uji daya hambat ekstrak daun belimbing wuluh (averrhoa

75
Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap Streptococcus pyogenes secara In Vitro TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Oleh: Tri Kurnia Lestari NIM : 145070107121008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

Upload: others

Post on 19-Feb-2022

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

bilimbi L.) terhadap Streptococcus pyogenes secara In

Vitro

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

Tri Kurnia Lestari

NIM : 145070107121008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016

Page 2: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

i

Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

bilimbi L.) terhadap Streptococcus pyogenes secara In

Vitro

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

Tri Kurnia Lestari

NIM : 145070107121008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016

Page 3: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
Page 4: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

bimbingan dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

dengan judul “Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Blimbi

L) Terhadap Streptococcus pyogenes Secara In Vitro” Tugas akhir ini dibuat untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran umum.

Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih

yang tak terhingga kepada:

1. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes., yang telah memberikan penulis kesempatan

menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

2. dr. Triwahju Astuti, M.Kes., Sp.P(K), sebagai Ketua Program Studi

Kedokteran yang telah membimbing penulis menuntut ilmu di Program

Studi Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

3. dr. Dewi Erikawati, M.Si. sebagai pembimbing pertama yang telah

memberikan banyak bantuan untuk penelitian ini, yang dengan sabar dan

sepenuh hati membimbing untuk bisa menulis dengan baik, dan senantiasa

memberikan semangat serta doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

4. dr. Aulia Abdul Hamid Abdullah, M. Biomed.Sc.,spM sebagai pembimbing

kedua yang telah membimbing penulis, memberi semangat serta doa

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. dr. Mahono Widayat DAPE, M.Kes sebagai penguji satu yang telah menguji

dan memimpin seminar hasil penelitian dengan sangat baik.

Page 5: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

iv

6. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir FKUB, khususnya Dr.Dra.

Sri Winarsih, Apt,M.Si yang telah membantu penulis dalam penyelesaian

Proposal Tugas Akhir ini.

7. Kepala laboratorium dan jajaran staff di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya.

8. Yang tercinta orang tua serta, Tonny Aribawanto, Wiwiek Sri Widayati, dan

kakak tercinta Dhisa Ari Dwiyanto serta seluruh keluarga besar atas

seluruh kasih sayang dan dukungan selalu kepada penulis, yang selalu

mendoakan penulis.

9. Teman-temanku, Anindita Gatiningrum, Emeralda Mulia Rachma, Anissa

Paranoan, Gati Lingga Kiwari, Priscilla Maiselina, Elisha Destianie, Mita

Permatasari, Nur Amalia, Rizky Paw, Dian Angelina, dan teman-teman

lainnya yang turut membantu dan mendukung dalam penelitian ini.

10. Teman-teman pendidikan dokter angkatan 2014 yang berjuang bersama-

sama dalam pendidikan yang tiada henti ini. Terutaman PD KBI 2014.

11. Semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan Tugas Akhir ini

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.

Akhirnya, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, 09 Januari 2017

Penulis

Page 6: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

v

ABSTRAK

Lestari, T.K. 2017. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

Bilimbi L) Terhadap Streptococcus pyogenes Secara In Vitro. Tugas

Akhir, Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya. Pembimbing: (1) dr. Dewi Erikawati, M.Si. (2) dr. Aulia Abdul

Hamid Abdullah, M. Biomed.Sc.,spM

Streptococcus pyogenes merupakan salah satu mikroba patogen

penyebab penyakit infeksi salah satunya pada manusia. Infeksi yang ditimbulkan

oleh bakteri Streptococcus pyogenes ini dapat terjadi karena adanya interaksi

faktor-faktor virulensi bakteri dengan sel host. Bakteri ini dapat menyebabkan

berbagai macam penyakit, seperti faringitis, impetigo, erysipelas, demam purpura,

scarlet fever. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek

pemberian antimikroba ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Daun belimbing wuluh

mengandung zat-zat aktif antara lain flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid

yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental menggunakan difusi

sumuran dengan konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)

0%, 3,125%, 6,25%, 12.5%, 25%, 50%, dan 100%. Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan zona hambat terkecil terbentuk pada konsentrasi 3,125% dengan

diameter 6,5 mm sedangkan zona hambat terbesar pada konsentrasi 100%

dengan diameter 18,6mm. Hasil uji statistik One-Way ANOVA didapatkan nilai

yang signifikan sebesar 0,000 (p< 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan

efek yang signifikan diantara ketujuh kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil

penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian konsentrasi ekstrak daun

belimbing wuluh memiliki efek yang signifikan dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Streptococcus pyogenes.

Kata kunci: Streptococcus pyogenes, Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.), efek

antimikroba

Page 7: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

vi

ABSTRACT

Lestari, T.K. 2017. Effect of Starfruit Leaves Extract (Averrhoa bilimbi L)

Against Bacteria Streptococcus pyogenes In Vitro. Final Assignment,

Medical Doctor Education Program Faculty of Medicine Brawijaya University.

Supervisor: (1) dr. Dewi Erikawati, M.Si. (2) dr. Aulia Abdul Hamid Abdullah,

M. Biomed.Sc., SpM

Streptococcus pyogenes is one of pathogenic microbes that cause infectious

diseases which also occurs in humans. Infection which caused by Streptococcus

pyogenes bacteria can occur due to the interaction of bacterial virulence factors

with host cells. These bacteria can cause various diseases, such as pharyngitis,

impetigo, erysipelas, purpura fever, scarlet fever. The purpose of this study was to

determine the effect of antimicrobial extract of starfruit leaves (Averrhoa bilimbi L.)

on the growth of Streptococcus pyogenes bacteria. Starfruit leaves (Averrhoa

bilimbi L.) contains active substances such as flavonoids, saponins, tannins,

steroids / triterpenoids that have the ability to inhibit bacterial growth. This research

used experimental design using disc diffusion test with concentration of starfruit

leaves (Averrhoa bilimbi L) extract 0%, 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, and

100%. Based on the research results obtained the smallest inhibition zone formed

at concentrations of 3.125% with a diameter of 6.5 mm while the largest inhibition

zone at 100% concentration with a diameter of 18.6mm. One-Way ANOVA

statistical test results obtained a significant value of 0.000 (p <0.05) which showed

a significant effect difference among the seven concentration groups. Based on

the results of this study, it can be concluded that the concentration of starfruit

leaves extract has a significant effect in inhibiting the growth of Streptococcus

pyogenes bacteria.

Keywords: Streptococcus pyogenes, Starfruit leaf (Averrhoa bilimbiL),

antimicrobial effect

Page 8: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................5

2.1 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) .............................................................5

2.1.1 Taksonomi Tanaman Belimbing Wuluh ................................................5

2.1.2 Tanaman Belimbing Wuluh dalam Masyarakat ....................................6

2.1.3 Kandungan Belimbing Wuluh ................................................................6

2.2 Streptococcus pyogenes ..................................................................................8

2.2.1 Taksonomi .............................................................................................8

2.2.2 Morfologi ................................................................................................9

2.2.3 Struktur Antigen ...................................................................................10

2.2.4 Epidemiologi dan Transmisi Penyakit .................................................10

2.2.5 Patogenesis .........................................................................................11

2.2.6 Manifestasi Klinis .................................................................................11

2.2.7 Kultur ....................................................................................................12

2.2.8 Obat Antibiotik......................................................................................13

Page 9: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

viii

2.2.8.1 Obat Antibiotika sebagai Antimikroba ....................................14

2.2.8.2 Amoxicillin ...............................................................................15

2.2.8.3 Resistensi Mikroba terhadap Obat .........................................16

2.2.9 Uji Kepekaan terhadap Mikroba ..........................................................17

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .........................19

3.1 Kerangka Konsep ...........................................................................................19

3.2 Hipotesis Penelitian ........................................................................................20

BAB 4. METODE PENELITIAN ............................................................................21

4.1 Desain Penelitian ............................................................................................21

4.2 Sampel ............................................................................................................21

4.2.1 Jumlah Sampel ....................................................................................21

4.2.2 Jumlah Pengulangan ...........................................................................22

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................22

4.3.1 Tempat Penelitian ................................................................................22

4.3.2 Waktu Penelitian ..................................................................................23

4.4 Variabel Penelitian ..........................................................................................23

4.4.1 Variabel Bebas.....................................................................................23

4.4.2 Variabel Tergantung ............................................................................23

4.5 Definisi Operasional ........................................................................................23

4.6 Alat dan Bahan................................................................................................24

4.6.1 Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) ......24

4.6.2 Identifikasi Bakteri ................................................................................25

4.6.3 Uji Kepekaan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) ...25

4.7 Prosedur Penelitian .........................................................................................26

4.7.1 Pembuatan Bahan Uji ..........................................................................26

4.7.2 Identifikasi Bakteri Streptococcus pyogenes ......................................27

4.7.3 Suspensi Bakteri Uji .............................................................................28

4.7.4 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ...................29

4.7.5 Penelitian Pendahuluan .......................................................................30

4.7.6 Metode Pengujian Efek Antimikroba (Difusi Sumuran) .......................31

4.7.7 Pengamatan dan Pengukuran .............................................................33

4.8 Skema Prosedur Penelitian ............................................................................34

Page 10: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

ix

4.9 Analisis Data ...................................................................................................35

4.10Jadwal Kegiatan ..............................................................................................36

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ...........................................37

5.1 Hasil Penelitian ...............................................................................................37

5.1.1 Identifikasi Bakteri Streptococcus pyogenes ......................................37

5.1.1.1 Pewarnaan Gram ..................................................................37

5.1.1.2 Penanaman pada Media BAP ..............................................38

5.1.1.3 Tes Bacitracin........................................................................39

5.1.1.4 Hasil Penelitian Pendahuluan Menggunakan Metode Difusi

Sumuran ................................................................................39

5.1.1.5 Hasil Penelitian Inti Menggunakan Metode Difusi Sumuran 41

5.1.1.6 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Pertumbuhan

Bakteri ...................................................................................43

5.2 Analisis Data ...................................................................................................45

5.2.1 Hasil Pengujian Normalitas Data dan Homogenitas ...........................46

5.2.2 Hasil Uji One-Way ANOVA Zona Hambat Pertumbuhan

Bakteri pada Pemberian Ekstrak Daun Belimbing Wuluh 47

5.2.3 Hasil Uji Post Hoc Tukey .....................................................................48

5.2.4 Hasil Uji Korelasi Pearson ...................................................................49

5.2.5 Hasil Uji Regresi ..................................................................................50

BAB 6. PEMBAHASAN ....................................................................................... 52

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 58

7.1 Kesimpulan .................................................................................................... 58

7.2 Saran .............................................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 59

LAMPIRAN ........................................................................................................... 62

Page 11: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

x

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Diameter zona Hambat Pertumbuhan Bakteri

Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap bakteri

Streptococcus pyogenes .....................................................................44

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov pada Ekstrak Daun

Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ................................................46

Tabel 5.3 Hasil Uji Homogenitas Levene pada Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi L.) .............................................................................47

Tabel 5.4 Uji One-Way ANOVA antara Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi L) terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan

Bakteri Streptococcus pyogenes.........................................................48

Tabel 5.5 Hasil Uji Post Hoc Tukey .....................................................................49

Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Pearson Antara peningkatan Ekstrak Daun

Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap Diameter Zona

Hambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes ....................50

Tabel 5.7 Tabel Hasil Regresi .............................................................................51

Page 12: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Blimbi L.) .....................................6

Gambar 2.2 Streptococcus dengan Pewarnaan Gram Perbesaran 100x ............9

Gambar 2.3 Struktur Kimia Amoksisilin ...............................................................16

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Ekstrak Daun Belimbing Wuluh sebagai

Antibakteri ........................................................................................19

Gambar 4.1 Cara Pengukuran Diameter Zona Inhibisi .......................................33

Gambar 4.2 Skema Prosedur Penelitian .............................................................34

Gambar 5.1 Pengecatan Gram Bakteri Streptococcus pyogenes dengan

Perbesaran 100x .............................................................................37

Gambar 5.2 Hasil Tes Katalase Streptococcus pyogenes ..................................38

Gambar 5.3 Penanaman Bakteri Streptococcus pyogenes pada Media BAP ...38

Gambar 5.4 Tes Sensitifitas Cakram Basitrasin terhadap S. pyogenes pada

Media BAP .......................................................................................39

Gambar 5.5 Difusi Sumuran dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun

Belimbing Wuluh ..............................................................................40

Gambar 5.9 Hasil Penelitian Inti Difusi Sumuran Konsentrasi Ekstrak Daun

Belimbing Wuluh 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 0% . 42

Page 13: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

xii

DAFTAR SINGKATAN

BAP : Blood Agar Plate

BHI : Brain Heart Infusion

KBM : Kadar Bunuh Minimal

KHM : Kadar Hambat Minimum

MRSA : Methicillin Resistance Staphylococcus Aureus

NB : Nutrient Broth

OD : Optical Density

Page 14: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Streptococcus pyogenes merupakan salah satu patogen yang banyak

menginfeksi manusia terutama ketika pertahanan tubuh inang menurun atau ketika

organisme tersebut mampu berpenetrasi melewati pertahanan inang yang ada.

Bakteri ini merupakan mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk

menyebabkan berbagai penyakit seperti faringitis, impetigo, endokarditis,

erisipelas, pioderma, demam purpura, necrotizing fasciitis, toxic shock syndrome

dan selulitis (Todar, 2002). Infeksi-infeksi ini dapat berlanjut pada penyakit seperti

scarlet fever, jantung, rematik dan glomerulonephritis akut (Muhaimin et al., 2003).

Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia kasus infeksi oleh S. pyogenes

masih menjadi masalah kesehatan penting. Faringitis dan pyoderma adalah jenis

penyakit yang paling banyak dijumpai pada anak-anak usia sekolah. Puncak

insiden penyakit ini terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun. Karditis dan

glomerulonephritis dilaporkan terjadi pada kurang lebih 5% populasi, terutama jika

pengobatan dengan antibiotik tidak dilakukan (Muhaimin et al., 2003).

Pengobatan terhadap infeksi S. pyogenes yang dilakukan selama ini

adalah menggunakan antibiotik golongan Penicillin, akan tetapi penggunaan

antibiotik menghadapi permasalahan baru dengan ditemukannya galur bakteri

yang resisten terhadap antibiotik tersebut dan kendala lain yang menjadi

hambatan adalah adanya efek samping dari beberapa antibiotik sehingga untuk

mengatasi hal ini dilakukan usaha untuk mencari senyawa baru dalam mengatasi

Page 15: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

2

infeksi S. Pyogenes (Muhaimin et. al.,2003). Tanaman obat telah memainkan

peran penting dalam dunia kesehatan. Terlepas dari kemajuan besar yang diamati

dalam kedokteran modern dalam beberapa dekade terakhir, tanaman masih

membuat kontribusi penting untuk perawatan kesehatan (Calixto et al., 2000).

Penggunaan tanaman obat dan formulasi herbal menjadi pertimbangan untuk

mengurangi efek toksik dan memiliki efek samping yang minimal dibandingkan

dengan obat-obat sintetik (Harlbeistin, 2005).

Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman yang memiliki

banyak manfaat, belimbing wuluh termasuk dalam spesies dari keluarga averrhoa.

Populasi tanaman ini sangat melimpah, karena pada umumnya belimbing wuluh

ditanam dalam bentuk kultur pekarangan sebagai usaha sambilan atau tanaman

peneduh di halaman rumah. Kelebihan tanaman ini adalah salah satu jenis

tanaman tropis yang dapat berbuah sepanjang tahun (Mukhlisoh, 2010).

Daun belimbing wuluh secara umum dapat dijadikan obat sebagai obat

encok, diabetes, sakit perut, rematik, penurun panas dan obat gondok karena di

dalamnya terdapat zat-zat aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

(Monalisa, 2012). Zat-zat aktif yang terkandung dalam daun belimbing wuluh

antara lain flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid. Zat-zat aktif ini

berdasarkan beberapa hasil penelitian mempunyai kemampuan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri (Lidyawati et. al.,2006)

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melihat aktivitas

antibakteri yang dimiliki ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

terhadap Streptococcus pyogenes.

Page 16: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

3

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah

yaitu :

Apakah pengaruh pemberian ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa

bilimbi L.) memiliki efek antimikroba terhadap bakteri Strreptococcus pyogenes

secara in vitro?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum :

Untuk mengetahui efek pemberian antimikroba ekstrak daun belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes

Tujuan khusus :

Untuk mengetahui hubungan antara kenaikan konsentrasi ekstrak daun belimbing

wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat umum :

1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemanfaatan

ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap

Streptococcus pyogenes

Page 17: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

4

2. Menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan tentang

pengunaan bahan alam sebagai antimikroba.

Manfaat khusus :

1. Memberi sumber informasi pada masyarakat luas, tentang manfaat daun

belimbing wuluh sebagai pengobatan alternatif.

2. Mengembangkan potensi pendayagunaan tanaman obat berkhasiat

yang ada di Indonesia

Page 18: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

2.1.1 Taksonomi Tanaman Belimbing Wuluh

Klasifikasi ilmiah tanaman belimbing wuluh adalah:

Kingdom : Plantae,

Subkingdom : Tracheobionta,

Superdivisio : Spermatophyta,

Divisio : Magnoliophyta,

Kelas : Magnoliopsida,

Sub-kelas : Rosidae,

Ordo : Geraniales,

Familia : Oxalidaceae,

Genus : Averrhoa,

Spesies : Averrhoa bilimbi L

(Parikesit, 2011)

Page 19: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

6

Gambar 2.1 Daun Belimbing Wuluh

(Djamaludin, 2011)

2.1.2 Tanaman Belimbing Wuluh dalam Masyarakat

Tanaman di Indonesia banyak yang bisa memberi manfaat untuk

kehidupan, salah satu diantaranya adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi

L.). Belimbing wuluh merupakan salah satu spesies dalam famili Averrhoa yang

tumbuh di daerah ketinggian hingga 500 m di atas permukaan laut dan dapat

ditemui di tempat yang banyak terkena sinar matahari langsung tetapi cukup

lembab. Pada umumnya belimbing wuluh ditanam dalam bentuk tanaman

pekarangan yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan atau tanaman peneduh di

halaman rumah, Belimbing wuluh juga merupakan tanaman obat tradisional yang

sudah sangat dikenal dalam masyarakat dan tanaman ini mudah didapatkan.

(Parikesit, 2011).

2.1.3 Kandungan Belimbing Wuluh

Kandungan kimia yang bisa didapatkan pada daun belimbing wuluh antara

lain flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid yang memiliki khasiat sebagai

Page 20: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

7

antibakteri dan kadar senyawa aktif tertinggi terdapat pada bagian daun (Lidyawati

et al.,2006).

Senyawa aktif flavonoid di dalam daun belimbing wuluh memiliki

kemampuan membentuk kompleks dengan protein bakteri melalui ikatan hidrogen.

Keadaan ini menyebabkan struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri

yang mengandung protein menjadi tidak stabil sehingga sel bakteri menjadi

kehilangan aktivitas biologinya. Selanjutnya, fungsi permeabilitas sel bakteri akan

terganggu dan sel bakteri akan mengalami lisis yang berakibat pada kematian sel

bakteri (Mukhlisoh, 2010).

Mekanisme saponin sebagai agen antibakteri adalah dengan cara

berinteraksi dengan kolesterol pada membran sel dan menyebabkan membran sel

mengalami modifikasi lipid yang akan mengganggu kemampuan bakteri untuk

berinteraksi dengan membran yang sudah mengalami modifikasi tersebut.

Terganggunya interaksi antara bakteri dengan membrane selnya akan

menyebabkan kemampuan bakteri untuk merusak atau berinteraksi dengan host

akan terganggu. Ketika membran sel terganggu, zat antibakteri akan dapat dengan

mudah masuk ke dalam sel dan akan mengganggu metabolisme hingga akhirnya

terjadilah kematian bakteri (Karlina, 2013).

Senyawa tanin merupakan senyawa turunan fenol yang secara umum

mekanisme antimikrobanya dari senyawa fenol. Tanin merupakan growth inhibitor,

sehingga banyak mikroorganisme yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh

tanin. Tanin mempunyai target pada polipeptida dinding sel (Mukhlisoh, 2010).

Mekanisme aktivitas antimikroba dari triterpenoid dengan merusak fraksi

lipid membran sitoplasma, sehingga akan mengganggu proses terbentuknya

Page 21: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

8

membran atau dinding sel. Sebagai akibatnya membran atau dinding sel tidak

terbentuk atau terbentuk tidak sempurna (Mukhlisoh, 2010). Pada sel daun

belimbing wuluh terdapat cairan vakuola dimana pada vakuola tersebut

terkandung air, zat seperti gula, garam, protein, alkaloid dan zat warna. Selain itu,

secara ilmiah daun belimbing wuluh juga mengandung senyawa peroksida yang

dapat berguna sebagai antipiretik, dimana peroksida merupakan senyawa

pengoksidasi dan bekerja tergantung pada pelepasan oksigen aktif (Lidyawati,

et.al., 2006).

2.2 Streptococcus pyogenes

2.2.1 Taksonomi

Streptococcus merupakan bakteri gram-positif berbentuk bulat, dengan

susunan rantai. Beberapa Streptococcus merupakan flora normal manusia tetapi

lainnya bisa bersifat patogen pada manusia. Ada 20 spesies diantaranya ;

Streptococcus pyogenes, Streptococcus agalactiae, dan jenis Enterococcus

(Brooks,2010).

