukannya wawancara ialah

untuk mendapatkan informasi dan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang

diwawancara dimintai pendapat serta gagasan dan ide-idenya. Wawancara yang dilakukan dalam

penelitian ini dilakukan terhadap stakeholder terkait yakni kepada Kepala Dinas Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Sleman dan staff di bawahnya yang terkait dengan

pengembangan UMKM , serta para pelaku UMKM di Kabupaten Sleman.

23

b. Group Interview

Group interview merupakan metode pengambilan data yang dilakukan dengan jalan

bertanya langsung kepada informan. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa

informan dalam satu forum. Selanjutnya dilakukan wawancara dalam sekumpulan orang

tersebut. Penggunaan metode ini dapat dijadikan tukar pikiran secara santai dan tidak kaku.

Berdasarkan hal tersebut dengan metode ini diharapkan dapat tergali permasalahan dan potensi

yang ada di Kabupaten Sleman terkait pengembangan PLUT. Dalam konteks penelitian ini group

interview dilakukan kepada beberapa aparat birokrasi di Dinas Koperasi dan UMKM (kepala

dinas, sekreraris dinas, kepala bidang dan kepala seksi) yang mengurusi pengembangan UMKM.

c. Focus Group Discussion (FGD)

FGD dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang permasalahan

atau topik tertentu yang menjadi fokus penelitian. FGD ini dapat dilakukan dengan

mengumpulkan stakeholder-stakeholder kunci yang berhubungan dengan fokus penelitian.

Stakeholder tersebut dapat dari pihak pemerintah yang dalam hal ini Dinas Koperasi, Usaha

Kecil dan Menengah Kabupaten Sleman, akademisi, serta pelaku UMKM di Kabupaten Sleman.

Tujuan diadakannya FGD ini ialah untuk menggali potensi dan permasalahan UMKM di

Kabupaten Sleman yang berhubungan dengan pengembangan PLUT secara komprehensif dari

berbagai stakeholder terkait. FGD dilakukan dua kali yakni FGD pertama di Bulan November

dengan mengundang dinas terkait, pelaku UMKM dan PLUT Propinsi. FGD kedua dilaksanakan

pada awal Desember dengan mengundang dinas terkait, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, Dinas Sosial,

Bagian Hukum, Bagian perekomian Kabupaten Sleman. Selain FGD tersebut, juga dilaksanakan

diskusi diskusi dengan pelaku UMKM, koperasi, maupun dengan dinas-dinas terkait di

lingkungan Pemerintahan Kabupaten Sleman.

d. Data Sekunder

Data sekundender merupakan salah satu metode pengumpulan data yang mempunyai

peranan yang penting dalam penelitian. Data sekunder dapat berupa foto, gambar, literatur,

maupun hasil penelitian terdahulu. Teknik ini juga merupakan pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis, terutama arsip-arsip, dan buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau

24

hukum-hukum yang berhubungan dengan masalah penelitian (Denzin, 2009: 544). Data sekunder

dalam penelitian ini meliputi buku, data penelitian sebelumnya, dokumen pelaku UMKM di

Kabupaten Sleman, serta peraturan dan Undang-Undang yang berlaku terkait pembentukan

maupun pengembangan PLUT.

3. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tujuan agar informasi yang dihimpun akan menjadi jelas

dan mudah dimengerti. Analisis data dalam penelitian ini meliputi,

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan

pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Reduksi data dilakukan dengan

pemilahan data yang terkumpul ke dalam penggolongan data, menentukan bagian-bagian yang

akan dibuang, serta mempertajam dan mengembangkannya. Data kemudian diorganisasikan

sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yaitu metode pengembangan PLUT di Kabupaten

Sleman serta kelembagaan yang tepat terhadap PLUT yang akan dikembangkan di Kabupaten

Sleman tersebut. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang tajam tentang hasil

penelitian. Data yang direduksi juga dapat menjaga peneliti untuk tetap fokus pada data yang

dibutuhkan yang disesuaikan dengan fokus penelitian.

b. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Pengecekan ini akan memungkinkan perolehan variasi informasi yang selengkap-lengkapnya.

Triangulasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini ialah triangulasi sumber dan metode.

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau

informasi melalui waktu dan alat yang berbeda. Triangulasi metode yaitu membandingkan data

yang diperoleh melalui wawancara dengan data group interview, FGD, data sekunder ataupun

sebaliknya. Melalui triangulasi ini peneliti melakukan crosscheck terhadap data yang didapatkan.

Pelaksanaan Group interview dan FGD berkali-kali diharapkan menjadi bagian dari triangulasi

sehingga data yang diperoleh lebih komprehensif.

25

BAB II

LESSON LEARNED PENGEMBANGAN PLUT

1) Pengembangan PLUT di Beberapa Daerah Lain

Lesson learned dalam pengembangan PLUT di Kabupaten Sleman ini penting untuk

dilakukan. Kondisi ini agar pengembangan PLUT di Kabupaten Sleman dapat berjalan sesuai

dengan tujuan yang dirumuskan. Belajar dari pengembangan PLUT di daerah lain dapat

bermanfaat dari segi pendampingan maupun pengelolaan yang dilakukan. Kondisi ini juga

dimaksudkan untuk meminimalisir masalah dalam pengembangan PLUT di Kabupaten

Sleman. Berikut pengembangan PLUT di beberapa daerah di Indonesia,

1. PLUT-KUMKM (Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) Kabupaten

Malang, Jawa Timur

PLUT-KUMKM Kabupaten Malang dibentuk dengan tujuan untuk memberikan

dukungan penyediaan jasa layanan (Non Financial) pendampingan terpadu bagi Koperasi,

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM). Hal ini dilakukan untuk mempercepat

peningkatan daya saing, produktivitas, nilai tambah, serta kualitas kerja KUMKM yang

berada di Kabupaten Malang. PLUT-KUMKM Kabupaten Malang resmi beroperasi terhitung

mulai tanggal 30 November 2016. Pembangunan gedung PLUT-KUMKM Kabupaten Malang

sendiri menghabiskan dana sekitar 2,8 Miliar dari APBN dan sekitar 690 juta dari dana APBD

untuk melengkapi sarana dan pra sarana operasional. Peresmian gedung ini langsung

dilakukan oleh Menteri Koperasi dan UKM RI pada tanggal 30 November 2017.

Jasa layanan yang ada di PLUT-KUMKM meliputi pendampingan atau mentoring bisnis,

konsultasi bisnis, fasilitasi akses pembiayaan, pemasaran dan promosi, pelatihan bisnis,

networking dan kemitraan usaha, layanan pustaka entrepreneur. Operasional pelaksanaan

pelayanan sendiri dipegang konsultan PLUT. Konsultan tersebut memiliki tugas sebagai

konsultan kelembagaan, konsultan pembiayaan, konsultan pemasaran, konsultan Sumber

Daya Manusia, dan konsultan produksi. Para konsultan tersebut saling bersinergi dalam

melakukan pendampingan pelaku usaha. PLUT-KUMKM ini secara kelembagaan struktur

26

pengelolaannya rencananya akan disatukan/disinergikan dengan UPT Pengelolaan Dana

Bergulir yang telah menjadi BLUD.

PLUT Kabupaten Malang juga melakukan inovasi untuk mengembangkan UKM dam

Koperasi di Kabupaten Malang. Inovasi yang dilakukan salah satunya ialah Klinik UKM dan

Koperasi. Kegiatan klinik ini untuk mewadahi keterlibatan para akademisi dan praktisi untuk

ikut serta melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap pelaku usallha. Sinergitas

dengan akademisi misalnya ialah pelatihan dan pengembangan produk Desa 2018 yang

bekerja sama dengan Civitas Akademia Universitas Airlangga. Selain itu, untuk memperkuat

fungsi dan peran PLUT ini juga mengembangkan program Kampung UKM Digital yang

bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Tbk (Telkom). Sinergitas yang dilakukan dengan

pemerintah, swasta, serta akademisi tersebut tentunya dilakukan untuk kemajuan dan

perkembangan Koperasi, Usaha Kecil Mikro dan Menengah yang ada di Kabupaten Malang.

2. PLUT-KUMKM Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

PLUT-KUMKM Kabupaten Sukabumi merupakan lembaga yang menyediakan jasa-jasa

non finansial. Jasa tersebut secara menyeluruh dan terintegrasi bagi koperasi dan usaha mikro,

kecil, dan menegah. Tujuannya tentunya untuk meningkatkan kinerja produksi, kinerja

pemasaran, akses pembiayaan, dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Usaha

yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja tersebut melalui peningkatan kapasitas

kewirausahaan, teknis dan manajerial, serta kinerja kelembagaan dalam rangka meningkatkan

daya saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang berada di Kabupaten

Sukabumi. Penyediaan jasa oleh PLUT-KUMKM Kabupaten Sukabumi secara umum bersifat

stimulus. Artinya bahwa jasa atau layanan yang diberikan oleh PLUT-KUMKM kepada

Koperasi dan UMKM untuk mendorong peningkatan kapasitas dalam kinerja produksi,

pemasaran, pembiayaan, dan pengembangan SDM.

Pembiayaan PLUT-KUMKM Kabupaten Sukabumi sendiri berasal dari APBN dan

APBD yang dumanfaatkan untuk membangun sarana fisik dan operasional pelayanan. PLUT-

KUMKM Kabupaten Sukabumi juga memiliki beberapa program strategis yang meliputi

sinergitas program dengan stakeholders dan leading sektor PLUT-KUMKM, pengembangan

usaha PLUT-KUMKM, hingga peningkatan kapasitas PLUT-KUMKM dengan pengusaha

besar. Selain itu, juga dibangun sinergitas program dengan CSR perusahaan atau pengusaha

27

besar seperti sarana kuliner bagi KUMKM (paket gerobak dorong), sarana jaringan internet,

dan sarana perpustakaan yang meliputi komputer. Keaktifan PLUT-KUMKM Kabupaten

Sukabumi ini juga terlihat dengan pencapaiannya dalam penerbitan Ijin Usaha Mikro Kecil

(IUMK) yang berjumlah seribu lebih. Selain itu, PLUT ini juga aktif dalam memberikan

advokasi, konsultasi tentang pembiayaan, pemasaran, dan manajemen serta pelatihan IT/e-

commerce.

PLUT-KUMKM Kabupaten Sukabumi ini dalam menjalankan pelayanan terhadap

Koperasi dan UMKM tidak terlepas dari kendala. Kendala tersebut meliputi kendala internal

dan eksternal. Kendala internal yang dihadapi ialah infrastruktur khususnya akses jalan,

sarana promosi atau galeri yang belum optimal, sarana Pujasera yang belum dimanfaatkan

secara maksimal, dan sarana mobilitas yang belum tercukupi. Selain itu, kendala yang tidak

kalah penting ialah belum terbentuknya kelembagaan PLUT-KUMKM secara permanen pada

awal pembentukannya. Meskipun demikian, PLUT ini berkembang dengan terbentuknya

kelembagaan UPTD bagi PLUT-KUMKM ini. Selanjutnya kendala dari sisi eksternal sendiri

meliputi terbatasnya kuantitas SDM serta belum maksimalnya publikasi mengenai layanan

PLUT bagi KUMKM di empat puluh tujuh Kecamatan di Kabupaten Sukabumi.

3. PLUT-KUMKM Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur

PLUT-KUKM Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu PLUT yang ada di

Provinsi Jawa Timur. Gedung PLUT-KUMKM Kabupaten Tulungagung diresmikan pada

tanggal 9 Desember 2016 oleh Menteri Koperasi dan UKM. PLUT-KUMKM Kabupaten

Tulungagung ini juga seperti daerah-daerah lain dimana terdapat konsultan untuk melakukan

pelayanan. Konsultan pendamping PLUT-KUMKM Kabupaten Tulungagung sendiri terbagai

dalam beberapa bidang. Bidang-bidang tersebut meliputi Bidang Kelembagaan, Bidang

Sumber Daya Manusia, Bidang Pembiayaan, Bidang Pemasaran, dan Bidang Produksi.

Konsultan tersebut akan melakukan pendampingan dan mentoring bisnis bagi pelaku UMKM

di Kabupaten Tulungagung.

Strategi setiap bidang kerja memiliki cara yang berbeda dengan bidang-bidang lainnya

untuk mengembangkan KUMKM di Kabupaten Tulungagung. Strategi yang dilakukan oleh

Bidang Kelembagaan dalam meningkatkan kualitas produk dengan menfasilitasi perizinan

usaha seperti P-IRT, IUMK, Hak Merk, Hak Paten, label halal, melakukan sosialisasi disetiap

28

acara yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan UKM, serta kerja sama dengan instansi lain

baik negeri maupun swasta. Kondisi yang berbeda terdapat dalam Bidang SDM dimana

strategi yang dilakukan ialah pelatihan peningkatan kapasitas SDM pelaku UMKM, adanya

kelas bisnis, serta kunjungan produksi atau pendampingan bisnis. Sedangkan strategi yang

dilakukan oleh Bidang Produksi dalam meningkatkan kualitas produksi meliputi fasilitasi

akses bahan baku serta melakukan pelatihan tentang pengemasan produk, serta melakukan

pendampingan ke tempat produksi. Bidang pembiayaan juga memiliki peranan yang penting

dalam peningkatan kualitas produksi dimana strategi yang dilakukan ialah bimbingan teknis

penyusunan rencana bisnis, pembuatan proposal usaha serta fasilitasi akses permodalan dan

pembiayaan. Selanjutnya untuk bidang pemasaran melakukan bantuan pemasaran melaui cara

konvensional maupun modern. PLUT-KUMKM Kabupaten Tulungagung ini juga memiliki

galeri sebagai tempat display produk UMKM.

4. PLUT-KUMKM Kabupaten Subang, Jawa Barat

PLUT-KUMKM Kabupaten Subang merupakan lembaga yang menyediakan jasa-jasa

non finansial secara menyeluruh dan terintegrasi bagi koperasi dan UMKM untuk

meningkatkan kinerjanya. Penyediaan jasa oleh PLUT-KUMKM bersifat stimulus. Stimulus

tersebut untuk mendorong Koperasi dan UMKM untuk meningkatkan kapasitas dan

kinerjanya serta menyelesaikan masalah yang ada secara mandiri. Hal tersebut bertujuan

untuk meningkatkan daya saing KUMKM yang berada di Kabupaten Subang.

Layanan yang diberikan oleh PLUT-KUMKM Kabupaten Subang kepada koperasi dan

UMKM yang ada meliputi pelayanan kelembagaan, pemasaran, pembiayaan, produksi dan

SDM. Pelayanan dalam bidang kelembagaan khususnya mengenai perijinan. Hal ini karena

koperasi dan UMKM sering belum mengetahui prosedur untuk mengurus perijinan. Sehingga

PLUT-KUMKM Kabupaten Subang ini menyediakan konsultan dalam bidang kelembagaan.

Layanan pemasaran yang ada di PLUT-KUMKM Kabupaten Subang sendiri meliputi

informasi pasar, pengetahuan promosi online serta kelompok jaringan pemasaran online. Hal

ini sangat penting karena dengan pemasaran ini merupakan salah satu jalan untuk

meningkatkan daya saing bagi UMKM.

Pelayanan selanjutnya yang ada di PLUT-KUMKM Kabupaten Subang ialah

pembiayaan. PLUT-KUMKM Kabupaten Subang tidak memberikan pinjaman modal secara

29

langsung. Meskipun demikian, konsultan akan siap membantu menfasilitasi untuk

mendapatkan akses pembiayaan dari Bank maupun Non-Bank. PLUT-KUMKM juga

membantu dalam membenahi pembukuan atau pencatatan keuangan dari hasil usaha. Selain

itu, layanan produksi juga terdapat di PLUT-KUMKM Kabupaten Subang. Layanan produksi

tersebut berupa layanan akses bahan baku, kualitas produk, legalitas usaha dan produk, serta

teknologi tepat guna yang dibutuhkan. Layanan terakhir yang ada di PLUT-KUMKM

Kabupaten Subang ialah layanan SDM. Layanan ini khususnya untuk meningkatkan kapasitas

para pelaku usaha. Strategi yang dilakukan ialah dengan melakukan pelatihan serta diklat

untuk menunjang kemajuan pelaku usaha UMKM di Kabupaten Subang. PLUT-KUMKM

Kabupaten Subang ini juga sering menjadi tujuan studi banding dari daerah lain.

Bedasarkan lesson learned di PLUT-KUMKM di beberapa wilayah tersebut, tentunya

dapat diambil pembelajaran untuk pengembangan PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman.

