tinjauan pustaka

27
TINJAUAN PUSTAKA ESOTROPIA I. ANATOMI DAN FISIOLOGI A. Anatomi a. Otot Bola Mata. 1 Terdapat enam otot-otot ekstraokular yang mengendalikan gerak masing-masing mata, yaitu; empat muskulus rektus dan dua muskulus obliqus. 1. Muskulus Rektus 1.1. M. Rectus Superior a. Origo : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita. b. Insersio : Permukaan superior bola mata tepat posterior terhadap taut corneo-scleral. c. Persarafan : N. oculomotorius (N.III) d. Fungsi : Mengangkat kornea ke atas dan medial. 1.2. M. Rektus Inferior a. Origo : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita. b. Insersio : Permukaan inferior bola mata tepat posterior terhadap taut corneo-scleral. c. Persarafan : N. oculomotorius (N.III) d. Fungsi : Menurunkan kornea ke bawah dan medial. 1.3. M. Rektus Medialis

Upload: farah-basotjatjo-kahar

Post on 19-Jan-2016

72 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tinjauan

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

ESOTROPIA

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI

A. Anatomi

a. Otot Bola Mata.1

Terdapat enam otot-otot ekstraokular yang mengendalikan gerak masing-masing

mata, yaitu; empat muskulus rektus dan dua muskulus obliqus.

1. Muskulus Rektus

1.1. M. Rectus Superior

a. Origo : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita.

b. Insersio : Permukaan superior bola mata tepat posterior terhadap taut

corneo-scleral.

c. Persarafan : N. oculomotorius (N.III)

d. Fungsi : Mengangkat kornea ke atas dan medial.

1.2. M. Rektus Inferior

a. Origo : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita.

b. Insersio : Permukaan inferior bola mata tepat posterior terhadap taut

corneo-scleral.

c. Persarafan : N. oculomotorius (N.III)

d. Fungsi : Menurunkan kornea ke bawah dan medial.

1.3. M. Rektus Medialis

a. Origo : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita.

b. Insersio : Permukaan medial bola mata tepat posterior terhadap taut

corneo-scleral.

c. Persarafan : N. oculomotorius (N.III)

d. Fungsi : Memutar bola mata sehingga kornea menghadap ke medial.

1.4. M. Rektus Lateralis

a. Origo : Annulus tendineus communis pada dinding posterior orbita.

b. Insersio : Permukaan lateral bola mata tepat posterior terhadap taut

corneo-scleral.

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA

c. Persarafan : N. abducens (N.VI)

d. Fungsi : Memutar bola mata sehingga kornea menghadap ke lateral.

2. Muskulus obliquus

2.1. M. obliquus superior

a. Origo : Dinding posterior orbita.

b. Insersio : Melalui troklea dan dilekatkan pada permukaan superior bola

mata, di bawah m. rectus superior.

c. Persarafan : N. trochlearis (N.IV)

d. Fungsi : Memutar bola mata sehingga kornea menghadap ke bawah dan

lateral.

2.2. M. obliquus inferior

a. Origo : Dasar orbita.

b. Insersio : Permukaan lateral bola mata, profunda terhadap m. rectus

lateralis.

c. Persarafan : N. oculomotorius (N.III)

d. Fungsi : Memutar bola mata sehingga kornea menghadap ke atas dan

lateral

Gambar 1 : anatomi otot bola mata 1

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2 : otot bola mata1

b. Persarafan.1,3

1. Nervus Optikus (II)

N. optikus muncul dari bagian belakang bola mata dan meninggalkan

orbita melalui canalis optikus untuk masuk ke dalam rongga cranium.

Selanjutnya menyatu dengan n. optikus sisi lainnya membentuk chiasma

opticum. Pada chiasma, serabut-serabut dari belahan medial masing-masing

retina menyilang garis tengah dan masuk ke tractus opticus sisi

kontralateral, sedangkan serabut-serabut belahan lateral retina berjalan ke

posterior di dalam traktus opticus sisi yang sama. Hampir seluruh serabut-

serabut tractus opticus berakhir dengan bersinaps pada sel-sel di dalam

corpus geniculatum lateral. Axon sel-sel saraf dari corpus geniculatum

lateral berjalan ke posterior sebagai radiation optica dan berakhir pada

cortex visual hemispherium cerebri.

