tugas tinjauan pustaka korioamnionitis

8
Universitas kristen krida wacana Tinjauan Pustaka 1 Kontaminasi Amnion Oleh Mikrooganisme Mengakibatkan Korioamnionitis Yang Merupakan Faktor Penyebab Lumpuh Otak H.Nuril.Anwar Nim : 10.2009.159 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Abstrak: Cerebral palsi adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya. Pada perkembangan masa janin invasi mikroba ke cairan amnion dimana bakteri yang mencapai rongga amnion menyebabkan terjadinya infeksi serta inflamasi di membran plasenta dan umbilical cord. penyebab penting terjadinya serebral palsi adalah Korioamnionitis. Gejala korioamnionitis dapat asimtomatik dan berbeda- beda pada setiap wanita hamil, meskipun demikian, gejala yang umum didapati dapat berupa demam, peningkatan denyut jantung ibu dan janin, uterus yang lembut dan nyeri, serta cairan amnion yang bau. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Selama periode intrapartum diagnosis korioamnionitis biasanya berdasarkan gejala klinis, selain itu juga dilakukan kultur cairan amnion dan sekret urogenital untuk mengetahui kuman penyebab. Pemeriksaan cairan amnion dilakukan dengan cara amniosentesis. Kata kunci: korioamnionitis,cerebral palsi,amniosintesis

Upload: dr-nuriel-anwar

Post on 24-Jun-2015

610 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Tinjauan Pustaka Korioamnionitis

Universitas kristen krida wacanaTinjauan Pustaka

1

Kontaminasi Amnion Oleh Mikrooganisme Mengakibatkan Korioamnionitis Yang Merupakan

Faktor Penyebab Lumpuh Otak

H.Nuril.AnwarNim : 10.2009.159

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak: Cerebral palsi adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya. Pada perkembangan masa janin invasi mikroba ke cairan amnion dimana bakteri yang mencapai rongga amnion menyebabkan terjadinya infeksi serta inflamasi di membran plasenta dan umbilical cord. penyebab penting terjadinya serebral palsi adalah Korioamnionitis. Gejala korioamnionitis dapat asimtomatik dan berbeda- beda pada setiap wanita hamil, meskipun demikian, gejala yang umum didapati dapat berupa demam, peningkatan denyut jantung ibu dan janin, uterus yang lembut dan nyeri, serta cairan amnion yang bau. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Selama periode intrapartum diagnosis korioamnionitis biasanya berdasarkan gejala klinis, selain itu juga dilakukan kultur cairan amnion dan sekret urogenital untuk mengetahui kuman penyebab. Pemeriksaan cairan amnion dilakukan dengan cara amniosentesis.Kata kunci: korioamnionitis,cerebral palsi,amniosintesis

Page 2: Tugas Tinjauan Pustaka Korioamnionitis

Universitas kristen krida wacanaTinjauan Pustaka

2

Pendahuluan kerusakan pada otak yang sedang berkembang. mengakibatkan lumpuh otak sampai saat ini belum diketahui, namun Beberapa bukti memperlihatkan bahwa 70-80% kasus terjadi akibat faktor prenatal sedangkan asfiksia lahir mempunyai peranan yang kecil.Korioamnionitis berperan sebagai penyebab penting terjadinya palsi serebral. Sejumlah penelitian memperlihatkan hubungan yang bermakna antara korioamnionitis denganpalsi serebral pada bayi prematur.6

Korioamnionitis dapat menyebabkan fetalinflammatory response, dan inflamasi ini dapat menyebabkan cedera otak padaneonatus yang dapat mengakibatkan terjadinya palsi serebral.

