tinjauan pustaka

44
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1. Hakekat Belajar Kimia Pengertian belajar menurut pandangan beberapa ahli behavioristik dan kognitif (Tambunan, 2010) adalah: 1. Edwar Thorndike “belajar merupakan proses pembentukan hubungan yang erat antara stimulus (S) dengan respon (R)”. 2. Skinner “belajar adalah suatu proses adaptasi atau tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. 3. Gagne “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubahnya perilaku sebagai akibat dari pengalaman belajar”. 4. J.Bruner “belajar adalah penemuan atau discovery learning. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Arti tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang

Upload: siantoeri-cs

Post on 29-Jul-2015

234 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Belajar dan Hasil Belajar

2.1.1. Hakekat Belajar Kimia

Pengertian belajar menurut pandangan beberapa ahli behavioristik dan

kognitif (Tambunan, 2010) adalah:

1. Edwar Thorndike “belajar merupakan proses pembentukan hubungan yang

erat antara stimulus (S) dengan respon (R)”.

2. Skinner “belajar adalah suatu proses adaptasi atau tingkah laku yang

berlangsung secara progresif”.

3. Gagne “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubahnya

perilaku sebagai akibat dari pengalaman belajar”.

4. J.Bruner “belajar adalah penemuan atau discovery learning.

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah

laku. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Arti

tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Sedangkan

Slameto (2003) bahwa, ”belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Kimia merupakan studi tentang perubahan materi disertai oleh perubahan

energi. Kimia adalah suatu studi yang terpadu yang menyangkut tentang masalah

pembuatan, sifat-sifat dan reaksi dari unsur-unsur dan senyawa kimia dan sistem

pembentukannya. Kimia sebagai salah satu cabang Ilmu Alam, berkembang sejak

manusia memperhatikan keadaan sekelilingnya dan menarik manfaat dari fakta-fakta

Page 2: Tinjauan Pustaka

2

yang diperoleh untuk kepentingan kelangsungan hidupnya. (Tim pendidikan kimia,

2008).

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan

bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat,

perubahan, dinamika dan energi zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang

tidak dapat dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa

fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori temuan ilmuwan kimia) dan sebagai

proses kerja atau kerja ilmiah. Hakekat pembelajaran kimia harus memperhatikan

karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk yang tidak dapat dipisahkan.

2.1.2. Hasil Belajar Kimia

Romizowski (Verawati Saragih, 2010) menyatakan bahwa hasil belajar

diperoleh dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dikelompokkan

kepada empat kategori yaitu: fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Fakta merupakan

pengetahuan tentang objek nyata, asosiasi dan kenyataan dari informasi verbal dari

suatu objek, peristiwa manusia. Konsep adalah pengetahuan tentang seperangkat

objek konkrit atau defenisi. Prosedur merupakan pengetahuan tentang tindakan yang

bersifat linier dalam mencapai tujuan. Prinsip adalah pernyataan mengenai hubungan

dari dua konsep atau lebih.

Hasil belajar dalam bentuk keterampilan dikelompokkan kepada empat

kategori, yaitu: keterampilan kognitif, akting, reaksi dan interaksi. Keterampilan

kognitif berkaitan dengan keterampilan seseorang dalam menggunakan pikirannya

untuk mengambil keputusan atau memecahkan masalah. Keterampilan berakting

adalah keterampilan fisik atau teknik seperti olahraga, mengerjakan sesuatu dan lain

sebagainya. Keterampilan reaksi adalah keterampilan bereaksi terhadap suatu situasi

dalam arti nilai-nilai emosi dan perasaan yang biasanya disebut dengan sikap.

Sedangkan keterampilan interaksi adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan

dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan seperti komunikasi, persuasi, dan

pendidikan.

Page 3: Tinjauan Pustaka

3

Hasil belajar merupakan suatu gambaran prestasi belajar siswa dalam

mengikuti proses belajar mengajar pada suatu jenjang yang diikutinya. Menurut

Mudjiono (Simanjuntak, 2006) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan mengajar. Seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan

didalam diri orang tersebut telah terjadi suatu proses yang mengakibatkan perubahan

tingkah laku. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan

hasil belajar.

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : a) faktor internal

(dari dalam individu yang belajar) yaitu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar

yang lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor

yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologi, antara lain motivasi,

perhatian, pengamatan, tanggapan dan lainnya, b) faktor eksternal (dari luar individu

yang belajar) yaitu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, pemahaman konsep dan

keterampilan pembentukan sikap (Slameto, 2003).

Dari faktor diatas, ada juga pendapat dari beberapa para ahli mengenai faktor

yang mempengaruhi hasil belajar tersebut. Benjamin Bloom (dalam Sudjana 2008)

secara garis besar membagi hasil belajar dalam tiga ranah antara lain : a) kognitif

yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, diantaranya

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, b)

afektif yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek diantaranya

penerimaan, jawaban atau reaksi, organisasi dan internalisasi, c) psikomotor yaitu

berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada 6 buah

ranah psikomotoris yakni gerakan reflex, keterampilan, gerakan dasar, kemampuan

perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ekspresif dan interpretatif.

Sedangkan menurut Gagne (dalam Sudjana 2008) membagi hasil belajar dalam

kategori : a) strategi kognitif yaitu kemampuan yang memungkinkan siswa

mengendalikan perilakunya sendiri dalam menghadapi lingkungannya. Seorang siswa

Page 4: Tinjauan Pustaka

4

menggunakan kognitif dalam memikirkan apa yang telah ia pelajari dalam

memecahkan masalah, b) sikap afektif yaitu keadaan internal yang terbentuk dari

dalam diri siswa dan mempengaruhi tindakan terhadap benda atau peristiwa di

sekitarnya, c) keterampilan gerak (psikomotor) yaitu berdasarkan aktivitas siswa

sehingga memungkinkan pelaksanaan penampilan siswa yang menggunakan faktor

fisik.

