vol : ii no: 10 juli 2013 jurankunman (jurnal akuntansi dan...

16
Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen) SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM KUALA TANJUNG THORMAN LUMBANRAJA, S.E., MSi (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surya Nusantara, Pematangsiantar) ABSTRAK PT Inalum Kuala Tanjung yang berdiri pada 6 Juli 1979 di atas area 200 ha di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara adalah sebuah perusahaan yang memproduksi aluminium ingot, dengan desain produksi yang ditentukan adalah 225.000 ton per tahun kemudian dipasarkan di dalam dan luar negeri. Persediaan adalah salah satu aktiva penting yang harus dimiliki oleh perusahaan. Persediaan bahan baku baku adalah barang-barang yang dibeli dan digunakan untuk proses produksi. Pentingnya pengendalian intern dalam suatu perusahaan adalah untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan, dan penyelewengan. Sehingga suatu perusahaan dapat menentukan perencanaan yang baik dalam menentukan jumlah persediaan yang dibutuhkan, waktu pemesanan, dan supaya persediaan dapat diterima dengan tepat waktu. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengendalian intern dalam penyediaan bahan baku serta prosedur pembelian bahan baku yang ada di PT. INALUM. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dengan bagian Perencanaan Produksi dan Keuangan, observasi, dokumentasi dan kepustakaan. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis pada PT. INALUM, diketahui bahwa penyediaan persediaan bahan baku serta prosedur pembelian bahan baku dalam kaitannya dengan sistem pengendalian intern dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (a) sistem pengendalian intern terhadap persediaan bahan baku sudah sangat baik, karena semuanya telah di jelaskan dalam AMP, (b) pengendalian intern yang dilakukan PT INALUM sudah efektif dan efisien, (c) penyediaan persediaan bahan baku yang dilakukan PT INALUM juga telah sesuai dengan sistem pengendalian intern perusahaan, (d) pembelian persediaan bahan baku dilakukan dengan menggunakan kontrak dan telah sesuai dengan prosedur pembelian. Keyword : pengendalian intern, bahan baku, prosedur pembelian.

Upload: others

Post on 13-Mar-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA

PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM KUALA TANJUNG

THORMAN LUMBANRAJA, S.E., MSi

(Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surya Nusantara, Pematangsiantar)

ABSTRAK

PT Inalum Kuala Tanjung yang berdiri pada 6 Juli 1979 di atas area 200 ha di Kuala Tanjung,

Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara adalah sebuah perusahaan yang memproduksi

aluminium ingot, dengan desain produksi yang ditentukan adalah 225.000 ton per tahun kemudian

dipasarkan di dalam dan luar negeri.

Persediaan adalah salah satu aktiva penting yang harus dimiliki oleh perusahaan.

Persediaan bahan baku baku adalah barang-barang yang dibeli dan digunakan untuk proses

produksi. Pentingnya pengendalian intern dalam suatu perusahaan adalah untuk mencegah dan

menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan, dan penyelewengan. Sehingga suatu perusahaan

dapat menentukan perencanaan yang baik dalam menentukan jumlah persediaan yang dibutuhkan,

waktu pemesanan, dan supaya persediaan dapat diterima dengan tepat waktu. Oleh karena itu,

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengendalian intern

dalam penyediaan bahan baku serta prosedur pembelian bahan baku yang ada di PT. INALUM.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan

data berupa wawancara dengan bagian Perencanaan Produksi dan Keuangan, observasi,

dokumentasi dan kepustakaan. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer

dan data sekunder.

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis pada PT. INALUM, diketahui bahwa

penyediaan persediaan bahan baku serta prosedur pembelian bahan baku dalam kaitannya dengan

sistem pengendalian intern dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (a) sistem pengendalian

intern terhadap persediaan bahan baku sudah sangat baik, karena semuanya telah di jelaskan dalam

AMP, (b) pengendalian intern yang dilakukan PT INALUM sudah efektif dan efisien, (c)

penyediaan persediaan bahan baku yang dilakukan PT INALUM juga telah sesuai dengan sistem

pengendalian intern perusahaan, (d) pembelian persediaan bahan baku dilakukan dengan

menggunakan kontrak dan telah sesuai dengan prosedur pembelian.

Keyword : pengendalian intern, bahan baku, prosedur pembelian.

Page 2: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

43

PENDAHULUAN

Persediaan bahan adalah merupakan suatu hal yang harus ada di dalam perusahaan, untuk

menunjang kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Semua perusahaan baik besar maupun kecil

akan selalu mempunyai persediaan bahan baku, walaupun dalam jumlah dan keadaan yang

berbeda-beda.Persediaan bahan baku ini berhubungan erat dengan kegiatan produksi. Perusahaan

mengadakan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Agar kegiatan produksi dapat

berjalan dengan baik, maka dibutuhkan sistem pengendalian bahan baku. Sistem pengendalian

bahan baku ini merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan.

Suatu sistem pengendalian intern dibutuhkan dalam setiap bagian perusahaan, agar tujuan

perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hal ini dimaksudkan bahwa sistem

pengendalian intern yang ada, tidak hanya dilakukan pada aspek-aspek yang memberi pemasukan

saja, tetapi juga pada aspek-aspek yang memberikan beban pengeluaran bagi perusahaan. Satu

bagian yang menjadi sumber pengeluaran yang tidak dapat dihindari oleh perusahaan adalah dalam

hal persediaan bahan baku. Disini penting bagi perusahaan untuk mengupayakan pemenuhan

kebutuhan bahan baku yang cukup agar tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil dan terjamin

kontinuitasnya, serta efektif dan efisien.

Sebuah sistem pengendalian juga tidak terlepas dari kenyataan bahwa suatu organisasi

melibatkan individu-individu. Aktivitas individu ini diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi.

Karena ketidakselarasan tujuan dapat mengakibatkan tujuan organisasi atau tujuan individu tidak

tercapai.Untuk itulah diperlukan suatu pengendalian kerja sehingga tujuan individu dapat selaras

dengan tujuan organisasi. Salah satu alat untuk mencapai tujuan tersebut adalah adanya sistem

pengendalian intern yang baik. .

Perusahaan akan menghadapi berbagai konsekuensi dalam mencapai tujuannya yang

berkaitan dengan bahan baku, yaitu harus menanggung biaya maupun risiko yang berkaitan dengan

persediaan. Terjadinya kekurangan persediaan bahan baku atau tidak adanya bahan baku pada saat

dibutuhkan dapat menyebabkan jalannya aktivitas produksi terhenti, sebaliknya terlampau

banyaknya persediaan bahan baku akan mengakibatkan tertahannya modal secara tidak produktif,

sehingga hal ini merupakan salah satu faktor kerugian bagi perusahaan.

PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) merupakan perusahaan manufaktur yang

merupakan industri hulu. PT. INALUM mengolah bahan baku berupa Alumina (Al2O3),

Aluminium Flouride (Alf3),Coal Tar Pitch, Calcined Coke dan Pitch Coke menjadi barang jadi

berupa aluminium ingot primer. Bahan baku yang dibutuhkan oleh PT. INALUM sebagian besar

dibeli dari luar negeri, misalnya dari Jepang, Kuwait, Cina, Argentina, dan lain-lain, namun ada

pula yang dibeli dari dalam negeri.PT. INALUM memiliki persediaan bahan baku yang minimum

digudangnya, sehingga mereka tidak pernah mengalami kekurangan bahan baku. Walaupun

demikian, PT. INALUM tetap harus memperkirakan kapan mereka akan melakukan pembelian

dengan baik dan harus pada jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat.

