tugas rancang mesin perontok padi rizky revisi 1
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tugas rancang merupakan salah satu kurikulum yang wajib harus ditempuh oleh mahasiswa
program S-1 Jurusan Teknik Mesin Universitas Mpu Tantular. Selain untuk memenuhi
kewajiban akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat menambah pengetahuan tentang
perancangan mesin dan mampu memupuk kreativitas. Mahasiswa sebagai insan akademis
telah mempelajari ilmu-ilmu dasar dan perekayasaan sebatas pada teori yang kemudian
diaplikasikan pada tugas rancang.
Menjadi salah satu mata kuliah yang diwajibkan maka setiap mahasiswa akan diberikan tugas
untuk sebuah perancangan dibidang teknik mesin dimana perancangan disesuaikan dengan
tingkat alat/mesin yang dibutuhkan di Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara tropis, dengan sektor pertanian merupakan salah satu
keunggulan yang dimiliki. Sebab itulah, negara Indonesia dinamakan negara agraris dengan
hasil bumi yang melimpah. Pertanian di negara Indonesia sangatlah yang paling utama dalam
memenuhi komoditas pangan dalam negeri, terutama beras yakni yang berasal dari hasil
olahan padi. Salah satu hal dalam pengolahan padi yakni adalah mengenai proses perontokan.
Proses perontokan dengan menggunakan mesin akan sangat berpengaruh pada kecepatan
proses perontokan dibandingkan dengan perontokan secara manual. Maka untuk memenuhi
hal tersebut mahasiswa teknik mesin diberi tugas untuk merancang salah satu alat perontok
padi. Alat perontok padi yang diinginkan adalah alat perontok yang nantinya bisa
diaplikasikan pada lahan padi yang sulit dijangkau mengingat kondisi lahan pertanian di
Indonesia kebanyakan berada pada daerah terpencil.
Dengan kata lain, alat perontok padi yang dibutuhkan adalah suatu mesin yang menggunakan
motor berbahan bakar, dan bobot yang ringan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Dalam perancangan alat perontok padi ini rumusan masalah yang menjadi bahan pemecahan
yakni:
a. Perencanaan Daya Motor
b. Perencanaan Puli
c. Perencanaan Sabuk
d. Perencanaan Silinder Perontok
1.3 Tujuan
Tugas rancang ini secara umum bertujuan agar mahasiswa mampu merencanakan sebuah
spesifikasi untuk mesin alat perontok padi. Dan Secara tugas rancang ini bertujuan untuk
memenuhi tuntutan kurikulum yang berlaku di Jurusan Teknik Mesin Universitas Mpu
Tantular.
1.4 Sistematika Penulisan
Penyusunan tugas rancang ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan.
Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sistematika
penulisan.
BAB II Landasan Teori.
Dalam bab ini membahas mengenai mesin perontok padi, system perontokan dan komponen
pada mesin perontok padi.
BAB III. Pembahasan
Dalam bab ini membahas mengenai perencanaan daya motor, perencanaan puli, perencanaan
sabuk dan perencanaan silinder perontok.
BAB IV Kesimpulan
Dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil perancangan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Mesin Perontok Padi
Mesin perontok padi merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga
penggerak engine. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya
adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.
Ada 2 jenis mesin perontok yaitu :
1. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
2. Power Thresher (Thesher Mekanis)
Dalam usahatani padi, thresher merupakan alat untuk merontokkan padi menjadi gabah. Alat ini merupakan
alat bantu bagi tenaga kerja untuk memisahkan gabah dengan jeraminya.Thresher jenis pedal mempunyai
konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah
dijinjing ketengah lapangan/ sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok padi.
Power Thresher dapat dipakai untuk merontok biji-bijian (padi, jagung dan kedelai) dan dilengkapi dengan
pengayak sehingga biji ± bijian yang dihasilkan relatif bersih, sertamengurangi kehilangan gabah saat
perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah.