Berikut dibawah ini taksonomi dari Streptococcus pyogenes ;

Kingdom : Bacteriae

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Bangsa : Lactobacillales

Suku : Streptococcaceae

Marga : Streptococcus

Spesies : Streptococcus pyogenes

(Brooks, 2010)

Page 22: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

9

2.2.2 Morfologi

Streptococcus pyogenes merupakan bakteri Gram positif, berbentuk kokus

dengan diameter 0.5-1 μm dan tersusun seperti rantai. Streptococcus sp. dibagi 3

golongan berdasarkan hemolisisnya dalam darah (1) alfa hemolitik yang

merupakan hemolisis sebagian, (2) beta hemolitik (hemolysis seluruhnya), (3)

gamma hemolitik yang tidak menghemolisis. Streptococcus pyogenes bersifat β

hemolitik dan menghasilkan zona hemolisis total di sekitar koloni dan membentuk

zona terang bila ditanam pada media agar darah. Streptococcus pyogenes bersifat

anaerob fakultatif, nonmotil, tidak berspora, dan tumbuh optimum pada suhu 37ºC

dengan pH 7,4-7,6. Bakteri ini akan mati dalam suhu 50ºC dalam waktu 10 menit

dan dapat hidup dalam waktu 10-14 hari pada media biasa dengan suhu ruangan

dan dapat tetap hidup bertahun-tahun tanpa berubah sifat virulensinya (Staf

pengajar FKUI, 1994)

Gambar 2.2 Streptococcus yang ditumbuhkan dalam kultur darah memperlihatkan bentuk

kokus gram-positif yang tersusun dalam susunan seperti rantai dengan pewarnaan Gram

perbesaran 100x

(Brooks, 2010)

Page 23: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

10

2.2.3 Strukur Antigen

Struktur antigen pada Streptococcus pyogenes, antara lain :

a. Protein M

Merupakan faktor virulensi terbesar pada Streptococcus pyogenes.

Berbentuk seperti rambut-rambut halus pada dinding sel. Saat protein M

ada pada dinding sel, bakteri ini menjadi virulen dan dapat menahan

fagositosis dari sel-sel polimorfonuklear.

b. Substansi T

Substansi T bersifat labil terhadap asam dan panas. Substansi T dihasilkan

oleh Streptococcus melalui pencernaan protein proteolitik yang dengan

cepat menghancurkan protein M. Substansi T memungkinkan diferensiasi

tipe Streptococcus tertentu.

c. Nukleoprotein

Ekstraksi streptococcus dengan basa lemah menghasilkan

campuran protein dan substansi lain dengan spesifisitas serologis yang

rendah, dikenal sebagai substansi P yang mungkin menyusun sebagian

besar badan sel Streptococcus. (Brooks, 2010)

2.2.4 Epidemiologi dan Transmisi Penyakit

Streptococcus pyogenes merupakan salah satu patogen yang banyak

menginfeksi manusia. Diperkirakan 5-15% individu normal memiliki bakteri ini dan

biasanya terdapat pada saluran pernafasan, namun tidak menimbulkan gejala

penyakit. S. pyogenes dapat menginfeksi ketika pertahanan tubuh inang menurun

atau ketika organisme tersebut mampu berpenetrasi melewati pertahanan inang

Page 24: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

11

yang ada. Bila bakteri ini tersebar sampai ke jaringan yang rentan, maka infeksi

supuratif dapat terjadi. Infeksi ini dapat berupa faringitis, tonsilitis, impetigo dan

demam scarlet. Streptococcus pyogenes juga dapat menyebabkan penyakit

invasif seperti infeksi tulang, necrotizing fasciitis, radang otot, meningitis dan

endokarditis (Cunningham, 2000).

2.2.5 Patogenesis

Streptococcus pyogenes tersebar luas pada manusia, Streptococcus

pyogenes berkolonisasi di tenggorokan dan kulit manusia dimana bakteri tersebut

membentuk mekanisme virulensi yang kompleks untuk melawan sistem

pertahanan tubuh. Streptococcus pyogenes dapat menyebabkan infeksi

superfisial atau sistemik berdasarkan toksin dan respon imun yang memerantarai

mekanisme timbulnya penyakit. Selain itu Streptococcus pyogenes juga berkaitan

dengan infeksi sistemik dan invasif khususnya bakterimia, sepsis, infeksi jaringan

lunak dalam seperti erysipelas, selulitis, dan fasciitis nekrotik. Manifestasi yang

lebih jarang yaitu myositis, osteomyelitis, septic arthritis, pneumonia, meningitis,

endocarditis, pericarditis dan infeksi neonatal berat akibat transmisi intrapartum.

Komplikasi nonsupuratif dapat terjadi berupa poststreptococcal glomerulonephritis

dan acute rheumatic fever, yang terjadi setelah infeksi faringitis dan infeksi kulit

akibat Streptococcus pyogenes (Mukti, 2008).

2.2.6 Manifestasi Klinis

Beberapa penyakit yang ditandai karena adanya invasi oleh bakteri Group

A Beta-haemolitic Streptococcus pyogenes adalah sebagai berikut :

Page 25: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

12

1) Erysipelas

Erysipelas merupakan bentuk selulitis superfisial yang mengenai

pembuluh limfe dan disebabkan oleh bakteri Streptococcus yang masuk melalui

kulit, dapat disertai pembengkakan edema massif yang keras dan tepi infeksi yang

cepat meluas.

2) Selulitis

Selulitis merupakan inflamasi supuratif yang terjadi karena invasi bakteri

Streptococcus. Infeksi dapat terjadi karena trauma ringan, luka bakar atau luka

bedah. Tanda-tandanya nyeri, keras, bengkak dan erythema. Selulitis dapat

dibedakan dari erysipelas dengan dua tanda klinis yaitu pada selulitis lesi tidak

menonjol dan batas antara jaringan yang terinfeksi dengan jaringan yang tidak

terinfeksi tidak tampak / tidak jelas.

3) Demam Puerperal

Bakteri Streptococcus yang masuk melalui uterus menimbulkan

demam puerperal yang secara esensial merupakan suatu septicemia yang berasal

dari luka yang terinfeksi (endometritis).

4) Sepsis

Sepsis merupakan infeksi yang bisa disebabkan akibat trauma atau luka

setelah pembedahan (surgical scarlet fever), sepsis dapat dipicu oleh infeksi di

bagian manapun dari tubuh, namun daerah infeksi yang paling sering

menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran kemih, perut, dan panggul. Sepsis

dapat mengarah pada sepsis berat (disfungsi organ akut pada curiga infeksi) dan

syok septik. Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri oleh Streptococcus.

Page 26: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

13

5) Demam rematik

Demam rematik merupakan salah satu kelainan yang paling berat dari

infeksi Streptococcus group A. Kondisi demam rematik biasanya didahului oleh

infeksi Streptococcus group A yang terjadi selama 1-4 minggu sebelumnya. Jika

tidak diobati dengan baik, bakteri ini dapat masuk ke dalam katub-katub jantung

dan menyebabkan kelainan jantung.

6) Faringitis

Faringitis ialah infeksi yang paling sering terjadi disebabkan

oleh Streptococcus pyogenes. Bakteri ini melekat pada kulit epitel faring dengan

bantuan asam lipoteikoat yang terdapat pada permukaan pili.

7) Glomerulonefritis akut

Penyakit ini terkadang timbul 1-4 minggu setelah infeksi kulit oleh S.

pyogenes. Glomerulonefritis dapat dipicu oleh kompleks antigen-antibodi pada

membran basal glomerulus. Antigen terpenting mungkin terdapat di dalam

membran protoplasma Streptococcus.

(Brooks, 2010)

2.2.7 Kultur

Pertumbuhan Streptococcus cenderung buruk pada medium padat atau

dalam kaldu, kecuali diperkaya dengan darah atau cairan jaringan. Kebutuhan

nutritif bervariasi, patogen pada manusia adalah yang memiliki kebutuhan nutrisi

paling banyak, memerlukan beragam faktor pertumbuhan. Sebagian besar

Streptococcus hemolitik patogen tumbuh paling baik pada suhu 37oC dan

Page 27: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

14

sebagian besar merupakan organisme anaerob fakultatif, serta tumbuh pada

kondisi aerobik dan anaerobik (Brooks, 2010).

2.2.8 Obat Antibiotik

Antibiotik merupakan komponen yang dapat digunakan untuk mengobati

penyakit termasuk yang disebabkan oleh mikroba, dalam penggunaan sistemik

diperlukan sifat toksisitas selektif yang tinggi, dimana antibiotik tersebut toksik

terhadap mikroba, tetapi relatif tidak toksik terhadap tubuh inang/hospes.

Berdasarkan daya kerjanya terdapat dua penggolongan, yaitu Bakterisidal,

antibiotika yang secara aktif mematikan kuman/mikroba (penisilin, sefalosporin,

kotrimoksazol, dll) dan Bakteriostatika, antibiotika yang bekerja dengan mencegah

atau menghambat pertumbuhan kuman, namun tidak membunuhnya, sehingga

lebih mengandalkan sistem pertahanan tubuh (sulfonamida, tetrasiklin,

kloramfenikol, eritromisin, dll). Selain itu, penggolongan antibiotik juga dibedakan

berdasarkan spektrum kerjanya yaitu spektrum luas dan spektrum sempit.

Antimikroba spektrum luas bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba

yaitu bakteri gram positif dan gram negative sedangkan antimikroba spektrum

sempit bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri

gram positif atau gram negatif saja. (Muniz et. al., 2007)

2.2.8.1 Obat Antibiotika sebagai Antimikroba

Obat antimikroba yang digunakan untuk mengatasi infeksi oleh bakteri

terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu;

Page 28: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

15

Golongan Penisilin

Senyawa penisilin merupakan senyawa yang bersifat bakteriosidik, yang aktif

terhadap berbagai jenis bakteri aerob dan anaerob. Penisilin G merupakan obat

pilihan terhadap bakteri kokus Gram positif seperti Streptococcus, pneumokokus,

Clostridium, dan Spirokheta.

Golongan Sefalosporin

Sefalosporin merupakan golongan yang bersifat bakterisidik dan memiliki

spektrum luas. Sefalosporin generasi I seperti Sefaleksin, sefradin, sefalotin

merupakan salah satu generasi yang sangat aktif terhadap kokus Gram positif.

Selain itu juga terdapat Sefalosporin generasi II, III, dan IV yang juga memiliki

aktivitas antibakteri.

Golongan Imipenem

Senyawa golongan karbapenem aktif terhadap hampir semua bakteri aerob dan

anaerob, tetapi inakif terhadap MRSA dan Xantomonas maltophilla, biasanya

digunakan hanya untuk bakteri yang multiresisten.

