tinjauan yuridis terhadap status badan hukum trisakti dalam … · 2015. 5. 27. · asas hukum...

67
BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP STATUS BADAN HUKUM TRISAKTI DALAM PUTUSAN M.A NO.822 K/PDT/2010 ANTARA UNIVERSITAS TRISAKTI MELAWAN YAYASAN TRISAKTI A. KONSEP DAN KERANGKA TEORI 1. Hukum Hukum tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia, ini karena manusia sebagai mahkluk sosial tidak akan lepas dari kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah kelompok atau kumpulan manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat seorang manusia pasti akan berhubungan dengan manusia yang lain, akan tetapi setiap manusia pasti mempunyai kepentingan sendiri. Kepentingan itu sendiri adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi 1 . Mengenai asas hukum atau prinsip hukum ada beberapa pendapat: 1. Bellefroid : Asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum 2 2. Eikema Homes: Asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai norma-norma hukum yang konkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang 1 Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta,2007, h.1 2 Notohamidjojo, Demi Keadilam dan Kemanusiaan BPK Gunung Mulia, 1975, h..49. 1

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN YURIDIS TERHADAP STATUS BADAN HUKUM TRISAKTI DALAM PUTUSAN M.A NO.822 K/PDT/2010 ANTARA

    UNIVERSITAS TRISAKTI MELAWAN YAYASAN TRISAKTI

    A. KONSEP DAN KERANGKA TEORI

    1. Hukum Hukum tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia, ini karena

    manusia sebagai mahkluk sosial tidak akan lepas dari kehidupan

    bermasyarakat. Masyarakat adalah kelompok atau kumpulan manusia.

    Dalam kehidupan bermasyarakat seorang manusia pasti akan berhubungan

    dengan manusia yang lain, akan tetapi setiap manusia pasti mempunyai

    kepentingan sendiri. Kepentingan itu sendiri adalah suatu tuntutan

    perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi1.

    Mengenai asas hukum atau prinsip hukum ada beberapa pendapat:

    1. Bellefroid : Asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari

    hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari

    aturan-aturan yang lebih umum2

    2. Eikema Homes: Asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai

    norma-norma hukum yang konkrit, akan tetapi perlu dipandang

    sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang

                                                                1 Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta,2007, h.1

    2 Notohamidjojo, Demi Keadilam dan Kemanusiaan BPK Gunung Mulia, 1975, h..49.

    1  

  • berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu berorientasi pada asas-

    asas hukum tersebut. Dengan kata lain asas hukum ialah dasar-dasar

    atu petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.3

    3. The Liang Gie : Asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan

    dalam istilah umum tanpa meyarankan cara-cara khusus mengenai

    pelaksanaanya, yang diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk

    menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu4

    4. P.Scolten : Asas hukum adalah kecenderungan-kecenderungan yang

    diisyaratkan oeh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan

    sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan

    umum yang itu, tetapi yang tidak boleh tidak harus ada.

    Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa asas hukum

    atau prinsip hukum bukanlah peraturan hukum konkrit, melainkan merupakan

    pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari peraturan

    yang konkrit yang terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang

    terjelma dalam perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan

    hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam

    peraturan konkrit tersebut.5

    Asas hukum mempunyai dua landasan pertama berakar dalam kenyataan

    masyarakat dan kedua pada nilai nilai yang dipilih sebagai pedoman oleh

    kehidupan bersama.

                                                                3 Ibid.

    4 Gie The Liang , Teori-teori keadilan, Penerbit Super, 1997, h..9. 5 Mertokusumo,Op.Cit. h..34

    2  

  • Asas hukum dapat dibagi dua yaitu6 :

    1. Asas hukum umum

    Asas hukum yang berhubungan dengan seluruh bidang hukum

    seperti asas restitution in integrum, asas lex posteriori derogate legi

    priori, asas nebis in idem

    2. Asas hukum khusus

    Berfungsi dalam bidang yang lebih sempit seperti dalam bidang

    hukum perdata, hukum pidana dan sebagainya, yang sering

    merupakan penjabaran dari asas hukum umum, seperti pacta sunt

    servada, asas konsensualisme, asas praduga tak bersalah

    Asas hukum merupakan unsur penting atau pokok dari suatu peraturan

    hukum. Bahkan dapat dikatakan sebagai “jantung” peraturan hukum, sebab asas

    hukum itu merupakan:7

    1. Landasan lahirnya peraturan hukum. Artinya peraturan pada

    akhirnya dapat dikembalikan pada asas hukum

    2. Alasan atau tujuan umum dari lahirnya peraturan hukum.

    Asas hukum tidak akan habis kekuatannya untuk melahirkan peraturan

    baru. Asas hukum akan tetap ada dan akan melahirkan peraturan-peraturan

    selanjutnya. Asas hukum itu bersifat umum, sedangkan peraturan-peraturan

    hukum (yang berisi kaidah perilaku) bersifat khusus.

                                                                6 Mertokusumo, Penemuan Hukum, Edisi Kedua Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta,2007,

    h..10

    7 Soewandi, Pengantar Ilmu Hukum, UKSW,Salatiga,2004,h..21.

    3  

  • Hukum itu mengatur hubungan antara anggota-anggota masyarakat,

    antara subyek hukum. Subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat

    memperoleh hak dan kewajiban dari hukum.8 Subyek hukum juga dapat

    diartikan manusia yang berkepribadian hukum dan segala sesuatu yang

    berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat demikian itu oleh hukum diakui

    sebagai pendukung hak dan kewajiban,9subyek hukum adalah :

    1. Manusia

    Sebagai subyek hukum manusia mempunyai hak-hak dan kewajiban-

    kewajiban unuk melakukan suatu perbuatan hukum, misalnya

    membuat perjanjian, melakukan perkawinan, dan sebagainya.

    Meskipun setiap orang adalah subyek hukum, akan tetapi tidak

    setiap orang dinyatakan cakap berbuat hukum. Artinya tidak semua

    orang diperbolehkan bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-

    haknya itu, tetapi harus diwakili atau dibantu oleh orang lain. Setiap

    subyek hukum mempunyai kewenangan hukum, tetapi belum tentu

    cakap untuk melakukan perbuatan hukum.

    2. Badan hukum

    Badan hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang

    mempunyai tujuan yang dapat menyandang hak dan

    kewajiban.Negara atau perseroan terbatas misalnya adalah organisasi

    atau kelompok manusia yang merupakan badan hukum.Hukum

    menciptakan badan hukum oleh karena pengakuan organisasi atau

    kelompok manusia sebagai subyek hukum itu sangat diperlukan

    karena bermanfaat bagi masyarakat.

                                                                8 Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2007, h.72.

    9 Ali, Badan Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 1991, h..11.

    4  

  • Subyek hukum memmiliki peranan penting dalam bidang hukum karena

    subyek hukum mempunyai wewenang hukum. Selain manusia sebagai

    pembawa hak dan kewajiban, di dalam hukum badan-badan atau perkumpulan

    juga dalam hukum dipandang sebagai subyek hukum yang dapat memiliki hak

    dan melakukan perbuatan hukum seperti manusia.

    Pengertian badan hukum merupakan persoalan teori hukum dan

    persoalan hukum positif yaitu:

    1. Menurut teori hukum badan hukum adalah subyek hukum yaitu

    segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuha masyarakat itu

    oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban.

    2. Menurut hukum positif yaitu siapa saja yang oleh hukum positif

    diakui sebagai badan hukum

    Berikut adalah teori tentang badan hukum.

    1. Teori Kenyataan Yuridis (E. M. Meijers)

    Badan hukum merupakan sesuatu realitas, konkrit, riil, walaupun

    tidak dapat diraba, bukan khayal, tetapi suatu kenyataan yuridis.

    Menurut teori kenyataan yuridis badan hukum adalah wujud yang riil

    sama riilnya dengan manusia. Badan hukum dipersamakan dengan

    manusia adalah suatu realitas yuridis, yaitu suatu fakta yang

    diciptakan oleh hukum. Jadi adanya badan hukum itu karena

    ditentukan oleh hukum sedemikian itu.

    2. Teori Kekayaan Bertujuan (A. Blinz)

    Menurut teori ini manusia sajalah yang dapat menjadi subyek hukum.

    Namun ada kekayaan yang bukan merupakan kekayaan seseorang, tetapi

    5  

  • kekayaan tersebut terikat pada tujuan tertentu. Kekayaan yang tidak ada

    yang mempunyai dan memiliki tujuan tertentu inilah yang dinamakan

    badan hukum. Adapun hak-hak yang diberikan kepada subyek hukum pada

    hakikatnya adalah hak-hak dengan tiada subyek hukum namun merupakan

    kekayaan yang terikat oleh suatu tujuan atau kekayaan yang dimiliki oleh

    tujuan itu10.

    3. Teori Organ (Otto von Gierke).

    Menurut teori ini badan hukum seperti manusia,menjadi penjelmaan yang

    benar-benar dalam pergaulan hukum, badan hukum tersebut menjadi suatu

    badan yang membentuk kehendaknya melalui perantaraan alat-alat atau

    organ-organ badan tersebut misalnya anggota atau pengurus. Apa yang

    alat-lat atau organ-organ putuskan adalah kehendak dari badan hukum.

    Menurut teori organ ini badan hukum adalah sesuatu yang riil yang hidup

    dan bekerja seperti manusia biasa. Jadi badan hukum tidak berbeda dari

    manusia.

    Pada dasarnya ada dua fungsi hukum yaitu sebagai alat kontrol sosial

    dan sebagai alat rekayasa sosial. Sebagai alat kontrol sosial, hukum berfungsi

    pasif yaitu mengamankan, memelihara, mempertahankan status-quo (yaitu apa

    yang telah dicapai). Sedangkan sebagai suatu alat rekayasa sosial hukum

    berfungsi aktif yaitu menggerakkan, menciptakan, membentuk perubahan atau

    perilaku baru (yang sebelumnya tidak ada)11

    Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok

    hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan                                                             

    10 Chatamarrasdjid, Badan Hukum Yayasan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002

    11 Soewandi, Pengantar Ilmu Hukum, UKSW,Salatiga,2004, h..22

    6  

  • ketertiban dan keseimbangan. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas

    membagi hak dan kewajiban antar perorangan didalam masyarakat, membagi

    wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara

    kepastian hukum.12

    Menurut L. J. van Apldoorn tujuan hukum adalah untuk mengatur

    pergaulan hidup secara damai. Hukum hanya dapat mencapai tujuan apabila ia

    menuju peraturan yang adil. Artinya hukum yang menyeimbangkan kepentingan

    yang dilindungi tersebut pada setiap orang memperoleh sebanyak mungkin apa

    yang menjadi bagianya keadilan bukan berarti bahwa tiap-tiap orang

    memperoleh bagian yang sama13

    Sumber hukum adalah tempat dimana kita menggali atau menemukan

    hukumnya. Sumber hukum terbagi menjadi dua yaitu sumber hukum materiil

    dan sumber hukum formil. Sumber hukum materiil adalah tempat darimana

    materi hukum tersebut diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor

    yang membantu pembentukan hukum. Sedangkan sumber hukum formil

    merupakan tempat atau sumber darimana suatu peraturan memperoleh kekuatan

    hukum. Yang diakui umum sebagai sumber hukum formil ialah undang-undang,

    perjanjian antar Negara, yurisprudensi dan kebiasaan.14

    2. Pendidikan Tinggi

                                                                12 Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2007. h..77

    13 Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradanya Paramita, Jakarta, 1990,h..10

    14 Mertokusumo Sudikno,Op.Cit, h..83

    7  

  • Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam suatu bangsa,

    karena pendidikan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan

    kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, hal

    ini jelas tercantum dalam alinea ke-empat pembukaan UUD 1945. Pentingnya

    pendidikan membuat pemerintah mengeluarkan peraturan untuk mengatur

    pengelolaan, penyelengaraan pendidikan di Indonesia.