KorioamnionitisKorioamnionitis merupakan infeksi yangterjadi pada membran (korion) dan cairanamnion. Beberapa buku obstetrimemperlihatkan insidens berkisar 1% dariseluruh persalinan. Di negara berkembangdimana asuhan prenatal dan nutrisi ibu yang buruk selama kehamilan mempunyai insidens yang lebih tinggi dalam hal terjadinya korioamnionitis.6

Korioamnionitis dapat terjadi akibatinvasi mikroba ke cairan amnion dimanabakteri yang mencapai rongga amnionmenyebabkan terjadinya infeksi serta inflamasi di membran plasenta dan umbilical cord.4-5

Infeksi amnion dapat terjadi baik padamembran yang masih utuh maupun padamembran yang telah ruptur dan lamanyaruptur dari membran secara langsungberhubungan dengan perkembangankorioamnionitis.Korioamnionitis dapat menyebabkanbakteremia pada ibu, menyebabkan kelahiran prematur dan infeksi yang serius pada bayi. Penyebab tersering infeksi intrauterin adalah bakteri yang ascending dari saluran kemih ataupun genital bagian bawah atau vaginitis.

Organisme penyebab terjadinya korioamnionitis adalah organisme normalvagina, termasuk Eschericia coli,selain ituStreptokokus grup B juga sering berperansebagai penyebab infeksi.1 Chlamydiatrachomatis sebagai salah satu bakteripenyebab cervicitis juga berperan sebagai bakteri penyebab infeksi intrauterin dan berhasil diisolasi dari cairan amnion.6 Peran virus sebagai penyebab korioamnionitis sampai dengan saat ini belum jelas diketahui.Gejala korioamnionitis dapatasimtomatik dan berbeda-beda pada setiap wanita, meskipun demikian, gejala yang umum didapati dapat berupa demam, peningkatan denyut jantung ibu dan janin, uterus yang lembut dan nyeri, serta cairan amnion yang bau.2

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkananamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Selama periode intrapartum diagnosis korioamnionitis biasanya berdasarkangejala klinis, selain itu juga dilakukan kultur cairan amnion dan sekret urogenital untuk mengetahui kuman penyebab.1-2 Pemeriksaan cairan amnion dilakukan dengan cara amniosentesis.

Etiologi Penyebab serebral palsi secara umum dapat terjadi pada tahap prenatal, perinatal dan post natal. 1) Prenatal Potensi yang mungkin terjadi pada tahap prenatal adalah infeksi pada masa kehamilan. Infeksi merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan kelainan pada janin, misalnya infeksi oleh lues, toksoplasma, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik. Selain infeksi, anoksia dalam kandungan (anemia, kerusakan pada plasenta), radiasi sinar-X dan keracunan pada masa kehamilan juga berpotensi menimbulkan serebral palsi. 3

2) PerinatalPada masa bayi dilahirkan ada beberapa resiko yang dapat menimbulkan serebral palsi, antara lain:

Page 3: Tugas Tinjauan Pustaka Korioamnionitis

Universitas kristen krida wacanaTinjauan Pustaka

3

a) Brain injury Brain injury atau cidera pada kepala bayi dapat mengakibatkan:(1) Anoksia/hipoksiaAnoksia merupakan keadaan saat bayi tidak mendapatkan oksigen, yang dapat terjadi pada saat kelahiran bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan bedah caesar.2

(2) Perdarahan otakPerdarahan dapat terjadi karena trauma pada saat kelahiran misalnya pada proses kelahiran dengan mengunakan bantuan instrumen tertentu. Perdarahan dapat terjadi di ruang sub arachnoid. Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastik.b) IkterusIkterus pada masa neonatal dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang permanen akibat masuknya bilirubin ke ganglia basalis, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.c) Meningitis purulentaMeningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa serebral palsi.d) PrematuritasPrematuritas dapat diartikan sebagai kelahiran kurang bulan, lahir dengan berat badan tidak sesuai dengan usia kelahiran atau terjadi dua hal tesebut. Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.2

Pada cerebral palsy spastik diplegi biasanya terjadi pada kasus kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan anoksia berat pada saat kelahiran.3

3) Post natal Pada masa pascanatal bayi beresiko mendapatkan paparan dari luar yang dapat mempengaruhi perkembangan otak, yang mungkin dapat mengakibatkan terjadinya

kerusakan pada otak Kerusakan yang terjadi pada jaringan otak setelah proses kelahiran yang mengganggu perkembangan dapat menyebabkan serebral palsi,misalnya pada trauma kapitis, meningitis, ensepalitis dan luka parut pada otak pasca bedah dan bayi dengan berat badan lahir rendah.