Dari penejalasan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan yang dimiliki siswa baik dalam ranah kognitif, afektif,

maupun psikomotor setelah melangsungkan proses pembelajaran.

2.2 Strategi Pembelajaran Inkuiri

Dalam pembelajaran kimia, guru diharapkan memiliki filosofi Inkuiri,

sehingga akan lebih berperilaku sebagai fasilitator pembelajaran, sedangkan siswa

ditempatkan sebagai pusat pembelajaran. Oleh karena itu inkuiri merupakan filosofi

utama dalam proses pembelajaran kimia.

2.2.1. Pengertian Strategi Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa inggris “inquiry“, yang secara harfiah berarti

menyelidiki. Menurut Kunandar (2007) inkuiri (menemukan) merupakan bagian inti

dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi dari hasil menemukan sendiri.

Sedangkan menurut Kourilsky dalam Hamalik (2009) menyatakan bahwa

inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inkuiri

ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui

suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok.

Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir

itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi

Page 5: Tinjauan Pustaka

5

pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa

Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.

Strategi pembelajaran inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia

lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri

pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan

kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk

mengenal segala sesuatu melalui indera pengecap, penglihatan dan indera-indera

lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang

dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan

bermakna (meaningfull) manakala disadari dengan keingintahuan itu. Dalam rangka

itulah strategi pembelajaran inkuiri dikembangkan.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran Inkuiri yaitu:

a) strategi Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari

dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar,

b) seluruh aktivitas siswa yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga dapat

menumbuhkan sikap percaya diri (self belief), c) tujuan dari penggunaan strategi

pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis,

logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari

proses mental (Sanjaya, 2006).

Strategi pembelajaran Inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorentasi kepada siswa (student cebtered approach). Dikatakan

demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peranan yang sangat dominan

dalam proses pembelajaran.

Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama

pembelajaran melalui strategi Inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat

mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berfikir dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar ingin tahu mereka. Jadi,

Page 6: Tinjauan Pustaka

6

pembelajaran inkuiri akan efektif apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa

yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan

kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk

berpikir dan tidak memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu.

2.2.2. Prinsip – Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran Inkuiri merupakan strategi yang menekankan kepada

pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut

Piaget dalam Sanjaya (2006) dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : a) maturation atau

kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses

pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan

pertumbuhan system saraf, b) physical experience adalah tindakan-tindakan fisik

yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya, c)

social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, d)

equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan

pengetahuan yang baru ditemukan.

Dalam penggunaan strategi pembelajaran Inkuiri terdapat beberapa prinsip

yang harus diperhatikan oleh setiap guru yaitu : a) berorientasi pada pengembangan

intelektual. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil

juga berorientasi pada proses belajar, b) prinsip intelektual. Proses pembelajaran pada

dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa

dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan, c) prinsip bertanya. Peran

guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah

guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan

pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir, d) prinsip belajar

untuk berpikir. Belajar bukan hanya untuk mengingat sejumlah fakta, akan tetapi

belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan

potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, e) prinsip keterbukaan.

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Oleh sebab itu, anak

Page 7: Tinjauan Pustaka

7

perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan

logika dan nalarnya (Sanjaya: 2006).

2.2.3. Karakteristik Strategi Pembelajaran Inkuiri

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran Inkuiri.

Pertama, strategi Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan, artinya strategi Inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek

belajar. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan

dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Ketiga, tujuan dari penggunaan

strategi pembelajaran Inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai

dari proses mental (Sanjaya : 2006).

Ciri-ciri model pembelajaran Inkuiri di atas menunjukkan bahwa model ini

berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berpikir

karena siswa terlibat secara mental dan fisik. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk

terampil berpikir merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

lebih besar yaitu tercapainya keterampilan proses ilmiah sekaligus terbentuknya sikap

ilmiah, disamping penguasaan konsep, prinsip hukum, ataupun teori.

2.2.4. Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Menurut Sanjaya (2006) bahwa secara umum proses pembelajaran dengan

menggunakan inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : a) orientasi,

b) merumuskan masalah, c) mengajukan hipotesis, d) mengumpulkan data, e)

menguji hipotesis, f) merumuskan kesimpulan. Sedangkan menurut Kunandar (2007)

langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) adalah : a) merumuskan masalah, b)

mengumpulkan data melalui observasi atau pengamatan, c) menyajikan hasil dalam

tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karaya lainnya, d) mengkomunikasikan

atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman, guru atau audience lainnya.

Page 8: Tinjauan Pustaka

8

Selanjutnya menurut Hamalik (2009) mengatakan bahwa para siswa yang

melakukan Inkuiri terhadap suatu masalah seharusnya mengikuti langkah-langkah

dibawah ini yaitu : a) mengidentifikasi dan merumuskan situasi dengan jelas yang

berarti memfokuskan Inkuiri, b) mengajukan pertanyaan tentang kenyataan (fakta), c)

merumuskan suatu hipotesis untuk menjawab pertanyaan, d) mengumpulkan

informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji tiap hipotesis dengan data yang

telah dikumpulkan, e) merumuskan suatu jawaban terhadap pernyataan pokok dan

menyatakan jawaban sebagai suatu proposisi fakta (jawaban harus menyajikan

sintesis tentang hipotesis yang diusulkan dan hasil-hasil pengujian hipotesis serta

informasi)”.

Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam penerapan

strategi pembelajaran Inkuiri di dalam pelaksanaanya selalu menekankan kepada

kemampuan anak sendiri, seorang guru hanya sebagai motivator atau perancang

dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kemampuannya.