    Pendidikan Tinggi menurut Undang Undang Pendidikan Tinggi adalah

    jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program

    diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program

    profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi

    berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.

    Pendidikan Tinggi diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi hal ini jelas

    tercantum dalam Pasal 1 ayat (6) Undang Undang Pendidikan Tinggi. Dalam

    Penyelengaraan Pendidikan Tinggi ada dua penyelenggara Pendidikan Tinggi

    dalam Undang Undang Pendidikan Tinggi sesuai dengan Pasal 1 ayat (7) dan

    (8) yaitu:

    1. Perguruan Tinggi Negeri, dimana penyelenggara atau pendirinya adalah

    pemerintah

    2. Perguruan Tinggi Swasta dimana penyelenggara atau pendirinya adalah

    masyarakat.

    Perguruan Tinggi sebagai penyelengara Pendidikan Tinggi mempunyai

    fungsi dan peran, fungsi dan peran tersebut tercantum dalam Pasal 58 ayat (1)

    Undang Undang Pendidikan Tinggi sebagai berikut:

    8  

  • 1. Wadah pembelajaran Mahasiswa dan Masyarakat.

    2. Wadah pendidikan calon pemimpin bangsa.

    3. Pusat pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

    4. Pusat kajian kebajikan dan kekuatan moral untuk mencari dan

    menemukan kebenaran.

    5. Pusat pengembangan peradaban bangsa.

    Fungsi dan peran Perguruan Tinggi ini dilaksanakan melalui kegiatan

    Tridharma yang ditetapkan dalam statutaPerguruan Tinggi.

    Statuta Perguruan Tinggi memiliki peranan penting dalam pengelolaan

    Perguruan Tinggi karena statuta adalah dasar dalam penyelenggaraan Tridharma

    perguruan tinggi yang berlaku untuk semua Perguruan Tinggi baik Perguruan

    Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta. Statuta adalah pedoman dasar

    penyelenggaraan kegiatan yang dipakai sebagai acuan untuk merencanakan,

    mengembangkan program dan penyelenggaraan kegiatan fungsional sesuai

    dengan tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan, yang berisi dasar yang

    dipakai sebagai rujukan pengembangan peraturan umum, peraturan akademik

    dan prosedur operasional yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan.

    Pengaturan mengenai statuta bagi Perguruan Tinggi ini diatur dalam Pasal 66

    Undang Undang Pendidikan Tinggi. Isi dari Pasal tersebut mengatur bahwa:

    1. Statuta Perguruan Tinggi Negeri ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

    2. Statuta Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum ditetapkan dengan

    Peraturan Pemerintah.

    9  

  • 3. Statuta Perguruan Tinggi Swasta ditetapkan dengan surat keputusan

    badan penyelenggara.

    Pendirian Perguruan Tinggi juga diatur dalam Undang Undang Pendidikan

    Tinggi.Pendirian Pendidikan Tinggi tercantum dalam Pasal 60 Undang Undang

    Pendidikan Tinggi. Pasal tersebut di atas menyebutkan bahwa dalam Pendirian

    Pendidikan Tinggi ada beberapa aspek yang harus dipenuhi antara lain:

    1. PTN didirikan oleh Pemerintah.

    2. PTS didirikan oleh Masyarakat dengan membentuk badan

    penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba dan wajib

    memperoleh izin Menteri.

    3. Badan penyelenggara dapat berbentuk yayasan, perkumpulan, dan

    bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

    4. Perguruan Tinggi yang didirikan harus memenuhi standar minimum

    akreditasi.

    5. Perguruan Tinggi wajib memiliki Statuta.

    6. Perubahan atau pencabutan izin PTS dilakukan oleh menteri sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pengelolaan Perguruan Tinggi adalah salah satu aspek yang penting dalam

    pembangunan Perguruaan Tinggi karena dengan adanya pengelolaan yang baik

    akan membuat perguruan tinggi tersebut semakin maju dan berkembang. Dalam

    Undang Undang Pendidikan Tinggi, pengelolaan pendidikan tinggi diberikan

    kepada perguruan tinggi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat

    penyelenggara Tridharma. Tridharma Perguruan Tinggi adalah kewajiban

    10  

  • Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan

    pengabdian kepada masyarakat. Sehingga ada kebebasan bagi perguruan tinggi

    untuk mengatur sendiri penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

    kepada masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 62 ayat (1) Undang Undang

    Pendidikan Tinggi yang berbunyi:

    "Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri

    lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tridharma.”

    Pelaksanaan otonomi dalam pengelolaan perguruan tinggi tersebut harus sesuai

    dengan dasar dan tujuan serta kemampuan perguruan tinggi.

    Penyelengaraan otonomi dalam pengelolaan perguruan tinggi meliputi

    beberapa prinsip, hal ini tercantum dalam Pasal 63 Undang Undang Pendidikan

    Tinggi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :

    1. Prinsip akuntabilitas

    Kemampuan dan komitmen untuk mempertanggungjawabkan semua

    kegiatan yang dijalankan Perguruan Tinggi kepada semua pemangku

    kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Akuntabilitas antara lain dapat diukur dari rasio antara Mahasiswa dan

    Dosen, kecukupan sarana dan prasarana, penyelenggaraan pendidikan

    yang bermutu, dan kompetensi lulusan.

    2. Prinsip transparansi

    Keterbukaan dan kemampuan menyajikan informasi yang relevan secara

    tepat dan akurat kepada pemangku kepentingan sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    3. Prinsip nirlaba

    11  

  • Kegiatan yang tujuannya tidak untuk mencari laba, sehingga seluruh sisa

    hasil usaha dari kegiatan harus ditanamkan kembali ke Perguruan Tinggi

    untuk meningkatkan kapasitas dan/atau mutu layanan pendidikan.

    4. Prinsip penjaminan mutu

    Kegiatan untuk memberikan layanan Pendidikan Tinggi yang memenuhi

    atau melampaui standar nasional pendidikan tinggi serta peningkatan

    mutu pelayanan pendidikan secara berkelanjutan.

    5. Prinsip efektivitas dan efisiensi.

    Kegiatan untuk memanfaatkan sumber daya dalam penyelenggaraan

    Pendidikan Tinggi agar tepat sasaran dan tidak terjadi pemborosan.

    Otonomi dalam pengelolaan Pendidikan Tinggi yang diberikan oleh Undang

    Undang Pendidikan Tinggi ini meliputi dua bidang yaitu bidang akademik dan

    bidang non-akademik. Dalam bidang akademik otonomi meliputi penetapan

    norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan Tridharma. Sedangkan

    dalam bidang non-akademik meliputi penetapan norma dan kebijakan

    operasional serta pelaksanaan:

    1. Organisasi

    2. Keuangan

    3. Kemahasiswaan

    4. Ketenagaan

    5. Sarana prasarana.

    Penyelenggaraan otonomi Perguruan Tinggi terbagi menjadi dua bagian

    yaitu:

    12  

  • 1. Penyelenggaraan otonomi terhadap Perguruan Tinggi Negeri

    Pada Perguruan Tinggi Negeri menurut Pasal 65 ayat (1)

    Penyelenggaraan otonomi diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi

    kinerja oleh Menteri kepada PTN dengan menerapkan Pola Pengelolaan

    Keuangan Badan Layanan Umum atau dengan membentuk PTN badan

    hukum.

    2. Penyelenggaraan otonomi terhadap Perguruan Tinggi Swasta.

    Perguruan Tinggi Swasta menurut Pasal 67 Undang Undang Pendidikan

    Tinggi, penyelenggaraan otonomi perguruan tinggi pada PTS diatur oleh

    badan penyelenggara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    Tujuan pemberian otonomi adalah untuk memberikan kemandirian bagi

    penyelenggara pendidikan tinggi, sehingga mutu dari pendidikan tinggi dapat

    berkembang dan tata kelola dari penyelenggaraan pendidikan tinggi tersebut

    dapat lebih baik karena dikelola secara langsung oleh pihak yang mengetahui

    secara langsung penyelenggaraan pendidikan tinggi di perguruan tinggi tersebut.

    3. Yayasan

    Yayasan dimasa lalu dikenal sebagai stichting (Stichting berasal dari kata

    Stichen yang berarti membangun atau mendirikan dalam bahasa Belanda),para

    sarjana hukum belanda berpendapat bahwa, sticthting adalah suatu badan

    hukum yang berbeda dengan badan hukum perkumpulan atau persero, oleh

    karena apa yang hal stichting dianggap badan hukum adalah sejumlah kekayaan

    13  

  • berupa uang dan lain-lain benda kekayaan.15Yayasan (sticthing) adalah harta

    yang mempunyai tujuan yang tertentu, tetapi dengan tiada empunya.16 Yayasan

    kemudian diatur dalam NBW Buku III Titel 5 Pasal 258 s.d 305 dan Pasal 285

    ayat (1) yang berbunyi, yayasan adalah badan hukum yang lahir karena suatu

    perbuatan hukum, yang tidak mempunyai anggota dan bertujuan untuk

    melaksanakan tujuan yang tertera dalam statuta yayasan dengan dana yang

    disediakan untuk itu17.

    Yayasan sebelum ada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo

    Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan mengacu pada hukum

    kebiasaan yang lahir di masyarakat seturut dengan kebutuhannya, dan

    yurisprudensi, seperti halnya yurisprudensi Hooggerechthof tahun 1884 dan

    Putusan Mahkamah AgungNo.:124 K/Sip/1973.18

    Yayasan seperti yang telah dikemukakan di atas, sebelum ada Undang-

    Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang

    Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, bersandar pada :

    1. Kebiasaan yang lahir di masyarakat.

    Kebiasaan merupakan tindakan menurut pola tingkah laku yang

    tetap, ajeg, lazim, normal atau adat dalam masyarakat atau pergaulan

    hidup tertentu. Perilaku yang diulang itu mempunyai kekuatan

                                                                15 Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1991, h..86

    16Apeldoorn, Op.Cit, h..197

    17 Ali,Op.Cit h..87

    18 Prananingrum, Op.Cit, h..9

    14  

  • normatif, mempunyai kekuatan mengikat. Karena diulang oleh orang

    banyak maka menimbulkan kesadaran, bahwa hal itu patut

    dilakukan.19

    2. Yurisprudensi

    Yurisprudensi berarti peradilan pada umumnya, yaitu pelaksanaan

    hukum dalam hal konkrit terjadi tuntutan hak yang dijalankan oleh

    suatu badan yang berdiri sendiri dan diadakan oleh Negara serta

    bebas dari pengaruh apa atau siapapun dengan cara memberikan

    putusan yang bersifat mengikat dan berwibawa.20

    3. Doktrin

    Pendapat para ahli hukum

    Dasar hukum yayasan adalah Undang-undang No. 16 tahun 2001 yang

    telah dirubah dengan Undang-undang No. 28 tahun 2004 tentang yayasan

    dan PP No. 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Tentang

    Yayasan. Yayasan menurut Undang-undang No 28 tahun 2004 tentang

    Yayasan Pasal 1 ayat ( 1 ) adalah :

    “Badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan

    diperuntukkan guna mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,

    keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak memiliki anggota.”

