toksikologi forensik.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Toksikologi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman
mekanisme efek beracun yang dihasilkan bahan kimia pada jaringan hidup atau
organisme; studi tentang kondisi (termasuk dosis) di mana paparan bahan kimia
pada makhluk hidup berbahaya. Toksikologi analitik diperlukan utk mengenali zat
toksik yg tdk dikenal dgn analisis cairan tubuh, isi lambung, tmpat makanan yg
dicurigai dll. Toksikologi klinik, untuk mengatasi toksisitas , mengupayakan
tindakan menghilangkan gejala dan mengeluarkan racun secepatnya dr tubuh
misal dengan memberi antidotum. Toksikologi forensic, masalah hukum dalam
kasus toksisitas. Toksikologi kerja, keracunan yg terjadi di tempat kerja.
Toksikologi lingkungan, mempelajari pencemaran lingkungan, sumber bahan,
transportnya, degradasi, biokonsentrasi di lingkungan serta pengaruhnya pd
manusia. Toksikologi hokum, undang2, standart yg membatasi pengggunaan zat
kimia beracun. Toksikologi konvensional, penelitian tentang toksikologi untuk
menentukan gambaran efek toksik. Toksikologi mekanistik, pengetahuan cara
kerja zat toksik
BAB II
TOKSIKOLOGI
Definisi toksikologi
Toksikologi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman
mekanisme efek beracun yang dihasilkan bahan kimia pada jaringan hidup atau
organisme; studi tentang kondisi (termasuk dosis) di mana paparan bahan kimia
pada makhluk hidup berbahaya.
Toksikologi karena metanol
Methanol (CH3OH;metyl alcohol;carbinol;alcohol kayu) diperoleh dari
distilasi destruktif kayu.merupakan merupakan alcohol yang paling sederhana,
dengan rumus kimia CH3OH, berat molekul 32,04, titik didih 64,5 C(147F),
bersifat ringan, mudah menguap, tak berwarna, mudah terbakar, beracun dan
berbau khas. Methanol digunakan sebagai bahan penambah bensin, bahan
pemanas ruangan, pelarut industry, pada larutan fotokopi, serta sebagai bahan
makanan untuk bakteri yang memproduksi protein. Keracunan methanol sering
terjadi di Negara kita dan dapat menyebabkan meningkatnya morbiditas dan
mortalitas. Methanol paling banyak dijumpai dalam rumah tangga dalam bentuk
“canned heat” atau cairan pembersih kaca mobil.1,3
Methanol dapat diabsorbsi ke dalam kulit, saluran pernafasan atau
pencernaan dan didistribusikan ke dalam cairan tubuh. Mekanisme utama
methanol di dalam tubuh manusia adalah dengan oksidasi menjadi formaldehida,
asam format dan CO2. Methanol juga dapat disingkirkan dengan membuat
muntah, dan dalam jumlah kecil diekskresikan melalui pernafasan, keringat dan
urin. Methanol tidak dapat diikat dengan karbon.2
Pada manusia kepekaan khusus terhadap keracunan methanol mungkin
disebabkan oleh produksi metabolit format dari methanol yang membutuhkan
folat dan bukan oleh metanolnya sendiri atau formaldehid, suatu metabolit antara.2
Manifestasi dari keracunan methanol adalah muntah, sakit kepala, nyeri
ulu hati, dyspneu, bradikardia dan hipotensi. Bisa terjadi delirium kemudian
pasien akan segera menjadi koma. Asidosis metabolic sangat khas terjadi pada
keracunan methanol, yang disebabkan karena terbentuknya asam format yang
merupakan metabolit dari methanol yang telah mengalami metabolism di dalam
hati. Toksisitas yang spesifik yaitu kerusakan pada retina. Penglihatan kabur,
pelebaran pembuluh darah diskus optikus selalu mendahului kematian yang
disebabkan oleh gagal nafas.2
Methanol dapat diabsorbsi kedalam tubuh melalui saluran pencernaan, kulit dan
paru-paru. Methanol didistibusikan secara luas dalam cairan tubuh dengan volume
distribusi 0,6 L/kg. Methanol secara perlahan dimetabolisme di hati. Sekitar 3%
dari methanol diekskresikan melalui paru atau diekskresi melalui urin.3
Methanol beracun melalui dua mekanisme. Pertama methanol yang telah
masuk kedalam tubuh baik melalui, menelan menghirup atau diserap melalui kulit
dapat menekan saraf pusat seperti yang terjadi pada keracunan etanol. Kedua
methanol beracun setelah mengalami pemecahan oleh enzim alcohol
dehidrogenase di hati menjadi asam format dan formaldehida. Dosis yang
berbahaya dapat terjadi bila seseorang terekspos terus menerus terhadap uap