2. Nervus Oculomotorius (III)

N. oculomotorius keluar dari permukaan anterior mesencephalon. Saraf

ini berjalan ke depan di antara a. cerebri posterior dan a. ceberi superior.

Kemudian berjalan terus ke depan di dalam fossa crania anterior pada

dinding lateral sinus cavernosus. Disini, saraf ini bercabang dua menjadi

ramus superior dan ramus inferior, yang masuk ke dalam rongga orbita

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA

melalui fissure orbitalis superior. Ramus superior dan inferior n.

oculomotorius mempersarafi otot-otot ekstrinsik mata : m. levator

palpebrae, m. rectus superior, m. rectus medialis, m. recuts inferior, m.

obliquus inferior.

3. Nervus Trochlearis (IV)

N. trochlearis meninggalkan permukaan posterior mesencephalon dan

segera menyilang saraf sisi lainnya. N. trochlearis berjalan ke depan melalui

fossa crania media dan pada dinding lateral sinus cavernosus. Setelah masuk

ke dalam rongga orbita melalui fissure orbitalis superior, saraf ini

mempersarafi m. obliquus superior bola mata.

4. Nervus Abducens (VI)

Saraf ini muncul dari permukaan anterior rhombencephalon di antara

pons dan medulla oblongata, dan berjalan ke depan bersama a. carotis

interna melalui sinus cavernosus di dalam fossa crania media dan masuk

orbita melalui fissure orbitalis superior. N. abducens mempersarafi m. rectus

lateralis.

Gambar 3 : Persarafan bola mata1

B. Fisiologi

a. Fisiologi Penglihatan.2

Cahaya dideteksi oleh sel-sel batang dan kerucut di retina, yang dapat

dianggap sebagai end-organ sensorik khusus untuk penglihatan. Badan sel

dari reseptor-reseptor ini mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang bersinaps

dengan sel bipolar, neuron kedua di jalur sel-sel ganglion retina. Akson-

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA

akson sel ganglion membentuk lapisan serat saraf pada retina dan menyatu

membentuk saraf optikus. Saraf keluar dari bagian belakang bola mata dan

berjalan ke posterior di dalam kerucut otot untuk masuk ke dalam rongga

tengkorak melalui kanalis opticus.

Di dalam tengkorak, dua saraf optikus menyatu membentuk kiasma

optikus. Di kiasma optikus, lebih dari dari separuh serat (yang berasal dari

separuh retina bagian nasal) mengalami dekusasi dan menyatu dengan serat-

serat temporal yang tidak menyilang dari saraf optikus sisi lain untuk

membentuk traktus optikus. Masing-masing traktus optikus berjalan

mengelilingi pedunkulus serebrum menuju ke nucleus genikulatum lateral,

tempat traktus tersebut bersinaps. Dengan demikian, semua serat yang

menerima impuls dari separuh kanan lapang pandang masing-masing mata

membentuk traktus optikus kiri dan berproyeksi ke hemisfer serebrum kiri.

Demikian juga, separuh kiri lapang pandang berproyeksi ke hemisfer

serebrum kanan. Dua puluh persen serat di traktus melayani fungsi pupil.

Serat-serat ini meninggalkan traktus tepat di sebelah anterior dari nucleus

dan melewati brakium kolikulus superior menuju ke nucleus pretektalis otak

tengah. Serat-serat lainnya bersinaps di nucleus genikulatum lateral. Badan-

badan dari struktur ini membentuk traktus genikulo-kalkarina. Traktus ini

berjalan melalui tungkai posterior kapsula interna dan kemudian menyebar

ke dalam radiasi optikus yang melintasi lobus temporalis dan parietalis

dalam perjalanan ke korteks oksipitalis (korteks kalkarina)

Gambar 4 : fisiologi penglihatan2

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA

b. Fisiologi pergerakan mata. 3

1. Aspek Motorik

Masing-masing dari keenam otot ekstraokuler berperan dalam

menentukan posisi mata mengelilingi tiga sumbu rotasi. Kerja primer suatu

otot adalah efek utama yang ditimbulkannya pada rotasi mata. Efek yang

lebih kecil disebut kerja sekunder atau tersier.