Golongan Vankomisin

Senyawa golongan vankomisin hanya aktif terhadap bakteri Gram positif, dan

termasuk dalam obat pilihan untuk infeksi MRSA (Noorhamdani et al., 2015).

2.2.8.2 Amoxicillin

Amoksisilin adalah salah satu senyawa antibiotik golongan beta-laktam

dan memiliki nama kimia alfa-amino-hidroksilbenzil-penisilin. Obat ini awalnya

dikembangkan memiliki keuntungan lebih dibandingkan ampisilin yaitu dapat

Page 29: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

16

diabsorpsi lebih baik di traktus gastrointestinal. Obat ini tersedia dalam bentuk

amoksisilin trihidrat untuk administrasi oral dan amoksisilin sodium untuk

penggunaan parenteral (Grayson, 2010). Secara kimiawi, amoksisilin adalah asam

(2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-Amino-2-(4-hidroksifenil) asetil] amino]- 3,3 - dimetil- 7-

okso - 4- tia - 1 - aza - bisiklo [3.2.0]heptan-2 karboksilat (Kaur et al., 2011).

Gambar 2.3 Struktur Kimia Amoksisilin (Kaur et al., 2011)

2.2.8.3 Resistensi Mikroba terhadap Obat

Penggunaan antibiotik sebagai antimikroba juga dapat menimbulkan

beberapa mekanisme yang menyebabkan populasi bakteri menjadi resisten,

antara lain;

1. Mikroba memproduksi enzim yang merusak obat, sebagai contoh kemampuan dari

bakteri memproduksi enzim beta laktamase yang memecah cincin beta laktam dari

obat golongan penisilin

2. Mikroba merubah permeabilitas membran sel

3. Mikroba merubah struktur target terhadap obat, sebagai contoh saat adanya

resistensi terhadap obat golongan aminoglikosida, eritromisin oleh karena terjadi

perubahan pada struktur ribosom.

Page 30: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

17

4. Mikroba mengembangkan enzim yang tetap berfungsi untuk metabolismenya,

tetapi tidak dipengaruhi oleh obat.

5. Mikroba memperbesar produksi bahan metabolit. (Noorhamdani et. al., 2015)

Penggunaan obat antimikroba yang resisten dapat diinduksi oleh beberapa

hal praktis, seperti overuse atau misuse oleh para dokter, penggunaan antibiotik

secara bebas untuk pengobatan common cold, kegagalan penderita

menyelesaikan regimen pengobatan, penggunaan dalam waktu lama, dan lain-lain

(Noorhamdani et al., 2015).

2.2.9 Uji Kepekaan terhadap Antimikroba

Uji kepekaan bakteri bertujuan untuk mengetahui obat antimikroba yang

masih dapat digunakan untuk mengatasi infeksi oleh mikroba tersebut. Uji

kepekaan terhadap antimikroba dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :

1. Metode dilusi tabung

2. Metode difusi cakram

Metode Dilusi

Metode ini digunakan untuk menentukan KHM (Kadar Hambat Minimum)

dan KBM (Kadar Bunuh Minimal) dari obat antimikroba. Prinsip yang digunakan

adalah dengan menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan

sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Masing-masing tabung diisi dengan obat

yang telah diencerkan secara serial dengan inkubasi pada suhu 37oC selama 18-

24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung yang ditunjukkan dengan

hasil biakan yang mulai tampak jernih atau tidak ada pertumbuhan mikroba adalah

Page 31: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

18

KHM dari antibakteri. Selanjutnya biakan diinokulasi pada media agar padat lalu

diamati. Konsentrasi obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak

adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji

(Noorhamdani et al., 2015).

Metode Difusi Cakram

Prinsip dari metode difusi cakram adalah dengan menjenuhkan obat ke

dalam kertas saring (cakram kertas). Cakram kertas yang mengandung obat

tertentu ditanam pada media pembenihan agar padat yang telah dicampur dengan

mikroba yang diuji, kemudian diinkubasi 37oC selama 18-24 jam, kemudian

perhatikan area zona jernih yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan

mikroba. Untuk mengevaluasi hasil uji kepekaan tersebut dapat dilakukan dua cara

yaitu cara Kirby Bauer dan Joan-Stokes (Noorhamdani et. al., 2015).

Page 32: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

19

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka konsep ekstrak daun belimbing wuluh sebagai antibakteri

Keterangan :

: Menghambat atau merusak

Tegangan

dinding sel Permeabilitas

sel

Proses pembentukan

dinding sel

Daun belimbing wuluh

Ekstrak daun belimbing wuluh

Tanin Saponin Flavonoid steroid/ triterpenoid

Permeabilitas

sel

Pertumbuhan bakteri Streptococcus

pyogenes

Page 33: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

20

Zat dalam ekstrak daun belimbing wuluh yang mempunyai aktivitas

antimikroba adalah flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid. Flavonoid

memiliki mekanisme yang memberikan efek antibakteri, dengan cara mengganggu

fungsi struktur dinding sel bakteri sehingga menjadi tidak stabil, dan menyebabkan

dinding sel bakteri mengalami penurunan permeabilitas sel. Saponin dapat

menekan pertumbuhan dari bakteri karena senyawa tersebut dapat menurunkan

tegangan permukaan dinding sel, maka saat tegangan permukaan bakteri

terganggu zat antibakteri akan masuk dengan mudah ke dalam sel dan akan

mengganggu metabolisme hingga akhirnya lisis dan terjadi kematian pada bakteri.

Tanin berperan dalam mengerutkan dinding sel bakteri yang dapat mengganggu

permeabilitas sel sehingga aktivitas hidup tidak dapat dilakukan sehingga sel akan

terhambat pertumbuhannya. Steroid/Triterpenoid bekerja sebagai antibakteri

dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel

sehingga dinding sel pun tidak terbentuk secara sempurna.

3.2 Hipotesis Penelitian

Ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes

Page 34: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

21

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode true experimental design dengan post

test only control group design terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes

setelah perlakuan pemberian ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun

belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap bakteri Streptococcus pyogenes

secara in vitro dan perbandingannya dengan amoxicillin sebagai medikamentosa

dengan metode difusi sumuran.

4.2 Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah bakteri Streptococcus

pyogenes yang diambil dari stok bakteri milik Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya.

4.2.1 Jumlah Sampel

Peneliti menggunakan ekstrak dengan konsentrasi 0%, 3,125%, 6,25%,

12,5%, 25% 50%, dan 100%

Page 35: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

22

4.2.2 Jumlah Pengulangan

Jumlah pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

rumus (Solimun, 2001) :

p(n-1) ≥ 15

Keterangan

p = jumlah perlakuan yang dilakukan

n = jumlah pengulangan tiap perlakuan

Dalam penelitian ini digunakan 7 konsentrasi berbeda dari ekstrak daun

belimbing (Averrhoa bilimbi L.), maka :

p (n-1) ≥ 15

7 (n-1) ≥ 15

7n – 7 ≥ 15

7n ≥ 22

n ≥ 3,14 ( dibulatkan keatas menjadi 4)

Jumlah perlakuan ulang (n) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 kali

pengulangan.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Brawijaya Malang.

Page 36: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

23

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari-juni 2017.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak daun

belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yaitu 0%, 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50%,

dan 100%.

4.4.2 Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah diameter zona inhibisi yang

tampak di sekitar lubang sumuran yang telah diinokulasi oleh bakteri

Streptococcus pyogenes.

4.5 Definisi Operasional

Di dalam penelitian ini ada beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu:

a. Sediaan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang diekstrak

melalui metode maserasi dengan pelarut etanol di Batu Materia Medika

(BMM) berwarna hijau gelap, pekat, dan keruh.

b. Streptococcus pyogenes yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

bakteri Streptococcus pyogenes yang dimiliki oleh Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Streptococcus

pyogenes merupakan bakteri gram positif, nonmotil, tidak berspora,

membentuk coccus, susunan rantai, berdiameter 0,6-1,0 mm dan

Page 37: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

24

digolongkan ke dalam bakteri hemolitik β sehingga membentuk zona

terang bila ditumbuhkan dalam media agar darah.

c. Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 0%, 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 100%,

d. Kontrol positif pada penelitian adalah kelompok perlakuan yang dengan

pemberian antibiotik Amoxicillin, sedangkan kontrol negatif adalah

kelompok perlakuan tanpa pemberian konsentrasi ekstrak antibakteri

(Aquades).

4.6 Alat dan Bahan

4.6.1 Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilmbi L)

Blender

Penimbang

Kertas Saring

Tabung ekstraksi

Pengaduk

Rotary evaporator

Alat pemanas air

Labu penampung hasil evaporasi

Tabung pendingin

Pompa sirkulasi air dingin

Bak penampung air dingin

Pipa plastik

Pipa vakum

Penampung hasil penguapan

Page 38: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

25

Oven

Labu penampung ekstrak

4.6.2 Identifikasi Bakteri

1. Alat

Ose

Tabung reaksi

Mikroskop

Kertas penghisap

Minyak emersi

Lampu spirtus

2. Bahan

Isolat Streptococcus pyogenes

BHI broth

Object Glass

Kristal violet

Akuades

Larutan lugol

Alkohol 96%

Safranin

4.6.3 Uji Kepekaan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L)

1. Alat

Plate kosong dan steril

Mikropipet steril ukuran 10μl

Inkubator

Page 39: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

26

Lampu spirtus

Vorteks

Pelubang sumuran

Jangka Sorong

2. Bahan

Perbenihan cair bakteri Streptococcus pyogenes

Ekstrak daun belimbing wuluh

Akuades

BHI Agar

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Pembuatan Bahan Uji

Bahan uji diperoleh melalui proses ekstraksi, sebagai berikut :

Daun belimbing wuluh dihaluskan menggunakan blender. Setelah

halus, ditimbang lalu dibungkus menggunakan kertas saring.

Isi kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam tabung ekstraktor.

Menuangkan etanol ke dalam tabung ekstraksi sampai tumpah ke

dalam labu lalu ditambah lagi etanol setengahnya.

Labu yang telah berisi pelarut etanol dipanaskan hingga mendidih

dengan suhu 78,5°C.

Proses terjadinya sirkulasi kontinyu pelarut etanol diamati hingga

semua ekstraksi dianggap telah terekstraksi.

Hasil ekstraksi lalu dievaporasi. Dari proses tersebut didapatkan

ekstrak daun belimbing wuluh.

Page 40: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

27

4.7.2 Identifikasi Bakteri Streptococcus pyogenes

Sebelum digunakan dalam penelitian, Streptococcus pyogenes yang akan

digunakan harus diidentifikasi ulang. Identifikasi yang dilakukan meliputi

pewarnaan Gram, kultur diferensiasi pada media Blood Agar Plate (BAP), tes

katalase, tes bacitracin.