methanol atau cairan methanol tanpa menggunakan pelindung. Dosis yang
mematikan adalah 100-125 ml (4fl oz).4
Cara kerja methanol sama dengan cara kerja etanol. Methanol lebih
bersifat toksik dibandingkan dengan etanol. Toksisitas methanol semakin
meningkat disebabkan oleh stukturnya yang tidak murni. metanol diekskresikan
secara lambat di dalam tubuh dan kemudian secara kumulatif methanol dapat
bersifat toksik di dalam tubuh. Selama penelanan methanol secara cepat
diabsorbsi dalam traktus gastrointestinal dan dimetabolisme dihati. Pada langkah
pertama dari degradasi, methanol diubah menjadi formaldehid oleh ensim alcohol
dehidrogenase. Reaksi ini lebih lambat dari reaksi kedua, oksidasi dari
formaldehid menjadi asam format oleh ensim aldehid dehidrogenase. Oksidasi ini
berlangsung cepat sehingga hanya sedikit formaldehid yang terakumulasi dalam
serum. Hal ini menjelaskan latensi dari gejala antara penelanan dan timbulnya
efek. Waktu paruh dari formaldehid adalah sekitar 1-2 menit.1,3
Asam format kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air oleh
tetrahidrofolat. Metabolism dari asam format sangat lambat sehingga dapat
terakumulasi di dalam tubuh yang menimbulkan asidosis metabolic. Asam format
juga menghambat respirasi seluler sehingga terjadi asidosis laktat.5
Kecepatan absorbsi dari methanol tergantung dari beberapa factor, dua
factor yang paling berperan adalah konsentrasi methanol dan ada tidaknya
makanan dalan saluran cerna. Methanol dalam bentuk larutan lebih lambat diserap
dibanding dengan methanol yang murni dan adanya makanan dalam saluran cerna
terutama lemak dan protein akan memperlambat absorbsi methanol dalam saluran
cerna. Setelah diabsorbsi, methanol didistribusi ke seluruh jaringan dan cairan
tubuh kecuali jaringan lemak dan tulang, disini konsentrasi methanol paling
rendah. Konsentrasi methanol di dalam darah mencapai maksimum kira-kira
setengah sampai satu jam setelah methanol dikonsumsi. Konsentrasi methanol di
dalam otak setelah tercapai keseimbangan adalah lebih sedikit dibanding dengan
konsentrasi di dalam darah.5
Methanol yang telah diabsorbsi, dimetabolisme di dalam tubuh didalam
hepar melalui proses oksidasi. Secara normal, tubuh dapat memetabolisme 10 gms
methanol murni. jika dikonsumsi berlebihan, konsentrasi methanol dalam darah
akan meningkat dan orang tersebut akan mulai menunjukkan keluhan dan gejala
keracunan alcohol, kecuali orang tersebut telah mengalami toleransi terhadap
methanol. Methanol dalam jumlah yang maksimum yaitu 300 ml methanol murni,
dapat dimetabolisme dalam tubuh dalam 24 jam. Keracunan methanol dapat
menyebabkan gangguan pada hepar dan ginjal.1
Gejala awal yang timbul setelah keracunan methanol adalah gejala yang terjadi
karena depresi system saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual, koordinasi
terganggu, kebingungan dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri dan
kematian. Gejala awal ini lebih ringan dari yang terjadi pada keracunan etanol.4
Bila gejala awal telah dilalui rangkaian kedua dari gejala, terjadi 10-30
jam setelah paparan awal terhadap methanol. Akumulasi asam format pada saraf
optic dapat menyebabkan penglihatan kabur. Hilangnya penglihatan secara total
dapat disebabkan oleh berhentinya fungsi mitokondria pada saraf optic dimana
terjadi hiperemi, edema dan atropi saraf optic. Demielinisasi saraf optic juga dapat
terjadi karena penghancuran myelin oleh asam format. Akumulasi asam format
didalam darah dapat menyebabkan asidosis metabolic. Interval antara masuknya
racun sampai timbulnya gejala berhubungan dengan volume methanol yang
tertelan. Kadar methanol dalam darah mencapai puncaknya setelah 30-90 menit.
Dosis letal minimal adalah 1 mg/kg bb. Asidosis merupakan factor primer dari
keracunan methanol dan depresi dari system saraf pusat adalah factor yang
minor.4,5,
Ketika metabolime methanol telah berlangsung asidosis metabolic dengan
anion gap yang berat akan terjadi. Asidosis metabolic yang berat yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan adalah tanda dari keracunan methanol.