PT. INALUM telah menggunakan sistem akuntansi pusat pertanggungjawaban yang

terdapat dalam tiap divisi. Setiap divisi terdiri dari beberapa departemen dan tiap departemen terdiri

dari beberapa seksi. Masing-masing manajer pada perusahaan ini memimpin satu seksi dan

bertanggungjawab atas seksi yang dipimpinnya serta tiap manajer juga bertanggungjawab untuk

mengendalikan biaya-biaya dan akan mempertanggungjawabkannya pada bagian penganggaran

atau sering disebut dengan bagian perencanaan (planning) perusahaan. Karena bagian

penganggaran sangat berperan penting dalam hal penyediaan bahan yang akan diproduksi oleh PT.

INALUM dalam setiap tahunnya.

Pentingnya pengendalian persediaan, mendorong penulis untuk mengetahui bagaimana

penyediaan persediaan bahan baku yang dilakukan oleh PT. INALUM dalam kaitannya dengan

sistem pengendalian intern, sehingga akan memberikan pemahaman lebih mengenai keunggulan

dan kelemahan dari sistem itu, melalui penulisan skripsi yang berjudul “SISTEM

PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT.

INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM)”.

Pengertian Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Page 3: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

44

Dalam mempersiapkan ataupun menggunakan faktor-faktor produksi, perusahaan harus

melakukan perencanaan.Menurut William K. Carter (2009:4), perencanaanmerupakan proses

merasakankesempatanmaupunancamaneksternal, menentukantujuan yang diinginkan,

danmenggunakansumberdayauntukmencapaitujuantersebut. Atau suatu perencanaan adalah proses

dimana perusahaan menyesuaikan sumber daya mereka dengan sasaran dan peluang mereka.

Perusahaan yang tidak banyak mengadakan perencanaan sebelumnya, akan cenderung tidak

memanfaatkan peluang-peluang yang sesuai dengan sumber daya perusahaan itu. Menurut Paul

Sihotang (1990:3), perencanaan juga merupakan fungsi memilih sasaran perusahaan secara

bijaksana, program dan pemilihan langkah-langkah apa yang harus dilaksanakan, siapa yang

melakukan dan kapan aktivitasnya dilaksanakan.

Sedangkan pengertian produksi menurut Jay Heizerdan Barry Render (2009:4), adalah kegiatan

untuk menghasilkan suatu barang ataupun jasa. Dalam kegiatan produksi tentunya membutuhkan

unsur-unsur yang diperlukan dalam proses produksi yang disebut dengan faktor-faktor produksi.

MenurutFaktor-faktor produksi itu antara lain adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

sumberdaya modal, dan sumberdaya pengusaha. Dimana faktor produksi tersebut nantinya akan

dimasukkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang jadi atau jasa.

Menurut William K. Carter (2009:381), perencanaan produksi (Production Planning), adalah

suatukegiatanuntuk menetapkan produk yangakandiproduksi, jumlah produkyang dibutuhkan,

kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan. Sedangkan pengendalian

produksimenurut William K. Carter (2009:391), yaitu aktivitas yang menetapkan kemampuan

sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai

rencana, melakukan perbaikan rencana.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan dan pengendalian produksi yaitu

merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana

dengan baik. Dengan membuat suatu perencanaan dan pengendalian produksi pada suatu

perusahaan, maka kegiatan yang ada dalam perusahaan tersebut dapat berjalan secara efektif dan

efisien.

Pengertian dan Jenis-jenis Persediaan

Pada setiap tingkat perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah maupun perusahaan besar,

persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus dapat

memperkirakan jumlah persediaan yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan produksi. Persediaan

yang dimiliki tidak boleh terlalu banyak dan juga tidak boleh terlalu sedikit karena akan

mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut.

Menurut Zaki Baridwan (1992:149), “Persediaan adalah istilah yang digunakan untuk

menunjuk barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi

barang-barang yang akan dijual”. Menurut Stice dan Skousen (2004:653), “Persediaan juga

didefenisikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam

kegiatan bisnis normal, yang ditujukan untuk barang dalam proses produksi atau yang ditempatkan

dalam kegiatan produksi dan kemudian dijual”. Menurut Warren Reeve (2005:452), “Persediaan

adalah suatu aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi

atau yang dalam perjalanan dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (Supplies) untuk

digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”. Menurut Eldon S. Hendrikson dan

Nugroho (1991:2), “Istilah persediaan meliputi barang-barang dagangan yang dimaksudkan untuk

dijual dalam kondisi usaha normal dan bahan baku serta bahan pembantu yang dipergunakan dalam

peoses produksi untuk dijual”.

Jenis-jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang atau kegiatan normal usaha

perusahaan tersebut. Untuk persediaan industri maka jenis persediaan yang dimiliki adalah

persediaan bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in process), persediaan barang

jadi (finished goods), serta bahan pembantu yang akan digunakan dalam proses produksi. Menurut

Stice dan Skousen (2004:654), “Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk

digunakan dalam proses produksi”. Menurut Zaki Baridwan (1992:150), “Persediaan bahan baku

adalah barang-barang yang akan menjadi produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti

Page 4: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

45

biayanya.Jadidapatdisimpulkanbahwapersediaanbahanbakuadalahbarang-barang yang

bersifatmentahkemudiandiproduksimenjadiproduk jadi.

FungsiPersediaan

Menurut Stice dan Skousen (2009:571), Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi

suatu perusahaan, yaitu:

a. Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi,

b. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi,

c. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah

yang banyak ada diskon,

d. Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga,

e. Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan

pasokan, mutu, dan ketidaktepatan pengiriman,

f. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.

TujuanPersediaan

Menurut Eldon S. Hendrikson dan Nugroho (1991:3), tujuan yang lazim dari pengukuran

persediaan adalah untuk membandingkan biaya dengan pendapatan yang berkaitan dengannya

dalam rangka menghitung laba bersih menurut struktur akuntansi tradisional. Selain itu, tujuan

kedua pengukuran persediaan yang sering dinyatakan adalah menyajikan nilai barang untuk

perusahaan. Tujuan ketiga adalah menyajikan informasi mengenai persediaan yang akan membantu

para investor serta pemakai lainnya untuk memprediksi arus kas di masa mendatang.

Biaya-biaya yang terkait dengan persediaan

Menurut Stice dan Skousen (2004:662), biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik

yang langsung maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian, persiapan, dan

penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan baku yang dimaksud adalah biaya

termasuk harga pembelian, pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang terjadi

sampai barang siap untuk dijual.

Masalah penentuan besarnya persediaan sangatlah penting bagi perusahaan, karena persediaan

memiliki efek langsung terhadap keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku dalam

jumlah yang terlalu besar dibanding kebutuhan perusahaan akan meningkatkan beban bunga, biaya

pemeliharaan dan penyimpanan dalam gudang serta kemungkinan terjadinya penyusutan dan

kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga akan mengurangi keuntungan perusahaan. Begitu

pula sebaliknya, jika persediaan terlalu kecil akan menghambat proses produksi, sehingga

perusahaan akan mengalami kerugian.Dan cara penyelenggaraan bahan baku dalam setiap

perusahaan adalah berbeda-beda. Baik dari segi jumlah unit persediaan bahan baku, waktu

penggunaan, dan jumlah biaya untuk membeli bahan baku tersebut.

