warisan

11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warisan adalah harta peninggalan yang ditinggalkan pewaris kepada ahli waris. Warisan berasal dari bahasa Arab Al-miirats, dalam bahasa arab adalah bentuk masdar (infnititi) dari kata waritsa- yaritsu- irtsan- miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah ‘berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain’. Atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Ahli waris adalah orang orang yang berhak menerima harta peninggalan (mewarisi) orang yang meninggal, baik karena hubungan keluarga, pernikahan, maupun karena memerdekakan hamba sahaya (wala’ ). !arta Warisan yang dalam istilahfara’id dinamakan tirkah (peninggalan) adalah sesuau yang ditinggalkanoleh orang yang meninggal, baik berupa uang atau materi lainyayang dibenarkan oleh syariat "slam untuk diwariskan kepada ahli warisnya #ewaris adalah orang yang meninggal dunia, baik laki laki maupun perempuan yang meninggalkan se$umlah harta benda maupun hak hak yang diperoleh selama hidupnya, baik dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. Adapun yang men$adi dasar hak untuk mewaris atau dasar untuk mendapat bagian harta peninggalan menurut Al %ur’an yaitu& a. 'arena hubungan darah, ini di tentukan se ara $elas dalam % . An *isa& +, , -, , dan +/. b. !ubungan pernikahan.

Upload: irawati-salim

Post on 05-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Warisan adalahharta peninggalan yang ditinggalkan pewaris kepada ahli waris. Warisan berasal dari bahasa Arab Al-miirats, dalam bahasa arab adalah bentuk masdar (infinititif) dari kata waritsa- yaritsu- irtsan- miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain. Atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan (mewarisi) orang yang meninggal, baik karena hubungan keluarga, pernikahan, maupun karena memerdekakan hamba sahaya (wala).

Harta Warisan yang dalam istilah faraid dinamakan tirkah (peninggalan) adalah sesuau yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal, baik berupa uang atau materi lainyayang dibenarkan oleh syariat Islam untuk diwariskan kepada ahli warisnyaPewaris adalah orang yang meninggal dunia, baik laki-laki maupun perempuan yang meninggalkan sejumlah harta benda maupun hak-hak yang diperoleh selama hidupnya, baik dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. Adapun yang menjadi dasar hak untuk mewaris atau dasar untuk mendapat bagian harta peninggalan menurut Al-Quran yaitu:a. Karena hubungan darah, ini di tentukan secara jelas dalam QS. An-Nisa: 7, 11, 12, 33, dan 176.b. Hubungan pernikahan.c. Hubungan persaudaraan, karena agama yang di tentukan oleh AL- Quran bagiannya tidak lebih dari sepertiga harta pewaris (QS. Al-Ahzab: 6).d. Hubungan kerabat karena sesame hijrah pada permulaan pengembangan Islam, meskipun tidak ada hubungan darah (QS. Al-Anfal: 75).

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:1. Siapa sajakah yang berhak memberikan warisan?2. Siapa sajakah yang berhak mendapatkan warisan?3. Bagaimana cara pembagian harta warisan ?C. TujuanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui siapa saja yang berhak memberikan warisan2. Mengetahui siapa saja yang berhak mendapatkan warisan3. Mengetahui cara pembagian harta warisan

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pembagian harta warisan dari kakek

Kakek shahih adalah, nasabnya tidak tercampuri wanita. Ayah dari ayah dan seterusnya. Al Quran dan hadits tidak menjelaskan tentang hukum waris bagi kakek yang shahih dengan saudara kandung / saudara seayah.

Para sahabat Nabi sangat berhati hati dalam perkara ini. Mereka takut berbuat aniaya dan dzaim, masalah waris sangatlah berbahaya dan sensitif. Sedangkan hukum dalam Al Quran begitu jelas agar tidak terjadi kedzaliman. Bertanyalah kalian kepada kami tentang masalah yang sangat pelik sekalipun, namun janganlah kalian tanyakan kepadaku tentang masalah warisan kakek yang shahih dengan saudara. (ibn Masud)

Barang siapa yang ingin diceburkan ke dalam neraka Jahannam maka hendaklah ia memvonis masalah waris antara kakek yang shohih dengan para saudara.Saudara seayah dikategorikan sama dengan saudara kandung dan dianggap sejenis bila mereka mewarisi bersama kakek.