2.2.5. Tujuan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Menurut Sumantri (1998) menyatakan adapun tujuan strategi pembelajaran

Inkuiri yaitu: a) meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses

bahan pelajarannya, b) mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk

mendapatkan pengalaman belajarnya, c) melatih siswa menggali dan memanfaatkan

lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya, d) memberi pengalaman

belajar seumur hidup.

Alasan penggunaan strategi pembelajaran Inkuiri yaitu: a) perkembangan dan

kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat, b) belajar tidak hanya diperoleh di sekolah

tetapi juga lingkungan sekitar, c) melatih siswa menggali dan memanfaatkan

lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak habisnya, d) memberi pengalaman

belajar seumur hidup.

Page 9: Tinjauan Pustaka

9

2.2.6. Keunggulan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran Inkuiri adalah satu strategi pembelajaran yang banyak

dianjurkan penerapannya dalam proses pembelajaran, karena strategi ini memiliki

beberapa keunggulan diantaranya yaitu : a) strategi pembelajaran Inkuiri merupakan

strategi pembelajarn yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif

dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap

lebih bermakna, b) streategi pembelajaran Inkuiri memberikan ruang kepada siswa

untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, c) strategi pembelajaran Inkuiri

merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar

modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat

adanya pengalaman, d) strategi pembelajaran Inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa

yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki

kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Tidak semua model pembelajaran baik digunakan dalam proses pembelajaran

(Sanjaya, 2006).

2.2.7. Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran Inkuiri juga memiliki

beberapa kelemahan yaitu : a) jika strategi pembelajaran Inkuiri digunakan sebagai

strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa,

b) strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan

kebiasaan siswa dalam belajar, c) kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,

memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru mengalami kesulitan

menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, d) selama kriteria

keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,

maka strategi pembelajaran Inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru

(Sanjaya, 2006 : 208).

Page 10: Tinjauan Pustaka

10

2.3. Strategi Pembelajaran Konvensional

Cara mengajar yang lebih tradisonal dan telah lama dijalankan dalam sejarah

pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak dahulu guru dalam usaha

menyampaikan pengetahuan pada siswa, ialah disampaikan secara lisan atau

ceramah. Cara-cara ini kadang-kadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya

memerlukan keterampilan tertentu, agar penyajiannya tidak membosankan.

Strategi pembelajaran konvensional merupakan suatu rangkaian kegiatan

penyampaian ilmu pengetahuan oleh guru kepada siswa dan tinggal menerima apa

saja yang dijelaskan oleh guru. Strategi ini pada umumnya memiliki kekhasan

tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian dan pengajaran

masih berpusat pada guru (teacher center).

Sudjana (2008) menjelaskan ciri-ciri pendekatan konvensional yaitu: a)

pembelajaran yang terpusat pada siswa, b) siswa mendengar dan mencatat

seperlunya, c) komunikasi terjadi satu arah, d) menyamaratakan kemampuan siswa,

e) siswa kurang keberanian dalam bertanya. Agar pembelajaran konvensional dapat

terjadi efektif dan efesien, guru harus mempersiapkan strategi pembelajaran menurut

langkah-langkah seperti yang dijelaskan oleh Ahmadi dan Supriono (1991), yaitu: a)

merumuskan tujuan khusus pembelajaran, b) menganalisis materi pelajaran, c)

memilih pembelajaran klasikal, d) menyediakan alat bantu/peraga, e) mengatur

alokasi waktu, f) memberikan tes formatif, g) melaksanakan pembelajaran.

Tabel 2.1 Perbedaan Strategi Pembelajaran Inkuiri dengan Strategi

Pembelajaran Konvensional

Strategi Pembelajaran Inkuiri Strategi Pembelajaran Konvensional

1. Menempatkan siswa sebagai subjek

belajar, artinya siswa berperan aktif

dalam setiap proses pembelajaran dengan

cara menemukan dan menggali sendiri

1. Dalam pembelajaran ini siswa

ditempatkan sebagai objek belajar yang

berperan sebagai penerima informasi

secara pasif atau komunikasi satu arah.

Page 11: Tinjauan Pustaka

11

materi pelajaran.

2. Pembelajaran dikaitkan dengan

lingkungan sekitar.

2. Dalam pembelajaran ini pembelajaran

bersifat teoritis dan abstrak.

3. Kemampuan siswa diperoleh atas

penemuan sendiri dan memproses bahan

pembelajarannya.

3. Dalam pembelajaran ini kemampuan

siswa diperoleh melalui latihan-latihan

dan tugas-tugas yang diberikan guru.

4. Tujuan yang ingin dicapai adalah

keterampilan proses ilmiah sekaligus

terbentuknya sikap ilmiah, disamping

penguasaan konsep, prinsip hukum,

ataupun teori.

4. Dalam pembelajaran ini keberhasilan

pembelajaran biasanya hanya diukur dari

tes atau hanya pada ranah kognitifnya

saja.

Dikutip dari Sudjana 2008

2.4. Media Pendidikan

2.4.1. Pengertian Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

“tengah”, :perantara” atau “pengantar”. Menurut Sadiman (2003) media atau bahan

adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang

biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan.

Selanjutnya menurut Heinich dalam Arsyad (2000) mengatakan bahwa

medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.

Jadi, televisi, film, foto, radio rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-

bahan cetak dan sejenisnya adalah media komunikasi. Sedangkan menurut Briggs

dalam Sadiman (2003) mengatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta rangsangan terhadap karakteristik siswa untuk belajar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu benda atau alat

yang dapat diindera yang digunakan dalam proses instruksional (belajar-mengajar)

yang berfungsi sebagai perantara untuk mempermudah mencapai tujuan instruksional

yang lebih efektif dan memiliki sifat yang mendidik. Secara keseluruhan media

Page 12: Tinjauan Pustaka

12

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim

ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian siswa

sehingga proses belajar terjadi.