A. Prosedur pewarnaan Gram :

1. Dibuat sediaan (slide), dikeringkan di udara kemudian dilakukan fiksasi.

2. Sediaan dituangi Kristal violet dan dibiarkan selama 1 menit.

3. Sisa bahan pewarna dibuang dan dibilang dengan air.

4. Sediaan dituangi larutan lugol sebagai mordant, dibiarkan selama 1 menit.

5. Sisa lugol dibuang dan dibilas dengan air.

6. Sediaan dituangi alkohol 96% sebagai peluntur selama 5-10 detik.

7. Sisa alkohol dibuang dan dibilas dengan air.

8. Sediaan dituangi safranin sebagai warna pembanding selama 30 detik.

9. Sisa safranin dibuang dan dibilas dengan air.

10. Sediaan dikeringkan dengan kertas penghisap, ditetesi minyak imersi .dan

dilihat di bawah mikroskop dengan lensa obyektif pembesaran 100x.

11. Streptococcus pyogenes akan menghasilkan gram positif dengan bentuk

kokus berderet seperti rantai. (Jason, 2009).

B. Tes Katalase

1. Meletakkan koloni kuman pada gelas objek.

2. Sediaan tersebut ditetesi H₂O₂ 3%.

3. Memperhatikan ada tidaknya gelembung udara yang terjadi. Bila terjadi

gelembung udara, maka katalase positif.

Page 41: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

28

4. Streptococcus pyogenes menunjukkan reaksi katalase negatif karena tidak

adanya gelembung-gelembung udara. (Steven, 2004).

C. Prosedur penanaman pada medium BAP

1. Bakteri yang diuji di-streaking pada meda BAP untuk melihat hemolytic

type, diinkubasi pada suhu 37o C selama 18-24 jam.

2. Dari inkubasi tersebut amati koloni bakteri, akan terbentuk zona bening di

sekeliling koloninya, tak ada sel darah merah yang masih utuh,

menandakan tipe hemolitik β (betha), yang merupakan sifat dari

Streptococcus pyogenes. (Ruoff, 1999).

D. Tes Bacitracin

1. Media Blood Agar Plate (BAP) yang telah diinokulasi bakteri ditempeli

cakram basitrasin, kemudian diinkubasi pada suhu 37o C selama 18-24

jam.

2. Zona inhibisi di sekitar cakram menunjukan adanya pertumbuhan koloni

bakteri Streptococcus pyogenes.(Winn, 2006).

4.7.3 Suspensi Bakteri Uji

Persiapan suspensi uji Streptococcus pyogenes ( 106 CFU/ml ) adalah sebagai

berikut :

1. Suspensi bakteri pada Mueller Hinton Broth Dilakukan spektrofotometri dengan

panjang gelombang 625 nm untuk mengetahui OD (Optical Density) dari

suspensi tersebut.

Page 42: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

29

2. Dilakukan spektrofotometri dengan panjang gelombang 625 nm untuk

mengetahui OD (Optical Density) dari suspensi.

3. Untuk mendapatkan konsentrasi bakteri sebesar 108 CFU/ml (sesuai standar

McFarland 0.5) yang setara dengan OD=0.1 maka dilakukan perhitungan

sebagai berikut :

Keterangan :

N1 = hasil spektrofotometri

V1 = Volume bakteri yang akan ditambah pengencer

N2 = OD ( 0,1 setara 108 CFU/ml)

V2 = volume suspensi bakteri uji ( 10ml)

Hasil yang didapat dari spektrofotometri (108 CFU/ml) selanjutnya diencerkan

sebanyak 100x dengan menggunakan NB (nutrient broth) sehingga diperoleh

suspensi dengan konsentrasi bakteri 106 CFU/ml.

4.7.4 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

Cara menentukan konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh adalah :

𝑋 = 𝑉 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘

𝑉 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 + 𝑉 𝑎𝑔𝑎𝑟

X = konsentrasi daun belimbing wuluh yang digunakan dalam BHI Broth

V = volume

N1 X V1 = N2 X V2

Page 43: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

30

Diasumsikan volume total dari BHI broth sebesar 10 ml. Konsentrasi

ekstrak yang digunakan dalam percobaan adalah 0%, 3,125%, 6,25%, 12,5%,

25%, 50% dan 100% dengan studi eksplorasi lebih lanjut.

1. Untuk mendapatkan konsentrasi akhir ekstrak daun belimbing wuluh 3,125%

dibutuhkan 0,3125 ml ekstrak daun belimbing wuluh dan 9,6875 ml BHI Broth

2. Untuk mendapatkan konsentrasi akhir ekstrak daun belimbing wuluh 6,5%

dibutuhkan 0,625 ml ekstrak daun belimbing wuluh dan 9,375 ml BHI Broth

3. Untuk mendapatkan konsentrasi akhir ekstrak daun belimbing wuluh 12,5%

dibutuhkan 1,25 ml ekstrak daun belimbing wuluh dan 8,75 ml BHI Broth

4. Untuk mendapatkan konsentrasi akhir ekstrak daun belimbing wuluh 25%

dibutuhkan 2.5 ml ekstrak daun belimbing wuluh dan 7.5 ml BHI Broth

5. Untuk mendapatkan konsentrasi akhir ekstrak daun belimbing wuluh 50%

dibutuhkan 5 ml ekstrak daun belimbing wuluh dan 5 ml BHI Broth

6. Untuk mendapatkan konsentrasi akhir ekstrak daun belimbing wuluh 100%

dibutuhkan 10 ml ekstrak daun belimbing wuluh dan 0 ml BHI Broth

4.7.5 Penelitian Pendahuluan

Penelitian ini digunakan metode difusi sumuran dengan melakukan

pengukuran zona inhibisi yang diukur menggunakan jangka sorong di sekitar

sumuran yang berisi ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L). Cawan

petri yang terinokulasi dengan Streptococcus pyogenes pada media kemudian

diberi bahan uji konsentrasi 3.125%, 6.25%, 12.5%, 25%, 50%,100%, dan

akuades sebagai kontrol negatif. Tahapan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Page 44: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

31

1. Sebanyak 1 ml bakteri diambil dengan menggunakan mikropipet kemudian

dituangkan pada cawan petri sebanyak 14 ml dan plate diputar secara perlahan

agar bakteri dan media menjadi homogen.

2. Setelah suspensi bakteri dan media bercampur dengan baik dan medium telah

mengeras, pada cawan petri dibuat 7 lubang sumuran dengan diameter 5 mm

menggunakan perforator steril.

3. Masing-masing lubang sumuran pada cawan petri diisi dengan konsentrasi yang

berbeda berisi 40µl akuades sebagai kontrol negatif, larutan ekstrak daun

belimbing wuluh dengan konsentrasi 3.125%, 6.25%, 12.5%, 25%, 50%, 100%,

dan antibiotik amoxicillin 10µl sebagai kontrol positif

4. Setelah semua lubang berisi larutan perlakuan, cawan petri dimasukkan

kedalam inkubator dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37ºC. Setelah

inkubasi, zona inhibisi yang terbentuk dapat diukur dengan menggunakan jangka

sorong

4.7.6 Metode Pengujian Efek Antimikroba (Difusi Sumuran)

Penelitian ini digunakan metode difusi sumuran dengan melakukan

pengukuran zona inhibisi yang diukur menggunakan jangka sorong di sekitar

sumuran yang berisi ekstrak daun belimbing wuluh.

Empat cawan petri yang terinokulasi dengan Streptococcus pyogenes

kemudian diberi bahan uji konsentrasi 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 100%,

dan akuades sebagai kontrol negatif, dan Amoxicillin sebagai kontrol positif adalah

sebagai berikut:

Page 45: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

32

1. Sebanyak 1 ml bakteri diambil dengan menggunakan mikropipet kemudian

dituangkan pada cawan petri sebanyak 14 ml dan plate diputar secara perlahan

agar bakteri dan media menjadi homogen.

2. Setelah suspensi bakteri dan media bercampur dengan baik dan medium telah

mengeras, pada setiap cawan petri dibuat maksimal 6 lubang, kemudian di cawan

petri lainnya dibuat sisa lubang untuk konsentrasi lainnya, lubang sumuran dengan

diameter 5 mm menggunakan perforator steril.

3. Masing-masing lubang sumuran pada cawan petri diisi dengan konsentrasi

berbeda dimana pada lubang pertama berisi 40µl akuades, lubang kedua berisi

ekstrak daun belimbing wuluh 3,125%, lubang ketiga berisi ekstrak daun belimbing

wuluh 6,25%, lubang keempat berisi ekstrak daun belimbing wuluh 12,5%, lubang

kelima berisi ekstrak daun belimbing wuluh 25%, lubang keenam berisi ekstrak

daun belimbing wuluh 50%, lubang ketujuh berisi ekstrak daun belimbing wuluh

100% dan lubang kedelapan berisi antibiotik amoxicillin,setiap lubang sumuran

mewakili 4 pengulangan dan masing-masing diberi label.

4. Setelah semua lubang berisi larutan perlakuan, cawan petri dimasukkan

kedalam inkubator dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37ºC.

5. Setelah inkubasi, zona inhibisi yang terbentuk dapat diukur dengan

menggunakan jangka sorong

Page 46: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

33

4.7.7 Pengamatan dan Pengukuran

Larutan yang diteteskan pada setiap sumuran akan memberikan zona

bebas bakteri pada sekeliling daerah sumuran. Luas zona inhibisi berbanding lurus

pada kekuatan sampel dalam menghambat bakteri. Zona inhibisi yang dihasilkan

mempunyai bentuk lingkaran dan diukur menggunakan jangka sorong dengan

ketelitian 0,1 satuan milimeter (mm). Pengukuran diameter zona inhibisi dilakukan

sebanyak 4 kali (arah vertikal, horizontal dan dua arah diagonal) dan dihitung rata-

ratanya. Diameter diukur dari batas terluar dari zona inhibisi dari satu sisi ke sisi

lainnya.

Gambar 4.1 Cara Pengukuran Diameter Zona Inhibisi

X= (A+B+C+D)/4

X = diameter zona inhibisi (mm)

Page 47: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

34

Konsentrasi

100%

1 ml

Konsentrasi 50% +

Aquades

1 ml

Konsentrasi 25% +

Aquades

1 ml

Konsentrasi 12,5% + Aquades

1 ml

Konsentrasi 6,25% + Aquades

1 ml

Konsentrasi 3,125% + Aquades

1 ml

Konsentrasi 0% +

Aquades

1 ml

4.8 Skema Prosedur Penelitian

Tahap I

Tahap II

Tahap III

Gambar 4.2 Skema Prosedur Penelitian

Ekstrak daun belimbing wuluh konsentrasi 100%

Cawan petri dilubangi (d= 5mm) diberikan berbagai konsentrasi

ekstrak daun belimbing wuluh di tiap sumuran

Dimasukkan ke dalam inkubator selama 18-24 jam suhu 37ºC.

