tinjauan pustaka

28
TINJAUAN PUSTAKA KATARAK SENILIS IMATUR PENDAHULUAN Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar kornea transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid, sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf. Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya dan gambar. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal atau impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan 1 | Page

Upload: orynge

Post on 04-Jul-2015

431 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

KATARAK SENILIS IMATUR

PENDAHULUAN

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar

ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan

(3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar,

sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar kornea

transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah

sklera adalah koroid, sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk

memberi makan retina. Lapisan paling dalam adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat

berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang

dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.

Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya

dan gambar. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa

mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan

diubah menjadi sinyal atau impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan

akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Dalam keadaan normal transparansi lensa

terjadi karena adanya keseimbangan antara protein. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein,

protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk suatu

kapsul yang dikenal dengan nama katarak.

Katarak adalah terjadi kekeruhan pada lensa akibat hidrasi cairan dan denaturasi protein.

Penyebab kekeruhan lensa ini bisa primer: gangguan perkembangan dan metabolisme dasar

lensa. Sekunder: akibat tindakan pembedahan lensa dan komplikasi penyakit lokal maupun

umum. Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak antara lain: degeneratif, pemakaian obat

kortikosteroid dalam jangka panjang, berbagai penyakit peradangan dan metabolik, faktor

lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet). Penelitian-penelitian di Amerika Serikat

mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat

1 | P a g e

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA

hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar

70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Prevalensi kebutaan katarak di Indonesia

sebesar 1,47% pada tahun 1994, dan yang terbesar karena katarak senilis/ ketuaan.

Klasifikasi katarak menurut usia katarak kongenital, katarak juvenile dan katarak senil.

Pembedahan merupakan terapi definitif, dimana ada tiga macam bedah katarak, antara lain:

ekstraksi intrakapsular (ICCE), ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE), dan fakoemulsifikasi

yang diikuti dengan penggantian lensa buatan (IOL). Pencegahan utama adalah mengontrol

penyakit yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor yang mempercepat

terbentuknya katarak

DEFINISI

Katarak adalah suatu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata sehingga terjadi penurunan

kualitas penglihatan. Katarak berasal dari bahasa yunani (katarrhakies) dan bahasa latin

(cataracta) yang berarti air terjun. Saat air mengalir dengan cepat (turbulensi), saat itu air dapat

berubah dari jernih menjadi keruh atau berawan. Katarak adalah keadaan dimana terjadi

kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik

lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.

Katarak pada umumnya menyerang kedua mata, namun salah satu mata dapat mengalami

percepatan dibanding yang lainnya. Katarak merupakan penyebab utama (52%) kebutaan.

Beberapa gejala umum katarak adalah pandangan yang kabur dan tidak dapat dikoreksi dengan

lensa, warna-warna tampak kusam, kesulitan melihat di tempat terang, dan kesulitan membaca

atau mengemudi di malam hari. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas

karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan

yang kabur pada retina.

ANATOMI

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal

sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula

2 | P a g e

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA

Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor

aquaeus dan disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran

semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel

subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,

serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang

elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di

jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan

lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak

ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.

FISIOLOGIS LENSA

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan

cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan

memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa

diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya

dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa

yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya

biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk

memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan

usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi

refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning,

lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

ETIOLOGI

Penyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga multifaktorial,

diantaranya antara lain:

Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetic

3 | P a g e

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA

Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk

terhadap serabu-serabut lensa.

Faktor imunologik

Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan

permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.

Gangguan metabolisme umum

KLASIFIKASI KATARAK

1. KATARAK KONGENITAL

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi

berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang

cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.

Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita

penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan

histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-

penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia,

lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak

polaris.

katarak lentikular, termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau

nukleus saja.

Kekeruhan katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran morfologik.

Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital : katarak piramidalis atau polaris anterior, katarak

piramidalis atau polaris posterior, katarak zonularis atau lamelaris, katarak pungtata dan lain-lain

4 | P a g e

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA

2. KATARAK JUVENIL

Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang

dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak

kongenital. ( sesudah usia 1 tahun ). Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit

sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti:

i. Katarak metabolik

a. Katarak diabetika dan galaktosemik (gula)

b. Katarak hipokalsemik (tetanik)

c. Katarak defisiensi gizi

d. Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)

e. Penyakit Wilson

f. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain

ii. Otot

a. Distrofi miotonik (umur 20-30 tahun)

iii. Katarak traumatik

iv. Katarak komplikata

a. Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia, pembuluh

hialoid persisten, heterokromia iridis)

b. Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner dan

retinitis pigmentosa, dan neoplasma)

c. Katarak anoksik

d. Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol

(MER-29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, besi)

5 | P a g e

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA

e. Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik),

tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans

kongenita pungtata), dan kromosom

f. Katarak radiasi

3. KATARAK SENILE (katarak terkait usia)

Katarak senilis ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas

50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis

katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa:

a. Distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak,

disertai penglihatan jauh makin kabur.

b. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik

tanpa kaca mata (second sight).

c. Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium

insipient.

Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan

nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60

tahun.

Dikenal 3 bentuk katarak senile menurut lokasinya, yaitu :

1. Katarak Nuklear

Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama kelamaan inti lensa

yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-

hitaman . Keadaan ini disebut katarak Brunesen atau Nigra.

2. Katarak Kortikal

Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan

indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari.

6 | P a g e

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA

3. Katarak Kupuliform

Mulai dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear.Kekeruhan terletak dilapis

korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring.

Perubahan lensa pada usia lanjut adalah :

a. Kapsul

Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul

berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular

b. Epitel

Makin tipis, sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak dan

vakuolisasi mitokondria yang nyata

c. Serat lensa

Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet

lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa,

sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal.

d. Korteks

Tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi dan sinar tidak

banyak mengubah protein pada serat muda

Katarak Senilis dapat dibagi atas stadium:

1. Stadium insipient

Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama

terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda),terutama mengenai

korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang

nyata bila pupil dilebarkan.

7 | P a g e

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA

2. Stadium imatur

Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama terdapat di bagian

posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar

dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian

posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi,

sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan

cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris pada lensa

yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+)

3. Stadium matur

Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar yang melalui pupil

dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil

tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow test membedakan stadium matur dari imatur, dengan

syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior

juga terdapat shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan

pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang,

walaupun masih stadium imatur, dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari,

bahkan dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya,

walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur.

8 | P a g e

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA

4. Stadium hipermatur

Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga nukleus lensa turun

oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada daerah yang keruh,  nukleus ini

terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian

yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang

menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis,

yang di bawahnya terdapat nukleus lensa.Keadaan ini disebut katarak Morgagni. 

Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang disebut

intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga lensa menjadi

cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal. Hal ini tidak selalu

terjadi, pada umumnya terjadi pada stadium II.

Perbedaan stadium katarak senile

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah

(masuk)

Normal Berkurang

(air+masa lensa

keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos

Penyulit - Glaukoma - Uveitis + glaukoma

Selain itu terdapat jenis katarak lain :

i. Katarak rubella

Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil

9 | P a g e

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA

ii. Katarak Brunesen

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa. Dapat terjadi pada

pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.

iii. Katarak Komplikata

Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi. Mempunyai tanda

khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul menuju ke korteks atau dibawah

kapsul menuju sentral. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu-waktu

menjadi katarak lamelar.

iv. Katarak Diabetik

Akibat tidak terkontrolnya gula darah pada pasien Diabetes Melitus sehingga mempercepat

terjadinya katarak. Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih

dengan pengobatan. Sebetulnya hal ini terjadi pada kapsula posterior.

v. Katarak Sekunder

Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan

Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi)

vi. Katarak Traumatika

Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, arus listrik, panas dan dingin).

Katarak senilis ( usia tua )

10 | P a g e

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA

PATOFISIOLOGI

Katarak pada usia lanjut terjadi melalui dua proses, yaitu :

1. Penumpukan protein di lensa mata

Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein pada lensa

mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya yang

masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga pada

tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan atau gangguan penglihatan. Pada proses

selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan penglihatan akan

semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab tersering yang

menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.

2. Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia, lensa mata

dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat

menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi tidak

menghambat penghantaran cahaya ke retina.

Konsep penuaan :

1. Teori putaran biologi

a. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali kemudian mati

11 | P a g e

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA

b. Imunologis dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang

mengakibatkan kerusakan sel

2. Teori mutasi spontan

3. Teori “a free radical “

Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat yang mengakibatkan molekul

normal mengakibatkan degenerasi. Free redical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E

4. Teori “ a cross-link”

FAKTOR RESIKO

Penderita diabetes melitus

Penggunaan beberapa jenis obat dalam jangka panjang.

Kebiasaan buruk, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol.

Kurang asupan antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E.

Paparan / radiasi sinar ultraviolet.

Penggunaan jangka panjang obat penurun kolesterol; seperti obat-obat golongan statin

dan squalene synthase inhibitor dapat meningkatkan risiko terjadinya kekeruhan lensa

mata (katarak). Squalene merupakan enzim yang terdapat dalam tubuh dan berperan

dalam metabolisme kolesterol. Inhibisi atau penghambatan enzim squalene synthase

akibat penggunaan obat penurun kolesterol dapat memicu terjadinya katarak. Oleh karena

itu, perlu dipertimbangkan penambahan asupan squalene untuk mencegah terjadinya

katarak pada penggunaan jangka panjang obat penurun kolesterol.

