tinjauan pustaka

Upload: dion-ferdinando

Post on 15-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

definisi auditing

TRANSCRIPT

BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISKajian PustakaDefinisi pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005: 849) ialah,suatu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Dapat di artikan bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah yang lain.

Jadi dapat diartikan pengaruh adalah suatu keadaan dimana adanya hubungan timbal balik ataupun sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dan yang dipengaruhinya. Dua hal ini yang akan dicari apa ada hal yang menghubungkannya.

Definisi AuditDi awal perkembangan, kata auditing berasal dari bahasa latin yaitu audite yang artinya mendengarkan untuk menentukan kebenaran dari laporan keuangan dengan mencari dan menentukan kebenaran dari laporan keuangan serta mencari dan menemukan tindak kecurangan maupun kesalahan perhitungan.Menurut Arens, Eider dan Beasley (2010:4)

"Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person."Dapat disimpulkan bahwa audit hanya dapat dilaksanakan oleh orang yang memiliki kompetensi dan independensi yang tinggi dengan cara mengumpulkan bukti-bukti yang ada serta mengevaluasi bahan bukti tersebut, tujuannya supaya dapat memberikan suatu pendapat mengenai kewajaran atas laporan keuangan. Yang dimaksud dengan kompetensi dan independensi ialah kegiatan audit tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang. Seorang auditor harus memiliki latar belakang pendidikan yang luas dan pengetahuan serta pengalaman yang memadai sehubungan dengan pelaksanaan audit.

Menurut The American accounting associations committee on basic auditing concepts (Auditing: theory and practice, edisi 9, 2001:1-2),audit merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Menurut William F. Meisser, jr (auditing and assurance service, A systematic approach, 2003:8), audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang berkepentingan.

Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian audit di atas bahwa audit ialah suatu proses sistematis dalam pengumpulan dan pengevaluasian bukti untuk memberikan tingkat suatu kewajaran pendapat atas laporan keuangan yang dilakukan oleh orang yang berkompetensi dan independen. Selain itu auditing dilakukan untuk menghasilkan suatu keadaan bahwa laporan keuangan yang diperiksa telah wajar dan tidak bias bagi para orang-orang yang memiliki kepentingan di dalam perusahaan itu.

Jenis AuditMenurut Randal J. Elder dkk dalam buku yang berjudul Auditing and Assurance Service An Integrated Approach (2009: 13) ada tiga hal yang paling penting dan utama dari suatu audit, yaitu 1. Operational auditsAn operational audit evaluates the efficiency and effectiveness of any part of an organizations operating procedures and methods. At the completion of an operational audit, management normally ecpects recommendations for improving operations. In operational auditing, the reviews are not limited to accounting. They can include the evaluation of organizational structure, computer operations, production methods, marketing, and any other area in which the auditor is qualified.

Audit OperasionalAudit operasional ialah suatu evaluasi atas bagian dari efesiensi dan efektivitas di dalam suatu organisasi apakah sesuai dengan prosedur dan metode yang digunakan. Pada saat penyelesaian audit operasional, biasanya manajemen meminta rekomendasi serta saran dari auditor untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja bagian operasionalnya. Dalam audit operasional, peninjauan tidak hanya dalam ruang lingkup laporan keuangan. Audit operasional juga bisa menilai dan mengevaluasi struktur organisasi, pengoperasian komputer, metode produksi, penjualan, dan area lainnya dimana auditor dapat menilai apakah operasional di suatu organisasi bagus atau tidak. Auditor juga dapat mengevaluasi relevansi dan kecukupan informasi yang digunakan oleh manajemen dalam mengambil keputusan untuk mengakuisisi asset baru.

2. Compliance auditsA compliance audit is conducted to determine whether the auditee is following specific procedures, rules, or regulations set by some higher authority. Following are example of compliance audits for a private business. Determine whether accounting personnel are following the procedures pre scribed by the company controller Review wage rate for compliance with minimum wage laws. Examine contractual agreements with bankers and other lenders to be sure the company is complying with legal requirement.Results of compliance audits ae typically reported to management, rather than outside users, because management is the primary group concerned with the extent of compliance eith prescribed procedures and regulations. Therefore, a significant portion of work of this type is often done by auditors employed by the organizational units.Audit KepatuhanAudit kepatuhan memerintahkan untuk menentukan apakah pihak yang di audit telah mengikuti prosedur yang ditentukan dan peraturan yang ada atau regulasi yang telah ditetapkan oleh pihak yang lebih tinggi. Hasil audit kepatuhan biasanya dilaporkan kepada pihak manajemen dibandingkan kepada pihak luar perusahaan, karena pihak manajemen ialah kelompok utama yang bersangkutan dengan tingkat kepatuhan bagaimana prosedur dan peraturan di dalam suatu organisasi tersebut di patuhi.