    Yayasan adalah lembaga yang bersifat nirlaba.Nir laba berasal dari 2

    kata yaitu nir-yang artinya tidak dan laba yang artinya mendapatkan laba

                                                                19Mertokusumo, Op.Cit, 2007, h..83

    20Mertokusumo, Sejarah Peradilan dan Perundang undanganya di Indonesia sejak 1942,, Liberty, Yogyakarta, 1982, h..179

    15  

  • dengan demikian arti nirlaba adalah tidak mendapatkan laba.21 Yayasan

    mempunyai organ untuk melaksanakan kegiatannya, untuk dapat mencapai

    tujuannya yang terdiri dari pembina, pengawas dan pengurus. Setiap organ

    dalam yayasan mempunyai tugas dan tanggung jawab masing–masing untuk

    mencapai tujuan yayasan sesuai dengan anggaran dasar dari yayasan. Setiap

    organ dari yayasan ini mempunyai fungsi dan kewenangan yang berbeda

    dalam pengelolaan yayasan.

    1. Pembina

    Pembina adalah organ yang mempunyai kewenangan yang tidak

    diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undang-undang.22 Hal

    ini juga diatur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-undang tentang Yayasan.

    Pembina adalah pendiri yayasan ataupun mereka yang diputuskan oleh

    rapat anggota pembina. Pasal 28 ayat (2) menyebutkan tentang

    kewenangan yang dimiliki oleh pengurus yaitu :

    1. Keputusan mengenai perubahan anggaran dasar

    2. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan

    anggota Pengawas

    3. Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran

    Dasar Yayasan

    4. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan

    Yayasan

                                                                21 Ibid

    22 Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989

    16  

  • 5. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau

    pembubaran Yayasan.

    Pembina melakukan evaluasi tentang kekayaan, hak dan

    kewajiban yayasan tahun yang lampau sebagai dasar pertimbangan bagi

    perkiraan mengenai perkembangan yayasan untuk tahun yang akan

    datang. Dalam hal ini pembina dapat meminta pertanggung jawaban dari

    pengurus dan pengawas bila ada hal yang melenceng dari tujuan dan

    kepentingan yayasan

    2. Pengurus

    Pengurus organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan,

    yang diangkat oleh pembina berdasarkan keputusan rapat

    pembina.Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan

    untuk kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan

    baik di dalam maupun di luar pengadilan23 Pengurus adalah organ

    yayasan yang memegang peranan paling penting dalam yayasan.

    Pengurus juga dapat mengangkat dan memberhentikan pelaksana

    kegiatan yayasan. Pengaturan tentang pengurus ada pada Pasal (31)

    sampai Pasal (39) UU tentang Yayasan

    3. Pengawas

    Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan

    serta memberi nasehat pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan.

    Pengawas mengawasi serta memberi nasihat kepada Pengurus.Pengawas

                                                                23 Prananingrum, op cit.,hal 14

    17  

  • tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengurus. Dalam UU

    Yayasan No.28 Tahun 2004 Organ Pengawas diatur dalam Pasal 40 sampai

    Pasal 47.

    Ilmu hukum telah mengenal adanya teori Kekayaan Bertujuan yang

    dikemukakan oleh A. Blinz dan diikuti oleh Van der Heijden dan teori

    Organ yang dikemukakan oleh Otto von Gierke (1841-1921). Teori

    Kekayaan Bertujuan bertitik tolak dari pemikiran bahwa manusia sajalah

    yang dapat menjadi subyek hukum, maka badan hukum bukanlah subyek

    hukum. Adapun hak-hak yang diberikan kepada subyek hukum pada

    hakikatnya adalah hak-hak dengan tiada subyek hukum namun merupakan

    kekayaan yang terikat oleh suatu tujuan atau kekayaan yang dimiliki oleh

    tujuan itu24. Teori Kekayaan Bertujuan dan teori Organ inilah yang

    mendasari keberadaan yayasan sebagai subyek hukum

    Definisi yayasan dalam Pasal (1) Undang undang No. 28 tahun 2004

    tentang Yayasan ini dapat dilihat bahwa yayasan adalah:

    1. Badan hukum.

    Pasal 11 ayat (1) menujukan bahwa status yayasan sebagai badan

    hukum diperoleh setelah akta pendirian yayasan disahkan oleh

    menteri. Sebagai badan hukum maka yayasan dapat melakukan memiliki

    tanggung jawab hukum sebagaimana subyek hukum yang lain, dan dalam

    melakukan tanggung jawab hukum tersebut yayasan akan diwakili oleh

    pengurus yayasan.

                                                                24 Chatamarrasdjid, Badan Hukum Yayasan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002

    18  

  • 2. Mempunyai kekayaan yang dipisahkan.

    Bab V Undang undang tentang Yayasan menujukan bahwa ada

    kekayaan yang dipisahkan. Splitsing (pemisahan) adalah pembagian

    atau pembelahan yang berarti terlepas satu dengan yang lain,

    sehingga tidak tepat jika dikatakan bahwa bagian yang satu masih

    merupakan bagian dari yang lain. Kekayaan yang terpisah artinya

    terlepas dari yang memegangnya (onpersoonlijk atau subjecttloos).25

    3. Mempunyai tujuan di bidang sosial, agama dan kemanusiaan.

    Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 Undang undang tentang Yayasan

    menunjukan bahwa Yayasan dalam melakukan kegiatan untuk

    mencapai tujuannya tidak boleh bertentangan dengan ketertiban

    umum,kesusilaan, dan atau peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    4. Tidak memiliki anggota.

    Yayasan, menurut Rido Ali dapat dipahami sebagai badan hukum yang

    mempunyai unsur-unsur :

    1. Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan

    pemisahan kekayaan yang dapat berupa uang dan barang

    2. Menpunyai tujuan sendiri yaitu tujuan yang bersifat sosial,

    keagamaan dan kemanusiaan.

                                                                25 Ibid

    19  

  • 3. Mempunyai alat perlengkapan yaitu meliputi pengurus, pembina dan

    pengawas.26

    Pendirian yayasan didalam hukum perdata diisyaratkan dalam (2) aspek

    yaitu 27:

    1. Aspek materiil :

    a. Harus ada suatu pemisahan kekayaan

    b. Suatu tujuan yang jelas

    c. Ada organisasi

    2. Aspek formil

    Pendirian yayasan dalam wujud akta otentik.

    Yayasan yang didirikan menurut hukum diakui mempunyai hak dan

    kewajiban, sebagai salah satu pihak dalam hubungan hukum dengan subyek

    hukum yang lain.28

    4. Putusan Hakim Putusan hakim merupakan salah satu penemuan hukum yang sering dan

    harus dilakukan oleh hakim dalam membuat suatu putusan. Putusan hakim

    memaparkan fakta-fakta yang menimbulkan perkara dan melalui pertimbangan

                                                                26 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,

    Koperasi, Yayasan dan Wakaf, Bandung : Penerbit Alumni, 1981, h..118

    27 Panggabean, Kasus Aset Yayasan dan Penyelesaian Sengketa, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002(selanjutnya disingkat Panggaben I), h..7.

    28 Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1991, h..90

    20  

  • hukum, hakim menerapkan pilihan hukumnya dan mencantumkan kaidah

    hukum yang diramu melalui proses interprestasi yang dianggap paling tepat

    untuk pemutusan sengketa tersebut.29

    Ada beberapa definisi putusan hakim dari para ahli dan rancangan

    perundang-undangan yaitu 30:

    1. Rubini dan Chaidir Ali merumuskan bahwa keputusan hakim itu

    merupakan suatu akte penutup dari suatu proses perkara dan putusan

    hakim itu disebut vonnis yang menurut kesimpulan-kesimpulan terakhir

    mengenai hukum dari hakim serta memuat akibat-akibatnya

    2. Ridwan Syahrani batasan putusan pengadilan adalah pernyataan hakim

    yang diucapkan pada sidang pengadilan yang terbuka untuk umum untuk

    menyelesaikan dan mengakhiri perkara perdata

    3. Sudikno Mertokusumo memberi batasan putusan hakim adalah : suatu

    pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat yang diberi wewenang itu,

    diucapkan dipersidangan dan bertujuan mengakhiri atau menyelesaikan

    suatu perkara atau sengketa antara para pihak

    4. Bab I Pasal 1 ayat (5) Rancangan UndangUndang Hukum Acara Perdata

    Tahun 2007. Putusan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan

    diucapkan di persidangan yang terbuka untuk umum serta bertujuan

    untuk menyelesaikan dan atau mengakhiri gugatan.

                                                                29 Panggabean, Peranan Mahkamah Agung Melalui Putusan Putusan Hukum Perikatan,

    Alumni, Bandung 2008(selanjutnya disingkat Panggaben II), h..65.

    30 Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, h..148

    21  

  • 5. Lilik Mulyadi. Putusan hakim adalah putusan yang yang diucapkan oleh

    hakim karena jabatannya dalam persidangan perkara perdata yang

    terbuka untuk umum setelah melalui proses dan prosedural hukum acara

    perdata pada umumnya dibuat dalam betuk tertulis dengan tujuan

    menyelesaikan atau mengakhiri suatu perkara.

    Dalam praktek kenegaraan dan praktek peradilan dikenal adanya 2 asas

    pemberlakuan putusan yaitu31:

    1. Asas precedent

    Asas precedent dianut oleh Negara Anglo Saxon yang artinya bahwa

    para hakim terikat atau tidak boleh menyimpang dari putusan-putusan

    terdahulu dari hakim yang lebih tinggi atau sederajat tingkatanya

    2. Asas bebas

    Asas ini bermakna bahwa seorang hakim tidak terikat oleh putusan

    hakim lain, baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi. Perkataan

    tidak terikat disini diartikan bahwa seorang hakim, dalam memutuskan

    suatu perkara, boleh mengikuti putusan hakim terdahulu, baik yang

    sederajat atau yang lebih tinggi, boleh juga tidak mengikuti. Asas bebas

    ini dianut oleh negara-negara eropa kontinental atau civil law

    sistem seperti Belanda, Perancis dan Indonesia

    Pendapat Roscoe Pound menguraikan tentang empat aspek dalam putusan

    hakim yaitu:

                                                                31 Panggabean II, Op.Cit, h.110

    22  

  • 1. Bahwa putusan itu merupakan gambaran proses rekayasa sosial, sebagai

    bagian dari seluruh proses kontrol sosial

    2. Bahwa putusan itu merupakan bagian dari tatanan hukum yang berguna

    bagi pribadi perorangan

    3. Bahwa putusan itu mengganbarkan keseimbangan antara ketentuan daris

    sebab yang nyata dan penguraian suatu preseden

    4. Bahwa putusan itu menggambarkan kesadaran akan peran yang ideal

    tentang tatanan sosial dan hukum

    Upaya hukum terhadap putusan hakim

    1. Banding

    Peradilan tingkat banding dilakukan oleh peradilan tinggi yang

    merupakan peradilan “ulangan” atau “revisi” dari putusan pengadilan

    negeri. Pengadilan tinggi dalam tingkat banding ini memeriksa kembali

    perkara perdata secara menyeluruh, baik fakta maupun penerapan

    hukumnya. Peradilan tingkat banding lazim disebut dengan istilah

    “peradilan tingkat kedua” atau ”Judex Facti”.