GEJALA KLINIS

1. Penglihatan kabur dan berkabut

2. Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan mata

3. Seperti ada titik gelap di depan mata

4. Penglihatan ganda

5. Sukar melihat benda yang menyilaukan

6. Halo, warna disekitar sumber sinar

12 | P a g e

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA

7. Warna manik mata berubah atau putih

8. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari

9. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang

10. Sukar mngendarai kendaraan dimalam hari

11. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah

12. Sering berganti kaca mata

13. Penglihatan menguning

14. Untuk sementara jelas melihat dekat

Gejala katarak pengelihatan kabur

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA

Anamnesa:

Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)

Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah

13 | P a g e

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:

Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film

Perubahan daya lihat warna

Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata

Lampu dan matahari sangat mengganggu

Sering meminta ganti resep kaca mata

Lihat ganda

Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)

Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain

Pemeriksaan klinis:

Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter tangan, kaca

pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran

miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar

pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti

kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.

Pemeriksaan slit lamp  tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tapi dapat juga

struktur okular lain ( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan).

Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa hati-hati

Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil

Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluxasi lensa

dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak

hipermatur

14 | P a g e

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA

PENATALAKSANAAN

Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan

kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan

cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.

Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi

tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika

kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk

dilakukan jika katarak terjadi bersamaan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis,

glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih

menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.

Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang katarak. Dapat

dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa dengan isi kapsul lensa atau

ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus) melalui kapsul anterior yang

dirobek dengan meninggalkan kapsul posterior.

a. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan

memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat

keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan

akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,

sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah

ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan

kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder.

b. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)

15 | P a g e

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA

Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula

zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada tindakan ini tidak akan terjadi

katarak sekunder. Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan

mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini

merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular

dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya

aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa

menyebabkan gangguan penglihatan yang serius.

Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama

beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata

dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari

logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

c. Fakoemulsifikasi

Merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk

menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ±

3 mm. Teknik operasi ini menggunakan gelombang ultrasonik dan hanya perlu membuat luka

irisan sekitar 1,8 – 2,75 milimeter saja.. Dengan alat ini lensa dipecah dalam beberapa bagian

selanjutnya dihisap. Kemudian diteruskan dengan pemasangan lensa tanam lipat (Foldable Intra

Oculer Lens). Keuntungan dari teknik ini adalah luka irisan minimal, resiko infeksi kecil, tanpa

jahitan, penyembuhan lebih cepat dan rehabilitasi visus/penglihatan lebih cepat sehingga pasien

lebih puas. Dengan teknik ini seberapapun derajat ketipisan katarak operasi dapat dilakukan

tanpa menunggu matang.

PROGNOSIS

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik

prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf

16 | P a g e

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA

optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini.

Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak

kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif

lambat.

PENCEGAHAN

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah.

Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila telah

berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan

berkembangnya katarak dengan:

Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam

tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah

Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayuR.

Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata

Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya

KESIMPULAN

Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti usia lanjut, kongenital,

penyakit mata (glaukoma, ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa, penyakit intraokular lain), bahan

toksis khusus (kimia dan fisik), keracunan obat(eserin, kotikosteroid, ergot, asetilkolinesterase

topikal), kelainan sistemik atau metabolik (DM, galaktosemi, distrofi miotonik), genetik dan

gangguan perkembangan, infeksi virus dimasa pertumbuhan janin. Faktor resiko dari katarak

antara lain DM, riwayat keluarga dengan katarak, penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu,

pembedahan mata, pemakaian kortikosteroid, terpajan sinar UV dan merokok.

Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata

untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya

17 | P a g e

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA

lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih

kuat atau menggunakan lensa pembesar.

Lampiran

Mata kanan katarak senilis imatur

18 | P a g e

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA

Daftar pustaka:

1. IIyas, Sidarta. H. Prof. dr. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2006. Hal : 200-211.

2. Voughan, D.G.Asbury, T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya Medika.

Jakarta. 2000. Hal : 175-81.

3. Prof. Suhardjo, Dr. Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Mata Fakultas

Kedokteran Universitas Gajah Mada. 2007. Hal : 85 – 102.

4. National Eye Institute. Cataract : What you should know. U.S. Department of Health and

Human Services : National Institute of Health; 2003.p.1-6.

5. Pusat Informasi Penyakit. Medicastore. Katarak. 2011. Diunduh dari

http://medicastore.com/penyakit/65/Katarak.html

6. Wordpress. Razi Maulana. Katarak Senilis. Maret 2011. Diunduh dari

http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/katarak-senilis/

7. Artikel Mata. Atasi Katarak dengan Operasi Fakoemulsifikasi. 2011. Diunduh dari

http://www.jalancahaya.org/atasi-katarak-dengan-teknik-operasi-fakoemulsifikasi.html

19 | P a g e