tinjauan pustaka
DESCRIPTION
TINJAUAN PUSTAKATRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
Selama proses meiosis pada spermatogenesis, gen-gen bersegresi kedalam
gamet. kedua anggota dari setiap pasang kromosom yang homolog didistribusikan ke
gamet yang terpisah. sebagai contoh individu dengan genotip AA akan menghasilkan
satu macam gamet yaitu A. Individu dengan genotip aa akan menghasilkan gamet a dan
individu dengan genotip Aa akan menghasilkan genotip A dan a.
Orang yang pertama kali melakukan persilangan dengan dengan menggunakan
tumbuhan sebagai bahan adalah seorang alim ulama berkebangsan Australia bernama
Geogor Mendel (1822-1884) pada tahun 1866.
Mendel meneliti ercis karena tanaman itu tersedia dalam banyak varietas. Misalnya,
satu varietas memiliki bunga ungu sedangkan varietas yang lain memiliki bunga putih. Sifat
terwariskan yang berbeda-beda di antara individu, misalnya warna bunga disebut
karakter. Keuntungan lain dari penggunaan ercis adalah waktu generasinya yang pendek dan
jumlah keturunan yang banyak dari setiap perkawinan. Selain itu, Mendel juga dapat
mengontrol perkawinan antar tanaman dengan ketat. Organ-organ reproduksi tanaman ercis
terletak pada bunganya, dan setiap bunga ercis memiliki organ penghasil polen sekaligus
organ pengandung sel telur (Campbell, dkk., 2010).
Hukum Mendel I atau hukum segregasi membahas tentang pemisahan faktor-faktor
pembawa sifat pada waktu pembentukan gamet. Hukum Mendel I disebut juga hukum
segregasi menyatakan bahwa “pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan
pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak”. Hukum ini berlaku untuk persilangan
monohibrid dengan dominansi. Hukum segregasi menyatakan bahwa alel-alel akan berpisah
secara bebas dari diploid menjadi haploid pada saat pembentukan gamet. Dengan demikian
setiap sel gamet hanya mengandung satu gen dari alelnya. Fenomena ini dapat diamati pada
persilangan monohibrid, yaitu persilangan dua individu dengan satu sifat beda. Untuk
mengujinya, Mendel melakukan perkawinan silang antara ercis berbunga ungu dengan ercis
berbunga putih dengan satu faktor pembawa sifat (Nuraini, 2008).
Persilangan antara ercis berbunga ungu dengan ercis berbunga putih menghasilkan
keturunan F1 ercis berbunga ungu. Keturunan F1 dikawinkan antara sesamanya
menghasilkan keturunan F2 di mana sebagian ercis berbunga ungu 3/4 bagian dan sebagian
berbunga putih 1/4 bagian (Nuraini, 2008).
Hukum Mendel II atau The Law Of Independent Assortment membahas mengenai perkawinan silang yang menyangkut dua atau lebih pasangan sifat berbeda, maka pewarisan dari masing-masing pasangan faktor sifat-sifat tersebut adalah bebas sendiri-sendiri atau masing-masing tidak tergantung satu sama lain. Hukum Mendel II dikenal dengan hukum Independent Assortment menyatakan bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak tergantung pada sifat pasangan yang lainnya. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (Ishahi, Putra Sang, 2010). Keturunan pertama menunjukkan sifat fenotip dominan dan keturunan kedua menunjukkan fenotip dominan dan resesif dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Untuk mengujinya, Mendel melakukan perkawinan silang antara antara ercis biji kuning dengan bentuk bulat RRYY dengan ercis biji hijau dengan bentuk keriput (Kusdiarti, 1986).
Penyimpangan pada Hukum Mendel terjadi karena interaksi antar alel dan genetik
sebagai berikut (Yatim, 1986):
A. Berbagai bentuk interaksi alel adalah interaksi dominan tidak sempurna, kodominan, variasi
dua atau lebih gen sealel atau alel ganda, dan alel letal.
1) Dominansi tidak sempurna atau Incomplete Dominance yaitu alel dominan yang tidak dapat
menutupi alel resesif sepenuhnya sehingga keturunan yang heterozigot memiliki sifat
setengah dominan dan setengah resesif.
2) Kodominan yaitu dua alel suatu gen yang menghasilkan produk berbeda dengan alel yang
satu tidak dipengaruhi oleh alel yang lain. Contohnya sapi berwarna merah kodominan
terhadap sapi putih menghasilkan anak sapi roan.
3) Alel ganda yaitu fenomena adanya tiga atau lebih alel dari suatu gen. Umumnya gen tersusun
dari dua alel alternatifnya. Alel ganda dapat terjadi akibat mutasi dan mutasi menyebabkan
banyak variasi alel.
4) Alel letal yaitu alel yang dapat menyebabkan kematian bagi individu yang memilikinya. Alel
letal resesif adalah alel yang dalam keadaan homozigot resesif dapat menyebabkan kematian.
B. Interaksi gen yaitu interaksi genetik yang menyebabkan terjadinya atavisme, polimeri,
kriptomeri, epistatis dan hipostatis, serta komplementer. Interaksi ini menyebabkan rasio
tidak sesuai dengan Hukum Mendel, tetapi menunjukkan adanya variasi.