3. Financial statement auditsA financial audit is conducted to determine whether the financial statements (the information being verified) are stated in accordance with specified criteria. Normally, the criteria are GAAP, although auditors may conduct audits of financial statements prepared using the cash basis or some other basis of accounting appropriate for the organization. In determining whether financial statements are fairly stated in accordance with GAAP, the auditor gathers evidence to determine whether the statements contain material errors or other misstatements. As businesses increase in complexity, it is no longer sufficient for auditors to focus only on accounting transactions. An integrated approach to auditing considers both the risk of misstatements and operating controls intended to prevent misstatements. The auditor must also have a thorough understanding of the entity and its environment. This understanding include knowledge of the clients industry and its regulatory and operating environment, including external relation ships, such as with suppliers, customer, and creditors.

Audit atas laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang telah di verifikasi) dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Biasanya kriteria yang ditetapkan oleh PABU (Prinsip Akuntansi Berlaku Umum), meskipun auditor dapat melakukan audit atas laporan keuangan disusun dengan menggunakan basis kas atau akrual basis dari akuntansi yang sesuai bagi organisasi. Dalam menentukan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan PABU (Prinsip Akuntansi Berlaku Umum), auditor mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan material atau salah saji lainnya.

Standar AuditStandar audit bertindak sebagai bimbingan bagi auditor dan mengukur kualitas kinerja auditor. Standar audit membantu memastikan bahwa audit laporan keuangan dilaksanakan secara mendalam dan sistematis yang menghasilkan kesimpulan handal. Kantor akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan perusahaan publik diminta untuk melaksanakan auditnya sesuai dengan standar audit dan praktik professional yang berkaitan yang ditetapkan PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) atau Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik.Standar audit yang berlaku umum menurut apa yang ASB (Auditing Standards Board) terbitkan dibagi menjadi tiga, yaitu1. Standar Umum a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Umuma. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.b. Pemahaman memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

3. Standar Pelaporana. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU).b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor harus dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Bukti AuditBukti audit adalah seluruh informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan yang menjadi dasar pendapat audit, dan mencakup informasi yang terdapat dalam catatan-catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan serta informasi lainnya. Menurut Munawir (1985:127) bukti audit ialah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan keuangan, yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.1. Data AkuntansiBukti yang berasal dari data akuntansi adalah buku pencatatan pertama kali (jurnal), buku besar pengendali dan buku besar pembantu, pedoman akuntansi yang terkait, serta informasi dan catatan memorandum; seperti kertas kerja perhitungan dan rekonsiliasi.2. Informasi PenguatBukti pendukung lainnya adalah dokumen-dokumen; seperti cek, faktur, perjanjian atau kontrak-kontrak notulen rapat dan sebagainya. Konfirmasi dan pernyataan tertulis lainnya, informasi dari wawancara, observasi, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang diperoleh atau dikembangkan oleh auditor.

Kualitas AuditArens, Elder dan Beasley (2010) dalam bukunya mengidentifikasi ada dua elemen dari audit yang berkualitas. Mereka menegaskan dari definisi audit bahwa kegiatan atau jasa audit harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Oleh karena itu, kedua aspek ini dapat dijadikan acuan dalam menilai kualitas audit dalam memberikan keyakinan (assurance) atas informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan.Kualitas audit sendiri didefinisikan sebagai peluang dimana auditor eksternal mendeteksi kesalahan dalam laporan keuangan dan kemudian melaporkannya kepada pengguna laporan keuangan tersebut (DeAngelo 1981). Ada suatu fenomena dimana dari berbagai wacana, ternyata terbukti secara empiris bahwa kualitas audit ternyata lebih disebabkan oleh faktor fee audit, rotasi auditor, dan juga rotasi auditor.Sehebat apapun kemampuan teknikal auditor akan sangat tergantung dari variabel eksternal lainnya yang mendasari pengambilan keputusan auditor dalam pemberian opini. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widagdo (2002) menunjukan bahwa ada tujuh atribut kualitas audit yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasaan klien, yaitu1. Pengalaman melakukan audit2. Memahami industri bisnis klien3. Responsif terhadap kebutuhan klien4. Taat pada standar umum5. Komitmen terhadap kualitas audit6. Keterlibatan komite audit7. Melakukan pekerjaan dengan tepat