Pembelajaran tersebut bisa dari segi dan jenis pelayanan hingga strategi-strategi yang

dilakukan untuk memberikan pelayanan kepada pelaku usaha. Pelayanan yang dilakukan

dalam PLUT-KUMKM di beberapaa wilayah tersebut umumnya memiliki kesamaan yaitu

melakukan pelayanan dalam bidang produksi, pemasaran, pengembangan SDM, pembiayaan,

serta kelembagaan. Meskipun demikian, strategi yang dilakukan di beberapa daerah memiliki

variasi untuk mewujudkan layanan tersebut. Berikut merupakan tabel pelayanan dan strategi

pelayanan di beberapa daerah,

Tabel 2.1 Layanan PLUT-KUMKM di Beberapa Wilayah

No. Nama Kelem

bagaan

Jumlah

UMKM

Penda

mping

Jenis

Layanan

Strategi Pelayanan

1. PLUT-

KUMKM

Kabupaten

Malang

UPTD ±418.000

UMKM (800

UKM),

Koperasi ±137

unit

50

orang

3. Kelemba-

gaan

4. Pembiayaan

5. Pemasaran

6. SDM

7. Produksi

Mentoring bisnis,

Konsultasi bisnis,

fasilitasi akses

pembiayaan, promosi

dan pemasaran

produk, kemitraan

usaha, pustaka

entrepreneur.

30

No. Nama Kelem

bagaan

Jumlah

UMKM

Penda

mping

Jenis

Layanan

Strategi Pelayanan

2. PLUT-

KUMKM

Kabupaten

Sukabumi

UPTD ±27.000

UMKM

(±6.600

Binaan PLUT)

Koperasi ±438

Unit

50

orang

Produksi

Pemasaran

Pembi-

ayaan

SDM

Kelemba-

gaan

Sinergitas program

dengan stakeholder,

sarana internet,

perijinan IUMK,

advokasi, konsultasi

pembiayaan dan

pemasaran,

manajemen dan

pelatihan IT, sarana

pemasaran produk.

3. PLUT-

KUMKM

Kabupaten

Tulungagu

ng

UPTD ±300 UMKM

(Binaan

PLUT)

Koperasi ±900

unit

50

orang

Kelemba-

gaan

SDM

Pembi-

ayaan

Pemasaran

Produksi

Fasilitasi perijinan

usaha, sosialisasi

setiap acara Dinas,

sinergitas dengan

pemerintah dan

swasta, kelas bisnis,

kunjungan produksi,

pelatihan pengemasan

produk, proposal

usaha, fasilitasi akses

permodalan.

4. PLUT-

KUMKM

Kabupaten

Subang

UPTD ±22.000

UMKM

Koperasi ±12

(Binaan

PLUT)

50

orang

Kelemba-

gaan

Pemasaran

Pembi-

ayaan

Produksi

SDM

Fasilitasi perijinan,

promosi online,

kelompok jaringan

pemasaran online,

akses permodalan,

pembukuan hasil

usaha, fasilitasi bahan

baku, legalitas usaha,

31

No. Nama Kelem

bagaan

Jumlah

UMKM

Penda

mping

Jenis

Layanan

Strategi Pelayanan

teknologi tepat guna.

Pelatihan dan diklat

usaha.

Sumber: Olah Data Dokumentasi Penelitian, 2018.

Berdasarkan paparan pengembangan PLUT-KUMKM diberbagai wilayah tersebut

banyak pelajaran atau pengalaman yang dapat diambil. Hal-hal tersebut seperti proses

pembentukan PLUT-KUMKM, layanan PLUT-KUMKM, hingga strategi yang digunakan

untuk melayani para pelaku UMKM. Selain itu, jumlah konsultan, pendamping, hingga

anggaran yang digunakan bisa dijadikan lesson learned untuk pembentukan PLUT-KUMKM

di Kabupaten Sleman. Permasaalahan yang menimpa pada setiap PLUT-KUMKM juga dapat

digunakan sebagai antisipasi preventif dalam pembentukan PLUT-KUMKM Sleman.

Sehingga, lesson learned tersebut dapat dijadikan salah satu pengalaman atau acuan dalam

pembentukan serta pengembangan PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman. Hal tersebut

tentunya agar pembentukan PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman dapat benar-benar

dirasakan kebermanfaatannya bagi para pelaku Koperasi dan UMKM di Kabupaten Sleman.

32

BAB III

URGENSI PLUT DI KABUPATEN SLEMAN

A. Evaluasi Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas KUKM Sleman

Koperasi dan UMKM menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat

Indonesia. Hal ini juga berlaku di Kabupaten Sleman. Posisinya yang strategis menjadikan sektor

Koperasi dan UMKM haruslah dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan

kebermanfaatan bagi masyarakat luas. Tatakelola sektor ini pada Kabupaten Sleman berada pada

Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Dinas KUKM). Hal ini berdasarkan pada Peraturan

Daerah Kabupaten Sleman Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman.

Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah merupakan unsur pelaksana urusan

pemerintahan bidang koperasi, usaha kecil dan menengah yang dipimpin oleh Kepada Dinas

yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Dinas KUKM memiliki tugas untuk membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan dan

tugas pembantuan dibidang koperasi, usaha kecil dan menengah. Selain itu Dinas KUKM

Sleman memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. penyusunan rencana kerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.

b. perumusan kebijakan teknis urusan pemerintah bidang koperasi, usaha kecil dan

menengah.

c. pelaksanaan, pelayanan, pembinaan dan pengendalian urusan pemerintahaan

bidang koperasi, usaha kecil dan menengah.

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan urusan pemerintahan bidang koperasi, usaha

kecil dan menengah.

e. pelaksanaan kesekretariatan dinas, dan

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas dan fungsinya

dan/atau sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.

33

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Koperasi,Usaha Kecil dan Menengah pada

akhir bulan Juli 2018 didukung oleh 32 orang yang terdiri dari pria 17 orang (53,12%) dan

wanita 15 orang (46,88%). Jumlah pegawai menurut golongan terdiri dari Golongan IV = 5

orang (15,15%), Golongan III = 17 orang (54,83%), Golongan II = 9 orang (27,27%) dan

Golongan I = 0 orang ( 0%). Jumlah pegawai menurut golongan pada bulan Maret 2018 secara

lebih terperinci adalah sebagai berikut:

Tabel.2.1 Jumlah Pegawai Menurut GolonganDinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Sumber: Laporan Semester 1 Tahun 2018 Dinas KUKM

Apabila dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki maka jumlah pegawai yang

berpendidikan S2 4 orang (12,90%), S1 12 orang (36,36%), DIII 1 orang (3,03%), dan SLTA 14

orang (45,16%). Sedangkan jumlah pegawai menurut tingkat pendidikan secara lebih terperinci

adalah sebagai berikut:

Tabel.2.2Jumlah Pegawai Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Menurut Tingkat Pendidikan

Sumber: Laporan Semester 1 Tahun 2018 Dinas KUKM

Sumber daya manusia yang dimiliki Dinas KUKM Sleman ini kemudian terbagi dalam

sistem koordinasi hierarkis untuk menjalankan fungsinya sebagaimana yang tercantum dalam

bagan struktur organisasi Dinas KUKM. Struktur organisasinya Dinas KUKM terdiri dari

Kepala, Sekretariat (terdiri dari Sub Bagian Umum dan Kepegawaian serta Sub Bagian

34

Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi), Bidang Koperasi (terdiri dari Seksi Kelembagaan

Koperasi, Seksi Pembinaan Usaha Koperasi serta Seksi Pengawasan Koperasi), Bidang Usaha

Mikro (terdiri dari Seksi Pengembangan Usaha Mikro, Seksi Jaringan Usaha dan Kemitraan,

Seksi Fasilitas Layanan dan Pembiayaan), Unit Pelaksana Teknis (UPT), Kelompok Jabatan

Fungsional. Selanjutnya struktur organisasi tertuang dalam bagan sebagai berikut:

BAGAN STRUKTUR

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH

Sumber: Laporan Semester 1 Tahun 2018 Dinas KUKM

Untuk melaksankan tugas dan fungsi Dinas Koperasi , Usaha kecil dan Menengah sesuai

dengan Peraturan daerah kabupaten Sleman No. 11 tahun 2016 tentang Pembentukan dan

35

Susunan Organisasi tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja

Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten, diperlukan SDM yang memadai baik

aspek kuantitas dan kulitas. Keberadaan SDM ASN yang yang terdapat di Dinas Koperasi,

Usaha Kecil dan Menengah yang ada saat ini baik secara kuantitas dan kualitas masih jauh dari

memadai. Secara kuantitas jumlah SDM ASN jabatan Fungsional Umum (staf) hanya berjumlah

20 orang. Dari Jumlah tersebut 10 orang adalah staf seketariat yang mengurusi perencanaan,

keuangan dan umum kepegawaian. Dengan demikian terdapat 9 orang yang menjadi staf dari 6

kepala seksi di Bidang Koperasi, Usaha kecil dan menengah. Bahkan terdapat 1 ASN Jabatan

Fungsional umum yang kondisi kesehatan sakit stroke, sehingga tersisa 9 orang. Dengan

demikian hanya 1 seksi yang memiliki 3 staff , 2 Kepala Seksi memiliki 2 ASN jabatan

fungsional umum dan 6 Kepala Seksi memiliki 1 ASN Jabatan Fungsional umum. Padahal

potensi yang harus dikelola oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah sesuai data awal

tahun 2018 mencakup 515 Koperasi dan 31. 224 UMKM.

Secara kompetensi 20 ASN jabatan Fungsional umum di Dinas Koperasi tergambarkan

sebagai berikut, yang berlatar pendidikan SLTA sebanyak 14 Orang (70%) dan S1 sebanyak 6

orang (30%). Dengan kondisi ini, maka tergambarkan bahwa SDM ASN jabatan Fungsional

Umum didominasi oleh SDM yang hanya memiliki kemampuan pengadministrasian. Padahal

sebagai dinas teknis memerlukan dukungan kemampuan di bidang penyusunan kebijakan teknis

dan pelaksanaan kegiatan teknis di bidang koperasi dan Usaha Mikro Kecil. Untuk tenaga Non

PNS, jumlah tersebut sudah cukup untuk penanganan kebersihan dan keamanan. Posisi tenaga

kebersihan PHL akan dimasukan menjadi tenaga Outsourching.

B. Pengembangan PLUT di Kabupaten Sleman

Dalam pengembangan PLUT Sleman, perlu kiranya kita juga memahami tugas pokok dan

fungsi yang sudah dilakukan oleh Dinas KUKM. Hal ini berkaitan dengan sektor Koperasi dan

UMKM yang memang menjadi tanggung jawab dari dinas KUKM Sleman. Sebagaimana

paparan diatas bahwa dinas ini terdiri dari beberapa seksi untuk menjalankan tugas dan

fungsinya. Beberapa seksi Dinas KUKM yang terkait dengan tugas dan fungsi PLUT adalah

sebagai berikut.

a. Bidang Koperasi

36

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman No. 11 tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Sususnan Perangkat Daerah Pemerintah Kabuaten Sleman, dan Peraturan

Bupati Sleman no. 89 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan organisasi, Tugas dan fungsi

serta Tata Kerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah , Bidang Koperasi dalam

melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

Penyusunan rencana kerja Bidang Koperasi,

Perumusan kebijakan teknis pemberdayaan dan penguatan kelembagaan koperasi,

usaha koperasi dan pengawasan koperasi.

Pelaksanaan pemberdayaan dan penguatan kelembagaan koperasi,

Pelaksanaan pemberdayaan dan penguatan usaha koperasi,

Pengawasan, pemeriksaan dan penilaian koperasi dan

Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Bidang Koperasi.

Kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh Dinas dalam melakukan pelayanan dan

fasilitasi terhadap koperasi dan UMKM masih jauh dari ideal. Secara riil potensi Koperasi dan

UMKM yang harus dibina tergambarkan sebagai berikut :

Potensi koperasi pada tahun 2018

No Jenis Koperasi

Status

Keaktifan Jumlahanggota

Jumlah pengelola

JumlahPengurus

Jumlahpengawas

Vol usaha

Tdk Aktif

Aktif

1 Konsumen 14 193 70.127 2.647 788 484 1.299.803.240.067

2 Simpan Pinajm

10 177 141.829 74 655 504 529.811.998.944

3 Produsen 5 11 79.317 268 119 69 81.271.261.246

4 Jasa 2 31 714 24 54 38 1.413.015.500

5 Pemasaran 0 1 21 5 3 25.450.600

Total 31 413 292.008 3.013 1.631 1.098 1.912.324.966.357

Sumber: Laporan Evaluasi Pelayanan Dinas KUKM

37

Koperasi aktif sebanyak 413 koperasi dan yang tidak aktif sebesar 7,5%, merupakan

potensi yang cukup besar yang perlu ditangani oleh Dinas koperai, UMKM. Terlebih keberadaan

koperasi aktif di Kabupaten Sleman telah memberikan volume usaha sebesar 1,9 Trilyun.

b. Bidang Usaha Mikro.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman No. 11 tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Sususnan Perangkat Daerah Pemerintah Kabuaten Sleman, dan Peraturan

Bupati Sleman no. 89 tahun 2016 tentang Kedudukan, Sususnan organisasi, Tugas dan fungsi

serta Tata Kerja Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Bidang Usaha Mikro dalam

melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

1) Penyusunan rencana kerja Bidang Pengembangan Usaha mikro

2) Perumusan kebijakan tenis pengembangan usaha mikro, jaringan usaha dan kemitraan

serta fasilitasi layanan dan pembiayaan usaha mikro.

3) Pelaksanaaan pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro

4) Pelaksanaan pengembangan jaringan usaha dan kemitraan usaha mikro.

5) Pelaksanaan fasilitasi layanan dan pembiayaan usaha mikro

6) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja pengembanga usaha mikro

Pertumbuhan UKM merata di seluruh wilayah kabupaten Sleman. Di semua kecamatan dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 jumlah UKM di Sleman sebanyak 36.653

dengan perincian 97% (35.682) adalah UKM dengan skala usaha mikro, 2,57% (942) adalah UKM

dengan skala usaha kecil, dan usaha menengah sebanyak 0,08% (29 UKM). Jumlah sebaran terbesar

UKM terutama mikro terdapat di kecamatan Kalasan, Tempel dan Ngaglik.

REKAPITULASI DATA UMKM KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2018

NO KECAMATANTENAGA KERJA TOTAL SKALA USAHA

L P ASET OMSET MIKRO KECIL MENENGAH

1 MOYUDAN 1448 2392 83.055.992.005 206.072.600.060 2208 63 3

2 GAMPING 2216 2082 85.736.084.500 233.638.375.252 1965 101 2

3 SLEMAN 2795 2614 49.898.635.700 420.646.219.456 2663 65 4

4 TEMPEL 3034 3030 108.621.369.002 433.818.516.000 3108 49 4

5 TURI 957 1247 23.330.978.406 124.723.020.000 1198 20 0

38

6 SEYEGAN 1503 1878 39.107.644.500 258.542.260.000 2028 48 3

7 GODEAN 2266 1838 36.859.661.014 176.809.467.470 1753 29 0

8 MLATI 2150 2188 49.219.511.000 207.828.511.800 2035 51 0

9 KALASAN 3473 3349 107.678.820.000 443.445.365.000 3569 85 0

10 NGEMPLAK 1604 1467 29.279.220.850 174.943.732.004 1637 50 1

11 CANGKRINGAN 894 1613 45.309.371.000 102.176.891.000 1501 39 1

12 MINGGIR 1835 1931 34.178.867.500 42.592.421.300 1866 7 0

13 DEPOK 2065 2315 102.146.803.500 376.579.406.000 2142 170 0

14 BERBAH 1814 1654 38.599.818.003 140.737.753.600 2122 20 0

15 PRAMBANAN 1429 1579 58.892.522.500 168.385.324.507 1509 23 2

16 NGAGLIK 3449 3312 110.832.819.000 502.567.120.000 3015 62 5

17 PAKEM 1231 1391 81.526.221.400 217.233.276.036 1363 60 4

  Jumlah 34163 35880 1.084.274.339.880 4.230.740.259.485 35682 942 29

Sumber: Laporan Evaluasi Pelayanan Dinas KUKM

Keberadaan UKM di Kabupaten Sleman mampu menyerap tenaga kerja 70.043 0rang,

dengan jumalah tenaga kerja lakilaki 48,77% dan 51,33% tenaga kerja wanita. Dinamika

kegiatan usaha UKM tersebut mampu menghasilkan omset Rp 4,2T dengan asset sebesar Rp

1,08 T. Melihat strategisnya keberadaan UMKM dan Koperasi sebagai pondasi pengembangan

perekonomian masyarakat dan penanggulangan kemiskinan, maka keberadaan UMKM harus

terus ditingkatkan kemandiriannya.