Adapun biaya-biaya yang timbul karena persediaan adalah:

a. Biaya penyimpanan

Menurut Hansen dan Mowen (2001:584), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

penyimpanan persediaan. Terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi langsung dengan kuantitas

persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas persediaan

semakin banyak.Menurut Drs. AgusAhyari (1981:2),

dimanabiayainitidakhanyamencakupsewagudang/penyusutangudang, tenagakerjadan lain

sebagainya, tetapitermasukjugaadanyaresikokerusakan, kehilangandan lain sebagainya.

b. Biaya pemesanan

Menurut Hansen dan Mowen (2001:584),yaitu setiap kali bahan baku dipesan, perusahaan

harus menanggung biaya pemesanan. Biaya pemesanan total per periode sama dengan jumlah

pesanan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per pesanan.

c. Biaya penyiapan

Page 5: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

46

Menurut Hansen dan Mowen (2001:584), biaya penyiapan diperlukan apabila bahan-bahan

tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri. Biaya penyiapan total per periode adalah jumlah penyiapan

yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya penyiapan.

d. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan

Menurut Hansen dan Mowen (2001:584), biaya ini timbul bilamana persediaan tidak

mencukupi permintaan proses produksi. Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek

terutama dalam kenyataan bahwa biaya ini merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan

secara objektif.

Sistem Pencatatan Persediaan

Menurut Stice dan Skousen ( 2009:665), metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode

perpetual dan metodeperiodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap jenis

persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodik disebut juga metode fisik.

Dikatakan demikian karena pada akhir periode dihitung fisik barang untuk mengetahui persediaan

akhir yang nantinya akan dibuat jurnal penyesuaian.

Menurut Drs. Mulyadi (1986:137), terdapat beberapa perbedaan pencatatan ayat jurnal diantara

kedua metode tersebut. Pada sistem perpetual, diperlukan ayat jurnal tambahan untuk mencatat

harga pokok penjualan dari persediaan yang dijual, sedangkan dalam sistem periodik, harga pokok

persediaan tidak dicatat pada saat terjadi penjualan. Perbedaan yang lain adalah dalam sistem

perpetual pada saat terjadi pembelian, maka debit untuk pembelian persediaan adalah ke akun

persediaan, sedangkan dalam sistem periodik yang harus didebit adalah akun pembelian.

Menurut Stice dan Skousen (2009:667), “Ada beberapa macam metode penilaian

persediaan yang umum digunakan, yaitu: identifikasi khusus, biaya rata-rata (Average), masuk

pertama, keluar pertama (FIFO), masuk terakhir, keluar pertama (LIFO)”. Setiap metode memiliki

karakteristik khusus. Keempat metode tersebut memiliki fakta yang sama bahwa biaya persediaan

dialokasikan ke laporan laba-rugi dan neraca. Hanya metode identifikasi khusus yang menentukan

alokasi biaya berdasarkan arus perbedaan fisik.

a. Identifikasi khusus

Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan

ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit

tersebut.Menurut Drs. AgusAhyari (1981:110), semuapersediaandiberikanidentitasmasing-

masingpembelian. Olehkarenasetiappembeliandiberiidentitaskhususmakapersediaan yang

masihadaakandapatdiketahuimasing-masingtanggalpembeliannyaberikutharganya. Metode ini

diperlukan untuk mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus,

arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang. Dan metode ini adalah metode yang

jarang digunakan oleh perusahaan karena metode ini merupakan salah satu metode yang tidak

praktis.

b. Metode biaya Rata-Rata (Average)

Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini di dasarkan

pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-

rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. Penggunaan metode rata-rata memberi

peluang setiap harga beli mempengaruhi penilaian persediaan dan harga pokok penjualan. Menurut

Drs. R. AgusSartono (1996:560), metode rata-rata tertimbang adalah metode menentukan besarnya

persediaan dengan cara mengalikan rata-rata tertimbang dengan setiap jenis persediaan.Menurut

Drs. AgusAhyari (1981:110), besarnya harga/nilai persediaan bahan baku atas dasar metode ini

adalah sama dengan jumlah unit persediaan akhir dikalikan dengan rata-rata harga dari bahan baku

perusahaan tersebut.Asumsi yang dipergunakan disini adalah bahwa operasi pembelian dan

penjualan mengakibatkan pengumpulan biaya dan pembebanan biaya-biaya ini pada barang-barang

yang dijual dengan basis harga yang tunggal (single price). Harga tunggal ini diasumsikan sebagai

suatu harga unit yang mewakili semua barang yang ditangani selama periode tertentu.

Selainitu, metode rata-rata juga dianggap sebagai metode yang realistis dan paralel dengan arus

fisik barang, khususnya ketika ada pencampuran dari unit persediaan yang identik. Tidak seperti

metode yang lain, pendekatan biaya rata-rata memeberikan nilai yang sama untuk unsur serupa

Page 6: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

47

dengan penggunaan yang sama. Tetapi, keterbatasan dari metode biaya rata-rata ini adalah bahwa

nilai persediaan dapat tertinggal secara signifikan terhadap harga dalam periode dimana terdapat

kenaikan atau penurunan harga yang cepat.

c. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO)

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang lebih dahulu

masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus

biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis.

FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang yang

terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang yang terjual. FIFO

memberikan kesempatan kecil untuk manipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan

oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, dalam metode FIFO unit yang tersisa pada persediaan akhir

adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama

dengan biaya penggantian di akhir periode (end-of-period replacement cost). Menurut Drs. R.

AgusSartono (1996:559), FIFO adalahpersediaan yang pertamamasukdigantidenganpersediaan

yang baru. Dengandemikianhargapokokproduksiditentukanolehpersediaan yang baru.Menurut Drs.

AgusAhyari (1981:114), metodeiniadalahsamadenganaruspenggunaanbahan .

Menurut Eldon S. Hendriksen dan Nugroho (1991:25), ada tiga tujuan dari metode FIFO, yaitu:

1. Menjadi suatu taksiran yang baik untuk identifikasi spesifik sebagian besar tipe barang industri

pada umumnya.

2. Penggabungan semua unsur laba yang dilaporkan pada saat penjualan. Seperti halnya

identifikasi spesifik, di sini diasumsikan bahwa tak ada pemisahan yang dibuat antara

keuntungan dan kerugian yang timbul akibat perubahan harga dan laba yang dihasilkan dari

keputusan manajerial dalam kegiatan sehari-hari.

3. Penyajian persediaan akhir untuk tujuan neraca menurut harga yang paling baru, yang dapat

diasumsikan untuk memberi gambaran yang dekat dengan harga ganti.

Metode ini juga memiliki keuntungan yaitu tidak terpengaruh oleh pilihan yang sifatnya

sembarang atau tidak teratur yang dilakukan oleh pelanggan. Selain dari keuntungan dari pada

metode ini, juga terdapat kelemahan praktis yang serius bilamana yang dibeli adalah barang dengan

jumlah kelompok yang banyak selama periode dengan harga-harga yang berbeda-beda, atau

bilamana barang dikembalikan ke persediaan setelah dijualnya kelompok-kelompok barang

berikutnya.

Penggunaan metode FIFO dalam periode dimana terjadinya kenaikan harga mengaitkan

persediaan paling lama yang berbiaya rendah dengan harga jual yang meningkat, sehingga

memperbesar margin kotor. Namun, tingginya laba kotor yang dihasilkan hanya bersifat sementara

karena nilai persediaan harus diganti dengan harga yang terus meningkat. Di periode dimana terjadi

penurunan harga, persediaan lama yang berbiaya tinggi dikaitkan dengan harga jual yang menurun,

sehingga memperkecil margin kotor. Dengan menggunakan FIFO, persediaan yang dilaporkan di

neraca nilainya akan mendekati atau sama dengan biaya yang sekarang.

d. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO)

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. Metode

LIFO sering dikritik dari sudut pandang teoretis karena metode ini tidak cocok dengan arus barang

yang terjadi dalam sebuah perusahaan. Namun, LIFO adalah metode yang paling baik dalam

pengaitan biaya persediaan dengan pendapatan. Di sisi lain, penggunaan LIFO dalam periode di

mana terjadi kenaikan harga atau inflasi, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi

dan jumlah laba kotor yang lebih rendah. Dengan demikian, LIFO cenderung memberikan

pengaruh yang stabil terhadap margin laba kotor. Dengan LIFO, persediaan dilaporkan dengan

biaya dari pembelian awal. Dan jika LIFO telah digunakan untuk waktu yang lama, maka

perbedaan antara nilai persediaan saat ini dengan biaya LIFO yang dilaporkan dapat menjadi

semakin besar. Dan menurut Drs. R. AgusSartono (1996:559), LIFO

mengasumsikanbahwapersediaan yang terakhirmasukdigantidenganpersediaan yang lama.