2.4.2. Peranan dan Manfaat Media Pendidikan

Menurut Rohani (2003) dalam proses belajar mengajar, media mempunyai

beberapa peranan yaitu : a) mengatasi beberapa pengalaman peserta didik, b)

mengatasi batas-batas ruang kelas, c) mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara

langsung tidak dapat diamati karena terlalu kecil, d) mengatasi gerak benda secara

cepat atau terlambat, sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian peserta

didik, e) mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks, dapat dipisahkan dengan bagan

demi bagan untuk diamati secara terpisah, f) mengatasi suara yang terlalu halus untuk

didengar secara langsung melalui telinga, g) memungkinkan membangkitkan minat

belajar yang baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar peserta didik. Media

pengajar diharapkan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang

pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

Menurut Sudjana dalam Arsyad (2000) mengemukakan manfaat media

pengajaran dalam proses belajar siswa yaitu : a) pengajaran akan lebih menarik

perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, b) bahan pengajaran

akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan

memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran, c) metode mengajar

akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-

kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi

kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran, d) siswa dapat lebih banyak

melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga

aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan

lain-lain.

Page 13: Tinjauan Pustaka

13

2.5. Media HandOut

Menurut Rooijakkers (2003) “handout adalah lembaran dengan tulisan bagan

atau teks yang dibagikan oleh pengajar selama pengajaran berlangsung”. Sedangkan

menurut Rahardjo (www.itb.ac.id) menyatakan bahwa handout adalah selebaran

tertulis tentang materi pelajaran yang diedarkan kepada siswa secara cuma-cuma

sebagai bahan penjelasan.

Dalam pandangan lainnya, handout bukan diartikan sebagai “segala sesuatu”

yang diberikan kepada siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Sementara itu,

Mohammad dalam Andi Prastowo (2011) memaknai handout sebagai selembar (atau

beberapa lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan guru kepada siswa.

Dengan kata lain, apabila guru membuat ringkasan suatu topik, makalah suatu topik,

lembar kerja siswa, petunjuk praktikum, tugas atau tes, dan diberikan kepada siswa

secara terpisah-pisah, maka pengemasan materi pebelajaran tersebut termasuk dalam

kategori handout.

Bedasarkan penjelasan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

handout adalah selebaran yang berisikan materi pelajaran yang disusun oleh seorang

guru sebagai bahan pendukung penjelasan maupun pengembangan materi pelajaran

yang harus dikuasai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Unsur – unsur penyusun handout antara lain, yaitu:

1. Standar Kompetensi

Merupakan tujuan pembelajaran yang dicapai siswa setelah mengikuti satu pokok

bahasan yang berfungsi untuk memberikan pandangan umum tentang hal-hal yang

dikuasai siswa.

2. Kompetensi Dasar

Merupakan tujuan pembelajaran yang dicapai setelah mengikuti pelajaran untuk 1

kali pertemuan. Fungsinya untuk memberikan focus pada siswa pada sub pokok

bahasan yang sedang dihadapi.

3. Ringkasan Materi Pelajaran

Page 14: Tinjauan Pustaka

14

Ringkasan materi pelajaran merupakan kesimpulan-kesimpulan dari bahan ajar

yang akan disampaikan atau diberikan kepada siswa dan telah tersusun secara

sistematis. Fungsinya agar memungkinkan siswa dapat mengetahui sistematika

pelajaran yang harus dikuasai, sekaligus memandu siswa dalam pengayaan di luar

proses belajar mengajar di kelas.

4. Soal-soal Terstruktur

Soal-soal terstruktur adalah permasalahan yang harus diselesaikan siswa setelah ia

menerima atau mempelajari materi pelajaran tersebut, penyelesaian soal itu

dikumpul atau dinilai, kemudian dibahas bersama-sama untuk membantu siswa

dalam melatih memahami materi pelajaran yang akan diberikan.

5. Sumber Bacaan

Sumber bacaan adalah buku atau bahan ajar yang digunakan atau menjadi sumber

dari materi pelajaran yang diberikan. Fungsinya untuk menelusuri lebih lanjut

materi pelajaran yang akan disampaikan (http://chai-chairil.blogspot.com/).

Menurut Andi Prastowo (2011), adapun langkah-langkah penyusunan handout

antara lain: a) melakukan analisi kurikulum, b) menentukan judul handout, sesuaikan

dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dicapai, c) mengumpulkan

referensi sebagai bahan penulisan. Upaya referensi terkini dan relevan dengan materi

pokoknya, d) menulis handout, dalam menulis handout upayakan agar kalimat yang

mendukung tidak terlalu panjang, untuk siswa SMA diperkirakan jumlah kata

perkalimatnya tidak lebih dari 25 kata dan dalam satu paragrap usahakan jumlah

kalimatnya antara 3-7 kalimat saja, e) mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca

ulang, bila perlu dibaca orang lain lebih dahulu untuk mendapatkan masukan, f)

memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan, g)

gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya

buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Penggunaan media handout dalam

proses belajar mengajar memiliki keuntungan antara lain : a) dapat menghemat

waktu, b) dapat menggantikan catatan siswa, c) memelihara kekonsistenan

Page 15: Tinjauan Pustaka

15

penyampaian materi di kelas oleh guru, d) siswa dapat mengikuti struktur pelajaran

dengan baik, e) siswa akan mengetahui pokok materi yang diberikan oleh guru.

Pembuatan handout memiliki beberapa tujuan yaitu: a) untuk memperlancar

dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi

guru, b) untuk memperkaya pengetahuan siswa, c) untuk mendukung bahan ajar

lainnya atau penjelasan dari guru (Prastowo : 2011).

