tinjauan pustaka

27
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Musca domestica. 2.1.1 Taksonomi Lalat Musca domestica Taksonomi dari Musca domestica yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Hexapoda Ordo : Diptera Family : Muscidae Genus : Musca Spesies : Musca domestica (Westwood, 1840) 2.1.2 Morfologi Musca domestica Kepala lalat relatif besar mempunyai dua mata majemuk yang bertemu di garis tengah (holoptik) atau terpisah olah ruang muka (dikhoptik), dan biasanya 3 oceli atau mata sederhana. Thoraks seperti bentuk kotak chitin, merupakan untuk melekatnya otot-otot kuat untuk terbang. Mesotoraks yang membesar (ruas kedua)

Upload: ernestio-lumban-tobing

Post on 27-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Explanation about every variables in research

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Musca domestica.

2.1.1 Taksonomi Lalat Musca domestica

Taksonomi dari Musca domestica yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Hexapoda

Ordo : Diptera

Family : Muscidae

Genus : Musca

Spesies : Musca domestica (Westwood, 1840)

2.1.2 Morfologi Musca domestica

Kepala lalat relatif besar mempunyai dua mata majemuk yang bertemu di

garis tengah (holoptik) atau terpisah olah ruang muka (dikhoptik), dan biasanya 3

oceli atau mata sederhana. Thoraks seperti bentuk kotak chitin, merupakan untuk

melekatnya otot-otot kuat untuk terbang. Mesotoraks yang membesar (ruas kedua)

Page 2: Tinjauan Pustaka

5

merupakan bagian utama dari toraks dan memikul sayap membran yang besar,

protoraks (ruas pertama) dan metatoraks (ruas ketiga) menjadi kecil yang

menghubungkan toraks dengan kepala dan abdomentiap toraks mempunyai

sepasang kaki yang berwarna dan mempunyai duri-duri dan rambut. Kaki yang

beruas-ruas dapat berakhir sebagai kuku yang berambut yaitu pulvillus, yang

mengeluarkan bahan perekat (Staf Parasitologi, 2009).

Antena yang dilengkapi dengan alat peraba, terdiri dari serangkaian ruas

yang serupa atau tidak serupa, yang jumlah, bentuk dan perangkai bulu-bulunya

merupakan sifat khas untuk berbagai genus. Lalat yang lebih primitif mempunyai

antena panjang dengan banyak ruas, sedangkan spesies yang lebih berkembang

mempunyai antena pendek yang lebih kuat dengan jumlah ruas yang lebih sedikit.

Antena terdiri 3-40 segmen tergantung dari kelompoknya (Staf Parasitologi, 2009).

Berbagai modifikasi bagian mulut dapat digunakan untuk membedakan

genus dan spesies. Untuk menembus kulit digunakan mandibula yang berbentuk

seerti gergaji dan maxilla seperti kikir. Pada Musca penghisap darah alat pemotong

adalah prostoma yang terbentuk khusus pada ujung labella dari labium. Pada

spesies bukan penghisap darah, lalat menghisap makanannya dalam bentuk cairan

melalui labella (Staf Parasitologi, 2009).

Sayap lalat merupakan sayap sejati yang kadang-kadang mempunyai sedikit

sisik, tetapi lebih sering seluruhnya membranosa. Pasangan sayap belakang diwakili

oleh sepasang batang ramping yang berbungkul disebut halter yang dipakai untuk

keseimbangan (Staf Parasitologi, 2009).

Page 3: Tinjauan Pustaka

6

Gambar 2.1 Lalat Rumah (Musca domestica)

2.1.3 Siklus hidup Musca domestica

Lalat merupakan insekta yang mengalami metamorfosa dengan stadium

telur, larva, kepompong dan stadium dewasa. Perkembangan lalat memerlukan

waktu 7-22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina

umunya telah dapat menghasilkan telur pada usia 4-8 hari, dengan 75-150 butir

sekali bertelur. Semasa hidupnya, seekor lalat bertelur 5-6 kali (Lane R, 1995).