Para Imam Madzhab berbeda pendapat tentang masalah ini:

Para saudara, terhalang oleh keberadaan kakek karena kakek menggantikan posisi ayah. Bila ashobah banyak arahnya, maka didahulukan arah ashobah yang paling dekat dan tidak berubah atau hilang sebelum arah terdekat tidak ada. Madzhab Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar dan diikuti Madzhab Hanafi.

Saudara kandung laki laki dan perempuan atau saudara laki laki seayah berhak mewarisi bersama kakek. Alasannya karena, derajat pewarisan ayah dan saudara adalah sama. Kebutuhan saudara yang jelas lebih muda lebih diutamakan daripada kebutuhan kakek. Pendapat ini dianut oleh tiga Imam, Imam Syafii, Imam Malik dan Imam Ahmad serta diikuti dua murid Abu Hanifah yaitu Muhammad dan Abu Yusuf. Inilah pendapat yang dianut jumhur sahabat dan tabiin. (Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Tholib, Ibnu Masud, asy Syibi dan penduduk Madinah)

Madzhab jumhur

1. Tidak ada ashhabul furudh, hanya kakek dan saudara yang menjadi ahli waris. Bagi kakek dipilihkan perkara yang afdhal baginya agar lebih banyak memperoleh harta warisan dari dua pilihan yang ada. Pertama dengan cara pembagian dan kedua dengan cara mendapatkan sepertiga.

1) Pembagian yang lebih menguntungkan kakeka. Kakek dengan saudara kandung perempuan, 2/3b. Kakek dengan dua orang saudara kandung perempuan, c. Kakek dengan tiga saudara kandung perempuan, 2/5d. Kakek dengan saudara kandung laki laki, e. Kakek dengan saudara kandung laki laki dan saudara kandung perempuan, 2/5

2) Pembagian dan jumlah 1/3 yang berimbanga. Kakek dengan dua orang saudara kandung laki lakib. Kakek dengan empat saudara kandung perempuanc. Kakek dengan seorang saudara kandung laki laki dan dua orang saudara kandung perempuan

3) Pembagian sepertiga lebih menguntungkan kakeka. Kakek dengan bersama tiga orang saudarab. Kakek dengan lima saudara perempuan atau lebih

2. Ada ashhabul furudh, ada kakek dan saudara, maka dipilihkan dari yang paling menguntungkan bagi kakek dari pilihan pilihan berikut :

a) Dengan pembagian, menerima 1/3 b) Menerima 1/6 dari seluruh harta yang ditinggalkan pewarisc) Bila hanya tersisa 1/6 atau kurang, kakek mendapatkan 1/6 secara fardh. Para saudara kandung digugurkan atau dikurangi haknya

Contoh keadaan kedua ini adalah:

Suami , kakek 1/4, saudara kandung laki laki . Kakek lebih beruntung karena mendapatkan lebih dari 1/6 Ibu 1/6, kakek 1/3 dari sisa harta setelah diambil ibu, saudara laki laki dan perempuan dapat sisa akhir Anak perempuan , nenek 1/6, kakek 1/6, saudara kandung perempuan sisanya Suami , lima anak perempuan 2/3, kakek 1/6, empat saudara laki laki tidak mendapatkan apa-apa Kedua orang istri 1/8, anak perempuan , cucu perempuan 1/6, ibu 1/6, kakek 1/6, sepuluh saudara perempuan kandung tidak mendapat apa

Sumber :1. Al Mawarits Fisy Syariiati Islamiyyah, Muhammad Ali Ash Shobuni2. Hukum Waris Islam, Suhrawardi K. Lubis, S.H. dan Komis Simanjuntak, S.H.3. Ilmu Waris , Drs. Fatchurrahman

Dengan metode pembagian:

Ibu mendapat 1/6 bagian, dan sisanya (5/6) dibagikan kepada kakek, dua orang saudara laki-laki sekandung dan dua orang saudara perempuan sekandung, dengan ketentuan bagian laki-laki mendapat dua kali lipat bagian perempuan. Karena kakek dianggap sama dengan saudara laki-laki sekandung, maka jumlah kepala saudara perempuan sekandung dianggap ada 8 orang, sehingga pembagi harus ditashih, dari 6 menjadi 48, karena 5 tidak bisa dibagi 8. Dengan demikian, bagian ibu adalah 8/48, kakek mendapat 10/48, dua orang saudara laki-laki sekandung mendapat 20/48 sehingga masing-masing saudara laki-laki sekandung mendapat 10/48, dan dua orang saudara perempuan sekandung mendapat 10/48, sehingga masing-masing saudara perempuan sekandung mendapat 5/48.

Dengan menerima 1/3 dari sisa harta waris yang ditinggalkan pewaris setelah diberikan kepada ashhabul furudh:

1. Ibu mendapat 1/6 bagian, kakek mendapat 1/3 dari sisa harta yang ada, yakni 1/3 dari 5/6, dan sisanya dibagikan kepada saudara laki-laki dan perempuan, dengan ketentuan bagian anak laki-laki mendapat dua kali lipat bagian anak perempuan. Dengan demikian, bagian ibu adalah 3/18, kakek mendapat 5/18, dan sisanya, yakni 10/18 adalah bagian dua saudara laki-laki sekandung dan dua saudara perempuan sekandung. Dua saudara laki-laki sekandung dan dua saudara perempuan sekandung dianggap berjumlah 6 kepala saudara perempuan sekandung. Karena 10 tidak bisa dibagi 6, maka nilai ini harus ditashih lagi, yakni dikalikan 3. Sehingga bagiannya menjadi:a. Ibu = 3/18 x 3/3 = 9/54b. Kakek = 5/18 x 3/3 = 15/54c. Masing-masing saudara laki-laki sekandung = 10/18 x 3/3 x 2/6 = 10/54d. Masing-masing saudara perempuan sekandung = 10/18 x 3/3 x 1/6 = 5/54

Dengan menerima 1/6 dari seluruh harta waris yang ditinggalkan pewaris:

1. Ibu mendapat 1/6 bagian, kakek mendapat 1/6 bagian, dan sisanya (4/6) dibagikan kepada saudara laki-laki dan perempuan, dengan ketentuan bagian anak laki-laki mendapat dua kali lipat bagian anak perempuan. Jumlah saudara laki-laki sekandung ada dua orang, maka jumlah kepala saudara perempuan sekandung dianggap ada 6 orang, sehingga pembagi harus ditashih, dari 6 menjadi 18, karena 4 tidak bisa dibagi 6. Dengan demikian, bagian ibu adalah 3/18, kakek mendapat 3/18, dua orang saudara laki-laki sekandung mendapat 8/18 sehingga masing-masing saudara laki-laki sekandung mendapat 4/18, dan dua orang saudara perempuan sekandung mendapat 4/18, sehingga masing-masing saudara perempuan sekandung mendapat 2/18.

Dari ketiga metode diatas, manakah yang paling menguntungkan buat kakek? Mari kita check:

= 10/48 ? 15/54 ? 3/18= 5/24 ? 5/18 ? 1/6= 15/72 ? 20/72 ? 12/72= Maka didapatkan, nilai yang terbesar adalah 20/72.

Setelah dibandingkan, ternyata yang paling besar adalah 20/72 (15/54). Maka pada contoh kasus ini kakek lebih beruntung untuk menerima warisan dengan menerima sepertiga (1/3) dari sisa harta waris yang ditinggalkan pewaris setelah diberikan kepada ashhabul furudh, dan metode inilah yang digunakan dalam menentukan bagian waris buat kakek.Contoh 3Seseorang wafat dan meninggalkan seorang anak perempuan, nenek, kakek, dan tiga orang saudara perempuan sekandung. Maka berapakah bagian waris masing-masing? Untuk menjawabnya kita harus tahu dahulu metode mana yang harus kita ambil agar kakek mendapatkan bagian yang paling menguntungkan buatnya.