2.6. Materi

A. Sistem dan Lingkungan

Matahari adalah ciptaan Tuhan yang merupakan sumber energi bagi alam

semesta baik berupa energi panas maupun energi cahaya. Tumbuhan hijau menyerap

cahaya matahari dan mengubah zat-zat pada daun menjadi karbohidrat melalui

fotosintesis. Karbohidrat merupakan sumber energi bagi makhluk hidup. Peristiwa ini

merupakan salah satu contoh hukum kekekalan energi yaitu energi tidak dapat

diciptakan atau dimusnahkan, energi dapat diubah dari suatu bentuk energi menjadi

bentuk yang lain.

Peristiwa lain yang menunjukkan hukum kekekalan energi pada kimia,

misalnya batu baterai dapat menyalakan lampu senter. Pada batu baterai reaksi kimia

yang terjadi menghasilkan energi listrik, kemudian energi listrik berubah menjadi

energi cahaya. Pada proses-proses tersebut tidak ada energi yang hilang tetapi energi

berubah ke bentuk energi lain. Terjadinya perpindahan energi pada sistem dan

lingkungan dapat digambarkan seperti.

Page 16: Tinjauan Pustaka

16

Gambar 2.1

Pada Gambar 2.1(a), bahan bakar bereaksi dengan gas oksigen di udara dan

menimbulkan panas di sekelilingnya. Pada proses ini terjadi perpindahan energi dari

sistem ke lingkungan.

Pada Gambar 2.1(b), daun yang berklorofil berfungsi sebagai sistem akan

menyerap sinar matahari dan CO2 dari lingkungan, karbon dioksida bereaksi dengan

air membentuk karbohidrat dan gas oksigen dalam proses fotosintesis. Pada proses ini

terjadi perpindahan energi dari lingkungan ke sistem.

Berdasarkan ini maka sistem adalah segala sesuatu yang dipelajari

perubahan energinya, sedangkan lingkungan adalah segala yang berada di sekeliling

sistem. Dalam ilmu kimia, sistem adalah sejumlah zat yang bereaksi, sedangkan

lingkungan adalah segala sesuatu di luar zat-zat tersebut misalnya tabung reaksi.

B. Perubahan Entalpi

Energi yang terkandung di dalam suatu sistem atau zat disebut entalpi (H).

Entalpi merupakan sifat ekstensif dari materi maka bergantung pada jumlah mol zat.

Entalpi suatu sistem tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah perubahan entalpi

yang menyertai perubahan zat, karena itu kita dapat menentukan entalpi yang

dilepaskan atau diserap pada saat terjadi reaksi. Perubahan energi pada suatu reaksi

Page 17: Tinjauan Pustaka

17

yang berlangsung pada tekanan tetap disebut perubahan entalpi. Perubahan entalpi

dinyatakan dengan lambang ΔH, dengan satuan Joule dan kilo Joule.

Contoh:

Entalpi air ditulis ∆HH2O. Air dapat berwujud cair dan padat. Entalpi yang dimilikinya

berbeda, HH2O(l) lebih besar daripada HH2O(s) . Oleh karena itu untuk mengubah es

menjadi air diperlukan energi dari lingkungan.

Harga ΔH pada peristiwa perubahan es menjadi air adalah:

ΔH = HH2O(l) – HH2O(s)

Perubahan ini dapat ditulis dalam suatu persamaan reaksi yang disebut

persamaan termokimia sebagai berikut.

H2O(s) H2O(l) ΔH = +6,02 kJ

Berdasarkan perubahan entalpi, dikenal dua macam reaksi yaitu reaksi

eksoterm dan reaksi endoterm.

1. Reaksi Eksoterm

Pernahkah kamu memasukkan bongkahan batu kapur ke dalam air? Pada air

lama-lama akan terjadi gelembung-gelembung gas dan campuran air dengan kapur

menghasilkan panas.

Panas dihasilkan dari zat-zat bereaksi yang merupakan sistem kemudian

dilepaskan ke lingkungan. Reaksi ini termasuk reaksi eksoterm. Pada reaksi eksoterm

energi panas atau kalor berpindah dari sistem ke lingkungan. Entalpi sistem sebelum

reaksi lebih besar daripada sesudah reaksi atau Hpereaksi > Hhasil reaksi.

2. Reaksi Endoterm

Reaksi endoterm kebalikan dari reaksi eksoterm. Pada reaksi endoterm

sistem menyerap panas dari lingkungan. Entalpi sistem sesudah reaksi lebih besar

daripada sebelum reaksi: Hpereaksi < Hhasil reaksi.

Perubahan entalpi sistem menjadi lebih besar dari 0 atau ΔH = + Reaksi

endoterm ada juga yang berlangsung spontan, sistem dengan sendirinya menyerap

Page 18: Tinjauan Pustaka

18

kalor dari lingkungan. Pada proses ini akan terjadi penurunan suhu lingkungan, jadi

kalau kita pegang wadah sistem akan terasa dingin.

Reaksi eksoterm dan endoterm terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2

Perubahan entalpi pada reaksi eksoterm dan endoterm dapat dinyatakan

dengan diagram tingkat energi seperti berikut ini:

Gambar 2.3

C. Macam-Macam Perubahan Entalpi (ΔH)

Besarnya perubahan entalpi suatu reaksi bergantung pada jumlah zat yang

bereaksi, wujud zat, suhu, dan tekanan, maka perubahan entalpi dihitung berdasarkan

keadaan standar yaitu keadaan pada suhu dan tekanan standar pada suhu 25 0C (298

K) dan tekanan 1 atm. Perubahan entalpi reaksi ada yang berupa perubahan entalpi

pembentukan (ΔH0f), perubahan entalpi penguraian (ΔH0

d), perubahan entalpi

pembakaran (ΔH0c),dan perubahan entalpi netralisasi (ΔH0

n).

a. Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (ΔH0f)

Page 19: Tinjauan Pustaka

19

Perubahan entalpi pembentukan standar, ΔH0f suatu zat adalah perubahan

entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurnya diukur pada

keadaan standar.