2.1.3.1 Telur

Telur diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab ( sampah, kotoran,

binatang dan lain-lain), pada tempat yang tidak langsung kena sinar matahari. Telur

berwarna putih dan biasanya menetes setelah 8-30 jam, tergantung suhu sekitar

(Lane R, 1995).

Page 4: Tinjauan Pustaka

7

2.1.3.2 Larva

Tingkat I : Telur yang baru menetas disebut I berukuran panjang pada 2 mm,

berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, amat aktif dan ganas terhadap makanan,

setelah 1-4 hari kulit mengelupas bernama instar II;

Tingkat II : ukuran besarnya 2 kali instar I sesudah satu sampai beberapa hari, kulit

mengelupas keluar instar II;

Tingkat III : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memakan waktu 3-9 hari.

Larva ini mencari tempat dengan temperatur yang disenangi, dengan berpindah-

pindah tempat misalnya pada gundukan sampah organik. Temperatur yang disukai

adalah 30-35 º C. Distribusi dari larva lalat terutama tergantung pada temperatur dan

kelembaban (Staf Parasitologi, 2009).

2.1.3.3 Pupa / kepompong

Pada masa ini, jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa.

Stadium ini berlangsung 3-9 hari. Temperatur yang disukai +/- 35 º C. Kalau stadium

ini sudah selesai melalui celah lingkaran pada bagian anterior, keluar lalat muda.

Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih 15 jam dan setelah itu siap

untuk mengadakan perkahwinan. Seluruh waktu yang diperlukan 7-22 hari,

tergantung pada suhu setempat, kelembapan dan makanan yang tersedia. Umur

lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu (Staf Parasitologi, 2009).

Page 5: Tinjauan Pustaka

8

2.1.4 Bionomik Musca domestica

2.1.4.1 Tempat perindukan / berbiak

Lalat suka pada tempat-tempat yang kotor, basah, benda-benda organik,

tinja. sampah basah, kotoran haiwan dan kotoran manusia (Gandahusada S, dkk.,

2001).

2.1.4.2 Jarak terbang

Jarak terbang lalat sejauh 6-9 km, tergantung dari makanan yang tersedia,

kadang-kadang bisa mencapai 19-20 km dari empat terbiak (Gandahusada S, dkk.,

2001).

2.1.4.3 Cara bertelur

Masa bertelur 4-20 hari, seksual naturity 2-3 hari, pada umumnya

perkawinan lalat terjadi pada hari kedua sampai kedua belas sesudah kepompong,

dua tiga hari kemudia sesudah kawin baru bertelur 4-5 kali seumur hidupnya

(Gandahusada S, dkk., 2001).

2.1.4.4 Cara makan

Makanan yang utama adalah barang-barang cair (ada zat gula) bagi benda-

benda yang dicairkan lebih dulu dengan air ludahnya dapat dihisap. Pada waktu

makan seringkali memuntahkan makanannya dan demikian memungkinkan untuk

penyebaran kuman-kuman penyakit (WHO, 2007).

Page 6: Tinjauan Pustaka

9

2.1.4.5 Cara hidup

Lalat beristirahat pada tempat tertentu, pada siang hari bila lalat tidak

makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian,

rumput-rumput, kawat listrik dan lain-lain, serta disukai tempat-tempat dengan tepi

takan yang permukaannya vertical. Biasanya tempat istirahat ini terletak berdekatan

dengan tempat makanannya atau tempat berbiaknya dan biasanya yang terlindung

dari angina, di dalam rumah, lalat istirahat pada kawat listrik, langit-langit dan lain-

lain, serta tidak aktif pada malam hari. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih

dari 4.5 meter di atas permukaan tanah (WHO, 2007).

2.1.4.6 Suhu dan kelembaban

Lalat beraktifitas optimal pada suhu 25-32 ºC, berkurang pada suhu 35-40

ºC, dan menghilang pada suhu < 15 ºC atau > 45 ºC. Lalat beraktifitas optimal pada

kelembaban antara 50-90% (Gandahusada S, dkk., 2001).

2.1.4.7 Cahaya

Lalat merupakan insekta yang mempunyai sifat fototropik yaitu selalu

bergerak menuju sinar dan pada malam hari tidak aktif kecuali ada sinar buatan.