Fungsi dari Power Thresher / Mesin perontok padi / Mesin Perontok Serbaguna digunakan
sebagai alat mesin pertanian yang serbaguna. Mesin perontok jenis ini dapat digunakan sebagai mesin
perontok padi, perontok kedelai.
2.2 Sistem Perontokkan
Perontokkan adalah proses pemisahan secara mekanis suatu bahan padatan sepanjang garis
tertentu oleh alat rontok. Alat rontok digambarkan sebagai bilah bahan (blade) dengan suatu
tepi yang tajam. Perontokkan menyebabkan suatu bahan mempunyai beberapa bentuk baru
yang disebut potongan atau serpihan, yang lebih kecil dari bentuk aslinya. Proses
perontokkan diawali dengan terjadinya persinggungan (contact) antara mata paku dengan
bahan rontok. selanjutnya bahan rontok mengalami tekanan (stress) terutama di sekitar garis
perontokkan. Pemisahan tak beraturan terjadi bila tekanan pada bahan melebihi kekuatan
geser (failure strength) bahan tersebut.
3
2.3 Komponen Pada Mesin Prontok Padi
Gambar. 1
2.3.1 Motor Pengerak
Merupakan sumber penggerak yang yang menggunakan bahan bakar. Motor
penggerak dengan daya yang telah ditentukan akan menciptakan suatu putaran poros
pada motor, dimana pada mesin ini putaran merupakan hal yang paling terutama.
2.3.2 Puli dan Sabuk
Puli dan sabuk pada mesin perontok digunakan untuk memindahkan daya dari satu
poros ke poros yang lain dengan alat bantu sabuk. Karena perbandingan kecepatan
dan diameter berbanding terbalik, maka pemilihan puli harus dilakukan dengan teliti
agar mendapatkan perbandingan kecepatan yang diinginkan. Diameter luar digunakan
untuk alur sabuk dan diameter sabuk dalam untuk penampang poros.
4
2.3.3 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yamg terpenting dari setiap mesin. Hampir setiap
mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam
putaran itu dipegang oleh poros.
2.3.4 Silinder Perontok
Merupakan bagian yang akan merontokkan biji padi. Dimana silinder perontok akan
menerima putaran poros dari motor penggerak. Silinder perontok dilengkapi dengan
gigi-gigi perontok dengan menyesuaikan jarak antara gigi-gigi perontok tersebut.
2.3.5 Rangka
Rangka merupakan dudukan dari setiap komponen-komponen, yang akan membuat
rangkaian tersebut menjadi kesatuan yang menyatu secara utuh.
Dalam mesin perontok padi ini, rangka menggunakan profil besi siku. Kondisi rangka
dibuat kokoh untuk menahan beban saat mesin bekerja.
2.3.6 Casing
Casing merupakan bagian penutup atau cover secara kesluruhan pada rangka mesin
perontok padi. Casing nantinya juga akan berguna sebagai pelindung dari hasil
rontokan padi agar terkumpul secara menyatu. Casing menggunakan plat strip dengan
tebal 0.8mm
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perencanaan Daya Motor
Parameter yang kami jadikan acuan dalam daya motor adalah putaran poros. Adapun putaran
poros yang direncanakan yaitu : 750 Rpm dengan diameter pully 150 mm. Jadi besarnya
daya motor dapat dihitung dengan mmenggunakan persamaan
P = Ftot x Vc
Dimana :
P = Daya Motor ( W )
F tot = Gaya Total ( N )
Vc = Kecepatan Linier Poros ( m/s )
Ftot = mtot x g
Dimana :
Mtot = Massa Total ( Kg )
g = Gravitasi
mtot = Massa Poros Silinder dan silinder (ditimbang)
= 10 kg
F tot = 10 x 9,81
= 98.1 N
Vc
Dimana :
D = Diameter Puli → 150mm = 0,15 m
Vc=3.14 x0.15 x75060
= 5.88 m/s
Maka daya motor yang digunakan adalah :
P = F tot x Vc
= 98.1 x 5.88
= 576.82 W
6
= 0.576 kW
Daya rencana dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Pd = P x fc
Dimana :
Pd = Daya rencana ( kW )
P = Daya motor ( W )
Fc = Faktor koreksi 0,8 – 1,2
Maka,
Pd = P x fc
= 576.82 x 1,2
= 0.692 kW atau 0.927 Hp
Pemilihan motor disesuaikan dengan motor yang ada dipasaran, dalam perencangan ini
digunakan motor dengan daya 1 Hp yang mendekati 0.927 Hp.