Pasien biasanya mengalami penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau perubahan
dari persepsi warna. Bisa juga terjadi pengecilan lapangan pandang dan terkadang
kehilangan penglihatan secara total. Tanda khas dari disfungsi penglihatan
termasuk dilatasi pupil dan hilangnya reflek pupil.3
Tanda dan gejala lebih lanjut dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis,
takipneu, koma, kejang, gangguan elektrolit dan perubahan hemodinamik yang
bervariasi termasuk hipertensi dan cardiac arrest. Dapat juga terjadi gangguan
memori yang ringan sampai berat, agitasi yang dapat berlanjut menjadi stupor dan
koma sejalan dengan memberatnya asidosis. Pada kasus yang berat dapat terjadi
kematian. Pasien yang bertahan dapat menderita gejala sisa seperti kebutaan yang
permanen atau deficit neurologis yang lain.
Gejala awal yang timbul setelah keracunan methanol adalah gejala yang terjadi
karena depresi system saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual, koordinasi
terganggu, kebingungan dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri dan
kematian. Gejala awal ini lebih ringan dari yang terjadi pada keracunan etanol.4
Bila gejala awal telah dilalui rangkaian kedua dari gejala, terjadi 10-30
jam setelah paparan awal terhadap methanol. Akumulasi asam format pada saraf
optic dapat menyebabkan penglihatan kabur. Hilangnya penglihatan secara total
dapat disebabkan oleh berhentinya fungsi mitokondria pada saraf optic dimana
terjadi hiperemi, edema dan atropi saraf optic. Demielinisasi saraf optic juga dapat
terjadi karena penghancuran myelin oleh asam format. Akumulasi asam format
didalam darah dapat menyebabkan asidosis metabolic. Interval antara masuknya
racun sampai timbulnya gejala berhubungan dengan volume methanol yang
tertelan. Kadar methanol dalam darah mencapai puncaknya setelah 30-90 menit.
Dosis letal minimal adalah 1 mg/kg bb. Asidosis merupakan factor primer dari
keracunan methanol dan depresi dari system saraf pusat adalah factor yang
minor.4,5,
Ketika metabolime methanol telah berlangsung asidosis metabolic dengan
anion gap yang berat akan terjadi. Asidosis metabolic yang berat yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan adalah tanda dari keracunan methanol.
Pasien biasanya mengalami penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau perubahan
dari persepsi warna. Bisa juga terjadi pengecilan lapangan pandang dan terkadang
kehilangan penglihatan secara total. Tanda khas dari disfungsi penglihatan
termasuk dilatasi pupil dan hilangnya reflek pupil.3
Tanda dan gejala lebih lanjut dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis,
takipneu, koma, kejang, gangguan elektrolit dan perubahan hemodinamik yang
bervariasi termasuk hipertensi dan cardiac arrest. Dapat juga terjadi gangguan
memori yang ringan sampai berat, agitasi yang dapat berlanjut menjadi stupor dan
koma sejalan dengan memberatnya asidosis. Pada kasus yang berat dapat terjadi
kematian. Pasien yang bertahan dapat menderita gejala sisa seperti kebutaan yang
permanen atau deficit neurologis yang lain.
Toksikologi karena etanol
Alkohol adalah istilah yang dipakai untuk menyebut etanol, yang juga
disebut “grain alkohol” dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol.
Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar
pada minuman tersebut, bukan metanol, atau group alkohol lainnya. Begitu juga
dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol yang dimaksudkan
adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang
lebih luas lagi.
Dalam bidang kimia, alkohol (atau alkohol) adalah istilah yang umum
untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat
pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan atau atom
karbon lainnya.
Gugus fungsional alkohol adalah hidroksil yang terikat pada karbon
hibridisasi sp. Ada tiga jenis utama alkohol – ‘primer’, ‘skunder’, dan ‘tersier’.
Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH.
Etanol dan metanol (gambar di bawah) adalah alkohol primer. Alkohol skunder
yang paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier sederhana adalah 2-
metilpropan-2-ol.Rumus kimia umu alkohol adalah CnH2n+1OH
Kandungan etanol minuman beralkohol dapat dinyatakan dalam % volume
per volume (% v/v) % berat per berat (% b/b) atau dinyatakan dalam proof. Nilai
proof merupakan rasio 2:1 dibandingkan kandungan etanol dalam % volume.
Contohnya, minuman dengan kandungan etanol 40% (v/v) sebanding dengan 80
proof.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 86/Menkes/Per/IV/77
tentang minuman keras, minuman beralkohol dikategorikan sebagai minuman
keras dan dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan persentase kandungan etanol
volume per volume pada suhu 20 øC. Minuman dengan kadar etanol 1 -5 %
dikategorikan sebagai minuman keras golongan A, minuman dengan kadar etanol
lebih dari 5 % sampai dengan 20 % tergolong minuman keras golongan B
sedangkan minuman dengan kadar etanol golongan C mengandung etanol lebih
dari 20 % sampai 55 %.