    Pembanding melalui kuasa hukumnya akan mengajukan alasan-

    alasan banding dalam memori bandingnya, alasan tersebut dapat

    digolongkan dalam dua alasan yaitu:

    1. Alasan-alasan bersifat formal yang meliputi

    a. Surat kuasa khusus untuk banding tidak memenuhi syarat

    sebagaimana ditentukan undang-undang

    23  

  • Dalam perkara perdata apabila para pihak mempergunakan

    seorang kuasa pihk pemberi kuasa harus menunjuk secara

    tegas pihak penerima kuasa baik secara lisan maupun tertulis

    di persidangan. Apabila hal ini diabaikan, merupakan salah

    satu alasan untuk mengajukan permohonan banding.

    b. Ketidakwenangan pengadilan (kompetensi) mengadili

    perkara perdata tersebut

    Ketidakwenangan pengadilan baik kompetensi absolute

    maupun kompetensi relative lazim dijadikan alasan-alasan

    mengemukakan memori banding

    c. Bahwa surat gugatan penggugat adalah “obscuur libel”

    Apabila suatu putusan pengadilan negeri mengabulkan

    gugatan, padahal gugatan tersebut petitumnya tidak jelas dan

    kabur serta positanya tidak tegas dan sempurna bahkan

    bertentangan dengan petitum, putusan tersebut dapat

    dimohonkan banding

    d. Bahwa putusan pengadilan negeri mengabulkan gugatan

    dimana subyek tergugat tidak lengkap digugat

    Hal ini dapat dikategorikan pada alasan bersifat formal

    dimana subyek tergugat seharusnya digugat tetapi tidak

    digugat dan putusan pengadilan negeri malah mengabulkan

    gugatan

    2. Alasan-alasan bersifat material

    24  

  • a. Bahwa putusan pengadilan negeri harus dibatalkan karena

    berdasarkan pertimbangan yang kurang lengkap

    (onvoldoende gemotiveerd)

    Pada hakikatnya setiap putusan pengadilan negeri haruslah

    memuat alasan yang dijadikan dasar untuk mengadili.

    Eksistensi alasan-alasan sebagai dasar putusan adalah penting

    karena putusan yang kurang lengkap dipertimbangkan

    (onvoeldoende gemotiveerd) merupakan alasan banding dan

    kasasi serta putusan dapat dibatalkan

    b. Putusan pengadilan negeri salah menerapkan hukum

    pembuktian atau hukum acara pada umumnya

    Penerapan hukum pembuktian merupakan salah satu aspek

    penting dalam putusan hakim. Apabila hakim salah

    menerapkan hukum pembuktian, secara tidak langsung

    putusan ini dapat diklasifikasikan salah pula dalam

    menerapkan hukum acara dan putusan tersebut akan

    dibatalkan oleh pengadilan tinggi

    c. Pengadilan negeri telah memutus melebihi dari tuntutan atau

    memutus terhadap hal yang tidak dituntut

    Secara teori putusan mahkama agung Republik Indonesia

    pada asasnya hakim wajib mengadili semua bagian dari

    tuntutan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang

    tidak dituntut atau mengabulkan lebih dari yang dituntut.

    25  

  • Putusan peradilan pada tingkat banding pada hakikatnya dapat

    berupa:

    1. Menyatakan permohonan banding tidak dapat diterima

    Putusan pengadilan tinggi yang menyatakan permohonan

    banding tidak dapat diterima disebabkan putusan pengadilan

    negeri melanggar hal-hal bersifat formal.

    2. Menguatkan putusan pengadilan negeri

    Putusan pengadilan tinggi menguatkan putusan pengadilan

    negeri bila pengadilan tinggi menilai putusan pengadilan negeri

    benar dan tepat, baik mengenai hukum acara maupun material

    yang telah diputus oleh pengadilan negeri

    3. Membatalkan putusan pengadilan negeri

    Putusan pengadilan tinggi membatalkan putusan pengadilan

    negeri apabila hakim banding menilai putusan pengadilan negeri

    tersebut tidak benar ditinjau dari penerapan hukum acara dan

    hukum material serta tidak sesuai dengan rasa keadilan

    4. Memperbaiki putusan pengadilan negeri

    Pengadilan tinggi memandang putusan pengadilan negeri

    tersebut kurang tepat menurut rasa keadilan sehingga perlu

    diperbaiki

    2. Kasasi

    Upaya hukum pada tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung.

    Pada tingkat kasasi bukan berarti pemeriksaan pada tingkat ketiga,

    26  

  • karena pada tingkat kasasi ini tidak dilakukan pemeriksaan kembali

    perkara tersebut, tetapi hanya diperiksa masalah hukum atau penerapan

    hukumnya.

    Alasan yang dapat diajukan untuk melakukan kasasi adalah:

    1. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang

    Konkretnya Judex Facti (pengadilan negeri dan pengadilan

    tinggi) telah mengadili perkara perdata tersebut seolah

    berwenang padahal sebenarnya Judex Facti tidak berwenang atau

    bukan kewenangannya

    2. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku

    Salah menerapkan hukum dapat diartikan salah menerapkan

    ketentuan hukum formal atau hukum acara ataupun hukum

    materialnya. Kesalahan tersebut dapat dilihat pada penerapan

    hukum yang berlaku. Sedangkan melanggar hukum dapat

    diartikan penerapan hukum itu sendiri tidak dapat, salah, dan

    tidak sesuai serta bertentangan dengan ketentuan undang-undang

    3. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan

    perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan

    batalnya putusan yang bersangkutan

    Dalam doktrin hukum acara perdata kelalaian memenuhi syarat

    yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang

    mengancam kelalaian dengan batalnya putusan. Aspek ini lazim

    disebut dengan istilah melalaikan persyaratan formal

    27  

  • Putusan pada tingkat kasasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Permohonan kasasi tidak dapat diterima

    Jika permohonan kasasi tidak memenuhi syarat formal untuk

    mengajukan kasasi, seperti melampaui tenggang waktu

    melakukan kasasi, surat kuasa khusus kasasi tidak memenuhi

    syarat, belum dipenuhinya upaya hukum lain (verzet atau

    banding), terlambat mengajukan memori kasasi, dan sebagainya,

    hal demikian dapat diklasifikasikan bahwa permohonan kasasi

    dinyatakan tidak dapat diterima

    2. Permohonan kasasi ditolak

    Permohonan kasasi ditolak oleh Mahkamah Agung bisa

    disebabkan karena Judex Facti tidak salah dalam menerapkan

    hukum. Dapat pula permohonan kasasi ditolak oleh Mahkamah

    Agung karena pemohon kasasi dalam mengajukan memori kasasi

    tidak relevan dengan pokok perkara.

    3. Permohonan kasasi dikabulkan

    Permohonan kasasi dikabulkan berarti alasan atau keberatan

    yang diajukan oleh pemohon kasasi dalam memori kasasi oleh

    Mahkamah Agung disetujui.Judex Facti dianggap telah salah

    atau tidak benar dan tepat dalam penerapan hukum atau karena

    alasan hukum lain.

    28  

  • 3. Peninjauan Kembali

    Upaya hukum peninjauan kembali merupakan suatu upaya hukum

    agar putusan pengadilan negeri, putusan pengadilan tinggi ataupun

    putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap menjadi

    mentah kembali.

    Alasan peninjauan kembali terhadap putusan pengadilan yang telah

    berkuatan hukum tetap adalah:

    1. Apabila putusan didasarkan pada suatu:

    a. Kebohongan

    b. Tipu muslihat pihak lain yang diketahui setelah perkara

    diputus

    c. Bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu

    2. Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti

    bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak

    dapat diketemukan (novum)

    3. Apabila telah dikabulkan mengenai:

    a. Suatu hal tidak dituntut

    b. Lebih daripada yang dituntut

    4. Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus

    tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya

    5. Putusan bertentangan antara satu dengan yang lainnya

    Dalam hal ini terdapat:

    a. Pihak-pihak yang sama

    29  

  • b. Mengenai soal yang sama

    c. Atas dasar yang sama

    d. Pengadilan yang sama atau sama tingkatnya

    6. Apabila dari suatu putusan terdapat

    a. Suatu kekhilafan hakim

    b. Suatu kekeliruan yang nyata

    Putusan terhadap peninjauan kembali dalam perkara perdata dapat

    diklasifikasikan ke dalam tiga golongan yaitu:

    1. Putusan yang menyatakan bahwa permohonan kembali tidak

    dapat diterima.

    Permohonan peninjauan kembali tidak memenuhi syarat formal

    sebagaimana ditentukan oleh undang-undang misalnya

    permohonan peninjauan kembali tanpa surat kuasa, peninjauan

    kembali dimohonkan terhadap putusan pengadilan yang belum

    berkekuatan hukum tetap.

    2. Putusan yang menyatakan bahwa peninjauan kembali ditolak

    Peninjauan kembali ditolak apabila Mahkamah Agung

    berpendapat bahwa permohonan peninjauan kembali yang

    diajukan oleh pemohon tidak beralasan. Ini dapat disebabkan

    permohonan peninjauan kembali tidak didukung oleh fakta yang

    menjadi alasan dan dasar peninjauan kembali atau Judex Facti

    yang dimohonkan peninjauan kembali tidak melanggar alasan-

    alasan peninjauan kembali

    30  

  • 3. Putusan yang menyatakan bahwa permohonan peninjauan

    kembali dikabulkan apabila Mahkamah Agung membenarkan

    alasan-alasan permohonan peninjauan kembali.

    Tugas hakim adalah memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara.

    Dalam memilih putusan yang akan dijatuhkan bukan hanya prosedur tertentu

    menurut undang-undang yang harus dipenuhi, tetapi yang penting adalah setelah

    putusan itu dijatuhkan, yaitu dapat tidaknya putusan yang akan dijatuhkan itu

    diterima, baik menurut persyaratan keadilan maupun persyaratan konsistensi

    sistem.Selain itu putusan hakim tersebut harus dapat diterima dimasyarakat.

    Hakim dalam mengadili harus mengadili berdasar hukum, yaitu hukum yang

    mengandung kepastian hukum32.

    Setiap keputusan hakim seharusnya mengandung tiga unsur pertimbangan

    hukum secara proposional yaitu33:

    1. Unsur kepastian hukum (rechtssicherkeit) yang memberi jaminan bahwa

    hukum itu dijalankan sehingga yang berhak menurut hukum dapat

    memperoleh haknya dan bahwa putusan seperti itu juga dapat diterapkan

    untuk jenis perkara yang sama

    2. Unsur kemanfaatan (zweckmassigkeit), bahwa isi putusan itu tidak hanya

    bermanfaat bagi pihak berperkara tetapi juga bagi masyarakat luas.

    Masyarakat berkepentingan atas putusan hakim itu karena masyarakat

    menginginkan adanya keseimbangan tatanan dalam masyarakat.

                                                                32 Panggabean II,Op.Cit, h..79.

    33 Sudikno Mertokusumo, Op.Cit, h..91.

    31  

  • Unsur keadilan (gerechtigkeit), yang memberi keadilan bagi pihak yang

    bersangkutan, kalaupun pihak lawan menilainya tidak adil masyarakat harus

    dapat menerimanya secara adil. Asas hukum yang berbunyi lex dura sed temen

    scripta, mengartikan hukum itu sangat kejam tetapi begitulah bunyinya. Dalam

    hal terjadi konflik antar keadilan dan kepastian hukum serta kemanfaatan, unsur

    keadilanlah yang seharusnya didahulukan.