Contoh:

Perubahan entalpi pembentukan AgCl adalah perubahan entalpi dari reaksi:

Ag(s) + 12 Cl2(g) AgCl(s) ΔH0f = -127 kJ mol-1

b. Perubahan Entalpi Penguraian Standar (ΔH0d)

Perubahan entalpi penguraian standar merupakan kebalikan dari perubahan

entalpi pembentukan. ΔH0d suatu zat adalah perubahan entalpi yang terjadi pada

reaksi penguraian 1 mol zat menjadi unsur-unsur pada keadaan standar.

Contoh:

H2O(l) H2(g) + ½ O2(g) ΔH0d = +285,8 kJ mol–1

CO2(g) C(s) + O2(g) ΔH0d = +393,5 kJ mol–1

Marquis de Laplace dari Prancis dalam penelitiannya menemukan bahwa

jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya sama

dengan jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut menjadi

unsur-unsurnya. Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Laplace.

Contoh:

½ N2(g) + 3/2H2(g) NH3(g) ΔH0f = - 46,11 kJ

NH3(g) ½ N2(g) + 3/2 H2(g) ΔH0d = +46,11 kJ

c. Perubahan Entalpi Pembakaran (ΔH0c)

Perubahan entalpi pembakaran, ΔH0c adalah perubahan entalpi yang terjadi

pada pembakaran 1 mol unsur atau senyawa pada keadaan standar.

Contoh:

CH4(g) + 2 O2(g) CO2(g) + 2 H2O(l) ΔH0c = -889,5 kJ

C2H2(g) + 5/2 O2(g) 2 CO2(g) + H2O(g) ΔH0c = -129,9 kJ

Page 20: Tinjauan Pustaka

20

d. Perubahan Entalpi Netralisasi (ΔH0n)

Perubahan entalpi netralisasi adalah perubahan entalpi yang terjadi pada saat

reaksi antara asam dengan basa baik tiap mol asam atau tiap mol basa.

Contoh:

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ΔH0n = -57,1 kJ mol-1

D. Penentuan ΔH Reaksi

Perubahan entalpi (ΔH) suatu reaksi dapat ditentukan melalui berbagai cara

yaitu melalui eksperimen, berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan (ΔH0f),

berdasarkan hukum Hess, dan berdasarkan energi ikatan.

a. Penentuan ΔH Melalui Eksperimen

Pada gambar 2.4. Perubahan entalpi reaksi

dapat ditentukan dengan menggunakan suatu

alat yang disebut kalorimeter (alatpengukur

kalor). Dalam kalorimeter, zat yang akan

direaksikan dimasukkan ke dalam tempat

reaksi. Tempat ini dikelilingi oleh air yang

telah diketahui massanya. Kalor reaksi yang

dibebaskan terserap oleh air dan suhu air akan

naik. Perubahan suhu air ini diukur dengan termometer. Kalorimeter ditempatkan

dalam wadah terisolasi yang berisi air untuk menghindarkan terlepasnya kalor.

Berdasarkan hasil penelitian, untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1oC diperlukan

kalor sebesar 4,2 kJ atau 1 kkal. Untuk 1 gram air diperlukan kalor sebesar 4,2 J atau

1 kal. Jumlah kalor ini disebut kalor jenis air dengan lambang c.

c = 4,2 J g-1 oC-1

Page 21: Tinjauan Pustaka

21

Jumlah kalor yang terserap ke dalam air dihitung dengan mengalikan 3

faktor yaitu massa air dalam kalorimeter (gram), perubahan suhu air (oC), dan kalor

jenis air. Rumusnya ditulis:

q = m.c. Δt

q = kalor yang dibebaskan atau diserap

m = massa air (gram)

c = kapasitas kalor air (J)

Δt = perubahan suhu (oC)

Contoh Soal

Di dalam kalorimeter terdapat zat yang bereaksi secara endoterm. Reaksi

tersebut menyebabkan 1 kg air yang terdapat dalam kalorimeter mengalami

penurunan suhu 5oC. Tentukan kalor reaksi dari reaksi tersebut!

Penyelesaian:

q = m.c. Δt

= 1.000 g. 4,2Jg-1 oC-1. 5oC

= 21.000 J

= 21 kJ

Penentuan perubahan entalpi reaksi dapat pula menggunakan kalorimeter

sederhana misalnya gelas yang terbuat dari styrofoam atau plastik.

b. Penentuan ΔH Berdasarkan ΔHof

Berdasarkan perubahan entalpi pembentukan standar zat-zat yang ada dalam

reaksi, perubahan entalpi reaksi dapat dihitung dengan rumus:

ΔHoR = ΣΔHo

f hasil reaksi – ΣΔHof pereaksi

ΔHoR = perubahan entalpi reaksi standar

Contoh Soal

Tentukan ΔH reaksi pembakaran C2H6 jika diketahui:

Page 22: Tinjauan Pustaka

22

ΔHfo C2H6 = –84,7 kJ mol–1, ΔHf

o CO2 = –393,5 kJ mol–1,ΔHfo H2O = –285,8 kJ mol–1

Penyelesaian:

C2H6(g) + 3½ O2(g) 2CO2(g) + 3 H2O(l)

ΔHoR C2H6 = [2. ΔHo

f CO2(g) + 3. ΔHof H2O(l)] – [ΔHo

f C2H6(g) + 3½ ΔHof O2(g)]

= [2.(–393,5) + 3. (–285,8)] – [–84,7 + 0]

= –1559,7 kJ

Jadi, ΔH pembakaran C2H6 adalah –1559,7 kJ.

c. Penentuan ΔH Berdasarkan Hukum Hess

Perubahan entalpi reaksi kadang-kadang tidak dapat ditentukan secara

langsung tetapi harus melalui tahap-tahap reaksi. Misalnya untuk menentukan

perubahan entalpi pembentukan CO2 dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Cara 1 C(g) + O2(g) CO2(g) ΔH = -394 kJ

Cara 2 C dengan O2 bereaksi dulu membentuk CO, tahap berikutnya CO

bereaksi dengan O2 menghasilkan CO2.

