tinjauan pustaka

7
TINJAUAN PUSTAKA A. Kornea 1. Anatomi Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersiat transparan, berukuran mm #ori$ontal %an 1&!11 mm vertikal, serta memiliki in%eks reraksi memberikan kontribusi () * atau setara %engan )',"+ %ioptri - %ar kekuatan %ioptri mata manusia. -alam nutrisinya, kornea bergantung pa%a %ius %ari a ueus #umor %an oksigen yang ber%iusi melalui lapisan airmata.Sebagai tamba#an, kornea perier %isuplai oksigen %ari sirkulasi limbus. Kornea a%ala organ tubu# yang memiliki %ensitas ujung!ujung sara terbanyak %an s a%ala#1&& kalijika%iban%ingkan %engan konjungtiva. Kornea %e2asa rata!rata mempunyai tebal ++& 3m, %iameter #ori$ontalnya sekitar 11,(+ mm %an vertikaln mm. 1 ". 4istologi Se5ara #istologis, lapisan sel kornea ter%iri %ari lima lapisan, yaitu l lapisan 6o2man, stroma, membran -es5emet, %an lapisan en%otel. 1 Permukaan anterior kornea %itutupi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan %an tanpa papil. -i ba2a# epitel kornea ter%apat membran limitans anterior me 6o2man yang berasal %ari stroma kornea substansi propia . Stroma kornea ter berkas serat kolagen paralel yang membentuk lamella tipis %an lapisan!lapisa gepeng %an ber5abang. Permukaan posterior kornea %itutupi epitel kuboi% ren%a# %a epitel posterior yang juga merupakan en%otel kornea. 7embran -es5emet merupak membran basal epitel kornea %an memiliki resistensi yang tinggi, tipis teta sekali. ",' '. Per%ara#an %an Persaraan Kornea men%apat nutrisi %ari pembulu#!pembulu# %ara# limbus, #umor a ue %an air mata. Sara!sara sensorik kornea %i%apat %ari 5abang pertama op#t#al %an nervus kranialis trigeminus. Sara trigeminus ini memberikan sens ter#a%ap nyeri bila kornea %isentu#. 1,' ). 8isiologi Kornea Kornea berungsi sebagai membran pelin%ung %an 9jen%ela: yang %ilalui be 5a#aya menuju retina. Siat tembus 5a#ayanya %isebabkan ole# strukturnya yang avaskuler %an %eturgesensi. -eturgesensi atau kea%aan %e#i%rasi relati jarin

Upload: addissty-reita

Post on 02-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tinjauan pustaka dokumen