1) Atavisme yaitu munculnya suatu sifat sebagai akibat interaksi dari beberapa gen. Contoh
atavisme adalah sifat genetis pada jengger ayam.
2) Polimeri yaitu bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif atau saling menambah. Contoh
polimeri terdapat pada percobaan persilangan gandum, dilakukan H. Nilsson-Ehle yang
menghasilkan perbandingan fenotip 15 : 1.
3) Kriptomeri merupakan sifat gen dominan yang tersembunyi, gen tersebut berdiri sendiri,
namun gen dominan tersebut berinteraksi dengan gen dominan lainnya, maka sifat gen
dominan yang tersembunyi sebelumnya akan muncul. Contoh kriptomeri adalah persilangan
pada bunga Linaria maroccana yang menghasilkan perbandingan fenotip bunga ungu : merah
: putih = 9 : 3 : 4.
4) Epistatis dan hipostatis yaitu persilangan dimana gen epistatis memiliki sifat
mempengaruhi gen hipostatis.
Untuk menentukan bahwa hasil persilangan ini memenuhi teori 9 : 3 : 3 : 1 atau
menyimpang dari teori perlu dilakukan suatu pengujian secara statistika. Uji X2 atauChi-
square test atau ada yang menamakannya uji kecocokan goodness of fit. Apabila x2h lebih
kecil daripada x2t dengan peluang tertentu yaiu 0,05, maka dikatakan bahwa hasil persilangan
yang diuji masih memenuhi nisbah Mendel. Sebaliknya, apabila X2hlebih besar dari pada X2
t,
maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel pada nilai
peluang tertentu biasanya 0,05 (Djidjosepoetro, 1974).
Tujuan dari uji Chi-square adalah untuk mengetahui atau menguji perbedaan proporsi
antara 2 atau lebih kelompok. Syaratnya yaitu kelompok yang dibandingkan independen
dan variabel yang dihubungkan katagorik dengan katagorik. Adapun kegunaanya yaitu ada
tidaknya asosiasi antara 2 variabel atau Independent test, apakah suatu kelompok homogen
atau tidak, dan uji kenormalan data dengan melihat distribusi data atau Goodness of fit test.
Nilai Chi-square dapat dihitung dengan rumus(Yatim, 1986):
X 2 = ∑ (O.E)2/E
Dengan:
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai)
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari
tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Penggunaan teori ini memungkinkan kita untuk
menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut.
Metode chi-square adalah cara yang tepat kita pakai untuk membandingkan data percobaan
yang diperoleh dari hasil persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis
secara teoritis (Yatim, 1986).
Chi-Square test merupakan salah satu cara untuk menguji percobaan yang dilakukan
menyimpang atau tidak dari teori. Didalam percobaan biologis tidak mungkin didapatkan
data yang segera dapat dipertanggungjawabkan seperti halnya dengan matematika.
Berhubung dengan adanya penyimpangan atau deviasi antara hasil yang didapat dengan hasil
yang diharapkan secara teoritis harus dievaluasi (Suryo, 2005).
Dalam perhitungan nanti harus diperhatikan pula besarnya derajat kebebasan, yang
nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu. Jadi andaikan perkawinan
monohibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip 3:1 atau ada dominansi
penuh, berarti ada dua kelas fenotip, sehingga derajat kebebasan = 2-1 = 1. Jika terdapat sifat
intermedier, keturunannya memperlihatkan perbandingan 1 : 2 : 1. Berarti di sini ada 3 kelas
fenotip, sehingga derajat kebebasannya = 3-1 = 2. Pada perkawinan dihibrid didapatkan
keturunan dengan perbandingan 9:3:3:1. Berarti ada 4 kelas fenotip, sehingga derajat
kebebasannya = 4-1 = 3 (Suryo, 2005).
Untuk melakukan uji statistika, kita membandingkan nilai X2 dari hasil perhitungan
dan nilai X2 dari tabel. Nilai X2 dari tabel diperoleh dengan menggunakan derajat kebebasan
atau degreeof freedom, dilambangkan dengan dof atau v dan derajat signifikansi
atau significance level, dilambangkan dengan A atau α. Secara grafis jika derajat bebas
semakin besar maka grafik distribusi chi-kuadrat akan mendekati bentuk distribusi normal.
Tabel Chi-kuadrat sebagai berikut (Suryo, 2005) :
Dk
Kemungkinan
0,99 0,90 0,70 0,50 0,30 0,10 0,05 0,01 0,001
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,0002
0,02
0,12
0,30
0,55
0,87
1,24
1,65
2,09
2,56
0,016
0,21
0,58
1,06
1,61
2,20
2,83
3,49
4,17
4,87
0,15
0,71
1,42
2,20
3,00
3,83
4,67
5,53
6,39
7,27
0,46
1,39
2,37
3,36
4,35
5,35
6,35
7,34
8,34
9,34
1,07
2,41
3,67
4,88
6,06
7,23
8,38
9,52
10,66
11,78
2,71
4,61
6,25
7,78
9,24
10,65
12,02
13,36
14,68
15,99
3,84
5,99
7,82
9,49
11,07
12,59
14,07
15,51
16,92
18,31
6,64
9,21
11,35
13,28
15,09
16,81
18,48
20,09
21,67
23,21
10,83
13,82
16,27
18,47
20,52
22,46
24,32
26,13
27,88
29,59