Pada cara 1, reaksi berlangsung satu tahap, sedangkan cara 2 dan cara 3

berlangsung dua tahap. Ternyata dengan beberapa cara, perubahan entalpinya sama

yaitu –394 kJ.

Page 23: Tinjauan Pustaka

23

Seorang ilmuwan, German Hess, telah melakukan beberapa penelitian

perubahan entalpi ini dan hasilnya adalah bahwa perubahan entalpi reaksi dari suatu

reaksi tidak bergantung pada jalannya reaksi, apakah reaksi tersebut berlangsung satu

tahap atau beberapa tahap. Penemuan ini dikenal dengan Hukum Hess yang berbunyi:

‘Perubahan entalpi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir reaksi’

Berdasarkan penelitian Hess ini, perubahan entalpi suatu reaksi yang tidak

dapat ditentukan dengan kalorimeter dapat ditentukan dengan perhitungan.

d. Penentuan ΔH Berdasarkan Energi Ikatan

Suatu reaksi kimia terjadi akibat pemutusan ikatan-ikatan kimia dan

pembentukan ikatan-ikatan kimia yang baru. Pada waktu pembentukan ikatan kimia

dari atom-atom akan terjadi pembebasan energi, sedangkan untuk memutuskan ikatan

diperlukan energi. Jumlah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan

antaratom dalam 1 mol molekul berwujud gas disebut energi ikatan. Makin kuat

ikatan makin besar energi yang diperlukan.

Harga energi ikatan dapat dipakai untuk menentukan ΔH suatu reaksi.

ΔHRo= Σ energi ikatan yang diputuskan – Σ energi ikatan yang dibentuk

Dengan rumus tersebut dapat pula ditentukan energi ikatan rata-rata suatu

molekul dan energi yang diperlukan untuk memutuskan salah satu ikatan atau energi

ikatan disosiasi dari suatu molekul.

E. Kalor Pembakaran

Bensin, minyak tanah, solar, dan LPG merupakan bahan bakar yang banyak

digunakan, sebab dari proses pembakarannya menghasikan energi yang cukup besar.

Selain bahan bakar dari minyak bumi telah dipikirkan pula bahan bakar alternatif

sebab minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Bahan

bakar alternatif misalnya alkohol dan gas hidrogen. Alkohol sudah banyak digunakan

sebagai bahan bakar kendaraan. Di Brazil kendaraan hampir 50% menggunakan

bahan bakar campuran 95% alkohol dan 5% air.

Page 24: Tinjauan Pustaka

24

Kalor pembakaran didefinisikan sebagai berikut.

“Kalor pembakaran adalah kalor yang dibebaskan apabila 1 mol bahan bakar

terbakar dengan sempurna dalam oksigen berlebihan.”

Contoh:

CH4(g) + 2 O2(g) CO2(g) + 2 H2O(l) ΔH = -889 kJ

C3H8(g) + 5 O2(g) 3 CO2(g) + 4 H2O(l) ΔH = -1364 kJ

Selain energi panas, pembakaran ada juga yang menghasilkan energi bunyi dan

energi cahaya, seperti kembang api dan petasan.

F. Dampak Pembakaran Bahan Bakar yang Tidak Sempurna

Bahan bakar seperti bensin, solar, minyak tanah, dan LPG merupakan

senyawa hidrokarbon. Hidrokarbon kalau dibakar secara sempurna akan

menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan air. Gas CO2 tidak berbahaya bagi

makhluk hidup tetapi jika jumlah CO2 di udara sangat berlebih akan timbul peristiwa

greenhouse effect atau efek rumah kaca yakni peningkatan suhu di permukaan bumi.

Pada pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna akan menghasilkan gas

karbon monooksida (CO). Gas CO berbahaya bagi manusia, sebab gas CO lebih

mudah terikat oleh haemoglobin daripada gas O2.

Haemoglobin berfungsi mengangkut O2 dari paru-paru ke seluruh tubuh,

sehingga kalau haemoglobin banyak mengikat CO akan mengalami kekurangan

oksigen yang dapat menyebabkan kematian. Reaksi CO dengan Hb ditulis:

CO + Hb HbCO

O2 + Hb HbO2

Daya ikat HbCO 200 kali lipat HbO2. Di jalan raya yang banyak kendaraan

atau di daerah lampu merah kadar CO dapat mencapai lebih dari 100 ppm. Kadar CO

di udara lebih dari 250 ppm dapat menyebabkan pingsan. Kadar 750 ppm

menyebabkan kematian. Untuk mengurangi dampak pencemaran CO di udara,

pemerintah sudah menganjurkan pengurangan penggunaan mobil pribadi, merawat

Page 25: Tinjauan Pustaka

25

mesin kendaraan agar terjadi pembakaran sempurna, dan penggunaan bahan bakar

alternatif yang lebih mudah terbakar.