Sehinggahargapokokproduksiditentukanolehpersediaan yang terakhirmasuk,

sementarapersediaanakhirterdiriataspersediaan yang masuklebihawal. Menurut Drs. AgusAhyari

Page 7: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

48

(1981:114), mengasumsikanbahwahargabahan yang

masihadadalampersediaanjustrumempergunakanhargapersediaanawaldanpembelian-

pembelianpadaawaltahun.

Menurut Eldon S. Hendriksen dan Nugroho (1991:26), LIFO dinyatakan bermanfaat dengan

alasan-alasan sebagai berikut:

1. Memudahkan penandingan biaya berjalan terhadap pendapatan berjalan,

2. Jika harga meningkat, penilaian persediaan ditetapkan secara konservatif,

3. Perubahan-perubahan harga sepanjang siklus produksi tidak akan menimbulkan pelaporan

keuntungan dan kerugian yang tidak direalisasikan yang timbul dari penguasaan jumlah

persediaan semula dan peningkatan persediaan,

4. Memungkinkan pemerataan laba sepanjang siklus usaha bilamana harga-harga meningkat

ataupun merosot,

5. Laba dilaporkan hanya bilamana tersedia untuk didistribusikan sebagai dividen atau untuk

tujuan lainnya,

6. Diterimanya metode tersebut untuk tujuan pajak perseroan.

Akibat dari Kesalahan Mencatat persediaan

Menurut William K. Carter (2009:325), setiap kesalahan dalam perhitungan persediaan akan

mempengaruhi laporan keuangan baik neraca maupun laba rugi. Dampak pada laba rugi biasanya

sulit dievaluasi karena terdapat beberapa nilai yang berbeda yang dapat dipengaruhi oleh satu

kesalahan. Jika kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan menyebabkan kesalahan

penyajian saldo akhir, aktiva lancar, dan total aktiva pada neraca. Hal ini terjadi karena perhitungan

fisik atas persediaan merupakan dasar dalam pembuatan jurnal penyesuaian untuk penyusutan

persediaan. Kesalahan perhitungan fisik persediaan juga akan menyebabkan kesalahan dalam

menetukan harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih dalam laporan laba rugi, kemudian

laba bersih akan dimasukkan pada laporan ekuitas pemilik sebagai penambahan atas modal awal

pemilik, sehingga akan menghasilkan penyajian yang salah atas modal akhir pemilik. Kesalahan

perhitungan fisik persediaan biasanya baru terdeteksi setelah kesalahan itu terjadi. Oleh karena itu

harus dilakukan koreksi untuk laporan keuangan tahun sebelumnya.

Model-Model Penentuan Persediaan

Perusahaan harus dapat menetukan berapa banyak jumlah bahan baku yang harus dipesan atau

digunakan dalam proses produksi dan kapan seharusnya pemesanan itu dilakukan atau kapan

perencanaan persediaan dilakukan. Menurut Drs. AgusAhyari (1981:7), beberapa kebijakan daat

ditentukan oleh perusahaan dengan menentukankuantitas pesanan ekonomis, titik pemesanan

kembali, stock minimun yang harus dimiliki oleh perusahaan, termasuk jangka waktu untuk

pemesanan persediaan.

Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity-EOQ)

Menurut Drs. R. AgusSartono (1996:562), model ini merupakan model pengendalian

persediaan yang paling tua dan paling terkenal. Didasarkan pada asumsi-asumsi:

a. Permintaan diketahui dan bersifat konstan,

b. Lead time yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan, diketahui dan konstan,

c. Permintaan diterima dengan segera,

d. Tidak ada diskon,

e. Biaya yang terjadi hanya biaya set up atau pemesanan diketahui dan bersifat konstan,

f. Tidak terjadi kehabisan stock.

Jika permintaan diketahui, dalam memilih jumlah pesanan atau jumlah produksi, para manajer

harus memfokuskan dirinya hanya pada biaya pemesanan (perencanaan persediaan) dan biaya

penyimpanan. Menurut William K. Carter (2009:320), total biaya pemesanan (perencanaan

persediaan) dan biaya penyimpanan dapat dijelaskan melalui persamaan berikut ini:

TC = PD:Q+CQ:2

= Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan

Dimana:

Page 8: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

49

TC = Total biaya pemesanan (perencanaan) dan biaya penyimpanan

P = Biaya penempatan dan penerimaan pesanan (biaya mempersiapkan produksi)

Q = Jumlah unit yang dipesan setiap kali dilakukan pemesanan (jumlah unit yang diproduksi)

D = Permintaan tahunan yang diketahui

C = Biaya penyimpanan per unit bahan baku untuk satu tahun

Biaya penyimpanan persediaan dapat dihitung oleh setiap perusahaan yang menyimpan

persediaan. Model biaya persediaan yang menggunakan biaya perencanaan persediaan dan ukuran

jumlah produksi sebagai input hanya berlaku bagi perusahaan yang memproduksi sendiri

persediaannya.

Menurut Drs. R. Agus Sartono (1996:563), total biaya pemesanan dapat dihitung dengan

mengalikan jumlah pesanan pertahun dengan biaya untuk menempatkan dan menerima pesanan.

Total biaya pemesanan = D : Q x P

Total biaya penyimpanan untuk tahun yang terkait didapat dengan CQ : 2, persamaan ini sama

dengan mengalikan jumlah rata-rata persediaan ditangan (Q:2) dengan biaya penyimpanan per unit

(C). (Asumsi nilai rata-rata persediaan Q : 2 ekuivalen dengan asumsi bahwa persediaan dipakai

seluruhnya). Tujuan menggunakan model ini adalah mencari total pemesanan yang meminimalkan

total biaya. Jumlah atau kuantitas pesanan ini disebut dengan Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ).

Model EOQ merupakan contoh dari sistem persediaan tekanan. Dalam sistem tekanan, akuisisi

persediaandimulai dengan tindakan antisipasi terhadap permintaan dimasa yang akan datang, bukan

karena reaksi terhadap permintaan.

Menurut Drs. R. AgusSartono (1996:564), persamaan yang digunakan untuk menghitung EOQ

adalah:

Q = EOQ =√(2𝐷𝑃): 𝐶

Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)

EOQ telah menjawab pertanyaan berapa banyak persediaan yang harus dipesan (atau

diproduksi). Mengetahui kapan pemesanan (atau menetapkan waktu produksi) juga merupakan hal

yang penting dalam setiap kebijakan persediaan. Menurut Drs. R. AgusSartono (1996:566), Titik

pemesanan ulang merupakan titik waktu dimana pesanan baru (atau produksi baru) harus

dilakukan. Titik waktu ini merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu, dan tingkat dimana

persediaan sudah habis. Waktu tunggu merupakan waktu yang diperlukan untuk menerima

kuantitas pesanan ekonomis ketika suatu pesanan dilakukan atau ketika produksi dimulai.

Mengetahui tingkat pemakaian dan waktu tunggu membuat kita dapat menghitung titik pemesanan

kembali yang dapat memenuhi tujuan-tujuan tertentu.