Secara umum anggur dan brandy merupakan minuman beralkohol yang
dibuat dari buah anggur, jika tidak disebut jenis buahnya secara spesifik seperti
plum anggur (terbuat dari buah pulm) atau cherry brandy (terbuat dari buah ceri).
Dari jus apel dapat dibuat minuman cider. Di Amerika dan Kanada, cider atau
sweet cider merupakan istilah untuk jus apel yang tidak difermentasi, sedangkan
jus apel yang difermentasi disebut hard cider. Di Inggris, istilah cider selalu
digunakan untuk minuman beralkohol. Akan tetapi di Australia, istilah cider dapat
digunakan baik untuk produk beralkohol ataupun tidak. Hasil distilasi cider
dengan proses pembekuan menghasilkan produk yang dinamakan applejack.
Bir secara umum terbuat dari barley. Akan tetapi dapat juga terbuat dari campuran
beberapa jenis biji-bijian. Minuman beralkohol yang dibuat dari campuran
beberapa jenis biji-bijian dikenal dengan nama whisky. Jenis-jenis whisky seperti
scotch, rye, dan bourbon menunjukkan jenis biji-bijian utama yang digunakan
dengan tambahan biji-bijian lain (yang paling sering adalah barley dan kadang-
kadang oat).
Dua jenis minuman hasil penyulingan yang paling umum adalah vodka
dan gin. Vodka dapat merupakan hasil distilasi dari fermentasi berbagai jenis
bahan dimana biji-bijian dan kentang merupakan sumber yang paling umum.
Karakteristik vodka yang utama adalah dilakukannya proses distilasi secara tuntas
sehingga aroma bahan asal sudah tidak tersisa sama sekali. Sedangkan gin
merupakan hasil distilat seperti vodka yang diberi flavor dengan cara
menambahkan herba ataupun jenis-jenis tumbuhan lain khususnya juniper berries.
Nama gin sendiri berasal dari nama minuman genever yang berasal dari Belanda
yang berarti juniper.
Dengan mengenal jenis-jenis minuman beralkohol seperti diuraikan di
atas, diharapkan konsumen muslim menghindarkan diri dari penggunaannya.Ir.
Muti Arintawati MSi, auditor LP POM MUI. Kandungan beberapa minuman
beralkohol dapat dilihat pada tabel berikut:Jenis minuman Kandungan Etanol (%);
Bir 3-5, Anggur 9 -18, Anggur obat 9 – 18, Liquor Min. 24, Whisky Min. 30,
Brandy Min. 30, Genever Min. 30, Cognac Min. 35, Gin Min. 38, Arak Min. 38,
Rum Min. 38, Vodka Min. 40
Alkohol yang dimaksud dalam pembahasan disini ialah etil alkohol atau
etanol, suatu senyawa kimia dengan rumus C2H5OH. Minuman beralkohol adalah
minuman yang mengandung alkohol (etanol) yang dibuat secara fermentasi dari
Dampak negatif dari minuman beralkohol lebih besar dari efek positifnya, seperti
misalnya : pengaruh buruk terhadap kesehatan jasmani dan rohani, kriminalitas,
kenakalan remaja, kamtibmas dan ketahanan nasional. Dampak positif alkohol
sebagai obat yang diminum sudah dapat diganti dengan bahan lain. Namun pada
obat luar/obat oles masih digunakan.
Pengaruh ketagihan akibat meminum alkohol bukannya bergantung kepada jenis
alkohol tetapi jumlah yang diminum pada satu-satu masa. Pada dasarnya terdapat
dua pengaruh yang ketara pada penagih alkohol yaitu pengaruh jangka pendek dan
jangka panjang.
Pengaruh jangka pendek yang membabitkan pengambilan lebih kurang
satu botol besar menjadikan seseorang itu kurang daya koordinasi seperti tidak
boleh berjalan dengan betul dan tidak boleh membuka pintu. Dalam masa yang
singkat ini boleh menyebabkan hangover. Hangover lazimnya disebabkan oleh
keracunan alkohol, bahan lain dalam alkohol dan tindakbalas ketagih alkohol.
Tanda-tanda hangover termasuklah sakit kepala, loya, muntah, diare, gangguan
pergerakan usus dan menggeletar selama delapan dan 12 jam kemudian
Pengaruh jangka panjang akan dirasai setelah meminumnya selama beberapa
bulan atau tahun. Pengaruh utamanya adalah seperti sakit jantung, hati atau
penyakit dalam perut. Apabila situasi ini terjadi mereka akan kurang selera
makan, kekurangan vitamin, mudah diserang penyakit, haid tidak lancar.
