traumatologi
DESCRIPTION
blok 30TRANSCRIPT
Traumatologi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan
berbagai kekerasan (rudapaksa). Sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu
keadaan ke-tidak-sinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.
Luka Akibat Kekerasan Benda Tumpul
Benda – benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda
yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom),
luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).1
Memar adalah suatu pendarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya
kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadangkala
memberi petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban dan sebenarnya adalah
suatu pendarahan tepi (maternal haemorrhage). 1
Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya
kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat
longgar, jaringan lemak). Usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah,
penyakit (hipertensi, penyakit kardiovaskular, diathesis hemoragik).1
Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak jauh dari letak benturan, misalnya
kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebral atau kekerasan benda
tumpul pada paha dengan patah tulang paha menimbulkan hematom pada sisi luar tungkai
bawah.1
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalu perubahan warnanya. Pada saat
timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4 sampai 5
hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menkadi kuning dalam 7 sampai 10 hari,
dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai
dari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagi factor yang
mempengaruhinya. 1
Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat merupakan hal yang
penting, apalagi bila luka memar tersebut disertai luka lecet atau laserasi. Dengan perjalanan
waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka memar akan memberi gambaran yang makin
jelas. 1
Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya akan
menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat dibedakan dari
lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan kulit. Pada lebam mayat (hypostasis pascamati)
darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri air,
penampang sayatan akan tampak bersih. Sedangkan pada hematom penampang sayatan tetap
berwarna merah kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi
ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini, 1
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh
terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan
kulit,1
Manfaat interoretasi luka lecet ditinjau dari aspek medikolegal seringkali diremehkan,
padahal pemeriksaan luka lecet yang teliti disertai pemeriksaan yang di TKP dapat
mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Misalnya suatu luka lecet yang semula
diperkirakan sebagai akibat jatuh dan terbentur aspal jalanan atau tanah, seharusnya dijumpai
pula aspal atau debu yang menempel di luka tersebut. Bila setelah dilakukan pemeriksaan yang
teliti ternyata tidak dijumpai benda asing tersebut, maka harus timbul pemikiran bahwa luka
tersebut bukan terjadi akibat jatuh ke aspal/tanah, tapi mungkin akibat tindak kekerasan. Sesuai
mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifiksikan : 1
a. Luka lecet gores
Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang
menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan menyebabkan lapisan
tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi
b. Luka Lecet Serut
Adalah variasi luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit
lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat tumpukkan epitel.
c. Luka Lecet Tekan
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang
lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permulaan benda
tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang
mempunyai bentuk yang khas misalnya kisi- kisi radiator mobil, jejas gigitan dan
sebagainya. Gambaran luka lecet yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit yang
kaku dengan warna lebih delap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan
yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca mati.
d. Luka Lecet Geser
Disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus
gantung atau jerat serta pada korban pecut. Luka lecet geser yang terjadi semasa hidup
mungkin sulit dibeadakan dari luka lecet yang terjadi segera setelah pasca mati.
Luka Robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan
kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan
pada kulit. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan,tepi luka, bentuk
dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka. 1
Kekerasan tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang. Bila terdapat lebih
dari satu garis patah tulang yang saling bersinggungan maka garis patah yang terjadi belakangan
akan berhenti pada garis patah yang telah terjadi sebelumnya. 1
Pada cedera kepala, tulang tengkorak yang tidak terlindungi oleh kulit hanya mampu
menahan benturan sampai 40 pound/inch2, tetapi bila terlindung oleh kulit maka dapat menahan
sampai 425.900 pound/inch2. Selain pada kulit kepala dan patah tulang tengkorak, cedera kepala
dapat pula mengakibatkan pendarahan dalam rongga tengkorak berupa pendarahan epidural,
subdural, subaraknoid, kerusakan selaput otak dan jaringan otak. 1
Pendarahan epidural sering terjadi pada usia dewasa sampai usia pertengahan, dan sering
diujumpai pada kekerasan benda tumpul di daerah pelipis (kurang dari 50%) dan belakang
kepala (10-15%), akibat garis patah yang melewati sulcus arteria meningea, tetapi pendarahan
epidural tidak selalu disertai patah tulang. 1
Pendarahan subdural terjadi karena robeknya sinus, vena jemabatam (bridging vein),
arteri basiliaris, atau berasal dari pendarahan subaraknoid. 1
Pendarahan subaraknoid biasanya berasal dari focus kontusio/laserasi hjaringan otak.
Perlu diinget bahwa pendarahan ini juga bisa terjadi spontan pada sengatan matahari *heat
stroke), leukemia, tumor, keracunan CO dan penyakit infeksi tertentu. 1
Lesi otak tidak selalu terjadi hanya pada daerah benturan (coup) tetapi dapat terjadi di
seberang titik (contre coup) atau diantara keduanya (intermediate coup). Lesi contre coup terjadi
karena adanya liwuor yang mengakibatkan pergerakan otak saat terjadinya benturan, sehingga
pada sisi kontralateral terjadi gaya positif akibat akselerasi, dorongan liquor dan tekanan oleh
tulang yang mengalami deformitas. Penelitian lain menyatakan contre coup terjadi karenan
adanya deformitas tulang tengkorak yang dapat menimbulkan pada sisi kontralateral. Cedera
kontralateral terjadi bila tekanan negative yang terjadi minimal 1 ATA (atmosfir absolut).