Kode Etik AkuntanKode etik akuntan ialah sebagai suatu sistem prinsip-prinsip moral dan pelaksanaan aturan yang memberikan pedoman kepada akuntan dalam berhubungan dengan klien, masyarakat, dan akuntan lain sesama profesi atau suatu alat serta sarana untuk memberikan keyakinan kepada klien, pemakai laporan keuangan dan masyarakat pada umumnya tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh akuntan.Kode etik akuntan publik terdiri dari dua bagian, yaitu1. Kode etik untuk profesi akuntan secara umum, yang mengatur mengenaia. Kepribadian (pasal 1 dan 2)b. Kecakapan professional (pasal 3 dan 4)c. Tanggung jawab (pasal 5, 6,dan 7)d. Pelaksanaan kode etik (pasal 8, 9, 10)e. Penafsiran dan penyempurnaan kode etik (pasal 11)

2. Kode etik khusus untuk akuntan publik, mengatur mengenaia. Kepribadian (pasal 12, 13 dan 14)b. Kecakapan professional (pasal 15, 16, 17, dan 18)c. Tanggung jawab kepada klien (pasal 19 dan 20)d. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi (pasal 21,22)e. Tanggung jawab lainnya (pasal 23, 24 dan 25)

IndependensiDefinisi independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox (alim dkk 2007) ialah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya,maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun.Dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Standar Auditing (SA) Seksi 220, Pernyataan Standar Auditing (PSA) No.04 Alinea 2 (2001), dijelaskan bahwa independensi itu berarti tidak dapat dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktek sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun. Independensi diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan aturan moral yang diantaranya mengatur tentang independensi. Dalam aturan tersebut dinyatakan bahwa anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa professional sebagaimana yang diatur dalam SPAP yang ditetapkan oleh IAPI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam kenyataan maupun dalam penampilan.Independensi dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Sedangkan independensi dalam penampilan adalah hasil dari interpretasi pihak lain mengenai independensi ini. Apabila auditor independen dalam kenyataan, tetapi pihak-pihak yang berkepentingan yakin bahwa dia adalah penasihat dari auditenya, maka sebagian besar hasil dari fungsi auditnya akan sia-sia saja.

Manajemen Laba Pengertian Manajemen LabaSalah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam statement of financial accounting concept (SFAC) nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif. Hal tersebut membuat pihak manajemen berusaha untuk melakukan manajemen laba agar kinerja perusahaan tampak baik oleh pihak eksternal.Manajemen laba (earning management) didefinisikan oleh beberapa peneliti akuntansi secara berbeda-beda sebagai berikut :1. Widyaningdyah (2001:92) membagi definisi manajemen laba menjadi dua yaitu:a. Definisi sempitEarning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manager untuk bermain dengan komponen discretionary accruals dalam penentuan besarnya laba.b. Definisi luasEarning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. 2. Healy dan Wahlen (1999: 368) memberikan definisi manajemen laba yang ditinjau dari sudut panddang penetap standar, yaitu manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu.3. Schipper (1989: 92) mengartikan manajemen laba dari sudut pandang fungsi pelaporan pada pihak ekstrenal,sebagai disclosure management dalam pengertian bahwa manajemen melakukan intervensi terhadap proses pelaporan keuangan kepada pihak eksternal dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.4. Menurut Assih dan Gundonoo (2000: 37) mengartikan manajemen laba sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan general accepted accounting principples (GAAP) untuk mengarah pada suatu tingkat yang diinginkan atas laba yang dilaporkan.Meskipun sudut pandang definisi manajemen laba yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti akuntansiberbeda, namun pada dasarnya definisi manajemen laba yang dikemukakan mengarah pada perspektif opportunist.Scott (2000: 351) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak uang, dan political cost (opportunistic earnings management). Kedua, memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (efficient earning management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melakukan manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Selain itu dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh manajer tidak hanya dengan cara memaksimalkan laba tetapi juga dengan meminimalkan laba. Motivasi Manajemen LabaAda berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Menurut Scott (2003: 377), motivasi manajemen melakukan tindakan pengaturan laba adalah sebagai berikut1 Rencana bonus Manajer yang mendapatkan rencana bonus akan memilih kebijakan akuntansi yang sedikit konservatif dibandingkan dengan manajer perusahaan tanpa rencana bonus. Manajer dengan rencan bonus akan menghindari metode akuntansi yang mungkin melaporkan net income lebih rendah. Manajer menggunakan laba akuntansi untuk menentukan besarnya bonus, cenderung memilih kebijakan akuntansi yang dapat memaksimumkan laba.2 Kontrak hutang jangka panjangKontak hutang jangka panjang merupakan perjanjian melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditur, seperti deviden yang berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan modal kerja dan kekayaan pemilik berada dibawah tingkat yang telah ditentukan yang mana semuanya menurunkan keamanan atau menaikkan risiko bagi kreditur yang telah ada.Motivasi ini sejalan dengan hipotesis debt covenant dalam teori akuntansi positif yaitu semakin dekat suatu perusahaan dengan pelanggaran perjanjian hutang, maka manajer akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan sehinggga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak.3 Motivasi politisMotivasi regulasi politik merupakan motivasi manajemen dalam mensiasati berbagai regulasi pemerintah. Perusahaan juga melakukan manajemen laba untuk menurunkan laba dengan tujuan untuk mempengaruhi keputusan pengadilan terhadap perusahaan yang mengalami damage award (Hall dan Stammerjohan, 1997 dalam Haris Wibisono 2004). Pemilihan metode akuntansi dalam pelaporan laba akan memberikan hasil yang berbeda terhadap laba yang dipakai sebagai dasar perhitungan pajak.