Efek cahaya pada lalat tergantung pada suhu dan kelembaban (Robert, 2010).

2.1.5 Hubungan lalat dengan penyakit

Lalat merupakan glongan serangga yang tersebar luar di seluruh dunia.

Peranan lalat dalam dunia kesehatan telah banyak diketahui, lalat disamping sangat

mengganggu ketenangan juga dapat sebagai pembawa dan peyebar penyakit pada

manusia melalui penularan secara mekanik maupun menyebabkan myasis yaitu

Page 7: Tinjauan Pustaka

10

lalat meninggalkan telur atau larvanya pada luka yang terbuka dan kemudian lalat

tersebut hidup dalam daging manusia. Lalat sangat potensial untuk menularkan

penyakit disentry, diare, thypoid, keracunan makanan, kolera, kecacingan dan

gangguan pada kulit. Lalat rumah juga dapat menularkan penyakit antrax, trachoma,

conjungtivitis, TBC paru-paru dan poliomyelitis (Soeharsono, 2002).

Beberapa jenis lalat rumah memiliki alat yang disebut “Spongi Probocis”

yang dilengkapi dengan gigi kecil untuk menyobek kulit di sekitar luka sehingga

meningkatkan aliran darah dan cairan lympa. Kuman-kuman penyakit dalam darah

dapat dibawa oleh lalat yang menusukkan proboscis ke dalam korban berikutnya,

setelah menusuk kulit korban, serangga tersebut menyuntikkan saliva (lidah) ke

dalam luka yang mengandungi zat anti koagulasi darah, sehingga darah tidak

mengental dan menyumbat dalam jarum probocis yang sempit itu. Sewaktu lalat

menghisap darah maka bakteri pathogen dalam probocis belum mati dan ditusukkan

ke dalam korban baru. Dengan demikian terjadilah penularan penyakit secara

langsung atau mekanis (Darman, 2005).

Penyebaran penyakit oleh lalat ini juga melalui tubuhnya yang berbulu

halus, dan pada kakinya terdapat bulu-bulu yang mengandung cairan semacam

perekat, sehingga benda-benda yang kecil mudah melekat. Bakteri dapat masuk ke

dalam pencernaan makanan lalat dan dapat tinggal di sana selama 4 minggu,

bakteri tersebut dapat di tularkan pada generasi berikutnya (Darman, 2005).

Instink lalat untuk mempertahankan kehidupannya dan daya tariknya

terhadap bau busuk menuntun lalat untuk mencari tempat seperti kakus,

pembuangan sampah, kotoran bekas saluran yang meluap dan lain-lain untuk

Page 8: Tinjauan Pustaka

11

mencari sesuatu yang dapat dimakan yang disukainya. Pada waktu makan di

tempat-tempat yang kotor tadi kaki, badan dan sayap lalat penuh dengan bibit

penyakit. Setelah waktu makan selesai, makanan yang kaya akan protein yang telaj

membusuk maka lalat siap untuk menikmati makanan kecil (dessert). Untuk

keperluan ini lalat hinggap pada botol susu, cankir, pudding, buah-buahan, kue-kue,

roti, dot bayi, muka dan lulut seseorang (Department Kesehatan, 2007).

Lalat memerlukan makanan dalam bentuk cairan maka diperlukan baginya

untuk merubah semua bentuk makanan pada atau lembek menjadi makanan yang

cair. Lalat dapat melakukan pekerjaan ini secara baik dengan mengeluarkan cairan

yang telah ditelannya. Pada waktu minum ini hanya air dan air liurnya dapat ditelan

kembali oleh lalat. Di sini lalat meninggalkan bekas muntahannya bibit-bibit penyakit

dari kakinya, dan kadang-kadang kencing atau kotorannya sendiri (Department

Kesehatan, 2007).

Apabila dibiarkan terus tanpa gangguan, muntahan atau kotoran lalat yang

telah mongering membentuk semacam noda-noda kecil berwarna hitam yang

kadang-kadang dapat dilhat pada dinding dapur pada beberapa restoran (Darman,

2005).