Dalam menghadapi perkembangan dunia usaha, kemajuan teknologi dan juga perubahan

perilaku pasar, usaha mikro dan mikro menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Disatu

sisi Profil UMKM di Sleman yang sebagaian besar berusia 45 tahun keatas dengan pengelolaan

usaha secara tradisional yakni pengelolaan seadanya yang sering menyatu dengan manajemen

keluarga menuntut pendampingan usaha baik dalam pengelolaan administrasi usaha,

permodalan, pemasaran, daya saing dan produktivitas. Demikian juga disisi lain semakin

terbatasnya lapangan kerja formal, pengembangan usaha ekonomi produktif menjadi salah satu

yang harus ditanamkan sejak dini, yang mau tidak mau menuntut Dinas koperasi Ukm untuk

memiliki tugas untuk menumbuhkan kewirausahaan di kalangan pemuda.

Dari paparan diatas dapat kita amati bahwa beberapa fungsi yang dilakukan PLUT telah

dilakukan oleh Dinas KUKM Kabupaten Sleman. Beberapa fungsi dari PLUT Sleman yang akan

didirikan adalah sebagai berikut :

39

1) Fungsi Pelatihan dan Pendampingan

2) Fungsi Pemasaran (Online dan Offline)

3) Fungsi Pusat Inovasi Kreatif

4) Fungsi Sertifikasi Produk

5) Fungsi Workshop Kerja

Namun demikian apa yang dilakukan oleh Dinas KUKM Sleman sendiri belumlah

maksimal dan dan menyeluruh. Sebagai contoh adalah program pojok layanan yang dilakukan.

Dalam melakukan layanannya Dinas KUKM mengalami kendala dan juga permasalahan. Dalam

program pojok layanan ini diadakan kelas-kelas pembinaan dan juga binaan akan diberikan

fasilitasi terkait aspek yang dapat dikembangkan dalam usaha mereka. Namun demikian

konsultasi usaha hanya dilakukan pada hari Senin dan Kamis. Itupun dengan konsultan yang

berganti-ganti dengan keahlian yang berbeda-beda sehingga jika konsultan yang bertugas adalah

konsultan marketing maka masyarakat tidak dapat konsultasi terkait produksi, sebagai contoh.

Selain itu pojok layanan hanya menempati sudut kantor Dinas KUKM yang tidak terlalu luas

sehingga tentunya akan menganggu pelayanan yang diberikan karena keterbatsan kapasitas yang

dimilikinya. Hingga saat ini bentuk pendampingan mengharuskan binaan untuk mengunjungi

kantor Dinas KUKM dan belum secara aktif dilakukan oleh Dinas KUKM Sleman.

Kendala utama yang dihadapi terutama terkait dengan ketimpangan antara jumlah yang

harus dibina dengan ketersediaan sumber daya yang ada. Kendala sumber daya yang dimaksud

ini adalah kualitas maupun kuantitas dari pendampingan. Saat ini pendampingan tidak dapat

dilakukan setiap hari. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari konsultan yang memberikan

pendampingan. Belum lagi ketersediaan pendamping yang sangat timpang dengan jumlah

Koperasi dan UMK yang ada di Sleman. Ketimpangan ini mengakibatkan Dinas KUKM tidak

Dapat secara aktif melakukan pendampingan ke lokasi-lokasi usaha mengingat jumlah Koperasi

dan UMK di Sleman yang sangat besar. Beban yang dimiliki oleh Dinas KUKM Sleman saat ini

apabila juga turut melaksanakan tugas PLUT menjadi sangat berlebih.

Jumlah SDM di Bidang Koperasi yang hanya 9 orang termasuk 4 orang pejabat

structural, tidak sepadan dengan jumlah koperasi yang ada yang harus dibina dan diberdayakan

oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sleman. Dari analisis beban kerja Bidang Koperasi1

agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dibutuhkan sebanyak 17 personil. Sedangkan

1 Dokumen ABK terlampir

40

kondisi eksisting yang ada baru mencapai 9 personil sehingga masih ada kekurangan personil 8

orang. Sedangakan apabila dilihat dari nama jabatan yang ada belum bisa menjawab berbagai

permasalahan yang dihadapi oleh gerakan koperasi. Tugas Pokok Fungsi dapat dilaksanakan

namun belum optimal dan merata, bahkan untuk melakukan pendampingan secara intensif

dalam melakukan pembinaan langsung, konsultatif belum dapat dilaksanakan. Untuk SDM

bidang Pengembangan Usaha Mikro juga sangat terbatas, yakni 9 orang termasuk didalamnya 4

pejabat struktural. Pelaksanaan tusi telah dilakukan tetapi belum optimal, bahkan upaya

pendampingan dan pembinaan secara langsung tidak dapat dilaksanakan sendiri tetapi dengan

bekerja sama konsultan PLUT DIY. Padahal dalam pemberdayaan dan pembinaan UKM

diperlukan intensitas yang intensif dan berkesinambungan.

Selain itu Dinas KUKM juga mengalami kendala terkait ketersediaan sarana prasarana

bagi pengembangan PLUT saat ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan lahan yang tersedia sebagai

tempat untuk melakukan layanan pembinaan. Mengingat PLUT sendiri memberikan layanan

yang komprehensif terkait pengembangan usaha dari hulu ke hilir maka PLUT ini membutuhkan

tempat tersendiri. Apabila menyatu dengan Dinas KUKM layanan yang dapat dilakukan

sangatlah terbatas. Beberapa kegiatan layanan yang seharusnya dilakukan PLUT bahkan tidak

memungkinkan untuk dilakukan seperti layanan pemasaran produk karena tidak adanya lahan

yang mencukupi. Dengan mempersiapkan gedung PLUT tersendiri maka layanan dapat

dilakukan dengan komprehensif, optimal dan tentunya memudahkan bagi para binaan untuk

mengakses seluruh layanan yang ada di PLUT kelak.

Dengan memperhatikan keterbatasan kuantitas dan kapasitas SDM di Dinas Koperasi dan

UKM Kabupaten Sleman baik di Bidang Koperasi dan juga Bidang Pengembangan Usaha

Mikro, maka diperlukan dukungan SDM yang memiliki kapasitas teknis dan pengalaman dalam

melakukan pembinaan dan pendampingan pada lembaga dan pelaku Koperasi serta UKM.

Ketugasan SDM yang dimaksud dilakukan dengan pemberian pembinaan langsung,

pendampingan dan konsultatif yang lebih fokus terkait dengan pengembangan usaha sehingga

tujuan untuk menciptakan Koperasi dan UKM yang “naik kelas” dapat tercapai. Selain itu

ketugasan sebagaimana yang dimaksudkan tidak dapat dilakukan oleh Staf fungsional ASN yang

secara praktis tidak memiliki kompetensi dan juga pengalaman dalam pengembangan usaha.

41

Operasional pembinaan, pendampingan dan layanan konsultatif tersebut, sangat ideal

apabila dilaksanakan oleh sebuah lembaga tersendiri yakni Pelayanan layanan usaha terpadu

(PLUT) baik untuk Koperasi maupun UKM. Sementara keberadaan Bidang koperasi dan

Pengembangan Usaha dapat lebih intensif dalam menyusun kebijakan teknis, fasilitasi

peningkatan kapasitas dan permodalan, pemberdayaan koperasi dan UKM serta pengembangan

kemitraan dan jaringan pasar.

PLUT merupakan Program Kementerian Koperasi dan UKM yang menyediakan jasa-

jasa non-finansial secara menyeluruh dan terintegrasi bagi koperasi dan usaha mikro, kecil, dan

menengah dalam upaya meningkatkan kinerja produksi, kinerja pemasaran, akses pembiayaan,

pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan kapasitas kewirausahaan,

teknis dan manajerial, serta kinerja kelembagaan dalam rangka meningkatkan daya saing

Koperasi dan UMKM.

Dengan memperhatikan tugas dan fungsi PLUT serta mempelajari berbagai best practice

yang telah dilaksanakan di berbagai kabupaten kota yang telah memanfaat keberadaan PLUT,

ada beberapa tugas pokok dan fungsi yang belum terakomodir oleh pemerintah daerah dalam

rangka pembinaan Koperasi dan UMKM di Kabupaten Sleman.

a. Layanan Yang Menyuluruh dan Terintegrasi

Saat ini pembinaan UMKM di Kabupaten Sleman tersebar di beberapa SKPD.

Paling tidak terdapat 11 SKPD yang melaksanakan fungsi pembinaan terhadap

UMKM. Pelaksanaan pembinaan tersebut belumlah terintegrasi dengan baik. Hal ini

tidak hanya menyebabkan kurang efektifnya fungsi pelaksanaan pembinaan tetapi juga

terkait dalam pengalokasian anggaran. Belum ada sinergi yang membuat program

yang berkesinambungan terkait pengembangan UMKM.

b. Centre for Problem Solving

Pelaksanaan fungsi pendampingan dan pembinaan yang dapat memberikan solusi

terintegrasi terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro,

kecil, dan menengah.

b. Centre of Referral

42

c. Kebutuhan akan adanya mediator dan sumber informasi yang dapat memberi

rujukan yang tepat pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah untuk

mendapatkan solusi yang spesifik sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

d. Centre for Best Practice

Kebutuhan akan adanya semacam etalase yang dapat menjadi sumber inspirasi yang

menghadirkan praktik terbaik dari pengembangan koperasi dan pengusaha

mikro, kecil, dan menengah.

Tujuan dari PLUT sendiri adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas dari koperasi dan

UMKM. Hal ini sesuai dengan cita-cita pemerintah agar Koperasi dan UMKM naik kelas.

Namun demikian dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh dinas KUKM Sleman,

nampaknya cita-cita tersebut akan sulit terwujud. Berdasarkan analisa beban kerja Seksi

Pengembangan Usaha Mikro Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

Dinas KUKM Kabupaten Sleman menunjukan angka 14.884 jam kerja efektif per tahun.2 Jelas

angka ini dapat menjadi rujukan dalam arah kelembagaan PLUT kedepannya. Dalam rangka

menaik-kelas-kan Koperasi dan UMKM juga bukan hanya sekedar membutuhkan program

namun harus dapat dieksekusi dan dirasakan kebermanfaatannya oleh masyarakat. Jangan

sampai program ini hanya menjadi seperti program lainnya yang hanya manis dimulut tanpa

dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pendampingan menjadi sesuatu yang krusial dan

dibutuhkan oleh para pelaku usaha dan juga koperasi. Pendampingan yang dibutuhkan dalam

rangka mencapai cita-citaa tersebut bukan hanya pendampingan yang sifatnya dilakukan secara

bersama-sama namun juga personal karena kendala yang dialami setiap orang tentunya berbeda.

Selain itu pendampingan juga mencakup konsultasi yang dapat diakses dengan mudah oleh

binaan pelaku usaha sehingga kendala yang dihadapinya dapat segera ditangani. Oleh karena itu

PLUT Sleman menjadi sesuatu yang krusial dan penting untuk dilakukan. Kehadiran PLUT

nantinya bukanlah menggantikan tugas dan fungsi Dinas KUKM Sleman namun justru

melengkapi kekurangan yang dimiliki dinas sehingga layanan yang diberikan khususnya bagi

koperasi dan usaha mikro di Kabupaten Sleman dapat dilakukan secara optimal dan

mendapatkan hasil yang diinginkan.

2 Dokumen Analisa Beban Kerja Terlampir

43

C. Tugas, Sasaran dan Layanan PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman

Pengembangan PLUT untuk KUMKM memegang peranan yang penting dalam

mendorong Koperasi dan UMKM untuk naik kelas. Kondisi ini karena dengan adanya PLUT

dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk memajukan dan mengembangkan usahanya.

PLUT-KUMKM juga mempunyai tugas dan juga sasaran strategis yang tentunya untuk

pengembangan serta kemajuan Koperasi dan UMKM di Kabupaten Sleman.

1) Tugas PLUT-KUMKM

PLUT-KUMKM yang akan dikembangkan di Kabupaten Sleman tentunya mempunyai

tugas sebagai pusat pelayanan untuk masyarakat. Tugas tersebut tentunya demi kemajuan dan

pengembangan Koperasi dan UMKM di Kabupaten Sleman. Tugas tersebut juga tentunya

dapat bekerja sama dengan berbagai instansi yang ada di Pemerintah Daerah Kabupaten

Sleman.

1. Membantu dan memperkuat Peran Pemda dalam Pengembangan Koperasi dan

UMKM

Tugas Pemerintah Daerah selama ini dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat

memegang peranan yang penting. Pemerintah Derah melalui satuan dinasnya mempunyai

kewajiban untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat, tidak terkecuali pelaku usaha.

PLUT-KUMKM yang dikembangkan diharapkan mampu membantu kinerja Pemerintah

Daerah serta Dinas Koperasi dan UMK Kabupaten Sleman untuk melakukan pelayanan

kepada pelaku usaha. Salah satu tugas PLUT-KUMKM ini dapat berjalan dengan baik dengan

syarat ada kerjasama antara PLUT-KUMKM dengan berbagai instansi terkait. PLUT-

KUMKM dapat menjadi sinergitas antar dinas yang selama ini sering terjadi tumpang tindih

tugas dalam pengelolaan koperasi dan UMKM. Berdasarkan kondisi tersebut dengan adanya

PLUT-KUMKM Kabupaten Sleman, dapat memperkuat dan membantu peran Pemerintah

Daerah Sleman untuk mengembangkan serta memajukan Koperasi dan UMKM, khususnya

jenis usaha mikro.

2. Menjadi pusat layanan bagi Koperasi dan UMKM

PLUT-KUMKM harus dapat menjadi tempat sharing atau berdiskusi bagi para pelaku

usaha. PLUT-KUMKM dapat menjadi solusi permasalahan yang dialami oleh para pelaku

usaha. Hadirnya PLUT-KUMKM diharapkan dapat menjadi wadah atau pelayanan satu atap

bagi pelaku usaha, khususnya bagi mereka yang membutuhkan bantuan konsultasi atau

44

pengembangan usaha. Kondisi ini sebenarnya didukung dengan sudah adanya pojok

konsultasi bagi pelaku UMKM pada Dinas Koperasi dan UMK Kabupaten Sleman. Pelaku

usaha serta koperasi akan mendapatkan pelayanan untuk mengembangkan usahanya dengan

hadirnya PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman. Pusat layanan ini juga dapat mendorong

persentase koperasi yang aktif di Sleman, selain itu juga dapat mendorong untuk

menumbuhkan wirausaha baru di Kabupaten Sleman. Dengan demikian, melalui PLUT ini

diharapkan akan menjadi wahana penyemaian wirausaha-wirausaha baru di Kabupaten

Sleman.

3. Mendorong Kemajuan Koperasi dan UMKM

Tugas selanjutnya yang dimiliki oleh PLUT-KUMKM ialah mendorong kemajuan

UMKM. Hal ini sangat penting karena kondisi tersebut akan mendorong para pelaku UMKM

menjadi lebih mandiri. PLUT-KUMKM dapat melakukan tugas ini dengan memberikan jasa-

jasa layanan non finansial kepada para pelaku Koperasi dan UMKM. Jasa-jasa non finansial

tersebut merupakan stimulus bagi pelaku usaha. Stimulus tersebut diharapkan dapat

mendorong pengembangan dan kemandirian pagi para pelaku UMKM. Stimulus tersebut

salah satunya dapat berwujud peningkatan kapasitas dari proses produksi hingga pemasaran

bagi para pelaku UMKM di Kabupaten Sleman. Kondisi ini tentunya dapat meningkatkan

aksesibilitas dari UMKM yang ada di Kabupaten Sleman. Selain itu, dengan adanya PLUT-

KUMKM dapat mendorong terbentuknya koperasi serta memperkuat kelembagaan koperasi

yang telah ada.

2) Sasaran Strategis

Sasaran strategis merupakan hal yang penting dalam pengembangan PLUT-KUMKM. Hal

ini karena sasaran dapat menjadi tolak ukur PLUT-KUMKM untuk mencapai tujuan yang

telah dirumuskan. Tujuan tersebut tentunya untuk kemajuan dan perkembangan Koperasi dan

UMKM di Kabupaten Sleman. Sasaran strategis dalam pengembangan PLUT-KUMKM di

Kabupaten Sleman ialah sebagai berikut,

Meningkatnya keberdayaan lembaga koperasi

Koperasi merupakan institusi perekonomian yang dekat dengan masyarakat. PLUT-

KUMKM yang dikembangkan diharapkan mampu menghidupkan serta mengembangkan

koperasi yang ada di Kabupaten Sleman. Koperasi menjadi sasaran agar lebih berdaya dalam

45

mengahadapi persoalan dan permasalahan yang dihadapi. Hal ini bisa didorong dan dicapai

dengan layanan-layanan yang diberikan oleh PLUT-KUMKM Kabupaten Sleman. PLUT-

KUMKM dapat menjadi tempat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi koperasi maupun

mencari inovasi baru untuk mengembangkan koperasi. Keberdayaan koperasi di Kabupaten

Sleman dapat dilihat dari jumlah koperasi setiap tahunnya serta persentase jumlah koperasi

yang aktif di Kabupaten Sleman. Keberdayaan koperasi di Kabupaten Sleman ini sangat

penting agar koperasi yang ada benar-benar bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Meningkatnya keberdayaan UMKM kualitas kelembagaan

Peningkatan kapasitas keberdayaan UMKM merupakan hal yang penting untuk dicapai.