Bentuk Manajemen LabaMenurut pendapat yang dikemukakan oleh Scott (2003: 383) ada beberapa bentuk manajemen laba, yaitu:1. Taking a bathDisebut juga big baths, bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya penggantian direksi. Jika teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode berjalan. Ini dilakukan jika kondisi yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari. Akibatnya, laba pada periode yang akan datang menjadi ttinggi meskipun kondisi tidak menguntungkan.2. Income minimizationPola meminimumkan laba mungkin dilakukan karena motif politik atau motif meminimumkan pajak. Cara ini dilakukan pada saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan (write off) atas barang-barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, riset, dan pengembangan yang cepat.3. Income maximizationMaksimalkan laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang (debt covenant)4. Income smoothingPerusahaan umumnya lebih memilih untuk melaporkan, trend pertumbuhan laba yang stabil daripada menunjukan perubahan laba yang meningkat atau menurun secara drastis

Pengukuran Manajemen LabaDechow dkk. (1995) dalam Benjamin Ayers dkk. (2005) mengevaluasi berbagai alternative model untuk mendeteksi manajemen laba berdasarkan akrual. Perbandingan dilakukan terhadap lima model, yaitu :1. Model HealyHealy (1985) menguji manajemen laba dengan membandingkan rata-rata total akrual diskresioner (diskala dengan lag total asset) antara variabel yang merupakan bagian manajemen laba. Model Healy sebagai berikut :Dimana : NDA = tTAt NDA = estimasi non-discretionary accruals TA = total akrual yang diskala dengan lag total asset t = 1,2, t merupakan tahun subscript untuk tahun yang termasuk dalam periode estimasi T = tahun subscript yang menunjukan suatu tahun dalam periode berjalan2. Model DeAngeloDeAngelo menguji manajemen laba dengan memperhitungkan perbedaan pertama dalam total akrual dan dengan mengasumsikan bahwa perbedaan pertama mempunyai nilai suatu nilai ekspektasi nol dibawah hipotesis nol yaitu tidak adanya manajemen laba. Model DeAngelo untuk non-discretionary accruals sebagai berikut :NDAt = TA t-13. Model Jones Jones (1991) mengusulkan suatu model yang memudahkan asumsi yaitu bahwa non-discretionary accruals adalah konstan. Modelnya mencoba untuk mengendalikan pengaruh perubahan dalam keadaan ekonomi perusahaan atas non-discretionary accruals, model Jones untuk non-discretionary accruals dalam tahun berjalan sebagai berikut :NDAt = t (1/At-1) + 2 (REVt) + 3 (PPEt)Dimana : REVt = revenue di tahun t dikurangi dengan revenue t-1 yang diskala oleh total asset PPEt = properti pabrik dan peralatan ditahun t yang diskala dengan total asset pada t-1 At-11 1, 2, 3 = parameter spesifik perusahaan4. Model Jones yang dimodifikasiModifikasi dirancang untuk mengurangi kecenderungan asumsi dari model Jones dalam mengukur discretionary accruals dengan kesalahan ketika discretionary accruals diestimasi selama periode berjalan :NDAt = t (1/At-1) + 2 (REVt - RECt) + 3 (PPEt)RECt = piutang bersih dalam tahun t dikurangi piutang bersih di tahun t-1 yang diskala dengan total asset pada t-15. Model IndustriModel ini sama dengan model Jones dengan asumsi non-discretionary accruals konstan setiap waktu, non-discretionary accruals model industry ini sebagai berikut :Dimana : Median t (TA t) = nilai median dari total akrual yang diskala dengan selisih asset untuk semua perusahaan non-sample 1, 2 = parameter spesifik perusahaandalam penelitian ini penulis menggunakan Model Jones yang telah dimodifikasi untuk dasar pengukuran akrual diskresionernya dengan alasasn pengukuran ini merupakan pengukuran yang sering digunakan oleh banyak peneliti sebelumnya dan cenderung lebih mudah untuk menghitungnya.Akrual DiskresionerMenurut Surifah (2001:95) discretionary accrual (kebijakan akuntansi akrual) adalah suatu cara untuk mengurangi pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual. Misalnya dengan cara menaikkan biaya amortisasi dan depresiasi, mencatat kewajiban yang besar atas jaminan produk (garansi), kontinjensi dan potongan harga, dan mencatat persediaan yang sudah usang. Lebih lanjut, akrual adalah semua kejadian yang bersifat operasional pada suatu tahun yang berpengaruh terhadap arus kas. Perubahan piutang dan hutang merupakan akrual, juga perubahan persediaan. Biaya depresiasi merupakan akrual negatif. Akuntan memperhitungkan akrual untuk menandingkan biaya dengan pendapatan, melalui perlakuan transaksi yang berkaitan dengan laba bersih sesuai dengan yang diharapkan.