2.1.6 Pemberantasan Musca domestica

Beberapa hal harus diperhatikan sebelum upaya pemberantasan dijalankan.

Kita harus menganalisa terlebih dahulu sumber serangga tersebut, bagaimana

populasi serangga tersebut meningkat, bagaimana derajat ganguannya pada

individu dan komunitas, peran serangga tersebut terhadap penularan penyakit.

Dalam dinamika populasi, keberadaan dan besarnya populasi ditentukan oleh faktor

Page 9: Tinjauan Pustaka

12

fisik berupa cuaca atau iklim, habitat dan ekosistem, keberadaan inang, dan faktor

biotik (Depkes RI, 1992).

Banyaknya metode pemberantasan dan pengontrolan lalat rumah

menyebabkan perlunya suatu analisa dan pertimbangan yang lengkap sebelum

penentuan metode. Pembaziran tenaga dan uang akan terjadi apabila suatu metode

tidak dapat mengontrol lalat secara efektif. Pengendalian Musca domestica dapat

dilakukan secara alamiah maupun buatan (Devi, 2004).

2.1.6.1 Pemberantasan lalat secara langsung

Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung adalah cara

fisik, cara kimiawi dan cara biologi.

2.1.6.1.1 Cara fisik

Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan aman tetapi

kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi. Cara ini hanya cocok untuk

digunakan pada skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan

pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, serta buah-buahan (Dinata,

2006).

(a) Perangkap Lalat (Fly Trap)

Lalat dalam jumlah yang besar/padat dapat ditangkap dengan alat ini.

Tempat yang menarik lalat untuk berkembang biak dan mencari makan adalah

kontainer yang gelap. Bila lalat mencoba makan terbang maka/mereka akan

tertangkap dalam perangkap dalam perangkap yangdiletakkan dimulut kontainer

yang terbuka itu. Cara ini hanya cocok digunakan di luar rumah sebuah model

Page 10: Tinjauan Pustaka

13

perangkap akan terdiri dari kontainer plastik atau kaleng untuk umpan, tutup kayu

atau plastik dengan celah kecil, dan sangkar diatas penutup. Celah selebar 0,5cm

antara sangkar dan penutup tersebut memberi kelonggaran kepada lalat untuk

bergerak pelan menuju penutup. Kontainer harus terisi separo dengan umpan, yang

akan luntur tekstur & kelembabannya. Tidak ada air tergenang dibagian bawahnya.

Dekomposisasi sampah basah dari dapur adalah yang paling cocok, seperti sayuran

hijau, sereal, dan buah-buahan. Setelah tujuh hari, umpan akan berisi larva dalam

jumlah yang besar dan perlu dirusak serta diganti. Lalat yang masuk ke dalam

sangkar akan segera mati dan umumnya terus menumpuk sampai mencapai puncak

serta tangki harus segera dikosongkan. Perangkap harus ditempatkan di udara

terbuka dibawah sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan pepohonan (Dinata,

2006).

(b) Umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran (Sticky tapes)

Dipasaran tersedia alat ini, menggantung diatap, menarik lalat karena

kandungan gulanya. Lalat hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini

dapat berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat

yang terperangkap (Dinata, 2006).

(c) Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)

Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak dengan jeruji

yang bermuatan listrik yang menutupi. Sinarbias dan ultraviolet menarik lalat hijau

(blow flies) tetapi tidak terlalu efektif untuk lalat rumah metode ini harus diuji dibawah

kondisi setempat sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang digunakan

didapur rumah sakit dan restoran (Dinata, 2006).

Page 11: Tinjauan Pustaka

14

(d) Pemasangan kasa kawat/plastik pada pintu dan jendela serta lubang

angin/ventilasi (Dinata, 2006).

(e) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua

merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri (Dinata, 2006).

2.1.6.1.2 Cara kimia

Pemberantasan lalat dengan insektisida harus dilakukan hanya untuk

periode yang singkat apabila sangat diperlukan karena menjadi resiten yang cepat.

Aplikasi yang efektif dari insektisida dapat secara sementara memberantas lalat

dengan cepat, yang aman diperlukan pada KLB kolera, desentri atau trachoma.

Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara umpan (baits), penyemprotan

dengan efek residu (residual spraying) dan pengasapan (space spaying) (Depkes

RI, 1992).

Tabel 2.1 Cara Umpan (Depkes RI, 1992)

Page 12: Tinjauan Pustaka

15

Tabel 2.2 Penyemprotan dengan Efek Residu (Depkes RI, 1992)

Tabel 2.3 Penyemprotan Dengan Pengasapan (Depkes RI, 1992)

Page 13: Tinjauan Pustaka

16

2.1.6.1.3 Cara biologi

Tabel 2.4 Penolak Serangga (George, 2004)

Page 14: Tinjauan Pustaka

17

2.1.6.2 Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan

2.1.6.2.1 Mengurangi atau menghilangkan tempat perndukan lalat

Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola

dengan baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistim pengumpulan

dan pengangkutan sampah dari rumah–rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau

dibuang ke lubang sampah. Dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang

dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah sampai tidak menjadi tempat

berkembang biaknya lalat. Lalat adalah mungkin dapat berkembang biak di tempat

sampah yang permanen dan tertutup rapat. Dalam iklim panas larva lalat ditempat

sampah dapat menjadi pupa dalam waktu hanya 3–4 hari. Untuk daerah tertentu,

sampah basah harus dikumpulkan paling lambat 2 kali dalam seminggu (Darman,

2005).

Bila tong sampah kosong adalah penting untuk dibersihkan sisa-sisa

sampah yang ada di dasar tong Pembuangan sampah akhir dibuang ketempat

terbuka perlu dilakukan dengan pemadatan sampah dan ditutup setiap hari dengan

tanah merah setebal 15 – 30 cm . hal ini untuk penghilangan tempat perkembang

biakan lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah adalah harus ± beberapa km

dari rumah penduduk (Darman, 2005).

2.1.6.2.2 Mengurangi sumber yang menarik lalat

Dalam kondisi tertentu lalat akan ditarik pada hasil dari makanan ikan dan

tepung tulang, sirop gula, tempat pembuatan susu air kotor dan bau buah yang

Page 15: Tinjauan Pustaka

18

manis khususnya mangga. Untuk mengurangi sumber yang menarik lalat dapat

ddicegah dengan melakukan :

Kebersihan lingkungan

Membuat saluran air limbah (SPAL)

Menutup tempat sampah

Untuk industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat

dipasang dengan alat pembuang bau (Santi, 2001).

2.1.6.2.3 Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung

kuman penyakit

Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai

binatang, sampah basah, lumpur organik, maupun orang sakit mata.

Cara-cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang

mengandung kuman, adalah dengan :

1) Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa

kontak dengan kotoran.

2) Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, orang

sakit dan penderita sakit mata.

3) Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah dari pemotongan hewan

dan bangkai binatang (Santi, 2001).

Page 16: Tinjauan Pustaka

19

2.1.6.2.4 Melindungi makananan, peralatan makan dan orang yang kontak

dengan lalat

- Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat,

- Makanan disimpan di lemari makan

- Makan perlu dibungkus

- Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa.

- Pintu dipasang dengan sistim yang dapat menutup sendiri

- Pintu masuk dilengkapi dengan goranti lalat

- Penggunaan kelambu atau tudung saji , dapat digunakan untuk :

- Menutup bayi agar terlindung dari lalat, nyamuk dan serangga lainnya

- Menutup makanan atau peralatannya

- Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk

- Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap (Santi, 2001).

2.2. Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang

digunakan untuk membunuh serangga. Insektisida yang baik mempunyai sifat

sebagai berikut : (1) mempunyai daya bunuh yang besar dan cepat serta tidak

berbahaya bagi binatang vertebrata termasuk manusia dan ternak; (2) murah

harganya dan mudah didapat dalam jumlah yang besar; (3) mempunyai susunan

kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar; (4) mudah dipergunakan dan dapat

Page 17: Tinjauan Pustaka

20

dicampur dengan berbagai macam bahan pelarut dan (5) tidak berwarna dan tidak

berbau tidak menyenangkan (Baskoro dkk., 2005).