Titik pemesanan ulang = Tingkat pemakaian x Waktu tunggu

Jika permintaan suku cadang atau produk tidak diketahui secara pasti, kemungkinan

terjadinya kekurangan persediaan. Dan untuk menghindari masalah ini, perusahaan sering sekali

memilih untuk menyimpan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman (safety

stock) merupakan persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan dalam menghadapi permintaan

yang berubah-ubah. Persediaan pengaman dihitung dengan mengalikan waktu tunggu dengan

selisih antara tingkat maksimum pemakain dan tingkat rata-rata penggunaan.

TEORI PENGENDALIAN INTERN

Defenisi Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern merupakan sistem yang digunakan perusahaan untuk membangun

masa depan yang baik. Karena suatu pengendalian intern yang baik sangat dibutuhkan dalam

organisasi untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan, dan

penyelewengan. Diperusahaan kecil, pengendalian masih dapat dilakukan langsung oleh pimpinan

perusahaan. Namun semakin besar perusahaan, dimana ruang gerak dan tugas-tugas yang harus

dilakukan semakin kompleks, menyebabkan pimpinan perusahaan tidak mungkin lagi melakukan

pengendalian secara langsung, maka dibutuhkan suatu pengendalian intern yang dapat memberikan

keyakinan kepada pimpinan bahwa tujuan perusahaan telah tercapai.

Page 9: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

50

Adapun pengertian pengendalian intern menurut Drs. Ruchyat Kosasih (1981:185), adalah

sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan pembentukan dan penggunaan semua saran,

sehingga bila ditinjau dari sudut keuangan, akan memungkinkan menejemen dengan cara yang

paling efektif mengamankan harta kekayaan perusahaan serta mengatur pekerjaan sekarang dan

membuat rencana untuk masa yang akan datang. Dan sebagaimana diketahui menurut Statement on

Auditing Procedures (SAP) No. 33 dan kodifikasi Statements on Auditing Standards AICPA tahun

1983, internal control adalah mencakup rencana organisasi, semua metode dan ukuran yang

dikoordinasikan dan diterapkan di dalam suatu perusahaan untuk mengamankan aktiva (harta

kekayaan), mencek ketelitian dan keandalan data akuntansinya, meningkatkan efisiensi operasi dan

mendorong kepatuhan terhadap kebijakan menejemen yang telah ditetapkan. Pengendalian ini

bersifat preventif yang berarti berusaha untuk mencegah terjadinya segala sesuatu yang merugikan

perusahaan dan juga bersifat represif yang berarti mempunyai tindakan koreksi, bila terjadi hal-hal

yang tidak menguntungkan perusahaan.

Tujuan Pengendalian Intern

Sebagaimana didefinisikan SAP No. 33 pengertian pengendalian intern mencakup 2 bagian

yaitu:

Pengendalian Akuntansi

Terdiri dari rencana organisasi dan prosedur serta catatan yang berkaitanlangsung dengan

pengamanan aktiva (harta kekayaan)mencakup tindakan kehati-hatian yang tidak diharapkan

terhadap sumber daya perusahaan. Dan keandalan pencatatan keuangan serta sebagai

konsekuensinya didisain untuk memberikan jaminan yang memadai. Tujuan utama pengendalian

akuntansi adalah pengamanan aktiva dan keandalan catatan keuangan. Pengendalian akuntansi

berhubungan erat dengan sistem otorisasi persetujuan, pengendalian aktiva, pemeriksaan intern dan

semua masalah keuangan lainnya.

Pengendalian Administratif

Atau disebut pula pengendalian menejerial yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada rencana

organisasi dan prosedur serta catatan yang berkaitan dengan proses keputusan yang mengarah pada

otorisasi transaksi yang dilakukan oleh menejemen dan menjadi titik/langkah awal untuk penetapan

pengendalian akuntansi terhadap transaksi-transaksi. Pengendalian ini tidak mempunyai pengaruh

atau kecil sekali dampaknya pada catatan keuangan perusahaan. Misalnya: analisa statistik,

penyelidikan waktu dan gerak, laporan pelaksanaan, program pelatihan pegawai dan pengendalian

mutu.

Menurut Mulyadi dalam bukunya Auditing (2008:181), “tujuan pengendalian intern” adalah

sebagai berikut:

a. Keandalan informasi keuangan,

b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,

c. Efektifitas dan efisiensi operasi.

1. KarakteristikPengendalian Intern

Menurut SAP No. 33 karakteristik pengendalian intern suatu organisasi yang memuaskan harus

meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Pengaturan organisasi yang baik yang memungkinkan adanya pemisahan

pertanggungjawaban fungsi secara tepat

2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang tepat untuk memungkinkan adanya

pengendalian akuntansi yang memadai terhadap aktiva, utang, pendapatan dan beban/biaya

3. Praktik yang sehat yang dijalankan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dari setiap bagian

organisasi

4. Kualitas/mutu pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggungjawabnya.

Frederick E Horn dalam buku “Hand book for Auditors” kumpulan James A Cashin yang

mengutip tulisan Skinner dan Anderson dalam bukunya “Analytical Auditing” menyatakan

bahwa ciri-ciri struktur pengendalian intern yang memuaskan, harus meliputi:

Page 10: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

51

a. Adanya pendelegasian wewenang kepada petugas/pejabat tertentu untuk menyetujui

transaksi dan penetapan tugas pengecekan kepada petugas yang lain untuk mengetahui,

bahwa transaksi telah disetujui oleh pejabat yang berwenang

b. Adanya penyelenggaraan akuntansi sedemikian rupa, sehingga catatan yang satu dapat

dicek dengan catatan yang lain yang dibuat oleh petugas yang independen

c. Adanya pengendalian secara fisik yang tepat termasuk penjagaan berganda (dual custody)

aktiva berharga yang mudah diperjual belikan

d. Adanya pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dari fungsi pencatatannya dan dari

pelaksanaan transaksi yang bersangkutan (sehingga terdapat suasana saling mencek)

e. Adanya verifikasi secara periodik terhadap eksistensi aktiva yang dicatat

Adanya penggunaan pegawai yang memiliki kecakapan/kemampuan dan latihan yang

cukup sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya.

METODE PENELITIAN

Metode deskriptif (Best, 1982:119) adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Metode deskriptif juga

disebut dengan kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya

dapat ditafsirkan. Pengaturan, pengurutan atau manipulasi data bisa memberikan informasi yang

deskriptif.

Data yang cukup merupakan salah satu ukuran dalam menentukan baik tidaknya hasil suatu

penelitian. Untuk memperoleh data tersebut, maka digunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Observasi

Yang dilakukan penulis dalam memperoleh data dan informasi dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap data perusahaan

2. Wawancara

Yaitu dengan mengadakan tanya jawab antara penulis dengan pihak perusahaan yang

berwenang memberikan data yang diperlukan. Adapun daftar pertanyaan yang penulis

tanyakan adalah:

a. Berapa jumlah persediaan bahan baku yang dibeli dalam setiap tahunnya.

b. Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan

persediaan bahan baku.

3. Kepustakaan

Penulis memperoleh data dengan melihat dan mengambil buku-buku dari perpustakaan

yang dapat membantu dalam melakukan penulisan skripsi.

Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti,

seperti: sejarah singkat dan struktur organisasi, sistem pengendalian intern yang berlaku serta data

lainnya yang relevan.