Keberdayaan UMKM ini dapat dicapai dengan peningkatan produktivitas serta kualitas kerja

para pelaku usaha. Selain itu, nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan juga sangat

penting dalam pengembangan UMKM. Keberdayaan UMKM juga dapat dicapai dengan

meningkatkan aksesibilitas pelaku UMKM di Kabupaten Sleman. Aksesibilitas tersebut dapat

didapatkan melalui layanan yang diberikan oleh PLUT-KUMKM Sleman. Selain peningkatan

aksesibilitas, PLUT-KUMKM juga dapat membantu pelaku UMKM dalam penguatan

kelembagaan. Selain itu, munculnya wirausaha baru juga dapat dijadikan indikator dalam

keberdayaan dan perkembangan UMKM. Hal ini mengingat potensi yang ada di Kabupaten

Sleman seperti banyaknya institusi pendidikan yang ada di Sleman. Hadirnya PLUT-

KUMKM diharapkan menjadi tempat belajar bagi kaum muda dan masyarakat. Konsultasi,

penyelesaian masalah, hingga mencari inovasi bisa didapatkan di PLUT-KUMKM Kabupaten

Sleman. Munculnya wirausaha baru ini dapat mendorong terciptanya keberdayaan UMKM di

Kabupaten Sleman. Keberdayaan UMKM ini menjadi sasaran yang sangat penting untuk

memajukan serta mengembangkan UMKM yang ada di Kabupaten Sleman.

3) Jumlah Sasaran

Sasaran yang dituju dengan dikembangkannya PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman

tentunya meliputi koperasi dan UMKM di Sleman. Selain itu, PLUT-KUMKM ini bisa juga

di fokuskan dalam bidang UKM. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten

Sleman, jumlah UMKM pada Tahun 2017 sendiri berjumlah 31224 UMKM yang terdiri dari

berbagai bidang usaha. Jumlah tersebut di luar pertanian dan pasar. Selain itu, jumlah UMKM

tersebut juga tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman. Terdapat

juga koperasi yang aktif di Kabupaten Sleman yang jumlahnya mencapai 515 koperasi.

46

4) Layanan PLUT-KUMKM Kabupaten Sleman

PLUT-KUMKM mempunyai berbagai fungsi atau pelayanan yang dapat dimanfaatkan

oleh para pelaku usaha khususnya UMKM. Keberadaan layanan atau fungsi tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pelaku usaha yang dapat mendorong kemajuan

UMKM yang ada di Kabupaten Sleman. Model layanan yang dapat dikembangkan di PLUT-

KUMKM Kabupaten Sleman seperti pelatihan, pendampingan, pemasaran, workshop, dan

lain sebagainya.

1. Layanan Pelatihan dan Pendampingan

Perkembangan dan kemajuan usaha khususnya Koperasi dan UMKM tentunya menjadi

prioritas para pelaku usaha. Peran dari berbagai pihak dibutuhkan untuk mendorong kemajuan

Koperasi dan UMKM di suatu wilayah tak terkecuali di Kabupaten Sleman. Stakeholder

terkait seperti pemerintah yang dalam hal ini Dinas Koperasi dan UKM juga mempunyai

tanggung jawab tersebut. Salah satu usaha yang dapat dilakukan ialah melakukan

pendampingan dan pelatihan kepada para pelaku usaha di Kabupaten Sleman. Pelatihan dan

pendampingan dari pemerintah tersebut dapat dilakukan melalui PLUT-KUMKM yang akan

dikembangkan di Kabupaten Sleman. Layanan pelatihan dan pendampingan ini menjadi salah

satu layanan yang penting dalam PLUT-KUMKM untuk mengembangkan UMKM yang ada.

Tujuan utama dengan adanya pelatihan dan pendampingan ini ialah untuk meningkatkan

produktifitas dan daya saing koperasi serta UMKM sehingga mampu tumbuh menjadi usaha

yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar atau naik kelas. Kondisi ini sangat penting

karena potensi UMKM yang ada di Kabupaten Sleman sendiri cukup baik. Usaha makanan,

kuliner, souvenir, jasa, hingga kerajinan terdapat di Kabupaten Sleman. Hal ini tentunya

menjadi modal atau potensi bagi Kabupaten Sleman untuk mendorong UMKM tersebut

menjadi naik kelas. Terlebih lagi Kabupaten Sleman juga merupakan salah satu tujuan wisata

di DIY. Sehingga pelatihan dan pendampingan dapat dijadikan salah satu strategi dari PLUT-

KUMKM untuk mendorong perkembangan potensi UMKM tersebut.

Pembentukan PLUT-KUMKM sendiri jika dicermati seperti fungsi pelatihan dan

pendampingan. Sehingga layanan ini memang melekat pada PLUT-KUMKM. PLUT-

KUMKM bisa melakukan pelatihan dan pendampingan melalui konsultan-konsultannya.

Konsultan pendamping PLUT sendiri merupakan tenaga profesional yang memiliki keahlian

yang berkompeten di bidang perkoperasian dan kewirausahaan khususnya UMKM. Keahlian

47

konsultan PLUT tersebut diaharapkan dapat melakukan mediasi, fasilitasi, advokasi, dan

edukasi terhadap pembinaan dan pengembangan KUMKM di Kabupaten Sleman. Peran

konsultan PLUT untuk melakukan pelatihan dan pendampingan ini bisa dikatakan sangat

menentukan keberhasilan UMKM untuk naik kelas. Kondisi ini karena pendamping dapat

sebagai motivator, melakukan konsultasi bisnis, hingga mempromosikan produk-produk, dan

lain sebagainya. Pelatihan juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas

pelaku UMKM melalui pelatihan bisnis, skill manajerial, hingga peningkatan jaringan

pemasaran. Kondisi inilah yang menyebabkan fungsi pelatihan dan pendampingan memegang

peranan yang sangat penting dalam pengembangan Koperasi dan UMKM.

Layanan pelatihan dan pendampingan ini dalam prosesnya juga dapat menggandeng

pihak ketiga. Pihak ketiga dalam hal ini bisa berasal dari akademisi dan praktisi. Kondisi ini

karena banyak akses di Kabupaten Sleman untuk mendapatkan praktisi maupun akademisi.

Melalui pelatihan dan pendampingan ini juga dapat meningkatkan aksesibilitas para pelaku

UMKM. Hal ini karena pada dasarnya kegiatan pelatihan dan pendampingan merupakan

penyebarluasan informasi dan pemahaman perkoperasian serta kewirausahaan melalui

berbagai strategi untuk mewujudkan tata kelola koperasi dan UMKM yang profesional.

Kondisi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para

pelaku UMKM dan penggiat koperasi di Kabupaten Sleman.

2.Layanan Pemasaran (Online dan Offline)

Pemasaran merupakan hal yang penting bagi kemajuan dan perkembangan UMKM.

Melalui pemasaran ini produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM dapat dikenal luas.

Fungsi pemasaran merupakan salah satu yang dapat dilakukan oleh PLUT untuk melakukan

pelayanan terhadap UMKM. Pemasaran sendiri bisa dengan menggunakan dua jenis yaitu

pemasaran offline dan online. Melalui kedua jenis pemasaran ini diharapkan UMKM di

Kabupaten Sleman dapat berkembang dengan baik.

Layanan pemasaran offline dalam PLUT-KUMKM dapat dilakukan dengan berbagai

strategi. Strategi pemasaran offline dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan media

promosi. Media promosi tersebut dapat berupa leaflet, booklet, hingga katalog. Hal-hal

tersebut dapat mencantumkan produk-produk UMKM di Kabupaten Sleman seperti batik,

kuliner, hingga kerajinan. Konsultan PLUT-KUMKM diharapkan dapat memberikan

pelatihan dan pendampingan kepada pelaku usaha untuk melakukan pemasaran secara offline

48

tersebut. Pemasaran secara offline juga bisa dilakukan dengan mengikuti berbagai event-event

yang diadakan oleh dinas maupun pihak swasta. Event-event seperti pameran maupun event

wisata dapat dijadikan jalan untuk melakukan pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan

oleh pelaku usaha di Kabupaten Sleman.

Pemasaran produk bagi pelaku-pelaku UMKM di Kabupaten Sleman juga bisa dilakukan

PLUT melalui pemasaran online. Pemasaran produk yang memanfaatkan jaringan internet

saat ini mulai berkembang. Kemampuan pendampingan yang dilakukan oleh konsultan dalam

pemasaran online ini memegang peranan yang penting. Transfer ilmu dari konsultan PLUT-

KUMKM kepada pelaku usaha sangat dibutuhkan. Salah satu manfaat dari pemasaran online

ini dapat memperluas jaringan pasar. Hal ini karena persebarannya yang tidak terbatas oleh

jarak dan memungkinkan produk UMKM dikenal lebih banyak orang. Pemasaran Online atau

E-commerce dapat mendukung pemotongan rantai distribusi, sehingga konsumen dapat

memperoleh suatu produk dengan harga murah. Pemasaran produk dengan online memiliki

beberapa manfaat antara lain, murah dan efisien, memiliki akses tanpa batas, dan

memperpendek jarak distribusi produk.

Layanan pemasaran ini dapat dilakukan konsultan PLUT dengan menggandeng berbagai

pihak. Pemerintah melalui Dinas Koperasi dan UKM serta pihak swasta dapat diajak bekerja

sama untuk melakukan pemasaran terhadap produk-produk UMKM Kabupaten Sleman.

Konsultan juga memiliki tanggung jawab untuk bagaimana memberikan pendampingan agar

pelaku usaha dapat melakukan pemasaran yang efektif, menarik, dan inovatif. Kerjasama dari

berbagai stakeholder ini juga dibutuhkan untuk melakukan pemasaran agar dapat berkembang

dengan baik yang pada akhirnya produk-produk pelaku usaha dapat dikenal dan diminati

berbagai pihak.

3.Layanan Pusat Inovasi Kreatif

Layanan pusat inovasi kreatif memegang peranan penting dalam pengembangan dan

kemajuan UMKM. PLUT-KUMKM sebagai motor pengembangan UMKM tidak bisa

dilepaskan dari fungsi tersebut. Inovasi dan kreatifitas sangat dibutuhkan dalam

pengembangan produk. Hal ini karena persaingan produk-produk dari UMKM saat ini sangat

bervariasi. PLUT-KUMKM melalui konsultan-konsultannya dapat mendorong para pelaku

usaha di Kabupaten Sleman untuk selalu melakukan inovasi dan meningkatkan kreatifitas.

49

Pusat inovasi kreatif ini juga bisa dilakukan dengan berbagai strategi. Strategi yang bisa

dilakukan ialah menjadikan PLUT-KUMKM sebagai tempat belajar yang nyaman dari pelaku

usaha. Belajar disini bisa melalui pelatihan maupun dengan seminar-seminar kewirausahaan

yang kreatif. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha untuk

mengembangkan produknya agar lebih berinovasi. Inovasi dan kreatifitas ini sangat penting

untuk menarik konsumen agar lebih tertarik terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh

para pelaku usaha di Kabupaten Sleman.

PLUT-KUMKM melalui pusat inovasi kreatif ini juga bisa memberikan layanan seperti

layanan teknologi, pengembangan SDM, intermediasi bisnis, inkubasi bisnis, akses informasi

bisnis, serta fasilitasi akses pembiayaan bisnis atau usaha. Hal ini sangat penting karena untuk

mengikuti perubahan yang berkembang, pelaku usaha perlu untuk terus menjalani proses

pembelajaran. Melalui pusat inovasi kreatif dalam PLUT-KUMKM ini juga diharapkan

diversifikasi produk dari pelaku usaha di Kabupaten Sleman menjadi lebih beranekaragam.

Kondisi seperti ini secara jangka panjang dapat mendorong dan menumbuhkembangkan

UMKM yang inovatif serta suistainable.

4. Layanan Sertifikasi Produk

PLUT-KUMKM dalam melayani para pelaku UMKM juga diharapkan memiliki layanan

sertifikasi produk. PLUT-KUMKM dapat mendampingi dan mendorong para pelaku usaha

UMKM di Kabupaten Sleman untuk mendaftarkan produk-produk yang dihasilkannya.

Sertifikasi produk ini dapat berupa Standar Nasional Indonesia (SNI), BPOM, hingga

sertifikat halal. Hal tersebut sering menjadi kendala bagi pelaku UMKM. Para pelaku usaha

sering mengeluhkan biaya yang mahal serta proses dan syarat yang dirasa sulit. Berdasarkan

hal tersebut PLUT-KUMKM memiliki peran yang penting untuk mendorong serta

mendampingi para pelaku UMKM di Kabupaten Sleman untuk memiliki sertifikasi produk

yang dihasilkan.

Layanan sertifikasi produk ini sangat penting bagi para pelaku UMKM. Salah satu

manfaatnya ialah menjaga kualitas produk. Hal ini karena ketika pelaku usaha sudah

melakukan sertifikasi, pastinya produk dari pelaku UMKM sudah melewati berbagai ujicoba

dalam penggunaannya. Selain itu, dengan dimilikinya sertifikasi produk juga akan menjaga

keamanan merek produk. Kondisi ini karena jika pelaku usaha telah melakukan sertifikasi,

secara otomatis produk yang merek didaftarkan akan terjaga dan tercatat dengan baik.

50

Manfaat lainnya dari fungsi sertifikasi produk ini ialah meningkatkan daya saing produk,

efisiensi proses produksi, hingga perlindungan keselamatan, keamanan atau kesehatan

manusia dan kelestarian lingkungan hidup.

Berdasarkan berbagai hal yang telah disebutkan, sertifikasi produk ini memang sangat

penting bagi para pelaku usaha UMKM. Mengingat pentingnya layanan ini, PLUT-KUMKM

diharapkan dapat menjadi solusi bagi pelaku UMKM di Kabupaten Sleman untuk

mendapatkan sertifikasi produk. PLUT-KUMKM dengan bekerja sama dengan berbagai

stakeholder dapat menfasilitasi para pelaku UMKM untuk mendapatkan sertifikasi

produknya. Pendampingan, pelatihan, hingga penumbuhan kesadaran bagi pelaku usaha untuk

mendapatkan sertifikasi menjadi sangat penting dilakukan. Berdasarkan hal tersebut PLUT-

KUMKM diharapkan dapat menjadi “teman” dan “rumah” bagi pelaku UMKM di Kabupaten

Sleman untuk memperoleh sertifikasi produk.

5.Layanan Workshop Kerja

Kemajuan dan perkembangan UMKM tidak bisa dilepaskan dari kemampuan serta

pengetahuan dari pelaku UMKM. Seminar dan pelatihan produksi, kewirausahaan, dan lain

sebagainya menjadi penting dilakukan untuk pelaku UMKM. PLUT-KUMKM sebagai

perpanjangan tangan dari pemerintah dapat menjadi tempat workshop kerja bagi para pelaku

UMKM dan masyarakat secara luas. Fungsi workshop kerja ini secara luas untuk

meningkatkan kapasitas pelaku usaha serta meningkatkan kualitas produk. Selain itu, dengan

adanya workshop kerja ini juga dapat mendorong terciptanya wirausaha baru di Kabupaten

Sleman.

PLUT-KUMKM dapat mengisi kegiatan atau fungsi workshop kerja dengan

menyediakan tempat belajar. Tempat belajar tersebut bisa dilakukan di gedung PLUT-

KUMKM. Tempat belajar bisa disertai dengan penyediaan alat-alat produksi. Fasilitas

tersebut diharapkan dapat menjadi tempat bekerja dan belajar bagi para pelaku UMKM serta

masyarakat umum. Workshop kerja tersebut tentunya didampingi oleh konsultan yang

dimiliki PLUT-KUMKM. PLUT juga bisa bekerja sama dengan pihak lain seperti praktisi

yang kompeten untuk mengisi kegiatan tersebut. Pelaku usaha UMKM diharapkan dapat

memiliki kualitas SDM yang baik serta memiliki kualifikasi produk yang mumpuni. Hal

tersebut tentunya dapat juga meningkatkan daya saing UMKM terhadap pengusaha-

pengusaha besar. Ilmu-ilmu yang didapatkan dari layanan ini juga dapat mendorong

51

masyarakat untuk menjadi wirausaha. Berdasarkan hal tersebut sehingga dapat memunculkan

wirausaha-wirausaha baru di Kabupaten Sleman.

Pengembangan PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman berdasarkan uraian tersebut

meliputi IKU, tugas, sasaran strategis PLUT-KUMKM, jumlah sasaran serta fungsi layanan.