PatologiSerebral palsi spastik diplegi dari beberapa literatur diasumsikan oleh karena adanya haemorage dan periventricular leukomalacia pada area subtanstia alba yang merupakan area terbesar dari kortek motor. Periventricular leukomalacia adalah necrosis dari substasia alba sekitar ventrikel akibat dari menurunnya kadar oksigen dan arus darah pada otak yang biasanya terjadi pada spastik diplegi. Periventricular leukomalacia sering terjadi bersamaan dengan lesi haemoragic dan potensi terjadi selama apnoe pada bayi prematur. Baik periventricular leukomalacia maupun lesi haemoragic dapat menyebabkan spastik diplegi. Hal ini sekaligus menguatkan arti patogenesis adalah kejadian kerusakan pada white matter.

Tanda dan Gejala Pada anak dengan serebral palsi spastik diplegi pada umumnya ditandai dengan adanya(1) gangguan yang lebih berat yang mengenai anggota gerak bawah dengan distribusi yang seimbang diantara kedua tungkai, pada anggota gerak atas mengalami gangguan yang sangat ringan bahkan tidak ada (2) hiper reflek patellar reflek, (3) gerak rotasi tidak berkembang secara sempurna, (4) gerakan yang terjadi adalah gerakan dengan pola gerak inner range pada sendi anggota gerak.2

Jenis-jenis lumpuh otak Secara umum lumpuh otak dikelompokkan dalam empat jenis yaitu:

Page 4: Tugas Tinjauan Pustaka Korioamnionitis

Universitas kristen krida wacanaTinjauan Pustaka

4

a. Spastik (tipe kaku-kaku) dialami saat penderita terlalu lemah atau terlalu kaku. Jenis ini adalah jenis yang paling sering muncul. Sekitar 65 persen penderita lumpuh otak masuk dalam tipe ini.

b. Atetoid terjadi dimana penderita yang tidak bisa mengontrol gerak ototnya, biasanya mereka punya gerakan atau posisi tubuh yang aneh.

c. Kombinasi adalah campuran spastic dan athetoid.

Hipotonis terjadi pada anak-anak dengan otot-otot yang sangat lemah sehingga seluruh tubuh selalu terkulai. Biasanya berkembang menjadi spastic atau athetoid. Lumpuh otak juga bisa berkombinasi dengan gangguan epilepsi, mental, belajar, penglihatan, pendengaran, maupun bicara.

Terapi Sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan lumpuh otak. Namun tetap ada harapan untuk mengoptimalkan kemampuan anak lumpuh otak dan membuatnya mandiri dengan terapi.Terapi yang diberikan pada penderita lumpuh otak akan disesuaikan dengan:

a. Usia anakb. Berat/ ringan penyakit c. Menimbang dari area pada otak

mana yang rusak.

Meski ada bagian otak yang rusak, namun sel-sel yang bagus akan menutupi sel-sel yang rusak, dengan cara mengoptimalkan bagian otak yang sehat seperti pemberian rangsangan agar otak anak berkembang baik. Rangsangan/ stimulasi otak secara intensif bisa dilakukan melalui panca indera. Salah satu cara adalah dengan Compensatory Dendrite Sprouting yaitu rangsangan agar dendrit tersebar dengan berimbang.6