    Secara khusus ada tiga tahapan untuk mengambil keputusan yaitu34:

    1. Cara berpikir hakim dalam mengambil keputusan:

    a. Bahwa hukum sebagai ilmu mempengaruhi preferensi yang sangat

    kuat terhadap pemikiran rasional logis (sistem pemikiran rasional),

    tetapi dalam hambatan-hambatan tipis yang dihadapi hakim, hakim

    akan dipengaruhi pemikiran yang lebih intuitif berdasarkan

    pengalaman (sistem pemikiran eksperimental)

    b. Sering terjadi hakim menerapkan pemikiran yang bergantung pada

    pengalaman masa lalu yang mengakibatkan penekanan pada

    heuristic kognitif yaitu suatu penilaian yang berat sebelah.

    c. Dalam pengambilan keputusan sering terjadi proses kognitif (metal

    proses) yaitu sikap menghadapi pengaruh faktor-faktor tertentu,

    antara lain:

    1. Faktor fisik, berupa keadaan kesehatan, kondisi kerja, dan lain-

    lain.

                                                                34 Panggabean II,Op.Cit, h..80

    32  

  • 2. Faktor sosial, berupa hubungan kerja antar pribadi dan harapan

    orang lain, dan lain-lain

    3. Faktor mental, berupa dampak emosi dan stress.

    2. Tahapan pengambilan keputusan

    a. Kerangka putusan, pengertian tentang konteks putusan dan

    menentukan masalah yang harus ditangani

    b. Mengumpulkan informasi berkualitas tinggi dan kecerdasan,

    mengambil keputusan

    c. Mengambil konklusi dengan secara instimatil mengintegrasikan

    informasi yang dikumpulkan untuk mengambil pilihan putusan yang

    terakhir

    d. Belajar dari umpan balik, dengan mengumpulkan informasi tentang

    hasil dari proses putusan dan tentang proses putusan itu sendiri

    dengan maksud untuk mengurangi konflik dari waktu yang akan

    datang

    3. Sumber pertimbangan putusan secara universal terdiri dari tiga bidang

    kontekstual yaitu:

    a. Bukti, suatu dasar fakta hukum yang dapat disebut sebagai aspek

    materil perkara

    b. Peraturan, suatu dasar yuridis yang dapat disebut sebagai aspek

    formal perkara

    c. Prinsip-prinsip terdiri dari asas-asas hukum dan kebiasaan dalam

    peradilan

    33  

  • 5. Eksaminasi Eksaminasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pertimbangan

    hukum dari hakim yang memutus perkara tersebut telah sesuai dengan

    prinsip-prinsip hukum dan apakah prosedur hukum acaranya telah

    diterapkan dengan benar, dan dinilai adil oleh masyarakat.35

    Obyek dieksminasi adalah proses peradilan dan produk peradilan.

    Misalnya Penetapan Pengadilan, Putusan Pengadilan, dsb. Kriteria obyek

    eksaminasi adalah sebagai berikut36 :

    1. putusan pengadilan yang menjadi perhatian luas masyarakat karena

    dianggap jauh dari rasa keadilan

    2. putusan pengadilan yang mengundang perdebatan di kalangan

    hukum.

    3. putusan pengadilan yang penting dijadikan pegangan

                                                                35Susanti Adi Nugroho.dkk,Buku Kumpulan Tulisan Eksaminasi,Indonesian Corruption Watch

    Jakarta, 2003 h..1

    36Chandera. Dkk, Modul Mata Kuliah Eksaminasi, Unversitas Katolik Adma Jaya ,Yogyakarta,2004, hal.13

    34  

  • B. GAMBARAN KASUS

    1.

    Thoby Mutis mengganti statuta 2001 menjadi statuta 2001R yang memangkas kewenangan yayasan dan mengganti menjadi Badan Hukum Pendidikan. 

    Menjadikan Usakti sebagai Badan Hukum Pendidikan dengan Akta Notaris Edi Priyono, SH. No. 27 tertanggal 29 Agustus 2002. 

    Sengketa di PN Jaktim, Putusan No. 169/Pdt/G/2008/PN.Jkt.Tim,16 Desember 2008.Yayasan Trisakti harus menyerahkan pengelolaan pada Universitas Trisakti.

    Pemecatan Thoby oleh Yayasan Trisakti yang berlaku mulai 5 September 2002 melalui SK No 310/YAYASAN TRISAKTI/SK/2002.

    Banding, PT DKI Jakarta,Putusan No. 263/PDT/2009/PT.DKI, 30 September 2009. Mengabulkan sebagian gugatan Yayasan Trisakti, memangkas kewenangan rektor untuk mengelola Universitas dan menyerahkannya pada Yayasan. 

    Kasasi, Putusan MA No.822K/Pdt/2010.28 September 2010.Menolak Kasasi dari Universitas Trisakti.

    Sengketa Universitas Trisakti37 melawan Yayasan Trisakti ini muncul pada

    saat Thoby Mutis selaku rektor dari Universitas Trisakti mengganti statuta

    Universitas Trisakti dari statuta 2001 yang telah disepakati serta ditandatangani

    Peninjauan Kembali, Putusan MA No. 406/PK/Pdt/2011, 10 Nopember 2011. Menolak Peninjauan Kembali Universitas Trisakti’

                                                                37 http://hukum.kompasiana.com/2011/05/19/sengketa-yayasan-trisakti-dengan-thoby-mutis

    365321.html. diunduh 16 juni 2012, pukul 17.34

    35  

    http://hukum.kompasiana.com/2011/05/19/sengketa-yayasan-trisakti-dengan-thoby-mutis%20365321.htmlhttp://hukum.kompasiana.com/2011/05/19/sengketa-yayasan-trisakti-dengan-thoby-mutis%20365321.html

  • bersama antara yayasan dan rektor, menjadi statuta 2001R pada tanggal 6 april

    2002.

    Statuta 2001R tersebut dibuat oleh rektor yang sekaligus ketua senat tanpa

    melibatkan yayasan apalagi persetujuan yayasan. Dalam statuta tersebut, Thoby

    Mutis memangkas kewenangan Yayasan Trisakti dalam mengelola Universitas

    Trisakti.

    Selain itu untuk menguatkan bahwa Universitas Trisakti adalah universitas

    yang terlepas dari Yayasan Trisakti maka Thoby membuat Unversitas Trisakti

    menjadi Badan Hukum Pendidikan dengan Akta Notaris Edi Priyono, SH. No. 27

    tertanggal 29 Agustus 2002.

    Tindakan Thoby mengganti statuta 2001 dengan statuta 2001R adalah

    karena menurut Thoby Universitas Trisakti sebenarnya adalah milik Negara.

    Argumen Thoby tersebut bertitik tolak dari sejarah Universitas Trisakti bahwa :

    1. Yayasan Badan Permusyawaratan Kewarganegaan Indonesia (Baperki)

    yang pertama kali mendirikan Universitas Baperki (1958-1962),

    kemudian berganti nama menjadi Universtas Res Publica (1962-1965).

    2. Keputusan Menteri Nomor 01/dar/tahun 1965 tanggal 11 Oktober 1965

    tentang penutupan sementara perguruan tinggi (swasta) yang langsung

    atau tidak langsung membantu gerakan petualangan atau kontra

    revolusioner G30S PKI. Keputusan itu menyatakan, ada 24 perguruan

    tinggi swasta, termasuk Universitas Res Publica Jakarta, ditutup untuk

    sementara waktu.

    36  

  • 3. Kemudian, Menteri PTIP berdasarkan surat Keputusan Menteri Nomor

    09/dar/tahun 1965, 18 Oktober 1965 jo nomor 12/dar/tahun 1965

    membentuk tim persiapan pembukaan kembali Universitas Res Publica

    yang diperbaiki oleh Keputusan Menteri Nomor 012/dar/Tahun 1965

    Tanggal 13 November 1965.

    4. Pemeritah kemudian mengambil alih Universitas Res Publica dan

    mengganti namanya menjadi Universitas Trisakti. Dalam Keputusan

    Menteri Nomor 13/dar/tahun 1965, tanggal 15 November 1965, Menteri

    PTIP mengganti nama Universitas Res Publica menjadi Universitas

    Trisakti dan pembentukan presidium sementara yang membawahi

    Univeritas Trisakti. Kemudian, pada 19 November 1965 Universitas Res

    Publica dibuka kembali dan bernaung dengan nama Universitas Trisakti.

    Kemudian Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Syarif

    Thayeb membentuk Yayasan Trisakti pada 27 Januari 1966

    5. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef Nomor

    0281/U/1979, tanggal 31 Desember 1979. Bahwa pengelolaan dan

    pembinaan berikut seluruh aset Universitas Trisakti, berdasarkan surat

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 31 Desember 1979 ini,

    diserahkan kepada Yayasan Trisakti.

    Berdasarkan sejarah berdirinya Universitas Trisakti di atas maka Thoby

    berpendapat bahwa Universitas Trisakti seharusnya adalah milik Negara.

    Penyerahan pembinaan dan pengelolaan Universitas Trisakti pada Yayasan

    Trisakti yang tertulis dalam Kepmendikbud No. 0281/U/1979, yaitu Penyerahan

    37  

  • Pembinaan dan Pengelolaan Universitas Trisakti Kepada Yayasan Trisakti,

    menjadi masalah bagi Thoby. Thoby menilai Universitas dan Yayasan tak punya

    pertalian apapun menyangkut aset dan pengelolaan karena Universitas Trisakti

    muncul terlebih dahulu daripada yayasan.

    Sikap dari Thoby mengganti statuta 2001 dengan 2001R yang menghapus

    keberadaan Yayasan Trisakti dan menggantinya dengan Badan Hukum

    Pendidikan tersebut mendapat respon dari pihak Yayasan Trisakti dengan

    melakukan pemecatan terhadap Thoby Mutis dengan surat melalui surat

    keputusan nomor 310K/YAYASAN TRISAKTI/SK/IX202 yang berlaku efektif

    tanggal 5 november 2002.

    Tindakan Thoby mengganti statuta menurut Yayasan Trisakti adalah

    penyalahgunaan wewenang karena Thoby mengeluarkan statuta 2001R tanpa

    melibatkan yayasan dan persetujuan yayasan. Tindakan yang dilakukan Thoby

    tersebut menurut yayasan bertentangan dengan Pasal 100 ayat (2) Peraturan

    Pemerintah Nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi yang menyatakan :

    Susunan organisasi, rincian tugas, fungsi, dan tata kerja perguruan tinggi yangdiselenggarakan oleh masyarakat diatur dalam statuta perguruan tinggi bersangkutan yangditetapkan oleh badan penyelenggara perguruan tinggi atas usul senat perguruan tinggiyang bersangkutan dengan berpedoman pada ketentuan dalam BAB VIII.”

    Dalam hal pengelolaan dan aset Universitas Trisakti, Yayasan merasa

    bahwa mereka berhak atas aset dan pengelolaan Universitas Trisakti berdasarkan

    surat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dikeluarkan Daoed Joesoef,

    Nomor 0281/U/1979 pada31 Desember 1979. Karena berdasarkan surat tersebut

    38  

  • Daoed Joesoef menyerahkan pembinaan dan pengelolaan Universitas berikut

    seluruh aset kepada Yayasan

    Selain itu tindakan Thoby menurut yayasan juga telah melanggar PP No. 17

    tahun 2010 jo PP 66 tahun 2010, sebagai pengganti PP No. 60 tahun 1999 dalam

    Pasal 58 G PP. No. 66 tahun 2010:

    1. Organ dan pengelolaan satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan

    oleh masyarakat menggunakan tata kelola yang ditetapkan oleh badan

    hukum nir laba yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

    undangan

    2. Pengelolaan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    diselenggarakan berdasarkan prinsip sebagaimana diatur dalam Pasal 49

    ayat (2): Pengelolaan satuan atau program pendidikan tinggi

    dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu,

    evaluasi yang transparan, akses berkeadilan.