Otot Kerja Primer Kerja Sekunder

Rektus Lateral Abduksi -

Rektus Medial Adduksi -

Rektus Superior Elevasi Adduksi Intorsi

Rektus Inferior Depresi Adduksi Ekstorsi

Obliqus Superior Intorsi Depresi Abduksi

Obliqus Inferior Ekstorsi Elevasi Abduksi

a. Hukum Sherrington

Pada kedudukan mata tertentu setiap kontraksi otot selalu terjadi

rangsangan antagonis yang berkekuatan sama mengimbangi rangsangan

tersebut. Pada pergerakan mata terjadi rangsangan sama pada otot mata

yang sinergistik dan pengendoran rangsangan yang sesuai pada otot

antagonistic. Contoh : Bila mata kanan yang melakukan gerakan abduksi

yang merupakan rangsangan pada otot rektus lateral kanan maka akan

terjadi pelemahan rangsangan pada otot rektus medius kanan yang antagonis

terhadap rektus lateral kanan.

b. Hukum Herring

Agar gerakan kedua mata berada dalam arah yang sama, otot-otot agonis

yang berkaitan harus menerima persarafan yang setara. Pasangan otot

agonis dengan kerja primer yang sama disebut pasangan searah (yoke pair).

Otot rektus lateralis kanan dan rektus medialis kiri adalah pasangan searah

untuk menatap ke kanan. Contoh : Otot rektus inferior kanan dan obliquus

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA

superior kiri adalah pasangan searah untuk memandang ke bawah dan ke

kanan.

2. Aspek Sensorik

Mata akan searah bila dapat mempertahankan fusi kedua mata. Di mana

fusi adalah:

a. Kemampuan otak untuk membuat satu bayangan gambar yang berasal

dari kedua mata.

b. fusi akan hilang bila penglihatan satu mata tidak ada.

Fusi sensorik adalah proses yang membuat perbedaan-perbedaan antara

dua bayangan tidak disadari. Di bagian perifer retina masing-masing mata,

terdapat titik-titik korespondensi yang apabila tidak terdapat fusi

melokalisasi rangsangan pada arah yang sama dalam ruang. Dalam proses

fusi, nilai arah titik-titik ini dapat dimodifikasi. Dengan demikian, setiap

titik di retina pada masing-masing mata mampu memfusikan rangsangan

yang jatuh cukup dekat dengan titik korespondensi di mata yang lain.

II. DEFINISI

Esotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata

dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu

penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal kearah medial.3

Esotropia adalah jenis strabismus yang paling sering ditemukan.

Strabismus ini dibagi menjadi dua tipe : paretik (akibat paresis atau paralysis

satu atau lebih otot ekstraokular) dan nonparetik (komitan). Esotropia nonparetik