Pengukuran diameter zona inhibisi Streptococcus pyogenes

menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,1 mm

Kultur Bakteri Streptococcus pyogenes

Didapatkan pengenceran 106 CFU/ml

Diambil 1 ml dan dicampurkan ke dalam 15 ml BHI Agar pada cawan petri

15 ml BHI Agar

Page 48: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

35

4.9 Analisis Data

Data hasil pengujian antimikroba dianalisis dengan memakai uji statistik

sebagai berikut (Nisbet, et al.,2009) :

1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) untuk mendeteksi normalitas dari

suatu data

2. Uji Homogenitas (Levene) untuk mengetahui kesamaan atau homogenitas

varian dari beberapa populasi.

Apabila hasil menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen, maka

data digolongkan sebagai data parametrik. Selanjutnya dilakukan uji komparasi,

uji post hoc, uji korelasi, dan uji regresi sebagai berikut:

1. Uji analisis varian satu arah (ANOVA), untuk melihat perbedaan efek

antimikroba ekstrak daun belimbing wuluh terhadap pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes

2. Uji Post Hoc Tukey HSD Test, untuk membandingkan perbedaan antara

pemberian dua konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh.

3. Uji Korelasi (Pearson) untuk mengetahui hubungan jumlah konsentrasi ekstrak

daun belimbing wuluh terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes

4. Uji Regresi untuk mengetahui besarnya hubungan dan efek antimikroba ekstrak

daun belimbing wuluh terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

Apabila hasil menunjukkan data berdistribusi tidak normal dan atau tidak

homogen, maka dilakukan transformasi data terlebih dahulu. Apabila hasil

transformasi masih menghasilkan data yang tidak tersebar normal dan atau tidak

homogen, maka data tersebut diuji sebagai data non-parametrik. Uji yang

Page 49: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

36

dilakukan untuk data non-parametrik meliputi uji komparasi, uji post-hoc dan uji

korelasi:

1. Uji Komparasi Kruskal-Wallis kemudian dilanjutkan uji Post Hoc Mann Whitney

untuk melihat perbedaan efek antimikroba ekstrak daun belimbing wuluh terhadap

pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

2. Uji Korelasi (Spearman) untuk mengetahui hubungan jumlah konsentrasi

ekstrak daun belimbing wuluh terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus

pyogenes

4.10 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Des Jan Feb Mei April Jun Agust Oct Nov Des

1 Penyusunan

Proposal

2 Seminar

Proposal

3 Pengujian

Data

4 Analisis Data

5 Penyusunan

Tugas Akhir

6 Seminar

Hasil

Page 50: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

37

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Identifikasi Bakteri Streptococcus pyogenes

Sampel bakteri Streptococcus pyogenes yang digunakan dalam penelitian

ini berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya. Sebelum bakteri digunakan untuk penelitian, dilakukan identifikasi

bakteri meliputi pewarnaan Gram, tes katalase, penanaman bakteri di medium

BAP, dan tes uji cakram basitrasin.

5.1.1.1 Pewarnaan Gram

Gambar 5.1 Pengecatan Gram bakteri Streptococcus pyogenes dengan perbesaran 100x

Pada pengecatan Gram (Gambar 5.1), ditemukan bakteri berbentuk bulat,

berwarna ungu yang menandakan bahwa bakteri merupakan bakteri Gram positif.

Page 51: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

38

Gambar 5.2 Hasil Tes Katalase Streptococcus pyogenes

Identifikasi bakteri Streptococcus pyogenes pada uji katalase menunjukkan

tidak adanya gelembung udara pada tanda panah yang menandakan bahwa hasil

tes katalase negatif. Dari uji identifikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa isolat

bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah benar bakteri genus

Streptococcus.

5.1.1.2 Penanaman pada Media BAP

Gambar 5.3 Penanaman bakteri Streptococcus pyogenes pada media BAP

Tampak koloni Streptococcus pyogenes membuat media BAP tampak

berwarna translusen atau bening yang menandakan bakteri S. pyogenes

merupakan bakteri Group A Beta Hemolytic (Gambar 5.2)

Page 52: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

39

5.1.1.3 Tes Bacitracin

Gambar 5.4 Tes sensitifitas cakram basitrasin terhadap S. pyogenes pada media BAP

Identifikasi dilanjutkan dengan uji cakram basitrasin. Bakteri dengan

hemolisis tipe beta yang sebelumnya telah diidentifikasi dengan penanaman diatas

BAP, diuji dengan pemberian antibiotik basitrasin yang diletakkan di atas

permukaan agar darah yang telah diinokulasi oleh kuman, kemudian diinkubasi

selama 18-24 jam pada suhu 370C. Hasil uji cakram basitrasin ini menunjukkan

ditemukan zona inhibisi di sekitar cakram basitrasin yang berarti bakteri yang

diinokulasikan sensitif terhadap basitrasin, menandakan bahwa bakteri tersebut

adalah S. pyogenes.

5.1.1.4 Hasil Penelitian Pendahuluan Menggunakan Metode Difusi Sumuran

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak

daun belimbing wuluh yang akan digunakan pada penelitian difusi sumuran yaitu

100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, dan 3.125% memiliki daya antibakteri dengan

ditandai adanya zona hambat pertumbuhan bakteri di sekeliling sumuran.

Penelitian pendahuluan menghasilkan zona hambat pada keenam konsentrasi

Page 53: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

40

tersebut. Hasil ini dapat dapat diamati pada gambar 5.6, sehingga untuk penelitian

selanjutnya dilakukan pengulangan dengan konsentrasi yang sama.

Gambar 5.5 Difusi sumuran dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh

Keterangan gambar :

1 : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 100% dengan rerata zona hambat

25,5 mm

2 : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 50% dengan rerata zona hambat

23,5 mm

3 : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 25% dengan rerata zona hambat

11,5 mm

4 : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 12.5% dengan rerata zona hambat

11 mm

5 : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 6.25% dengan rerata zona hambat

9 mm

1 2

3

4

5

6

k

Page 54: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

41

6 : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 3.125% dengan rerata zona hambat

5,75 mm

K : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 0% dengan rerata zona hambat 0

mm

5.1.1.5 Hasil Penelitian Inti Menggunakan Metode Difusi Sumuran

Penentuan zona hambat menggunakan difusi sumuran pada penelitian ini

dilakukan dengan mengamati terbentuknya zona hambat pertumbuhan bakteri

yang ada disekeliling sumuran. Zona hambat yang dihasilkan mempunyai bentuk

lingkaran dan diukur menggunakan jangka sorong. Konsentrasi ekstrak daun

belimbing wuluh yang digunakan adalah 100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, dan

3.125% Hasil difusi sumuran dapat diamati pada Gambar 5.6

Page 55: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

42

Gambar 5.6 Hasil Penelitian Inti Difusi Sumuran Konsentrasi Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125% dan 0%

Keterangan Gambar

1. : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 100% dengan rerata zona

hambat 18,6 mm

2. : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 50% dengan rerata zona

hambat 15,7 mm

3. : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 25% dengan rerata zona

hambat 12,6 mm

Page 56: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

43

4. : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 12,5% dengan rerata zona

hambat 10,2 mm

5. : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 6,25% dengan rerata zona

hambat 7,6 mm

6. : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 3,125% dengan rerata zona

hambat 6,5 mm

7 : Konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 0% dengan rerata zona

hambat 0 mm

8 : Kontrol positif antibiotik Amoxicillin dengan rerata zona hambat 35,2 mm

A : Pengulangan Pertama Uji Difusi Sumuran

B : Pengulangan Kedua Uji Difusi Sumuran

C : Pengulangan Ketiga Uji Difusi Sumuran

D : Pengulangan Keempat Uji Difusi Sumuran

Gambar 5.6 menunjukkan adanya variasi ukuran diameter besar zona

hambat pertumbuhan bakteri setelah diinkkubasi selama 18-24 jam. Dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh

maka semakin besar zona hambat yang terbentuk.

5.1.1.6 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa konsentrasi ekstrak daun

belimbing wuluh dengan konsentrasi 100%,50%,25%,12,5%,6,25%,3,125%, dan

0%). Efektivitas antimikroba ekstrak daun belimbing wuluh terhadap pertumbuhan

Page 57: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

44

bakteri Streptococcus pyogenes dengan metode difusi sumuran. Perbedaan daya

antibakteri ditentukan dengan besar diameter zona hambat pertumbuhan bakteri

yang terbentuk dan telah dicampur dengan isolat bakteri Streptococcus pyogenes,

yang kemudian dilubangi dengan perforator steril untuk membentuk sumur dengan

diameter 6 mm. Zona hambat yang terbentuk pada masing-masing konsentrasi

memiliki rata-rata diameter yang berbeda-beda. Semakin besar diameter zona

hambat yang terbentuk, maka semakin besar daya antibakterinya. Hasil

perhitungan zona hambat ekstrak daun belimbing wuluh disajikan dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Diameter zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Ekstrak Daun

Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L) terhadap bakteri Streptococcus pyogenes

Konsentrasi

(%)

Zona Hambat Ekstrak Daun

Belimbing Wuluh (mm)

Rerata

(mm)

Standar

Deviasi

(+ mm) Pengulangan (mm) I II III IV

100%

19

18,3

18,3

18,8

18,6

0,4

50% 15,8 15,5 16 15,5 15,7 0,2

25% 11,5 13,5 12,8 12,5 12,6 0,8

12,5% 9 11,3 10,5 10,2 10,2 0,9

6,25% 7,3 7,5 8 7,8 7,6 0,3

3,125% 6 6,5 6,8 6,8 6,5 0,4

0% 0 0 0 0 0 0,0

Amoxicillin 34,5 35 35,8 35,5 35,2 0,6

Page 58: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

45

Gambar 5.7 Grafik Rerata Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus

pyogenes setelah Pemberian Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa BlimbliL)

Berdasarkan Tabel 5.1 dan Gambar 5.7 di atas dapat dilihat adanya perbedaan

rerata diameter zona hambatan yang menunjukkan adanya perbedaan daya

antibakteri masing-masing perlakuan. Kelompok kontrol akuades tidak

menunjukkan adanya daya antibakteri. Kelompok perlakuan 100 % menunjukkan

zona hambatan yang terbesar dengan rerata 18,5 mm, dan kontrol positif

Amoxicillin menunjukkan rerata 35,2 mm.

5.2 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yang diperoleh

berdasarkan hasil perhitungan zona hambat pertumbuhan bakteri dengan One-

Way ANOVA, uji korelasi Pearson dan uji regresi. Sebelum dilakukan uji statistik

tersebut, data harus berdistribusi normal dan varian data sama atau homogen.