    Pengelolaan aset dari sengketa Yayasan Trisakti melawan Universitas

    Trisakti bukan satu-satunya masalah yang terjadi antara kedua pihak tersebut,

    permasalahan antara kedua pihak ini juga menyangkut:

    1. Hak atas merek dan logo Trisakti

    2. Surat Kepmendikbud No. 0281/U/1979 tentang penyerahan pengelolaan

    Universitas Trisakti kepada Yayasan Trisakti

    3. Penandatanganan ijazah yang dilakukan oleh Thoby Mutis selaku rektor

    Universitas Trisakti padahal Thoby telah dipecat sebagai rektor oleh

    Yayasan Trisakti

    39  

  • 4. Kepengurusan Yayasan Trisakti yang didasarkan pada Akta No. 22

    tertanggal 7 September tentang Berita Acara Rapat Yayasan Trisakti

    yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris Sutjipto, SH

    5. Akta Pendirian Universitas Trisakti sebagai Badan Hukum Pendidikan,

    yaitu Akta No.27 tanggal 29 Agustus 2002

    C. PUTUSAN

    Sengketa Pengelolaan dan aset Universitas Trisakti antara pihak Thoby

    Mutis melawan Yayasan Trisakti sampai pada pengadilan.Kasus ini pertama

    kali disidangkan pada Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Dalam persidangan

    tersebut kedudukan Universitas Trisakti yang diwakili oleh Prof. DR. Thoby

    Mutis; Prof. DR. H.A. Prayitno, dr., Sp.KJ; Advendi Simangunsong, SH., MM.,

    masing-masing selaku Ketua Senat Universitas Trisakti dan Ketua Forum

    Komunikasi Karyawan Universitas Trisakti adalah sebagai Penggugat dan

    Yayasan Trisakti sebagai tergugat. Dalam sengketa terhadap pengelolaan dan

    aset Universitas Trisakti tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta Timur

    mengeluarkan Putusan No. 169/Pdt/G/2008/PN.Jkt.Tim tanggal 16 Desember

    2008. Dalam Putusan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Timur mengalahkan

    Yayasan Trisakti dan memberikan hak pengelolaan Universitas Trisakti serta

    aset-aset Universitas Trisakti kepada Universitas Trisakti.

    Pihak Yayasan Trisakti kemudian mengajukan banding ke Pengadilan

    Tinggi. Pada tingkat banding di Pengadilan Tinggi ini pihak Yayasan Trisakti

    berkedukan sebagai Pembanding dan pihak Universitas Trisakti berkedudukan

    40  

  • sebagai Terbanding.Pengadilan Tinggi akhirnya mengeluarkan Putusan No.

    263/PDT/2009/PT.DKI tanggal 30 September 2009.Putusan dari Pengadilan

    Tinggi ini membatalkan Putusan No. 169/Pdt/G/2008/PN.Jkt.Tim tanggal 16

    Desember 2008.

    Setelah ada putusan dari Pengadilan Tinggi, pihak Universitas Trisakti

    kemudian mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung.Pada tingkat kasasi ini,

    Mahkamah Agung mengeluarkan putusan No.822/K/Pdt/2010.Dalam putusan

    tersebut Mahkamah Agung menolak Kasasi yang diajukan oleh Universitas

    Trisakti yang diwakili oleh Thoby Mutis. Menurut Mahkamah Agung alasan-

    alasan kasasi Pemohon Kasasi tidak dapat dibenarkan, karena Judex Facti tidak

    salah menerapkan hukum yang telah mempertimbangkan bahwa kedudukan

    Penggugat tidak berkualitas sebagai ius standi in judicio, sebagaimana diatur

    dalam Pasal 56 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah No.

    60 dan 61 Tahun 1999, Surat Dirjen Administrasi Hukum Umum No.

    C.H.T.01.10-18, tanggal 28 Oktober 2002, putusan Mahkamah Agung Republik

    Indonesia No. 410 K/Pdt/2004 tertanggal 25 April 2005.Kemudian, bahwa

    berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, bahwa ternyata putusan Judex Facti

    dalam perkara tidak bertentangan dengan hukum dan atau undang-undang,

    maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi yaitu Universitas

    Trisakti tersebut harus ditolak oleh Mahkamah Agung

    Universitas Trisakti kemudian mengajukan Peninjauan Kembali kepada

    Mahkamah Agung.Pada tingkat Peninjauan Kembali Mahkamah Agung

    mengeluarkan putusan No.406/PK/Pdt/2011.Dalam putusan tersebut Mahkamah

    41  

  • Agung menolak Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Universitas Trisakti.

    Penolakan terhadap Peninjauan Kembali itu adalah karena menurut Mahkamah

    Agung alasan-alasan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan

    Kambali tersebut tidak dapat dibenarkan karena :

    1. Bahwa Judex Juris tidak melakukan kekhilafan atau kekeliruan nyata

    memutus perkara a quo.

    2. Bahwa pertimbangan Judex Facti atau Pengadilan tinggi sudah tepat

    dan benar

    gustus 2002

    versitas

    Trisakti tersebut adalah tidak beralasan sehingga harus ditolak.

    3. Bahwa tentang status Badan Hukum Universitas Trisakti atau

    Penggugat telah ada putusan yang telah berkekuatan hukum tetap yaitu

    putusan No.411/Pdt.G/ 2002/PN.Jak.Bar jo 410 K/Pdt/2004 yang

    menyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum Akta Pendirian

    Universitas Trisakti sebagai Badan Hukum Pendidikan, yaitu Akta

    No.27 tanggal 29 A

    4. Bahwa karenanya alasan-alasan tersebut tidak termasuk dalam salah

    satu alasan permohonan peninjauan kembali sebagaimana yang

    dimaksud dalam Pasal 67 a sampai dengan f Undang-Undang No. 14

    Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang

    No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No.3

    Tahun 2009.

    5. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka

    permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Uni

    42  

  • Tab Negeri dan Hel 1. Pertimbangan Hakim Pengadilan akim Pengadilan Tinggi

    Putusan No.169/Pdt/G/2008/PN.Jkt.Tim Putusan No.263/Pdt/2009/PT.DKI

    1. Bahwa Perubahan Akta No. 152, tertanggal 31 Januari1991 dan pengangkatan kepengurusan baru Tergugat (Yayasan Trisakti)

    1. Bahwa dalam pengadilan tingkat pertama tidak mempertimbangkan Penggunaan PP No. 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi Dan PP No. 61

    ntang Penetapan perguruan Tinggi Negeri sebagaimana terdapat dalam Akta

    4

    telah diputuskan sebagai

    rakibat

    pat Yayasan Trisakti No. 22 tangga

    2005 berjumlah 34 orang; bukan seperti yang mereka nyatakan dihadapan notaris, “…Bahwa dalam Rapat

    sebagai

    nding uan dalam Peraturan

    n

    guruan tinggi yang

    idak sah dan tidak berkekuatan hukum

    sta

    n 1999 maka

    at oleh hukum belum diakui sebagai endukung hak dan kewajiban, sehingga bukanlah

    badan hukum

    No. 22, tertanggal 7 September 2005 adalah perbuatan melawan hukum,

    2. Bahwa Perubahan Anggaran Dasar Yayasan Trisakti

    sebagaimana tertuang dalam Akte Notaris Sutjipto, SHNo. 152 tanggal 31 Januari 1991 menjadi Akte NotariSutjipto, SH No. 22 tanggal 7 September 2005, yang dilakukan dengan tujuan untuk penyesuaian dengan Pasal 71 ayat (3) Undang-undang No. 28 Tahun 200tentang Perubahan Undang-undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan — dilakukan ketika Akte No. 152 tanggal 31 Januari 1991 oleh Pengadilan Negeri JakarBarat dalam perkara perdata No.391/Pdt.G/2004/PNBar tertanggal 17 Mei 2005

    s

    ta .Jak.

    Pemerintah No. 60 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1999

    3. Bahwa dari ketentuan kedua peraturan pemerintah

    tersebut perguruan tinggi yang berbentuk badahukum adalah perguruan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau yang disebut perguruan tinggi negeri, sedangkan Universitas trisakti adalah

    erguruan tinggi swasta atau per

    akta yang tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum/batal demi hukum;

    3. Bahwa Dewan Pengurus Yayasan yang telah berakhir

    masa jabatannya pada tanggal 27 Januari 2005 telah tidak berwenang lagi (onbevoegd) untuk mengadakan rapat setelah tanggal 27 Januari 2005, sehingga termasuk tetapi tidak terbatas rapat yang diadakan pada tanggal 7-9-2005 yang berita acara rapat tersebut tercantum di dalam Berita Acara Rapat Yayasan Trisakti tanggal 7-9-2005 Nomor 22 tersebut, adalah tidak sah yang bekeputusan yang diambil oleh rapat tersebut menjadi batal

    4. Bahwa Rapat Dewan Pengurus Yayasan Trisakti

    dihadapan Notaris Sutjipto, SH, yang dituangkan dalaBerita Acara Ra

    m l 7-9-

    akta pendirian Universitas Trisakti Badan Hukum Pendidikan

    5. Bahwa karena penggugat adalah universitas swa

    dan bukanlah badan hukum maka berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 danPeratu n Pemerintah No. 61 Tahu2005 telah memberikan keterangan “palsu”, dengan

    alasan-alasan: 4.1. Dewan Pengurus Yayasan Trisakti Periode 2000-

    TeBadan Hukum untuk menentukan status Penggugat(Universitas Trisakti) sebagai Badan Hukum

    2. Bahwa gugatan Penggugat (Universitas Trisakti) diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Timur tanggal 16 Juni 2008, pada waktu itu Undang-Undang tentang Badan Hukum Pendidikan belum ada, oleh karena itu Majelis Hakim Tingkat Baakan m mpertimbangkan ketente

    pdiselenggarakan oleh masyarakat sehingga tidak dapat berbentuk badan hukum

    4. Bahwa disimpulkan Penggugat bukanlah badan hukum hal tersebut sesuai dengan putusan dalam perkara Nomor: 410 K/Pdt/2004 Jo No.411/Pdt.G/2002/ PN.Jkt.Bar antara Thoby Mutis dan kawan-kawan lawan Yayasan Trisakti cs yangmeny akan tat

    ratergugat adalah Pembina, penyelenggara dan pengelola universitas trisakti.