adalah tipe tersering pada bayi dan anak. Tipe ini dapat akomodatif,

nonakomodatif, atau akomodatif parsial. Strabismus paretik jarang dijumpai

pada anak tetapi merupakan penyebab tersering kasus baru strabismus pada

orang dewasa. Esotropia akuisita pada orang dewasa umumnya paretik yang

disebabkan oleh kelemahan otot rektus lateral akibat cedera saraf kranial

keenam.4

III. EPIDEMIOLOGI

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA

Esotropia akuisita dapat terjadi pada usia 1-8 tahun dan tidak selalu respons

dengan penggunaan kacamata jauh. Esotropia akuisita biasanya muncul usia 2-5

tahun dan sering dihubungkan dengan penyakit penyebabnya.3,4

Esotropia akuisita terjadi 10,4% Dari seluruh esotropia di dunia. Adanya

kelainan organik sering menimbulkan strabismus. Hasil penelitian akhir-akhir

ini menyatakan 11,52% pasien dengan strabismus ada kelainan di segmen

posterior matanya. Diagnosis yang banyak adalah Toxoplasma khorioretinitis,

morning glory anomaly, Toxocara retinopati, retinopati premature, dan Coats

disease.5

IV. ETIOLOGI

Penyebab esotropia yaitu; 3

1. Faktor refleks dekat, akomodatif esotropia

2. Hipertoni rektus medius congenital

3. Hipotoni rektus lateral akuisita

4. Penurunan fungsi penglihatan satu mata pada bayi dan anak.

V. KLASIFIKASI

A. Bentuk-bentuk esotropia; 3

1. Esotropia konkomitan, yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya

pada semua arah pandang.

2. Esotropia nonkomitan yaitu bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-

beda pada arah pandangan yang berbeda-beda pula.

A. Non Paralytic (Comitant) 3,6,7

1. Non Akomodatif Esotropia

Dibagi menjadi :

a. Esotropia Infantil

Paling sering dijumpai. Sesuai kesepakatan agar memenuhi syarat

batasan, maka terjadinya esotropia harus sebelum umur 6 bulan. Penyebab

belum diketahui secara pasti.

Bayi dengan esotropia kekanak-kanakan biasanya fixates silang, yang

berarti bahwa dia menggunakan Mata yang lain untuk melihat ke arah yang

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA

berlawanan. Mata kanan digunakan untuk melihat ke sisi kiri, dan mata kiri

yang digunakan untuk melihat ke arah sisi kanan. Hal ini lebih sulit untuk

jenis strabismus ini dengan metode non-bedah, seperti Terapi Visi dan atau

gelas. Prisma dapat membantu keselarasan jikalau tidak terlalu besar.

Beberapa anak yang menderita strabismus, di mana koordinasi antara

kedua mata yang kurang, juga memiliki pola perkembangan motorik atipikal

kurang. Mereka biasanya melewatkan tahap merangkak dengan gerakan

bilateral, dan ke kanan dari merayap untuk berdiri. Interaksi antara motorik

kasar, terutama keseimbangan sistem (cerebellar dan vestibular) dan sistem

teropong (motor kontrol dari dua mata) juga terlihat dalam jumlah besar

anak-anak muda dengan cerebral palsy yang telah strabismus.

Jika berbalik ke dalam mata konstan, dan dalam jumlah besar, operasi

dapat diindikasikan. Namun, perlu diketahui bahwa kedua orang tua dan ahli

bedah harus berkomitmen untuk prosedur berganda untuk mendapatkan

keselarasan sempurna dari dua mata bagi pasien. Lebih jauh lagi, bahkan

beberapa operasi atau "revisi" mungkin berakhir menghasilkan manfaat

kosmetik saja. Artinya, dua mata mungkin terlihat normal atau "langsung"

bagi pengamat luar, tapi visi bermata dua normal belum tercapai.

Peningkatan mungkin hanya kosmetik sebagai operasi tidak selalu

memungkinkan otak untuk memanfaatkan informasi dari kedua mata secara

bersamaan (visi berkenaan dgn teropong), sehingga mata teaming, pelacakan

mata, visi stereoptic dan / atau 3D persepsi kedalaman sering miskin setelah

perawatan bedah. Jika operasi dilakukan, kesempatan terbaik untuk sukses

visual terjadi ketika dokter bekerja dengan dokter mata perkembangan yang

nyaman di resep kacamata dan Optometric Visi Terapi untuk mendorong

keselarasan sempurna dari dua mata dengan fusi yang tepat dan mata

berkelompok. Semacam model perawatan koperasi akan sama dengan

hubungan komplementer antara ahli bedah ortopedi dan ahli terapi fisik.