Berbagai hal tersebut disusun untuk kemajuan dan perkembangan koperasi dan UMKM di

Kabupaten Sleman. Demi tercapainya tujuan dalam pengembangan PLUT-KUMKM di

Kabupaten Sleman tentunya diperlukan kerjasama dalam semua stakeholder terkait.

Pelayanan dan sasaran serta tugas dari PLUT-KUMKM yang telah dipaparkan pada sub-

bab sebelumnya tentunya tidak bisa semuanya dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM

Kabupaten Sleman. Hal tersebut tentunya salah satunya karena terbatasnya jumlah pegawai

atau ASN. Jumlah pegawai yang ada tentunya tidak sebanding dengan banyaknya jumlah

UMKM di Kabupaten Sleman yang mencapai sekitar 36 ribu UMKM. Padahal, disisi lain

UMKM tersebut membutuhkan pendampingan yang intens. Meskipun demikian, memang

selama ini Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sleman sudah membuka pojok konsultasi

setiap hari senin dan kamis. Layanan itu ternyata masih dirasa kurang oleh para pelaku

UMKM. Jumlah waktu dan konsultan yang terbatas merupakan salah satu penyebab hal

tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut, dibutuhkan adanya PLUT-KUMKM di Kabupaten

Sleman untuk melayani pelaku koperasi dan UMKM. Layanan dan pendampingan diharapkan

bisa fokus dan intens kepada pelaku usaha. Hal ini karena selama ini beberapa pelaku UMKM

di Sleman juga terkendala jarak untuk mengakses pelayanan PLUT-KUMKM tingkat Provinsi

DIY. PLUT-KUMKM yang akan dikembangkan di Sleman ini diharapkan bisa menjadi

jawaban atas permasalahan dan kendala yang dialami pelaku UMKM dan stakeholder terkait.

Selain itu, dengan adanya PLUT-KUMKM di Sleman juga dapat menjadi pusat atau media

belajar dari siswa maupun mahasiswa yang ada di Sleman. Kondisi ini karena di Sleman juga

terdapat sekitar empat puluh Perguruan Tinggi. Berdasarkan hal tersebut, PLUT-KUMKM

bisa mencetak wirausahawan baru yang dapat mendorong Koperasi dan UMKM naik kelas.

D. Indikator Kinerja Utama (IKU PLUT-KUMKM)Indikator Kinerja Utama dalam pembentukan PLUT-KUKM di Kabupaten Sleman

merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan dengan

IKU, dapat terlihat bagaimana kebermanfaatan PLUT-KUMKM bagi Koperasi dan UMKM di

52

Kabupaten Sleman. Berdasarkan hal tersebut, maka IKU PLUT-KUMKM Kabupaten Sleman

dapat dirumuskan sebagai berikut,

1) Koperasi yang terbentuk per tahun

IKU yang pertama dalam pengembangan PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman ialah

jumlah koperasi yang terbentuk per tahun. PLUT-KUMKM diharapkan dapat menjadi

penggerak untuk terbentuknya koperasi-koperasi baru di Kabupaten Sleman. Selain itu,

dengan adanya PLUT-KUMKM dapat meningkatkan jumlah koperasi yang ada di tengah-

tengah masyarakat. Kondisi ini sangat penting karena dengan adanya koperasi-koperasi baru

yang lahir, akan semakin menambah pilihan masyarakat untuk mengakses kebutuhan ekonomi

di Sleman. Target terbentuknya koperasi dengan adanya PLUT-KUMKM ialah 15 koperasi.

2) Persentase koperasi aktif

Koperasi saat ini menjadi salah satu lembaga yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat.

Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa permasalahan dan hambatan dihadapi

koperasi. Hal ini tentunya dapat menyebabkan koperasi yang ada menjadi vakum jika tidak

bisa menghadapi permasalahan yang ada. Berdasarkan hal tersebut sehingga dengan

dibentuknya PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman dapat menjadi tempat bagi koperasi

untuk mencari solusi dan mengembangkan koperasi yang ada. Sehingga diharapkan dengan

adanya PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman ini, dapat terus meningkatkan persentase

koperasi yang aktif di Sleman. Hal ini karena peran koperasi yang penting dalam

perekonomian masyarakat. Target persentase koperasi aktif dengan adanya PLUT-KUMKM

di Kabupaten Sleman ialah 95,00%.

3) Peningkatan aksesibilitas UMKM

Aksesibiltas merupakan hal yang penting dalam pengembangan UMKM. Aksesibiltas

tersebut dapat dapat berupa akses stimulus modal usaha, pemasaran hingga akses peningkatan

kapasitas melalui pelatihan dan pendampingan. Berdirinya PLUT-KUMKM di Kabupaten

Sleman diharapkan dapat mempermudah aksesibilitas tersebut bagi pelaku UMKM. Sehingga

peningkatan aksesibilitas bagi UMKM menjadi salah satu indikator dalam mengukur

kebermanfaatan PLUT-KUMKM pada masyarakat. Peningkatan aksesibilitas ini tentunya

juga berkaitan dengan peningkatan jumlah UMKM di Kabupaten Sleman yang menerima

layanan. Target indikator peningkatan aksesibilitas UMKM ini dengan adanya PLUT-

KUMKM di Kabupaten Sleman ialah 130 UMKM.

53

4) Jumlah wirausaha baru

IKU dari PLUT-KUMKM yang keempat ialah jumlah wirausaha baru. Wirausaha saat ini

menjadi salah satu pilihan sebagai mata pencaharian masyarakat. PLUT-KUMKM yang

dikembangkan di Kabupaten Sleman diharapkan mampu untuk menciptakan wirausaha-

wirausaha baru di Sleman. Kondisi ini agar masyarakat tidak selalu tergantung pada pilihan

pekerjaan tertentu. PLUT-KUMKM bisa dijadikan tempat untuk berkonsultasi, sharing

masalah, hingga mencari inovasi untuk membuka usaha baru yang akan dikembangkan. Hal-

hal tersebut bisa diakses siapapun termasuk mahasiswa yang ada di Sleman. Kondisi ini

karena memang jumlah mahasiswa dan Perguruan Tinggi yang ada di Kabupaten Sleman

begitu besar. Hal tersebut bisa menjadi potensi untuk menciptakan wirausaha-wirausaha baru

di Kabupaten Sleman. Adanya wirausaha baru diharapkan bisa mengurangi pengangangguran

serta meningkatkan perekonomian masyarakat. Jumlah yang ditargetkan dalam indikator ini

ialah 200 wirausahawan baru.

IKU yang telah disusun dalam pengembangan PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman

tentunya bertujuan untuk kemajuan Koperasi dan UMKM di Sleman. Sasaran dan target

dalam IKU juga didasarkan pada kepentingan masyarakat khususnya koperasi dan pelaku

UMKM. Target yang telah disusun juga dalam rangka melakukan pelayanan kepada

masyarakat. Hal-hal yang telah disusun tersebut tentunya untuk menaikan koperasi dan

UMKM di Kabupaten Sleman agar naik kelas dan berdaya saing. Pada akhirnya PLUT-

KUMKM di Kabupaten Sleman dikembangkan untuk melayani masyarakat agar dapat

memajukan koperasi dan UMKM yang ada di Kabupaten Sleman. Berikut tabel IKU

pengembangan PLUT-KUMKM di Kabupaten Sleman,

Tabel.3.1 IKU PLUT-KUMKM Kabupaten Sleman

No

.

Sasaran

Strategis

Indikator

Kinerja

Target 2017 Realisasi Target Setelah

ada PLUT 2019

1. Meningkatnya

keberdayaan

lembaga

koperasi

Koperasi

yang

terbentuk per

tahun

10 koperasi 11 koperasi 15 koperasi

Persentase 92,5% 93,00% 95,00%

54

koperasi aktif

2. Meningkatnya

keberdayaan

UMKM kualitas

kelembagaan

Peningkatan

aksesibilitas

UMKM

58 UMKM 80 UMKM 130 UMKM

Jumlah

wirausaha

baru

115

wirausahawa

n baru

140

wirausahawa

n baru

200

wirausahawan

baru

Sumber: Olah data dokumentasi penelitian, 2018.

55

BAB IV

MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PLUT

A. Analisis Kelebihan dan Kelemahan Alternatif Kelembagaan PLUT Sleman

Pusat Layanan Umum Terpadu (PLUT) menjadi salah satu lembaga yang memiliki peran

besar dalam pengembangan Koperasi dan UMKM daerah. Hingga saat ini Kabupaten Sleman

belum memiliki PLUT. Upaya pengembangan koperasi dan UMKM masih dilakukan oleh PLUT

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mengingat jumlah Koperasi dan UMKM-nya,

sudah seharusnya Kabupaten Sleman memiliki PLUT-nya sendiri. Hal ini dikarenakan besarnnya

cakupan PLUT Provinsi DIY sehingga tidak semua Koperasi dan UMKM yang ada di

Kabupaten Sleman dapat terlayani sehingga upaya pengembangan tidak berjalan dengan efektif

sesuai dengan yang diharapkan. Dalam upaya pengembangan PLUT Kabupaten Sleman terdapat

beberapa alternatif dengan kelebihan dan juga kekurangannya sebagaimana yang akan

dipaparkan dalam tabel dibawah ini:

Tabel IV.1 Penjelasan Alternatif Model Kelembagaan PLUT Sleman

No. Model Kelembagaan

Landasan Hukum Kelebihan Kekurangan

1 Bagian Struktural Organisasi Perangkat Daerah (Bidang atau Seksi)

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 20 16 tentang Perangkat Daerah

PLUT lebih mudah dan lebih cepat dapat diimpementasikan karena formasi yang sudah ada

Tidak berorientasi pada keuntungan sehingga sesuai dengan tujuan

Beban bagi struktural yang ditugasi membawahi PLUT sehingga menimbulkan beban kerja berlebih.

56

Sudah terdapat SDM untuk menjalankan kegiatan

2 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pembinaan dan Penataan Perangkat Daerah

Secara mandiri dapat mengembangkan PLUT

Tidak menambah beban struktural yang sudah ada pada OPD

Tidak berorientasi pada keuntungan

Membutuhkan waktu dalam pembentukannya

Membutuhkan tambahan SDM karena.membentuk organisasi baru

Menambah beban APBD

3 UPTD Sistem Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

Meringankan beban APBD karena sumber pembiayaan bisa diperoleh secara mandiri melalui layanan yang diberikannya (Quasi Public Goods)

Mendorong pelayanan yang profesional

BLUD merupakan sistem tata kelola keuangan dimana harus terdapat strukturnya terlebih dahulu baru kemudian menerapkan sistem ini

Merubah tata kelola kelembagaan yang sudah ada

57

4 Badan Usaha Milik Daerah

UU Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

PP No 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Orientasinya pada bisnis memungkinkan pada upaya-upaya peningkatan kualitas layanan yang efektif dan efisien karena keharusan untuk memperoleh keuntungan

Meringankan APBD karena tidak menggunakan APBD untuk operasionalnya

lembaga milik pemerintah daerah yang biaya operasionalnya seluruhnya berasal dari hasil jasa layanan sehingga berpotensi membatasi akses layanan bagi kelompok masyarakat marjinal

Membutuhkan raperda baru yang menghambat proses implementasi PLUT

Sumber: Olah Data Peneliti, 2018

Tabel diatas menyajikan kelebihan dan kekurangan dari alternatif kelembagaan yang tersedia

bagi pengembangan PLUT Kabupaten Sleman. Alternatif-alternatif tersebut tidak lepas dari

kelebihan dan juga kekurangannya. Bentuk lembaga yang diimplementasikan akan sangat

mempengaruhi efisiensi dan efektifitas dari program yang dilaksanakan. Kelembagaan yang

dibentuk bagi PLUT nantinya harus disesuaikan dengan realitas yang ada diapangan.

Alternatif pengembangan kelembagaan yang pertama bagi PLUT Sleman adalah menjadi

bagian struktural Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada di Kabupaten Sleman. OPD yang

dimaksud adalah Dinas Koperasi dan UKM (Dinas KUKM). Dinas KUKM Kabupaten Sleman

merupakan OPD yang memiliki tugas dan fungsi terkait pengembangan bidang Koperasi dan

58

UKM yang terdapat di Kabupaten Sleman. Hal ini tentunya menjadi relevan dengan PLUT

Sleman yang memiliki tujuan untuk pengembangan Koperasi dan UKM. Organisasi Dinas

KUKM terdiri dari kepala, sekertariat, bidang koperasi dan bidang usaha mikro. Apabila menjadi

bagian structural dinas ini maka kemungkinan akan terintegrasi pada tugas pokok dan fungsi

dalam bidang usaha mikro.

Apabila kelembagaan PLUT Sleman menjadi bagian struktural OPD Dinas KUKM Sleman

memiliki beberapa keuntungan. Salah satu keuntungan tersebut adalah kemungkinan

implementasi yang lebih mudah ketimbang ketiga model lainnya. Hal ini berkaitan dengan sudah

tersedianya OPD sebagai wadah kelembagaan bagi PLUT Sleman. Dengan model kelembagaan

ini, program PLUT dapat dilaksanakan sesegara mungkin. Selain lembaga yang sudah ada,

dengan model ini sudah tersedia SDM untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Beberapa wewenang dari PLUT sendiri telah dilaksanakan oleh Dinas KUKM Sleman namun

masih berada dibawah wewenang bidang usaha mikro seperti pelayanan dan juga kegiatan

peningkatan kapasiatas.

Namun apabila kelembagaan PLUT Sleman menggunakan model ini, kemungkinan akan

terjadi beban kerja berlebih bagi bagian yang diberikan tanggung jawab pengembangan PLUT.

Meskipun hingga saat ini beberapa tugas dan wewenang PLUT sudah dilaksanakan namun

sebagian lagi belum dapat terakomodir pada tugas kelembagaan bidang usaha mikro. Tipologi

organisasi Dinas KUKM yang memiliki tipologi C tidak memungkinkan adanya pertambahan

bidang baru bagi PLUT dikarenakan akan berbenturan dengan peraturan organisasi yang ada.

Alternatif kelembagaan yang kedua adalah membentuk Unit Pelaksana Teknis

Daerah(UPTD). UPTD adalah organisasi yang melaksanakan kegiatan teknis operasional

dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu pada Dinas atau Badan Daerah. UPTD ini berbentuk

sebuah organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala UPTD namun tidak lepas dari OPD yang

menaunginya. Dalam Alternatif kelembagan PLUT Sleman, OPD yang dimaksud adalah Dinas

KUKM Kabupaten Sleman.

Bentuk kelembagaan PLUT Sleman sebagai UPTD memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan

tersebut antara lain adalah kemudahan yang dalam pengembangan PLUT Sleman kedepannya.

Hal ini dikarenakan dengan membentuk UPTD pelayanan yang dapat diberikan kepada

masyarakat dapat dilakukan dengan maksimal. Selain itu bentuk ini juga memungkinkan ruang

gerak yang lebih bebas bagi PLUT dalam memberikan layanan guna mendorong pengembangan

59

usaha dan koperasi yang ada di Sleman khususnya usaha mikro. Bentuk UPTD ini juga tidak

akan membebani OPD yang dinaunginya karena tugas dan wewenang yang telah didelegasikan

tidak seperti pada alternative kelembagaan sebelumnya. Selain itu bentuk ini juga tidak

berkewajiban memperoleh keuntungan sehingga pelayanan dapat diberikan secara menyeluruh.

Namun bentuk kelembagaan PLUT sebagai UPTD juga memiliki kelemahan didalamnya.

Kelemahan yang paling utama adalah karena UPTD merupakan lembaga baru sehingga

membutuhkan struktur yang baru disertai fasilitas penunjang yang mendukung. Untuk memenuhi

maka pemerintah perlu mengeluarkan dana dan juga waktu sehingga bentuk ini tidak dapat

langsung diwujudkan. Selain itu dengan bentuk kelembagaan seperti ini, dalam operasionalnya

menggunakan anggaran dari APBD sehingga akan meningkatkan beban APBD Sleman sendiri.

Selain itu dengan membentuk UPTD maka dibutuhkan tenaga kerja baru karena tidak

memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan SDM hanya dari SDM yang sudah ada.

Alternatif pengembangan PLUT Sleman selanjutnya adalah UPTD Sistem Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD). BLUD adalah instansi di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang

dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan

pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLUD sendiri bukanlah sebuah bentuk lembaga namun

tatakelola keuangan lembaga. BLUD bukanlah sebuah bentuk lembaga yang dibentuk dari awal

pembentukan namun lebih kepada mentransformasikan tatakelola keuangan lembaga yang sudah

ada.