Beberapa istilah yang berhubungan dengan insektisida adalah: (1) ovisida

adalah insektisida untuk membunuh stadium telur; (2) larvasida adalah untuk

membunuh satdium larva atau nimfa; (3) adultisida adalah untuk membunuh stadium

dewasa; (4) akarisida (mitisida) adalah insektisida untuk membunuh tungau dan (5)

pedikulisida (lousisida) adalah insektisida untuk membunuh tuma (Baskoro dkk.,

2005).

2.2.1 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih insektisida

Untuk memilih pestisida, pertama yang harus diingat adalah jenis jasad

pengganggu yang akan dikendahikan, stadium serangga, lingkungan hidup, dan

cara hidup (Biotis, 2009).

2.2.2 Pembagian insektisida

2.2.2.1 Menurut bentuknya, insektisida dapat berupa bahan padat, larutan

dan gas.

1. Bahan padat : (1) serbuk (dust), berukuran 35-200 mikron; (2) granula

(granules), berukuran sebesar butir-butir gula pasir dan tidak tembus mesh

screen dan (3) pellets, berukuran kira-kira 1cm3 (Baskoro dkk., 2005).

2. Larutan : (1) aerosol dan fog, berukuran 0,1 dan 50 mikron; (2) kabut (mist),

berukuran 0 - 100 mikron dan (3) semprotan (spray), berukuran 100 - 500

mikron (Baskoro dkk., 2005).

Page 18: Tinjauan Pustaka

21

3. Gas : (1) asap (fumes dan smokes), berukuran 0,001 – 0,1 mikron; (2) uap

(vapours), berukuran kurang 0,001 mikron (Baskoro dkk., 2005).

2.2.2.2 Menurut cara masuknya ke dalam badan serangga, insektisida

dibagi dalam

Racun kontak (contact poisons):

Insektisida masuk melalui eksoskeleton ke dalam badan serangga dengan

perantaraan tarsus (jari-jari kaki) pada waktu istirahat di permukaan yang

mengandung residu insektisida. Pada umumnya dipakai untuk memberantas

serangga yang mempunyai tipe mulut tusuk isap (Gandahusada dkk., 2004).

Racun perut (stomach poisons):

Insektisida masuk ke dalam badan serangga melalui mulut, jadi harus

dimakan. Biasanya serangga yang diberantas dengan menggunakan insektisida ini

mempunyai bentuk mulut untuk menggigit, lekat isap, kerat isap dan bentuk

menghisap (Gandahusada dkk., 2004).

Racun pernapasan (fumigants):

Insektisida masuk melalui sistem pernapasan (spiracle) dan juga melalui

permukaan badan serangga. Insektisida ini dapat digunakan untuk memberantas

semua jenis serangga tanpa harus memperhatikan bentuk mulutnya (Gandahusada

dkk., 2004).

2.2.2.3 Menurut macam bahan kimia, insektisida dibagi dalam :

1. Insektisida anorganik terdiri dari: (1) golongan sulfur dan merkuri (SO2,

CuSO4, HgCl2) dan (2) golongan arsenikum (Paris Green = Cu (C2H3O2. 3-

Page 19: Tinjauan Pustaka

22

Cu(As3O2)2, lead arsenate = PbHAsO4, Ca arsenate = Ca3A1F3,NaF).

(Gandahusada dkk., 2004).

2. Insektisida organik berasal dari alam terdiri dari: (1) golongan insektisida

tumbuh-tumbuhan (insektisida nabati) dan (2) golongan insektisida dari bumi

(minyak tanah, minyak solar, minyak pelumas). (Gandahusada dkk., 2004).

3. Insektisida organik sintetik terdiri dari (1) golongan organik klorin (DDT,

dieldrin, klorden, BHC, linden); (2) golongan organik fosfor (malation,

paration, dizinon, fenitrotion, temefos, DDVP, diptereks); (3) golongan organik

nitrogen (dinitrofenol); (4) golongan sulfur dan (5) golongan tiosianat (letena,

Tanit) (Gandahusada dkk., 2004).