Kesempatan mengembangkan visi berkenaan dgn teropong dengan

pembedahan saja berkurang dengan usia. Anak yang lebih besar dengan

esotropia kekanak-kanakan mungkin perlu baik intervensi bedah, jika giliran

besar, dan pra-dan pasca-bedah Terapi Visi. kecil ternyata dapat lebih baik

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA

diobati dengan Terapi Visi saja. Mendapatkan dua mata untuk bekerja sama

membutuhkan waktu dan usaha, tetapi itu sangat berharga.

b. Esotropia Didapat

1. Esotropia Dasar

Timbulnya pada masa anak-anak, tetapi tidak ada faktor akomodasi.

Sudut strabismusnya mula-mula lebih kecil daripada esotropia

kongenital tetapi akan bertambah besar.

2. Esotropia Miopia

Timbulnya pada orang dewasa muda dan ada diplopia untuk memandang

jauh, yang lambat laun akan untuk memandang dekat.

Tanda klinik :

a. Pada yang monokuler : anomali refraksinya sering lebih menyolok

pada satu mata (anisometropia).

b. Pada yang alternating : anomali refraksinya hampir sama pada kedua

mata.

2. Akomodatif Esotropia

Jika pemutaran berlebihan mata adalah pertama tercatat sekitar 2 tahun,

hal itu mungkin karena kesulitan mengintegrasikan sistem (akomodatif)

fokus dengan keselarasan mata (binocular) sistem. Biasanya, bila kita

melihat ke seberang ruangan atau di luar, mata kita paralel, atau lurus.

Namun, ketika kita melihat hal-hal yang dekat, dua hal terjadi. Kita perlu

untuk melakukan konvergen mata dan harus masuk lebih banyak fokus, atau

berakomodasi untuk memperjelas penglihatan. Anak-anak memiliki

kekuatan fokus yang besar, dan kadang-kadang dalam mendapatkan hal-hal

yang jelas, memutar ke dalam atau esotropia terjadi. Jika esotropia hanya

terjadi ketika melihat dekat, seperti ketika bermain dengan benda kecil,

membuat kontak mata, pewarna, melihat buku gambar dan sebagainya, anak

hanya mungkin perlu kacamata untuk melihat dekat untuk mengurangi atau

menghilangkan esotropia tersebut.

Terjadi bila ada mekanisme akomodasi fisiologis yang normal, tetapi ada

divergensi fusi relatif yang kurang untuk mempertahankan mata supaya

tetap lurus. Ada 2 mekanisme patofisiologi yang terjadi :

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA

1. Hiperophia tinggi yang memerlukan akomodasi kuat agar bayangan

menjadi jelas, sehingga timbul esotropia.

2. Rasio KA/A yang tinggi, yang mungkin disertai kelainan refraksi.

Kedua mekanisme ini dapat timbul pada satu penderita

a. Esotropia akomodatif karena hiperophia

Hiperophia ini khas, timbulnya pada usia 2-3 tahun, tetapi dapat juga terjadi

pada bayi / usia yang lebih tua

b. Esotropia akomodatif karena rasio KA/A yang tinggi

Terjadi reaksi knvergensi abnormal sewaktu sinkinesis dekat.Kelainan

refraksinya mungkin bukan hiperophia, meskipun sering ditemukan

hiperophia sedang. Karena penyebabnya hypermetropia, maka

pengobatannya adalah kacamata. Bila pengobatan ditunda sampai dari 6

bulan dari onsetnya,sering terjadi amblypobia. Untuk amblypobia

pengobatannya dengan oklusi terlebih dahulu.

c. Kombinasi Keduanya

B. Paralytic (Non-Comitant)

Sering terdapat pada orang dewasa yang mendapat trauma dikepala,

tumor atau peradangan dari susunan saraf serebral. Jarang ditemukan pada

anak-anak, yang biasanya disebabkan trauma pada waktu lahir, kelainan

kongenital dari m.rektus lateralis atau persarafannya. Tanda-tandanya :