3.2 Perencanaan Puli
Puli yang digunakan dalam perencanaan ini adalah puli dengan bahan alumunium dengan
massa jenis bahan tersebut adalah p – 0,,0027 kg/cm3.
Data yang diketahui dalam perancanaan puli ini adalah :
d1 = diameter puli motor = 150 mm
n1 = putaran poros motor = 750 rpm
n2 = putaran poros silinder direncanakan = 500 rpm
Dengan menggunakan data-data tersebut diatas, maka diameter puli untuk silinder yang
digunakan adalah :
n1n2
=D 2D 1
D 2=n 1 x D1n2
D 2=750 x 150500
D2 = 225mm
7
3.3 Perencanaan Sabuk
Dalam perencanaan sabuk ini, sabuk yang akan digunakan yaitu sabuk yang menghubungkan
poros motor ke poros silinder.
Perhitungan Panjang Sabuk ( L )
Dimana,
r1 = jari-jari puli motor = 75 mm
r2 = jari-jari puli Silinder = 112.5 mm
x1 = jarak sumbu poros motor ke sumbu silinder = 500 mm
Sehingga panjang sabuk yang diperlukan adalah
L=(75+112.5 )❑3.14+2 x500+(112.5+75 )❑2
500
L = 1659.06 mm
3.4 Perencanaan Poros
Pada perencanaan bahan poros yang digunakan adalah St 42,dimana tegangan tariknya
adalah 420 N/mm2. Pada poros ini beban yang dialami adalah beban puntir.
3.5 Prencanaan Silinder Perontok
Silinder perontok dibuat dari:
a. Profil besi hollow 50x50 mm dengan panjang 1200mm
Sebagai penyangga gerigi perontok.
b. Plate strip tebal 0.8mm dengan diameter 225mm
Sebagai pembentuk silinder perontok.
c. Kawat besi diameter 5 mm
8
Sebagai gerigi perontok yang dibending sedemikian rupa dengan panjang 100mm.
Seluruh komponen dibuat menjadi satu secara permanent dengan cara dilas. Pada pengelasan
ini bahan elektroda adalah AWS 60xx dengan 1 Psi = 6.894757 N/mm2 , kekuatan tarik
elektroda 427,27 N/mm2 . Tebal pengelasan T = 3 mm dan L = 40 mm, dan factor keamanan
N = 3. Pengelasan yang kritis terjadi pada komponen pelat poros.
\
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan didapat hasil sebagai kesimpulan yakni:
1. Menggunakan motor diesel dengan daya 1 Hp 750 Rpm
2. Diameter puli motor 150 mm
3. Diameter puli silinder 225 mm
9
4. Panjang sabuk 1659.06 mm
5. Bahan poros yang digunakan, St 42,dengan tegangan tarik 420 N/mm2.
6. Silinder perontok dibuat dari:
- Profil besi hollow 50x50 mm dengan panjang 1200mm
- Plate strip tebal 0.8mm dengan diameter 225mm
- Kawat besi diameter 5 mm
7. Pengelasan dengan bahan elektroda AWS 60xx dengan 1 Psi = 6.894757 N/mm2 ,
kekuatan tarik elektroda 427,27 N/mm2 . Tebal pengelasan T = 3mm dan L = 40mm.
4.2 Saran
1. Untuk mendapatkan kinerja mesin yang kontinue, perlu diperhatikan proses pemasukan
jerami padi kedalam mesin.
2. Perawatan senantiasa dilakukan setelah melakukan proses perontokan yaitu berupa
pembersihan komponen dan melumasi komponen yang perlu dilumasi untuk menghindari
terjadinya kerusakan.
10