Kematian yang awal adalah lebih kerap pada orang yang terlalu banyak meminum
alkohol, terutamanya daripada sakit jantung atau hati, radang paru-paru, kanker,
keracunan alkohol yang kuat, kecelakaan, pembunuhan dan bunuh diri.
Pengaruh pada otak
Pada dasarnya setelah diminum, alkohol akan meresap dari usus kecil ke
dalam darah. Alkohol terus dibawa ke jantung kemudian dibawa ke seluruh tubuh.
Dari sini ia terus meresap ke dalam otak dan seterusnya ke urat saraf. Otak
merupakan salah satu organ penting yang dimiliki oleh manusia karena otaklah
yang mengontrol segala kegiatan
Pengaruh pada hati
Pengaruh alkohol yang paling bahaya adalah pengaruh pada hati. Setiap
kali seorang peminum mengambil alkohol, hatinya mendapat luka. Sel hati akan
mati dan menjadi mengecil. Hal ini akan mengurangi kemampuan hati untuk
berfungsi dengan sempurna. Pengecilan yang serius akan menyebabkan hati tidak
dapat berfungsi langsung. Keadaan ini disebut sirosis hati dan boleh membawa
maut.
Pembengkakan hati (hepatitis) juga bisa disebabkan oleh kelebihan toksik
alkohol. Pada mulanya menyebabkan hati mengembang dan lama kelamaan
saluran darah akan mengecil. Ini menyebabkan darah tidak dapat mengalir ke hati
dengan sempurna dan akhirnya saluran darah akan membengkak lalu pecah. Pada
peringkat kritikal pengidap hepatitis akan mengalami muntah darah dan kotoran
mereka akan bercampur dengan darah.
Pengaruh pada saraf
Kerusakan saraf dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit seperti
sindrom Wernicke-Korsakoff dan kerusakan sel-sel otak, yang seterusnya
membawa kepada komplikasi psikiatri. Peminum mengalami halunisasi
pendengaran, amnesia, paranoia, depresi, dan kecenderungan membunuh diri.
Pengaruh pada janin
Peminum alkohol kronik yang sedang hamil menyebabkan kandungannya
mempunyai ciri-ciri kecacatan seperti kekurangan berat badan, ukuran kepala
yang terlalu kecil berbanding tubuh, keadaan muka yang rata, dan kelemahan
sendi-sendi. Selain daripada pengaruh-pengaruh di atas, alkohol juga bertindak
dengan berbagai sistem dan organ tubuh. Contohnya, pengaruh terhadap sistem
peredaran tubuh menyebabkan darah lebih banyak dialirkan ke kulit. Ini
menyebabkan kulit peminum menjadi kemerah-merahan. Peminum alkohol juga
didapati lebih cenderung sering membuang air kecil karena etanol dapat
meningkatkan hormon penahan kecing.
Penggunaan ethanol berhubungan secara bermakna dengan peningkatan
cedera yang serius yang disebabkan kekurangan mekanisme penilaian dan
kontrol
Penekanan derajat kesadaran menutupi respon dari penyakit dan penyakit yang
mendasarinya
Penggunaan etanol sering berhubungan dengan penekanan pernafasan dan
reflek muntah
Ada diagnosis banding yang bermakna dari penderita dengan intoksikasi
alkohol (tabel 1)
Kadar etanol darah turun 20-30 mg % perjam
Glascow Coma Scale (GCS) secara statistik tidak dipengaruhi oleh alkohol
sampai kadar alkohol darah mencapai > 200 mg %. Jadi jangan memasukkan
penuturunan kesadaran karena alcohol kecuali kadar alkohol penderita
sedikitnya 200 mg %
Tabel 1: Diagnosa banding penurunan kesadaran pada penderita intoksikasi
alkohol
Kelainan susunan saraf pusat Kejang atau postikal,stroke, subdural
hematome, tumor
Kelainan lingkungan hipotermi
Infeksi Meningitis/ ensefalitis, pneumonia,
sepsis
Kelainan metabolic Ketoasidosis diabetic, ensefalopati
hepatic, hipokalsemia, hiponatremia,
uremia
Kelainan respirasi Hipoksemia
Keracunan Benzodiazepine, karbonmonoksida,
etanol, etilen glikol, isopropyl alcohol,
methanol, narkotik, hipnotik sedative
Trauma Gegar otak, Kontusio serebri, hematom
epidural, hipotensi, perdarahan
subarahnoid
Toksikologi karena Barbiturat
Asam barbiturat pertama kali disintesis oleh peneliti Jerman Adolf Von
Baeyer pada tanggal 6 Desember 1864. Hal ini dilakukan dengan cara
mengkondensasi urea dari hewan produk limbah dengan dietil malonat (ester dari
asam apel). Ada beberapa cerita tentang bagaimana substansi ini mendapatkan
namanya. Kisah yang paling mungkin adalah bahwa Von Baeyer dan rekan-
rekannya pergi untuk merayakan penemuan mereka di sebuah kedai dimana
artileri tentara kota juga merayakan hari Raya Saint Barbara-Santo pelindung
artileri. Perwira artileri dikatakan telah dibaptis zat baru dengan mencampur
“Barbara” dengan “urea”. Tidak ada substansi medis ditemukan, namun, sampai
1903 ketika dua kimiawan Jerman yang bekerja di Bayer, Emil Fischer dan
Joseph von Mering, menemukan bahwa barbital ini sangat efektif dalam
menginduksi tidur anjing. Barbital kemudian dipasarkan oleh Bayer di bawah
nama dagang Veronal. Von Mering mengusulkan nama ini karena tempat paling
damai yang ia tahu adalah kota Verona, Italia.