1. Gangguan pergerakan mata kearah luar

2. Diplopi homonim, yang menjadi lebih hebat, bila mata digerakkan

kearah luar

3. Kepala dimiringkan kearah otot yang lumpuh

4. Deviasinya menghilang, bila mata digerakkan kearah yang berlawanan

dengan otot yang lumpuh

5. Pada anak dibawah 6 tahun, dimana pola sensorisnya belum tetap,

timbul supresi, sehingga tidak timbul diplopia

6. Pada orang dewasa, dimana esotropianya terjadi sekonyong-konyong,

penderita mengeluh ada diplopia, karena pola sensorisnya sudah tetap

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA

dan bayangan dari obyek yang dilihatnya jatuh pada daerah-daerah

retina dikedua mata yang tidak bersesuaian (corresponderend)

Pada strabismus selalu ada salah satu / lebih otot ekstra okuler yang paralitik

dan otot yang paralitik selalu salah satu otot rectus lateral, biasanya sebagai

akibat paralisis syaraf abdusen.

Penyebabnya :

1. Dewasa : CVA, Tumor (CNS, Nasopharyng), Radang CNS (Central

Nervous System), Trauma.

2. Bayi atau anak-anak : trauma kelahiran, kelainan kongenital.

VI. DIAGNOSIS 7

1. Anamnesis

Pertanyaan yang lengkap dan cermat tentang riwayat sakit sangat membantu

dalam menentukan, diagnosis, prognosis dan pengobatan strabismus. Dalam

hal ini perlu ditanyakan;

a. Riwayat keluarga : biasanya strabismus diturunkan secara autosomal

dominan.

b. Umur pada saat timbulnya strabismus : karena makin awal timbulnya

strabismus makin jelek prognosisnya.

c. Timbulnya strabismus : mendadak, bertahap, atau berhubungan dengan

penyakit sistemik.

d. Jenis deviasi : bagaimana pasien menyadari strabismusnya? Bagaimana

penglihatan dekatnya? Kapan matanya terasa lelah? Apakah pasien menutup

matanya jika terkena sinar matahari? Apakah matanya selalu dalam keadaan

lurus setiap saat? Apakah derajat deviasinya tetap setiap saat?

e. Fiksasi : apakah selalu berdeviasi satu mata atau bergantian?

2. Inspeksi

Dengan inspeksi sudah dapat ditentukan apakah strabismusnya konstan

atau hilang timbul (intermitten), berganti-ganti (alternan) atau menetap

(nonalternan),dan berubah-ubah (variable) atau tetap (konstan). Harus

diperhatikan pula ptosis terkait dan posisi kepala yang abnormal. Derajat

fiksasi masing-masing secara terpisah atau bersama-sama. Adanya

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA

nistagmus menunjukkan bahwa fiksasinya buruk dan tajam penglihatannya

menurun.

3. Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan

Tajam penglihatannya harus diperiksa walaupun secara kasar untuk

membandingkan tajam penglihatan kedua mata. Kedua mata diperiksa

sendiri-sendiri, karena dengan uji binocular tidak akan bisa diketahui

kekaburan pada satu mata. Untuk anak-anak yang masih sangat muda, yang

bisa dilakukan kadang-kadang hanya berusaha agar mata bisa memfiksasi

atau mengikuti sasaran (target). Sasaran dibuat sekecil mungkin disesuaikan

dengan usia, perhatian, dan tingkat kecerdasannya. Jika dengan menutup

satu mata anak tersebut melawan, sedang dengan menutup mata yang lain

tidak melawan, maka mata yang penglihatannya jelek adalah yang ditutup

tanpa perlawanan. Pada uji titik (dot test), anak yang diperiksa disuruh

menaruhkan jari-jarinya pada sebuah titik yang ukurannya telah dikalibrasi.

Ini adalah uji kuantitatif paling awal yang dikerjakan secara berkala

(dimulai pada umur 2-2 . tahun). Pada umur 2 . - 3 tahun anak sudah mampu

mengenali dan mengerjakan uji gambar-gambar kecil (kartu Allen).

Umumnya anak umur 3 tahun sudah bisa melakukan permainan “E”

(Egame) yaitu dengan kata snellen konvensional dengan huruf E yang

kakinya ke segala arah dan sianak menunjukkan arah kaki huruf E tersebut

dengan jari telunjuknya.