Kelompok

Amoxicill in100%50%25%12.5%6.25%3.125%K Neg

Me

an

of Z

on

a In

hib

isi

40

30

20

10

0

35,2

15,7

12,6 10,2

7,6 6,5

18,6

X

Y

Page 59: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

46

5.2.1 Hasil Pengujian Normalitas Data dan Homogenitas

Data Hasil penelitian diuji dengan uji normalitas sebagai syarat untuk

melakukan uji One Way ANOVA. Untuk menguji apakah sampel penelitian

merupakan jenis sampel dengan distribusi normal maka digunakan pengujian

Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov pada Ekstrak Daun Belimbing

Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.)

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa nilai zona hambat signifikansi adalah 0.166

(p>0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data rerata diameter zona hambat

pertumbuhan bakteri ekstrak daun belimbing wuluh berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji Kolmogorov Smirnov, dilakukan uji homogenitas

varians data untuk mendeteksi apakah sampel dalam penelitian merupakan

sampel yang homogen.

Konsentrasi Ekstrak

Rerata Diameter Zona

Hambatan (mm)

Ekstrak Daun

Belimbing Wuluh

Uji Kolmogorov

Smirnov

Angka Signifikansi

Zona Hambat

0%

3,125%

6,25%

12,5%

25%

50%

100%

0

6,5

7,625

10,25

12,5625

15,6875

18,5625

0,166

Page 60: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

47

Tabel 5.3 Hasil Uji Homogenitas Levene pada Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

Bilimbi L.)

Konsentrasi Ekstrak

Rerata Diameter Zona

Hambatan (mm)

Ekstrak Daun

Belimbing Wuluh

Uji Homogenitas

Angka Signifikansi

Zona Hambat

0%

3,125%

6,25%

12,5%

25%

50%

100%

0

6,5

7,625

10,25

12,5625

15,6875

18,5625

0,134

Keterangan Tabel :

p = 0.134 : homogen ( p > 0.05)

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0.134 (p>0.05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa ragam data rerata diameter zona hambat

pertumbuhan bakteri ekstrak daun belimbing wuluh homogen.

5.2.2 Hasil Uji One-Way ANOVA Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri pada

Pemberian Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

Data hasil penelitian yang berupa diameter zona hambatan dianalisis

dengan menggunakan uji One-Way ANOVA, untuk mengetahui adanya

perbedaan efek dari pemberian berbagai konsentrasi ekstrak daun belimbing

wuluh terhadap pertumbuhan S.pyogenes.

Page 61: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

48

Tabel 5.4 Uji One-Way ANOVA antara Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L)

terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes

Konsentrasi

Ekstrak

Rerata Diameter Zona Hambatan

Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

Uji One-Way ANOVA

Angka Signifikansi

Zona Hambat

0%

3,125%

6,25%

12,5%

25%

50%

100%

0

6,5

7,625

10,25

12,5625

15,6875

18,5625

0,000

Keterangan Tabel

p = 0.000 : Signifikan ( p < 0.05)

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0.000 (p=<0.05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efek yang signifikan antara

ketujuh kelompok perlakuan, yaitu antara konsentrasi ekstrak daun belimbing

wuluh 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125% dan aquades (0%).

5.2.3 Hasil Uji Post Hoc Tukey

Setelah dilakukan uji One-Way ANOVA, analisis dilanjutkan dengan

menggunakan Post Hoc Tukey untuk membandingkan efek pada dua sampel

(kelompok perlakuan atau konsentrasi dan zona hambat) apakah terdapat

perbedaan yang signifikan ( p <0.05).

Page 62: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

49

Tabel 5.5 Hasil Uji Post Hoc Tukey

Konsentrasi 0% 3,125% 6,25% 12,5% 25% 50% 100% Amoxicillin

0% 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*

3,125% 0.000* 0.101 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*

6,25% 0.000* 0.101 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*

12,5% 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*

25% 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*

50% 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*

100% 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*

Amoxicillin 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*

Keterangan Tabel : * = Terdapat perbedaan signifikan

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa

Bilimbi L.) dengan konsentrasi 0% memiliki perbedaan yang signifikan terhadap

semua konsentrasi, yaitu 3.125%, 6.25%, 12.5%, 25%, 50%, 100%, dan

Amoxicillin. Efek yang dihasilkan ekstrak daun belimbing wuluh pada konsentrasi

100% juga memiliki perbedaan yang signifikan terhadap semua konsentrasi.

5.2.4 Hasil Uji Korelasi Pearson

Uji Korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan dari

pemberian ekstrak daun belimbing wuluh dengan beberapa konsentrasi yang

berbeda terhadap besarnya diameter zona hambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes. Data hasil uji Korelasi Pearson terlihat pada tabel 5.6

Page 63: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

50

Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Pearson Antara peningkatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

(Averrhoa Bilimbi L) terhadap Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus

pyogenes

Konsentrasi

Ekstrak

Rerata Diameter Zona

Hambatan (mm)

Ekstrak Daun

Belimbing Wuluh

Uji One-Way ANOVA

Angka

Signifikansi

Zona Hambat

Hubungan

Korelasi

0%

3,125%

6,25%

12,5%

25%

50%

100%

0

6,5

7,625

10,25

12,5625

15,6875

18,5625

0.000

0.855

Keterangan Tabel : R = 0.855 : korelasi sangat kuat dan bernilai positif

Berdasarkan hasil uji Korelasi Pearson, dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan (korelasi) yang signifikan antara pemberian ekstrak daun belimbing

wuluh terhadap diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus

pyogenes (R = 0.855, p= 0.000) dan kekuatan korelasi adalah sangat kuat (nilai

0.855) dengan arah korelasi positif (karena korelasi bernilai positif). Hal tersebut

mempunyai makna bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh

akan memperbesar diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus

pyogenes.

5.2.5 Hasil Uji Regresi

Dalam penelitian ini uji regresi digunakan untuk mengetahui seberapa

besar distribusi konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa Bilimbi L)

terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Uji regresi

Page 64: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

51

(Tabel 5.7) didapatkan dari nilai R Square (R2) sebesar 0.731 yang berarti bahwa

pengaruh ekstrak daun belimbing wuluh terhadap terbentuknya zona hambat pada

pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes adalah sebesar 73.1%. Sisa dari

nilai tersebut sebesar 26.9% dapat disebabkan faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

Hal ini menunjukkan hubungan konsentrasi terhadap pembentukan zona hambat

positif, yaitu semakin besar konsentrasi maka semakin besar zona hambat yang

terbentuk.

Tabel 5.7 Tabel Hasil Regresi

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of The Estimate

1 0.855a 0.731 0.721 3.09266

Keterangan Tabel : aPredictors = (Constant), Konsentrasi

Page 65: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

52

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan sampel bakteri yang diidentifikasi untuk

membuktikan bahwa bakteri yang digunakan adalah Streptococcus pyogenes.

Beberapa tes identifikasi yang dilakukan antara lain; pengecatan Gram, uji

katalase, penanaman pada media BAP, dan tes Bacitracin. Hasil identifikasi pada

pengecatan Gram didapatkan koloni berbentuk bulat, berwarna ungu, dengan

susunan rantai panjang, yang merupakan bakteri Gram positif, pada uji katalase

menunjukkan tidak adanya gelembung udara menandakan bahwa hasil tes

katalase negatif, pada penanaman media BAP didapatkan zona bening yang

berarti bakteri merupakan Streptococcus tipe Beta Hemolytic, pada uji tes

Bacitracin didapatkan zona inhibisi di sekitar cakram bacitracin yang menunjukkan

bahwa bakteri sensitif terhadap Bacitracin, maka dapat disimpulkan bahwa bakteri

yang digunakkan terbukti bakteri Streptococcus pyogenes.

Pada penelitian ini dilakukan metode difusi sumuran untuk mengetahui

efektivitas dari antibakteri ekstrak belimbing wuluh dalam menghambat

pertumbuhan dari bakteri Streptococcus pyogenes. Metode difusi sumuran ini

dipilih karena konsistensi dari ekstrak daun belimbing wuluh yang berwarna keruh,

dan gelap sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan dilusi tabung atau dilusi

agar. Zona hambat merupakan wilayah jernih yang didapat di sekitar lubang

sumuran yang menandakan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh mampu

menghambat pertumbuhan dari Streptococcus pyogenes. Hasil penelitian ini

diperoleh dengan cara mengukur diameter zona hambat dari setiap lubang

Page 66: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

53

sumuran yang telah diisi oleh berbagai konsentrasi dengan menggunakan jangka

sorong pada satuan mm.

Pemberian berbagai konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh

menghasilkan zona hambat yang berbeda. Didapatkan rata-rata zona hambat

pada konsentrasi 3,125% adalah 6,5 mm, pada konsentrasi 6,25% adalah 7,6 mm,

pada konsentrasi 12,5 % adalah 10,2 mm, pada konsentrasi 25% adalah 12,5 mm,

pada konsentrasi 50% adalah 15,6 mm, dan pada konsentrasi 100% adalah 18,5

mm, sedangkan untuk antibiotik amoxicillin adalah 35,2 mm. Maka dapat dilihat

bahwa besar konsentrasi yang diberikan berpengaruh terhadap pertumbuhan dari

bakteri Streptococcus pyogenes. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi

konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh maka daya hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes akan semakin meningkat.

Sebelum dilakukan pengujian dengan menggunakan ANOVA, dilakukan uji

normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov terlebih dahulu dan didapatkan hasil

yang menunjukkan bahwa nilai zona hambat signifikan 0.166 (p>0.05), sehingga

dapat disimpulkan bahwa data rerata diameter zona hambat pertumbuhan bakteri

ekstrak daun belimbing wuluh berdistribusi normal. Selanjutnya, dilakukan uji

homogenity of variance, hasil uji tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi

adalah 0.134 (p>0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ragam data rerata

diameter zona hambat pertumbuhan bakteri homogen dan dapat dilanjutkan uji

statistik parametrik. Berdasarkan hasil uji statistik One-Way ANOVA didapatkan

nilai signifikansi sebesar 0,000 (p< 0,05) yang menandakan bahwa ada perbedaan

efek yang signifikan diantara ketujuh kelompok perlakuan. Hasil ini ditunjang

dengan uji Post Hoc Tukey, untuk membandingkan antara dua sampel sehingga

menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh

Page 67: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

54

(Averrhoa Bilimbi L) dapat menimbulkan efek yang signifikan dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes secara in vitro dengan metode

difusi sumuran di setiap konsentrasi.