Barbiturat adalah obat yang bertindak sebagai depresan sistem saraf pusat,
dan menghasilkan efek yang luas, dari sedasi ringan sampai anestesi total.
Barbiturat juga efektif sebagai anxiolitik, hipnotik, dan antikolvusan. Barbiturat
memiliki potensi kecanduan, baik secara fisik dan psikologis. Barbiturat pada
umumnya digunakan sebagai asam bebas atau garam untuk sodium, kalsium,
kalium, magnesium, litium, dan lain-lain. Kodein dan dionine berbasis garam-
garam dari asam barbiturat telah dikembangkan. Pada tahun 1912, Bayer
memperkenalkan turunan asam barbiturat lainnya, seperti phenobarbital dan lain-
lain.
Turunan asam barbiturat seperti pentobarbital dan phenobarbital sudah
lama digunakan sebagai anxiolitik dan hipnotik. Barbiturat sebagian besar telah
digantikan oleh benzodiazepin dalam praktek medis rutin – misalnya dalam
pengobatan kecemasan dan insomnia – karena benzodiazepin secara signifikan
kurang menyebabkan overdosis. Namun barbiturat masih digunakan dalam
anastesi umum, serta untuk epilepsi.
Barbiturat diklasifikasikan menjadi barbiturat aksi-sangat pendek
(ultrashort-acting), aksi-pendek (short-acting), aksi-menengah (intermediate-
acting), dan aksi-lama (long-acting) tergantung pada seberapa cepat barbiturat
beraksi dan berapa lama efek barbiturat berakhir. Barbiturat aksi sangat pendek
(ultrashort-acting) masih banyak digunakan untuk anestesi bedah, terutama untuk
menginduksi anestesi meskipun penggunaan barbiturat selama induksi anestesi
sebagian besar telah digantikan oleh propofol. Barbiturat ultrashort acting seperti
thiopental (pentothal) menghasilkan ketidaksadaran dalam waktu sekitar satu
menit intravena injeksi. Obat ini digunakan untuk menyiapkan pasien untuk
pembedahan; anestesi umum lain seperti sevofluran atau isofluran kemudian
digunakan untuk menjaga pasien dari bangun sebelum operasi selesai. Thiopental
dan barbiturat ultrashort-acting biasanya digunakan dalam pengaturan rumah sakit
dan sangat tidak mungkin untuk disalahgunakan.
Phenobarbital digunakan sebagai antikonvulsan untuk orang yang menderita
gangguan kejang seperti kejang demam, kejang tonik-klonik, status epileptikus,
dan eklampsia. Barbiturat long-acting berlaku hingga 12 jam atau lebih.
Thiopental, barbiturat ultrashort-acting yang dipasarkan dengan nama Sodium
Pentothal, kadang-kadang digunakan sebagai “serum kebenaran”. Bila dilarutkan
dalam air, dapat ditelan atau diberikan melalui suntikan intravena. Obat sendiri
tidak memaksa orang untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi diperkirakan
penurunan hambatan, membuat subjek lebih mungkin tertangkap basah saat
ditanyai.
Pada 1950-an dan 1960-an, laporan tentang overdosis barbiturat dan
masalah ketergantungan meningkat, yang akhirnya menyebabkan penjadwalan
barbiturat sebagai obat terkontrol. Pada tahun 1970, beberapa barbiturat ditunjuk
di Amerika Serikat sebagai zat yang dikendalikan dengan berlakunya Act
Amerika Controlled Substances 1970. Pentobarbital dan amobarbital secobarbital
ditunjuk sebagai jadwal obat II, butabarbital jadwal III, dan phenobarbital sebagai
jadwal IV. Pada tahun 1971, Konvensi Psikotropika ditandatangani di Wina.