Kontusio biasanya terjadi bila ada kekerasan paling tidak sebesar 250 dikalikan gaya gravitasi
sedangkan komosio kira – kira 60-100 dikalikan gravitasi. 1
Luka Akibat Trauma Listrik
Factor yang berperan pada cedera listrik ialah tegangan (volt), kuat arus (Ampere), tahan
kulit (ohm) luas dan lama kontak. Tegangan rendah (<65 volt) biasanya tidak berbahaya bagi
manusia, tetapi tegangan sedang (65-1000 V) dapat mematikan. Banyaknya arus listrik yang
mengalir menuju tubuh manusia menentukan juga fatalitas seseorang. Makin besar arus, makin
berbahaya bagi kelangsungan hidup. 1
Selain factor-faktor kuat arus, tahanan dan lama kontak, hal lain yang paling diperhatikan
adalah luas permukaan kontak seluas 50 cm persegi (kurang lebih selebar telapak tangan) dapat
mematikan tanpa menimbulkan jejas listrik, karena pada kuat arus letal (100mA), kepadatan arus
pada daerah selebar telapak tangan tersebut hanya 2 mA/cm persegi, yang tidak cukup besar
untuk menimbulkan jejas listrik. 1
Kuat arus yang masih memungkinkan bagi tangan yang memegangnya untuk melepaskan
diri disebut let go current yang bedarnya berbeda – beda untuk setiap individu. 1
Gambaran makroskopik jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk
kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol, di sekitarnya terdapat daerah yang pucat
dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebabnya.
Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik. 1
Sesuai dengan mekanisme kterjadinya, gambaran serupa jejas listrik secara makroskopik
juga bisa timbul akibat persentuhan kulit dengan benda/logam panas (membara). Walaupun
demikian keduanya dapat diberdakan dengan pemeriksaan mikroskopis. Jejas listrik bukanlah
tanda intravital karena dapat juga ditimbulkan pada kulit mayat/pasca mati (namun tanpa daerah
hiperemi). Kematian dapat terjadi karena fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan dan
kelumpuhan pusat pernapasan. 1
Intravitalitas atau Reaksi Vital terhadap Luka
Pada tubuh manusia yang masih hidup, adanya trauma akan menyebabkan timbulnya
reaksi tubuh terhadap trauma tersebut. Dengan menemukan reaksi tubuh terhadap trauma, maka
dapat dipastikan bahwa saat terjadi trauma, yang bersangkutan masih hidup, atau dengan
perkataan lain, luka terjadi intravital. 1
Reaksi vital yang umum adalah pendarahan berupa ekimosis, petechiae dan terjadinya
emboli. Pada penilaian terhadap pendarahan, harus dilakukan dengan teliti terutama bila luka
terletak di daerah hypostasis. Luka – luka pada korban harus diperhatikan dengan seksama
termasuk saluran luka/ kerusakan jaringan bawah kulit. 1
Emboli lemak dapat terjadi pada kasus patah tulang dan trauma tumpul jaringan lemak
sedangkan emboli udara terjadi bila ada vena superfisialis yang terbuka dan emboli jaringan
dapat terjadi bila alat dalam, misalnya hati mengalami kerusakan. 1
Kada laktat darah dapat digunakan sebagai cerminan reaksi adrenergic, adalah parameter
terjadinya suatu situasi stress premortal, misalnya pada kecelakaan pesawat terbang. 1
Reaksi radang, sepsis dan terjadinya ulcus duodeni/ventrikulus dapat pula sebagai
indicator intravitalitas. Luka bakar intravital dapat ditentukan dengan melihat adanya eritema di
sekeliling vesikel/bullae dan pemeriksaan mikroskopik menunjukkan pelebaran kapiler, sebukan
lekosit PMN, perdarahan dan edema. 1
Adanya jelaga pada saluran nafas dan lambung serta Co-Hb darah (10%, serta cyanide
(kadang – kadang) menunjukkan bahwa orang tersebut masih hidup sewaktu terbakar. 1
Reaksi intravital terhadap trauma dapat pula tampak sebagai peningkatan kadar histamine
bebas serta serotonin pada jaringan yang mengalami trauma. Demikian pula, perubahan
enzymatic LDH pada jaringan yang mengalmi perlukaan, reaksi penyembuhan dan terjadinya
granulasi serta terjadinya sebuka sel radang baik yang akut maupun yang kronik, semuanya
menunjukkan bahwa luka yang terjadi adalah luka semasa korban masih hidup. 1
DAPUS
1. Tim Penulis Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FKUI; 1997.h. 25-36.
2.