TRANSCRIPT

TINJAUAN PUSTAKAA. Kornea1. AnatomiKornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan, berukuran 11 - 12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata. Sebagai tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus. Kornea adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan konjungtiva. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 m, diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.12. HistologiSecara histologis, lapisan sel kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel.1Permukaan anterior kornea ditutupi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan tanpa papil. Di bawah epitel kornea terdapat membran limitans anterior (membran Bowman) yang berasal dari stroma kornea (substansi propia). Stroma kornea terdiri atas berkas serat kolagen paralel yang membentuk lamella tipis dan lapisan-lapisan fibroblas gepeng dan bercabang. Permukaan posterior kornea ditutupi epitel kuboid rendah dan epitel posterior yang juga merupakan endotel kornea. Membran Descemet merupakan membran basal epitel kornea dan memiliki resistensi yang tinggi, tipis tetapi lentur sekali.2,33. Perdarahan dan PersarafanKornea mendapat nutrisi dari pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari cabang pertama (ophthalmichus) dan nervus kranialis trigeminus. Saraf trigeminus ini memberikan sensitivitas tinggi terhadap nyeri bila kornea disentuh.1,34. Fisiologi KorneaKornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel.Kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi.Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan pada lapisan air mata tersebut. Hal ini mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan membran Bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur.4Adapun faktor-faktor yang sering menyebabkan kelainan pada kornea adalah:a. Dry eyeKelainan ini muncul ketika lapisan air mata mengalami defisiensi sehingga tidak dapat memenuhi batas-batas kecukupan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yang kemudian diikuti dengan keluhan subjektif. Kekurangan cairan lubrikasi fisiologis merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi mikroba pada mata. b. Defisiensi vitamin AKelainan kornea oleh karena defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kekeringan yang menggambarkan bercak Bitot yang warnanya seperti mutiara yang berbentuk segitiga dengan pangkal di daerah limbus. Bercak Bitot seperti ada busa di atasnya. Bercak ini tidak dibasahi oleh air mata dan akan terbentuk kembali bila dilakukan debridement. Terdapat dugaan bahwa bentuk busa ini merupakan akibat kuman Corynebacterium xerosis. Hipovitamin A ini juga dapat menyebabkan keratomalasia dan tukak kornea dimana akan terlihat kornea nekrosis dengan vaskularisasi ke dalamnya.5 c. Abnormalitas ukuran dan bentuk kornea Abnormalitas ukuran dan bentuk kornea yang terjadi adalah mikrokornea dan megalokornea. Mikrokornea adalah suatu kondisi yang tidak diketahui penyebabnya, bisa berhubungan dengan gangguan pertumbuhan kornea fetal pada bulan ke-5. Selain itu bisa juga berhubungan dengan pertumbuhan yang berlebihan dari puncak anterior optic cup yang meninggalkan sedikit ruang bagi kornea untuk berkembang. Mikrokornea bisa berhubungan dengan autosomal dominan atau resesif dengan prediksi seks yang sama, walaupun transmisi dominan lebih sering ditemukan. Megalokornea adalah suatu pembesaran segmen anterior bola mata. Penyebabnya bisa berhubungan dengan kegagalan optic cup untuk tumbuh dan anterior tip menutup yang meninggalkan ruangan besar bagi kornea untuk untuk diisi. d. Distrofi korneaDeposit abnormal yang disertai oleh perubahan arsitektur kornea, bilateral simetrik dan herediter, tanpa sebab yang diketahui. Proses dimulai pada usia bayi 1-2 tahun dapat menetap atau berkembang lambat dan bermanisfestasi pada usia 10-20 tahun. Pada kelainan ini tajam penglihatan biasanya terganggu dan dapat disertai dengan erosi kornea.5e. Trauma korneaTrauma kornea bisa disebabkan oleh trauma tumpul, luka penetrasi atau perforasi benda asing. Kemungkinan kontaminasi jamur atau bakteri harus diingat dengan kultur untuk bakteri dan jamur diambil pada saat pemeriksaan pertama jika memungkinkan. Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan aberasi, edema, robeknya membran Descemet dan laserasi korneoskleral di limbus.Trauma penetrasi merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata karena pada keadaan ini kuman akan mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat mengakibatkan kerusakan susunan anatomik dan fungsional jaringan intraokular.Perforasi benda asing yang terdapat pada kornea dapat menimbulkan gejala berupa rasa pedas dan sakit pada mata. Keluhan ini mungkin terjadi akibat sudah terdapatnya keratitis atau tukak pada mata tersebut.5B. Erosi Kornea1. DefinisiMerupakan keadaan terkelupasnyaepitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut.52. EtiologiTrauma kornea dapat disebabkan karena:a. trauma tumpulb. luka penetrasi atau perforasi benda asingc. trauma tajam3. Manifestsi klinikSegera sesudah trauma, mata terasa sakit, juga pada setiap mengedip, disertai lakrimasi, fotopobia, blefarospasme, tajam penglihatan menurunPada tempat erosi, tampak kornea lebih tipis, warna iris di belakang erosi, terlihat lebih hitam. Defek epitel yang jelas bila dilakukan tes fluorescein, yang memberikan warna hijau, pada tempat erosi. Flourensein akan mewarnai membrane basal epitel yang defek dan dapt memperjelas kebocoran aqueous akibat luka tembus (uji seidel positif),. Pola goresan vertical di kornea mengisyaratkan adanya benda asing terbenam dipermukaan konjungtiva tarsalis palpebral superior.6,7Kadang kadang mata sukar sekali dibuka sehingga pemeriksaan mendapat hambatan. Dalam hal ini dapat diberikan anestesi local untuk mempermudah pemeriksaan, tetapi harus dibatasi pemakaiannya, karena dapat memperhambat epitelisasi. Harus waspada juga tehadap infeksi akibat herpes simpleks, karenanya periksa juga sensibilitas kornea di mana pada herpes simpleks terhada penurunan sensibilitas kornea.6Penderita dengan erosi kornea harus sering dikontrol untuk memperhatikan adanya regresi dan progresifitas defek epitel.74. TatalaksanaDefek epitel kornea ringan diterapi dengan salep antibiotic dan balut tekan (pressure patch) untuk mengimobilisasi palpebrae. Pada pengeluaran benda asing, dapat diberikan anestesik topical dan digunakan sebuah spud (alat pengorak) atau jarum berukuran kecil untuk mengeluarkan benda asingnya.Luka harus diperiksa setiap hari untuk mencari tanda tanda infeksi sampai luka sembuh sempurna.Larutan anestesi topical jangan pernah diberikan kepada pasien untuk dipakai ulang setelah cedera kornea, karena hal ini memperlambat penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut, dan dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut kornea yang permanen, yang secara klinis menyerupai tamplan ulkus infeksi. Pemakainan steroid harus dihindari bila masih ada defek epitel.7Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah nfeksi bakteri diberikan antibiotika sepert antibiotika spectrum luas Neosporin, kloramfenikol dan sulfasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka diberikan sikloplegik aksi pendek seperti tropikamida. Pasien akan merasa lebih tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan tertutup kembali setelah 48 jam.5

PEMBAHASAN

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut.Dari anamnesis didapatkan informasi pasien mengeluhkan mata sebelah kanan terasa sakit, juga pada setiap mengedip, disertai lakrimasi, fotopobia, blefarospasme. Dari pemeriksaan fisik didapatkan penurunan visus pada mata sebelah kanan. Dari pemeriksaan penunjang dengan fluorensi ditemukan defek kornea berwarna hijau pada kornea dekstra perifer lateral.Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, dapat ditegakkan diagnosis bahwa pasien mengalami erosi kornea et causa trauma tajam. Pada pasien ini di berikan terapi farmakologi: sikloplegia untuk mengurangi rasa sakit dan mengistirahatkan matanya, antibiotika tetes, untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder, dan nonfarmakologi: memberikan penutup mata sebelah kanan, agar pertumbuhan epitel tidak terganggu oleh kedipan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan-Eva,p. Anatomi & Embriologi Mata. In: Vaughann, Ausbury. Oftalmologi Umum edisi 17. Jakarta: EGC. 20102. Eroschenko VP. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional edisi 11. Jakarta: EGC. 20103. Hollwich, F. Oftalmologi Edisi kedua. Jakarta: Binarupa Aksara. 19934. Biswell, R. Kornea. In: Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC. 20105. Ilyas, sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Jakarta: Badan penerbit fakultas kedokteran universitas Indonesia. 20126. Wijana, nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi tegal. 19937. Augsburger, james. Trauma Mata & Orbita. In: Vaughan D. Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.2010