Dirancang untuk mengatur amfetamin, barbiturat, dan sintetik lainnya, perjanjian
ini juga mengatur secobarbital, amobarbital, butalbital, cyclobarbital, dan
pentobarbital sebagai jadwal III, dan allobarbital, methylphenobarbital,
phenobarbital, serta vinylbital sebagai jadwal IV.
Mekanisme utama dari aksi barbiturat diyakini untuk menarik reseptor
GABA A. GABA adalah neurotransmitter inhibisi utama dalam sistem saraf
mamalia pusat (SSP). Barbiturat mengikat reseptor GABA A pada subunit alpha,
tempat pengikatan GABA itu sendiri berbeda dari tempat pengikatan
benzodiazepin. Seperti benzodiazepin, barbiturat mempotensiasi efek GABA di
reseptor ini. Selain efek GABA-ergic, barbiturat juga memblokir reseptor AMPA,
suatu subtipe reseptor glutamat. Glutamat adalah neurotransmitter rangsangan
utama di SSP mamalia. Secara keseluruhan, temuan bahwa barbiturat berpotensial
menghambat reseptor GABA A dan menghambat reseptor rangsang AMPA dapat
menjelaskan efek depresan SSP dari agen ini. Pada konsentrasi tinggi mereka
menghambat Ca2+-bergantung pelepasan neurotransmiter.
Sifat fisik barbiturat:
Bubuk putih, biasanya berbentuk kristal
Tidak berbau
Rasanya sedikit pahit
Mudah larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air
Bersifat asam lemah
Dalam bentuk garam Na : kristal, basa, rasa pahit, mudah larut dalam air
Barbiturat menghasilkan efek farmakologis dengan meningkatkan durasi
pembukaan saluran ion klorida pada reseptor GABA A (farmakodinamik: ini
meningkatkan efektivitas dari GABA), sedangkan benzodiazepin meningkatkan
frekuensi pembukaan saluran ion klorida pada reseptor GABA A
(farmakodinamik: ini meningkatkan potensi GABA). Pembukaan saluran ion
klorida adalah alasan peningkatan toksisitas dari barbiturat dibandingkan dengan
benzodiazepin dalam keadaan overdosis.
Orang tua dan wanita hamil harus mempertimbangkan risiko yang terkait
dengan penggunaan barbiturat. Bagi orang tua (sudah berumur), tubuh kurang
mampu menyingkirkan barbiturat itu sendiri. Akibatnya, orang-orang di atas usia
enam puluh lima berada pada risiko yang lebih tinggi, mengalami efek bahaya
dari barbiturat, termasuk ketergantungan obat dan overdosis tak disengaja. Jika
barbiturat diminum selama kehamilan, obat melewati aliran darah ibu ke janin-
nya. Setelah bayi lahir, mungkin mengalami gejala kesulitan bernapas. Selain itu,
ibu menyusui yang meminum barbiturat dapat mengalirkan barbiturat pada bayi
mereka melalui ASI.
Dengan penggunaan teratur efek barbiturat dapat berkembang. Ini pada
akhirnya dapat menyebabkan kebutuhan untuk meningkatkan dosis obat untuk
mendapatkan efek asli yang diinginkan farmakologi atau terapi. Kecanduan
barbiturat secara psikologi dapat berkembang dengan cepat. Reseptor GABAA
diperkirakan memainkan peran penting dalam pengembangan ketergantungan
pada barbiturat serta gembira “tinggi” yang dihasilkan barbiturat.
Overdosis terjadi ketika seseorang mengambil dosis yang lebih besar-daripada-
resep obat. Gejala overdosis biasanya termasuk kelesuan, kesulitan dalam
berpikir, kelambatan bicara, mengantuk, napas pendek, kehilangan keseimbangan,
dan dalam kasus-kasus yang parah koma dan kematian. Barbiturat dalam dosis
mematikan memilki efek yang sangat bervariasi dari satu individu ke individu
lain. Bahkan, meski dalam pengawasan, pemberian barbiturat masih menjadi
masalah, karena dapat menyebabkan gejala berbahaya dan tidak menyenangkan
ketika obat berhenti, setelah ketergantungan terhadap obat berkembang.
Seperti etanol, barbiturat memabukkan dan menghasilkan efek yang sama selama
intoksikasi. Gejala-gejala keracunan barbiturat termasuk depresi pernapasan,
menurunkan tekanan darah, kelelahan, demam, kegembiraan yang tidak biasa,
iritabilitas, pusing, konsentrasi yang buruk, sedasi, kebingungan, gangguan
koordinasi, gangguan penilaian, kecanduan, dan pernapasan yang dapat
menyebabkan kematian.