Ketika Saudara Sekandung dan Seayah Mewarisi bersama Kakek

Pembahasan di atas berkisar mengenai bagian kakek bila hanya bersamaan dengan saudara sekandung saja atau dengan saudara seayah saja, tanpa adanya saudara sekandung. Pada bagian ini akan dijelaskan bagian kakek jika ia tidak hanya bersama dengan saudara sekandung, tetapi sekaligus bersama dengan saudara seayah. Jadi mereka, kakek, saudara sekandung dan saudara seayah ada semua dalam satu keadaan.

Untuk keadaan seperti ini, ulama faraid menyatakan bahwa para saudara seayah dikategorikan sama dengan saudara sekandung, yakni mereka dianggap satu jenis. Jadi jika ada seorang saudara laki-laki sekandung dan seorang saudara laki-laki seayah, maka dianggap ada dua orang saudara laki-laki sekandung, dan seterusnya. Namun, walaupun mereka dianggap satu jenis, bukan berarti satu derajat, yakni tetap saja keberadaan saudara sekandung dapat menghalangi hak waris saudara seayah. Ketentuan mengenai hukum al-hajb ini tetap digunakan.

Mengenai tata cara pembagiannya, sama seperti pada hukum pertama dan hukum kedua diatas, sebagaimana yang sudah kita bahas sama-sama. Jika menggunakan metode pembagian, maka keberadaan saudara seayah ini membuat bagian saudara sekandung bertambah, sebab bagian untuk saudara laki-laki seayah diambil oleh saudara sekandung laki-laki, disebabkan saudara seayah terhalang oleh saudara sekandung. Dengan demikian, keberadaan saudara seayah ini bisa saja dalam satu keadaan terlihat merugikan kakek jika menggunakan metode pembagian, karena sisa bagian waris akan menjadi milik saudara sekandung saja, disebabkan saudara seayah terhalang oleh saudara sekandung. Jika terjadi demikian, maka harus menggunakan metode lainya dalam menentukan bagian waris untuk kakek, sehingga didapatkan bagian waris yang paling menguntungkan buat kakek. Silahkan pelajari contoh-contoh soal dibawah ini untuk lebih memperjelas.

Contoh 1Seseorang wafat dan meninggalkan kakek, saudara laki-laki sekandung dan saudara laki-laki seayah. Berapakah bagian masing-masing ahli warisnya?

Berhubung disini tidak ada ashhabul furudh lainnya, maka kita harus menggunakan hukum pertama, bukan hukum kedua. Untuk menjawabnya kita harus tahu dahulu metode mana yang harus kita ambil agar kakek mendapatkan bagian yang paling menguntungkan buatnya.

B. Pembagian harta warisan dari AyahBagian dari bapak yaitu:a. Apabila pewaris mempunyai anak laki-laki atau cucu dari anak laki-laki, maka bapak mendapat 1/6 dari harta peninggalan dan sisanya jatuh pada anak laki-laki.b. Apabila pewaris hanya meninggalkan bapak saja maka, bapak mengambil semua harta peninggalan dengan jalan ashabah.c. Apabila pewaris meninggalkan ibu dan bapak, maka ibu mendapat 1/3 dan bapak mengambil 2/3 bagian.

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanSemua orang muslim wajib mempelajari ilmu mawaris, Ilmu mawaris sangat penting dalam kehidupan manusia khususnya dalam keluarga karena tidak semua orang yang ditinggal mati oleh seseorang akan mendapatkan warisan.

Hal yang perlu diperhatikan apabila kita orang muslim mengetahui pertalian darah, hak dan pembagiannya apabila mendapatkan warisan dari orang tua maupun orang lain.

Saranbagi para pembaca setelah membaca makalah ini diharapkan lebih memahami mawaris dalam kehidupan keluarga maupun orang lain sesuai dengan ajaran agama islam dimana hukum memahami mawaris adalah fardhu kifayah

9