Uji Korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui karakteristik hubungan

antara pemberian esktrak daun belimbing wuluh dengan diameter zona hambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Uji korelasi menunjukkan angka

signifikansi 0,000 (p< 0,01) serta nilai R= 0.855 positif sehingga menunjukkan

bahwa korelasi sangat kuat dan bernilai positif, mempunyai makna bahwa

peningkatan konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh akan memperbesar

diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

Selanjutnya, dilakukan uji regresi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar distribusi konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)

terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

Pada peningkatan pemberian konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh

didapatkan bahwa daya antibakteri terhadap Streptococcus pyogenes juga

semakin meningkat seiring dengan meningkatnya diameter zona hambat di sekitar

lubang sumuran. Maka dapat dikatakan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi L) memiliki daya hambat yang efektif terhadap pertumbuhan

Streptococcus pyogenes karena seiring dengan meningkatnya pemberian

konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh, zona hambat yang dihasilkan juga

meningkat. Berdasarkan semua hasil uji statistik di atas diperoleh hasil yang

signifikan, sehingga hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ekstrak daun

belimbing wuluh mempunyai efek antibakteri terhadap Streptococcus pyogenes

secara in vitro dapat diterima.

Page 68: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

55

Ekstrak daun belimbing wuluh mampu menghambat pertumbuhan

Streptococcus pyogenes disebabkan karena adanya senyawa aktif dari ekstrak

daun belimbing wuluh yang dapat berfungsi sebagai antimikroba. Menurut

Lidyawati dkk.(2006) zat-zat aktif yang terkandung dalam daun belimbing wuluh

antara lain flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid. Zat-zat aktif ini dibuktikan

dari beberapa hasil penelitian mempunyai kemampuan untuk menghambat bakteri

Streptococcus pyogenes. Pada penelitian Zakaria dkk(2007) disebutkan bahwa

salah satu zat antibakteri yaitu flavonoid memiliki kemampuan sebagai antibakteri

yang mampu mengganggu fungsi membran sitoplasma bakteri. Hal ini

dikarenakan kemampuan flavonoid yang dapat membentuk senyawa kompleks

dengan protein ekstraseluler sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan

diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler bakteri mengakibatkan

permeabilitas sel terganggu (Bobbarala, 2012).

Senyawa saponin, zat yang juga terkandung dalam daun belimbing wuluh

merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat karena mampu menurunkan

tegangan permukaan dan merusak dinding sel. Saponin memiliki mekanisme kerja

dengan cara mendenaturasi protein dan merusak sitoplasma sel bakteri sehingga

tegangan permukaan dinding sel terganggu (Razak et al., 2013). Kerusakan pada

dinding sel mengakibatkan membran sel tidak lagi mempunyai pelindung,

sehingga kerusakan tersebut akan menghilangkan sifat semi-permeabilitas dari

membran sel dan mengakibatkan keluar masuknya zat menjadi tidak terseleksi,

pembentukan ATP pada akhirnya akan terganggu sehingga pertumbuhan sel pun

juga akan terhambat. (Astuti et al., 2011).

Senyawa tanin, zat antibakteri dengan gugus fenol merupakan senyawa

yang banyak terkandung dalam tanaman, mampu digunakan untuk membunuh

Page 69: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

56

bakteri dengan mekanismenya menghambat sintesis dinding sel bakteri kuman

gram positif atau gram negatif (Siswantoro, 2006). Mekanisme penghambatan

tanin terhadap bakteri juga dilakukan dengan cara merusak membran sel,

inaktivasi enzim-enzim esensial, dan dekstruksi fungsi material genetik yang

berakhir kepada penurunan permeabilitas sel (Brannen dan Davidson, 1993).

Mekanisme steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membran

lipid dan sensitivitas terhadap komponen steroid yang menyebabkan kebocoran

pada liposom (Madduluri et al., 2013). Steroid dapat berinteraksi dengan membran

fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik

sehingga menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi membran sel

berubah yang menyebabkan sel rapuh, gagal membentuk dinding sel, dan lisis

(Ahmed, 2007). Sedangkan, senyawa triterpenoid yang mempunyai daya polaritas

sama dengan golongan fenol memiliki mekanisme kerja yaitu mengganggu proses

transportasi ion penting ke dalam sel bakteri. Triterpenoid mampu berikatan

dengan lemak dan karbohidrat yang akan menyebabkan permeabilitas dan

pertumbuhan dinding sel bakteri terganggu (Rachmawati et al., 2009).

Keterbatasan dari penelitian ini adalah tidak dapat mengetahui persentase

kandungan bahan-bahan aktif dalam ekstrak daun belimbing wuluh dan tidak bisa

mengetahui zat mana yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan dari

Streptococcus pyogenes. Selain itu juga tidak diketahui apakah waktu

penyimpanan ekstrak berpengaruh terhadap efektifitas dari zat-zat aktif yang

terkandung di dalam ekstrak daun belimbing wuluh dalam menghambat

pertumbuhan dari bakteri Streptococcus pyogenes, sehingga untuk mengetahui

hal-hal tersebut diperlukan penelitian lebih lanjut. Penelitian lanjut ini penting

dilakukan untuk mendasari aplikasi klinis pada manusia untuk mengetahui dosis

Page 70: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

57

efektif, toksisitas, dan efek samping yang mungkin dapat disebabkan oleh ekstrak

daun belimbing wuluh.

Page 71: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

58

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa Bilimbi L) dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.

2. Peningkatan konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa Bilimbi

L) mampu meningkatkan daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes.

7.2 Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan dari penelitian ini adalah :

1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bahan aktif apa yang paling

berperan sebagai antibakteri pada ekstrak daun belimbing wuluh.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui prosentase masing-masing

bahan aktif yang terkandung di dalam ekstrak daun belimbing wuluh

(Averrhoa Bilimbi L).

3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat efektivitas dan efek samping

ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa Bilimbi L) pada hewan coba dan

uji klinik sebelum digunakan sebagai alternatif pengobatan di masyarakat.

Page 72: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

59

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode lain, untuk lebih

mengetahui kemampuan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa Bilimbi

L) sebagai antibakteri terhadap Streptococcus pyogenes.

Page 73: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

59

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Bahar., 2007. Chemistry Of Natural Products, Department of Pharmaceutical Chemistry Faculty of Science Jamia Hamdard, New Delhi.

Bobbarala V.,2012. Antimicrobial agents, Intech, Croatia.

Branen LA, Davidson PM. 1993. Antimicrobial in Foods, Marcel Dekker, New York.

Brannen AL., 1993. Introduction to use of antimicrobials; Antimicrobial in Food, 2nd

Ed., Marcel Dekker Inc., New York..

Brooks GF., Carrol KC., Butel JS., Morse SA., Mietzner TA., Jawetz., Melnick., and Adelberg’s ., 2010. Medical Microbiology Atlanta, Mc Graw Hill.

Calixto, JB and Barz, J., 2000. Efficacy, Safety, Quality Control, Marketing and Regulatory Guidelines for Herbal Medicines (Phytotherapeutic Agents), Med Biol Res, 33., p. 179-189.

Cunningham MW., 2000. Phatogenesis of Group A Streptococcal Infection, Clin Microbiol Rev., 13(3), p. 470-511.

Djamaludin. 2011. 1001 Pengobatan Tradisional Herbal, JAL Publishing, Jakarta.

Grayson ML., 2010. Kucers’ The Use of Antibiotics, 6th Ed., London: Edward

Arnold Ltd.

Harlbeistin RA., 2005, Medicinal Plants: Historical and Cross Cultural usage patt ern. Ann Epidemiol.

Jason., 2009. The Gram Stainning, (online), (http://astro.temple.edu/~jasoncg/ID/ microreporting.html diakses pada tanggal 30 November 2017).

Jawetz, Melnick, Adelberg. 2008. Jawetz Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology, 25th Edition by Geo F. Brooks, et al.

Karlina CY, Ibrahim M, Trimulyono G., 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Herba Krokot (Portulaca oleracea L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Lentera Bio, 2 (1):87-93.

Kaur SP, Rao R and Nanda S, 2011. Amoxicillin : A Broad Spectrum Antibiotic. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(3): 30-

37.

Lidyawati, S dan Ruslan, K., 2006, Karakterisasi Simplisia dan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi, L). Skripsi Farmasi ITB, Bandung.

Page 74: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

60

Madduluri, S., Rao, BK., and Taram, S. B., 2013. In Vitro Evaluation of Antibacterial Activity of Five Indigenous Plants Extract Againts Five Bacterial Pathogens of Human. International Journal of Pharmacy and Pharmaceuticals Science, 5(4): 683-684.

Monalisa, P., 2012, Pengaruh Sari Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Bakteri. STKIP PGRI, Sumatra Barat.

Muhaimin, M., Liang, OB., Ratnaningsih, E., Purwantini, E., dan Retnoningrum, DS., 2003. Optimasi Proses Overproduksi, Pemurnian dan Karakterisasi Protein Mga Sebagai Molekul Target Untuk Pencegahan Infeksi Oleh Streptococcus pyogenes. Jurnal Matematika dan Sains, 8 (3): 117-123.

Mukhlisoh W., 2010. Pengaruh Ekstrak Tunggal dan Gabungan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) terhadap Efektivitas Antibakteri secara In Vitro. Skripsi. Tidak diterbitkan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Parikesit, Mario., 2011. Khasiat dan manfaat belimbing wuluh. Penerbit stomata,

Surabaya.

Rachmawati F., Maulita CN., Sumantri., 2009. Uji Aktivitas Antibakteri serta Indentifikasi Senyawa Aktifnya, J Unwahas, p.7-13.

Razak A, Djamal A, Revilla G. 2013. Uji daya hambat air perasan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro .Jurnal Kesehatan Andalas, 2(1): 5-8.

Ruoff, Whiley and Beighton., 1999. In Murray, Baron, Pfaller, Tenover and Yolken, Manual of clinical microbiology, 7th Ed, American Society for Microbiology, Washington, D.C.

Siswantoro D., 2006. Kajian Aktivitas Tanin dengan Penisilin Terhadap Bakteri Streptococcus pyogenes dan Pasteurella mulcotida Secara in vitro. Skripsi. Tidak diterbitkan, Universitas Airlangga, Surabaya.

Staf Pengajar FKUI., 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, PT. Binarupa Aksara, Jakarta.

Steven K. Alexander, Dennis Strere, Mary Jane Niles et al., 2004. Laboratory Exercises in Organismal and Molecular Microbiology, Mc Graw Hill, USA.

Todar, K . 2011. Streptococcus pyogenes. Todar’s Textbook of Bacteriology, (online), (http://textbookofbacteriology.net/streptococcus.html diakses pada tanggal 10 November 2017).

Winn, W., Allen, S., Janda, W., Koneman, E., Procop, G., Schreckenberger, P., & Woods, G., 2006. Koneman's Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology, 6th Ed, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Page 75: Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

61

Zakaria, ZA., Zaiton, H., Henie, EFP., Mat, JMA., 2007. In vitro Antibacterial Activity of Averrhoa bilimbi L. Leaves and Fruits Extracts, International Journal of Tropical Medicine, 2 (3): 96-100.