2.7. Kerangka Konseptual 

Salah satu usaha yang dapat digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran

pada mata pelajaran kimia dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang maksimum

adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran Inkuiri yang dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Inkuiri merupakan salah satu bentuk strategi pembelajaran dengan

cara memberikan kepada siswa dengan memanfaatkan lingkungan yang berada di

sekitarnya. Meskipun begitu, strategi pembelajaran inkuiri mempunyai kekurangan

dan kelebihan. Pada hakekatnya dengan strategi pembelajaran Inkuiri, guru dapat

menyampaikan materi pelaajaran lebih mudah dan siswa dapat dengan mudah

memahami, menerima dan menelaah materi pelajaran yang disampaikan. Disamping

itu juga strategi pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan bagi guru dan siswa

untuk lebih kreatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari cara yang lebih baik digunakan dalam

proses belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran kimia guna meningkatkan

hasil belajar siswa. Karena itu, guru diharapkan dapat menggunakan strategi

pembelajaran yang diperlukan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang

dinamis dan menyenangkan, agar materi pelajaran lebih mudah dipahami oleh para

siswa. Dalam hal ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran Inkuiri.

Pembelajaran dengan strategi konvensional merupakan pengajaran yang

sebagian besar dilakukan melalui penyajian informasi, bukan pemrosesan informasi

yang mengaju kepada pembentukan kepribadian siswa. Pada pembelajaran ini guru

hanya menejelaskan (ceramah) dan memberikan contoh dan cara penyelesaiannya.

Dalam hal ini siswa tidak dilatih mengembangkan pola dan kaidah-kaidah untuk

menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya. Siswa

hanya diajarkan dengan memberi penjelasan tentang materi, contoh soal sebagai

latihan bagi siswa, dan siswa mencoba menyelesaikannya sesuai penjelasan yang

Page 26: Tinjauan Pustaka

26

telah dijelaskan oleh guru. Dengan demikian siswa tidak terlatih menggunakan proses

mentalnya, tetapi siswa hanya dilatih menyelesaikan soal sesuai dengan pola-pola

atau kaidah yang telah dijelaskan guru.

Strategi pembelajaran inkuiri dilakukan pada 1 kelas eksperimen, sedangkan

strategi pembelajaran konvensional dilakukan pada 1 kelas kontrol. Untuk itu dalam

penelitian ini akan dilihat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar strategi

pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran

konvensional (ceraamah, Tanya jawab, penugasan).

Berdasarkan kerangka teoritis dapat dilihat bahwa penggunaan strategi

pembelajaran inkuiri lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena

strategi pembelajaran inkuiri dapat digunakan untuk membantu siswa dalam belajar

mandiri. Dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri, aktivitas latihan

mandiri siswa lebih banyak jika dibandingkan dengan penggunaan strategi

pembelajaran konvensional (ceramah, tanya jawab, penugasan).

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Hipotesis Verbal:

Hipotesis nol (Ho) :

Peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan strategi

pembelajaran inkuiri dengan media handout tidak lebih tinggi daripada

peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan strategi

pembelajaran inkuiri dengan media handout.

Hipotesis Alternatif (Ha) :

Peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan strategi

pembelajaran inkuiri dengan media handout lebih tinggi daripada peningkatan

hasil belajar siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan strategi

pembelajaran inkuiri dengan media handout.

Page 27: Tinjauan Pustaka

27

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, (2008), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara Jakarta.

Arsyad, A., (2000), Media Pengajaran, PT. Raja Grasindo Persada: Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, penerbit RinekaCipta: Jakarta.

Gagne, Robert M,1997. The Conditional of Learning, New York: Hail, Rinehort and Winston.

Hamalik, (2009), Proses belajar mengajar, PT Bina Aksara: Jakarta.

http://chai-chairil.blogspot.com/

http://www.referensimakalah.com/2012/07/dasar-dasar-interaksi-belajar-

mengajar.html)

http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada-pengajaran-kimia/

Kunandar, (2007), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Marahalim, (2008), Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Portofolio Dan Penggunaan Media Komputer Pada Pokok Bahasan Oksidasi dan Reduksi Terhadap Hasil Belajara Kimia di SMKN 2 Binjai, Skripsi: Medan.

Mudijono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta: Jakarta.

Prastowo, A. (2011), Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Diva Press: Jogjakarta.

Purba M, (2006), Kimia untuk SMA Kelas XI, Erlangga: Jakarta.

Restuti D, (2011), Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X.1 SMAN 1 Karang Baru Pada Materi Reaksi Oksidasi Reduksi Melalui Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), Laporan PTK.

Rohani, A. (2003). Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta: Jakarta.

Rooijakers (2003). Cara Mengajar Sukses, Penerbit Grafindo: Jakarta.

Page 28: Tinjauan Pustaka

28

Rosilawati, I. (2008), Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep Termokimia Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing SMA Perintis 1 Bandar Lampung, Sripsi UNILA: Bandar Lampung.

Sadiman, Arif. (2003), Media Pendidikan, PT. R Grafindo Persada: Jakarta.

Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran berorentasi standar proses pendidikan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Saragih, Verawati. (2010), Perbandingan Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan

Kooperatif TGT Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada

Pokok Bahasan Hidrokarbon Di Kelas X SMA YPK Budi Murni 3 Medan,

Skripsi, FMIPA, Unimed: Medan.

Sardiman,Arif. (2003). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. PT. R Grafindo Persada: Jakarta.

Shidarta, A. (2008), Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP, Sripsi: Bandung.

Silitonga, P.M., (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA-UNIMED, Medan.

Slameto,(2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta:Rineka Cipta.

Sudjana, (2008). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sumantri Mulyani, (1998), Strategi Belajar Mengajar, Debdikbud: Jakarta.

Sunardi (2002), Kimia Bilingual untuk SMA kelas X, Yrama Widya: Bandung.

Tambunan, (2010), Strategi Belajar Mengajar, FMIPA Unimed: Medan.

Tim Pendidikan Kimia, (2008), Kimia Umum I, FMIPA Unimed: Medan.

Widaryani S, (2009), penerapan model numbered heads together(NHT) untuk meningkatkan perhatian belajar biologi siswa kelas X SMA N 7 .Skripsi Universitas sebelas Maret: Surakarta.