Tajam penglihatan dan kemampuan visual bayi lainnya dapat ditentukan

dengan metode melihat apa yang disukai anak (preferential looking

method), yang didasarkan pada kebiasaan bayi yang lebih menyukai melihat

lapangan yang telah dipola (diberi corak) atau melihat lapangan yang

seragam.

4. Pemeriksaan Kelainan Refraksi

Memeriksa kelainan refraksi dengan retinoskop memakai sikloplegik adalah

sangat penting. Obat baku yang digunakan agar sikloplegia sempurna adalah

atropine. Bisa diberikan dalam bentuk tetes mata atau salep mata 0,5 % atau

1 % beberapa kali sehari selama beberapa hari. Pemberian atropine pada

anak-anak usia sekolah sangat tidak disukai karena sikloplegianya

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA

berlangsung lama sampai 2 minggu sehingga mengganggu pelajaran

sekolah. Pada semua umur bisa digunakan homatropin 5 % atau

siklopentolat 1 atau 2 % dan hasilnya baik

5. Menentukan Besar Sudut Deviasi

A. Uji cover dan uncover test

Uji ini untuk menentukan adanya heterotropia atau heteroforia

Gambar 5 : cover and uncover test

1. Metode Hirschberg

Uji ini untuk mengukur derajat tropia, pemeriksaan reflex cahaya dari

senter dan pupil. Caranya pasien disuruh melihat sumber cahaya pada

jarak 33 cm kemudian lihat pantulan cahaya pada kedua kornea mata.

a. Bila letaknya ditengah berarti tidak ada deviasi

b. Bila letaknya dipinggir pupil maka deviasinya 15o

c. Bila letaknya dipertengahan antara pupil dan limbus maka

deviasinya 30o

d. Bila letaknya dilimbus maka deviasinya 45o

2. Metode Refleksi Prisma (modifikasi uji krimsky)

Uji ini untuk mengukur sudut defiasi dengan meletakkan ditengah

cahaya reflex kornea dengan prisma sampai reflex cahaya terletak

disentral kornea. Caranya pasien memfiksasi pada cahaya dengan jarak

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA

sembarangan. Prisma ditaruh didepan mata sedang deviasi. Kekuatan

prisma yang diperlukan agar refleksi kornea pada mata yang juling

berada ditengah-tengah pupil menunjukkan besarnya sudut deviasi.

Gambar 6: Hirschberg test

Gambar 7: krimsky test

a. Duksi (rotasi monokular)

Satu mata ditutup dan mata yang lain mengikuti cahaya yang digerakkan

kesegala arah pandangan, sehingga adanya kelemahan rotasi dapat

diketahui. Kelemahan seperti ini biasa karena paralisis otot atau karena

kelainan mekanik anatomik.

b. Versi (gerakan Konjugasi Okular)

Uji untuk Versi dikerjakan dengan mata mengikuti gerakan cahaya pada

jarak 33 cm dalam 9 posisi diagnosis primer – lurus kedepan; sekunder –

kekanan, kekiri keatas dan kebawah; dan tersier – keatas dan kekanan,

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA

kebawah dan kekanan, keatas dan kekiri, dan kebawah dan kekiri. Rotasi

satu mata yang nyata dan relative terhadap mata yang lainnya dinyatakan

sebagai kerja-lebih (overreaction) dan kerja –kurang (underreaction).

Konsensus : pada posisi tersier otot-otot obliq dianggap bekerja-lebih atau

bekerja-kurang berkaitan dengan otot-otot rektus pasangannya. Fiksasi pada

lapangan kerja otot paretik menyebabkan kerja-lebih otot pasangannya,

karena diperlukan rangsangan yang lebih besar untuk berkontraksi.