2.3 Kunyit (Curcuma longa)

2.3.1 Pendahuluan

2.3.1 Kunyit (Curcuma longa)

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan

(perennial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur

dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada

ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahawa kunyit berasal dari

India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada

tahun 77-78 SM. Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai

jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak

dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan. Taiwan, Indonesia

(Jawa), dan Filipina (Warintek Bantul, 2007)

Page 20: Tinjauan Pustaka

23

2.3.2 Taksonomi

Taksonomi Kunyit (Curcuma longa) yang dipakai dalam penelitian adalah :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Klas : Liliopsida

Subkelas : Zingiberidae

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcuma longa (Cox, 2005).

2.3.3 Morfologi Kunyit

Kunyit merupakan tanaman rempah yang berasal dari India. Tanaman ini

kemudian diperkenalkan ke negara Asia lain seperti negara-negara Tenggara dan

Selatan Asia. Kunyit hidup subur di kawasan lapang dan terdedah sepenuhnya

kepada cahaya matahari. Ketinggian tumbuhan ini melebihi satu meter. Kulit luar

rimpang berwarna jingga kecoklatan. Rizom kunyit berwarna kuning, sedikit bersisik,

berbentuk memanjang dan berjejari. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat,

membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah

daun (agak lunak). Daunnya licin dan tunggal, berwarna hijau, berbentuk bujur dan

meruncing di hujung hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm serta mempunyai tangkai

yang panjang. Pokok ini mengeluarkan bunga yang berwarna kuning di celah-celah

Page 21: Tinjauan Pustaka

24

daun muda. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang

semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm (Cowan,

1999).

2.3.4 Lingkungan tumbuh kunyit

2.3.4.1 Iklim

1. Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas

cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada

tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.

2. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-

4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka

sistem pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini

dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah

pada penanaman awal musim hujan

3. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30 °C.

(Warintek Bantul, 2007)

2.3.4.2 Media Tanam

Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan

baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah. Jenis tanah yang diinginkan adalah

tanah ringan dengan bahan organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas

dari genangan air/sedikit basa (Warintek Bantul, 2007).

Page 22: Tinjauan Pustaka

25

2.3.4.3 Ketinggian tempat

Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran

tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl

(Warintek Bantul, 2007).

2.3.5 Manfaat, Kandungan Kimia Kunyit Sebagai Insektisida

Kunyit banyak mengandung senyawa alami yang bias bermanfaat sebagai

insekisida untuk lalat. Senyawa tersebut antara lain 1,8-cineole, curcumin, quercetin,

eugenol. Senyawa ini memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda, yaitu ada yang

bersifat sebagai anticholinesterase, enzim P-450 inhibitor, dan racun syaraf

(neurotoxic).

2.3.5.1 Anticholinesterase

Senyawa yang bekerja sebagai anticholinesterase adalah 1,8-cineole.

Senyawa ini bekerja pada target site enzim acethylcholinesterase, sehingga

menyebabkan enzim ini menjadi tidak aktif (Duke, 2007).

Acethylcholinesterase adalah enzim yang mengendalikan hidrolisis

acethylcholine menjadi choline. Jadi kalau terjadi gangguan fungsi baik dari struktur

atau target site dari enzim ini maka akan menyebabkan hambatan proses degradasi

acethylcholine sehingga terjadi penumpukan (akumulasi) acethylcholine di celah

sinap. Penumpukan ini menyebabkan terjadinya gangguan transmisi rangsang yang

akhirnya dapat menyebebkan menurunnya koordinasi otot-otot, konvulsi, dan

kematian (Duke, 2007).

Page 23: Tinjauan Pustaka

26

2.3.5.2 Antidetoksifikasi

Enzim P-450 adalah suatu protein yang mempunyai peran utama dalam

metabolisme bahan-bahan endogen maupun bahan eksogen yang masuk ke dalam

tubuh, termasuk senyawa anastetik dan karsinogenik pada sebahagian besar

organism eukariotik termasuk pada serangga (insecta). Enzim ini juga berguna untuk

proses detoksifikasi bahan-bahan asing yang masuk ke dalam tubuh (Murray, 2000).