BLUD ini sebagaimana 2 alternatif lainnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

dari PLUT Sleman apabila dengan system BLUD adalah memberikan kemungkinan

pengembangan yang sama besarnya dengan PLUT namun berkemungkinan untuk mengurangi

beban APBD. Hal ini dikarenakan pada BLUD ini, meskipun memperoleh keuntungan bukanlah

tujuan utama dari lembaga, namun lembaga diperkenankan untuk berupaya memperolehnya yang

dapat dipergunakan sebagai modal operasional. Sehingga BLUD ini dapat berjalan dengan

sumber pendanaan APBD dan juga keuntungan yang diperolehnya. Bentuk ini akan mendorong

PLUT untuk lebih profesional karena sifatnya yang juga mendorong competitiveness lembaga itu

sendiri. Hal ini dikarenakan sumber anggaran untuk operasionalnya berasal dari APBD dan juga

dipenuhi secara mandiri melalui penjuaan produk maupun jasa. Namun kelemahan dari system

BLUD dalam pengembangan PLUT Sleman adalah belum adanya lembaga PLUT Sleman

60

sendiri sehingga BLUD ini belum dapat diterapkan. Selain itu PLUT dengan system BLUD juga

akan merubah tata kelola yang sudah ada. Hal ini akan menyulitkan terutama apabila waktu yang

dimiliki tidak banyak. Berbeda jika tersedia waktu yang cukup untuk beradaptasi sehingga tidak

terjadi disfungsi kelembagaan akibat perubahan tatakelola yang terjadi.

Alternatif kelembagaan yang keempat bagi pengembangan PLUT Sleman adalah dengan

menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMD). Perusahaan Daerah atau BUMD adalah suatu

kesatuan produksi yang bersifat memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum dan

memupuk pendapatan. Tujuan perusahaan daerah ialah untuk turut serta melaksanakan

pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya, dalam rangka

ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan

ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan

makmur. BUMD merupakan lembaga yang memiliki orientasi mencari profit selayaknya entitas

bisnis lainnya. Operasional lembaga sendiri berasal dari barang dan jasa yangd iperoleh sehingga

profit menjadi sesuatu yang diprioritaskan.

Alternatif kelembagaan PLUT Sleman dengan model BUMD memiliki kelebihan yakni

memastikan bahwa PLUT akan dijalankan dengan prinsip efektif dan efisien. Lembaga dengan

model pasar seperti ini akan memiliki kompetitiveness yang baik dan senantiasa berupaya untuk

menjadi lebih baik. Pengembangan yang ebih baik ini juga bukan hanya tentang pelayanan yang

kelak diberikan namun juga terkait inovasi-inovasi kelembagaan yang hadir sebagai upaya untuk

beradaptasi dan tentunya memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Karena pembiayaan

operasionalnya berasal dari produk barang dan jasa yang dihasilkan maka PLUT tidak akan

membebani APBD.

Namun demikian apabila kita kaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan PLUT

Sleman, kelembagaan model ini menjadi model yang paling tidak disarankan. Hal ini

dikarenakan model BUMD ini sifatnya terlalu berorientasi bisnis. Hal ini memungkinkan

terciptanya barikade bagi mereka yang tidak memiliki modal untuk mengakses layanan yang

diberikan. Sehingga dengan model ini tujuan dari hadirnya PLUT sebagai upaya untuk menaik-

kelaskan Koperasi dan UMKM tidak akan terwujud dikarenakan mereka yang mampu

mengakses layanan yang diberikan hanya orang-orang tertentu yang memiliki modal. Selain itu

bentuk BUMD ini mengharuskan adanya Raperda baru yang mana hal ini akan semakin

mempersulit implementasi bagi PLUT Sleman.

61

Dari beragam alternatif yang dipaparkan diatas, bentuk PLUT Sleman yang sesuai adalah

dengan menjadi UPTD dibawah naungan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sleman. Hal ini

dilandaskan pada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing model kelembagaan serta

kemungkinan bagi pengembangan PLUT kedepannya agar mampu meningkatkan kualitas

maupun kuantitas Koperasi dan UMKM khususnya yang berada di Kabupaten Sleman.

Meskipun demikian mode kelembagaan ini dapat diinovasikan dan dikembangkan lebih lanjut

yang akan dijelaskan pada sub topik bahasan selanjutnya.

B. Pilihan kelembagaan untuk pengembangan PLUT di Sleman

Pengembangan PLUT untuk Kabupaten Sleman merupakan sebuah kebutuhan karena

banyaknya jumlah UMKM dan Koperasi yang ada di wilayah ini. PLUT di Provinsi DIY dirasa

kurang dapat secara menyeluruh menjawab kebutuhan UMKM dan Koperasi yang ada di

Sleman. Selain itu Dinas KUKM Kabupaten Sleman sendiri sudah memiliki embrio bagi

pengembangan PLUT melalui tugas dan wewenang yang terdapat pada bidang usaha mikro.

Pada bidang usaha mikro yang ini terdapat Seksi Pengembangan Usaha Mikro, Seksi Jaringan

Usaha dan Kemitraan dan Seksi Fasilitas Layanan dan Pembiayaan. Selain itu Dinas KUKM

juga memiliki pojok layanan untuk memfasilitasi pengembangan usaha. Dalam melakukan

layanannya dinas menggunakan sistem kelas bagi usaha binaannya. Pertemuan dengan binaan

juga dilakukan secara rutin setiap minggunya.

Namun demikian untuk memastikan tujuan “naik kelas” bagi UMKM dan Koperasi, layanan

yang telah ada belumlah cukup. Pemerintah mengatur standar layanan yang diberikan oleh

PLUT. Menurut Perdep RU No.08/ Per/ Dep.4.4/ IV/ 2016, bab VIII pasal 12 layanan yang

diberikan adalah:

1. Bidang Kelembagaan.

2. Bidang SDM.

3. Bidang Produksi.

4. Bidang Pembiayaan.

5. Bidang Pemasaran

62

Dari kriteria diatas, sampai saat ini yang sudah dilakukan oleh Dinas KUKM Sleman

barulah pada beberapa bidang. Pelayanan yang dilakukan pun belumlah maksimal karena

keterbatasan anggaran maupun SDM yang dimiliki. Secara kompetensi 20 ASN jabatan

Fungsional umum di Dinas Koperasi tergambarkan sebagai berikut, yang berlatar pendidikan

SLTA sebanyak 14 Orang (70%) dan S1 sebanyak 6 orang (30%). Dengan kondisi ini, maka

tergambarkan bahwa SDM ASN jabatan Fungsional Umum didominasi oleh SDM yang hanya

memiliki kemampuan pengadministrasian. Padahal sebagai dinas teknis memerlukan dukungan

kemampuan di bidang penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan kegiatan teknis di bidang

koperasi dan Usaha Mikro Kecil. Selain itu pojok layanan yang menjadi tempat layanan secara

rutin diberikan juga hanya menempati sudut kecil di kantor Dinas KUKM. Hal ini tentunya

menyulitkan dalam memberikan pelayan yang optimal bagi usaha binaan.

Jumlah SDM di Bidang Koperasi yang hanya 9 orang termasuk 4 orang pejabat

structural, tidak sepadan dengan jumlah koperasi yang ada yang harus dibina dan diberdayakan

oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sleman. Tugas Pokok Fungsi dapat dilaksanakan

namun belum optimal dan merata, bahkan untuk melakukan pendampingan secara intensif

dalam melakukan pembinaan langsung, konsultatif belum dapat dilaksanakan. Sebagaimana

bidag Koperasi, SDM bidang Pengembangan Usaha Mikro juga sangat terbatas, yakni 9 orang

termasuk didalamnya 4 pejabat struktural. Pelaksanaan tusi telah dilakukan tetapi belum optimal,

bahkan upaya pendampingan dan pembinaan secara langsung tidak dapat dilaksanakan sendiri

tetapi dengan bekerja sama konsultan PLUT DIY. Padahal dalam pemberdayaan dan pembinaan

UKM diperlukan intensitas yang intensif dan berkesinambungan. Oleh karena itu pengembangan

PLUT Sleman menjadi semakin penting. Sasaran utama bagi PLUT Sleman sendiri adalah sektor

mikro yang seringkali tenggelam dibandingkan sektor kecil maupun menengah. Selain itu sektor

mikro ini memiliki jumlah yang paling besar dibadningkan 2 sektor lainnya sehingga tepat

kiranya untuk mendapat perhatian lebih dari pemerintah Kabupaten Sleman.

Untuk pengembangan PLUT Sleman yang mampu menjawab tantangan yang ada bagi

sektor memang tidak bisa dilakukan dengan cara instan. Langkah yang saat ini dapat dilakukan

oleh Dinas KUKM Sleman adalah dengan menoptimalkan struktur yang ada untuk menjalankan

fungsi PLUT sampai struktur mandiri PLUT Sleman terbentuk. Layanan konsultasi pada pojok

konsultasi dapat dimanfaatkan sebagai titik awal bagi pengembangan PLUT Sleman kedepannya.

63

Model ini dilaksanakan sementara sampai UPTD sebagai bentuk yang paling rasional bagi PLUT

Sleman terbentuk. Harapannya UPTD PLUT Sleman dapat terbentuk pada awal tahun 2019.

Pembentukan UPTD Sleman mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pembentukan Dan Klasifikasi Cabang Dinas

Dan Unit Pelaksana Teknis Daerah. Pada pasal 20 ayat 1 dinyatakan bahwa Pada Dinas atau

Badan Daerah kabupaten/kota dapat dibentuk UPTD kabupaten/kota untuk melaksanakan

kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu. Hal ini guna menunjang

pelayanan yang diberikan bagi masyarakat sehingga tujuan yag dimaksud dapat tercapai. Selain

itu dalam pasal 20 ayat 2 dinyatakan persyarakatan guna membentuk sebuah UPTD. Melihat dari

urgensinya, UPTD PPLUT sendiri sudah memenuhi persyaratan tersebut baik dari aspek

kebermanfaatan,kebutuhan maupun keterbatasan yang saat ini dihadapi oleh pemerintah

Kabupaten Sleman. Selain itu pembentukan PLUT ini juga mengacu pada analisa beban kerja

Seksi Pengembangan Usaha Mikro Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi Usaha Kecil dan

Menengah Dinas KUKM Kabupaten Sleman menunjukan angka 14.884 jam kerja efektif per

tahun.3 Dengan jam kerja efektif yang melebihi 10.000 maka UPTD menjadi bentuk yang paling

rasional.

Di Kabupaten Sleman sendiri terdapat koperasi aktif sebanyak 413 koperasi dan yang

tidak aktif sebesar 7,5%, merupakan potensi yang cukup besar yang perlu ditangani oleh Dinas

koperai, UMKM. Terlebih keberadaan koperasi aktif di Kabupaten Sleman telah memberikan

volume usaha sebesar 1,9 Trilyun. Untuk pertumbuhan UKM sendiri merata di seluruh wilayah

kabupaten Sleman. Di semua kecamatan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada

tahun 2018 jumlah UKM di Sleman sebanyak 36.653 dengan perincian 97% (35.682) adalah

UKM dengan skala usaha mikro, 2,57% (942) adalah UKM dengan skala usaha kecil, dan usaha

menengah sebanyak 0,08% (29 UKM). Jumlah sebaran terbesar UKM terutama mikro terdapat di

kecamatan Kalasan, Tempel dan Ngaglik. Keberadaan UKM di Kabupaten Sleman mampu

menyerap tenaga kerja 70.043 0rang, dengan jumalah tenaga kerja lakilaki 48,77% dan 51,33%

tenaga kerja wanita. Dinamika kegiatan usaha UKM tersebut mampu menghasilkan omset Rp

4,2T dengan asset sebesar Rp 1,08 T. Melihat strategisnya keberadaan UMKM dan Koperasi

sebagai pondasi pengembangan perekonomian masyarakat dan penanggulangan kemiskinan,

maka keberadaan UMKM harus terus ditingkatkan kemandiriannya. Dalam menghadapi

3 Dokumen ABK Terlampir

64

perkembangan dunia usaha, kemajuan teknologi dan juga perubahan perilaku pasar, usaha mikro

dan mikro menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Disatu sisi Profil UMKM di Sleman

yang sebagaian besar berusia 45 tahun keatas dengan pengelolaan usaha secara tradisional yakni

pengelolaan seadanya yang sering menyatu dengan manajemen keluarga menuntut

pendampingan usaha baik dalam pengelolaan administrasi usaha, permodalan, pemasaran, daya

saing dan produktivitas. Demikian juga disisi lain semakin terbatasnya lapangan kerja formal,

pengembangan usaha ekonomi produktif menjadi salah satu yang harus ditanamkan sejak dini,

yang mau tidak mau menuntut Dinas koperasi Ukm untuk memiliki tugas untuk menumbuhkan

kewirausahaan di kalangan pemuda. Potensi yang besar ini sayangnya belum dapat dioptimalkan

dikarenakan keterbatasan dari Dinas KUKM Sleman khususnya Bidang Koperasi4. Wilayah yang

luas serta keterbatasan SDM baik secara kualitas (kapasitas) maupun kuantitas (jumlah personil)

tidak memungkinkan untuk memaksimalkan potensi pengembangan yang seharusnya dapat

dilakukan di UMKM Kabupaten Sleman.

Dari analisis beban kerja tersebut di atas sebesar 17 personil, tetapi kondisi eksisting yang

ada baru mencapai 9 personil sehingga masih ada kekurangan personil 8 orang. Sedangkan

apabila dilihat dari nama jabatan yang ada belum bisa menjawab berbagai permasalahan yang

dihadapi oleh gerakan koperasi. Koperasi merupakan sebuah entitas badan usaha yang berbadan

hukum, sehingga masih banyak permasalahan yang dihadapi baik dari aspek kelembagaan

(organisasi), aspek usaha maupun dari aspek keuangan. Dalam pengurusan koperasi, adanya

periodisasi jabatan pengurus dan pengawas mengharuskan bidang Koperasi untuk melakukan

pembinaan dan pengembangan SDM koperasi yang baru tersebut. Hal ini karenakan restrukturasi

ini seringkali memunculkan wajah baru yang tidak selalu memiliki kapasitas dalam melakukan

tata kelola kelembagaan koperasi yang baik. Dengan adanya kondisi yang demikian perlu

dilakukan pendampingan/mentoring atau konsultan yang dapat menyelesaikan permasalah

tersebut.

Pergantian SDM koperasi ini juga berpengaruh terhadap pengelolaan usaha maupun

administrasi keuangan, sehingga apabila koperasi dituntut untuk meningkatkan volume usaha

dalam rangka mensejahterakan anggotanya maka diperlukan SDM koperasi yang memahami

persoalan-persoalan kelembagaan, usaha dan keuangan. Untuk memenuhi kebutuhan SDM

koperasi tersebut masih diperlukan lembaga konsultan atau mentoring bisnis semacam PLUT.

4 Dokumen ABK Terlampir

65

UPTD PLUT Sleman nantinya berada dibawah Dinas KUKM Sleman. Bentuk ini

memang bukanlah tanpa kekurangan. Namun demikian menjadi bentuk yang paling ideal bagi

PLUT Sleman. UPTD ini tidak sepenuhnya terlepas dari Dinas yang menaunginya namun

demikian memiliki strukturnya sendiri. Hal ini memungkinkan PLUT Sleman untuk memberikan

pelayanan yang optimal bagi usaha yang dibinanya. Alternatif struktur bagi pengembangan

PLUT Sleman adalah sebagai berikut:

Gambar Struktur Organisasi UPTD PLUT Sleman

Sumber: Dokumentasi Riset PLUT Sleman, 2018

Pimpinan PLUT KUMKM nantinya sebagai kepala kantor yang mengepalai organisasi.

Pimpinan PLUT ini bertanggungjawab kepada kepala dinas KUKM Kabupaten Sleman.

Pimpinan PLUT nantinya dibantu oleh seorang sekretaris, seorang admin, seorang penjaga galeri

dan juga seorang pemberi dukungan layanan teknis untuk membantu operasional kantor PLUT

nantinya. Sedangkan untuk fungsi konsultasi PLUT dapat bekerjasama dengan konsultan

independen untuk masing-masing bidang layanan. Beberapa fungsi layanan yang dapat

dilakukan oleh PLUT Sleman antara lain adalah sebagai berikut:

66

1) Bidang Kelembagaan: Memfasilitasi binaan dalam pengurusan perizinan usaha seperti

P-IRT, IUMK, Hak Merek, Hak Paten, Label Halal. Selian itu pada bidang kelembagaan

ini juga melaksanakan fungsi sosialisasi disetiap acara atau momen yang diadakan Dinas

Koperasi dan Usaha Mikro, serta menjalin kerjasama dengan instansi lain baik negeri

atau swasta terkait dengan perizinan.

2) Bidang Sumber Daya Manusia (SDM): Memberikan pelatihan peningkatan kapasitas

SDM para pelaku UMKM, menyelenggarakan kelas bisnis, membentuk peer group bagi

kelompok dengan usaha sejenis sehingga bisa menciptakan lingkungan yang saling

mendukung, mengadakan kunjungan produksi atau melakukan pendampingan bisnis.

