tinjauan pustaka
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK SENILIS IMATUR
PENDAHULUAN
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar
ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan
(3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar,
sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar kornea
transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah
sklera adalah koroid, sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk
memberi makan retina. Lapisan paling dalam adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat
berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang
dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya
dan gambar. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa
mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan
diubah menjadi sinyal atau impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan
akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Dalam keadaan normal transparansi lensa
terjadi karena adanya keseimbangan antara protein. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein,
protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk suatu
kapsul yang dikenal dengan nama katarak.
Katarak adalah terjadi kekeruhan pada lensa akibat hidrasi cairan dan denaturasi protein.
Penyebab kekeruhan lensa ini bisa primer: gangguan perkembangan dan metabolisme dasar
lensa. Sekunder: akibat tindakan pembedahan lensa dan komplikasi penyakit lokal maupun
umum. Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak antara lain: degeneratif, pemakaian obat
kortikosteroid dalam jangka panjang, berbagai penyakit peradangan dan metabolik, faktor
lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet). Penelitian-penelitian di Amerika Serikat
mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat
1 | P a g e
hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar
70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Prevalensi kebutaan katarak di Indonesia
sebesar 1,47% pada tahun 1994, dan yang terbesar karena katarak senilis/ ketuaan.
Klasifikasi katarak menurut usia katarak kongenital, katarak juvenile dan katarak senil.
Pembedahan merupakan terapi definitif, dimana ada tiga macam bedah katarak, antara lain:
ekstraksi intrakapsular (ICCE), ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE), dan fakoemulsifikasi
yang diikuti dengan penggantian lensa buatan (IOL). Pencegahan utama adalah mengontrol
penyakit yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor yang mempercepat
terbentuknya katarak
DEFINISI
Katarak adalah suatu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata sehingga terjadi penurunan
kualitas penglihatan. Katarak berasal dari bahasa yunani (katarrhakies) dan bahasa latin
(cataracta) yang berarti air terjun. Saat air mengalir dengan cepat (turbulensi), saat itu air dapat
berubah dari jernih menjadi keruh atau berawan. Katarak adalah keadaan dimana terjadi
kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik
lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.
Katarak pada umumnya menyerang kedua mata, namun salah satu mata dapat mengalami
percepatan dibanding yang lainnya. Katarak merupakan penyebab utama (52%) kebutaan.
Beberapa gejala umum katarak adalah pandangan yang kabur dan tidak dapat dikoreksi dengan
lensa, warna-warna tampak kusam, kesulitan melihat di tempat terang, dan kesulitan membaca
atau mengemudi di malam hari. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas
karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina.
ANATOMI
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula
2 | P a g e
Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor
aquaeus dan disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel
subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,
serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang
elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan
lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak
ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.
FISIOLOGIS LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya
dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan
usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi
refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning,
lensa menyumbang +18.0- Dioptri.
ETIOLOGI
Penyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga multifaktorial,
diantaranya antara lain:
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetic
3 | P a g e
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
KLASIFIKASI KATARAK
1. KATARAK KONGENITAL
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang
cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan
histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-
penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia,
lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak
polaris.
katarak lentikular, termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau
nukleus saja.
Kekeruhan katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran morfologik.
Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital : katarak piramidalis atau polaris anterior, katarak
piramidalis atau polaris posterior, katarak zonularis atau lamelaris, katarak pungtata dan lain-lain
4 | P a g e
2. KATARAK JUVENIL
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang
dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital. ( sesudah usia 1 tahun ). Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti:
i. Katarak metabolik
a. Katarak diabetika dan galaktosemik (gula)
b. Katarak hipokalsemik (tetanik)
c. Katarak defisiensi gizi
d. Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e. Penyakit Wilson
f. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
ii. Otot
a. Distrofi miotonik (umur 20-30 tahun)
iii. Katarak traumatik
iv. Katarak komplikata
a. Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia, pembuluh
hialoid persisten, heterokromia iridis)
b. Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner dan
retinitis pigmentosa, dan neoplasma)
c. Katarak anoksik
d. Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol
(MER-29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, besi)
5 | P a g e
e. Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik),
tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans
kongenita pungtata), dan kromosom
f. Katarak radiasi
3. KATARAK SENILE (katarak terkait usia)
Katarak senilis ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas
50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis
katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa:
a. Distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak,
disertai penglihatan jauh makin kabur.
b. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik
tanpa kaca mata (second sight).
c. Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium
insipient.
Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan
nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60
tahun.
Dikenal 3 bentuk katarak senile menurut lokasinya, yaitu :
1. Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama kelamaan inti lensa
yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-
hitaman . Keadaan ini disebut katarak Brunesen atau Nigra.
2. Katarak Kortikal
Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan
indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari.
6 | P a g e
3. Katarak Kupuliform
Mulai dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear.Kekeruhan terletak dilapis
korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring.
Perubahan lensa pada usia lanjut adalah :
a. Kapsul
Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul
berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular
b. Epitel
Makin tipis, sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak dan
vakuolisasi mitokondria yang nyata
c. Serat lensa
Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet
lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa,
sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal.
d. Korteks
Tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi dan sinar tidak
banyak mengubah protein pada serat muda
Katarak Senilis dapat dibagi atas stadium:
1. Stadium insipient
Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama
terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda),terutama mengenai
korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang
nyata bila pupil dilebarkan.
7 | P a g e
2. Stadium imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama terdapat di bagian
posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar
dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian
posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi,
sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan
cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris pada lensa
yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+)
3. Stadium matur
Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar yang melalui pupil
dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil
tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow test membedakan stadium matur dari imatur, dengan
syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior
juga terdapat shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan
pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang,
walaupun masih stadium imatur, dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari,
bahkan dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya,
walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur.
8 | P a g e
4. Stadium hipermatur
Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga nukleus lensa turun
oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini
terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian
yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang
menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis,
yang di bawahnya terdapat nukleus lensa.Keadaan ini disebut katarak Morgagni.
Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang disebut
intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga lensa menjadi
cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal. Hal ini tidak selalu
terjadi, pada umumnya terjadi pada stadium II.
Perbedaan stadium katarak senile
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah
(masuk)
Normal Berkurang
(air+masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + glaukoma
Selain itu terdapat jenis katarak lain :
i. Katarak rubella
Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil
9 | P a g e
ii. Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa. Dapat terjadi pada
pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.
iii. Katarak Komplikata
Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi. Mempunyai tanda
khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul menuju ke korteks atau dibawah
kapsul menuju sentral. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu-waktu
menjadi katarak lamelar.
iv. Katarak Diabetik
Akibat tidak terkontrolnya gula darah pada pasien Diabetes Melitus sehingga mempercepat
terjadinya katarak. Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih
dengan pengobatan. Sebetulnya hal ini terjadi pada kapsula posterior.
v. Katarak Sekunder
Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan
Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi)
vi. Katarak Traumatika
Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, arus listrik, panas dan dingin).
Katarak senilis ( usia tua )
10 | P a g e
PATOFISIOLOGI
Katarak pada usia lanjut terjadi melalui dua proses, yaitu :
1. Penumpukan protein di lensa mata
Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein pada lensa
mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya yang
masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga pada
tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan atau gangguan penglihatan. Pada proses
selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan penglihatan akan
semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab tersering yang
menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.
2. Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia, lensa mata
dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat
menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi tidak
menghambat penghantaran cahaya ke retina.
Konsep penuaan :
1. Teori putaran biologi
a. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali kemudian mati
11 | P a g e
b. Imunologis dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel
2. Teori mutasi spontan
3. Teori “a free radical “
Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat yang mengakibatkan molekul
normal mengakibatkan degenerasi. Free redical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E
4. Teori “ a cross-link”
FAKTOR RESIKO
Penderita diabetes melitus
Penggunaan beberapa jenis obat dalam jangka panjang.
Kebiasaan buruk, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol.
Kurang asupan antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E.
Paparan / radiasi sinar ultraviolet.
Penggunaan jangka panjang obat penurun kolesterol; seperti obat-obat golongan statin
dan squalene synthase inhibitor dapat meningkatkan risiko terjadinya kekeruhan lensa
mata (katarak). Squalene merupakan enzim yang terdapat dalam tubuh dan berperan
dalam metabolisme kolesterol. Inhibisi atau penghambatan enzim squalene synthase
akibat penggunaan obat penurun kolesterol dapat memicu terjadinya katarak. Oleh karena
itu, perlu dipertimbangkan penambahan asupan squalene untuk mencegah terjadinya
katarak pada penggunaan jangka panjang obat penurun kolesterol.