Prognosis Prognosis pasien cerebral palsy spastik diplegi dipengaruhi beberapa faktor antara lain:1) Berat ringannya kerusakan yang dialami pasien. Menurut tingkatannya cerebral palsy spastik diplegi secara umum diklasifikasikan dalam tiga tingkat yaitu mild, moderate dan severe. Pasien dengan mild diplegia dapat berjalan tanpa menggunakan alat bantu seperti kruk atau walker, dan dapat bersosialisasi dengan baik dengan anak-anak normal seusianya pasien. Pada moderate diplegi pasien mampu untuk berjalan saat melakukan aktifitas sehari-hari tetapi terkadang masih membutuhkan alat bantu seperti kruk ataupun walker. Namun demikian untuk perjalanan jauh atau ektifitas berjalan dalam waktu yang relatif lama dan jarak tempuh yang relatif jauh, pasien masih memerkulan bantuan kursi roda, seperti pada saat berjalan-jalan ke pusat belanja, taman hiburan atau kebun binatang. Sedangkan pada severe diplegi pasien sangat tergantung pada alat bantu untuk berjalan meskipun anya untuk mencapai jarak yang dekat, misalnya untuk berpindah dari satu ruangan ke ruangan yang lain dalam satu rumah. Pasien sangat tergantung pada kursi roda untuk melakukan aktifitas di tempat umum, meskipun demikian pada umumnya pasien dengan severe diplegi dapat mengendarai kursi roda secara mandiri. 3

2) Pemberian terapi pada pasien cerebral palsy spastik diplegi. Pemberian terapi dengan dosis yang tepat dan adekuat juga berpengaruh terhadap prognosis pasien. Semakin tepat dan adekuat terapi yang diberikan semakin baik prognosisnya.

Page 5: Tugas Tinjauan Pustaka Korioamnionitis

Universitas kristen krida wacanaTinjauan Pustaka

5

3) Daya tahan tubuh pasien. Dengan daya tahan tubuh yang baik akan mempermudah pasien untuk mengembangkan kemampuannya pada saat latihan sehingga pasien dapat melakuka aktifitas sehari-hari secara mandiri.4) Lingkungan tempat pasien tinggal dan bersosialisasi. Peran lingkungan terutama keluarga sangat mempengaruhi perkembangan pasien, dukungan mental yang diberikan keluarga kepada pasien sangat dibutuhkan pasien tidak hanya pada saat menjalani terapi sehingga pasien bersemangat setiap kali menjalani sesi latihan tetapi juga untuk menumbuhkan rasa percaya diri pasien untuk bersosialisasi dengan dunia luar.6

Kesimpulan Palsi serebral menggambarkan berbagaigangguan fungsi motorik bersifat kronik, non progresif, dan dikarakteristikkan dengan adanya perubahan pada tonus otot serta mempengaruhi gerakan, kekuatan otot, keseimbangan, dan koordinasi. Banyak bukti yang mendukung adanya hubungan antara korioamnionitis dengan terjadinya palsi serebral pada anak. Didapati hubungan yang kuat antara beberapa sitokin cairan amnion dengan terjadinya palsi serebral. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme terjadinya palsiserebral pada anak setelah terjadi korioamnionitis. Prognosis anak dengan palsi serebral tergantung pada luas atau beratnya defisit motorik. Dengan penatalaksanaan yang adekuat penderita dapat bersosialisasi dalam lingkugan akademis maupun lingkungan sosialnya.

Daftar pustaka1. Shalak LF, Laptook AR, Jafri HS,

Ramilo O, Perlman JM. Clinical chorioamnionitis, elevated

cytokines, and brain injury in term infants. Pediatrics 2002;110:673-80.

2. Sherman MP. Maternal choriamnionitis. Edisi november 2004. Diunduh dari: http://www.emedicine.com/PED/topic89.htm. 26 agustus 2010

3. Ratanawongsa B. Cerebral palsy. Edisi november 2003. Diunduh dari: http://www.emedicine.com. 26 Agustus 2010.

4. Johnston MV. Encephalopathies. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders, 2004.h.2024-5.

5. Bartha AI, Barber AF, Miller SP, Vigneron DB, Glidden DV, Barkovich AJ, et al. Neonatal encephalopathy: Association of cytokines with MR spectroscopy and outcome. Pediatrics 2004;56:960-6

6. Siska ML. Korioamnionitis sebagai Faktor Risiko Terjadinya serebral palsi.Edisi juni 2008. Di unduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/lumpuhotak.htm . 26 Agustus 2010.