3) Bidang Produksi: Memfasilitasi dan mengupayakan akses mudah pada bahan baku

serta melakukan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk seperti tentang

pengemasan produk, serta melakukan pendampingan ke tempat produksi produk untuk

menjaga kualitas produk.

4) Bidang Pembiayaan: Memberikan bimbingan teknis terkait penyusunan rencana bisnis

dan proposal, fasilitasi akses permodalan bagi binaan melalui berbagai skema bantuan

yang tersedia seperti dana hibah dari Kementrian Koperasi RI, akses pembiayaan bagi

PKL (Pedagang Kaki Lima dari BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kabupaten,

akses pembiayaan BRI, BNI, BPR, Bank Daerah serta Koperasi.

5) Bidang Pemasaran: Membantu memasarkan produk UMKM binaan PLUT-KUMKM

baik secara konvensional yaitu melalui promosi maupun pameran ditingkat Kabupaten,

Provinsi, Nasional, serta pemasaran secara modern baik melalui media sosial atau e-

commerce

Dalam melakukan kegiatannya PLUT Sleman ini terdiri dari organisasi struktural yang akan melaksanakn tugas dan fungsinya. Berikut adalah rincian Tugas Pokok dan Fungsi dari struktur organisasi PLUT Sleman:

1. Pimpinan

Tugas

67

Memimpin PLUT-KUMKM dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai ketentuan untuk mendukung kelancaran tugas Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Sleman

Fungsi

Menyusun Rencana Kerja berdasarkan rencana strategis Dinas;

Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada bawahan;

Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas sesuai dengan bidang tugas;

Menyusun kebijakan teknis penyelenggaraan organisasi;

Menyusun laporan hasil pelaksanaan rencana strategis, rencana kerja, LAKIP, LKPJ, LPPD dan EKPPD;

Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan untuk pengendalian pelaksanaan rencana strategis dan rencana kerja;

Melaksanakan evaluasi dan analisis hasil kerja guna pengembangan rencana strategis dan rencana kerja;

Melaksanakan koordinasi dengan bawahan atau KUMKM;

Melaksanakan penyusunan indikator dan pengukuran kinerja;

Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik;

Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan; dan

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

2. Admin

Tugas

Melakukan fungsi Administrasi PLUT-KUMKM.

Fungsi

Menyiapkan formulir layanan;

Membantu menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja;

68

Membantu melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis;

Membantu menyiapkan bahan perhitungan, penyusunan rencana dan usulan perubahan anggaran dalam bentuk rencana kerja anggaran (RKA);

Membantu melakukan administrasi pembukuan, pertanggungjawaban dan laporan keuangan;

Menyiapkan kebutuhan rapat internal di lingkungan organisasi; dan

Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan.

3. Penjaga Galeri

Tugas

Melakukan fungsi Galeri PLUT-KUMKM

Fungsi

Mentabulasi data dan informasi pelaku usaha dan produk KUMKM;

Menyiapkan data promosi dan publikasi produk KUMKM;

Menyiapkan bentuk desain publikasi kegiatan;

Mengelola galeri produk KUMKM;

Menyiapkan format dan bentuk pemasaran produk KUMKM;

Mengumpulkan informasi dan mengelola www.plut.acehprov.go.id (Website & Email);

Menyiapkan draft publikasi media cetak dan elektronik kegiatan;

Melakukan koordinasi pelaksanaan event/ kegiatan dengan pihak terkait;

Mendokumentasikan dan mencetak kegiatan internal organisasi;

Melakukan input data KUMKM pada http://www.manajemen.cis-nasional.id;

Membantu pelaksanaan event pameran;

Menyiapkan narasi berita untuk media cetak dan elektronik pelaksanaan event/ kegiatan;

Membantu menghimpun, mengelola, menyajikan data dan informasi untuk menyusun rencana strategis, rencana kerja dan penetapan kinerja;

69

Membantu mengelola surat menyurat, dokumentasi, dan informasi hukum; dan

Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan.

4. Pelaksana Dukungan Layanan Teknis

Tugas

Melakukan fungsi Dukungan Layanan Teknis PLUT-KUMKM

Fungsi

Mengelola perpustakaan entrepreneur;

Mengorganisasikan permohonan dari pengguna jasa/KUMKM;

Melakukan diagnosa, preskripsi, dan perlakuan awal permohonan dan/atau permasalahan pengguna jasa KUMKM;

Membuat rujukan dan rekomendasi bagi KUMKM;

Membantu mengelola peralatan dan perlengkapan kantor, rumah tangga, kearsipan dan perpustakaan;

Membantu menyiapkan bahan usulan permohonan izin dan surat tugas;

Membantu mengelola penilaian kinerja pegawai;

Membantu mengelola absensi atau daftar hadir pegawai;

Membantu menyediaan bahan penilaian kerja bawahan secara periodik; dan

Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan.

5. Konsultan Bidang Kelembagaan

Tugas

Melakukan fungsi Administrasi PLUT-KUMKM.

Fungsi

Fasilitasi legalitas kelembagaan KUMKM;

70

Penguatan sentra/ klaster/ kawasan UMKM;

Melakukan advokasi dan perlindungan bagi KUMKM;

Memberikan layanan pendampingan;

Memperkuat jaringan kerjasama antar lembaga dan stakeholder;

Mengembangkan kapasitas dan kompetensi secara mandiri; dan

Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan.

6. Konsultan Bidang Pembiayaan

Tugas

Melakukan fungsi Administrasi PLUT-KUMKM.

Fungsi

Fasilitasi KUMKM ke lembaga Bank dan Non-Bank;

Fasilitasi/ supervisi pengelolaan keuangan;

Membantu KUMKM dalam menyusun rencana bisnis (business plan) dan proposal usaha;

Memberikan layanan pendampingan;

Mengembangkan kapasitas dan kompetensi secara mandiri; dan

Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan.

7. Konsultan Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)

Tugas

Melaksanakan Fungsi Layanan PLUT-KUMKM di Bidang Sumber Daya Manusia

Fungsi

Memfasilitasi KUMKM untuk mengakses pendidikan & pelatihan;

Memfasilitasi KUMKM untuk mengakses peningkatan kapasitas/ magang;

Menumbuhkembangkan minat kewirausahaan;

71

Peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan teknis dan penerapan teknologi tepat guna;

Memberikan layanan pendampingan;

Mengembangkan kapasitas dan kompetensi secara mandiri; dan

Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan.

8. Konsultan Bidang Produksi

Tugas

Melaksanakan Fungsi Layanan PLUT-KUMKM di Bidang Produksi.

Fungsi

Memfasilitasi KUMKM untuk pengembangan produk (Kualitas, Desain, Merk & Kemasan);

Memfasilitasi peningkatan produk yang dihasilkan dan diversifikasi produk turunannya;

Memfasilitasi standarisasi & sertifikasi produk;

Memberikan layanan pendampingan;

Mengembangkan kapasitas dan kompetensi secara mandiri; dan

Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan

9. Konsultan Bidang Pemasaran

Tugas

Melaksanakan Fungsi Layanan PLUT-KUMKM di Bidang Pemasaran

Fungsi

Memfasilitasi akses pasar;

Melakukan promosi produk KUMKM;

Memfasilitasi jaringan pemasaran bagi pelaku usaha KUMKM;

72

Memberikan layanan pendampingan;

Melakukan temu bisnis dengan KUMKM dibidang pemasaran;

Mengembangkan kapasitas dan kompetensi secara mandiri; dan

Melakukan tugas tambahan terkait yang diberikan oleh atasan.

Dalam pengembangan UPTD PLUT Sleman ini juga dibutuhkan infrastruktur untuk

menunjang operasional PLUT sendiri agar dapat memberikan pelayanan secara optimal.

Infrastruktur yang dimaksud adalah kantor yang beridiri secara mandiri dan tidak tergabung

dengan instansi lainnya. Kantor yang dibangun ini bukan setidaknya bukan hanya memiliki

ruangan untuk urusan administratif namun juga memiliki ruang rapat yang dapat difungsikan

sebagai ruang kelas. Hal ini untuk memfasilitasi kelas-kelas pembinaan ataupun sebagai sarana

untuk melakukan pelatihan-pelatihan kewirausahaan lainnya. Selain itu UPTD PLUT harus

memiliki ruang konsultasi yang sesuai sehingga proses layanan bukan hanya dapat memberikan

informasi bagi binaan namun juga memberikan kenyamanan selama melakukan konsultasi.

Gallery juga menjadi salah satu unsur yang harus dimiliki gedung PLUT Sleman nantinya.

Gallery ini sebagai etalase bagi produk-produk binaan PLUT Sleman. Selain memiliki fungsi

representasi serta promosi, keberadaan gallery ini juga dapat meberikan motivasi bagi binaan

untuk meningkatkan kualitas produknya agar dapat dipajang disana karena produk yang dipajang

adalah produk-produk yang sudah memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Untuk SDM PLUT Sleman sendiri akan terdiri dari unsur PNS serta tenaga honorer.

Untuk posisi Pimpinan, Sekretaris serta Admin berasal dari unsur PNS. Hal ini dikarenakan

posisinya yang bukan hanya dapat memahami urusan operasional PLUT namun juga harus dapat

memahami urusan administrasi birokrasi yang berlaku. Untuk tenaga dukungan layanan teknis

serta penjaga gallery dapat berasal dari unsur tenaga kontrak dengan upah minimum sesuai

dengan upah minimum regional Kabupaten Sleman. Sedangkan bagi tenaga konsultan setidaknya

PLUT Sleman dapat menganggarakan Rp. 3.000.000,00 sebagai honorarium atas jasa konsultasi

yang diberikan mereka. Berikut adalah estimasi anggaran PLUT Sleman untuk satu tahun :

Estimasi Operasional UPTD PLUT Kabupaten Sleman

73

No Item Anggaran Total Anggaran

1 Gaji Pimpinan 12 bulan x 1 orang x Rp. 3.500.000,00

Rp. 42.000.000,00

2 Gaji Admin 12 bulan x 1 orang x Rp 1.800.000,00

Rp. 21.600.000,00

3 Gaji Penjaga Galeri 12 bulan x 1 orang x Rp 1.800.000,00

Rp. 21.600.000,00

4 Gaji Tenaga Dukungan Layanan Teknis

12 bulan x 5 orang x Rp 3.000.000,00

Rp. 21.600.000,00

5 Gaji Pendamping 12 bulan x 2 orang x Rp 3.000.000,00

Rp. 72.000.000,00

6 Fasilitasi Pelatihan dan bantuan promosi/pameran

Pelatihan 30 sesi x Rp 1.000.000

Bantuan promosi/pemasaran Rp 30.000.000

Rp. 60.000.000,00

7 Pembuatan Website dan pengelolaan Website PLUT

Rp 10.000.000 Rp 10.000.000,00

8 Operasional Kantor (ATK )

12 x Rp 1.000.000 Rp 12.000.000,00

Total Rp 239.200.000,00

Apabila UPTD Sleman yang terbentuk sudah mapan dalam 3-5 tahun kedepan dapat

mengadopsi sistem BLUD. BLUD sendiri menerapkan pola pengelolaan keuangan yang

memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang

sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan

umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan

keuangan daerah pada umumnya. Dengan mengadopsi sistem BLUD, PLUT dapat

mengkomersialisasikan produk jasa yang dimilikinya kelak seperti pelatihan pemasaran,

pengemasan dan lain sebagainya. Jasa-jasa yang dikomersilkan tersebut dapat menjadi sumber

pemasukan bagi PLUT Sleman. Keuntungan yang diperoleh ini nantinya dapat dimanfaatkan

74

untuk operasional dan pengembangan PLUT Sleman disamping menggunakan APBD. Penerapan

sistem BLUD ini juga akan berimplikasi pada profesionalitas dari pelayanan yang diberikan

sehingga layanan yang diberikan dapat menjawab tantangan yang dihadapi binaan kedepannya.

BAB V

75

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengingat pentingnya lembaga ini bagi perkembangan sektor Koperasi dan

UMKM sudah seharusnya Kabupaten Sleman memiliki PLUT sendiri dan tidak lagi

hanya mengandalkan PLUT DIY dan Rumah Kreatif BUMN (RKN). Wilayah binaan

PLUT DIY sendiri mencakup Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul, Bantul, Kulon

Progo dan Sleman. Hal ini menyebabkan belum tersentuhnya banyak UMKM dan

Koperasi di wilayah Sleman yang letaknya berjauhan dengan kantor PLUT DIY. Jumlah

UMKM dan Koperasi yang besar yang ada di Sleman juga seharusnya dapat

dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk mendorong kemajuan Sleman sendiri.

Sasaran dari RKB juga merupakan usaha yang sudah menengah sehingga keberadaan

inkubasi untuk usaha mikro sangat urgen diperlukan.

Pada pembahasan diatas telah dipaparkan pilihan kelembagaan untuk

pengembangan kelembagaan PLUT Sleman. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan serta

tujuan dari PLUT itu sendiri maka pilihan kelembagaan bagi PLUT Sleman adalah

dengan berbentuk UPTD PLUT Sleman. UPTD ini akan dibawah Dinas Koperasi dan

UKM Kabupaten Sleman. Bentuk UPTD ini memungkinkan PLUT untuk berkembang

dan memberikan pelayanan yang optimal bagi usaha binaan sehingga tujuan naik

kelasnya koperasi dan UMKM dapat tercipta dan tentunya akan berkontribusi bagi

perkembangan Kabupaten Sleman kedepannya.

PLUT ini diharapkan dapat memberikan layanan yang lebih optimal bagi pelaku

koperasi dan UMKM di Sleman. UPTD ini akan berfungsi memberikan layanan guna

mendorong kuantitas maupun kualitas dari sektor Koperasi dan UMKM yang ada di

Sleman. Layanan yang diberikan ini sifatnya komprehensif meliputi pelayanan dan

pendampingan baik dalam bidang kelembagaan, bidang Sumber Daya Manusia (SDM),

bidang produksi, bidang pembiayaan, bidang pemasaran. PLUT ini juga dapat dijadikan

etalase bagi produk-produk koperasi dan UMKM sehingga dapat menjadi salah saqtu

sarana yang tepat untuk mempromosikan Kabupaten Sleman.

B. Saran

76

Untuk mewujudkan PLUT yang mampu mendorong kemajuan Koperasi dan

UMKM, pengembangannya perlu mempertimbangkan kondisi yang ada saat ini. Untuk

melakukannya langkah yang saat ini dapat dilakukan oleh Dinas KUKM Sleman adalah

dengan mengoptimalkan struktur yang ada untuk menjalankan fungsi PLUT sampai

struktur mandiri PLUT Sleman terbentuk. Pada tahun 2019 PLUT dapat membentuk

UPTD dibawah Dinas KUKM Sleman. Dengan dibentuknya PLUT maka fungsi layanan

untuk mengembangkan koperasi dan UMKM dapat dilaksanakan secara optimal oleh

pemerintah. Setelah 5 tahun atau hingga PLUT dirasa sudah mampu menghasilkan

pengusaha yang mandiri dan berhasil, maka UPTD PLUT Sleman dapat mengadopsi

sistem BLUD sehingga pendanaan PLUT bukan hanya sebatas dari APBD namun juga

dari hasil kegiatan usaha yang dilakukannya. Penerapan sistem BLUD ini akan

mendorong peningkatan kualitas layanan dari PLUT dan juga meringankan beban daerah.

Gambar. 5.1. Bagan Kelembagaan PLUT Sleman

Sumber: Olah Data Penelitian PLUT Sleman, 2018

Dalam pengembangan PLUT ini, bentuk kelembagaan bukan hanya menjadi

tantangan. Perlu adanya kelengkapan-kelengkapan yang dipenuhi agar PLUT Sleman

dapat menjalankan fungsinya sehingga dapat mendorong kemajuan Koperasi dan

UMKM. Dalam pengembangan PLUT Sleman ini diperlukan SDM baik secara kuantitas

maupun kualitas sehingga dapat memberikan layanan kepada binaan secara optimal.

Perangkat kelembagaan sebagai bagian dari pemerintahan juga perlu diatur untuk

menjalankan organisasi UPTD PLUT Sleman ini. UPTD PLUT ini dapat merekrut orang-

orang profesional dan tenaga-tenaga pendukung lainnya untuk kepentingan admisi, dan

dukungan teknis lainnya sehingga aktivitas dan kegiatan pendampingan yang dilakukan

dapat dilakukan secara intens dan benar-benar menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi oleh pelaku koperasi dan usaha mikro.

77

Selain itu, ke depan PLUT Sleman juga membutuhkan tempat tersendiri sehingga

dapat memberikan layanan yang memadai. Kondisi pojok layanan saat ini hanya

menempati ruang kecil di dinas KUKM Sleman sehingga tidak akan memadai. Kantor

PLUT Sleman sendiri nantinya bukan hanya sebagai tempat konsultasi namun juga

etalase bagi produk-produk Koperasi dan UMKM khususnya usaha mikro di Kabupaten

Sleman.