    6. ahwa PenggugB

    p

    43  

  • Lanj

    u

    ersitas

    nteri Perguruan Tinggi

    rimakan

    dan029/U/1979

    uat

    pan Notaris Sutjipto, SH adalah Akta

    t

    ta maka

    ajukan dan dipertimbangkan sendiri-sendiri,

    . ahwa berdasarkan pertimbangan diatas maka eksepsi tergugat haruslah ditolak

    eh karena Penggugat bukanlah subjek hukum sehingga tidak dapat menggugat dan digugat

    utan Tabel 1

    ini telah dihadiri/diwakili oleh 10 dari 11 anggota Dewan Pengurus;

    4.2. Universitas Trisakti tidak didirikan oleh Yayasan

    Trisakti pada tanggal 29 Nopember 1965 berdasarkanoleh Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan IlmPengetahuan No.013/dar Tahun 1965;24 UnivTrisakti diadakan/didirikan atas perintah Presiden Republik Indonesia Pertama Dr. Ir. Soekarno beradasarkan Keputusan Medan Ilmu Pengetahuan No. 014/dar- tahun 1965 tanggal 19 Nopember 1965

    4.3. Universitas Trisakti tidak pernah diserahte

    kepada Yayasan Trisakti berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 029/U/1979 tertanggal 31 Desember 1979 karena Keputusan Menteri Pendidikantanggal 31Desember 1979adalah Keputusan tentang Pendirian Universitas Jember

    5. Bahwa Anggaran Dasar Yayasan Trisakti yang term

    dalamAkta Notaris No. 22, tertanggal 7 September 2005 tentang Berita Acara Rapat Yayasan Trisakti, yang

    ibuat oleh/dihadadyang tidak sah dan batal demi hukum atau setidaknya dinyatakan batal

    6. Bahwa Akta Anggaran Dasar Yayasan Trisakti tersebutelah di putuskan sebagai akta yang tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum/batal demi hukum serkepengurusan Yayasan Trisakti adalah tidak sah asset-asset yang dikuasai oleh Tergugat (Yayasan Trisakti) harus dikembalikan kepada Penggugat

    7. Bahwa materi eksepsi tergugat bukan materi eksepsi

    yang sebenarnya, akan tetapi telah menyangkut pokok perkara yang memerlukan pembuktian lebih lanjut dan bukan mengenai ketidakwenangan Hakimsehingga berdasarkan ketentuan Pasal 136 HIR serta sejalan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I No. 361 K/Sip/1973 tertanggal 30 Desember 1975,maka tidak

    oleh dibmelainkan diperiksa dan diputus bersama-sama pokok perkara B

    7. Bahwa ol

    8

    44  

  • Tabel 2. asi dan Hakim Pe Pertimbangan Hakim Kas ninjauan Kembali

    Putusan Mahkamah Agung No.822/K/Pdt/2010

    Putusan Mahkamah Agung No.406/PK/Pdt/2011

    1. Bahwa alasan-alasan kasasi Pemohon Kasasi tidak dapat dibenarkan,karena Judex Facti tidak salah menerapkan hukum yang telah mempertimbangkan bahwa keduduka

    gat tidak berkun

    te a

    Penggu alitas sebagai ius standi in judicio, sebagaimana diatur dalam

    Pasal 56 Undang-:

    s p

    1.1. Undang No. 20 Tahun 2003,

    1.2. Peraturan Pemerintah No. 60 dan 61 Tahun 1999,

    1.3. Surat Dirjen Administrasi HuUmum No. C.H.T.01.10-18, tanggal 28 Oktober 2002,

    kum ukum Akta Pendirian Universitas Trisak

    sebagai Badan Hukum Pendidikan, yaitu Akta No.27 tanggal 29 Agustus 2002

    Bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, 1.4. putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 410 K/Pdt/2004 tertanggal 25 April 2005

    2. Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas,

    ternyata putusan Judex Facti dalam perkara

    ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan tersebut harus ditolak

    tan ti

    maka permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Universitas Trisakti tersebut adalah tidak beralasan sehingga harus ditolak

    1. Bahwa alasan-alasan permohonan peninjauankembali dari Pemohon Peninjauan Kembali

    rsebut tid k dapat dibenarkan: 1.1. Bahwa Judex Juris tidak melakukan

    kekhilafan atau kekeliruan nyata memutuerkara

    1.2. Bahwa pertimbangan Judex Facti / Pengadilan tinggi sudah tepat dan benar

    1.3. Bahwa tidak sah dan tidak berkekuah

    2.

    Tabel 3. Amar putusan

    G/2008/ t/2009/PT.

    /K/Pdt/2010

    11

    Putusan No.169/Pdt/

    PN.Jkt.Tim

    Putusan No.263/Pd

    DKI

    Putusan MahkamahAgung

    No.822

    Putusan MahkamahAgung

    No.406/PK/Pdt/201. Menolak eksepsi

    tergugat

    2. Mengabulkangugatan Penggugat untuk sebagian

    3. Menyatakan

    ut

    perbuatan Tergugat

    ayasan Trisakti a

    an

    ing

    3. enerima eksepsi tergugat (Yayasan Trisakti)

    Menolak permohonan kasasi dari Universitas Trisakti

    Menolak permohonan peninjauan kembali dari Universitas Trisakti

    merupakan perbuatan melawa Hukum

    4. Menyatakan Rapat Dewan Pengurus

    ns

    Yyangdiselenggarakn pada tanggal 7

    1. MembatalkP usan No.169/Pdt/G/2008/PN.Jkt.Tim

    2. Menerima permohonan banding dari Pembandemula Tergugat

    Konvensi/Penggugat Rekonvensi

    M

    45  

  • Lanjutan Tabel 3.

    0

    m o.

    alah akta yang

    embina dan

    Trisakti

    Menolak gugatan Penggugat selebihnya

    p Universitas Trisakti kepada Tergugat (Yayasan Trisakti)

    September 20tidak sah

    5. Menyatakan

    Anggaran Dasar Yayasan Trisakti yang termuat dalaAkta Notaris N22 tertanggal 7 September 2005 tentang Berita Acara Rapat Yayasan Trisakti, yang dibuat oleh/dihadapan Notaris Sutjipto, SH.,

    5 4

    adtidak sah dan batal demi hukum

    6. Menyatakan Penggugat adalah PPengelola dari Universitas

    7.

    . Menyerahkan pengelolaan terhada

    D. ANALISIS TERHADAP STATUS BADAN HUKUM TRISAKTI DALAM

    822/K/PDT/2010

    1. Putusan

    bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan didalam

    PUTUSAN NO.

    Hukum ada untuk melindungi kepentingan manusia atau kelompok

    manusia, agar dapat menciptakan ketertiban dalam masyarakat.Hukum

    46  

  • ma

    rorangan didalam masyarakat, membagi wewenang

    dan

    aitu:

    r

    entu dari

    syarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan

    masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.

    Sengketa Universitas Trisakti melawan Yayasan Trisakti mengenai

    pengelolaan aset Universitas Trisakti adalah suatu masalah dimana ada

    terjadi bentrokan kepentingan antara dua pihak yang merasa

    mempunyai hak untuk mengelola aset Universitas Trisakti. Hukum

    muncul disini sebagaimana tugas hukum yaitu membagi hak dan

    kewajiban antar pe

    mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara

    kepastian hukum.

    Putusan pengadilan Sengketa Universitas Trisakti melawan

    Yayasan Trisakti y

    1. Putusan No.169/Pdt/G/2008/PN.Jkt.Tim tanggal 16 Desembe

    2008

    2. Putusan No.263/PDT/2009/PT.DKI tanggal 30 September 2009

    3. Putusan M.A No.822/K/Pdt/2010 tanggal 28 September 2010

    4. Putusan M.A No.406/PK/Pdt/2011 tanggal 10 November 2011

    Putusan hakim seperti yang telah ditulis sebelumya, dengan melihat

    pendapat para ahli maka Penulis menyimpulkan bahwa putusan hakim

    itu mempunyai tujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan perkara

    atau sengketa, yang melibatkan para pihak yang bersengketa. Putusan

    yang dikeluarkan hakim untuk menyelesaikan sengketa tersebut harus

    memuat alasan dan dasar putusan, serta memuat Pasal tert

    47  

  • per

    rsal pertimbangan hakim didasarkan pada:

    kara

    engandung tiga unsur yaitu unsur

    kepastian hukum

    ersitas Trisakti bukanlah badan hukum tetapi pelaksana

    keg

    ateri tersebut

    aturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum

    tak tertulis yang dijadikan dasar oleh hakim untuk mengadili.

    Pertimbangan hakim menjadi dasar bagi hakim untuk mengambil

    keputusan. Secara unive

    1. Bukti suatu dasar fakta hukum yang dapat disebut sebagai aspek

    materil perkara

    2. Peraturan suatu dasar yuridis yang dapat disebut sebagai aspek

    formal per

    3. Prinsip-prinsip terdiri dari asas-asas hukum dan kebiasaan

    dalam peradilan

    Putusan hakim juga seharusnya m

    , unsur kemanfaatan, unsur keadilan.

    a. Pengadilan Negeri

    Pengadilan negeri memeriksa perkara secara menyeluruh, pada

    putusan perngadilan ini pengadilan negeri menolak eksepsi dari

    Yayasan Trisakti. Dimana dalam eksepsi Yayasan Trisakti menyatakan

    bahwa Univ

    iatan dari Yayasan Trisakti yang bertujuan dalam bidang

    pendidikan.

    Putusan pengadilan negeri yang kemudian menolak eksepsi

    berdasarkan pertimbangan bahwa materi eksepsi bukan materi eksepsi

    yang sebenarnya dan bukan mengenai ketidakwenangan hakim menurut

    Penulis adalah suatu tindakan yang salah karena dalam m

    48  

  • me

    embelanya, berwenang

    gugat38.

    angan untuk menjadi pendukung hak

    ndirian Badan Hukum Pendidikan Universitas Trisakti

    tela

    ang yang bersangkutan dan diserahkan kepada

    bad

                                                               

    nguraikan tentang kedudukan subyek hukum dan subyek hukum

    adalah salah satu syarat dalam tata cara proses peradilan.

    Pada asasnya setiap pihak yang merasa mempunyai hak dan ingin

    menuntutnya atau ingin mempertahankan atau m

    untuk bertindak selaku pihak baik selaku penggugat maupun ter

    Namun ada syarat yang harus dipenuhi yakni :

    1. Mempunyai kewen

    2. Mempunyai kemampuan untuk bertindak atau melakukan

    perbuatan hukum

    Mempunyai kewenangan untuk menjadi pendukung hak dan

    mempunyai kemampuan untuk bertindak melakukan perbuatan hukum

    adalah subyek hukum. Seperti yang telah diuraikan dalam putusan

    bahwa akta pe

    h ditolak. Ini menunjukan bahwa Universitas Trisakti bukanlah

    badan hukum.

    Teori kekayaan bertujuan menyatakan adapun hak-hak yang

    diberikan kepada subyek hukum pada hakikatnya adalah hak-hak

    dengan tiada subyek hukum namun merupakan kekayaan yang terikat

    oleh suatu tujuan atau kekayaan yang dimiliki oleh tujuan itu.

    Kekayaan tersebut berasal dari kekayaan seseorang yang dipisahkan

    atau disendirikan dari or

    an tersebut misalnya: Yayasan, Badan Usaha Milik Negara

    (BUMN), dan lain-lain.  

    38Soeroso, Tata Caradan Proses Persidangan,Sinar Grafika, Jakarta,2004 hal.11

    49  

  • Teori organ menyatakan bahwa badan hukum seperti manusia,

    menjadi penjelmaan yang benar-benar dalam pergaulan hukum, badan

    hukum tersebut menjadi suatu badan yang membentuk kehendaknya

    mel

    pendaftaran Badan Hukum Pendidikan Universitas Trisakti

    ma

    kum adalah Yayasan Trisakti sedangkan Universitas Trisakti

    buk

    t dalam

    pen

    alui perantaraan alat-alat atau organ-organ badan tersebut misalnya

    anggota atau pengurus.

    Teori Kekayaan Bertujuan dan Teori Organ inilah yang mendasari

    keberadaan Yayasan sebagai subyek hukum.

    Teori kenyataan yuridis mengatakan badan hukum dipersamakan

    dengan manusia adalah suatu realitas yuridis, yaitu suatu fakta yang

    diciptakan oleh hukum. Jadi adanya badan hukum itu karena ditentukan

    oleh hukum sedemikian itu. Melihat teori kenyataan yuridis dengan

    penolakan

    ka hukum menyatakan bahwa Universits Trisakti bukanlah badan

    hukum.