Pengguna melaporkan bahwa penggunaan barbiturat dosis tinggi memberi
mereka perasaan kepuasan dan euforia. Risiko utama dari penyalahgunaan
barbiturat adalah depresi pernapasan akut. Ketergantungan fisik dan psikologis
juga dapat berkembang dengan penggunaan berulang. Efek lain dari keracunan
barbiturat meliputi mengantuk, nistagmus lateral dan vertikal, bicara cadel dan
ataksia, kecemasan menurun, hilangnya hambatan. Barbiturat juga digunakan
untuk mengurangi efek samping atau penarikan dari penyalahgunaan narkoba.
Pengguna narkoba cenderung memilih barbiturat short-acting dan intermediate-
acting. Yang paling sering disalahgunakan adalah amobarbital (amytal),
pentobarbital (Nembutal), dan secobarbital (Seconal). Kombinasi amobarbital dan
secobarbital (disebut Tuinal) juga sering disalahgunakan. Barbiturat short-acting
dan intermediate-acting biasanya diresepkan sebagai obat penenang dan pil tidur.
Pil ini mulai bertindak 15-40 menit setelah diminum, dan efeknya bertahan lima
sampai enam jam. Dokter hewan menggunakan pentobarbital untuk anestesi
hewan sebelum operasi; dalam dosis besar, dapat digunakan untuk euthanise
hewan.
Temuan otopsi pada delayed death barbiturat bronchopneumonia
hipostatik dapat juga terjadi nekrosis globus pallidus (DD/keracunan CO)
Sedangkan pada De Groat terdapat gambaran small ring hemorraghe, degenerasi
neuron dan edema perivaskuler.
Toksikologi Asam Sianida (HCN)
Asam sianida adalah suatu cairan tidak berwarna, mudah menguap,
mendidih pada suhu 26Oc, tingkat toksisitas yang sangat tinggi (LD :
1-2mg/kgBB oral) dan memiliki bau khas yaitu bau almond pada Natrium
Sianida. 6
Pemeriksaan Keracunan Sianida
Bau dapat tercium dengan menekan dada mayat sehingga akan keluar gas
dari mulut dan hidung.
Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, lebam mayat
berwarna terang
Pada pembedahan tercium bau amandel yang khas pada saat membuka
rongga dada, perut dan otak serta lambung (bila melalui mulut), darah dan
otot berwarna merah terang.
Pada korban yang menelan garam alkalisianida dapat ditemukan kelainan
pada mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan
karena terbentuk hematin alkali dan mukosa licin seperti sabun.
Arsen (As)
Arsen adalah suatu logam toksik yang sering diklasifikasikan sebagai
logam tetapi lebih bersifat nonlogam. 6,7
Arsen tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah
yang dibawa oleh debu, atau hujan.
Senyawa arsen biasa digunakan sebagai pestisida, komponen obat.
LD arsen pada dewasa 70-200mg atau 1mg/kg/hari
Gejala keracunan arsen
-. Sakit di daerah perut
-. Produksi air liur berlebihan
-. Muntah
-. Haus
-. Kaku di tenggorokan
-. Suara serak dan sulit bicara
-. Keringat basah
-. Kram
-. Mata merah
Pemeriksaan Forensik keracunan As 6,7
Pada korban mati akut dapat ditemukan, tanda dehidrasi.
Pada pembedahan ditemukan :
Iritasi lambung mukosa berwarna merah, dapat menyebabkan produksi mucin
yang menutupi mukosa.
Perdarahan sub-endokard pada septum jantung
Pada korban mati kronik pada pemeriksaan luar tampak keadaan gizi
buruk, pada kulit terdapat pigmentasi coklat (melanosis arsenik), kuku
menebal secara tidak teratur, bisa terjadi kebotakan
Pestisida
Pestisida biasa digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama
Pada pemeriksaan jenazah dapat ditemukan bau menyerupai minyak tanah, kulit
berwarna kuning. 7
DAFTAR PUSTAKA
1. Modi’s.Medical Jurisprudence and Toxicology. In:Alcohol Intoxication 18th edition
2. Bertram G Katzung (1998), Alkohol. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI, EGC, PP.369-379
3. “Methanol Poisoning Overview”.Available: http://www.antizol.com/mpoisono.htm (accesed:2008, jan 18)
4. “Methanol”. Available : http//www.wikipedia.com/ (accesed:2008, jan 3)
5. “Methanol Intoxication” Available: http://www.emedicine.com/NEURO/topic217htm (accesed: 2008, jan 3)
6. Mansyur. Toksikologi Keamanan Unsur dan Bidang-bidang Toksikologi. http://www.freewweb.com. Di akses Oktober 2008
7. William G. Eckert. Introduction to Forensic Sciencis Second Adition. New York, Elsevier: 1992.