Jadi kalau terdapat senyawa yang bisa menghambat kerja enzim ini, maka

bahan-bahan asing yang masuk dalam tubuh tidak bisa detoksifikasi akibatnya akan

menumpuk di dalam tubuh. Terlebih lagi kalau senyawa tersebut dianggap benda

asing oleh tubuh maka akan terjadi efek sinergisme. Hasil akhirnya akan terjadi

keracunan pada tubuh yang dapat berakhir pada kematian (Murray, 2000).

Senyawa yang dapat berfungsi sebagai penghambat enzim P-450

(antidetoksifikasi) adalah curcumin, quercetin dan eugenol (Duke, 2007).

2.3.5.3 Racun syaraf (neurotoxic)

Senyawa yang dapat bersifat sebagai neurotoxic bagi lalat adalah 1,8-cineole

dan eugenol (Duke, 2007). Senyawa ini dapat mempengaruhi aktivitas syaraf

sensoris susunan syaraf perifer dan syaraf pusat serangga. Senyawa ini juga

meracuni akson syaraf dengan cara mempengaruhi transmisi impuls elektrik

sepanjang penjalarannya di akson dan memperpanjang fase eksitasi dari badan sel

neuron. Senyawa ini menstimulasi sel syaraf untuk memproduksi sinyal berulang-

ulang yang pada akhirnya akan menyebabkan paralisis sel syaraf (Duke, 2007).

Page 24: Tinjauan Pustaka

27

2.3.6 Sifat kimia dan fisis

2.3.6.1 Curcumin

a) Sifat Kimia

Titik didih : 183°C

Molar Mass : 368.38 g/mol

Tidak larut di dalam air dan eter tetapi larut dalam etil asetat, metanol, etanol,

benzena, asam asetat glasial, aseton dan alkali hidroksida.

Dalam suasana asam curcumin berwarna kuning atau kuning jingga

sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Hal terrsebut dapat terjadi

karena adanya sistem tautomeri pada molekulnya. Untuk mendapatkan

stabilitas yang optimum dari sediaan curcumin maka pH nya dipertahankan

kurang dari 7. Pada pH lebih dari 7 curcumin sangat tidak stabil dan mudah

mengalami disosiasi.

Sifat curcumin yang penting adalan sensitivitasnya pada cahaya. Curcumin

akan mengalami dekomposisi jika terkena cahaya.

b) Sifat Fisis

Bentuk : serbuk

Warna : kuning terang atau kuning kemerahan

(William, 1969)

Page 25: Tinjauan Pustaka

28

Gambar 2.2 Struktur kimia curcumin

2.3.6.2 Eugenol

a) Sifat Kimia

Titik didih : 250 -255°C

Molar Mass : 164.20 g/mol

Dapat larut dalam alkohol, eter dan kloroform.

Eugenol mudah berubah menjadi kecoklatan apabila dibiarkan di udara

terbuka.

b) Sifat Fisis

Bentuk : cairan

Eugenol merupakan cairan tidak berwarna atau berwarna kuning-pucat,

berbau, keras, dan mempunyai rasa pedas.

(William, 1969)

Page 26: Tinjauan Pustaka

29

Gambar 2.3 Struktur kimia eugenol

2.3.6.3 Quercetin

a) Sifat Kimia

Titik didih : 316 °C

Molar Mass : 302.236 g/mol

Density : 1.799 g/cm3

Tidak larut di dalam air dan larut dalam alkali.

b) Sifat Fisis

Bentuk : serbuk

Warna : kuning kristalin

(William, 1969)

Page 27: Tinjauan Pustaka

30

Gambar 2.4 Struktur kimia quercetin

2.3.6.4 1,8-cineole

a) Sifat Kimia

Melting point : 1.5 °C (274.6 K)

Boiling point : 176–177 °C (449–450 K)

Molar Mass : 154.249 g/mol

Density : 0.9225 g/cm3

Tidak larut di dalam air dan larut dalam eter dan ethanol.

b) Sifat Fisis

Bentuk : cairan

Cairan tidah berwarna, berbau seperti kamper, mempunyai rasa pedas dan

dingin.

(William, 1969)