78

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, Kajian Lembaga Indikator Bisnis Dalam Rangka Pengembangan UMKM, 2006.

Denzin, Norman K. 2009. Handbook of Qualitatif Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dinas Koperasi dan UMK. 2018. Data Koperasi dan UMKM Kabupaten Sleman 2017. Yogyakarta: Dinas Koperasi dan UMK Kabupaten Sleman.

Dokumen Evaluasi Pelaksanaan dan Rencana Kebijakan dan Program Kementerian Koperasi dan UKM Tahun 2018.

Dokumen Program dan Kegiatan Deputi Bidang Restrukturasi Usaha Tahun 2017

Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hewick, Laurence, 2006. “Canadian Business Incubator”, paper on seminar International Best Practices For Increasing Incubator Efficiencies, Jakarta.

Karimah,Mariatul, 2018. (skripsi) Penerapan Strategi Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (PLUT-KUMKM) Dalam Meningkatkan Kualitas Produk Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Tulungagung, Tulungagung: Ekonomi Syariah IAIN Tulungagung.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK 016/1994 tanggal 27 Juni 1994.

Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. 2018. Evaluasi, Pelaksanaan dan Rencana Kebijakan dan Program Kementerian Koperasi dan UKM. Jakarta: Kementerian Koperasi dan UKM RI.

Peraturan Deputi Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Nomer 02/Per/Dep.6/II/2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Sunartiningsih, Agnes dan Hempri Suyatna, 2009, Ekonomi Rakyat dalam Pusaran Pasar Bebas, Yogyakarta, Media Wacana.

Suyatna, Hempri dan Agnes Sunartiningsih, 2017, Dinamika dan Kebijakan Ekonomi Rakyat, Yogyakarta, Penerbit Tiara Wacana.

79

LAMPIRAN

1. Analisis Beban Kerja Seksi Pengembangan Usaha Mikro Bidang Usaha Mikro Dinas

Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Dinas KUKM Kabupaten Sleman

NAMA JABATAN : Penyusun Rencana Pelayanan Usaha Mikro Kecil dan MenengahORGANISASI : Seksi Pengembangan Usaha Mikro Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

No Uraian Tugas Satuan Hasil

Waktu Penyelesa

ianWaktu Kerja Efektif

Beban

Kerja

Pegawai yang

dibutuhkan

1 2 3 4 5 6 7 abc menit

setiap satuan

/hari/minggu/bulan/tahun

jumlah

hasil kerja

abc (3)

(4x6):5

1 Rapat koordinasi perencanaan dan evaluasi

72000 0.000

a Membuat surat undangan undangan

15 menit 72000 35 0.007

b Mendistribusikan undangan undangan

30 menit 72000 350 0.146

c Membuat daftar hadir dan administrasi lainnya

daftar hadir

10 menit 72000 35 0.005

d Mengikuti rapat rapat 90 menit 72000 35 0.044 e Membuat notulen rapat notulen 20 menit 72000 35 0.010 2 Menyusun rencana anggaran

seksi 72000 0.000

a menyusun RPK Prog/keg

900 menit 72000 10 0.125

b menyusun rencana anggaran dalam PPAS

Prog/keg

120 menit 72000 10 0.017

c mengikuti pembahasan PPAS Prog/keg

300 menit 72000 10 0.042

d melakukan konsultasi PPAS dengan pimpinan

Prog/keg

60 menit 72000 10 0.008

e menyusun perbaikan / revisi RPK

Prog/keg

180 menit 72000 10 0.025

f menyusun perubahan PPAS Prog/ 60 menit 72000 10 0.008

80

keg g menyusun rancangan akhir

PPASProg/

keg60 menit 72000 10 0.008

h menyusun DPA Prog/keg

900 menit 72000 10 0.125

i mengikuti pembahasan DPA Prog/keg

300 menit 72000 10 0.042

j melakukan konsultasi DPA dengan pimpinan

Prog/keg

60 menit 72000 10 0.008

k menyusun perbaikan / revisi DPA

Prog/keg

180 menit 72000 10 0.025

l menyusun rancangan akhir DPA

Prog/keg

60 menit 72000 10 0.008

m menyusun anggaran APBD perubahan

Prog/keg

300 menit 72000 4 0.017

n mengikuti pembahasan anggaran APBD perubahan

Prog/keg

300 menit 72000 4 0.017

o melakukan konsultasi anggaran APBD perubahan kepada pimpinan

Prog/keg

60 menit 72000 4 0.003

p melakukan perbaikan / revisi anggaran APBD perubahan

Prog/keg

180 menit 72000 4 0.010

r menyusun rancangan akhir anggaran APBD perubahan

Prog/keg

60 menit 72000 4 0.003

3 Perumusan kebijakan teknis

pelayanan usaha mikro kecil dan menengah

72000 0.000

a mengumpulkan referensi peraturan perundangan

peraturan

30 menit 72000 15 0.006

b mempelajari peraturan perundangan

peraturan

60 menit 72000 15 0.013

c melakukan telaahan naskah 60 menit 72000 15 0.013 d mendokumentasikan

peraturan perundanganperatur

an20 menit 72000 15 0.004

e menyusun standar operasional prosedur

SOP 180 menit 72000 6 0.015

f menyusun standar pelayanan SP 180 menit 72000 6 0.015 g menyusun rancangan

kebijakan teknis (perbup, keputusan, nota dinas, surat edaran)

peraturan

30 menit 72000 10 0.004

h menyusun tim pelaksana

kegiatanSK

180 menit72000

30.008

4 Fasilitasi Penyelesaian

Masalah UMKM

81

a identifikasi permasalahan UMKM

UMKM 10 menit 72000 10 0.001

b menyusun jadwal fasilitasi dan konsultasi

UMKM 20 menit 72000 10 0.003

c melakukan konsultasi dan pendampingan

UMKM 180 menit 72000 10 0.025

d melakukan konsultasi dengan pimpinan

UMKM 20 menit 72000 10 0.003

e membuat rekomdasi UMKM 20 menit 72000 10 0.003 f membuat laporan UMKM 20 menit 72000 10 0.003 5 Pelatihan / Bimbingan Teknis a melaksanakan tugas sebagai

instrukturUMKM 120 menit 72000 50 0.083

b membuat laporan UMKM 20 menit 72000 50 0.014 6 Analisis UMKM a menyusun analisis pelayanan

bagi UMKMUMKM 240 menit 72000 145 0.483

b menyusun analisis perkembangan dan pertumbuhan UMKM

UMKM 240 menit 72000 20 0.067

c menyusun analisis produktifitas UMKM

UMKM 240 menit 72000 20 0.067

4 Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja seksi pengembangan usaha mikro

72000

a menyusun evaluasi kegiatan Prog/

keg 180 menit72000

100.025

b menyusun laporan kegiatan Prog/

keg 60 menit72000

100.008

c menyusun rencana tindak

lanjutProg/

keg 60 menit72000

100.008

d menyusun realisasi keuangan

dan fisikProg/

keg 30 menit72000

100.004

1.577

NAMA JABATAN : Pengelola Data Kreatifitas dan InovasiORGANISASI : Seksi Pengembangan Usaha Mikro Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi Usaha Kecil dan MenengahNo Uraian Tugas Satuan Waktu Waktu Kerja Efektif Beba Pegawai

82

Hasil Penyelesaian

n Kerja

yang dibutuh

kan1 2 3 4 5 6 7 abc menit

setiap satuan

/hari/minggu/bulan/tahun

jumlah

hasil kerja

abc (3)

(4x6):5

1 Menerima Laporan Data 72000 0.000 a menerima laporan data surat 5 menit 72000 250 0.017 b menghimpun laporan surat 5 menit 72000 250 0.017 2 Rapat Koordinasi a Mengikuti rapat undang

an90 menit 72000 50 0.063

b Membuat notulen rapat undangan

30 menit 72000 50 0.021

3 Pendataan dan input data

online 72000 0.000

a input data utama umkm 20 menit 72000 650 0.181 b input data dinamis umkm 20 menit 72000 650 0.181 c input data usaha umkm 20 menit 72000 650 0.181 d input data kinerja dan

produktifitasumkm 20 menit 72000 650 0.181

e cetak data umkm 5 menit 72000 650 0.045 f cetak data IUMK umkm 10 menit 72000 650 0.090 g pendataan laporan bulanan umkm 10 menit 72000 650 0.090 h updating dan pengolahan data

UMKMumkm 5 menit 72000 650 0.045

4 Buku Informasi Koperasi a convert data online ke excel data 120 menit 72000 4 0.007 b analisis data data 120 menit 72000 515 0.858 c penyusunan buku buku 120 menit 72000 100 0.167 5 Monitoring Laporan a Identifikasi dan inventarisasi

laporandata 5 menit 72000 215 0.015

b melaporkan ke pimpinan data 5 menit 72000 100 0.007 c membuat rekapitulasi

perubahan datasurat 10 menit 72000 100 0.014

d monitoring perkembangan dan data 10 menit 72000 10 0.001

83

pertumbuhan UMKM (online : sistemsatudataUMKM)

2.180

NAMA JABATAN : Fasilitator KewirausahaanORGANISASI : Seksi Pengembangan Usaha Mikro Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

No Uraian Tugas Satuan Hasil

Waktu Penyelesa

ianWaktu Kerja Efektif

Beban

Kerja

Pegawai yang

dibutuhkan

1 2 3 4 5 6 7 abc menit

setiap satuan

/hari/minggu/bulan/tahun

jumlah

hasil kerja

abc (3)

(4x6):5

1 Menerima Permohonan Pelatihan / Pendampingan

72000 0.000

a Menerima Permohonan Pelatihan / Pendampingan

surat 5 menit 72000 950 0.066

b Menentukan sasaran Pelatihan / Pendampingan

surat 20 menit 72000 950 0.264

c Mengagenda Pelatihan / Pendampingan

surat 5 menit 72000 950 0.066

2 Rapat Koordinasi a Mengikuti rapat undang

an90 menit 72000 50 0.063

b Membuat notulen rapat undangan

30 menit 72000 50 0.021

3 Pelaksanaan Pelatihan /

Pendampingan 72000 0.000

a menyiapkan sarana dan prasarana

kelompok

20 menit 72000 950 0.264

b menyiapkan bahan pelatihan / pendampingan

materi 20 menit 72000 950 0.264

c mengandakan materi materi 20 menit 72000 950 0.264 d Pelaksanaan Pelatihan /

Pendampingankelomp

ok180 menit 72000 950 2.375

e menyusun laporan pelatihan / kelomp 30 menit 72000 950 0.396

84

pendampingan ok 4 Pelaksanaan Pelatihan a menyiapkan sarana dan

prasaranapelatih

an20 menit 72000 60 0.017

b menyiapkan kurikulum pelatihan

pelatihan

20 menit 72000 60 0.017

c membuat jadwal pelatihan pelatihan

20 menit 72000 60 0.017

d menyiapkan tempat pelatihan pelatihan

20 menit 72000 60 0.017

e pelaksanaan pelatihan pelatihan

900 menit 72000 60 0.750

f menyusun laporan pelatihan pelatihan

30 menit 72000 60 0.025

5 Pembinaan Pengembangan

Usaha

a mencatat permohonan pelatihan/pendampingan/konsultasi

umkm 5 menit 72000 700 0.049

b menghadiri pelatihan/pendapingan/diskusi usaha

umkm 60 menit 72000 515 0.429

c menghadiri pembinaan pengembangan usaha

umkm 60 menit 72000 100 0.083

d membuat laporan umkm 20 menit 72000 515 0.143 6 Pelaksanaan Bimbingan Usaha 72000 0.000 a menyiapkan sarana dan

prasaranaumkm 20 menit 72000 150 0.042

b menyiapkan bahan materi umkm 20 menit 72000 150 0.042 c mengandakan materi umkm 20 menit 72000 150 0.042 d Pelaksanaan Bimbingan Usaha umkm 180 menit 72000 150 0.375 e menyusun laporan umkm 30 menit 72000 150 0.063 7 Monitoring UMKM a identifikasi UMKM umkm 10 menit 72000 650 0.090 b menyusun jadwal monitoring umkm 20 menit 72000 650 0.181 c membuat surat monitoring umkm 10 menit 72000 650 0.090 d melakukan konsultasi dengan

pimpinanumkm 5 menit 72000 650 0.045

e membuat rekomendasi umkm 10 menit 72000 650 0.090 f membuat laporan umkm 20 menit 72000 650 0.181

85

8 Memberikan konsultasi dan pendampingan

a memberikan konsultasi umkm 60 menit 72000 450 0.375 b memberikan pendampingan umkm 120 menit 72000 450 0.750 c membuat laporan umkm 20 menit 72000 200 0.056 8.008

NAMA JABATAN : Penyusunan Rencana Sarana Pengembangan UsahaORGANISASI : Seksi Pengembangan Usaha Mikro Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

No Uraian Tugas Satuan Hasil

Waktu Penyelesai

anWaktu Kerja Efektif

Beban

Kerja

Pegawai yang

dibutuhkan

1 2 3 4 5 6 7 abc menit

setiap satuan

/hari/minggu/bulan/tahun

jumlah

hasil kerja

abc (3)

(4x6):5

1 Rapat Koordinasi a Mengikuti rapat undang

an90 menit 72000 75 0.094

b Membuat notulen rapat undangan

30 menit 72000 75 0.031

2 Perumusan Mekanisme

Promosi Produk UMKM 72000 0.000

a merumuskan kriteria identifikasi produk

UMKM 30 menit 72000 75 0.031

b menyiapkan administrasi UMKM 30 menit 72000 75 0.031 c melaksanakan tinjauan lokasi UMKM 60 menit 72000 75 0.063 d menyusun kriteria kurasi

produk UMKMUMKM 120 menit 72000 75 0.125

e melakukan koordinasi dengan event organiser

UMKM 20 menit 72000 75 0.021

f merumuskan metode pelaksanaan pengadaan barang dan jasa

UMKM 120 menit 72000 75 0.125

g menyusun standard UMKM 120 menit 72000 75 0.125

86

kebutuhan penyediaan stand h menyusun mekanisme

pengiriman barangUMKM 30 menit 72000 75 0.031

i menyusun program promosi kali 900 menit 72000 4 0.050 j menyusun laporan UMKM 30 menit 72000 75 0.031 3 Perumusan kebijakan teknis

pelayanan usaha mikro kecil dan menengah

72000 0.000

a mengumpulkan referensi peraturan perundangan

peraturan

30 menit 72000 25 0.010

b mempelajari peraturan perundangan

peraturan

60 menit 72000 25 0.021

c melakukan telaahan naskah 60 menit 72000 25 0.021 d mendokumentasikan

peraturan perundanganperatur

an20 menit 72000 25 0.007

e menyusun standar operasional prosedur

SOP 180 menit 72000 6 0.015

f menyusun standar pelayanan SP 180 menit 72000 6 0.015 g menyusun rancangan

kebijakan teknis (perbup, keputusan, nota dinas, surat edaran)

peraturan

30 menit 72000 10 0.004

h menyusun tim pelaksana

kegiatanSK

180 menit72000

30.008

4 Analisis UMKM a menyusun analisis pelayanan

bagi UMKMUMKM 240 menit 72000 550 1.833

b menyusun analisis perkembangan dan pertumbuhan UMKM

UMKM 240 menit 72000 20 0.067

c menyusun analisis produktifitas UMKM

UMKM 240 menit 72000 20 0.067

5 Perumusan Pameran,

Kemitraan, dan Forum Komunikasi

a melakukan identifikasi peserta

UMKM 30 menit 72000 120 0.050

b menyiapkan tempat UMKM 30 menit 72000 120 0.050 c menyusun materi UMKM 30 menit 72000 120 0.050 d menghubungi narasumber UMKM 20 menit 72000 120 0.033 e menyiapkan administrasi UMKM 30 menit 72000 120 0.050 f mengikuti workshop / FGD kali 180 menit 72000 4 0.010 g membuat laporan UMKM 30 menit 72000 120 0.050

87

3.119

2. Analisis Beban Kerja Bidang Koperasi Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Dinas

KUKM Kabupaten Sleman

No Nama Jabatan ABK Riil Kurang1 Kepala Bidang Koperasi 1 1 02 Kepala Seksi Kelembagaan 1 1 03 Pengadministrasi Umum 1 0 14 Pengadministrasi Izin Usaha 1 1 05 Pengelola Data Kreatifitas dan Inovasi 2 0 26 Penyuluh Koperasi 3 1 27 Kepala Seksi Usaha 1 1 08 Analisis Bimbingan Usaha 1 0 19 Pengadministrasi Sarana Pengembangan

Usaha1 1 0

10 Pengelola Permodalan Koperasi dan UKM

1 1 0

11 Kepala Seksi Pengawasan 1 1 012 Analisis Koperasi 2 1 113 Pranata Koperasi 1 0 1

Jumlah 17 9 8

88