    Teori badan hukum diatas menunjukan bahwa yang merupakan

    badan hu

    anlah badan hukum, melainkan pelaksana kegiatan dari Yayasan

    Trisakti

    Status Universitas Trisakti bukanlah badan hukum menjadikan

    Universitas Trisakti tidak dapat menggugat dan diguga

    gadilan. Karena itu tindakan hakim yang menolak eksepsi dari

    pihak tergugat (Yayasan Trisakti) menurut Penulis tidak tepat.

    50  

  • Selain sebagai syarat untuk beracara di pengadilan status badan

    hukum juga berpengaruh pada pengelolaan Universitas Trisakti, karena

    dalam pengelolaan pendidikan tinggi, bila dilihat dari Undang Undang

    No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pengelolaan terhadap

    pen

    ti sebagai Perguruan Tinggi Swasta pengelolaan

    terh

    versitas Trisakti sebagai perguruan tinggi swasta dapat dilihat

    pada saat ditolaknya pendaftaran Universitas Trisakti sebagai perguruan

    tinggi negeri oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun

    didikan tinggi terbagi dua yaitu pada Perguruan Tinggi Swasta yang

    harus melalui badan penyelenggara dan Perguruan Tinggi Negeri yang

    dapat dikelola langsung oleh perguruan tinggi tersebut.

    Putusan hakim yang menyatakan bahwa pengelolaan terhadap

    Universitas Trisakti diserahkan kepada pihak Universitas Trisakti

    (Thoby Mutis) menurut Penulis merupakan tindakan yang salah karena

    bila melihat pada Pasal 67 Undang Undang Pendidikan Tinggi yang

    menyatakan bahwa pengelolaan otonomi pada perguruan tinggi swasta

    diselenggarakan oleh badan penyelenggara, maka dengan status

    Universitas Trisak

    adap Universitas Trisakti tidak dapat dikelola langsung oleh

    Universitas melainkan harus melalui badan penyelenggara yaitu

    Yayasan Trisakti.

    Uni

    1967.

    51  

  • b. Banding

    Peradilan tingkat banding dilakukan oleh peradilan tinggi yang

    merupakan peradilan “ulangan” atau “revisi” dari putusan pengadilan

    ne

    . Pihak

    Yay

    pen

    badan hukum sehingga Universitas

    geri. Pengadilan tinggi dalam tingkat banding ini memeriksa kembali

    perkara perdata secara menyeluruh, baik fakta maupun penerapan

    hukumnya

    Putusan hakim No.263/PDT/2009/PT.DKI tanggal 30 September

    2009, merupakan hasil banding yang diajukan oleh pihak Yayasan

    Trisakti kepada Pengadilan Tinggi terhadap Putusan

    No.169/Pdt/G/2008/PN.Jkt.Tim tanggal 16 Desember 2008

    asan Trisakti merasa tidak puas dengan putusan hakim yang

    dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang memenangkan

    pihak Universitas Trisakti dan kemudian mengajukan banding.

    Permintaan Banding tersebut kemudian dimenangkan oleh pihak

    Yayasan Trisakti. Sebagai tindak lanjut dari putusan pengadilan Tinggi

    tersebut Universitas Trisakti kemudian mengajukan kasasi dan

    injauan kembali kepada M.A namun MA merasa bahwa putusan

    Pengadilan Tinggi sudah tepat sehingga kasasi dan peninjauan kembali

    yang diajukan oleh Universitas Trisakti ditolak oleh Mahkamah Agung.

    Pertimbangan hakim pengadilan tinggi menyatakan bahwa pihak

    Universitas Trisakti bukanlah

    Trisakti tidak dapat berperkara dipengadilan. Pertimbangan dari hakim

    52  

  • Pengadilan Tinggi dalam Putusan No.263/PDT/2009/PT.DKI tanggal

    30 September 2009, antara lain:

    1. Bahwa dalam pengadilan tingkat pertama tidak

    mempertimbangkan Penggunaan PP No. 60 Tahun 1999

    tu itu Undang-Undang tentang Badan Hukum

    garakan oleh pemerintah atau yang

    Tentang Pendidikan Tinggi Dan PP No. 61 Tentang Penetapan

    perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum untuk

    menentukan status Penggugat (Universitas Trisakti) sebagai

    Badan Hukum.

    2. Bahwa gugatan Penggugat (Universitas Trisakti) diterima di

    Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Timur tanggal 16 Juni

    2008, pada wak

    Pendidikan belum ada, oleh karena itu Majelis Hakim Tingkat

    Banding akan mempertimbangkan ketentuan dalam Peraturan

    Pemerintah No. 60 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No.

    61 Tahun 1999.

    3. Bahwa dari ketentuan kedua peraturan pemerintah tersebut

    perguruan tinggi yang berbentuk badan hukum adalah

    perguruan yang diseleng

    disebut perguruan tinggi negeri, sedangkan Universitas trisakti

    adalah perguruan tinggi swasta atau perguruan tinggi yang

    diselenggarakan oleh masyarakat sehingga tidak dapat

    berbentuk badan hukum.

    53  

  • 4. Bahwa disimpulkan Penggugat bukanlah badan hukum hal

    tersebut sesuai dengan putusan dalam perkara Nomor: 410

    K/Pdt/2004 Jo No.411/Pdt.G/2002/ PN.Jkt.Bar antara Thoby

    Mutis dan kawan-kawan lawan Yayasan Trisakti cs yang

    menyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum akta

    pendirian Universitas Trisakti Badan Hukum Pendidikan.

    5. Bahwa karena penggugat adalah universitas swasta dan

    emudian mengadili

    sendiri yang m

    bukanlah badan hukum maka berdasarkan Peraturan

    Pemerintah No. 60 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No.

    61 Tahun 1999 maka tergugat adalah Pembina, penyelenggara

    dan pengelola universitas trisakti.

    6. Bahwa Penggugat oleh hukum belum diakui sebagai pendukung

    hak dan kewajiban, sehingga bukanlah badan hukum.

    7. Bahwa oleh karena Penggugat bukanlah subjek hukum sehingga

    tidak dapat menggugat dan digugat

    Berdasarkan pertimbangan hakim Pengadilan Tinggi di atas, maka

    Pengadilan Tinggi dalam putusan bandingnya kemudian membatalkan

    putusan dari Pengadilan Negeri Jakarta Timur dan k

    enyatakan bahwa Universitas Trisakti bukanlah badan

    hukum sehingga pengelolaan aset Universitas Trisakti yang sebelumnya

    telah dimenangkan oleh Universitas Trisakti melalui Pengadilan Negeri

    Jakarta Timur diserahkan kepada Yayasan Trisakti.

    54  

  • Inti dari pertimbangan hakim seperti yang telah Penulis paparkan di

    atas, bila dikaitkan dengan pengelolaan aset Universitas Trisakti yang

    menjadi sengketa m

    amah Agung,

    sem

    kim dalam putusan itu berdasarkan subyek hukum.

    Pengertian subyek hukum

    at dilihat bahwa badan hukum

    itu ada karena ditentukan oleh hukum sedemikian rupa, bila dikaitkan

    enurut Penulis adalah masalah status badan hukum

    Universitas Trisakti. Karena bila Universitas Trisakti diakui sebagai

    subyek hukum maka Universitas Trisakti dapat berperkara dipengadilan

    dan dengan adanya status badan hukum maka Universitas Trisakti dapat

    mengelola sendiri aset yang dimiliki oleh Universitas Trisakti.

    Putusan hakim tingkat banding di Pengadilan Tinggi, tingkat kasasi

    Mahkamah Agung, dan tingkat Peninjauan Kembali Mahk

    uanya menyatakan bahwa Universitas Trisakti bukanlah subyek

    hukum. Putusan hakim yang menyatakan bahwa Universitas Trisakti

    bukanlah subyek hukum muncul karena pertimbangan hakim yang

    menyatakan bahwa Universitas Trisakti bukan badan hukum sehingga

    Universitas Trisakti tidak dapat berperkara di pengadilan.

    Pertimbangan ha

    itu sendiri adalah segala sesuatu yang dapat

    memperoleh hak dan kewajiban dari hukum. Subyek hukum antara lain

    adalah manusia dan badan hukum. Badan hukum adalah organisasi atau

    kelompok manusia yang mempunyai tujuan yang dapat menyandang

    hak dan kewajiban.

    Menurut teori badan hukun yaitu dap

    55  

  • den

    as Trisakti tidak dapat menjadi badan hukum dan tidak bias

    angku hak dan kewajiban.

    cio dengan

    tanggal 28 Oktober 2002, yang isinya tentang penolakan anggaran

    dasar pendirian Badan Hukum Pendidikan Universitas Trisakti

    2. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 410 K/Pdt/2004

    April 2005 pada amar no.4, yang Menyatakan tidak

    sah dan tidak berkekuatan hukum Akta Pendirian Universitas

    Trisakti Badan Hukum Pendidikan No.27, tanggal 29 Agustus

    2002 yang dibuat di hadapan Edy Priyono, SH., Notaris di

    Pada 4 poin di atas dapat dilihat bahwa Universitas Trisakti belum

    menjadi badan hukum karena:

    1. Penolakan terhadap anggaran dasar pendirian BHP Universitas

    sah dan tidak

    berkekuatan hukum Akta Pendirian Universitas Trisakti Badan

    gan kasus sengketa trisakti ini maka bila oleh putusan pengadilan

    dinyatakan bahwa Universitas Trisakti bukan badan hukum, maka

    Universit

    menjadi pem

    Pertimbangan hakim Pengadilan Tinggi menyatakan bahwa

    kedudukan Universitas Trisakti sebagai ius standi in judi

    melihat:

    1. Surat Dirjen Administrasi Hukum Umum No. C.H.T.01.10-18,

    tertanggal 25

    Jakarta

    3. Pasal 56 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

    4. Peraturan Pemerintah No. 60 dan 61 Tahun 1999

    Trisakti

    2. Adanya yurisprudensi yang menyatakan tidak

    56  

  • Hukum Pendidikan No.27, tanggal 29 Agustus 2002 yang

    dibuat di hadapan Edy Priyono, SH., Notaris di Jakarta

    3. Undang-undang dan peraturan yang menyebutkan bahwa

    Universitas Swasta tidak dapat berbadan hukum

    hakim Pengadilan Tinggi tersebut membatalkan putusan

    Pengadilan Negeri Jakarta Tim

    benar karena pertim

    pertimbangan hakim

    1.

    a tentang penolakan anggaran dasar

    kan Universitas Trisakti.Dengan

    a berada

    Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 dan Peraturan

    Pemerintah No. 61 Tahun 1999.

    Putusan

    ur.Keputusan tersebut menurut Penulis telah

    bangan hakim tersebut telah memenuhi asas universal

    yaitu:

    Bukti

    Surat Dirjen Administrasi Hukum Umum No.C.H.T.01.10-18, tanggal

    28 Oktober 2002, yang isiny

    pendirian Badan Hukum Pendidi

    adanya bukti bahwa Universitas Trisakti bukan Badan Hukum

    Pendidikan maka Universitas Trisakti dalam pengelolaanny

    di bawah Yayasan Trisakti.

    2. Dasar hukum pertimbangan hakim

    a. Yurisprudensi berupa putusan dalam perkara Nomor: 410

    K/Pdt/2004 Jo Nomor 411/Pdt.G/2002/ PN.Jkt.Bar

    b.

    Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa pertimbangan hakim

    yang menyatakan belum berbadan hukum telah benar. Hal itu berakibat

    bahwa pihak Universitas Trisakti tidak dapat berperkara dipengadilan

    57  

  • Tindakan pengadil