Metode Analisa Data

Analisa data yang digunakan penulis adalah analisa kualitatif dimanaanalisaini

akanmengungkapkanmasalahtidakdalambentukangka-angka, tetapiberkenaandengannilai

yang didasarkanpadahasilpengolahan data danpenilaianpenulis. Dan cara yang digunakan

penulis untuk mengolah data yang di peroleh adalah dengan menilai dan mengevaluasi dari

prosedur pembelian bahan baku hingga proses produksi yang nantinya akan dijelaskan di Bab

4, sehingga dapat disimpulkan apakah sistem pengendalian intern bahan baku telah efektif

dan efisien. Adapun ketentuan penilaian yang di buat penulis adalah:

1. Apabila prosedur pembelian yang dilakukan PT INALUM sesuai dengan ketentuan

peraturan dalam prosedur pembelian bahan baku, maka sistem pengendalian intern

terhadap bahan baku telah efektif.

2. Dan jika prosedur pembelian tidak sesuai dengan peraturan prosedur pembelian

bahan baku, maka sistem pengendalian intern terhadap bahan baku tersebut kurang

efektif.

Hasil dan Pembahasan

Page 11: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

52

Persediaan bahan baku merupakan salah satu bagian penting dalam perusahaan., karena

persediaan sangat dibutuhkan bagi perusahaan dalam upaya memenuhi permintaan dari pelanggan,

juga agar kegiatan produksi perusahaan tidak terganggu. Persediaan adalah aktiva yang dimiliki

perusahaan yang akan digunakan untuk menjalankan kegiatan produksinya dengan maksud untuk

dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Persediaan yang terdapat pada PT INALUM yang akan

digunakan dalam pembuatan aluminium ingot primer terdiri dari empat macam produk yaitu:

1. Alumina (Al2O3), merupakan bahan baku utama dalam proses peleburan aluminium. Alumina

di impor dari Australia. Laydays dari bahan baku ini adalah 10 hari.

2. Aluminium Flouride (Alf3), digunakan sebagai anti crylite dalam proses produksi.

3. Petroleum Cokes (kokas), merupakan bahan baku untuk industri pabrik peleburan aluminium.

Petroleum Coke di impor dari Amerika dan Jepang.Laydays dari bahan ini adalah 7 hari.

4. Coal Tar Pitch, merupakan bahan baku dalam curah untuk industri pabrik peleburan

aluminium dan di impor dari China.Laydays dari bahan ini adalah 7 hari.

Jadi rata-rata untuk rentang waktu pengiriman serta kedatangan kapal di pelabuhan Kuala

Tanjung adalah 7 hari. Untuk membeli bahan baku dari pemasoknya, PT INALUM menggunakan

kontrak jangka panjang yang berjangka waktu selama tiga tahun untuk pemasok yang ada diluar

negeri dan berjangka waktu satu tahun untuk pemasok yang ada dalam negeri. Pada waktu

pembelian bahan baku, perusahaan menggunakan metode FOB shipping point, sehingga total biaya

dibebankan langsung ke harga pokok persediaan. Sistem pengendalian intern terhadap bahan baku

yang dilakukan PT INALUM cukup baik, karena pihak perusahaan melakukan pengawasan

terhadap persediaan bahan baku. Hal ini dimulai dari pembelian bahan baku hingga diproduksi

menjadi barang jadi. Bahkan sebelum melakukan pembelian bahan baku, pihak perusahaan telah

membuat perencanaan atau disebut dengan AMP (Annual Management Plan).

PT INALUM memiliki tahun fiskal yaitu April-Maret tahun berikutnya. Maka manajemen

akan menentukan perencanaan sebelum tahun fiskal baru. Setiap seksi akan menyusun perencanaan

yang berkaitan dengan semua aktivitas yang akan dijalankan perusahaan. Misalnya, kapan

pembelian bahan baku akan dilaksanakan, berapa jumlah bahan baku yang akan dibeli, dan

masalah kegiatan produksi. Rencana-rencana yang disusun setiap seksi kemudian akan disaring

atau dianalisa terlebih dahulu oleh bagian perencanaan untuk mengevaluasi urgensi dari setiap

pekerjaan.

Pendekatan Sistem Pengendalian Bahan Baku

Pengendalian bahan baku perusahaan, akan mencakup baik jangka panjang, menengah maupun

jangka pendek. Pada pengendalian bahan baku ini diperlukan kegiatan-kegiatan yang terpadu dari

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian bahan baku ini. Pelaksanaan

pengendalian bahan baku yang dilakukan PT INALUM adalah sebagai berikut:

Perencanaan Jangka Panjang

Perencanaan jangka panjang ini menyangkut kebijaksanaan perusahaan dalam bidang

pengendalian dana untuk kepentingan persediaan serta fasilitas-fasilitas produksi perusahaan.

Dalam perencanaan jangka panjang ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu

peramalan penjualan jangka panjang dengan estimasi penyimpangannya, serta strategi perusahaan

dalam masalah alokasi dana perusahaan untuk investasi.

Perencanaan Jangka Pendek (Tahunan)

Perencanaan jangka pendek ini merupakan dasar daripada penyusunan skedul produksi. Dalam

perencanaan jangka pendek ini akan disusun perencanaan umum yang mendasarkan diri kepada

fasilitas-fasilitas produksi, yang sudah ada sehubungan dengan perencanaan penjualan perusahaan.

Dalam hal ini penentuan tingkat persediaan untuk keperluan produksi, keseimbangan penjualan,

serta tenaga kerja yang ada sangat perlu diperhatikan.

Skedul Produksi

Dalam penyusunan skedul produksi ini, beberapa hal yang perlu dilakukan pihak PT INALUM

adalah penggunaan fasilitas produksi yang sudah ada, tenaga kerja serta persediaan bahan untuk

memenuhi permintaan konsumen.

Page 12: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

53

Ketiga pelaksanaan pengendalian tersebut kemudian dimasukkan ke AMP (Annual Management

Plan)

Analisa Kebutuhan dan Penggunaan Bahan Baku

Persediaan bahan baku, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku untuk proses

produksi pada waktu yang akan datang. Pihak perusahaan PT INALUM selalu menyediakan bahan

baku dalam sejumlah/besaran fisik, akan tetapi kebutuhan akan bahan baku diperhitungkan atas

dasar peramalan maupun perencanaan sebelumnya. PT INALUM juga memiliki minimum stok,

dimana hal ini dilakukan untuk menghindari kekurangan bahkan kelebihan bahan baku.

Pada umumnya, tingkat penggunaan bahanbaku serta kebutuhan bahan baku untuk proses

produksi pada PT INALUM adalah relative konstan, atau bertambah dengan pertambahan yang

teratur. Sehingga perencanaan produksi perusahaan haruslah disertai dengan dasar tingkat

penggunaan bahan. Dimaksudkan tingkat penggunaan bahan ini adalah seberapa banyak jumlah

dan jenis bahan baku yang dipergunakan untuk memproduksi satu unit produk akhir. Dengan

demikian apabila data perencanaan produksi sudah didapat, manajemen perusahaan segera dapat

menyusun kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi. Adapun tingkat penggunaan

bahan baku PT INALUM untuk tahun 2013 dapat ditulis dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Penggunaan Bahan Baku

ALUMINA 431.073,76 MT

COKE 86.950,00 MT

COAL TAR PITCH 20.783,00 MT

ALUMINIUM FLOURIDE 3.877,07 MT

Sumber: PT INALUM Kuala Tanjung

Prosedur Pembelian Bahan Baku

Sebagaimana diketahui perusahaan di dalam usaha pengadaan bahan baku adalah dengan

melaksanakan pembelian. Dalam hal ini, PT INALUM khususnya bagian pembelian perusahaan

akan bertindak sebagai wakil perusahaan untuk melaksanakan pembelian tersebut, yang akan

berhubungan langsung dengan supplier perusahaan. Walaupun demikian sesuai dengan

pelaksanaan tujuan terpadu dalam perusahaan , maka di dalam melaksanakan pembelian ini, bagian

pembelian hanyalah sebagai pelaksana teknis saja, sedangkan berapa jumlah yang akan dibeli serta

kapan pembelian dilaksanakan secara umum telah digariskan oleh manajemen perusahaan dalam

kebijaksanaan bahan baku perusahaan.