GEJALA KLINIS
1. Penglihatan kabur dan berkabut
2. Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan mata
3. Seperti ada titik gelap di depan mata
4. Penglihatan ganda
5. Sukar melihat benda yang menyilaukan
6. Halo, warna disekitar sumber sinar
12 | P a g e
7. Warna manik mata berubah atau putih
8. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari
9. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang
10. Sukar mngendarai kendaraan dimalam hari
11. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah
12. Sering berganti kaca mata
13. Penglihatan menguning
14. Untuk sementara jelas melihat dekat
Gejala katarak pengelihatan kabur
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA
Anamnesa:
Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)
Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
13 | P a g e
Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
Perubahan daya lihat warna
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata
Lampu dan matahari sangat mengganggu
Sering meminta ganti resep kaca mata
Lihat ganda
Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
Pemeriksaan klinis:
Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter tangan, kaca
pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran
miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar
pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti
kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tapi dapat juga
struktur okular lain ( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan).
Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa hati-hati
Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil
Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluxasi lensa
dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak
hipermatur
14 | P a g e
PENATALAKSANAAN
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan
kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan
cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi
tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika
kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan jika katarak terjadi bersamaan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis,
glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang katarak. Dapat
dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa dengan isi kapsul lensa atau
ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus) melalui kapsul anterior yang
dirobek dengan meninggalkan kapsul posterior.
a. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat
keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan
akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah
ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan
kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder.
b. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
15 | P a g e
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula
zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada tindakan ini tidak akan terjadi
katarak sekunder. Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan
mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini
merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular
dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya
aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa
menyebabkan gangguan penglihatan yang serius.
Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama
beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata
dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari
logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.
c. Fakoemulsifikasi
Merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk
menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ±
3 mm. Teknik operasi ini menggunakan gelombang ultrasonik dan hanya perlu membuat luka
irisan sekitar 1,8 – 2,75 milimeter saja.. Dengan alat ini lensa dipecah dalam beberapa bagian
selanjutnya dihisap. Kemudian diteruskan dengan pemasangan lensa tanam lipat (Foldable Intra
Oculer Lens). Keuntungan dari teknik ini adalah luka irisan minimal, resiko infeksi kecil, tanpa
jahitan, penyembuhan lebih cepat dan rehabilitasi visus/penglihatan lebih cepat sehingga pasien
lebih puas. Dengan teknik ini seberapapun derajat ketipisan katarak operasi dapat dilakukan
tanpa menunggu matang.
PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik
prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf
16 | P a g e
optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini.
Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif
lambat.
PENCEGAHAN
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah.
Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila telah
berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan
berkembangnya katarak dengan:
Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayuR.
Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata
Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya
KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti usia lanjut, kongenital,
penyakit mata (glaukoma, ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa, penyakit intraokular lain), bahan
toksis khusus (kimia dan fisik), keracunan obat(eserin, kotikosteroid, ergot, asetilkolinesterase
topikal), kelainan sistemik atau metabolik (DM, galaktosemi, distrofi miotonik), genetik dan
gangguan perkembangan, infeksi virus dimasa pertumbuhan janin. Faktor resiko dari katarak
antara lain DM, riwayat keluarga dengan katarak, penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu,
pembedahan mata, pemakaian kortikosteroid, terpajan sinar UV dan merokok.
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata
untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya
17 | P a g e
lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih
kuat atau menggunakan lensa pembesar.
Lampiran
Mata kanan katarak senilis imatur
18 | P a g e
Daftar pustaka:
1. IIyas, Sidarta. H. Prof. dr. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2006. Hal : 200-211.
2. Voughan, D.G.Asbury, T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya Medika.
Jakarta. 2000. Hal : 175-81.
3. Prof. Suhardjo, Dr. Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada. 2007. Hal : 85 – 102.
4. National Eye Institute. Cataract : What you should know. U.S. Department of Health and
Human Services : National Institute of Health; 2003.p.1-6.
5. Pusat Informasi Penyakit. Medicastore. Katarak. 2011. Diunduh dari
http://medicastore.com/penyakit/65/Katarak.html
6. Wordpress. Razi Maulana. Katarak Senilis. Maret 2011. Diunduh dari
http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/katarak-senilis/
7. Artikel Mata. Atasi Katarak dengan Operasi Fakoemulsifikasi. 2011. Diunduh dari
http://www.jalancahaya.org/atasi-katarak-dengan-teknik-operasi-fakoemulsifikasi.html
19 | P a g e