Sebaliknya, fiksasi oleh mata yang normal akan menyebabkan kerja-kurang

pada otot yang paretik.7

VII. DEFERENSIAL DIAGNOSIS

1. Pseudoesotropia8

a. Mata yang terkena biasanya bilateral

b. Pemeriksaan visus biasanya normal

c. Pemeriksaan reflex pupil normal

d. Biasanya tidak terdapat diplopia

VIII. PENATALAKSANAAN 7

Tujuan utama pengobatannya adalah mengembalikan efek sensorik yang hilang

karena strabismus (ambliopia, supresi, dan hilangnya stereopsis), dan

mempertahankan mata yang telah membaik dan telah diluruskan baik secara

bedah maupun non bedah. Pada orang dewasa dengan strabismus akuisita,

tujuannya adalah mengurangi deviasi dan memperbaiki penglihatan binokular

tunggal.

1. Pengobatan non-bedah

a. Terapi oklusi

mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat dengan mata yang ambliop

b. Kacamata

perangkat optik terpenting dalam pengobatan strabismus adalah kacamata

yang tepat. Bayangan yang jelas di retina karena pemakaian kacamata

memungkinkan mekanisme fusi bekerja sampai maksimal. Jika ada

hipermetropia tinggi dan esotropia, maka esotropianya mungkin karena

hipermetropia tersebut (esotropia akomodatif refraktif).

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA

c. Obat farmakologik

1. Sikloplegik

melumpuhkan otot siliar dengan cara menghalangi kerja asetilkolin ditempat

hubungan neuromuskular dan dengan demikian mencegah akomodasi.

Sikloplegik yang digunakan adalah tetes mata atau salep mata atropin

biasanya dengan konsentrasi 0,5% (anak) dan 1% (dewasa).

2. Miotik

Digunakan untuk mengurangi konvergensi yang berlebihan pada esotropia

dekat, yang dikenal sebagai rasio konvergensi akomodatif dan akomodasi

(rasio KA/A) yang tinggi. Obat yang biasa digunakan adalah ekotiofat

iodine (Phospholine iodide) atau isoflurat (Floropryl), yang keduanya

membuat asetikolinesterase pada hubungan neuromuskular menjadi tidak

aktif, dan karenanya meninggikan efek impuls saraf.

3. Toksin Botulinum

Suntikan toksin Botulinum A ke dalam otot ekstraokular menyebabkan

paralisis otot tersebut yang kedalaman dan lamanya tergantung dosisnya.

2. Pengobatan Bedah

Memilih otot yang perlu dikoreksi : tergantung pengukuran deviasi pada

berbagai arah pandangan. Biasanya yang diukur adalah jauh dan dekat pada

posisi primer, arah pandangan sekunder untuk jauh, dan arah pandangan tersier

untuk dekat, serta pandangan lateral ke kedua sisi untuk dekat.

Reseksi dan resesi – Cara yang paling sederhana adalah memperkuat dan

memperlemah. Memperkuat otot dilakukan dengan cara yang disebut reseksi.

Otot dilepaskan dari mata, ditarik sepanjang ukuran tertentu dan kelebihan

panjang otot dipotong dan ujungnya dijahit kembali pada bola mata, biasanya

pada insersi asal.

Resesi adalah cara melemahkan otot yang baku. Otot dilepaskan dari bola

mata, dibebaskan dari perlekatan-perlekatan fasial, dan dibiarkan menjadi

retraksi. Kemudian dijahit kembali pada bola mata dibelakang insersi asal pada

jarak yang telah ditentukan.

IX. KOMPLIKASI 7

B. Supresi

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA

Usaha yang tidak disadari penderita untuk menghindari diplopia yang

timbul akibat adanya deviasi.

C. Ambliopia

Menurunnya visus pada satu atau dua mata dengan atau tanpa koreksi

kacamata dan tanpa kelainan organik lain.

B. Adaptasi posisi kepala

Keadaan yang timbul karena menghindari pemakaia notot yang mengalami

gangguan untuk mencapai penglihatan binokuler. Biasanya kearah aksi dari

otot yang lumpuh.

X. PROGNOSIS

Bonam, dari hasil pemeriksaan yang menandakan belum terjadi deviasi yang

berat serta usia yang masih muda, apabila diterapi dengan baik maka akan dapat

kembali seperti semula.