Beberapa kegiatan penting yang dilaksanakan oleh bagian pembelian yang ada di PT INALUM

adalah sebagai berikut:

Menerima daftar permintaan pembelian

Daftar permintaan pembelian dapat dibuat oleh semua bagian yang membutuhkan barang.

Untuk pembelian bahan bakuyang berkepentingan langsung adalah bagian produksi, oleh karena itu

yang menyusun daftar permintaan bahan adalah bagian produksi. Daftar permintaan barang ini

sekaligus memuat informasi tentang apa dan berapa jumlah yang diperlukan untuk dibeli. Kolom

barang yang sudah tersedia selalu disertakan untuk dipergunakan dalam pertimbangan apakah

barang yang akan dibeli tersebut betul-betul diperlukan segera oleh perusahaan ataukah tidak. Dan

kegiatan itu sendiri terlebih dahulu dilakukan olehSmelter Material and Product (SMP), kemudian

kepada bagian Smelter Procurement (SPM)hingga ke bagian Jakarta Procurement (JPM).

Meneliti daftar permintaan pembelian

Dalam hal ini pihak perusahaan akan meneliti terlebih dahulu daftar permintaan pembelian,

terutama yang menyangkut pembelian non rutin. Pihak pembelian akan meminta bantuan staff ahli

dari dalam perusahaan untuk mempertimbangkan pelaksanaan pembelian tersebut, atau bahkan

menolak permintaan pembelian apabila dirasakan pembelian tersebut tidak berguna bagi

perusahaan. Dan yang melakukan penelitian daftar permintaan pembelian ini adalah bagian JPM.

Memilih Supplier (Pemasok)

Page 13: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

54

Dalam melaksanakan pembelian perusahaan akan memilih supplier yang dapat memenuhi

persyaratan perusahaan. Dan PT INALUM telah memiliki pemasok tersendiri, dimana kualitas dan

standar barang telah sesuai dengan persyaratan perusahaan mereka. Kegiatan ini sama halnya

dengan meneliti daftar permintaan pembelian, karena yang langsung memilih supplier untuk

perusahaan adalah bagian JPM. Namun, sebelumnya telah direkomendasikan dahulu dengan bagian

SMP dan SPM.

Memasukkan Order

Kemudian JPM perusahaan memasukkan order kepada pemasok sesuai dengan jumlah barang

yang tertera di dalam permintaan pembelian yang sudah dibuat sebelumnya. Dalam kegiatan order

ini, maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar order tersebut sesuai dengan kebutuhan

perusahaan, supaya bahan baku yang dibutuhkan tidak terlalu banyak ataupun kurang. Karena hal

ini akan sangat berpengaruh pada proses produksi dan juga akan menimbulkan biaya yang cukup

besar. Sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan itu sendiri.

Penyimakan Order

PT INALUM melakukan peninjauan ulang atas order yang telah dikirimkan sebelumnya

kepada pemasok. Sehingga perkembangan pemasok dalam memenuhi order tersebut akan

senantiasa dapat diikuti, dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan dari order perusahaan

dan pengaturan persediaan yang ada dalam perusahaan.

Menerima Barang/Bahan

Pihak perusahaan khususnya departemen penerimaan barangakan memeriksa kembali jumlah

bahan yang sudah diorder sebelumnya, apakah sesuai dengan pesanan serta kualitas yang cukup.

Pencatatan pembelian bahan disusun, serta pembayaran dilaksanakan sesuai dengan jumlah bahan

yang sudah diterima, dengan potongan harga maupun kuantitas.

Pembelian bahan baku pada PT INALUM untuk tahun 2013 dapat ditulis dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel 2. Pembelian Bahan Baku

ALUMINA 439.000 MT

COKE 96.500 MT

COAL TAR PITCH 18.500 MT

ALUMINIUM FLOURIDE 4.000 MT

Sumber: PT INALUM Kuala Tanjung

Pengendalian Kualitas Bahan Baku

Bagi perusahaan-perusahaan yang memproduksikan suatu produk, dimana karakteristik bahan

ini langsung menjadi karakteristik produk , maka kualitas dari bahan baku ini akan sangat besar

pengaruhnya bagi kualitas produk akhir perusahaan. Dengan demikian perlu adanya pengendalian

kualitas bahan baku ini dilakukan lebih teliti dan teratur untuk menjaga kualitas produk akhir.

Langkah-langkah pengendalian yang dilakukan pihak INALUM yaitu:

Seleksi Sumber Bahan

Seleksi ini dilakukan sesuai dengan pengalaman hubungan pada waktu yang lalu dengan pihak

pemasoknya, apakah kualitas bahan baku yang mereka pasarkan sesuai dengan standarisasi,

persentase kerusakan bahan pada saat pengiriman barang dan sebagainya. Atas dasar pengalaman-

pengalaman ini perusahaan dapat memilih supplier yang paling baik untuk perusahaan. Kemudian

mengadakan evaluasi dengan membuat beberapa daftar pertanyaan tentang kebiasaan dan karakter

dari supplier yang bersangkutan serta penelitian kualitas terhadap pemasoknya.

Pemeriksaan Dokumen Pembelian

Yaitu dengan mengadakan pemeriksaan kembali terhadap dokumen-dokumen pembelian yang

ada untuk melihat apakah informasi-informasi yang telah diberikan tersebut betul-betul

dilaksanakan atau tidak. Seperti referensi yang telah diberikan oleh pemasok kepada perusahaan

pada saat bahan tersebut telah diterima oleh perusahaan. Hal-hal yang perlu dilihat kebenarannya

Page 14: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

55

ini adalah tingkat harga bahan, waktu pengiriman, spesifikasi bahan serta kualitas dari bahan itu

sendiri. Dengan demikian perusahaan dapat mengurangi terjadimya masalah-masalah kualitas

bahan pada waktu-waktu berikutnya.

Pemeriksaan Penerimaan Bahan Baku

Pemeriksaan dasar yang dilakukan oleh PT INALUM adalah pemeriksaan dari segi bentuk,

jenis maupun kegunaannya. Kemudian pemeriksaan sampel, dimana hal ini dilaksanakan oleh

karena banyaknya jumlah bahan yang harus diperiksa serta adanya kemungkinan penggunaan

sampel dalam pemeriksaan tersebut. Dengan demikian diharapkan hasil pemeriksaan yang

dilaksanakan cukup memadai disamping biaya pemeriksaan dapat ditekan seminimal mungkin.