Kerangka PemikiranAkuntan publik atau independen dakam melaksanakan tugasnya untuk mengaudit perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahan klien yakni ketika akuntan publik mengemban tugas dan tanggung jawab dari pihak manajemen untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu : standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan juga standar pelaporan. Selain itu ada beberapa kode etik professional yang harus dipatuhi oleh seorang auditor, salah satunya adalah indpendensi. Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak mudah dipengaruhi dan tidak memihak kepentingan siapapun, karena ia melakukan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya pada manajemen dan pemilik perusahaan,namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan pada pekerjaan auditor tersebut. Aspek independensi inilah yang seringkali menjadi sebuah masalah yang timbul karena adanya hubungan istimewa antara perusahaan dengan kantor akuntan publik dimana tempat auditor independen tersebut bekerja. Hubungan KAP dengan perusahaan yang istimewa ini bisa terlihat dari beberapa peristiwa seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang permasalahan, salah satunya adalah kedekatan Enron dengan Arthur Andersen. Oleh karena itu diaturlah beberapa peraturan mengenai adanya rotasi audit. Rotasi audit disini meliputi rotasi kantor akuntan publik maupun rotasi akuntan publiknya. Dalam Sarbanes Oxley Act section 203 dikatakan : it should be unlawful for a registered public accounting to provide audit sevices to an issuer of the lead (or coordinating) audit partner, or the audit partner responsible for reviewing the audit, has performed audit services for that issuer each of the 5 previous years of that issuer. Sementara peraturan rotasi KAP berada pada section 207. Sementara itu di Indonesia sendiri pun peraturan mengenai rotasi audit ini sudah disempurnakan oleh peraturan menteri keuangan No.17/PMK.01/2008 dimana peraturan ini salah satu isinya mengani pembatasan waktu dan juga rotasi baik kepada KAP maupun akuntan publik dalam memberikan jasa audit yang terletak pada bagian 2 pasal 3 ayat (1) yang berisi pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh seorang KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut pada tanggal 5 februari 2008.Terdapat sejumlah studi yang berusaha menghubungkan antara kualitas audit dengan masa penugasan audit. Salah satunya adalah dalam Jackson, dkk (2006) DeAngelo (1981) mengatakan, dengan panjangnya jangka waktu dan kesinambungan penugasan audit, konsumen jasa audit (seperti pemegang saham, pemegang obligasi, manajer, karyawan, agen-agen pemerintah dan pengguna lainnya) mendapatkan manfaat karena mereka dapat menghemat biaya yang berkaitan dengan evaluasi kualitas audit.Walaupun disini DeAngelo (1981) tidak secara eksplisit menyatakan bahwa kualitas audit berkorelasi dengan jangka waktu tertentu sebagai masa optimal penugasan audit, namun dia berargumen bahwa berbagai manfaat akan hilang jika masa penugasan auditor hanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Dari studi yang dilakukan oleh DeAngelo ini timbul sebuah pro-kontra. Ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan DeAngelo ini. Pertama, biaya audit yang tinggi (termasuk diantaranya kegagalan audit) diasosiasikan dengan periode awal masa penugasan audit. Geiger dan Raghunandan (2002) menemukan bahwa kegagalan audit sering terjadi pada awal auditor melaksanakan penugasan audit. Argumen ke dua yang mendukung sisi positif lamanya penugasan audit mengatakan bahwa pengetahuan klien dan industri yang diperoleh setelah audit berulang-ulang akan meningkat, sehingga meningkatkan kualitas audit. Johnson et al (2002) juga Myers et al. (2003) melaporkan bahwa tingkat akrual diskresioner menurun (yang diartikan kualitas audit meningkat) sesuai dengan lamanya penugasan. Hal ini dapat diartikan bahwa rotasi kantor akuntan publik tidak bersifat produktif. Selain itu ada beberapa alasan yang menentang perkataan DeAngelo di atas. Pertama, erosi independensi yang mungkin muncul akibat tumbuhnya hubungan pribadi antara auditor dengan kliennya. Masih dalam penelitian yang dilakukan Arie Wibowo (2006) dan sharaf (1961) menyatakan bahwa auditor harus menyadari berbagai tekanan yang bermaksud mempengaruhi perilakunya dan sedikit demi sedikit akan mengurangi independensinya. Baik disadari atau tidak, hubungan pribadi yang semakin panjang akan memunculkan ikatan loyalitas atau emosi yang akan mempengaruhi independensi dan objektifitas auditor. Kondisi paling ekstreme ialah timbulnya familiaritas berlebihan yang akan mendorong terjadinya kolusi antara auditor dengan klien seperti yang pernah terjadi antara Enron dan Arthur Andersen. Argumen kedua menyatakan bahwa dengan semakin lamanya masa penugasan audit, kapabilitas auditor untuk bersikap kritis akan berkurang karena auditor sudah terlalu familiar dan program audit hanya menjadi suatu rutinitas.Dari beberapa penjelasan diatas, penulis beranggapan bahwa adanya hubungan antar praktik rotasi audit (baik yang dilakukan KAP maupun oleh auditornya) dan masa pemberian jasa audit itu sendiri (baik yang dilakukan KAP maupun auditornya) yang akan mempengaruhi kualitas audit itu sendiri. Variabel rotasi audit (baik KAP maupun auditornya) merupakan variabel dummy, variabel ini sering digunakan untuk meilhat apakah perusahaan tersebut dalam suatu tahun terjadi perputaran baik KAP maupun auditornya. Sedangkan variabel masa pemberian jasa audit dilakukan untuk melihat seberapa lama baik KAP maupun auditor melakukan jasanya terhadap suatu perusahaan. Selain itu penelitian ini juga ditambah dengan adanya beberapa variabel kontrol yang tidak menjadi fokus utama dalam penelitan ini seperti ukuran perusahaan, tingkat hutang perusahaan, arus kas operasi perusahaan, dan juga ukuran KAP yang melakukan jasa audit terhadap suatu perusahaan.

Adapun anggapan ini dapat dituangkan dalam bagan kerangka berfikir seperti:Gambar 2.1 Bagan Kerangka BerfikirVariabel Independen1. Rotasi KAP2. Rotasi Auditor3. Masa Pemberian Jasa Audit oleh KAP 4. Masa pemberian jasa audit oleh auditor

Variabel DependenKualitas Audit

Variabel Kontrol1. Ukuran Perusahaan2. Tingkat Hutang Perusahaan3. Arus Kas Operasi Perusahaan4. Ukuran KAP

Pengembangan Hipotesis Penelitian ini membahas mengenai pengaruh praktek rotasi audit dan masa pemberian jasa audit terhadap kualitas audit dimana :H0 : tidak ada pengaruh dari variabel independen yang dikondisikan oleh variabel-variabel kontrol terhadap variabel dependen.H1 : ada pengaruh dari variabel independen yang dikondisikan oleh variabel-variabel kontrol terhadap variabel dependen