Pemeriksaan sampel ini dilaksanakan di laboratorium milik PT INALUM. Dan dari hasil

pemeriksaan tersebut pihak perusahaan membuat catatan pemeriksaan berupa laporan. Dimana hal

ini akan menjadi berguna sebagai sumber informasi dari dalam perusahaan. Pemeriksaan ini

dilakukan oleh departemen penerimaan yang memiliki tugas sebagai berikut:

1. Membongkar bahan baku yang masuk

2. Membandingkan jumlah yang diterima dengan daftar perusahaan perkapalan

3. Mencocokkan bahan baku yang diterima dengan deskripsi dalam pesanan pembelian

4. Membuat laporan penerimaan

5. Memberitahu kepada departemen pembelian mengenai perbedaan yang ditemukan

6. Mengatur pemeriksaan apabila diperlukan

7. Memberitahu kepada departemen pengantaran dan departemen pembelian mengenai kerusakan

yang terjadi selama bahan baku tersebut dalan perjalanan,

8. Mengirimkan bahan baku yang diterima ke lokasi yang sesuai

Penjagaan Gudang Fasilitas Penyimpanan

Setelah bahan baku tersebut diterima, perusahaan pada umumnya segera memasukkan bahan

baku ke dalam gudang-gudang perusahaan atau fasilitas penyimpanan bahan yang lain untuk

menunggu dipergunakan dalam proses produksi. Bagian gudang PT INALUM melakukan

pemeriksaan secara periodik terhadap bahan baku yang disimpan, ini sangat diperlukan untuk

menjaga agar bahan baku ini tidak mengalami penurunan kualitas selama penyimpanan. Beberapa

faktor yang perlu diperhatikan bagian gudang adalah:

1. Penulisan identitas bahan baku dengan jelas bagi masing-masing gudang dan isinya untuk

menjaga agar jangan sampai terjadi kekeliruan bahan atau pencampuran bahan baku.

2. Pembungkusan/pengepakan yang cukup baik agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan selama

masa tunggu tersebut, misalnya penurunan kualitas, penurunan berat, atau kerusakan-kerusakan

yang lain.

3. Pengadaan rotasi pengambilan bahan baku untuk mencegah terjadinya penungguan yang tidak

merata berikut akibat-akibat negative yang lain.

4. Untuk bahan-bahan yang mempunyai batas waktu penggunaan, maka batas waktu tersebut

harus ditulis dengan jelas untuk menjaga agar jangan sampai bahan baku tersebut tidak dapat

dipergunakan lagi oleh karena lewat batas waktu.

Pemeriksaan gudang ini pada umumnya dilaksanakan secara berkala, misalnya sebulan satu

kali atau dua bulan sekali tergantung perusahaan itu sendiri.

KESIMPULAN

Setelah menganalisis dan mengevaluasi sistem pengendalian intern terhadap persediaan bahan baku

pada PT INALUM maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. PT INALUM telah melakukan sistem pengendalian intern pada persediaan bahan bakudengan

baik karena semuanya telah dijelaskan dalam AMP (Annual Management Plan)yaiturencana-

rencanakegiatan yang disusunsebelumtahunfiskalberikutnya. Dalam pelaksanaannya, informasi

dan komunikasi atas persediaan bahan baku secara umum masih memadai untuk mendukung

pengendalian intern. Fungsi-fungsi yang terlibat, prosedur-prosedur, dokumen dan catatan yang

diperlukan dibentuk dan dikoordinasikan sedemikian rupa agar informasi persediaan bahan

baku yang wajar dapat dihasilkan dan dikomunikasikan setiap saat.

Page 15: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

56

2. Pengendalian intern yang dilakukan oleh PT INALUM , Kuala Tanjung sudah cukup efektif

karena:

a. Adanya pemisahan wewenang pada tiap-tiap divisi

b. Adanya pemisahan fungsi diantara karyawan-karyawan khususnya bagian persediaan

bahan baku

c. Supervisor bertanggung jawab atas semua dokumen yang dipranomori

d. Review dilakukan sebelum pendistribusian output

e. Prosedur dan standar telah digunakan dalam pengendalian intern

3. Penyediaanbahanbaku yang ada di PT INALUM telahsesuaidengansistempengendalian intern.

Dimanasemuapihakpembeliankhususnyabagian SMP, AMP dan JPM

telahmenyusunrencanakegiatanpembelian yang disebutdengan AMP (Annual Management

Plan) sebelummemasukitahunfiskalselanjutnya.

4. Pembelianyang dilakukan PT INALUM

padapemasoknyaadalahdenganmenggunakankontrakberjangka 3 tahundenganpemasok yang

ada di luarnegeridankontrakberjangka 1 tahundenganpemasok yang adadalamnegeri.

Saran

Setelah menganalisis dan mengevaluasi sistem pengendalian intern terhadap persediaan bahan baku

pada PT INALUM maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

5. PT INALUM telah melakukan sistem pengendalian intern pada persediaan bahan bakudengan

baik karena semuanya telah dijelaskan dalam AMP (Annual Management Plan)yaiturencana-

rencanakegiatan yang disusunsebelumtahunfiskalberikutnya. Dalam pelaksanaannya, informasi

dan komunikasi atas persediaan bahan baku secara umum masih memadai untuk mendukung

pengendalian intern. Fungsi-fungsi yang terlibat, prosedur-prosedur, dokumen dan catatan yang

diperlukan dibentuk dan dikoordinasikan sedemikian rupa agar informasi persediaan bahan

baku yang wajar dapat dihasilkan dan dikomunikasikan setiap saat.

6. Pengendalian intern yang dilakukan oleh PT INALUM , Kuala Tanjung sudah cukup efektif

karena:

f. Adanya pemisahan wewenang pada tiap-tiap divisi

g. Adanya pemisahan fungsi diantara karyawan-karyawan khususnya bagian persediaan

bahan baku

h. Supervisor bertanggung jawab atas semua dokumen yang dipranomori

i. Review dilakukan sebelum pendistribusian output

j. Prosedur dan standar telah digunakan dalam pengendalian intern

7. Penyediaanbahanbaku yang ada di PT INALUM telahsesuaidengansistempengendalian intern.

Dimanasemuapihakpembeliankhususnyabagian SMP, AMP dan JPM

telahmenyusunrencanakegiatanpembelian yang disebutdengan AMP (Annual

ManagementPlan) sebelummemasukitahunfiskalselanjutnya.

8. Pembelian yang dilakukan PT INALUM pada pemasoknya adalah dengan menggunakan

kontrak berjangka 3 tahun dengan pemasok yang ada di luar negeri dan kontrak berjangka 1

tahun dengan pemasok yang ada dalam negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus. (1981). “Efisiensi persediaan bahan”. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

Baridwan, Zaki. (1992). “Intermediate accounting” Edisi 7. Yogyakarta: BPFE.

Carter William K. (2009). “Akuntansi biaya”. Buku 1. Edisi 14. Jakarta: Salemba Empat.

Hansen, Don R dan M. Mowen. (2001). “Akuntansi manajemen”. Edisi 7. Jakarta:

Salemba Empat.

Heizer, Jay dan Barry Render. (2009). “Manajemen operasi”. Buku 1. Edisi 9. Jakarta:

SalembaEmpat.

Hendriksen, Eldon S dan Nugroho W. (1991). “Teori akuntansi”. Edisi 4. Jilid 2.

Page 16: Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan …suryanusantara.ac.id/images/ptasn/papers/STIE---Vol-II... · 2018-10-03 · Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal

Vol : II No: 10 Juli 2013 Jurankunman (Jurnal Akuntansi dan Manajemen)

57

Jakarta: Salemba Empat.

H.M, Jogiyanto. (1988). “Sistem informasi akuntansi”. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.

Kosasih, Ruchyat. (1981). “Auditing”. Buku 1. Bandung: Ruchko.

Mulyadi. (2008). “Auditing”. Edisi 6. Buku 1 & 2. Jakarta: Salemba Empat.

_______ (1986). “Akuntansi biaya”. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.

Sartono, R. Agus. (1976).”Manajemen keuangan”. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.

Sitohang, Paul. (1990). “Pengantar perencanaan regional”. Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Stice dan Skousen. (2004). “Intermediate accounting”. Edisi 15. Jakarta: Salemba Empat.

Stice dan Skousen. (2009). “Intermediate accounting”. Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat.

Warren, S. Carl, James M. Reeve dan Philip E. (2005).”Pengantar akuntansi”.

Edisi 21. Jakarta: Salemba Empat.